laporan kasus miopia.docx

Upload: kadenza

Post on 09-Oct-2015

280 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    1/18

    1

    LAPORAN KASUS

    Senin, 01 September 2014

    MIOPIA SIMPLEKS

    OLEH :

    ARI AGUSTINA,S.Ked

    G1A212010

    PEMBIMBING :

    Dr. H. Kuswaya, Sp.M

    KEPANITRAAN KLINIK SENIOR

    SMF/BAGIAN MATA RSUD RADEN MATTAHER/ PSPD UNJA

    JAMBI

    2014

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    2/18

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

    karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Miopia

    Simpleks.Penulisan laporan ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menjalani

    kepanitraan klinik senior di bagian mata di RSUD Raden Mattaher Jambi. Saya

    mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Kuswaya Waslan, SpM selaku pembimbing dalam

    pembuatan laporan kasus ini. Tidak lupa pula ucapan terimakasih penulis berikan kepada dr.

    H. Djarizal, Sp.M, MPH, dr. M. Ikhsan, Sp.M, dr. Hj. Zaimah Hilal, Sp.M dan dr. Amel

    yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.

    Sepenuhnya saya menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan masih

    banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat

    membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan laporan kasus ini.

    Terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga laporan kasus ini dapat

    bermanfaat bagi kita semua.

    Jambi, 01 September 2014

    Penyusun

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    3/18

    3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

    LAPORAN KASUS ...................................................................................... 1

    TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6

    1. Kelainan Refraksi .............................................................................. 6

    2 Miopia .................................................................................................. 7

    2.1 Definsi ............................................................................................. 5

    2.2 Etiologi ......................................................................................... 6

    2.3 Klasifikasi ........................................................................................ 6

    2.4 Patofisologi ..................................................................................... 6

    2.5 Pengobatan ...................................................................................... 7

    2.6 Komplikasi .................................................................................... 8

    2.7 Prognosa .......................................................................................... 9

    PEMBAHASAN ........................................................................................... 14

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    4/18

    4

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    1.1

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. S

    Umur : 30 tahun

    Jenis kelamin : Laki-Laki

    Alamat : Kelurahan selamat, Kec. Telanaipura

    Pekerjaan : PNS

    Pendidikan : S1 Hukum

    1.2 ANAMNESIS

    Keluhan utama : Penglihatan kedua mata kabur

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Sejak 2 tahun yang lalu penderita merasakan pandangan kabur pada kedua mata.

    Pandangan kabur apabila melihat jarak jauh dan huruf keliahatan membayang tetapi

    membaik jika jaraknya menjadi dekat. Pandangan kabur terjadi perlahan dan makin lamamakin kabur, pasien juga mengeluh harus mengernyitkan mata untuk melihat fokus pada

    suatu benda. Keluhan mata merah (-), nyeri (-), silau (-), kotoran mata (-), riwayat didepan

    computer dalam jangka waktu lama dalam sehari (+).

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat menggunakan kacamata sebelumnya iya. Riwayat kencing manis disangkal.

    Riwayat trauma pada daerah mata disangkal. Riwayat minum obat-obatan dalam jangka

    waktu lama disangkal.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.

    Riwayat Gizi

    Baik

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    5/18

    5

    Keadaaan Sosial Ekonomi

    Baik

    Penyakit Sistemik

    Tractus Respiratorius : Tidak ada keluhan

    Tractus Digestivus : Tidak ada keluhan

    Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan

    Endokrin : Tidak ada keluhan

    Neurologi : Tidak ada keluhan

    Kulit : Tidak ada keluhan

    THT : Tidak ada keluhan Gigi dan Mulut : Tidak ada keluhan

    Lainlain

    1.3Pemeriksaan Fisik

    1.3.1 Status Oftalmologikus

    PEMERIKSAAN VISUS

    DAN REFRAKSI

    VISUS OD OS2/60

    Pemeriksaan dilakukan

    dengan cara:

    - Pasien menutup mata

    kirinya dengan

    menggunakan telapak

    tangan

    - Pasien diminta untuk

    membaca angka terbesar

    pada kartu snellen.

