laporan kasus meychelin
DESCRIPTION
kedokteranTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A.Y
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal lahir : Bitung, 14 Januari 1992
Status Perkawinan : Kawin
Jumlah Anak : 1 Orang
Pendidikan Terakhir : SD
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Alamat : Perum Bumi Beringin Ling III Kec Bitung Barat
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Tanggal MRS : 02 Juni 2013
Tempat Pemeriksaan : Ruangan Maengket RS. Prof. V.L. Ratumbuysang
1
B. RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
Heteroanamnesis dengan pasien sendiri pada tanggal 04 Sseptember 2013
sedangkan untuk alloanamnesis tidak di dapatkan, karena saat anamnesis
pasien tidak di damping keluarga.
1. Keluhan utama :
Jalan – jalan sendiri, kurang tidur, marah – marah, mengamuk, memukul
orang, putus obat kurang lebih 7 bulan.
Riwayat gangguan sekarang:
Autoanamnesis
Penderita marah-marah dan merontak karena sering memikirkan
tentang keadaan bahwa suaminya tidak pernah memberikan nafkah.
Penderita ketika marah sering memukul diri sendiri. Bicara kacau
didapatkan saat pasien pertama kali masuk rumah sakit, akan tetapi saat
anamnesis penderita kadang menunjukkan adanya bicara kacau. Keluhan
marah-marah dan memberontak dirasakan penderita sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Pasien dibawah ke RS. Ratumbuysang
dikarenakan saat dirumah pasien putus obat sekitar 7 bulan. Pasien sudah
sering masuk keluar rumah sakit jiwa sebanyak 4 kali, data yang berhasil
dikumpulkan menunjukkan pasien pertama kali dirawat di RS.
Ratumbuysang pada tahun 2011. Pasien mengaku saat ini masih sering
mendengar suara yang menyuruhnya untuk pulang dan masih melihat
bayangan yang lewat. Pada saat anamnesis dilakukan pasien sudah jauh
lebih baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan cukup baik dan
tenang.
2. Riwayat gangguan sebelumnya :
Pasien sudah sering keluar masuk rumah sakit jiwa, pertama kali pasien
masuk rumah sakit Ratumbuysang tanggal 14 Agustus 2011 dengan
keluhan pasien berjalan sendiri tanpa tujuan, marah tanpa sebab, pasien
merasa ada yang mengajaknya bicara, sering melempar batu dan merasa
sering dikejar-kejar. Masuk RS. Ratumbuysang kedua kalinya tanggal 01
Oktober 2012 dengan keluhan marah-marah tidak jelas, berjalan sendiri
2
tanpa tujuan dan banyak bicara. Masuk RS. Ratumbuysang ketiga pada
tanggal 23 Mei 2013 dengan keluhan jalan – jalan sendiri, marah – marah,
mengamuk, memukul orang, melempar batu dan masuk RS.
Ratumbuysang pada tanggal 02 Juni 2013.
Riwayat gangguan medis: trauma kapitis (-). Riwayat penggunaan zat
psikoaktif tidak ada. Riwayat pengambilan obat tidak teratur di poli,
karena jarak rumah penderita dengan RS. Ratumbuysang jauh. Riwayat
minum obat tidak teratur oleh akibat dari kurangnya pengawasan dari
keluarga pasien.
C. SILSILAH KELUARGA
Pihak ayah penderita Pihak ibu pasien
Keterangan:
Ayah Pasien
Ibu Pasien
Pasien
Kakak pasien
Meninggal
3
Pasien adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara
Selain pasien, kakaknya juga mengalami ganggguan jiwa
Adik pasien juga meninggal sewaktu melahirkan
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir cukup bulan dibantu oleh dokter di Rumah Sakit Bitung.
Tidak ditemukan kelainan atau cacat bawaan. Pasien adalah anak ke 3
dari 4 bersaudara.
2. Riwayat masa kanak awal (usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak awal sesuai dengan usia
pasien.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang sebagai anak yang pemalu, tetapi pasien
suka bergaul. Pasien bersekolah sampai tamat SD.
