laporan kasus

81
LAPORAN STUDI KASUS STASE ANAK RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP An.Z DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENYAKIT BROCHOPNEUMONIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship Oleh: Dedy Murianto, S.Ked.(207.121.0020) Pembimbing: dr. Dina Mariyati KEPANITERAAN KLINIK MADYA

Upload: fahmi-majid-al-maghfur

Post on 18-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus

LAPORAN STUDI KASUS STASE ANAK

RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA

UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP An.Z

DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENYAKIT BROCHOPNEUMONIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship

Oleh:

Dedy Murianto, S.Ked.(207.121.0020)

Pembimbing:

dr. Dina Mariyati

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2013

Page 2: Laporan Kasus

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,

serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus Stase Anak

yang berjudul “Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga terhadap An.A dalam

Menangani Permasalahan Penyakit Brochopneumonia” ini dapat diselesaikan

sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna

memenuhi tugas Clerkship serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi

dalam menangani kasus kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif.

Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna.

Untuk itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi

perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun

ucapkan terima kasih.

Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun,

pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Penyusun

Andira Aulia Rahmah, S.Ked.

i

Page 3: Laporan Kasus

ii

Page 4: Laporan Kasus

DAFTAR ISI

1. Judul

2. Kata Pengantar ..................................................................................................i

3. Daftar Isi ..........................................................................................................ii

4. BAB I : Pendahuluan

Latar Belakang...........................................................................................1

Tujuan........................................................................................................1

Manfaat......................................................................................................1

5. BAB II : Status Penderita

Pendahuluan...............................................................................................1

Identitas Penderita......................................................................................1

Anamnesa...................................................................................................1

Anamnesa Sistem.......................................................................................3

Pemeriksaan Fisik......................................................................................4

Pemeriksaan Penunjang.............................................................................6

Resume.......................................................................................................6

Diagnosis Holistik......................................................................................6

Penatalaksanaan Holistik...........................................................................8

Follow Up dan Flow Sheet.......................................................................10

6. BAB II : Identifikasi Keluarga

Profil Keluarga.........................................................................................12

Identifikasi Fungsi-Fungsi dalam Keluarga.............................................15

7. BAB III : Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

Identifikasi Faktor Perilaku dan Non-Perilaku Keluarga.........................21

Diagram Faktor Perilaku dan Non-Perilaku.............................................22

1. BAB IV : Daftar Masalah

Masalah Medis.........................................................................................24

Masalah Non-Medis.................................................................................24

Diagram Permasalahan Keluarga.............................................................24

2. BAB V : Tinjauan Pustaka

Demam Tifoid (Typhoid Fever)...............................................................25

3. BAB VI : Penutup

iii

Page 5: Laporan Kasus

Kesimpulan Holistik................................................................................36

Saran ........................................................................................................37

4. Daftar Pustaka.................................................................................................38

iv

Page 6: Laporan Kasus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini seorang anak sangat rentan dengan berbagai penyakit yang

dapat disebabkan oleh kuman, virus, dan lain lain. Penyakit yang sering didapat

pada seorang anak salah satunya adalah bronkopneumonia. WHO mencatat bahwa

insiden pada tahun 2010 dinegara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan

negara- negara di Eropa lainya yang menderita penyakit bronkopeneumonia

sekitar 45.000 orang. Negara – negara berkembang seperti di Afrika dan Asia

tengara sekitar 70 % kematian pada anak usia 0 sampai 6 tahun disebabkan

bronkopneumonia.

Bronkopneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru yang terjadi pada

ujung akhir bronciolus yang tersumbat oleh eksulat mukoperulen untuk

membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya. Timbulnya

bronkopneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus,

bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. Penyakit

bronkopneumonia di Indonesia barada di posisi yang delapan dari sepuluh

penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia. Setelah diare, demam

berdarah dengue, tipoid, demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia,

hipertensi, ISPA.

1

Page 7: Laporan Kasus

1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Bronchopneumonia

b. Untuk mengetahui patofisiologi dari Bronchopneumonia

c. Untuk mengetahui penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari

bronchopneumonia

1.3 Manfaat

a. Dengan mengetahui pengertian dan manifestasi klinis dari

Bronchopneumonia maka dapat mendiagnosa pasien secara tepat.

b. Dengan mengetahui patofisiologi dari Bronchopneumonia maka dapat

melakukan penatalaksanaan atau terapi kepada pasien dengan tepat.