    -

    Pasien tidak mampu

    membaca huruf terbesar

    pada kartu snellen

    sehingga dilakukan hitung

    jari.

    -

    Pasien mampu

    menghitung jari pada

    jarak 2 meter.

    -

    2/60Pemeriksaan dilakukan

    dengan cara:

    - Pasien menutup mata

    kanannya dengan

    menggunakan telapak

    tangan.

    - Pasien diminta untuk

    membaca huruf terbesar

    pada kartu snellen.

    -

    Pasien tidak mampu

    membaca huruf terbesar

    pada kartu snellen

    sehingga dilakukan

    hitung jari.

    -

    Pasien mampu

    menghitung jari pada

    jarak 2 meter.

    -

    KOREKSI

    Dengan langkah:

    Visus 2/606/6

    -

    Dilakukan koreksi denganmenggunakan sferis -5,00

    Visus 2/606/6

    -

    Dilakukan koreksidengan menggunakan

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    6/18

    6

    -

    Pasien diminta untuk

    memakai trial frame

    -

    Mata kanan diperiksa

    terlebih dahulu dan mata

    kiri ditutup dengan

    occlude-

    Pasien diminta untuk

    mengidentifikasi angka

    terbesar pada kartu

    snellen.

    - Setelah mata kanan

    diperiksa dilanjutkan

    pada mata kiri dan mata

    kanan ditutup.

    / + 5,00

    - Pasien merasa lebih

    terang dengan

    menggunakan lensa sferis

    -5,00.

    -

    Pasien hanya mampumembaca angka pada

    kartu snellen hingga baris

    ke -7 sehingga visus 6/6

    sferis -5,00 / + 5,00

    - Pasien merasa lebih

    terang dengan

    menggunakan lensa

    sferis -5,00.

    -

    Pasien mampumembaca angka pada

    kartu snellen hingga

    baris ke -7 sehingga

    visus 6/6

    MUSCLE BALANCE OD OS

    Kedudukan bola mata

    ortoforia Ortoforia

    PERGERAKAN BOLA

    MATA

    Versi baik, Duksi baik Versi baik, duksi baik

    PEMERIKSAAN

    EKSTERNAL

    OD OS

    SUPERSILIA Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

    PALPEBRA SUPERIOR Edema (), hiperemis (-) Edema (), hiperemis (-)

    PALPEBRA INFERIOR Edema (), hiperemis (-) Edema (), hiperemis (-)MARGO PALPEBRA DAN

    SILIA

    Ektopion (-), ektropion (-)

    Sekret (-), trikiasis (-)

    Ektopion (-), ektropion (-)

    Sekret (-), trikiasis (-)

    APPARATUS

    LAKRIMALIS

    Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

    KONJUNGTIVA

    TARSALIS SUPERIOR

    Folikel (-), papil (-) Folikel (-), papil (-)

    KONJUNGTIVA

    TARSALIS INFERIOR

    Folikel (-), papil (-) Folikel (-), papil (-)

    KONJUNGTIVA BULBI Injeksi siliaris (-), injeksi

    konjungtiva (-)

    Injeksi siliaris (-), injeksi

    konjungtiva (-)

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    7/18

    7

    KORNEA Jernih Jernih

    COA Sedang Sedang

    PUPIL

    - DIAMETER

    -

    REFLEKS CAHAYA- Direct

    - Konsekuil

    3 mm

    +

    +

    3 mm

    +

    +

    IRIS Warna coklat, kripte (+) Warna coklat, kripte (+)

    LENSA Keruh (-) Keruh (-)

    PEMERIKSAAN SLIT

    LAMP

    OD OS

    Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    TONOMETRI- SCHIOTZ Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    VISUAL FIELD Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    PEMERIKSAAN PADA

    KEADAAN MIDRIASIS

    Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    1.3. 2 Pemeriksaan Umum- KeadaanUmum