4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Pertumbuhan dan perkembangan dalam batas normal. Hubungan dalam
keluarga cukup harmonis. Pasien cukup memiliki banyak teman. Pasien
tidak melanjutkan sekolah lagi.
5. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
Pasien sudah menamatkan SD. Di sekolah pasien termasuk anak
yang rajin dan sopan.
b. Riwayat keagamaan
Pasien beragama islam dan rajin beribadah.
c. Riwayat psikoseksual
Pasien pernah punya pasangan.
d. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah dan mempunyai 1 orang anak.
e. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai penjaga wartel.
4
f. Riwayat sosial
Pasien mempunyai hubungan yang kurang baik dengan orang tua,
keluarga dan memiliki hubungan yang kurang baik dengan teman-
teman dan tetangga sekitar rumah semenjak pasien masuk RS pada
tahun 2011
g. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien pernah telibat dalam masalah hukum.
h. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu, dan sekarang menetap di bitung,
di sebuah rumah semi permanen, beratap seng, memiliki 3 kamar
tidur, 2 kamar mandi dan WC.
i. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak ke tiga dan pasien hidup dengan ekonomi
menengah. Hubungan antar keluarga saat ini kurang baik.
. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien adalah seorang wanita, usia 21 tahun, sesuai umur, duduk
sopan. Berpakaian rapi, ekspresi wajah wajar, kuku pendek.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien menjawab pertanyaan dan jawaban yang
diberikan sesuai.
Sikap terhadap pemeriksa
Penderita kooperatif
2. Alam perasaan (mood) dan afek
Mood : Cukup luas tapi jelas
Afek : Terbatas
3. Karakteristik bicara
Selama wawancara, penderita menjawab sesuai pertanyaan artikulasi
jelas, penderita pasti langsung menjawabnya dengan intonasi biasa dan
tidak tersenyum.
5
4. Gangguan Persepsi
Penderita saat ini mengalami halusinasi auditorik (pendengaran).
5. Proses Pikir
Bentuk pikiran: koheren.
Isi pikiran : tidak ada kelainan
6. Sensorium dan kognisi
Taraf kesadaran
Kompos mentis
Orientasi
Waktu : Baik. Pasien bisa membedakan siang dan malam.
Tempat : Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS
Orang : Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang disekitarnya.
Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang : Tidak terganggu. Pasien dapat
menyebutkan nama tempat pasien bersekolah dari SD.
Daya ingat jangka pendek : Tidak terganggu.
Daya ingat segera : Tidak terganggu. Pasien dapat mengulang 6 huruf
dan angka yang diucapkan pemeriksa.
Kemampuan baca dan menulis : Baik
Kemampuan visuospasial : Baik
Kemampuan menolong diri sendiri
Makan dan minum dilakukan sendiri.
Pengendalian impuls
Pasien sulit untuk mengendalikan amarahnya
Pertimbangan dan tilikan
Daya nilai sosial : Terganggu
Uji daya nilai : Terganggu
Penilaian realitas : Terganggu
Reliabilitas
Penjelasan yang diberikan pasien kadang-kadang tidak dapat dipercaya
karena adanya gangguan jiwa.
6
Derajat tilikan
Derajat tilikan (insight) 6, dimana penderita merasa dirinya sakit.
F. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI
1. Status Interna
Keadaan umun : Cukup.
Kesadaran : Compos Mentis.
Tanda vital : TD : 120/70 mmHg, N:84x/menit, R: 24x/menit, S: 36,6°C
Kepala : conjungtiva anemis -/-, sklera icterik -/-
Thoraks : Jantung : SI-SII normal, bising (-)
Paru : Suara pernapasan vesikuler
Abdomen : datar, lemas, nyeri epigastrium (-), bising usus normal,
hepar dan lien normal.
Ekstremitas : hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.
2. Status Neurologi
GCS : E4M5V6
TRM : tidak ada
Mata : Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+.