2

Page 8: Laporan Kasus

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama pasien : An Z

Usia : 3th

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : jl.joyo mulyo dinoyo malang

Nama Ayah : Alm Tn:S

Usia Ayah : 35 Tahun

Pekerjaan Ayah : Swasta

Nama Ibu : Ny. N

Usia Ibu : 34 Tahun

Pekerjaan Ibu : guru

Suku : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Jl.joyo mulyo dinoyo malang

2.2 Anamnesa

2.2.1 Keluhan Utama : Sesak

2.2.2 Keluhan Penyerta : demam dan batuk

2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang : sesak dirasakan sejak tiga hari yang

lalu. Pasien juga mengeluhkan demam sejak duahari yang lalu serta

Batuk lebih dari satu minggu. batuk berdahak disertai dengan

pilek. Dahak berwarna putih cair tidak ada darah. Pasien juga

susah mengeluarkan dahaknya.

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat Mondok : Disangkal

b. Riwayat Asma : (+)

c. Riwayat Kejang Demam : Disangkal

d. Riwayat Alergi Obat atau Makanan : Alergi suhu dingin

e. Riwayat Hipertensi : Disangkal

f. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

3

Page 9: Laporan Kasus

2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat penyakit serupa : (-)

b. Riwayat Asma : (+)

c. Riwayat Kejang Demam : (-)

d. Riwayat Alergi Obat atau Makanan : (-)

e. Riwayat Hipertensi : (-)

f. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

2.2.6 Riwayat Kehamilan Ibu

Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit saat hamil An. Z. hanya

terasa mual dan muntah diawal kehamilan, tetapi setelah usia 4

bulan lebih mual dan muntah menghilang. Kontrol rutin ke bidan

selama kehamilan.

2.2.7 Riwayat Kelahiran

Persalinan normal ditolong oleh bidan. Kelahiran cukup bulan.

Berat anak saat lahir 3,2 Kg dan panjang badan 33 cm. tidak

pernah mengalami abortus.

2.2.8 Riwayat Imunisasi

a. Imunisasi BCG : 1 kali

b. Imunisasi Hepatitis : 3 kali

c. Imunisasi Polio : 4 kali

d. Imunisasi DTP : 4 kali

e. Imunisasi Campak : 1 kali

2.2.9 Riwayat Kebiasaan

Waktu luang diisi dengan bermain bersama saudara dan anak

tetangga

2.2.10 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Tangan mengepal : 1 bulan

b. Miring : 3 bulan

c. Tengkurap : 8 bulan

d. Merangkak : 10 bulan

e. Berjalan : 17 bulan

4

Page 10: Laporan Kasus

f. Berbicara : 12 bulan

g. Tumbuh gigi pertama : 21 bulan

2.2.11 Riwayat Gizi

Pasien makan sehari-hari biasanya 2-3 kali sehari dengan nasi tim,

sayur dan lauk yang lembek.

Anamnesis Sistem

1. Kulit : warna kuning langsat, kulit gatal(-), keriput (-)

2. Kepala : sakit kepala(-), pusing(-)rambut rontok(-), luka(-),

benjolan di leher(-), demam (+)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan

kabur (-), ketajaman penglihatan berkurang (-),

penglihatan ganda(-)

4. Hidung : tersumbat (+/+), mimisan(-/-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan(-),

nyeri(-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering(-), lidah terasa pahit(-)

7. Tenggorokan : nyeri menelan (-), suara serak (+)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (+), mengi(-)

9. Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar(-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare(-), nafsu makan

menurun(+), nyeri perut(-), BAB normal

11. Genitourinaria : BAK normal

12. Neurologik : lumpuh(-), kaki kesemutan(-), kejang (-)

13. Psikiatrik : emosi stabil (-), mudah marah(-)

14. Muskolokeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan

dan kaki(-), nyeri otot(-)

15. Ekstremitas atas : bengkak(-), sakit(- ), telapak tangan pucat( -),

kebiruan(-), luka(- )

16. Ekstremitas bawah : bengkak (-), sakit(-), telapak kaki pucat(-),

kebiruan(-), luka(-)

5

Page 11: Laporan Kasus

2.3 Pemeriksaan Fisik

2.3.1 Keadaan Umum : Tampak Lemas

2.3.2 Kesadaran/GCS : Compos mentis/ 456

2.3.3 Antopometri

BB : 15 kg

PB : 96 cm

Status gizi : persentil 0 (Baik)

2.3.4 Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 112 x/menit

RR : 24 x/menit

T0ax : 40 0C

2.3.3 Head to Toe

1. Kulit : Kuning, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),

petechie (-), eritem (-)

2. Kepala : bentuk mesocephal, massa (-)

3. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil

isokor (-/-)

