laporan kasus ny. sm

25
LAPORAN PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. SM Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 31 tahun Alamat : Aspol CIP Blok 1 Jakarta Timur Suku Bangsa : Jawa Warga Negara : Indonesia Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMA Status Pernikahan : Menikah Tanggal Masuk RS : 29 Maret 2015 Tanggal Pemeriksaan : 31 Maret 2015 No. Rekam Medis : 532995 II. RIWAYAT PSIKIATRI A. Keluhan Utama Pasien datang ke IGD RS Polri dengan keluhan pingsan sejak 1 jam SMRS. B. Keluhan Tambahan 1

Upload: pratama-aditya-biantoro

Post on 30-Sep-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

koas jiwa

TRANSCRIPT

LAPORAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIENNama: Ny. SMJenis Kelamin: PerempuanUsia: 31 tahunAlamat: Aspol CIP Blok 1 Jakarta TimurSuku Bangsa: JawaWarga Negara: IndonesiaAgama : IslamPekerjaan: Ibu Rumah TanggaPendidikan Terakhir: SMAStatus Pernikahan: MenikahTanggal Masuk RS: 29 Maret 2015Tanggal Pemeriksaan: 31 Maret 2015No. Rekam Medis: 532995

II. RIWAYAT PSIKIATRIA. Keluhan UtamaPasien datang ke IGD RS Polri dengan keluhan pingsan sejak 1 jam SMRS.

B. Keluhan TambahanPasien merasa kepala sebelah kanan terasa sakit, badan lemas, bicara tidak dapat keluar suara, nafsu makan berkurang, tampak murung.

C. Riwayat Gangguan SekarangSeorang pasien perempuan berusia 31 tahun diantar ke IGD RS POLRI pada tanggal 29 Maret 2015 dengan keluhan pingsan sejak 2 jam SMRS. Keluhan lainnya seperti murung, kepala sebelah kanan terasa sakit, badan lemas, bicara tidak dapat keluar suara. Pasien adalah ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang anggota polisi selama + 12 tahun.Sejak 8 tahun yang lalu pasien dan suami sering bertengkar, pasien diperlakukan tidak baik oleh suami. Suami sering berkata kasar ketika bertengkar. Pasien mengatakan suami pernah menggunakan sabu-sabu, namun bisa lepas dari jeratan hukum karena dibantu oleh paman pasien yang juga bekerja di kepolisian. Suami memiliki banyak masalah di kantor, setiap ada masalah selalu pasien yang menghadap ke kantor dan membela suami. Beberapa bulan yang lalu pasien mulai mengetahui bahwa suaminya selingkuh karena diberitahu oleh temannya, bahkan pasien pernah diteror oleh selingkuhan sang suami. Pada tanggal 29 Maret 2015 jam 02.00 pagi, pasien memutuskan untuk pergi mencari suaminya sendirian mengunakan sepeda motor. Pasien memergoki suami sedang berbaring dengan wanita lain di sebuah kos-kosan. Kemudian pasien pergi, di tengah jalan pasien merasa badan lemas, dan kepalanya terasa pusing. Pasien menghentikan kendaraannya, lalu pandangannya terasa gelap dan pasien tidak sadarkan diri. Pasien diantar oleh warga sekitar ke RS Evasari, lalu pasien pindah ke IGD RS Polri oleh keluarga karena ada keluarganya anggota kepolisian.6 April 2015, pasien di konsultasikan ke bagiian THT untuk keluhan suaranya yang hilang, dan dinyatakan bahwa tidak terdapat kelainan. Keluhan tangan kanan pasien sudah tidak terasa kaku, namun kepala masih terasa sakit. Beberapa hari kebelakang pasien sulit tidur karena selalu teringat dengan kejadian tersebut.7 April 2015, pasien mengatakan 2 hari ini pasien mendengar suara laki-laki yang tidak ia kenal ketika malam dan siang hari, suara itu mengatakan kepada pasien untuk makan dan terkadang suara itu mengajak untuk mengobrol. Pasien juga mengatakan seperti tubuhnya diusap-usap lembut.D. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Riwayat penyakit medis umum Kelainan bawaan: Tidak ada Infeksi: Tidak ada Trauma: Tidak ada Lainnya: Tidak ada2. Riwayat PsikiatriPasien belum pernah mengalami gangguan seperti ini sebelumnya3. Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif Riwayat minum alkohol disangkal oleh pasien Riwayat minum obat-obatan terlarang (NAPZA) disangkalE. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Riwayat Prenatal dan PerinatalPasien adalah anak yang dikehendaki, lahir normal, dan cukup bulan, diasuh oleh kedua orang tuanya.4. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)Pasien menyatakan tumbuh kembang pasien sewaktu kecil baik. Perkembangan sesuai dengan usianya.5. Riwayat masa kanak pertengahan (3-13 tahun)Pasien mengaku bahwa ia melalui masa kanak-kanak nya seperti anak lainnya. Pasien tidak pernah mengalami hambatan dalam kehidupan sosial dan sekolahnya.6. Riwayat masa remajaPasien mengaku masa remajanya seperti remaja lainnya, dimana pada saat remaja ia mulai menyukai lawan jenisnya. Pasien mengaku ia merupakan orang yang senang berbicara dan bergaul. 7. Riwayat Masa Dewasaa. Riwayat PendidikanPasien lulus sekolah hingga SMA sesuai dengan usianya dan selalu naik kelas.b. Riwayat PekerjaanPasien berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

