laporan kasus gea.docx

Upload: ririn-agustin

Post on 03-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    1/47

    1

    LAPORAN KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : An. M

    TTL : Jakarta, 17 Mei 2012

    Umur : 10 bulan 11 hari

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Nama Orang tua : Tn Budi Marsono

    Alamat : Kemayoran

    Tanggal Masuk RS : 28 Maret 2013

    No. Kamar : 04/Melati

    No. Rekap Medik : 00 78 46 32

    ANAMNESIS

    ALLO ANAMNESIS

    Keluhan Utama : Muntah lebih dari 10 X sejak 1 hari SMRS

    Keluhan Tambahan : Demam (+), mual (+), Batuk (-), pilek (-), Nafsu

    makan dan minum baik, BAB cair 6x, BAK normal.

    Riwayat Penyakit Sekarang : OS datang dengan muntah 10x sejak 1 hari SMRS,

    muntah makanan, os juga demam sejak 1 hari sebelum Os masuk RS, demam timbul

    perlahan terutama pada malam hari. Minum obat penurun panas yang dibeli diwarung,

    panas turun sebentar, lalu naik lagi. Sehari SMRS OS mencret 6x, dengan konsistensi

    cair, ada lendir dan darah tidak ada, berwarna kuning Selain itu, OS Mual, sakit perut,

    nafsu makan dan minum masih baik, BAK normal seperti hari biasanya

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    2/47

    2

    Riwayat Penyakit Dahulu : pernah merasakan hal yang seperti ini sebelumnya,

    Kejang demam(-), TB paru (-) , Asma (-), DBD (-) , Campak (-)

    Riwayat penyakit keluarga : Keluarga tidak ada yang menderita hal yang sama,

    Kejang demam (-), TB paru (-), Asma (-) , DBD (-) , Campak (-)

    Riwayat Pengobatan : Pengobatan jangka panjang (-)

    Riwayat Kehamilan Ibu : ANC teratur di Bidan, Riwayat penyakit saat

    hamil (-), Konsumsi obat-obatan selama hamil (-)

    Riwayat Kelahiran : cukup bulan (37 minggu), Lahir spontan ditolong

    bidan, Langsung menangis, BBL 2900 gram; PB 49 cm

    Riwayat Makanan : ASI dari 0 bulan sampai 6 bulan, Susu formula

    usia 6 bulan, MP asi sejak 6 bulan

    Riwayat Imunisasi : lengkap sesuai usia

    Riwayat Tumbuh Kembang : Tengkurap usia , Duduk usia , Merangkak usia ,

    Mengoceh usia

    Kesan : sesuai usia

    Riwayat Alergi : Disangkal

    Riwayat Psikososial : anak aktif

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Composmentis

    Tanda Vital

    Suhu : 36,1

    Nadi : 104x/menit: regular,kuat angkat

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    3/47

    3

    Pernapasan : 30x/menit

    Tekanan Darah : tidak dilakukan

    Antropometri

    BB : 9 kg

    TB/PB : 73 cm

    LK : 45 cm

    Status gizi

    BB/U x 100% = 9/9 x 100 % = 100%status gizi baik

    TB/U x 100% = 73/73 x 100% = 100 %Tinggi baik atau Normal

    BB/TB x 100 % = 9/9,2 x 100 % = 97,8% status gizi Baik

    Status Generalis

    Kepala

    Bentuk : Normocephal

    Rambut : Hitam,distribusi merata

    Mata :Cekung (-/-), Edema palpebra (-/-), kunjungtiva anemis (-/-), sklera

    ikterik (-/-), refleks cahaya (+)

    Hidung :Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-/-), deviasi septum nasi(-)

    Mulut :Mukosa bibir lembab, lidah basah, Lidah tremor (-), faring hiperemis (-),

    tonsil T1/T1 tenang

    Leher :

    Pembesaran KGB (-)

    Pembesaran kelenjer thyroid (-)

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    4/47

    4

    Thorax

    Paru

    Inspeksi : Simetris,retraksi dinding dada (-), Bagian dada tertinggal (-),

    Palpasi : Bagian dada tertinggal (-)

    Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

    Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing(-/-), Ronkhi (-/-)

    Jantung

    Inspeksi :Iktus cordis tidak terlihat

    Palpasi :Iktus cordis tidak teraba

    Perkusi :tidak dilakukan

    Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni,gallop (-), murmur (-)

    Abdomen

    Inspeksi : Abdomen datar, tidak ada bekas luka, distensi (-)

    Auskultasi : peristaltik usus meningkat

    Palpasi : nyeri tekan (-), turgor cepat kembali, hepar, lien dan ginjal tidak teraba

    Perkusi : timpani seluruh regio abdomen

    Ekstremitas atas

    Akral : Hangat

    Edema : (-/-)

    RCT : < 2 detik

    Petekie :(- /-)

    Sianosis : (-)

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    5/47

    5

    Ekstremitas bawah

    Akral : Hangat

    Edema : (-/-)

    Petekie :(-/-)

    RCT : < 2 detik

    Sianosis :(-)

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    6/47

    6

    Inguinal : Pembesaran kelenjar inguinal (-/-)

    Anus & Rektum :perineum sfingter ani kemerahan

    Genitalia: dalam batas normal

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Tanggal Jam Hemoglobin Hematokrit Trombosit Leukosit

    28-03-13 06.00 11,5 36% 598.000

    (H)

    11.860

    31-03-13 06.00 11,1 35% 544.000 7.610

    29-03-13

    (23.55)

    Faeces gastroenteritis

    Analisa tinja

    Karakteristik

    A. Makroskopik

    warna hijau

    darah (-)

    Konsistensi encer

    Lendir (-)

    Pus (-)

    Busa (-)

    B. Mikroskopik

    Leukosit 2-4/LPB

    Eritrosit 1-2/LPB

    Bakteri (+)

    Epitel (-)

    Jamur (-)

    Telur cacing (-)

    Lemak (-)

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    7/47

    7

    Parasit (-)

    Pemeriksaan terinci

    1. Kimia

    PH 7,5

    Glukosa (-)

    Lemak (-)

    2. Pewarnaan

    Gram Negatif batang

    Spora (-)

    Jamur (+)

    RESUME

    Bayi M. 10 bulan datang dengan keluhan muntah 10 x sejak 1 hari SMRS, BAB

    cair 6x, BAB cair disertai lendir berwarna kuning, demam 1 hari SMRS

    Dari pemeriksaan fisik didapat kan:

    Keadaan umum :tampak sakit sedang, Kesadaran Composmentis, Bising usus

    meningkat, perineum sfingter ani kemerahan

    ASSESMENT

    1. Diare akut tanpa dehidrasi

    RENCANA PENATALAKSANAAN

    Infus ka En 3B 14 tpm

    Sanmol drop 3 x 0,8 cc

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    8/47

    8

    Cefotaxim iv 3 x 150 mg

    Narfoz iv 3 x 0,5 cc

    Flagyl syr 3 x 1 cdo

    Liprolac 3 x cdo

    Alostil 2 x 40 mg

    FOLLOW UP

    Tgl/Jam S O A P

    29-03-13 BAB cair 3X darisemalam, lendir (+), ada

    ampas sedikit pada faeces,

    muntah 1x sehabis minum

    ASI, perut kembung (+,)perineum sfingter ani

    merah, demam (+)

    S : 38,0 CRR : 22 X/mnit

    Nadi : 110 X/mnit

    bising usus

    meningkat.