4. Hidung : nafas cuping hidung (+/+), rhinorrhea (+/+),

epistaksis (-/-)

5. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir

kering (-/-)

6. Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-)

7. Tenggorokan : tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (+)

8. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),

6

Page 12: Laporan Kasus

9. Thorax : normochest, simetris, pernafasan abdominalthoracal,

retraksi (-), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-),

nyeri (-)

Cor:

Inspeksi : ictus cordis tampak (+)

Palpasi : tidak ada data nyeri tekan dan massa

Perkusi : Batas kiri atas : ICS 2 PSL sinistra

Batas kanan atas : ICS 2 PSL dexstra

Batas kiri bawah : ICS 4 PSL sinistra

Batas kanan bawah : ICS5 MCL dexstra

Auskultasi : S1 dan S2 norma regular, HR 112 x/menit. Suara

tambahan (-)

Pulmo :

Inspeksi : DBN

Palpasi : DBN

Perkusi : DBN

Auskultasi : wezing Rhonki

+

+

+

+ +

Abdomen

Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-),

bekas jahitan (-)

Palpasi : nyeri tekan abdomen (-)

Perkusi : -

Auskultasi : bising usus (+ N)

10. Sistem Collumna Vertebralis :

Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

7

+ +++ +

Page 13: Laporan Kasus

11. Ekstremitas :

Akral hangat Oedem

12. Pemeriksaan neurologik :

Kesadaran : compos mentis/ GCS 456

Fungsi luhur : tidak ada data

Fungsi vegetatif : tidak ada data

Fungsi sensorik

Fungsi motorik

Ref.Fisiologis Ref.Patologis

8

Kekuatan Tonus Reflek Fisiologis

+ +

+ +

- -

- -

+ +

+ +

5 5

5 5

+ +

+ +

+ +

+ +

Page 14: Laporan Kasus

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Tabel 1. Pemeriksaan Darah Lengkap

PemriksaanHasil

Nilai Normal2 januari Unit

Hematologi

Hb

Hct

Leukosit

Trombosit

Eritrosit

POW

MPV

PCT

2,8

35,5

8,68

329

4,27

9,0

-6,78

0,2

g/dl

%

Ribu/uL

Ribu/uL

Juta/uL

Fl

Fl

%

11,5-13,5

34-40

50-14,5

150-440

3,96-5,32

9-13

7,2-11,1

Index

MCV

MCH

MCHC

83,2

27,6

33,2

Fl

Pg

%

75-97

24-30

31-37

Differential

Basofil

Eosinofil

Limfosit

Monosit

Neutrofil

0,2

-0,4

-29,5

+8,5

61,4

%

%

%

%

%

0-1

1-6

30-45

2-8

50-70

Jumlah Total sel

Limfosit

Total basofil

Total monosit

Total eosinofil

Total neutrofil

2,56

0,02

0,74

0,03

5,33

Ribu/uL

Ribu/uL

Ribu/uL

Ribu/uL

Ribu/uL

9

Page 15: Laporan Kasus

Pemeriksaan IgE 558,0 normal pada usia 3 tahun < 45 iu/ml

Hasil Foto Rontgen Thorax AP

Didapatkan pada pulmo tampak infiltrate dengan air bronkogram pada parakardial kanan kiri hilus D/S menebal, kedua sinus kostofrenikus tajam,diafragma D/S baik tulang dan jaringan lunak normal

Kesimpulan : Brochopneumonia

2.5 Resume

a. Anamnesa

sesak dirasakan sejak tiga hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam

sejak duahari yang lalu serta Batuk lebih dari satu minggu. batuk berdahak

disertai dengan pilek. Dahak berwarna putih cair tidak ada darah. Pasien juga

susah mengeluarkan dahaknya.

b. Pemeriksaan Fisik

Demam (suhu 40oC), lemas, pernafasan cuping hidung (+), rhinorrea,

rhonki (+) wising (+)

c. Pemeriksaan Penunjang

CRP : negative

Foto Rotngen Thorax AP : Brochopneumonia

2.6 Diagnosa Holistik

a. Personal

An. Z datang dengan keluhan sesak dirasakan sejak tiga hari yang lalu.

Pasien juga mengeluhkan demam sejak duahari yang lalu serta Batuk lebih dari

satu minggu. batuk berdahak disertai dengan pilek. Dahak berwarna putih cair

tidak ada darah. Pasien juga susah mengeluarkan dahak nya.

10

Page 16: Laporan Kasus

Klinis

Diagnosa Kerja : Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang pasien dapat didiagnosa Bronchopenumonia.

