laporan kasus kolestasis obstetri.docx

31
Identitas Pasien Nama : Ny. EM Umur : 28 tahun Pekerjaan : Dokter gigi Tgl MRS : 8-11-2011 No. RMK : 74XXXX Anamnesis Keluhan Utama Nyeri ulu hati sejak 1 hari SMRS. Riwayat penyakit Sekarang Wanita umur 28 tahun, hamil ke I, usia kehamilan 38 minggu datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 hari SMRS dan menjalar ke perut kanan atas disertai pula sesak napas.Dari jalan lahir keluar lendir darah (-),keluar air-air (-). BAK keruh,BAB tidak ada keluhan. Riwayat Pemeriksaan kehamilan ANC di Dokter Spesialis Kandungan Riwayat Penyakit Dahulu Darah tinggi disangkal

Upload: zeniahuda

Post on 29-Dec-2015

127 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kolestasis Obstetri

TRANSCRIPT

Identitas PasienNama : Ny. EMUmur : 28 tahunPekerjaan : Dokter gigiTgl MRS : 8-11-2011No. RMK: 74XXXX

AnamnesisKeluhan UtamaNyeri ulu hati sejak 1 hari SMRS.Riwayat penyakit SekarangWanita umur 28 tahun, hamil ke I, usia kehamilan 38 minggu datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 hari SMRS dan menjalar ke perut kanan atas disertai pula sesak napas.Dari jalan lahir keluar lendir darah (-),keluar air-air (-). BAK keruh,BAB tidak ada keluhan.Riwayat Pemeriksaan kehamilan ANC di Dokter Spesialis KandunganRiwayat Penyakit Dahulu Darah tinggi disangkal Asma disangkal Kencing manis disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga Asma disangkal Darah Tinggi disangkal Kencing manis disangkalRiwayat Pengobatan Belum mendapatkan pengobatanRiwayat Perkawinan Pernikahan 1, masih,lama pernikahan 2 tahun Riwayat Haid HP : 13 tahun, teratur Haid : teratur, tidak sakit, lama haid 7 hari, siklus 28 hari. HPHT : 14 Februari 2011 TP : 21 November 2011Riwayat PersalinanNo.Tempat BersalinPenolong

ThnAtermJnsPersalinanPenyulitJKBBPBKeadaan

1Ini

Riwayat Alergi Alergi makanan disangkal Alergi obat-obatan disangkal

Riwayat Operasi Disangkal PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum: Sakit SedangKesadaran: Compos Mentis

Tanda Vital Pernafasan: 20x/menit, teratur, normalSuhu: 36CHR: 80x/menit, teratur, kuat angkat Tekanan darah: 110/70 mmHg

BB : 67 kgTB : 164Status Generalis Kepala: normocephal Rambut : hitam, distribusi rambut merata, tidak rontok. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil Telinga : normotia, serumen (-/-) Hidung : bentuk normal, deviasi septum nasi (-), sekret/lendir (-) Tenggorokan: tonsil T1 T1, faring hiperemis (-) Mulut : sianosis (-), bibir pecah-pecah (+), Leher: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid ThoraxParu :- Inspeksi: normochest, gerakan dinding dada simetris, tidak ada bantuan otot-otot bantu pernafasan.- Palpasi: nyeri tekan (-), masa (-) - Perkusi : sonor pada kedua lapang paru - Auskultasi: vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-) Jantung : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Ekstremitas : `Ekstr. Atas : Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-), sianosis (-) Ekstr. Bawah: Akral hangat , RCT< 2 detik, edema (-), sianosis (-)

Status obstetri:Pemeriksaan abdomenInspeksi:perut cembungPalpasiLeopold I : TFU 37 cm, teraba bagian bulat lunak tidak melentingLeopold II :Teraba bagian memanjang pada sisi kanan, bagian kecil pada sisi kiriLeopold III:Teraba bagian bulat keras melentingLeopold IV:sudah masuk PAPDJJ:140X/menit

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 8-11-2011HematologiHasilNilai normal

Hemoglobin10,311,7-15,5

Leukosit10,66ribu/3,60-11.00

Trombosit257 ribu150-440

Hematokrit3135-47

Kimia klinik

Bill.Total0,4< 0,1

Bill.Direct0,1 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasisdibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.c. Berat badan (BMI)Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadarkolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empeduserta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.d. MakananIntake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.e. Riwayat keluargaOrang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besardibandingn dengan tanpa riwayat keluarga.f. Aktifitas fisikKurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinyakolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.g. Penyakit usus halusPenyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease,diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.h. Nutrisi intravena jangka lamaNutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandungempedu.

