laporan kasus impetigo bulosa

10
Laporan Kasus Impetigo Bulosa Ayu Kusuma Ningrum Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ABSTRAK : Impetigo adalah infeksi bakteri pada kulit superficial yang sangat menular yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemolyticus. Staphylococcus aureus merupakan organisme penyebab yang paling penting . Impetigo terbagi menjadi dua jenis yaitu impetigo nonbulosa dan impetigo bulosa . Dalam pembahasan kali ini akan membahas lebih jauh mengenai impetigo bulosa,dengan manifestasi yang timbul berupa vesikel yang terisi dengan cairan, yang kemudian pecah membentuk krusta. Penegakan diagnosis biasanya dilakukan secara klinis dan dapat dikonfirmasi oleh pewarnaan Gram dan kultur , meskipun hal ini biasanya tidak diperlukan . Meskipun impetigo biasanya sembuh secara spontan dalam waktu dua minggu tanpa bekas luka , pengobatan membantu meringankan ketidaknyamanan , meningkatkan penampilan kosmetik , dan mencegah penyebaran organisme yang dapat menyebabkan penyakit lain. Tidak ada standar pengobatan untuk impetigo , dan banyak 1

Upload: ayu-kusuma-ningrum

Post on 20-Jan-2016

365 views

Category:

Documents


113 download

TRANSCRIPT

Laporan Kasus

Impetigo Bulosa

Ayu Kusuma Ningrum

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRAK : Impetigo adalah infeksi bakteri pada kulit superficial yang sangat menular yang

disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemolyticus. Staphylococcus

aureus merupakan organisme penyebab yang paling penting . Impetigo terbagi menjadi dua

jenis yaitu impetigo nonbulosa dan impetigo bulosa . Dalam pembahasan kali ini akan

membahas lebih jauh mengenai impetigo bulosa,dengan manifestasi yang timbul berupa

vesikel yang terisi dengan cairan, yang kemudian pecah membentuk krusta. Penegakan

diagnosis biasanya dilakukan secara klinis dan dapat dikonfirmasi oleh pewarnaan Gram dan

kultur , meskipun hal ini biasanya tidak diperlukan . Meskipun impetigo biasanya sembuh

secara spontan dalam waktu dua minggu tanpa bekas luka , pengobatan membantu

meringankan ketidaknyamanan , meningkatkan penampilan kosmetik , dan mencegah

penyebaran organisme yang dapat menyebabkan penyakit lain. Tidak ada standar pengobatan

untuk impetigo , dan banyak pilihan yang tersedia . Antibiotik topikal mupirocin dan asam

fusidic efektif dan bisa lebih baik dibanding antibiotik oral

LAPORAN KASUS

Seorang wanita, berinisial M

datang ke poliklinik RSAL Dr.

Mintohardjo dengan mengeluhkan

terdapatnya bintik bintik berupa lepuhan

berwarna merah di daerah ketiak bagian

kanan sejak 5 hari yang lalu. Awalnya

bintik lepuhan tersebut hanya berjumlah 2,

namun semakin lama semakin banyak dan

menyebar ke daerah di sekitar ketiak

tersebut. OS merasakan bintik lepuhan 1

tersebut sangat nyeri, terutama apabila

tersenggol / mendapat gesekan, nyeri

semakin bertambah hebat terutama ketika

OS sedang berkeringat. Bintik berupa

lepuhan tersebut sangat mudah pecah,

sekalipun hanya tersentuh, ketika sudah

pecah biasanya bintik berupa lepuhan

tersebut akan menyebar. Pecahan berisi air

dan diakui warnanya jernih sampai keruh.

Keluhan seperti rasa panas / terbakar pada

bintik bintik atau daerah di sekitar bintik

tersebut disangkal oleh OS.

OS mengaku ini adalah kali

pertama OS terserang penyakit seperti ini,

OS memiliki riwayat alergi terhadap obat

obatan seperti penisilin, dan vitamin B

Complex, namun OS tidak pernah

meminum obat obatan tersebut sebelum

terserang penyakit ini. OS mempunyai

riwayat sakit herpes beberapa bulan yang

lalu.