Diagnosa Bading : Tuberculosis Paru, Bronkiolitis, Pneumonia

c. Resiko Internal

Anak usia 3 , sistem imun masih sangat rendah, pola dan jenis makanan

yang kurang baik karena pasien tidak rutin mengkonsumsi buah dan sayur.juga

factor life style anak yang suka jajan sembarangan

d. Resiko eksternal

Pasien aktif berinteraksi dengan teman sebaya dan juga orang dewasa baik

di lingkungan rumah maupun di likungan sekolahnya dengan kondisi lingkungan

yang kurang baik, selain itu perilaku hidup bersih dan sehat sangat kurang

diterapkan oleh orangtua pasien.

e. Fungsional

Derajat fungsional scorenya 4 karena pasien harus rawat inap di rumah

sakit, berbaring dan banyak istirahat sehingga pasien tidak dapat melakukan

aktifitas sehari-hari.

f. Diagnosa dari segi biologis

Bronchopneumonia

g. Diagnosa dari segi psikologis

Hubungan pasien dengan keluarga dan ibu baik. Intensitas waktu untuk

berkumpul bersama keluarga juga sering. Meskipun ibunya bekerja tetapi selalu

menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anak-anaknya. Selain itu mereka

juga sering berkunjung dan berkumpul dengan keluarga besar.

h. Diagnose dari segi sosial

Pasien setiap hari bermain dengan saudaranya yang letak rumahnya berada

di sebelah rumah pasien serta bermain dengan anak dari tetangganya.

11

Page 17: Laporan Kasus

2.7 Penatalaksanaan Holistik

2.7.1 Farmakologi

KA-EN 3B

Indikasi:

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan

elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,

pada keadaan asupan oral terbatas Rumatan untuk kasus pasca operasi (>

24-48 jam) Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A Mensuplai

kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

Tiap liter isi mengandung

-          sodium klorida 1,75g,

-          ptasium klorida 1,5g,

-          sodium laktat 2,24g,

-          anhydrous dekstros 27g.

-          Elektrolit (mEq/L) :

a.       Na+ 50,

b.      K+ 20,

c.       Cl- 50,

d.      laktat- 20,

e.       glukosa 27 g/L.

f.       kcal/L. 108

TAXEGRAM

Komposisi : Cefotaxime Na

Indikas : Infeksi saluran napas bawah, infeksi saluran urogenital, GO tanpa

komplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi intra-abdominal

termasuk peritonitis, infeksi tulang dan atau sendi, infeksi SSP

termasuk meningitis

Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 g tiap 12 jam. Infeksi serius :

Maksimal : 12 g/hari. Untuk dosis > 4 g/hari diberikan tiap 12 jam. GO

: 1 g/hari IM dosis tunggal. Infeksi tanpa komplikasi : 2 g/hari IM/IV,

infeksi sedang sampai serius : 3-6 g/hari IM/IV, infeksi yang

mengancam jiwa : 12 g/hari IV, infeksi yang memerlukan dosis tinggi :

6-8 g/hari. Pra dan pasca operasi : 1-2 g, 30-60 menit sebelum

operasi

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sefalosporin

12

Page 18: Laporan Kasus

Perhatian : Riwayat penyakit GI, gangguan fungsi ginjal berat, hipersensitif

terhadap penisilin. Hamil, menyusui

Efek Samping : Pruritus,demam, urtikaria, sindroma Steven-Johnson, syok

anafilaksis. Trombositopenia, eosinofilia, leukopenia, vaginitis,

moniliasis Interaksi

KALMETHASONE

Indikasa :digunakan terutama dalam pengobatan inflamasi dan kondisi alergi dan

penyakit lain yang responsif terhadap glucocorticoid. Hal ini tidak efektif untuk

pengobatan akut atau kronis kekurangan adrenokortikoid di mana aktivitas

mineralkortikoid diperlukan.

KONTRA INDIKASI :.Seperti persiapan glukokortikoid lain KALMETHASONE® tidak boleh digunakan pada pasien dengan herpes simpleks okular. Tidak boleh digunakan sendiri tanpa bersamaan pemberian terapi kausal yang tepat pada pasien dengan piogenik atau infeksi jamur.