Pemeriksaan Nervus Kranialis
a. Nervus Olfaktorius (N.I)
Dilakukan untuk memeriksa fungsi pambau pasien. Pasien disuruh menutup
matanya dan membaui bahan-bahan yang khas didekat hidungnya dan
ditanyakan apa yang dicium olehnya.Pada pasien ini kesan normal.
b. Nervus Optikus (N.II)
Dilakukan untuk memeriksa ketajaman penglihatan kasar. Kedua mata
diperiksa secara bergantian dan disuruh menyebutkan barang atau huruf di
sekitar ruangan tempat pasien berada. Hasilnya ketajaman penglihatan normal.
c. Nervus Okulomotorius (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens
(N.VI)
Dilakukan untuk memeriksa gerakan bola mata. Kedua mata diperiksa secara
bergantian. Pasien disuruh duduk dengan jarak 1 meter kemudian mata pasien
mengikuti jari pemeriksa sampai membentuk huruf O. Pada pasien ini kesan
7
normal.
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Pasien disuruh memejamkan mata dan pada wajah pasien desentuhkan kertas
yang sudah depelinter, apakah pasien masih dapat merasakan. Selain itu pasien
disuruh membuka mulut dan dilihat apakah simetris atau tidak. Pada pasien in
kesan normal.
e. Nervus Facialis (V.II)
Dilakukan dengan cara pasien disuruh mengangkat dahi, bersiul dan
menyringai. Dilihat apakah simetris atau tidak. Pada pasien ini kesan normal.
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Dilakukan untuk memeriksa fungsi pendengaran pasien secara kasar. Pada
pasien ini dibisikkan kata-kata mendesis dan lunak pada jarak dekat dan sedit
jauh. Pada pasien ini kesan pendengaran normal.
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Dilakukan dengan menilai artikulasi bicar pasien, kemampuan menelan. Pada
pasien ini kesan normal.
h. Nervus Aksesorius (N.XI)
Dilakukan untuk menilai kekuatan otot-otot leher dan pundak. Dilakukan
dengan cara pasien disuruh mengangkat bahu atau menggerakkkan kepala ke
kiri dan ke kanan dan dberi sedikit tahanan. Pada pasien ini kesan normal.
i. Nervus Hipoglosus (N.XII)
Dilakukan dengan cara menyuruh pasien menjulukan lidah dan dilihat apakah
ada deviasi. Pada pasien ini kesan normal.
Fungsi sensorik : Tidak terganggu
Fungsi motorik : Kekuatan otot 5 5 5 5
5 5 5 5
Tonus otot : normal
Ekstrapiramidal Sindrom : Tidak ditemukan gejala Ekstrapiramidal
(tremor, bradikinesia, rigiditas)
Refleks fisiologis : Refleks Biceps (+), Triceps (+),
Archilles (+)
Refleks patologis : Brudzinsky 1 (-), Brudzinsky 2 (-)
8
G. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien perempuan umur 21 tahun ,
dibawa ke RS Prof.V.L. Ratumbuysang Manado pada tanggal 02 Juni 2013
dengan keluhan utama jalan – jalan sendiri, kurang tidur, marah – marah,
merontak, memukul orang, mendengar suara-suara aneh. Penderita tidak
dapat menjelaskan kenapa sampai marah-marah, namun penderita
menyatakan bahwa ia pernah dirawat di rumah sakit Ratumbuysang dengan
suka melempar batu serta marah-marah tanpa sebab, merontak dan berjalan
sendiri karena mendengar suara-suara aneh pada tahun 2011.
Berdasarkan status mental ditemukan penderita mempunyai psikomotor
tenang, artikulasi jelas, volume kecil, intonasi sedang, penderita menoleh saat
dipanggil namanya. Penderita kooperatif saat diwawancara. Mood eutimik,
afek tumpul, Halusinasi auditorik (+) dan visual (+). Norma sosial, uji daya
nilai terganggu, penilaian realitas terganggu. Derajat tilikan (insight) 6,
dimana penderita merasa dirinya sakit.
H. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang
mencetuskan perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi
timbulnya gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan adanya gangguan
kejiwaan serta ditemukan adanya distress dan disability ringan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien
mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan
kelainan yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara
fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa
yang diderita selama ini.
Pasien tidak pernah mengalami jatuh dari motor (trauma kapitis),
dengan demikian gangguan mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan.