    - Tekanan darah

    - Nadi

    -

    Suhu

    - Pernapasan

    - Berat badan

    : Composmentis

    : 120/80 mmHg

    : 84 x/menit

    : Afebris

    : 20 x/menit

    : 63 Kg

    1.4 DIAGNOSIS BANDING

    Astigmatisma

    Hipermetropia

    1.5 DIAGNOSIS KERJA

    ODS Miopia Simpleks

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    8/18

    8

    1.6 USUL PEMERIKSAAN

    Funduskopi

    autorefraktometri

    1.7

    PENATALAKSANAAN

    Umum :

    Membaca dengan pencahayaan yang cukup

    Menghindari membaca sambil tiduran

    Kacamata harus terus dipakai

    Beristirahat jika mata mulai terasa lelah

    Khusus :

    Kacamata lensa sferis konkaf sesuai dengan koreksi :

    OD S5.00 D 6/6

    OS S5.00 D 6/6

    PD 64 / 62

    1.8 PROGNOSIS

    Quo ad vitam : ad bonam

    Quo ad functionam : dubia ad bonam

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    9/18

    9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 KELAINAN REFRAKSI

    Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina.

    Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik mata sehingga menghasilkan

    bayangan yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa mebelokkan sinar pada titik fokus

    yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang

    sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada orang normal daya bias media penglihatan dan

    panjangnya bola mata seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media refraksi

    dibiaskan tepat di daerah makula lutea.1

    Secara keseluruhan status refraksi dipengaruhi oleh :

    1. Kekuatan kornea (rata-rata 43 D)

    2. Kekuatan lensa (rata-rata 21 D)

    3. Panjang aksial (rata-rata 24 cm)

    Dikenal beberapa titik didalam bidang refraksi, seperti Punctum Proksimum merupakan

    titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Puctum Remotum adalah

    titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Titik ini merupakan titik

    didalam ruang yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat.1

    Emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasan sinar mata dan

    berfungsi normal. Ametropia adalah keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata

    yang tidak seimbang.1

    Terdapat beberapa kelainan refraksi antara lain miopia, hipermetropia, presbiopia, dan

    astigmat.2

    2.2 MIOPIA

    A. DEFINISI

    Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata

    tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek

    yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada

    badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi

    divergen,membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur.1,2

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    10/18

    10

    Gambar 1. Miopia

    Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan

    juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengernyitkan

    matanya untuk mencegah aberasi sferis atau unutk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).

    Pasien miopia mempunyai punctum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau

    berkedudukan konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat

    juling kedalam atau esotropia.2

    B. KLASIFIKASI1-3

    Dikenal beberapa tipe dari miopia :

    1. Miopia Aksial

    Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang

    dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola mata

    1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.

    2. Miopia Refraktif

    Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak intumesen

    dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.

    Menurut derajat beratnya, miopia dibagi dalam :

    1.

    Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 D

    2. Miopia sedang, dimana miopia kecil daripada 3-6 D

    3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 D

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    11/18

    11

    Menurut perjalanannya, miopia dikenal denan bentuk :

    a. Miopia stasioner, miopia yang menetap

    b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah

    panjangnya bola mata

    c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina

    dan kebutaan. Miopia maligna biasanya bila mopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan

    pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum

    yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina.

    Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli

    sepertimiopik kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian

    temporal yang berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi

    papil yang disebut annular patch. Dijumpai degenerasi dari retina berupa kelompok pigmen

    yang tidak merata menyerupai kulit harimau yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula,

    degenerasi retina bagian perifer (degenerasi latis).2,3

    Degenerasi latis adalah degenerasi vitroretina herediter yang paling sering dijumpai,

    berupa penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai pigmentasi, garis putih

    bercabang-cabang dan bintik kuning keputihan. Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada

    mata miopia dan sering disertai ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio

    retina.2,3

    Gambar 2. Degenerasi Latis

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    12/18

    12

    Berdasarkan gambaran klinisnya, miopia dibagi menjadi :2,-5

    a. Miopia simpleks

    Ini lebih sering daripada tipe lainnya dan dicirikan dengan mata yang terlalu panjang

    untuk tenaga optiknya (yang ditentukan dengan kornea dan lensa) atau optik yang

    terlalu kuat dibandingkan dengan panjang aksialnya.

    b. Miopia nokturnal

    Ini merupakan keadaan dimana mata mempunyai kesulitan untuk melihat pada area

    dengan cahaya kurang, namun penglihatan pada siang hari normal.

    c. Pseudomiopia

    Terganggunya penglihatan jauh yang diakibatkan oleh spasme otot siliar.

    d. Miopia yang didapat

    Terjadi karena terkena bahan farmasi, peningkatan level gula darah, sklerosis nukleus

    atau kondisi anomali lainnya.