DOSIS :.Untuk pemberian oralPersyaratan dosis variabel dan harus individual atas dasar penyakit dan respons dari pasien. Dosis awal bervariasi 0,75 – 9 mg per hari tergantung pada penyakit yang sedang dirawat. Pada penyakit yang kurang parah,dosis lebih rendah dari 0,75 mg diperkirakan cukup. Sedangkan pada penyakit parah dosis yang lebih tinggi dari 9 mg mungkin diperlukan. Dosis awal harus dipertahankan atau disesuaikan sampai respon pasien memuaskan. Jika respon klinis yang memuaskan tidak terjadi setelah jangka waktu yang wajar, hentikan pengobatan tablet Dexamethasone dan transfer pasien untuk terapi lain. Setelah respon awal yang baik, Dosis Maintenance harus ditentukan dengan mengurangi dosis awal dalam jumlah kecil hingga dosis terendah yang mempertahankan respon klinis yang memadai. Pasien harus diamati dengan cermat untuk tanda-tanda yang mungkin memerlukan penyesuaian dosis, termasuk perubahan dalam status klinis yang dihasilkan dari remisi atau eksaserbasi dari penyakit, respon obat individu, dan pengaruh stres (misalnya pembedahan, infeksi, trauma). Selama stres mungkin perlu untuk meningkatkan dosis sementara. Jika obat ini harus dihentikan setelah lebih dari beberapa hari pengobatan, biasanya harus ditarik secara bertahap. Miligram setara berikut memfasilitasi perubahan untuk dexamethasone dari glukokortikoid lain.

13

Page 19: Laporan Kasus

AMBROXOL SYRUP (OGB)

KANDUNGANAmbroxol HCl/Ambroksol HCl.

INDIKASIKelainan saluran pernafasan akut & kronik yang berhubungan dengan sekresi bronkhial yang abnormal, terutama pada bronkhitis kronik yang memburuk, bronkhitis asmatik, asma bronkial.

PERHATIANKehamilan, menyusui.

EFEK SAMPINGGangguan pada saluran pencernaan yang bersifata ringan, reaksi alergi.

KEMASANBotol 60 mL.

DOSISDewasa & anak yang berusia di atas 12 tahun : 3 kali sehari 10 ml (pengobatan jangka panjang).Anak berusia 5-12 tahun : 2-3 kali sehari 5 ml.Anak berusia 2-5 tahun : 3 kali sehari 2,5 ml.Anak berusia kurang dari 2 tahun : 2 kali sehari 2,5 ml.

Naprex Setiap 0,6 ml mengandung Parasetamol 60 mg.Naprex Suspensi/SirupSetiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 250 mg.

FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)Naprex mempunyai efek analgesik (anti nyeri) dan antipiretik (penurun panas) :Sebagai analgesik, bekerja dengan cara meningkatkan ambang rasa sakit.Sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus.INDIKASI / KEGUNAANUntuk menurunkan demam dan meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala dan sakit gigi.

KONTRAINDIKASINaprex jangan diberikan kepada : Penderita yang hipersensitif terhadap parasetamol.

Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

14

Page 20: Laporan Kasus

Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai Naprex.Naprex Drops 60 mg/0,6 ml Anak di bawah 1 tahun : 0,6 ml, 3 – 4 kali sehari.

Anak 1 – 2 tahun : 0,6 – 1,2 ml, 3 – 4 kali sehari.

Atau menurut petunjuk dokter.

Naprex Suspensi 250 mg/5 ml Anak 2 – 6 tahun : 2,5 ml (1/2 sendok takar), 3 – 4 kali sehari.

Anak 6 – 12 tahun : 5 – 10 ml (1-2 sendok takar), 3 – 4 kali sehari.

Atau menurut petunjuk dokter.

EFEK SAMPINGEfek samping Naprex yang dapat terjadi adalah : Penggunaan untuk jangka waktu lama dan dosis besar dapat menyebabkan

kerusakan fungsi hati.

Reaksi hipersensitivitas

PERINGATAN DAN PERHATIAN Hati-hati penggunaan Naprex pada penderita gangguan fungsi ginjal.

Bila setelah dua hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang, segera hubungi dokter atau unit pelayanan kesehatan.

Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko gangguan fungsi hati.

Pemakaian tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan kerusakan hati.

ANTRAIN INJEKSI

KOMPOSISI :

Tiap tablet mengandung :

Metamizole Na 500 mg

ANTRAINI Injeksi

Tiap ml mengandung:

Metamizole Na 500 mg

CARA KERJA OBAT :

Metamizole Na adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang

mempunyai khasiat analgesik. Mekanisme kerjanya adalah menghambat

transmisi rasa sakit ke susunan saraf pusat dan perifer. Metamizole Na bekerja

sebagai analgesik, diabsorpsi dari saluran pencernaan mempunyai waktu paruh

1-4 jam.

15

Page 21: Laporan Kasus

INDIKASI : Untuk meringankan rasa sakit,terutama nyeri kolik operasi.