Di dalam rumah OS terdapat

saudara yang mengalami penyakit kulit

yaitu timbulnya bintik merah kecil namun

saudara OS tidak mengeluhkan rasa

nyeri/gatal/terbakar pada bintik bintik

tersebut. Dan keluhan tersebut tidak

diobati namun sembuh dengan sendirinya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan

gambaran lesi multipel berupa vesikel

dengan dasar berwarna merah, dan nampak

juga vesikel yang berisi pus, serta

gambaran erosi. lesi tersebut menyebar

secara regional di daerah axilla anterior

dextra. Saat disentuh tanpa penekanan OS

merasanyeri.

Diagnosis banding untuk kasus ini

diantaranya adalah : Impetigo Bulosa,

Herpes simpleks virus, serta Varisella.

Diagnosis kerja untuk kasus ini adalah

impetigo bulosa, diagnosa kerja

ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu 2

terdapatnya keluhan berupa timbul bintik

bintik berupa lepuhan dengan dasar

berwarna merah, dan ada juga lepuhan

yang sudah pecah, bahkan sudah

mengering, bersifat nyeri, terutama bila

terkena gesekan dan juga saat berkeringat.

Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan

gambaran lesi multipel berupa vesikel

dasar berwarna merah, dan nampak juga

vesikel yang tampak berisi pus, serta ada

pula gambaran berupa erosi yang

menyebar secara regional di daerah axilla

anterior dextra. Ketika disentuh tanpa

penekanan OS merasakan nyeri.

Diagnosis kerja sudah sesuai dengan

kriteria impetigo bulosa yaitu Kelainan

kulit berupa vesikel pada kulit yang utuh,

dengan kulit sekitar normal atau

kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi

cairan yang jernih yang berubah menjadi

berwarna keruh. Krusta “varnishlike”

terbentuk pada bagian tengah yang jika

disingkirkan memperlihatkan dasar yang

merah dan basah. Bulla/ vesikel yang utuh

jarang ditemukan karena sangat rapuh.

Tempat predileksi tersering pada impetigo

bulosa adalah di ketiak, dada, punggung.

Sering bersama-sama dengan miliaria.

Terdapat pada anak dan dewasa. Terapi

yang diberikan pada pasien ini

diantaranya, terbagi menjadi 2 yaitu :

Non medika mentosa, dan medika

mentosa. Non medika mentosa : Kompres

dengan menggunakan air dingin (dicampur

betadine), menjaga hygienitas dengan

mandi, kurangi aktivitas yang

menyebabkan banyak berkeringat ,

mencegah untuk menggaruk daerah lesi.

Medika mentosa : Fuson cream 2x1

(dipakai sesudah pengompresan),

Eritromisin 500mg 4x1 (sebelum makan)

DISKUSI

Impetigo adalah infeksi yang

sangat menular dari epidermis superfisial

yang paling sering menyerang anak-anak

2-5 tahun , namun dapat terjadi pada

semua kelompok umur. Staphylococcus

aureus merupakan organisme penyebab

yang paling penting . Streptococcus

pyogenes ( yaitu , kelompok A

streptokokus beta -hemolytic )

menyebabkan sedikit kasus , baik sendiri

atau dalam kombinasi dengan S. aureus.1

3

Ada dua jenis utama impetigo,

yaitu impetigo bulosa dan impetigo non

bulosa. Impetigo bulosa (yang ditandai

dengan bula) disebabkan oleh infeksi

Staphylococcus yang mengenai lapisan

kulit bagian stratum korneum. Manifestasi

yang timbul adalah bentuk eritroderma

yang dimediasi oleh racun dari

staphylococcus, dan mengakibatkan

peluruhan lapisan epidermis dari kulit,

akhirnya mengarah ke area yang luas.

