laporan kasus biofisika
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
MODUL 3BIOFISIKA
DISUSUN OLEH:
MARDIANUS TADO’U070111329RUANG 16
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO, 2008KATA PENGANTAR
Puji syukur patut dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kasih dan berkat dan pimpinanya, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus-kasus dalam modul biofisika.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dalam modul biofisika sel, selain itu juga penulis mengharapkan kiranya laporan ini akan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, tetapi penulis mengaharapkan agar supaya bisa dimaklumi dan dimaafkan.
Akhirnya diucapkan terima kasih dan selamat membaca.
KASUS 1
1. Kemungkinan yang bisa saja terjadi di tinjau dari sudut pandang biofisika yang bisa
menerangkan kasus ini?
a. Aspek hukum Bernoulli
Hubungan antara hukum Bernoulli dengan kasus 1 yaitu darah dengan kec.
tinggi melewati arteri subclavia yang mungkin tersumbat dan menyebabkan
penurunan tekanan (prinsip Bernoulli) menyebabkan aliran darah bisa berbalik
kebawah (jantung). Dan juga darah disekitar arteri vertebralis pada sisi yang normal
dengan tekanan normalnya bukannya naik keatas ke arteri basilaris/daerah
otak,melainkan kebawah, ke arteri vertebralis yang tidak sehat.
b. Persamaan kontinuitas
A1.V1=A2.V2
Dari persamaan ini menyatakan hasil kali luas penampang dengan
kecepatan besifat konstan. Artinya tekanan pada arteri vertebralis kiri dan kanan
harus sama. Dan jika sala satunya mengalami masalah, mka akan terjadi kelainan
pada sirkilasi darah khususnya darah yang menuju ke otak.
2. Pemeriksaan yang dibutuhkan?
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Peeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan dengan spigmomanometer
Pemeriksaan dengan EKG
Pemeriksaan dengan alat Angiokardiografi
Pemeriksaan dengan alat EEG
Sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien, maka dugaan sementara pasie
mengalami TIA (transient ischemic attack) atau berkurangnya pasokan oksigen ke otak.
KASUS II
1. Kemugkinan-kemungkina apa saja yang dapat terjadi pada si atlet ditinjau dari sudut
pandang Biofisika otot, Jantung dan Sirkulasi?
Kelelahan otot
Yaitu terjadi karena otot kurang mendapat pasokan O2, sehingga metabolisme
otot pun ikut terganggu. Dan akhirnya otot tidak mempunyai energy yang cukup
untuk melakukan aktivitas. Dan juga pembengkakan yang terjadi disebabkan oleh
kontaraksi otot yang sangat kuat, menyebabkan sintesis protein kontraktil otot
berlangsung lebih cepat dibandingkan kecepatan penghancurannya, sehingga
menghasilkan jumlah filament yang berisi protein aktin dan myosin bertambah.
Penumpukan filament inilah yang menyebabkan hipertrofi otot.
Penyakit Angina Pectoris
Dapat dilihat dari gejalah yang dialami yaitu nyeri pada dada sebelah kiri dan
menjalar hingga ke jari-jari.
Terjadi penyumbatan pembuluh darah
2. Pemeriksaan apa sajayang dapat digunakan?
a. Anamnesis lengkap
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan lab/penunjang
© EMG (Electromiografi)
© EKG (Electrokardiografi)
© Angiografi
© Spirometri
3. Hukum-hukum fisika yang dapat diterapkan?
a. Rumus hasil kerja (W)
W= L.D L= Beban
D= Jarak
b. Persamaan BernoulliPf=PH + pghH = PB + pghB PH= tekanan pada jantung; PF= pada kaki;
PB= Pada otak; p= masa jenis; g= grafitasi
KASUS III
1. Dari sudut pandang biofisika saraf, hal/proses apa yang mungkin menimpa gadis ini?
Dari sudut pandang biofisika saraf maka kemungkinan anak ini mengalami
penyakit Epilepsy Grand Mal. Kejang yang terjadi karena pelepasan neuron-neuron
otak yang mendadak dan terkontrol yang menyebabkan perubahan fungsi
otak.kejang terjadi sewaktu neuron-neuron serebrum tertentu berada dalam keadaan
hiperaksasi dan depolarisasi yaitu prubahan suatu membranm sel saraf menjadi
kurang negative (normalnya -70V). neuron-neuron ini mempunyai potensial
membrane istirahat yang lebih rendah dari normal akibatnya selalu dekat dengan
potensial nilai ambang yang sering disebut epileptogenik.
Apabila suatu focus epileptogenik melepaskan potensial aksi maka arus yang
timbul dapat menyebar ke sel-sel disekitarnya dan menyebabkan mereka juga
melepaskan muatan. Jika diukur dengan alat EEG, orang yang mengalami epilepsy
Grand Mal tegangan otaknya 100mV, selai epilepsy jenis ini hanya 50mV.
2. Anjuran apa yang dapat diberikan pada pasien tersebut?
Perhatian
Istirahat yang cukup
Menghindarkannya dari benda dan tempat-tempat yang dapat membahayakannya
Disaat pingsan jangan coba menyadarkannya
Member mkanan yang bernutrisi
Hindari dari hal-hal penyebab stress
Hindari dari kilatan cahaya (diskotik dan menonton terlalu dekat) kira-kira pada
kisaran 10-15 Hz.
3. Pemeriksaan apa yang dapat di butuhkan untuk menegahkan diagnose?
a. Anamnesis lengkap
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan lab:
EEG
MRI
MEG
KASUS IV
Gangguan refraksi mata terjadi karena adanya gangguan akomodasi mata.