Pada anamnesis ditemukan pasien minum-minuman beralkohol dan
mengkonsumsi obat-obatan berlebihan tidak didapatkan sehingga
kemungkinan gangguan mental akibat zat psikoaktif (F10-F19) dapat
disingkirkan.
9
Pada aksis 1 ditemukan adanya halusinasi auditorik dan visual, gejala ini
merupakan gejala negatif dari pasien skizofrenia tetapi pasien juga
mempunyai riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia Paranoid, yaitu pasien sering
merasa dirinya dikejar-kejar dan sudah pernah masuk rumah sakit dengan
diagnosis schizofrenia pada tahun 2011.
Pada aksis II terdapat gangguan kepribadian paranoid.
Pada aksis III tidak ada diagnosis.
Pada aksis IV ditemukan dari segi sosial dan lingkungan.
Pada aksis V GAF Scalae 61-70 (beberapa gejala ringan dan
menetap,disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).
I. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F.20.0)
Aksis II : Gangguan kepribadian paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV :Dari segi sosial dan lingkungannya, pasien untuk
pengobatan dilakukan tidak teratur oleh karena jarak antar
tempat tinggalnya yang berjauhan. Dalam lingkungan
hubungan pasien kurang baik.
Aksis V : GAF Scalae 61-70 (beberapa gejalah ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
J. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Dalam keluarga pasien ada yang sakit seperti ini (kakak dari pasien)
b. Psikologi
Pasien mengalami halusinasi audiotorik dan visual.
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Dari segi ekonomi keluarga pasien hanya memiliki pendapatan yang
hanya cukup untuk memenuhi makanan sehari-hari, pasien memiliki
keinginan untuk meneruskan sekolah ke bangku SMP.
10
Hubungan pasien dengan keluarga dan orang tua kurang baik, semenjak
pasien masuk RS tahun 2011, hubungan pasien dengan teman-temanya
serta tetangga menjadi kurang baik
K. TERAPI
1. Psikofarmaka
Risperidon 2x1 tablet 2mg
Haloperidol 3x1 tablet 5 mg
Carbamazepin tablet 3x1 tablet 100 mg
2. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a) Terhadap pasien
Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang
dapat muncul, kepatuhan dan keteraturan minum obat.
Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa
percaya diri, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas
hidup yang baik.
Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar
pasien tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam
menghadapi hidup ini tidak kendur.
b) Rencana terapi pada keluarga
Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,
perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum oabat
dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala
kekambuhan.
Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluargapada perjalanan penyakit.
L. PROGNOSIS
11
Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Malam
J. DISKUSI
Penderita jalan – jalan sendiri tanpa tujuan, bicara sendiri, marah-marah
dan merontak, dan mendengar suara-suara aneh, kurang tidur, memukul orang,
dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu sebelum masuk RS. Penderita
tidak dapat menjelaskan kenapa sampai marah-marah, namun penderita
menyatakan bahwa dia pernah dirawat di Rumah Sakit Ratumbuysang
sebanyak 4 kali. Saat ini pasien mendengar sesuatu seperti suara adzan dan
menyuruhnya untuk pulang dan melihat hal-hal aneh seperti bayangan
berwarna putih. Pasien tidak meminum alkohol. Pasien tidak pernah jatuh dari
motor dan kepala terbentur. Pasien minum obat tidak teratur. Selama
wawancara di rumah sakit dengan sikap pasien kooperatif, ekspresi wajah tak
ada kelainan, artikulasi jelas dan volume naik turun, pandangan tertuju pada
pemeriksa.
Pada pasien diberikan Risperidon 2 mg, Haloperidol 5 mg , Carbamazepin
100 mg. Akan tetapi penggunaan harus di ingat dan diperhatikan bahwa
pemberian haloperidon dan carbamazepin dapat menyebabkan sindrom
Johnson. Carbamazepin merupakan obat anti kolvusi kuat yang berkhasiat
sebagai antiepileptik, psikotropik dan analgesic spesifik. Senyawa ini bekera
mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh
dari focus epilepsy. Selain mengurangi kejang, carbamazepin juga memberikan
efek nyata terhadap perbaikan psikis yaitu perbaikan kewaspadaan dan
perasaan.