    C. GEJALA KLINIS2,4,5,6

    Gejala subjektif miopia antara lain:

    a. Kabur bila melihat jauh

    b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

    c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

    akomodasi ).2-3

    Gejala objektif miopia antara lain:

    1. Miopia simpleks:

    a)Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.

    Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol

    b)Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai

    kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.2.3

    2. Miopia patologik:

    Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks Gambaran yang

    ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada

    1.Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang

    terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    13/18

    13

    Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas

    hubungannya dengan keadaan miopia

    2.Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat

    yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran

    papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi

    yang tidak teratur.2,3

    Gambar 2. Myopic cresent

    3.Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan

    subretina pada daerah makula.

    4.

    Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer

    5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat

    penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus

    tigroid.

    Gambar 3. Fundus Tigroid

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    14/18

    14

    D. PEMERIKSAAN PENUNJANG2,4,5

    Untuk mendiagnosis miopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada

    mata, pemeriksaan tersebut adalah :

    1.

    Refraksi Subjektif

    Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan rekraksi subjektif, metode

    yang digunakan adalah dengan metode trial and error. Jarak pemeriksaan 6 meter

    dengan menggunakan kartu Snellen.

    2. Refraksi Objektif

    Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis +2.00 D pemeriksa

    mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan

    retinoskop (against movement).

    3. Autorefraktometer

    Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan

    komputer.

    E. PENATALAKSANAAN

    a. Lensa Kacamata

    Kacamata masih merupakan yang paling aman untuk memperbaiki

    refraksi. Untuk mengurangi aberasi nonkromatik, lensa dibuat dalam bentuk

    meniskus (kurva terkoreksi) dan dimiringkan ke depan (pantascopic tilt). 1-4

    b. Lensa Kontak

    Lensa kontak pertama merupakan lensa sklera kaca yang berisi cairan. Lensa ini sulit

    dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa tidak enak pada

    mata. Lensa kornea keras, yang terbuat dari polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak

    pertama yang benar-benar berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata.

    Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel udara., yang

    terbuat dari asetat butirat selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan silikon; dan

    lensa kontak lunak, yang terbuat dari beragam plastik hidrogel; semuanya memberikan

    kenyamanan yang lebih baik, tetapi risiko terjadinya komplikasi serius lebih besar.2-4

    Lensa keras dan lensa yang permeabel-udara mengoreksi kesalahan refraksi dengan

    mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Daya refraksi total merupakan daya yang

    ditimbulkan oleh kelengkungan belakang lensa (kelengkungan dasar) bersamsa dengan daya

    lensa sebenarnya yang disebabkan oleh perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    15/18

    15

    Hanya yang kedua yang bergantung pada indeks refraksi bahan lensa kontak. Lensa keras

    dan lensa permeabel-udara mengatasi astigmatisme kornea dengan memodifikasi permukaan

    anterior mata menjadi bentuk yang benar-benar sferis.2-5

    Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur, mengadopsi bentuk

    kornea pasien. Dengan demikian, daya refraksinya hanya terdapat pada perbedaan antara

    kelengkungan depan dan belakang, dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisme

    kornea, kecuali bila disertai koreksi silindris untuk membuat suatu lensa torus.