Adapun jenis-jenis gangguan penglihatan karena pengaruh daya akomodasi:
A. Myopia
Yaitu penglihatan dekat. Pasien dengan kelainan ini mengalami gangguan dalam
melihat benda-benda yang letaknya jauh. Hal ini disebabkan karena kornea terlalu
lengkung sehingga bayangan jatuh tepat di depan retina. Kelainan ini dapat diatasi
dengan menggunakan lensa negative.
B. Hiperopia
Yaitu penglihatan jauh. Pasien dengan kelainan ini mengalami gangguan dalam melihat
benda-benda dengan jarak yang dekat. Hal ini disebabkan karena korneanya kurang
lenkung sehingga bayangan jatuh dibelakang retina. Kelainan ini dapat diatasi dengan
menggunakan lensa positif.
C. Astigmatisme
Kelainan ini disebabkan karena kelengkungan kornea tidak merata. Kelainan ini dapat
diatasi dengan menggunakan lensa silindris atau lensa kontak keras.
D. Presbiopia
Disebut juga mata tua. Kelainan ini terjadikarena kurangnya daya akomodasi mata
karena pengaruh denaturasi protein-protein pada mata. Kelainan ini dapat diatasi
dengan menggunakan lensa positif.
Berdasarkan ghasil diskusi kelompok maka disimpulkan wanita ini mengalami
kelainan mata presbiopi. Hal ini juga didasarkan pada umur pasien yang sudah lanjut.
Untuk menghitung daya focus mata dan untuk mengetahui kekuatan lensa berapa yang
akan diberikan pada si pasien, dapat digunakan rumus sbb:
1/f= 1/∞ + 1/0,02 = 50 D
Dan untuk menghitung lebar akomodasi mata dapat digunakan rumus:
Lebar akomodasi mata (AC)= 0,0028.(80thn-L) L= Umur dalam tahun
Pemeriksaan Yang Dapat Dilakukan
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan dengan alat Oftamoscop
d. Retinoskop
e. Pemeriksaan Trial and Error
KASUS V
1. Hal-hal apa saja yang dapat terjadi pada keluarga pongohditinjau dari aspek biofisika
telinga?
Jenis-jenis kelainan pendengaran/hilang pendengaran:
a. Tuli Konduksi
Yaitu vibrasi tidak sampai ke telinga tengah akibat adanya malam,wax, serum atau
cairan di dalam telinga tengah. Apabila tuli ini tidak pulih maka dapat digunakan
hearing aid (alat bantu dengar).
b. Tuli Persepsi
Bisa terjadi hanya sebagian kecil frekuensi atau seluruh frekuansi yang tidak dapat
didengar.
Menurut hasil diskusi kelompok, kemungkinan keluarga pongoh mengalami tuli
konduksi, karena pendengarannya tidak hilang secara total.
Kemungkinan juga gendang telinga pecah sehingga air masuk kedalam telinga dan
menyebabkan ketidakseimbangan dalam telinga. Pecahnya gendang telinga disebabkan
karena adanya perbedaan tekanan luar dan dalam pada saat menyelam.
2. Pemeriksaan apa yang dapat diberikan?
a. Tes suara berbisik
b. Tes garputala:
© Tes Weber
© Tes Renne
© Tes Schwabach
c. Tes dengan alat audiometer
KASUS VI
1. Kemungkinan proses fisika apa yang terjadi pada si penyelam?
a. Sesuai dengan hokum Hendry, yaitu “Pada suhu tertentu jumlah gas yag larut di
dalam suatu jaringan berbanding lurus dengan tekanan parsial yang berkontak
dengan cairan”. Dalam hal ini ketika penyelam menyelam ke kedalaman tertentu
maka ia akan menghirup udara dengan tekanan yang lebih besar dari pada di
permukaan. Akibatnya tekanan parsial N2 meningkat, menyebabkan N2 yang larut
dalam darah dan juga meningkat. Jadi apabila penyelam terlalu cepat naik ke
permukaan, sebagian N2 yang tidak sempat dikeluarkan akan membentuk
gelembung-gelembung disendi dan di jaringan dan dapat mengakibatkan masalah
yang serius yaitu penyakit Dekompresi.
b. Sesuai hokum Boyle P1.V1=P2.V2
Sebagai contoh: ketika penyelam meghirup napas penuh 6 liter pada kedalaman 10
m (tek. 2 atm), kemudian menahan nafas dan begerak ke permukaan, maka udara di
dalam tubuhnya menjadi 12 liter. Untuk menghindari pecahnya alveoli paru, maka
ia harus menghembuskan 6 liter waktu naik ke permukaan. (P.V= Konstan)
yang terjadi pada penyelam ini ditinjau dari aspek fisika dan gejala yang di
perlihatkan yaitu penyakit dekompresi khususnya pada bagian paru-paru
(Barotrauma Paru).
2. Hukum/rumus-rumus fisika yang dapat di terapkan:
a. Hokum Boyle
b. Hokum kesetaraan gas Hendry
c. Hokum Dalton (tekanan parsial): Po2=n.R.T V
d. Hokum laplace: P=4y R
e. Rumus tekanan air (PW)=P.D
f. Rumus tekanan absolute = PW+PA
3. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Periksaan lab (spirometer)
4. Tindakan yang dapat di berikan
a. Terapi oksigen hiperbarik
b. Pemberian obat-obatan
Penjelasan rumus:
a. Hokum Dalton: n = mol
R= gas ideal
T= suhu
V= volume
b. Hokum Laplace: P= tekanan
y= tegangan permukaan (dyne/cm)
R= jari-jari (cm)
c. Rumus tekanan air (PW): P= berat jenis
D= kedalaman air (m)
d. Rumus tekanan Absolut: PW= tekanan air
PA= tekanan atmosfer