c. Riwayat PernikahanPasien mengaku sudah menikah + 12 tahun dan memiliki 1 orang anak. Namun 8 tahun belakangan ini pasien dan suami sering bertengkar. Suami pasien pernah meminta izin untuk menikah lagi, namun pasien tidak mau diduakan, pasien memberikan pilihan kepada suami untuk memilih salah satu saja.d. Riwayat Kehidupan BeragamaPasien beragama Islam. Pasien mengatakan bahwa selama di rawat ia agak sulit beribadah karena keterbatasan bergerak dan badan lemas.e. Riwayat pelanggaran hukumPasien mengatakan tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.

f. Riwayat sosial ekonomiPasien mengatakan berasal dari keluarga dengan perekonomian yang berkecukupan.

g. Situasi kehidupan sekarangPasien tinggal bersama suami dan anaknya di ASPOL CIP Jakarta Timur. Anak pasien sekolah SD kelas 4. Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.

8. Riwayat Keluarga Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien memiliki 2 kakak perempuan. Di keluarga pasien, tidak ada yang pernah mengalami seperti pasien sekarang. Pasien memiliki 1 anak laki-laki berusia 10 tahun.

Genogram

9. Persepsi Pasien Tentang Diri dan KehidupannyaPasien mengatakan bahwa dirinya seorang yang suka bergaul, dan terkadang berkumpul dengan temannya. Pasien sadar bahwa sedang dirawat di RS Polri.

10. Impian, Fantasi, dan Cita-cita PasienPasien ingin memiliki keluarga yang baik-baik.III. STATUS MENTAL (31 Maret 2015 dan 7 April 2015)A. Deskripsi Umum1. Penampilan Seorang perempuan berumur 31 tahun, berpenampilan cukup rapi sesuai dengan usianya, berkulit putih, tangan kanan tampak kaku dan mengarah ke bawah. Pasien juga tampak tenang. Pasien cukup bisa merawat diri sendiri dan tampak cukup bersih. Pasien ramah dan cukup kooperatif selama di wawancara.2. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorPada saat awal wawancara pasien terlihat tenang, tidak agresif, dapat menjawab pertanyaan dengan tulisan dan gerakan bibir.

3. Sikap terhadap pemeriksaSelama wawancara pasien menunjukkan sikap kooperatif dan dapat menjawab semua pertanyaan.4. PembicaraanPasien sulit berbicara, volume suara sangat kurang, artikulasi tidak jelas.