Dosis :

Dewasa:

- Tablet : 1 tablet jika sakit timbul, berikutnya 1 tablet tiap 6-8 jam,maksimum 4

tablet sehari.

- Injeksi : 500 mg jika sakit timbul, berikutnya 500 mg tiap 6-8 jam,

maksimum 3 kali sehari, diberikan secara injeksi I.M. atau I.V.

KONTRA INDIKASI :

- Penderita hipersensitif terhadap Metamizole Na.

- Wanita hamil dan menyusui.

- Penderita dengan tekanan darah sistolik < 100 mmHg.

- Bayi di bawah 3 buian atau dengan berat badan kurang dari 5 kg.

EFEK SAMPING :

- Reaksi hipersensitivitas: reaksi pada kulitmisal kemerahan.

- Agranulositosis.

INTERAKSI OBAT :

Bila Metamizole Na diberikan bersamaan dengan Chlorpromazine dapat

mengakibatkan hipotermia.

Rumus dosis maintenance cairan:

Berat badan anak dibagi menjadi tiga bagian :

10 Kg  I = 100

10 Kg  II = 50

Terapi An.A:  

10 x 100 = 1000 cc

1 x 50   =   50 cc

Total Kebutuhan Cairan = 1050 cc

(1050 cc x 15 tetes) / 1440 menit = 11 tetes/menit

2.7.2 Non-Farmakologi

16

Page 22: Laporan Kasus

a. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

o Menjaga kebersihan serta kesehatan diri dan lingkungan, khusunya

menjaga kebersihan ruangan, pastikan ruangan tidak lembab karena

bakteri dapat berkembangbiak di ruangan yang lembab.

o Menjaga higienitas makanan dan asupan cairan dan nutrisi yang sehat

dan cukup.

o Memberikan informasi dan pemahaman kepada orang tua An.Z,

mengenai brokopneumonia (pencegahan, pengenalan tanda dan gejala

klinis, kondisi kegawatan, penanganan dini atau rujukan, dan

komplikasi).

o Istirahat dan perawatan yang intensif untuk mempercepat pemulihan

dan mencegah komplikasi.

o Memberikan informasi mengenai pemakaian masker untuk mencegah

tibulnya penularan bakteri

o Memberikan informasi mengenai pentingnya pemberian ASI karena

dapat meningkatkan imunitas anak

o Untuk sementara waktu tidak menggunakan pendingin ruangan atau

AC karena pendingin ruangan tidak memperbaiki sirkulasi udara yang

ada di dalam ruangan.

b. Analisa dan Pola Pengaturan Gizi

Perhitungan BMR dengan rumus Harris Benedict

66+(13,7xBB) + (5xTB) - (6,8xU) = 66 + (13,7x15) + (5x96) – (6,8x3)

= 731,1 kkal

Kebutuhan kalori terkait aktivitas dan stress:

- Aktifitas istirahat di tempat tidur (faktor: 1,2)

- Trauma stress ringan: demam (faktor 1,4)

Kalori = BMR x faktor aktifitas x faktor stress

= 731,1 x 1,2 x 1,4

= 1228,24 kkal

Kalori ini dibagi dalam 3 porsi besar dan 2 porsi tambahan, yakni:

1. Makan pagi 20% = 245,64 kalori

17

Page 23: Laporan Kasus

2. Makan siang 30% = 368,47 kalori

3. Makan malam 25% = 307,06 kalori

4. Asupan di sela makan pagi dan siang 10% = 122,82 kalori

5. Asupan di sela makan siang dan malam 15% = 184,23 kalori

2.8 Follow Up

Tgl S O A P

1 febuari 14

Batuk berdahak selama lebih dari satu minggu. Dahak berwarna putih cair dan tidak ada darah.

2 hari yang lalu muncul demam.

Tidak ada penurunan berat badan

Mual dan muntah (-)

Dua minggu yang pasien mengalami flu.

KU: Tampak lemas

Kesadaran: compos mentis

GCS : 456 BB: 15 kg PB: 96 cm TD:100/70mmhg Nadi:112x/mnt Toax: 40oC Pulmo :