Manifestasi KlinisPenderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebutbermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus, sehingga gambaranklinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan sampai berat karena adanya komplikasi.Dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan, yang kadang-kadang disertai kolik bilier yang timbul menetap/konstan. Rasa nyeri kadang-kadang dijalarkan sampai di daerah subkapula disertai nausea, vomitus dan dyspepsia, flatulen dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat teraba pembesaran kandung empedu dan tanda Murphy positif. Dapat juga timbul ikterus. Ikterus dijumpai pada 20 % kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila kadar bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra hepatic. Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien. Nyeri viseral ini berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient duktus sistikus oleh batu. Dengan istilah kolik bilier tersirat pengertian bahwa mukosa kandung empedu tidak memperlihatkan inflamasi akut.Kolik bilier biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung lama antara 30 60 menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah epigastrium. Nyeri dapat menjalar ke abdomen kanan, ke pundak, punggung, jarang ke abdomen kiri dan dapat menyerupai angina pektoris. Kolik bilier harus dibedakan dengan gejala dispepsia yang merupakan gejala umum pada banyak pasien dengan atau tanpa kolelitiasis. Diagnosis dan pengelolaan yang baik dan tepat dapat mencegah terjadinyakomplikasi yang berat. Komplikasi dari batu kandung empedu antara lain kolesistitis akut, kolesistitis kronis, koledokolitiasis, pankreatitis, kolangitis, sirosis bilier sekunder,ileus batu empedu, abses hepatik dan peritonitis karena perforasi kandung empedu.Komplikasi tersebut akan mempersulit penanganannya dan dapat berakibat fatal.Sebagian besar (90 95 %) kasus kolesititis akut disertai kolelitiasis dan keadaan ini timbul akibat obstruksi duktus sistikus yang menyebabkan peradangan organ tersebut.Pasien dengan kolesistitis kronik biasanya mempunyai kolelitiasis dan telah sering mengalami serangan kolik bilier atau kolesistitis akut. Keadaan ini menyebabkan penebalan dan fibrosis kandung empedu dan pada 15 % pasien disertai penyakit lain seperti koledo kolitiasis, panleneatitis dan kolongitis.Batu kandung empedu dapat migrasi masuk ke duktus koledokus melalui duktus sistikus (koledokolitiasis sekunder) atau batu empedu dapat juga terbentuk di dalam saluran empedu (koledokolitiasis primer). Perjalanan penyakit koledokolitiasis sangat bervariasi dan sulit diramalkan yaitu mulai dari tanpa gejala sampai dengan timbulnya ikterus obstruktif yang nyata.Batu saluran empedu (BSE) kecil dapat masuk ke duodenum spontan tanpa menimbulkan gejala atau menyebabkan obstruksi temporer di ampula vateri sehingga timbul pankreatitis akut dan lalu masuk ke duodenum (gallstone pancreatitis). BSE yang tidak keluar spontan akan tetap berada dalam saluran empedu dan dapat membesar. Gambaran klinis koledokolitiasis didominasi penyulitnya seperti ikterus obstruktif, kolangitis dan pankreatitis.

Patofisiologi

Patogenesis Bentukan Batu Empedu

Avni Sali tahun 1984 membagi batu empedu berdasarkan komponen yangterbesar yang terkandung di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pembagian dari Tetsuo Maki tahun 1995 sebagai berikut:

a) Batu kolesterol dimana paling sedikit 50 % adalah kolesterol. Ini bisa berupa sebagai: Batu Kolesterol Murni Batu Kombinasi Batu Campuran (Mixed Stone)

b)Batu bilirubin dimana garam bilirubin kadarnya paling banyak, kadar kolesterolnya paling banyak 25 %. Bisa berupa sebagai: Batu Ca bilirubinat atau batu pigmen calcium Batu pigmen murnic) Batu empedu lain yang jarang.Sebagian ahli lain membagi batu empedu menjadi: Batu Kolesterol Batu Campuran (Mixed Stone) Batu Pigmen.