B. Mood dan Afek1. Mood: Hipotim2. Afek: Serasi3. Empati : Dapat diraba rasakan oleh pemeriksa

C. Gangguan Persepsi1. Halusinasi : Auditorik dan taktil2. Ilusi : tidak ada3. Depersonalisasi : tidak ada4. Derealisasi : tidak ada

D. Proses Berpikir1. Bentuk pikirKoheren2. Arus Pikir Produktivitas : Menurun Kontinuitas : tidak terganggu Hendaya bahasa : Sulit berbicara

3. Isi Pikir Preokupasi: pasien teringat kejadian melihat suaminya selingkuh Waham: tidak ada Obsesi kompulsi: tidak ada Fobia: tidak ada Ide bunuh diri: tidak ada Cukup ide

E. Kesadaran dan Kognisi1. Taraf kesadaran Kesadaran : Compos Mentis2. Orientasi Waktu: Baik Tempat: Baik Orang: Baik3. Daya Ingat Jangka panjang: Tidak terganggu Jangka sedang : Tidak terganggu Jangka pendek: Tidak terganggu Segera : Tidak terganggu4. Kosentrasi dan PerhatianPasien nampak sedikit sulit berkonsentrasi, namun dapat fokus terhadap pemeriksa.5. Kemampuan Membaca dan MenulisPasien dapat membaca dan menulis.6. Kemampuan VisuospasialPasien dapat berjalan dengan baik tanpa menabrak benda-benda yang ada disekelilingnya7. Pikiran AbstrakPasien dapat mendeskripsikan denah rumahnya.8. Kemampuan Menolong Diri SendiriKurang baik (pasien masih merasas lemas untuk bergerak).

F. Pengendalian ImpulsBaik (pasien tidak menujukkan agresivitas selama wawancara).

G. Daya Nilai dan Tilikan1. Daya Nilai Sosial : Cukup baik (pasien dapat menilai situasi secara benar)2. Uji Daya Nilai : Baik (pasien akan keluar ketika terdapat asap di dalam ruangan)3. Penilaian Realita : Kurang baik (terdapat halusinasi)4. Tilikan : Tilikan 6 (pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan)

H. Taraf dapat DipercayaPemeriksa memperoleh kesan bahwa keseluruhan jawaban pasien dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK (31 Maret 2015)A. Status GeneralisKeadaan Umum: Tampak sakit ringanKesadaran: Compos mentisTekanan Darah: 110/70 mmHg Nadi: 80x /menitSuhu: 36Frekuensi Nafas: 20x /menitBentuk Badan: NormalSistem Kardiovaskular: Bunyi jantung I-II reguler; gallop (-); murmur (-)Sistem Respiratori: Gerak dada selama napas normal dan simetris, suara nafas: vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-Sistem Gastrointestinal: Supel, Bising usus (+) Nyeri tekan (-)Sistem muskuloskeletal: Dalam batas normalSistem urogenital: Tidak diperiksaSistem dermatologi: Dalam batas normal

B. Pemeriksaan Neurologis Gejala Rangsangan Selaput Otak: tidak ditemukan Gejala Peningkatan TIK: tidak ditemukan Mata & Pemeriksaan oftalmoskopik: tidak dilakukan Motorik Tonus: normal Koordinasi: tidak terdapat gangguan koordinasi Turgor: baik Reflex fisiologis: (+)Patologis : (-) Kekuatan otot: 5555555555555555

Sensibilitas: baik Fungsi-fungsi luhur: normal Kelainan khusus: (-)