    Diare akut tanpadehidrasi

    Terapi dilanjutka

    30-03-13 Mencret (+) 3x,

    konsistensi cair (+), lendir

    (+), darah (-), muntah 2x,BAK normal, demam (+),

    perineum sfingter ani

    merah,

    S : 37,8 CRR : 20 x/menitNadi : 98 x/menit

    Bising usus

    meningkat

    Diare akut tanpa

    dehidrasi

    Terapi dilanjutka

    Tgl/Jam S O A P

    31-03-13 Mencret (+) 6x,

    konsistensi cair (+), lendir(+), darah (-), ada ampas,

    muntah (-), BAK normal,

    demam (+), perineum

    sfingter ani merah

    S : 37,1 C

    RR : 20 X/mnitNadi : 100X/mnit

    Bising usus

    meningkat

    Diare akut tanpa

    dehidrasi

    Terapi dilanjutka

    Cek hhtl, ka En diganti RL 14 tp

    liprolac jadi 3 x

    bks

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    9/47

    9

    01-04-13 Mencret (+) 2x,

    konsistensi cair (+), lendir(+), darah (-), ada ampas,

    BAK normal, demam (-)

    S : 36,5 CRR : 20 x/menit

    Nadi : 98 x/menit

    Bising ususmeningkat

    Diare akut

    tanpadehidrasi

    Terapi dilanjutka

    02-04-13 Mancret 1x (+), BAB

    sudah ada ampas, muntah

    (-), demam (-)

    S : 36,5 CRR : 20 x/menit

    Nadi : 100 x/menit

    Diare akut tanpa

    Dehidrasi

    dengan

    perbaikan

    Terapi dilanjutka

    Os boleh pulang

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    10/47

    10

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anatomi dan Fisiologi Traktus Gastrointestinal

    a Gaster

    Sel-sel epitel di gaster adalah merupakan kelenjar gaster. Terdapat 3 tipe kelenjar

    yaitu : cardiac, oxyntic dan pyloric. Cardiac merupakan penghasil mukus yang

    terletak pada perbatasan cincin gaster sampei oesophagus. Oxyntic merupakan yang

    paling banyak dan didapatkan pada fundus. Tipe ketiga yaitu piloric merupakan 10 %

    permukaan gaster, ditandai adanya pits yang dalam. Dua tipe sel yang utama adalah

    sel penghasil mukus dan sel penghasil gastrin.

    Fungsi neuromuskular gaster meliputi penyimpanan, mencampur, menggilas dan

    melakukan kontrol terhadap pengeluaran makanan ke dalam duodenum. Sekresi

    gaster terdiri dari asam hidroklorid (HCl), gastrin, pepsinogen, faktor intrinsik, lipase

    dan mukus.

    Asam hidroklorid (HCl)

    HCl diproduksi oleh sel parietal.

    Gastrin

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    11/47

    11

    Disintesis dan dilepaskan oleh sel endokrin G yang terletak pada antrum gaster.

    Sekresi sel G yaitu gastrin secara lokal dihambat oleh somatostatin yang berasal dari

    sel D yang letaknya berdekatan dengan sel G. Lemak usus merupakan perangsang

    utama pelepasan somatostatin, sehingga terjadi penurunan gastrin dan perlambatan

    pengosongan lambung.

    Sekretin terdapat nyata di usus halus proksimal dan dilepaskan karena pengasaman

    intraduodenal. Neurotensin disintesis di ileum untuk merespon lemak usus,

    menurunkan keasaman lambung. PGE seperti halnya somatostatin bekerja

    menurunkan produksi asam oleh sel parietal.

    Pepsinogen

    Diproduksi oleh sel kepala dan sel mukosa leher fundus, badan dan cardiac gaster.

    Fundus gaster memproduksi 4 proteinase acidic yaitu pepsinogen I atau A,

    pepsinogen II atau C, captensin D, dan captensin A. Sekresi pepsinogen dipacu oleh

    stimuli cholinergic dan beta adrenergik. Perangsangan beta adrenergik diperantarai

    oleh cAMP dan dihambat dengan propanolol, tidak oleh atropin atau cimetidine.

    Stimuli cholinergic dihambat oleh atropin dan mengikuti perubahan Ca intrasel.

    Pepsinogen juga dirangsang secara langsung oleh histamin, cholesystokinin (CCK),

    sekretin dan VIP bekerja melalui cAMP. Somatostatin dan PGE menghambat sekresi

    pepsinogen dengan menurunkan cAMP.

    Faktor intstrinsik

    Merupakan glikoprotein yang diproduksi oleh sel parietal di mukosa oxyntic badan

    dan fundus gaster.Peningkatan sekresi di stimuli oleh agent penginduksi sekresi sel

    parietal seperti histamin, acetylcolin, dan gastrin. Puncak pelepasan terjadi 25 sampai

    30 menit. Sekresi dihambat oleh H2 reseptor antagonis.

    Lipase gaster

    Aktifitas lipase pada semua usia maksimal di badan gaster dan minimal di antrum.

    Meski PH optimum 5.5 tetapi lipase aktif bekerja dalam 1 jam setelah lahir, dan

    pelepasan lipolytik intragaster merangsang sekresi CCK; pelepasan asam lemak rantai

    sedang menyebabkan absorpsi lemak langsung segera di gaster.

    Mukus gaster

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    12/47

    12

    Epitel gaster dan sekresi sel mukus pit merupakan gel mukus tak larut air yang

    membentuk lapisan kontinyu dan berfungsi protectif. Kerusakan lapisan mukosa

    menyebabkan difusi kembali asam peptide dan kehilangan gradien PH bikarbonat,

    yang penting untuk mempertahankan integritas epitel dan pembentukan epitel yang

    baru.

    b Usus halus

    Pada neonatus panjangnya 275 cm dan pada orang dewasa panjangnya 5 6

    meter.Epitel usus halus tersusun atas lapisan tunggal sel kolumnar disebut juga

    enterosit. Vilus berbeda dalam bentuk dan densitas pada masing-masing regio usus

    halus. Di Duodenum vilus tersebut lebih pendek, lebih lebar dan lebih sedikit;

    menyerupai bentuk jari dan lebih tinggi pada jejunum; serta menjadi lebih kecil dan

    lebih meruncing pada ileum.Di antara vilus tersebut terdapat kripta (Lieberkhun)

    yang merupakan tempat proliferasi enterosit dan pembaharuan sel epitel. Terdapat

    perbedaan tight juntion antara jejunum dan ileum, tight juntion ini berperan dalam

    regulasi permeabilitas epitel dengan melkukan kontrol terhadap aliran air dan solut

    paraseluler.

    Sel goblet

    Merupakan sel panghasil mukus yang terpolarisasi. Mukus yang disekresi sel goblet

    menghampar di atas glikokaliks berupa lapisan yang kontinyu, membentuk barier

    fisikokimia, memberi perlindungan pada epitel permukaan. Mukus ini palimng

    banyak pada gaster dan duodenum.