Vesikel terisi dengan cairan, yang

kemudian pecah membentuk krusta

berwarna coklat muda.1 Bentuk bulosa

adalah jenis umum paling impetigo.2,3

Impetigo bulosa biasanya

menyerang daerah yang lembab, daerah

dada,punggung atau daerah lipatan seperti

aksila , lipatan leher. Kebanyakan kasus

adalah sembuh dengan sendirinya dan

sembuh tanpa jaringan parut dalam

beberapa minggu . Impetigo bulosa

tampaknya kurang menular dibanding

impetigo nonbulosa.1,3

Diagnosis impetigo biasanya hanya

mengacu pada gejala klinis dan

pemeriksaan fisik, pengobatan jarang

didasarkan pada hasil swab kulit. Kerokan

kulit tidak bisa membedakan antara

infeksi dan kolonisasi. Jika sampel tidak

diambil dengan benar hasil mungkin

kurang terpercaya. Oleh karena itu

penting untuk melihat bukti-bukti yang

didasarkan pada penampilan klinis.4,5

Menurut dua ulasan nonsistematik

terakhir, impetigo biasanya sembuh tanpa

gejala sisa dalam waktu dua minggu jika

dibiarkan tanpa terapi. Dilakukan lima

percobaan acak terkontrol plasebo.

Tingkat kesembuhan tujuh hari dalam

ujicoba tersebut berkisar 0-42 persen. Pada

penderita dewasa tampaknya memiliki

4

risiko yang lebih tinggi dari komplikasi

yang dapat timbul.1

Pengobatan utama untuk impetigo

adalah mengutamakan 3 prinsip:

untuk meringankan ketidaknyamanan,

memperbaiki penampilan kulit, dan

mengurangi penyebaran lebih lanjut dari

infeksi. Saat ini, tidak ada standar yang

diterima terapi, dan pilihan pengobatan

termasuk berbagai antibiotik oral dan

topikal serta topikal desinfektan.2,5

Sebagian besar infeksi impetigo

dapat sembuh tanpa memerlukan

antibiotik, namun untuk mengurangi durasi

dan penyebaran penyakit, antibiotik

topikal digunakan. Antibiotik oral

umumnya digunakan untuk pasien dengan

infeksi yang lebih parah atau sudah sampai

komplikasi.2

Sejumlah penelitian baru baru ini

membandingkan berbagai antibiotik oral.

Dua tinjauan sistematis menunjukkan

bahwa lactamase-resistant, penisilin

spektrum sempit, penisilin spektrum luas,

sefalosporin, dan macrolides, secara

umum, sama-sama efektif. Penisilin V dan

amoxicillin kurang efektif daripada

sefalosporin, kloksasilin, atau amoksisilin /

klavulanat (Augmentin) . Satu studi

menemukan cefuroxime (Ceftin) menjadi

lebih efektif daripada eritromisin, dan

tingkat resistensi eritromisin tampaknya

sering meningkat.1

Kajian sistematis menunjukkan

bahwa antibiotik topikal lebih efektif

daripada beberapa antibiotik oral.

Antibiotik topikal cenderung

memiliki efek samping sistemik yang lebih

baik daripada antibiotik oral dan dapat

mencapai kepatuhan yang lebih baik dalam

5

pengobatan. waktu yang dibutuhkan

sekitar 7 sampai 12 hari . 4

Yang paling sering dipelajari topikal

antibiotik adalah asam mupirocin dan

fusidic dan meta – analisis menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan antara mereka,

namun yang paling sering dipakai dalam

pengobatan adalah mupirocin.

Pengobatandurasi tujuh hari tampaknya

cukup efektif untuk impetigo . Studi dalam

kajian ini dipilih karena didasarkan pada

diagnosis klinis , dan ini berlaku untuk

praktek klinis rutin .Penelitian terbesar

memiliki 201 pasien dengan impetigo.4

REFERENSI

1. Cole C., Gazewood J., Diagnosis and

treatment of impetigo. Am Fam

Physician.2007. 15;75:859-864.

2. Sahraoui S., Impetigo in Children and

Adolescents. US Pharm. 2013;38:68-

71.

3. Habif, T.P. Clinical Dermatology: A

Color Guide to Diagnosis and Therapy.

Mosby 2004:p. 267-26

4. George A., Rubin G., A systematic

review and meta-analysis of treatments

for impetigo. British Journal of

General Practice, 2003;53: 480-487.

5. Brown J, Shriner DL, Schwartz RA,

Janniger CK. Impetigo: an update. Int

J Dermatol. 2003;42:251–5

6