Pada pasien juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam hal ini
diberikan melalui edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya, cara
pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan
keteraturan minum obat sehingga pasien sadar dan mengerti akan sakitnya, dan
menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan terpaksa.
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan
untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan
12
pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat
menjalankan fungsi sosianya dengan baik. Keluarga pasien juga diberikan
terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian informasi
kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien serta
pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-
gejala kekambuhan secara dini.
Pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada
perjalanan penyakit juga penting untuk disampaikan. Prognosis pasien ini
adalah dubia ad bonam. Bila pasien taat menjalani terapi, adanya motivasi dari
pasien sendiri untuk sembuh, serta adanya dukungan pasien dari keluarga
maka akan membantu perbaikan pasien.
K. KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien adalah Skizofrenia Paranoid
2. Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan pemulihan dan
pencegahan timbulnya relaps, oleh karena itu perlu dipertimbangkan
pasien untuk tinggal bersama keluarga.
L. WAWANCARA PSIKIATRI
Keterangan :
A : Pemeriksa
B : Pasien
Dialog :
A : Selamat pagi, ibu…
B : Selamat pagi, dokter
A : Perkenalkan, kita dokter muda, kita pe nama mey, kalau boleh
tau ibu pe nama sapa kang?
B : Ta pe nama Ayu Yahya dokter
A : So umur berapa dang ibu Ayu?
B : kita pe umur dua puluh satu taon dok.
13
A : Ibu Ayu tinggal dimana dang ?
B : kita tinggal di bitung pa qt pe rumah dok.
A : Ooo… Ibu berapa basudara dang?
B : torang ada empat basudara, kita anak ketiga dok.
A : Kalau boleh tahu Ibu pe pendidikan terakhir apa?
B : kita kwa dok hanya sampe SD.
A : Trus.....kiapa dang sampe ibu ayu datang kamari ?
B : Kita kwa dokter suka marah- marah sandiri karena rasa nda
tenang, kong kita dok suka dengar suara-suara orang ba bisik
ditelinga sama dengan jaga ba ribut. kita lagi dok ja ba pukul
orang deng kita p diri kita jaga pukul deng batu, kita kwa dok
biasa lagi ja marontak karena banyak pikiran. Kita dorang bilang
kwa dok so gila. Benar so dok bagitu? Sampe itu no dok kita pe
orang tua bawa kita disini,
A : ohh ioo?? So dari kapan dang ibu Ayu ada rasa saki bagini?
B : so lama kwa dok. 4 kali no kita masuk rumah sakit dok. kita kwa
ja ba lempar batu dok.
A : oh io kong Ibu Ayu kiapa jaga ba lempar batu dang?
B : dorang bilang kwa kita kata so gila dok, jadi kita lempar deng
batu noh orang-orang disitu.
A : kong Ibu Ayu tau ja dengar suara apa?
B : nintau dok suara apa le itu.
A : kong sekarang masih ja ba dengar aneh-aneh?
B : masih ada noh dok.
A : kong Ibu Ayu jaga dengar suara apa dang??
B : Suara adzan deng suara ja suruh Ayu pulang.
A : kong Ibu ayu jaga b alia yang aneh-aneh ?
B : io dokter qt jaga lia bayangan putih.
A : ooo.. kong Ibu ayu pernah cilaka ato jatung kong kepala ta toki ?
B : nya pernah dok..
A : Ibu ayu suka ba minum-minuman keras atau nyanda?
B : nyanda pernah dok
14
A : Ibu ayu pernah minum obat-obat penenang?
B : nya pernah dok.
A : Ibu ayu so kaweng?
B : sudah no dok, ta pe suami so 6 bulan nda pulang-pulang dok, kita
ada anak 1 orang, laki-laki.
A : ohh… kong Ibu ayu pernah kerja dang?
B : pernah dokter, kerja di wartel kita itu hari
A : oh ok dang klo begitu..trima kase neh Ibu Ayu for depe waktu.
B : io dok..sama-sama......
A : cepat sembuh neh ..
B : makase dok..
15