    a. Bedah Keratorefraktif

    Bedah keratorefraktif mencakup serangkaian metode untuk mengubah kelengkungan

    permukaan anterior mata. Efek refraktif yang diinginkan secara umum diperoleh dari hasil

    empiris tindakan-tindakan serupa pada pasien lain dan bukan didasarkan pada perhitungan

    optis maternatis.3-6

    b. Lensa Intraokular

    Penanaman lensa intraokular (IOL) telah menjadi metode pilihan untuk koreksi

    kelainan refraksi pada afakia. Tersedia sejumlah rancangan, termasuk lensa lipat, yang

    terbuat dari plastik hidrogel, yang dapat disisipkan ke dalam mata melalui suatu insisi kecil;

    dan lensa kaku, yang paling sering terdiri atas suatu optik yang terbuat dari

    polimetilmetakrilat dan lengkungan (haptik) yang terbuat dari bahan yang sama atau

    polipropilen. Posisi paling aman bagi lensa intraokular adalah didalam kantung kapsul yang

    utuh setelah pembedahan ekstrakapsular.4,5

    e. Ekstraksi Lensa Jernih Untuk Miopia

    Ekstaksi lensa non-katarak telah dianjurkan untuk koreksi refraktif miopia sedang

    sampai tinggi; hasil tindakan ini tidak kalah memuaskan dengan yang dicapai oleh bedah

    keratorefraktif menggunakan laser. Namun, perlu dipikirkan komplikasi operasi dan

    pascaoperasi bedah intraokular, khususnya pada miopia tinggi.3-5

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    16/18

    16

    F. KOMPLIKASI2

    Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi

    berupa :

    -

    Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis

    - Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga terdapat risiko

    tinggi terjadinya robekan pada retina

    -

    Ablasi retina

    - Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaukoma

    G. PROGNOSIS

    Prognosis miopia sederhana adalah sangat baik. Pasien miopia sederhana yang telah

    dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih baik. Prognosis yang didapat

    sesuai dengan derajat keparahannya. Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia

    adalah terjadinya ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia akibat mata

    berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah

    berkurang atau terdapat ambliopia.1-3

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    17/18

    17

    PEMBAHASAN

    Dari anamnesis didapatkan keluhan :

    -

    Pandangan kedua mata kabur yang timbul secara perlahan, pertama kali 2 tahun yang

    lalu

    - Pandangan kabur saat melihat jauh dan huruf kelihatan membayang tetapi membaik

    jika melihat dalam jarak dekat

    - Mata cepat terasa lelah saat membaca

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

    - VOD 2/60 S -5.00 D 6/6

    - VOS 2/60 S -5.00 D 6/6

    - PD 64/62

    - ODS : Kornea jernih, COA sedang, lensa jernih

    Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu keadaan refraksi

    mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat,

    dibiaskan di depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan

    kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan tepat di retina

    tanpa akomodasi.

    Pasien ini diterapi dengan lensa sferis negatif. Ukuran lensa yang digunakan adalah yang

    terkecil yang memberikan visus maksimal pada saat dilakukan koreksi. Hal ini sesuai dengan

    kepustakaan yang menyatakan bahwa pada penderita miopia diberikan lensa sferis negatif

    yang terkecil yang memberikan visus maksimal.

    Prognosis quo ad vitam pada kasus ini adalah ad bonam, dan quo ad fungtionam pada

    kasus ini dubia ad bonam Prognosis miopia sederhana adalah sangat baik. Pasien miopia

    sederhana yang telah dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih baik.

    Prognosis yang didapat sesuai dengan derajat keparahannya.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS MIOPIA.docx

    18/18

    18

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Ilyas, HS. 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Cetakan I. Balai Penerbit FKUI,

    Jakarta

    2. Vaughan A dan Riordan E 2000. Ofthalmologi Umum. Ed 17 .Cetakan 1. Widya

    Medika, Jakarta.

    3. Nana Wijana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Jakarta. Abadi Tegal.1993

    4. Ilyas S, Tanzil M, Salamun dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata . Jakarta: Balai

    Pene rbit FKUI, 2003:5

    5. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. Refraksi dalam: Ilmu

    Penya ki tMata. Suhardjo, Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyaki

    t Mata FK UGM,2007;185-7

    6. Ilyas S. Optik dan ref raksi. Dalam : Ilmu Pen yakit Mata unt uk dokter

    umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Balai penerbit Sagung Seto,2002