    Sel Kripta

    Merupaka prekursor sel penyerap vilus, sel paneth, sel enteroendokrin, sel goblet dan

    mungkin juga sel M. Sel kripta yang tidak berdiferensiasi ini mensintesis dan

    mengekspresikan komponen sekretori pada membran basolateral, dimana molekul ini

    bertindak sebagai reseptor untuk sintesis IgA oleh lamina propria sel plasma.

    Sel paneth

    Terdapat di basis kripte. Diduga berperan dalam membunuh bakteri dengan lisosom

    dan imunoglobulin intrasel, menjaga keseimbangan flora normal usus.

    Sel enteroendokrin

    Terdapat di mukosa saluran cerna, melapisi kelenjar gaster, vilus dan kripta usus.

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    13/47

    13

    Sel M

    Merupakan sel epitel khusus yang melapisis folikel limfoid

    c Usus besar

    Trediri atas sekum, appendiks, kolon, rektum, dan anus. Permukaan mukosa dan ripta

    dilapisi sel epitel kolumnar (kolonosit) dan sel goblet yang membatasi dari jaringan

    mesenkim lamina propria.

    Sel kolumnar penyerap berasal dari sel imatur dari bagian bawah kripta yang

    berdiferensiasi dan bermigrasi ke bagian atas kripta, akhirnya akan dilepaskan dari

    permukaan mukosa ke dalam lumen. Proses siklus pembaharuan sel ini berlanngsung

    3 sampai 8 hari pada manusia.

    B. Definisi

    Menurut WHO tahun 1998, diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga

    kali sehari. Sedangkan menurut Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, definisi diare adalah

    defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan/tanpa darah/atau lendir dalam tinja sedangkan

    diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya

    sehat.

    Definisi diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau

    lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Dalam referensi lain

    disebutkan bahwa definisi diare untuk bayi dan ank-anak adalah pengeluaran tinja normal

    pada bayi sebesar 510 g/kg/24 jam. Diare umummnya dibagi menjadi diare akut dan diare

    yang berkepanjangan (kronis dan/atau persisten)

    Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai

    perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang

    berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi BAB

    lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare tetapi masih bersifat

    fisiologis atau normal selama berat badan bayi meningkat normal. Hal demikian merupakan

    intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk

    bayi yang minum ASI secara ekslusif, definisi diare yang praktis adalah meningkatnya

    frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya tidak seperti

    biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari tetapi

    konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    14/47

    14

    Diare dalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam satu

    hari dan berlangsung kurang 14 hari (Pediatrics, 1994 )

    Diare adalah karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat

    disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang

    berlangsung selama 3 7 hari(American Academy Of Pediatrics Propesional Commite On

    Quality Improvement Subcommitte Of Acute Gastroenteritis Pratice Parameter 1996)

    Diare kronis dan diare persisten seringkali di anggap suatu kondisi yang sama. Ghishan

    menyebutkan diare kronis sebagai suatu episode diare lebih dari 2 minggu, sedangkan

    kondisi serupa yang disertai berat badan menurun atau sukar naik oleh Walker-Smith et al.

    C. Epidemiologi

    Menurut data WHO pada tahun 2000-2003 penyakit infeksi (diare dan pneumonia)

    merupakan penyebab kematian dua urutan tertinggi di dunia pada anak di bawah umur lima

    tahun, denganProportioanal Mortality Rate (PMR) 17% dan 19 %. Pada tahun yang sama,

    penyakit infeksi yaitu diare di Asia Tenggara juga menempati urutan nomor tiga penyebab

    kematian pada anak di bawah umur lima tahun dengan PMR sebesar 18%.

    Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di

    Indonesia dan termasuk salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,

    terutama usia dibawah 5 tahun. Di Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare

    masih merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%,

    untuk golongan 1 4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia

    15,5%.

    Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2 episode per

    tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan indonesia tahun 2002-2003,

    prevalensi diare pada anak-anak dengan usia kurang dari 5 tahun di indonesia adalah laki-laki

    10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11

    bulan (19,4%), 12-23 bulan (14,8%) dan 24-35 bulan (12%). (Biro pusat statistik, 2003)

    Prevalensi nasional Diare (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan

    responden) adalah 9,00%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Diare diatas

    prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,

    Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan,

    Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua.

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    15/47

    15

    Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi penyakit diare yang dapat menyebabkan

    kematian. Secara nasional, proporsi responden diare klinis yang mendapat oralit adalah

    42,2%. Dua belas provinsi mempunyai proporsi pemberian oralit kurang dari proporsi

    nasional, terendah ditemukan di Provinsi Banten (29,4%).

    Diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada balita

    (16,7%). Prevalensi diare 13% lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan, cenderung

    lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan tingkat pengeluaran RT per kapita rendah.

    Prevalensi diare yang tinggi pada bayi dan anak balita tidak selalu diberi oralit, proporsi yang

    mendapat oralit pada ke dua kelompok umur tersebut berturut-turut 52,8% dan 55,5%.

    D. Etiologi

    Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi atas

    infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-obatan dan

    lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi

    karena alergi, radiasi. (Lung. McGraw Hill, 2003).

    Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral, dengan air dan

    makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    16/47

    16

    Bagan etiologi diare WHO:

    Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :

    1. Infeksi

    A. Virus

    Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain

    Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus. Norwalk virus dan

    Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan dewasa,

    sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun terutama usia

    dibawah 2 tahun.10

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    17/47

    17

    B. Bakteri

    Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :

    E.Coli

    Ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini merupakan

    penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-30%.

    Subtipe E. Coli tersebut adalah :

    Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)

    EPEC melekat pada submukosa usus dengan cara khusus.

    Perlekatan setempat melekat longgar pada mikrovilli sel epitel

    melalui bangunan seperti tali disebut villi pembentuk

    berkas,disertai perlekatan pada selepitel melalui kerja gene eae.

    Perlekatan menyebabkan kenaikan kadar kalsium intraseluler dan

    polimerisasiaktin padat pada sisi perlekatan. Namun belum ada

    penjelasan mengapa perubahan sitoskeletal ini menyebabkan

    diare.10

    Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)

    ETEC merupakan penyebab penting diare cair akut pada anak dan

    dewasa di negara berkembang. ETEC tidak masuk ke dalam

    mukosa usus namun diare yang terjadi disebabkan karena toksin.Ada dua jenis toksin ETEC yaitu toksin yang tidak tahan panas

    (LT) dan toksin yang tahan panas (ST). Toksin LT sangat mirip

    dengan toksin kolera, yakni akan terikat pada ganglioside GM1

    pada dinding sel mukosa usus tapi ikatannya tidak sekuat toksin

    kolera. Kemudian setelah terikat akan mengaktifkan adenylate

    cyclase dengan cara mirip toksin kolera sehingga menyebabkan

    peningkatan sekresi cairan isotonik. Sedangkan toksin ST

    menimbulkan aksi yang sangat cepat dan tidak terikat pada

    ganglioside dari dinding sel mukosa, ST bekerja dengan

    mengaktifkan guanylate cyclase dan menghasilkan cGMP pada sel

    mukosa yang mengakibatkan peningkatan sekresi caitan isotonik.10

    Entero Invasive E. Coli (EIEC)

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    18/47

    18

    Strain ini menimbulkan diare berdarah karena strain tersebut dapat

    menembus sel mukosa usus besar sehingga terjadi kerusakan dari

    mukosa usus. Akibatnya terjadi gangguan absorbsi cairan.