Ausk:Weeizing+ ++ +

Rhonki+ ++ +

Pemeriksaanpenunjang :Rontengen torak PA(+) bronco pnemoni

DL:MPV :- 6,78Eosinophil: -0,4Limfosit -29,5Monosit+ 8,5

DDx:PneumoniaBronchitisTB ParuSusp. BP

P.Penunjang:Darah lengkap, Foto rotngen Thorax AP, CRP

Terapi: Infus KN3B

1000cc/24 jam Inj.iv teksagram

2x400 mg Inj. Kalmetason

3x1,5 mg 1x0,3 cc Syrup noprex

3x3/4 cth Syrup campuran

(ambroksol) 3x1cth

Nebulizer pz 1cc+wfi 1combivet ½ respul 2x/hari

Edukasi: Menggunakan

masker Sering

mengganti sprei bantal dan kasur

Membiasakan hidup bersih

18

Page 24: Laporan Kasus

dan sehat dengan rutin mencuci tangan

2 febuari 14

Keluhan panas dan sesak sudah berkurang

Batuk masih ada

T:37oc TD:90/70 N:100x/mntRonki dan weezing (+) D/S

WDX:Bronco Pneumonia

Terapi: Infus KN3B

1000cc/24 jam Inj.iv teksagram

2x400 mg Inj. Kalmetason

3x1,5 mg Syrup noprex

3x3/4 cth Syrup campuran

(ambroksol) 3x1cth

Nebulizer pz 1cc+wfi 1combivet ½ respul 2x/hari

19

Page 25: Laporan Kasus

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Sistem Respirasi

Gambar 1. Sistem Respirasi

a. Hidung

Hidung merupakan bagian paling atas dari alat pernapasan dan merupakan

alat pernapasan paling awal yang dilalui udara. Di hidung terdapat saraf-saraf

penciuman. Rongga hidung berhubungan dengan rongga mulut udara masuk ke

dalam rongga hidungdan melalui lubang hidung. Rongga hidung memiliki tiga

fungsi utama yaitu:

Memanaskan udara

Pada rongga hidung terdapat suatu struktur yang disebut concha. Permukaan

concha ini diliputi banyak pembuluh darah kapiler, sehingga suhunya selalu

hangat. Udara yang menuju paru-paru bila melaluinya akan dihangatkan.

 Menyaring udara.

Mencegah pemasukan gas-gas yang membahayakan ke dalam paru-paru. Hal ini

dimungkinkan oleh adanya indra pembau pada hidung, sehingga jika tercium bau

gas yang tidak enak merupakan petunjuk agar hidung ditutup. GasCO yang tidak

berbau akan lolos dari penyaringan ini, sehingga dapat menimbulkan kematian.

Mencegah masuknya debu-debu yang terkandung di dalam udara. Hal ini

dimungkinkan oleh adanya rambut-rambut halus disebut silia, yang meliputi

selaput mukosa hidung. Ketika dilalui udara silia bergerak menggelombang.

Melembabkan udara

20

Page 26: Laporan Kasus

Keadaan selaput mukosa hidung selalu lembab dan selalu memberikan sebagian

kelembapannya untuk udara yang terisap masuk. Oleh karena itu, udara akan

menjadi lembab dan hangat sebelum masuk  paru-paru.

b. Laring

Pada bagian ujung belakang rongga hidung terdapat daerah yang disebut

faring (tekak). Faring merupakan lanjutan dari saluran hidung yang meneruskan

udara ke laring. Laring terdiri dari lempengan-lempengan tulang rawan. dan

tulang-tulang rawan pembentuk jakun. Apabila kita perhatikan bagian leher pada

laki-laki dewasa akan tampak adanya tonjolan jakun ini. Sebenarnya jakun tidak

hanya milik laki-laki saja, wanita pun memilikinya, hanya saja jakun pada wanita

tidak menonjol seperti milik laki-laki. Jakun tersusun dari katup pangkal

tenggorok, perisai tulang rawan, serta gelang-gelang tulang rawan. Pada laring

juga terdapat selaput suara yang akan bergetar jika ada udara yang melaluinya,

misalnya pada saat berbicara. Laring memiliki katup yang disebut epiglotis (anak

tekak). Epiglotis selalu dalam keadaan terbuka, dan hanya menutup jika ada

makanan yang masuk ke kerongkongan.Bagian dalam dindingnya digerakkan oleh

otot untuk menutup serta membuka glotis. Glotis adalah lubang mirip celah yang

menghubungkan trakea dengan faring.

c. Tracea

Batang tengorok atau trakeamerupakan saluran pernapasan yang memanjang

dari pangkal rongga mulut sampai dengan rongga dada. Trakea berbentuk pipa

tersusun dari cincin-cincin tulang rawan terletak di depan kerongkongan. Trakea

menghubungkan rongga hidung maupun rongga mulut dengan paru-paru. Maka,

di samping melalui hidung, udara pernapasan dapat juga diambil melalui mulut.