Batu KolesterolPembentukan batu Kolesterol melalui tiga fase:a. Fase SupersaturasiKolesterol, phospolipid (lecithin) dan garam empedu adalah komponen yang tak larut dalam air. Ketiga zat ini dalam perbandingan tertentu membentuk micelle yang mudah larut. Di dalam kandung empedu ketiganya dikonsentrasikan menjadi lima sampai tujuh kali lipat.Pelarutan kolesterol tergantung dari rasio kolesterol terhadap lecithin dangaram empedu, dalam keadaan normal antara 1 : 20 sampai 1 : 30. Padakeadaan supersaturasi dimana kolesterol akan relatif tinggi rasio ini bisamencapai 1 : 13. Pada rasio seperti ini kolesterol akan mengendap.Kadar kolesterol akan relatif tinggi pada keadaan sebagai berikut: Peradangan dinding kandung empedu, absorbsi air, garam empedudan lecithin jauh lebih banyak. Orang-orang gemuk dimana sekresi kolesterol lebih tinggi sehinggaterjadi supersaturasi. Diet tinggi kalori dan tinggi kolesterol (western diet). Pemakaian obat anti kolesterol sehingga mobilitas kolesterol jaringantinggi. Pool asam empedu dan sekresi asam empedu turun misalnya padagangguan ileum terminale akibat peradangan atau reseksi (gangguansirkulasi enterohepatik). Pemakaian tablet KB (estrogen) sekresi kolesterol meningkat dankadar chenodeoxycholat rendah, padahal chenodeoxycholat efeknyamelarutkan batu kolesterol dan menurunkan saturasi kolesterol.Penelitian lain menyatakan bahwa tablet KB pengaruhnya hanyasampai tiga tahun.b. Fase Pembentukan inti batuInti batu yang terjadi pada fase II bisa homogen atau heterogen. Inti batuheterogen bisa berasal dari garam empedu, calcium bilirubinat atau sel-selyang lepas pada peradangan. Inti batu yang homogen berasal dari kristalkolesterol sendiri yang menghadap karena perubahan rasio dengan asamempedu.c. Fase Pertumbuhan batu menjadi besarUntuk menjadi batu, inti batu yang sudah terbentuk harus cukup waktuuntuk bisa berkembang menjadi besar. Pada keadaan normal dimanakontraksi kandung empedu cukup kuat dan sirkulasi empedu normal, intibatu yang sudah terbentuk akan dipompa keluar ke dalam usus halus. Bilakonstruksi kandung empedu lemah, kristal kolesterol yang terjadi akibatsupersaturasi akan melekat pada inti batu tersebut. Hal ini mudah terjadipada penderita Diabetes Mellitus, kehamilan, pada pemberian totalparental nutrisi yang lama, setelah operasi trunkal vagotomi, karena pada keadaan tersebut kontraksi kandung empedu kurang baik. Sekresi mukus yang berlebihan dari mukosa kandung empedu akan mengikat kristalkolesterol dan sukar dipompa keluar.

Batu bilirubin/Batu pigmenBatu bilirubin dibagi menjadi dua kelompok:a. Batu Calcium bilirubinat (batu infeksi).b. Batu pigmen murni (batu non infeksi).Pembentukan batu bilirubin terdiri dari 2 fase:a. Saturasi bilirubinPada keadaan non infeksi, saturasi bilirubin terjadi karena pemecahaneritrosit yang berlebihan, misalnya pada malaria dan penyakit Sicklecell.Pada keadaan infeksi saturasi bilirubin terjadi karena konversi konjugasibilirubin menjadi unkonjugasi yang sukar larut. Konversi terjadi karenaadanya enzim b glukuronidase yang dihasilkan oleh Escherichia Coli.Pada keadaan normal cairan empedu mengandung glokaro 1,4 laktonyang menghambat kerja glukuronidase.b. Pembentukan inti batuPembentukan inti batu selain oleh garam-garam calcium dan sel bisa jugaoleh bakteri, bagian dari parasit dan telur cacing. Tatsuo Makimelaporkan bahwa 55 % batu pigmen dengan inti telur atau bagian badandari cacing ascaris lumbricoides. Sedangkan Tung dari Vietnammendapatkan 70 % inti batu adalah dari cacing tambang.

Patofisiologi UmumBatu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikanberdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigment dan batucampuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung 20-50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana mengandung < 20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalam kandung empedu.Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang terbentuk terbak dalam kandung empedu, kemuadian lama-kelamaan kristal tersubut bertambah ukuran,beragregasi, melebur dan membetuk batu. Faktor motilitas kandung empedu, biliary stasis, dan kandungan empedu merupakan predisposisi pembentukanbatu empedu empedu.

KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis:a. Asimtomatikb. Obstruksi duktus sistikusc. Kolik bilierd. Kolesistitis akut Empiema Perikolesistitis Perforasie. Kolesistitis kronis Hidrop kandung empedu Empiema kandung empedu Fistel kolesistoenterik Ileus batu empedu (gallstone ileus)

Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya makananmengakibatkan/ menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang tadi ada dalam kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus secara menetap maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi infeksi maka mukokel dapat menjadi suatu empiema, biasanya kandung empedu dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel kolesistoduodenal. Penyumbatan duktus sistikus dapat juga berakibat terjadinya kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat mengakibatkan nekrosis sebagian dinding (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat membentuk suatu fistel kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi kandung empedu yang berakibat terjadinya peritonitisgeneralisata.Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus koledokus kemudian menetap asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat di duktus koledokus juga berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan pankretitis.Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi.

Diagnosis

AnamnesisSetengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asintomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepdia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu,disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.

Pemeriksaan Fisik

Batu kandung empeduApabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi,seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop kandungempedu, empiema kandung empedu, atau pangkretitis. Pada pemeriksaanditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomiskandung empedu. Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambahsewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yangmeradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menariknafas. Batu saluran empeduBaru saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam fase tenang. Kadang teraba hatidan sklera ikterik. Perlu diktahui bahwa bila kadar bilirubin darah kurang dari 3 mg/dl, gejal ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluranempedu bertambah berat, akan timbul ikterus klinis.

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratoriumBatu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkankelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut,dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukankenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus olehbatu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu didalam duktus koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadaramilase serum biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi seranganakut.b. Pemeriksaan radiologis Foto polos AbdomenFoto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khaskarena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadarkalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akutdengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedukadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yangmenekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.

Ultrasonografi (USG)Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggiuntuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empeduintrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dindingkandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkanoleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktuskoledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalamusus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandungempedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.

KolesistografiUntuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karenarelatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusensehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akangagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaantersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi orallebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.

PenatalaksanaanJika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yanghilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak. Pilihan penatalaksanaak antara lain:

a) Kolesistektomi terbukaOperasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.

b) Kolesistektomi laparaskopiIndikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanyakolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedahmulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasiendengan batu duktus koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan inidibandingkan prosedur konvensional adalah dapat mengurangi perawatan dirumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja,nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan adalahkemanan dari prosedur ini, berhubungan dengan insiden komplikasi 6r seperticedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selamakolesistektomi laparaskopi.

c) Disolusi medisMasalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan adalah angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat disolusi hanya memperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu jenis kolesterol. Penelitianprospektif acak dari asam xenodeoksikolat telah mengindikasikan bahwa disolusidan hilangnnya batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan,kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien.

d) Disolusi kontakMeskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten (metilter-butil-eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5 tahun).

e) Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pad saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.

f) KolesistotomiKolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan di samping tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang bermanfaat, terutama untuk pasien yang sakitnya kritis.

Terapi

Ranitidin-Komposisi: Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50mg/ml injeksi.-Indikasi: Ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadapsimetidina, ulkus duodenum, hiperekresi asam lambung (Dalam kasuskolelitiasis ranitidin dapat mengatasi rasa mual dan muntah / anti emetik).- Perhatian: Pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala karsinoma lambung, dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil. Buscopan (analgetik /anti nyeri)-Komposisi: Hiosina N-bultilbromida 10 mg/tablet, 20 mg/ml injeksi.- Indikasi: Gangguan kejang gastrointestinum, empedu, saluran kemihwanita.- Kontraindikasi: Glaukoma hipertrofiprostat. Buscopan Plus-Komposisi: Hiosina N-butilbromida 10 mg, parasetamol 500 mg.- Indikasi: Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastik pada saluran uriner, bilier, dan organ genital wanita. NaCl NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida yang dimanakandungan osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di dalamplasma tubuh. NaCl 3 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida tetapi kandunganosmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasmatubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan medikal bedah vol 2. Jakarta: EGC.Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasikeperawatan, diagnosis keperawatan dan masalah kolaboratif. Edisi 2. Jakarta:EGC.Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.Dorland, W. 2002. Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/kolelitiasis-gallbladder-stones/. Diaksestanggal 4 Oktober 2009.Husadha, Yast. 1996. Buku ajar ilmu penyakit dalam: fisiologi dan pemeriksaanbiokimiawi hati. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.ISFI. 2008. ISO Indonesia. Volume 43 2008. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.Lesmana, L. 2000. Batu empedu. Buku ajar penyakit dalam. Edisi 3. Jakarta: BalaiPenerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Mansjoer, A. 1999. Kapita selekta kedokteran. Jilid I. Edisi 3. Jakarta: Penerbit MediaAesculapius FKUI.Schwartz S, Shires G, Spencer F. 2000. Prinsip-prinsip ilmu bedah (principles ofsurgery). Edisi 6. Jakarta: EGC.Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.