    Patogenesis EIEC ini hampir sama dengan Shigella.10

    Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)

    Dua toksin utama dihasilkan oleh EHEC. Satu identik dengan

    shigatoksin, exotoksin Shigella Dysentriae serotipe 1 penghambat

    sintesis protein (SLT-1/VT-1). Kedua toksin lebih jauh terkait

    dengan Shigatoksin (SLT-II/VT-II). Kedua toksin menghambat

    sintesis protein dan mengakibatkan kematian sel.10

    Entero Aggregative E. Coli (EAEC)

    Shigella

    Di negara berkembang diperkirakan insidensi shigella sekitar 10% dari

    oenyebab diare akut tetapi di Indonesia hanya sekitar 1-2% saja. Ada 4

    spesies yang sering menyebabkan diare akut yaitu :

    Shigella flexneri

    Shigella sonnei

    Shigella dysentriae

    Shigella boydii

    Shigella sp. menimbulkan diare berdarah (dysentriform diarrhea).10

    Campylobacter yeyuni

    Di negara berkembang insidensinya berkisar antara 5-14%, di RSCM

    menemukan 5% penyebab diare akut pada tahun 1981. Campylobacter

    yeyuni juga menyebabkan diare berdarah (dysentriform diarrhea).10

    Salmonella sp.

    Golongan Salmonella sp. yang menyebabkan diare akut disebut non

    Thyphoidal salmonellosis dan paling sering disebabkan oleh Salmonella

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    19/47

    19

    paratyphii. Lima persen golongan Salmonella sp. ini menimbulkan diare

    berdarah.10

    Yersinia

    Merupakan bakteri penyebab diare akut berdarah atau dysentriform,di

    Indonesia belum diketahui frekuensinya karena belum ada penelitian

    mengenai hal ini karena susanya media untuk perbenihan.10

    Vibrio

    Vibrio sering menimbulkan kejadian luar biasa diare akut. Ada 2 biotipe

    yaitu tipe ELTOR dan Classic dengan dua serotipe Ogawa dan Inaba.

    Insidensinya berkisar 1-2% dari diare akut.10

    C. Parasit

    Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%

    Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.

    Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara 4-115. Sering

    terjadi pada penderita AIDS.10

    2. Malabsorbsi

    Karbohidrat

    Disakarida (laktosa, maltosa, sukrosa)

    Monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa)

    Lemak

    Terutama Long Chain Triglyceride

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    20/47

    20

    Biasanya malabsorbsi karbohidrat disebabkan oleh defisiensi enzim laktase

    sehingga terjadi intoleransi laktosa. Malabsorbsi tersebut menyebabkan diare

    osmotik karena terjadi peningkatan tekanan osmotik lumen usus sehingga cairan

    tertarik dari intraseluler ke lumen usus. Jarang sekali diare akut disebabkan oleh

    malabsorbsi lemak atau protein. Malabsorbsi lemak bisa disebabkan karena

    lipolisis yang tidak memadai misalnya akibat insufisiensi pankreas, dan juga

    disebabkan penurunan garam-garam empedu terkonjugasi.10

    3. Alergi

    Diantaranya yaitu :

    Alergi susu

    Alergi makanan

    CMPSE (cows milk protein enteropathy).10

    4. Keracunan

    Makanan yang mengandung zat kimia beracun

    Makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin, misalnya :

    Clostridium spp, Staphylococcus spp.

    5. Imunodefisiensi

    Diare sering terjadi pada penderita AIDS.10

    6. Sebab Lain

    Pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi, Hisrchrsprungs disease dan

    Shor Bowel Syndrome.10

    .E. Patofisiologi

    Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorpsi atau

    sekresi.Terdapat beberapa pembagian diare:

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    21/47

    21

    1 Pembagian diare menurut etiologi

    2 Pembagian diare memurut mekanismenya yaitu gangguan

    a Absorpsi

    b

    Gangguan Sekresi

    3 Pembagian diare menurut lamanya diare

    a Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari

    b Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi

    c Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

    Kejadian diare secara umum ter

    jadi dari satu atau beberapa mekanisme yang saling tumpatang tindih. Menurut mekanisme

    diare maka dikenal :

    Diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar

    daripada kapasitas absorpsi. Disini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus,

    mengakibatkan absorpsi menurun 3atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus

    normal, diare dapat terjadi akibat absorpsi di kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat.Diare juga dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.

    1 Gangguan absorpsi atau diare osmotik

    Secara umum terjadi penurunan fungsi absorpsi oleh berbagi sebab seperti celiac sprue, atau

    karena :

    a Mengkonsumsi magnesium hidroksida

    b

    Defisiensi sukrase-isomaltase adanya laktase defisien pada anak yang lebih besar

    c Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus

    bagin proksimal tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat

    perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum

    yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke arah lumen jejenum, sehingga air akan

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    22/47

    22

    banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen,

    dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang lebih besar dengan kadar Na

    yang normal. Sebagian kecil cairan ini akan di absorpsi kembali, akan tetapi yang lainnya

    akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg,

    glukose, sukrose, laktose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorpsi

    kolon, sehingga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah, atau bahan

    yang amengandung sorbitol dalam jumlah yang berlebihan, akan memberikan dampak

    yang sama.

    2 Malabsorpsi Umum

    Keadaan seperti short bowel syndrom, celiac, protein, peptida tepung, asam amino dan

    monosakarida mempunyai peran pada gerakan osmotik pada lumen usus. Kerusakan sel (

    yang secara normal akan menyerap Na dan air) dapat disebabkan virus atau kuman, seperti

    Sallmonella, Shigella,atau Compylobacter. Sel tersebut juga dapat rusak karena inflamatory

    bowel disease idiopatik, akibat toksin atau obat-obat tertentu. Gambaran karakteristik

    penyakit yang menyebabkan malabsorpsi usus halus adalah atropi vili. Lebih lanjut,

    mikroorganisme (bakteri tumbuh lampau, giardiasis dan enteroadheren E. coli) menyebabkan

    malabsorpsi nutrien dengan merubah faal membran brush border tanpa merusak sususnan

    anatomi mukosa. Maldigesti protein lengkap, karbohidrat dan trigliserid diakibatkan

    insufisiensi eksokrin pankreas menyebabkan malabsorpsi yang signifikan dan mengakibatkan

    diare osmotik.

    Gangguan atau kegagalan ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan pemecahan kompleks

    protein, karbohidrat ,trigliserid, selanjutnya menyebabkan maldigesti, malabsorpsi dan

    akhirnya menyebabkan diare osmotik. Steatorrhe berbeda dengan malabsorpsi protein dan

    karbohidrat dengan sam lemak rantai panjang intraluminal, tidak hanya menyebabkan diare

    osmotik, tetapi juga menyebabkan pacuan sekresi CL sehingga diare tersebut dapat

    disebabkan malabsorpsi karbohidrat oleh karena kerusakan difus mukosa usus, defisiensi

    sukrosa, isomaltosa dan defisiensi congenital laktase, pemberian obat pencahar; laktulose,

    pemberian Mg hydroxide (misalnya susu Mg), malabsorpsi karbohidrat yang berlebihan pada

    hipermotilitas pada kolon iritabel. Mendapat cairan hipertonis dalam jumlah besar dan cepat,

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    23/47

    23

    menyebabkan kekambuhan diare. Pemberian makan/minum yang tinggi KH, setelah

    mengalami diare, menyebabkan kekambuhan diare. Infeksi virus yang menyebabkan

    kerusakan mukosa sehingga menyebabkan gangguan sekresi enzim laktase, menyebabkan

    gangguan absorpsi nutrisi laktose.