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Seorang pasien perempuan berusia 31 tahun diantar ke IGD RS POLRI pada tanggal 29 Maret 2015 dengan keluhan pingsan sejak 2 jam smrs. Pasien sering tampak murung, sedih, nafsu makan berkurang, sulit tidur, sedikit sulit berkonsentrasi, badan lemas. Status mental pada tanggal 31 Maret 2015, penampilan cukup rapi, tenang, kooperatif, mood hipotimik, afek serasi. 8 tahun terakhir pasien sering bertengkar dengan suaminya. Pasien memiliki kecurigaan mengenai suaminya yang selingkuh dengan wanita lain, pasien memergoki suami sedang berbaring dengan wanita lain di sebuah kos-kosan. Pasien merasakan suaranya hilang. Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan taktil, berupa suara dan rabaan. Tilikan pasien derajat 6, pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan. VI. FORMULASI DIAGNOSTIKSetelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma atau pola perilaku dan psikologi yang bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaan (distress) dan ketidakmampuan/hendaya (disability/ impairment) dalam fungsi serta aktivitasnya sehari-hari. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III. Diagnosis Aksis IF32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik.Pasien ini tidak termasuk gangguan mental organik karena tidak ditemukan adanya penurunan kesadaran, penyakit atau gangguan fisik atau kondisi medik yang ceara primer mempengaruhi otak secara fisiologis sehingga terjadi disfungsi otak, dan penyakit atau kondisi fisik di luar otak yang secara sekunder atau secara sistemik mempengaruhi fungsi otak secara fisiologi sehingga terjadi disfungsi otak.Pasien ini tidak termasuk ke dalam gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif karena tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif yang secara fisiologis mempengaruhi otak dan menimbulkan gangguan mental dan perilaku.Pasien ini tidak termasuk ke dalam skizofrenia, gangguan skizotipikal, gangguan waham (dan gangguan psikotik lainnya) karena gangguan yang mendominasi bukanlah gejala-gejala psikotik seperti halusinasi, waham, perilaku katatonik, perilaku kacau, pembicaraan kacau, tilikan buruk.Karena terdapat 3 gejala utama depresi (Afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, mudah lelah), sekurangnya 4 gejala tambahan (sulit berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berkurang, gagasan atau perbuatan membahayakan diri). Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu. Diagnostik Aksis IIZ03.2 Tidak didapatkan data yang bermakna untuk menentukan retardasi mental atau gangguan kepribadian. Diagnostik Aksis IIIPada pasien ini tidak ditemukan adanya kelainan pada keadaan medis secara umum. Diagnostik Aksis IVPada pemeriksaan ditemukan adanya stressor yang berupa masalah berkaitan dengan lingkungan keluarganya, yaitu masalah dengan suaminya yang berlangsung 8 tahun ini dan beberapa hari yang lalu (29 Maret 2015) ketika pasien memergoki suami selingkuh dengan wanita lain. Diagnostik Aksis VGlobal Assessment of Functioning (GAF) scale 50-41 gejala berat, disabilitas berat.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I : F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II Aksis III : Tidak ada kelainan Aksis IV: Masalah dengan primary support group (keluarga) Aksis V: GAF scale 50-41

VIII. PROGNOSIS Quo ad Vitam: dubia ad bonam Quo ad Functionam: dubia ad bonam Quo ad Sanationam: dubia ad bonam

IX. TERAPI Psikoterapi Suportif (mendukung hal-hal yang sudah baik dari pasien)

Farmakoterapi: Elizac (Fluoxetine) 1 x 20 mg (per oral) Frisium (Clobazam) 2 x 10 mg (per oral) Seroquel XR (Quetiapine Fumarate Extended-Release) 1 x 200 mg (per oral)

X. DISKUSIPada pasien ini didiagnosis sebagai F.32.3 depresi berat dengan gejala piskotik. Hal ini dikarenakan pada pasien ditemukan adanya karakteristik menurut PPDGJ-III.Depresi adalah suatu periode terganggunya fungsi manusia yang dikaitkan dengan perasaan yang sedih serta gejala penyertanya, dimana mencakup hal-hal seperti perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, rasa lelah, anhedonia, rasa tak berdaya dan putus asa dan bunuh diri.Diagnosis gangguan depresi dapat ditegakkan berdsarkan PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang berpedoman pada DSM-IV. Gangguan depresi dapat dibedakan menjadi episode depresif ringan, sedang dan berat menurut banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seorang. Kriteria penggolongan diatas berdasarkan atas gejala utama dan gejala lain. Adapun gejala utama ada tiga yaitu : (1) afek depresif, (2) kehilangan minat dan kegembiraan, dan (3) berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit) dan menurunnya aktifitas. Sedangkan gejala lainnya ada tujuh yaitu : (1) konsentrasi dan perhatian berkurang, (2) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna (3) harga diri dan kepercayaan diri berkurang, (4) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, (5) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, (6) nafsu makan berkurang dan tidur terganggu Episode depresi berat dapat ditegakkan dengan tiga gejala utama harus ada, ditambah minimal empat dari gejala lainnya dan beberapa harus berinteraksi berat, berlangsung minimal dua minggu atau kurang dapat dibenarkan jika terjadi gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat dan sangat tidak mungkin akan bisa meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga.