    3 Gangguan sekresi atau diare sekretorik

    Hiperplasia Kripta

    Teoritis adanya hiperplasia akibat penyakit apapun, dapat menyebabkan sekresi intestinal dan

    diare. Pada umumnya penyakit ini menyebabkan atrofi vili.

    Luminal secretagogues

    Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia

    yang menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihydroxy, serta asam lemak

    rantai panjang.

    Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel

    cAMP , cGMP atau Ca++

    yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan

    protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkanperubahan ion, akan menyebabkan Cl di kripta keluar. Disisi lain terjadi peningkatan pompa

    natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl.

    Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-ATPase. Beberapa

    diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler. meningkatkan permeabilitas

    intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa. Beberapa obat menyebabkan

    sekresi intestinal. Penyakit malabsorpsi seperti reseksi ileum dan penyakit Chron dapat

    menyebabkan kelainan sekresi seperti menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu,

    lemak.

    Blood-Borne Secretagogues

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    24/47

    24

    Dare sekretorik pada ank-anak di negara berkembang, umumnya disebabkan oleh

    enterotoksin E coli dan Cholera. Berbeda dengan negara berkembang, di negara maju, diare

    sekretorik dapat jarang ditemukan, apabila ada kemungkinan disebabkan obat atau tumor

    seperti ganglioneuroma atau neuroblastoma yang menghasilkan hormon seperti VIP. Pada

    orang dewasa, diare sekretorik berat disebabkan neoplasma pankreas, sel non-beta yang

    menghasilkan VIP, polipeptida pankreas, hormon sekretorik lainnya (sindroma watery

    diarrhe hypokalemia achlorhydria (WDHA). Diare yang disebabkan tumor ini termasuk

    jarang. Semua kelainan mukosa usus, berakibat sekresi air dan mineral berlebihan pada vilus

    dan kripta serta semua eritrosit terlibat dan dapat terjadi mukosa usus dalam keadaan normal.

    4 Diare akibat gangguan peristaltik

    Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi, tetapi perubahan motilitas

    mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun penurunan motilitas,

    keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri

    tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan

    meningkatkan absorpsi. Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan statis intestinal

    berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsorpsi. Diare akibat

    hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas

    pada kasus kolon iritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare

    pada thyrotoksikosis, malabsorpsi asam empedu dan berbagai penyakit lain.

    5 Diare inflamasi

    Proses inflamasi di usus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan. Akibat

    kehilangan sel epitel dan kerusakan tight juntion, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah

    dan limphaticmenyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan

    sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan

    dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.

    Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktur dan fungsi tight juntion, menginduksi

    sekresi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek infeksi bakterial

    pada tight juntion akan mempengaruhi susunan anatomis dan fungsi absorpsi yaitu

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    25/47

    25

    cytoskeletondan perubahan susunan protein. Penelitian oleh Berkes J dkk. 2003 menunjukan

    bahwa peranan bakteri enteral patogen pada diare terletak pada perubahan barrier tight

    juntion oleh toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada cellular cytoskeleton dan

    spesifik tight juntion. Pengaruh itu bisa pada kedua komponen tersebut atau salah satu

    komponen saja sehingga akan menyebabkan hipersekresi Chlorida yang akan di ikuti oleh

    natrium dan air. Sebagai contoh C. Difficileakan menginduksi kelainan cytoskeletonmaupun

    protein. Bacteroides fragilis menyebabkan degradasi proteolitik protein tight juntion, V

    cholera mempengaruhi distribusi protein tight juntion, sedangkan EPEC menyebabkan

    akumulasi protein cytoskeleton.

    6 Diare terkait imunologi

    Diare terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivits tipe I, III dan IV. Reaksi

    tipe I yaitu terjadi reaksi anatara sel mast dan igE dan alergen makanan . Reaksi tipe III

    misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada coeliac

    disease dan protein loss enteropaties. Pada reaksi tipe I, alergen yang masuk ke dalam tubuh

    menimbulkan respon imun dengan dibentuknya IgE yang selanjutnya akan diikat oleh

    reseptor spesifik pada permukaan sel mast dan basofil. Bila terjadi aktivasi akibat pajanan

    berulang dengan antigen yang spesifik, sel mast akan melepaskan mediator seperti histamin,

    ECF-A, PAF, SRA-A, dan prostaglandin. Pada reaksi tipe III terjadi reaksi kompleks

    antigen-antibodi dalam jaringan atau pembuluh darah yang mengaktifkan komplemen.

    Komplemen yang diaktifkan kemudian melepaskan Machropage Chemotactic Factore yang

    akan merangsang sel mast dan basofil melepas berbagai mediator. Pada reaksi tipe IV terjadi

    respon imun seluler, disini tidak terdapat peran antibodi. Antigen dari luar dipresentasikan sel

    APC (Antigen Presenting Cell) ke sel Th 1 yang MHC-II dependen. Terjadi pelepasan

    berbagai sitokin seperti MIF, MAF dan IFN- OLEH Th-1. Sitokin tersebut akan

    mengaktivasi sel makrofag dan menimbulkan keusakan jaringan,

    Berbagai mediator di atas akan menyebabkan luas permukaan mukosa berkurang akibat

    kerusakan jaringan, merangsang sekresi klorida diikuti oleh natrium dan air.

    F. Manifestasi Klinis

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    26/47

    26

    Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian

    timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Daerah anus dan sekitarnya timbul

    luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi

    usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat

    disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa

    dan elektrolit.

    Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

    Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

    Panas + ++ ++ - ++ -

    Mual muntah sering Jarang sering + - Sering

    Nyeri perut

    Tenesmus

    Kramp

    Tenesmus

    Tenesmus

    Kolik

    - Tenesmus Kramp

    Tenesmus

    Nyeri kepala - + + - - -

    Lamanya sakit 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari

    Sifat tinja

    Volume Sedang Sedikit sedikit banyak sedikit banyak

    Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari sering sering sering Terus

    menerus

    Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

    Darah - Kadang - + -

    Bau Langu Tak

    berbau

    Busuk Bau tinja Tidak

    spesifik

    Amis khas

    Warna Kuning

    hijau

    Merah

    hijau

    Kehijauan Tak

    berwarna

    Merah

    hijau

    Seperti air

    cucian

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    27/47

    27

    beras

    Leukosit - + + - + -

    Lain-lain Anoreksia Kejang Sepsis Meteoris

    mus

    Infeksi

    sistemik

    Sumber : Sunoto 1991

    Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai maka gejala

    dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun

    cekung (bayi), selaput lendir bibir, mulut, dan kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut

    maka akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat,

    nadi lemah dan tidak teraba, tekanan darah turun, pasien tampak lemah dan kesadaran

    menurun, diuresis berkurang.

    Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai

    dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa, bila hal ini terjadi maka pasien akan

    tampak pucat, napas cepat dan dalam (Kusmaul). Dehidrasi dapat diklasifikasikan

    berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Pada dehidrasi ringan terjadi

    kehilangan cairan kurang dari 5%, Pada dehidrasi sedang terjadi kehilangan cairan antara

    5%-10% dan pada dehidrasi berat terjadi kehilangan cairan lebih dari 10%.7,15

    Derajat Dehidrasi

    Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

    Simptom Minimal/tanpa

    dehidrasi

    Kehilangan BB < 3%

    Dehidrasi Ringan-

    sedang

    Kehilangan BB 3-9%

    Dehidrasi Berat

    Kehilangan BB > 9%

    Kesadaran Baik Normal,

    lelah,gelisah, irritable

    Apatis, letargis, tidak

    sadar

    Denyut jantung Normal Normal-meningkat Takikardi, bradikardi

    pada kasus berat

    Kualitas nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil, tidak

    teraba

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    28/47

    28

    Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam

    Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

    Air mata Ada Berkurang Tidak ada

    Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

    Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik

    Capillary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal

    Extremitas Hangat Dingin Dingin, mottled,

    sianotik

    Kencing Normal Berkurang Minimal

    Sumber : adaptasi dari Duggan C, Santosham M, glasso RI, MMWR 1992 dan WHO 1995

    Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

    Penilaian A B C

    Lihat

    Keadaan umum

    Mata

    Air mata

    Mulut dan lidah

    Rasa haus

    Baik, sadar

    Normal

    Ada

    Basah

    Minum biasa tidak

    haus

    *Gelisah, rewel

    Cekung

    Tidak ada

    Kering

    *Haus, ingin minum

    banyak

    Lesu, lunglai, atau

    tidak sadar

    Sangat cekung dan

    kering

    Kering

    Sangat kering

    *Malas minum atau

    tidak bisa minum

    Periksa: turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat

    lambat

    Hasil pemeriksaan : Tanpa dehidrasi Dehidrasi

    ringan/sedang

    Bila ada 1 tanda *

    ditambah 1 atau lebih

    tanda lain

    Dehidrasi berat

    Bila ada 1 tanda *

    ditambah 1 atau lebih

    tanda lain

    Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

    Sumber : adaptasi dari Duggan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan WHO 1995

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    29/47

    29

    Penentuan derajat dehidrasi menurut sistim pengangkaanMaurice King

    Bagian tubuh yang

    diperiksa

    Nilai untuk gejala yang ditemukan

    1 2 3

    Keadaan umum

    Kekenyalan kulit

    Mata

    Ubun-ubun besar

    Mulut

    Denyut nadi/menit

    Sehat

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    Kuat 140

    Sumber : sunoto 1991

    Hasil yang di dapat pada penderita diberi angka 0, 1 atau 2 sesuai dengan tabel kemudian

    dijumlahkan.

    Nilai 0-2 = Ringan 36 = Sedang 712 = Berat

    Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi

    hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema ( 130m 150 mEg/L ) dan dehidrasi

    hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare

    hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.

    Diare pada Anak HIV

    Diare persisten merupakan salah satu manifestasi klinis yang banyak dijumpai pada penderita

    HIV. Studi di Zaire menunjukkan bahwa insidensi diare persisten lima kali lebih tinggi pada

    anak-anak dengan HIV seropoditif. Faktor penting yang meningkatkan kerentanan anak-anak

    dengan HIV terhadap kejadian diare persisten adalah jumlah episode diare akut sebelumnya.

    setiap episode diare akut pada pasien HIV meningkatkan risiko 1,5 kali untuk terjadinya

    diare persisten. Parthasarathy (2006) mengemukakan bahwa skrining yang dilakukan di India

    menunjukkan 4,1% anak dengan diare persisten berstatus HIV seropositif.

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    30/47

    30

    Meskipun patogenesis virus HIV dalam menyebabkan diare pada anak-anak belum diketahui

    secara jelas, diduga kejadian diare persisten pada kasus HIV terkait dengan perubahan status

    imunitas. Pada infeksi HIV, terjadi penurunan kadar CD4, IgA sekretorik dan peningkatan

    CD8 lamina propria. Perubahan keadaan ini memacu pertumbuhan bakteri.

    G. Pemeriksaan Penunjang

    1. Pemeriksaan darah

    darah lengkap, serum elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang

    disertai kejang), analisis gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap

    antibiotik.

    1. Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik.

    2.

    Pemeriksaan tinja

    Makroskopik

    Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh

    enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran gastrointestinal.

    Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri

    yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan

    peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T.

    trichiura.Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada

    infeksi dengan E. histolyticadarah sering terdapat pada permukaan tinja dan

    pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau

    busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium

    dan Strongyloides.

    Mikroskopik

    Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang

    menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja

    menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitokin

    seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y. enterocolitica, V.

    parahaemolyticusdan kemungkinanAeromonasatauP. shigelloides. Leukosit

    yang ditemukan umumnya adalah PMN kecuali pada S. typhii mononuklear.

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    31/47

    31

    Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic

    Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada tinja, KLB

    diare dan pada penderita immunocompromised.

    4. Duodenal intubation (biopsi duodenum)

    untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada

    diare kronik yang disebabkan Giardiasis, Strongyloides, dan protozoa yang

    membentuk spora.

    H. Tata laksana

    Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare

    akut.6Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang sebagai

    persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai baku

    emas.18

    Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara oral

    dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik,

    walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan pengeluaran air tinja

    yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe vomiting) sehingga penderita

    tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga

    upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral

    walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan

    gangguan sirkulasi15

    . Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat diberikan

    dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan

    kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan

    natrium antara 40-60mEq/L.11

    Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan

    segera pemberian makanannya sesuai umur

    6

    . Menurut buku pedoman pelayanan kesehatananak di rumah sakit, WHO tahun 2005, penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana

    terapi yakni rencana terapi A untuk penanganan diare di rumah, rencana terapi B untuk

    dehidrasi ringan/sedang, terapi C untuk dehidrasi berat.

    Rencana Terapi A

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    32/47

    32

    Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatn di rumah :

    Beri cairan tambahan, tablet zinc, lanjutkan pemberian makan, kapan harus kembali

    a Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

    Jelaskan pada ibu

    Pada bayi muda pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang

    utama.Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian

    Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.

    Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini : oralit,

    cairan makanan,(kuah sayur, air tajin) atau air matang.

    Anak diberi larutan oralit di rumah jika :

    Anak telah di obati dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan ini

    Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah

    Ajari ibu cara mencampur dan memberi oralit

    Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.

    Tunjukan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan

    sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari :

    < 2 tahun : 50-100 ml tiap kali BAB

    >2 tahun : 100-200 ml tiap kali BAB

    b

    Beri tablet zincPada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis

    Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari

    Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari

    c Lanjutkan pemberian makanan/ASI

    d Kapan harus kembali

    Rencana Terapi B

    (Dehidrasi RinganSedang)

    Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral sesuai

    dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena sebanyak : 75

    ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak

    5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak .

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    33/47

    33

    Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb

    setiap diare atau muntah.17

    Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada rencana terapi A.

    Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa minum oralit

    mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan intravena

    secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan RL / Ringer Asetat (atau jika tak tersedia, gunakan

    larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :

    Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam

    Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam

    (Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO, 2009)

    Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu

    diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu12

    :

    1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )

    2. Cairan hipotonik

    3. Rehidrasi oral cepat 34 jam

    4. Realiminasi cepat dengan makanan normal

    5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan

    7. ASI diteruskan

    8. Suplemen dengan CRO ( CRO rumatan )

    9. Anti diare tidak diperlukan

    Rencana Terapi C

    Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak dan

    menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh (somnolen-koma, pernafasan Kussmaul,

    gangguan dinamik sirkulasi) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Penggantian

    cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut12,15,17

    :

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    34/47

    34

    Usia 12 bln: 30ml/kgbb/1/2 jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2 jam

    Pada keadaan dehidrasi berat dan syok maka dilakukan rehidrasi parenteral 20 -30 ml/kg BB,

    kemudian evaluasi 30 - 60 menit, bila hemodinamik stabil maka rehidrasi sesuai dehidrasi

    berat. (Depkes RI)

    Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita akan

    kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut waktu yang

    pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya . Segala

    kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah

    sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila

    memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada

    dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum

    tetap dapat dilanjutkan.18

    Rencana Terapi C (Dehidrasi berat)

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    35/47

    35

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    36/47

    36

    Pemilihan jenis cairan

    Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok,

    sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan

    hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan

    mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme

    menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung

    glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat

    dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis

    cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan

    pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan

    osmolaliti 210 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi

    pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.19

    Komposisi cairan Parenteral dan Oral :

    Osmolalitas(

    mOsm/L)Glukosa(g/L) Na

    +(mEq/L)

    CI-

    (mEq/L

    )

    K+(mE

    q/L)

    Basa(mE

    q/L)

    NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -

    NaCl 0,45

    %+D5428 50 77 77 - -

    NaCl

    0,225%+D5253 50 38,5 38,5 - -

    Riger

    Laktat273 - 130 109 4 Laktat 28

    Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20

    Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10

    Standard

    WHO-ORS311 111 90 80 20 Citrat 10

    Reduced 245 70 75 65 20 Citrat 10

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    37/47

    37

    osmalarity

    WHO-ORS

    EPSGAN

    recommenda

    tion

    213 60 60 70 20 Citrat 3

    Komposisi elektrolit pada diare akut :

    Macam Komposisi rata-rata elektrolit mmol/L

    Na K Cl HCO3

    Diare Kolera

    Dewasa

    140 13 104 44

    Diare Kolera

    Balita

    101 27 92 32

    Diare Non

    Kolera Balita

    56 26 55 14

    Sumber : Ditjen PPM dan PLP,199920

    Antisekretorik - Antidiare

    Salazer lindo E dkk22

    dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional Cayetano Heredia,

    Lima, Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril ( acetorphan ) yang merupakan

    enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup efektif dan

    aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu motilitas usus

    sehingga penderita tidak kembung. Bila diberikan bersamaan dengan cairan rehidrasi oral akan

    memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya memberikan cairan rehidrasi

    oral saja. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Cojocaru dkk dan cejard dkk. Untuk pemakaian

    yang lebih luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut yang bersifat multi senter dan

    melibatkan sampel yang lebih besar.23

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    38/47

    38

    Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis.18

    Obat anti diare

    hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki kehilangan air dan

    elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak diserap

    usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat memperberat yang

    resisten dan menyebabkan malabsorpsi.21

    Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan

    pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).12

    Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella,

    karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi

    berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah

    mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis

    gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang

    jelas atau segala sepsis15. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan

    paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.21

    Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain (WHO, 2006)

    Kolera :

    Tetrasiklin 12,5 mg/kg/x (4 x sehari selama 3 hari)

    Eritromisin 12,5 mg/kg/x (4 x sehari selama 3 hari)

    Shigella :

    Ciprofloxasin 15 mg/ kgBB (2 x sehari selama 3 hari)

    Amebiasis:

    Metronidasol 10mg/kg/x (3 x sehari selama 5 hari / 10 hari pada kasus berat)

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    39/47

    39

    Giardiasis :

    Metronidasol 5mg/kg/x (3 x sehari selama 5 hari)

    Seng (Zinc)

    Defisiensi seng sering didapatkan pada anak-anak di negara berkembang dan dihubungkan

    dengan menurunnya fungsi imun dan meningkatnya kejadian infeksi yang serius. Seng

    merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh, yang penting untuk sintesis

    DNA. Pada sistematik review dari 10 RCT, seng dapat menurunkan insiden diare sebanyak 15%

    dan prevalensi diare sampai 25%. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF telah menganjurkan

    penggunaan seng pada anak dengan diare dengan dosis 20 mg/hari selama 10-14 hari dan pada

    bayi< 6 bulan dengan dosis 10 mg perhari selama 10-14 hari.

    Probiotik

    Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host

    dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga

    seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel

    usus. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk

    pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme

    lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika

    yang tidak rasional rasional (antibiotic associated diarrhea) dan travellerss diarrhea.14,15,24

    Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut pada anak.

    Hasil meta analisa Van Niel dkk25

    menyatakan lactobacillus aman dan efektif dalam pengobatan

    diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan

    menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1 2 kali. Kemungkinan

    mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen

    usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah

    adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa

    usus dan imunno modulasi.14,24

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    40/47

    40

    Prebiotik

    Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan. Umumnya komplekskarbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora intestinak yang

    menguntungkan kesehatan.

    Oligosakarida yang ada dalam ASI dianggap sebagai prototipe prebiotik oleh karena dapat

    merangsang pertumbuhan Lactobacilli dan Bifidobacteria di dalamkolon bayi yang minum ASI.

    Data menunjukkan angka kejadian diare akut lebih rendah pada bayi yang minum ASI. Tetapi

    pada dua penelitian RCT di Peru tahun 2003, bayi-bayi dikomunitas yang diberi cereal yang

    disuplementasi dengan fruktooligosakabrida (FOS) tidak menunjukkan penurunan angka

    kejadian diare. Penemmuan lain yang dilakukan di Yogyakarta pada tahun 1998, suatu penelitian

    RCT yang melibatkan 124 penderita diare dengan tanpa melihat perbedaan penyebabnya

    menunjukkan adanya perbedaan bermakna lamanya diare, dimana pada penderita yang mendapat

    FOS lebih pendek masa diarenya dibanding placebo.

    Rekomendasi penggunaannya untuk aspek pencegahan diare akut masih perlu penelitian-

    penelitian selanjutnya.

    I. Komplikasi

    Dehidrasi

    Hipoglikemi

    Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)

    Asidosis metabolik terjadi karena beberapa hal, yakni :

    Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses

    Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga

    benda keton tertimbun dalam tubuh.

    Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan

    Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

    dikeluarkan oleh ginjal

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    41/47

    41

    Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

    (Suraatmaja, 2005)

    Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan yakni

    pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan Kusmaul. Pernapasan ini

    merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH

    darah. (Suraatmaja, 2005)

    Gangguan elektrolit

    Hipernatremia

    Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan

    berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-

    lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena

    dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastik meenggunakan

    oralitadalah cara terbaik dan paling aman.

    Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45%

    saline55 dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat

    badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila

    normallanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjtukan 8 jam lagi dan periksa

    kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline 5% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap

    500 ml cairan infus setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet

    normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap

    BAB, sampai diare berhenti.

    Hiponatremia

    Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya

    mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremia (Na < 130 mol/L).

    hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak

    malnutrisi berat dengan edema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir

    semua anak dengan hiponatremia. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan

    bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai Ringer Laktat atau

    normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 kadar Na serum yang diperiksa

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    42/47

    42

    dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya

    diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2

    mEq/L/jam.

    Hiperkalemia

    Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian

    kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan

    monitor detak jantung.

    Hipokalemia

    Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K :

    jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hari dibagi 3

    dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)

    diberikan dalam 4 jam.

    Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan

    dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 - kadar K terukur x BB x

    0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)

    Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi

    ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kaliumdapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya

    kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.

    Kejang

    Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang

    sebelum atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebutdapat disebabkan oleh

    karena hipoglikemik, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk,

    hiperpireksia, hiponatremia atau hipernatremia.

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    43/47

    43

    Gangguan sirkulasi

    Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi

    darah berupa renjatan/syok hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan

    terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan

    perdarahan di otak yang menimbulkan penurunan kesadaran dan bila tidak diatasi dengan

    segera maka pasien dapat meninggal. (Suraatmaja, 2005)

    J. Pencegahan

    Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :

    3. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare

    Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral.

    Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran

    ini.

    Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi :

    a. Pemberian ASI yang benar

    b. Memperbaiki penyiapan dan penimpanan makanan pendamping ASI

    c. Penggunaaan air bersih yang cukup

    d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar

    dan sebelum makan.

    e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga.

    f. Membuang tinja bayi yang benar.

    4. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu

    Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dapat

    mengurangi resiko diare antara lain :

    a. Memberi ASI paling tidak 2 tahun.

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    44/47

    44

    b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam

    jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak

    c. Imunisasi campak

    Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan probiotik dan prebiotik dan seng

    dalam pencegahan diare.

    Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enteric, termasuk

    cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas panjang bila ada

    kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.

    Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan enteropatogen dan cara-

    cara mengurangi penularan. (Behrman, 2000)

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    45/47

    45

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam

    kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003 hal 29

    2. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric Diagnosis Little

    Brown and Company 1990;2023.

    3. Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in Children

    Postgraad Doct Asia 1984 : Dec : 268274

    4. Coken MB Evaluation of the child with acute diarrhea dalam: Rudolp AM,Hofman JIE,Ed

    Rudolps pediatrics: edisi ke 20 USA 1994 : prstice Hall international,inc hal 1034-36

    5. Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare ) akut dalam: Gastroenterologi

    anak praktis, Ed Suharyono, Aswitha B,EM Halimun : edisi ke2 Jakarta 1994: Balai

    penerbit FK-UI hal 51-76

    6. American Academy of Pediatrics Propesional commite on Quality improvement

    subcommitte. Acute Gastroenteritis Pratice parameter : the management of acute

    gastroeneritis in young children Pediatrics 1996:97:424-35

    7. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM. Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa dan

    penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba Medika hal 73-103

    8. Barnes GL,Uren E, stevens KB dan Bishop RS Etiologi of acute Gastroenteritis in

    Hospitalized Children in Melbourne, Australia,from April 1980 to March 1993 Journal of

    clinical microbiology, Jan 1998,p,133-138

    9. Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002

    10. Boediarso, Aswitha dkk. Pendidikan Medik Pemberantasan Diare Buku Ajar Diare Pegangan

    mahasiswa. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I DITJEN PPM dan PLP. 1999. Hal 10

    11. American Academy of Pediatrics Commite on Nutrition.Use of oral fluid therapy and post-

    treatment feeding following enteritis in children in a developed country. Pediatrics

    1985;75;358-61

    12. Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah kesehatan Kedokteran

    indonsia Vol 1 No 06,2003

    13. Smith-Walker JA.Masalah Pediatri di Bidang Gastroenterologi Tropis dalam Problem

    Gastroenterologi Daerah Tropis Ed GC Cook,edisi ke 1 jakarta 2003; EGC 113-41

  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    46/47

    46

    14. Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna.dalam Sari

    pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001

    15. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada bayi dan anak.

    Dikutip dari URL :http://www.pediatrik.com/

    16. Sandhu BK. Pratical guideline for the management of gastroenteritis in children J Ped

    Gastroenterol Nutr 2001;33:S36-9

    17. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut dalam

    kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003

    18. Armon K. Stephenson T, Macfaul R, Eccleston P, Warneke U. An evidence and consensus

    based guideline for acute diarrhea management Arch Dis Child 2001;85:132-42.

    19. Bhan MK.Current consepts in management of acute diarrhea Indian Pediatrics 2003:40:463-

    76

    20. Ditjen PPM dan PLP,1999,Tatalaksana Kasus Diare Departemen Kesehatan RI hal 24-25

    21. Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan makalah

    Kongres Nasional II BKGAI juli 2003

    22. Salazar-Lindo E. Santisteban-Ponces J, CheaWooE,Gutierez M. Rececaddotril in treatment

    of acute watery diarrea in children N. Eng J med 23003;34;463-7

    23. Firmansyah A.Peran obat dalam tatalaksana diare pada anak.Dalam Majalah Kesehatan

    Kedokteran Indonesia Vol 1 No07,2003,

    24. Rohim A, Soebijanto MS.Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit anak

    diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2002 Selemba Medika

    hal 93-103

    25. Van Niel Cornelis W, Feudtner C, Garisson MM, Dimitri A. Lactobacillus Therapy for Acute

    InfectiousDiarrehe Children : A.Meta-analysis Pediatrics 2002;109;678-684

    26. Sazawal S dkk.Zine supplementation in young children with acute diarrhea in India N Enggl

    J Med 1995;333:839-44

    27. Strand TA dkk.Effectiveness and Efficacy of Zine for the Treatment of Aucte Diarrhea in

    Young Children Pediatrics 2002;109;898-903

    28. Bhandari N, Bahl R, Sazawal Sand.Bhan MK Breast-Feeding Status Alters the Effect of

    Viatmin A Threatment During Aucte Diarrhea in Children J. Nutr:127;1997:59-63

    http://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/
  • 8/11/2019 laporan kasus GEA.docx

    47/47

    29. Baker SS;Davis AM.Hypocaloric oral therapyduring an episode of diarrhea and vomiting can

    lead to severe malnutrition J Pediatr Gastroenterol Nutr 1998 Jul;27(1)1-5.

    30. Lama More RA;Gil-Alberdi Gonzalez B. Effect of nucleotides as dietary supplement on

    diarrhea in healthy infants An Esp Pediatr 1998 Apr;48(4):371-5

    31. CDC Recommendation and report The Management of Acute Diarrhea in Children Oral

    Rehydration, Maintenance,and Nutritional Therapy 1992

    32. Suharyono.Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ilmu Kesehatan

    Anak ke XXXI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1994.

    33. Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermaslah. Depkes RI 1999 ; 31