ETIOLOGIPenyebab belum diketahui secara pasti,tapi sebagian besar dijumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik.Satu atau lebih faktor stres berat,seperti peristiwa traumatis,konflik keluarga,masalah pekerjaan,kecelakaan,sakit parah,kematian orang yang dicintai,dan status imigrasi tidak pasti,dapat memicu psikosis reaktif singkat.EPIDEMIOLOGIGangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup kira-kira 15 % dan kemungkinan sekitar 25 % terjadi pada wanita. Terlepas dari kultur atau negara, prevalensi gangguan depresi berat dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-kira 40 tahun, 50 % dari semua pasien mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun.Beberapa data epidemiologi baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresi berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun. Jika pengamatan tersebut benar, mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat-zat lain pada kelompok usia tersebut. Pada umumnya gangguan depresi berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau berpisah.

PATOFISIOLOGITimbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik. Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem saraf pusat.Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor 5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan. Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena menurunnya pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik).

GAMBARAN KLINISSuatu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi.Gejala lainnya dapat berupa : Konsentrasi dan perhatian berkurang Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri Tidur terganggu Nafsu makan berkurang.Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai berdasarkan ungkapan pribadi atau hasil pengamatan orang lain.

PEDOMAN DIAGNOSTIKEpisode depresif (PPDGJ III) Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat)1 : Afek depresif Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata setelah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Gejala lainnya :a. Konsentrasi dan perhatian berkurangb. Harga diri dan kepercayaan diri berkurangc. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunad. Pandangan masa depan yang suram dan pesimisike. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh dirif. Tidur terganggug. Nafsu makan berkurang Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menetapkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), berat (F.32.2-3) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (f33).

Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2) Semua 3 gejala utama depresi harus ada Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan gejalanya secara rinci.Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan. Episode depresif biasnya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi bila gejalanya amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga kecuali dengan taraf yang sangat terbatas.

Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik (F32.3) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfkatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent).

Tatalaksana Tatalaksana depresi adalah dengan pemberian antidepresan. Pada pemberian antidepresan, obat akan memperlihatkan efek antidepresan yang optimal dalam waktu 3-4 minggu. Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan opipramol.2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.3. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA,Reversibel Inhibitor of Mono Amine Oxsidase-A), seperti : moclobemide.4. Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.5. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti : sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.Obat golongan SSRI (serotonin selective reuptake inhibitor) merupakan obat pilihan karena efektif, mudah digunakan, dan relatif rendah efek sampingnya, meskipun pada dosis tinggi. Dan lebih aman dari obat trisiklik, tetrasiklik ataupun MAOI. Obat-obat golongan SSRI diantaranya fluoxetine, fluvoksamin, citalopram paroxetine, dan sertraline.Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku, telah diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresi berat.

Mekanisme kerja SSRIObat ini merupakan golongan obat yang secra spesifik menghambat ambilan serotonin. obat ini merupakan inhibitor spesifik P450 isoenzim. Sertraline lebih selektif terhadap SERT (transporter serotonin) dan kurang selektif terhadap DAT (transpoter dopamin)4.KOMPLIKASIKurang/ tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari( bekerja), bunuh diri.

PrognosisIndikator prognosis baik: Episode ringan Tidak ada gejala psikotik Waktu rawat inap singkat Psikososial : punya banyak teman akrab selama masa remaja, keluarga stabil, 5 tahun sebelum sakit fungsi sosial baik Tidak lebih dari sekali rawat inap dengan depresi berat Onset awal pada usia lanjutIndikator prognosis buruk : Depresi berat bersamaan dengan distimik Penyalahgunaan alkohol dan zat lain Ditemukan gejala cemas Ada riwayat lebih dari sekali episode depresi sebelumnya.Kekambuhan depresi berat sering terjadi sekitar 25% pada 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit. 30-50% dalam 2 tahun pertama, 50-75% dalam periode 5 tahun. Namun insiden berkurang pada psien yang melanjutkan psikofarmaka profilaksis dan pasien yang hanya mempunyai satu atau dua episode depresi.

18