Batang tenggorok selalu dalam keadaan terbuka sehingga proses

pernapasan dapat dilakukan setiap saat.. Bagian dalam trakea licin dilapisi oleh

selaput lendir dan mempunyai lapisan yang terdiri dari sel-sel bersilia. Lapisan

bersilia ini berfungsi untuk menahan debu atau kotoran dalam udara agar tidak

masuk ke dalam paru-paru. Apabila udara yang masuk itu kotor dan tidak dapat

disaring seluruhnya serta mengandung bakteri atau virus, akan mengakibatkan

infeksi radang tenggorokan dan mengganggu jalannya pernapasan.

21

Page 27: Laporan Kasus

d. Bronkus

Bronkus merupakan bagian yang menghubungkan paru-paru dengan trakea.

Bronkus terdapat di paru-paru kanan dan kiri. Cabang brokus ke kiri lebih

mendatar bila dibandingkan dengan cabang bronkus ke kanan. Hal ini merupakan

penyebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah diserang penyakit dibanding

paru-paru kiri. Setiap bronkus terdiri dari lempengan tulang rawan dan dindingnya

terdiri dari otot halus. Bronkus bercabang-cabang lagi disebut bronkiolus. Dinding

bronkiolus tipis dan tidak bertulang rawan.

e. Pulmo

Paru-paru adalah alat respirasi terletak antara rongga dada dan

diafragma.Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada

dan rongga perut. Selain sebagai pembatas, otot diafragma berperan aktif dalam

proses pernapasan. Paru-paru diselubungi oleh selaput elastis yang disebut pleura.

Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kiri dan paru-paru kanan.

Paru-paru kiri terdiri dari dua gelambir, sedangkan paru-paru kanan terdiri dari

tiga gelambir. Di dalam paru-paru terdapat bronkus dan bronkiolus. Bronkiolus

paru-paru bercabang-cabang lagi membentuk pembuluh-pembuluh halus.

Pembuluh-pembuluh halus ini berakhir pada gelembung-gelembung halus mirip

buah anggur yang berisi udara yang disebut alveolus. (alveoli = jamak). Yang

jumlahnya kira-kira mencapai 300.000.000 alveoli dengan luas permukaan

seluruhnya apabila direntangkan sekitar 80 meter persegi. Alveolus sangat tipis,

namun elastis dan mengandung kapiler-kapiler darah yang membentuk jaring-

jaring.

3.2 Fisiologi Sistem Respirasi

Proses bernapas pada manusia dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar.

Bernapas secara sadar terjadi jika kita melakukan pengaturan-pengaturan saat

pernapasan, misalnya pada saat latihan dengan cara menarik napas panjang,

kemudian menahannya beberapa saat, serta mengeluarkannya. Bernapas secara

tidak sadar, yaitu respirasi yang dilakukan tanpa perintah otak, misalnya pada saat

kita tidur nyenyak pun kita melakukan pernapasan.

22

Page 28: Laporan Kasus

Bernapas adalah pengambilan udara pernapasan masuk kedalam paru-paru

(inspirasi) dan pengeluarannya (ekspirasi). Inspirasi dan ekspirasi ini

berlangsnglima belas sampai delapan belas kali setiap menit. Proses tersebut

diatur oleh otot-otot diafragma dan otot antar tulang rusuk. Kerja otot-otot

tersebutlah yang dapat mengatur volume ruang dada, memperbesar ataupun

memperkecil menurut kehendak kita

Proses bernapas selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi dan ekspirasi.

Berdasarkan cara melakukan inspirasi dan ekspirasi serta tempat terjadinya,

manusia dapat melakukan dua mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan

pernapasan perut.

a. Pernapasan Dada

Pernapasan dada disebut juga pernapasan tulang rusuk. Proses inspirasi

diawali dengan berkontraksinya otot antar tulang rusuk, menyebabkan

terangkatnya tulang rusuk. Keadaan ini menyebabkan rongga dada membesar

sehingga tekanan udara di dalam dada menurun dan paru-paru mengembang.

Paru-paru yang mengembang menyebabkan tekanan udara rongga paru-paru

menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Dengan demikian udara dari luar

masuk ke dalam paru-paru. Sebaliknya proses ekspirasi berlangsung pada saat

otot antar tulang rusuk berelaksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Keadaan

ini mengakibatkan rongga dada menyempit, sehingga tekanan udara dalam rongga

dada meningkat dan paru-paru mengecil. Paru-paru yang mengecil menyebabkan

tekanan udara dalam rongga paru-paru menjadi lebih tinggi dibanding tekanan

udara luar, sehingga udara keluar dari paru-paru.

b. Pernapasan Perut

Mekanisme proses inspirasi pernapasan perut diawali dengan

berkontraksinya otot diafragma, sehingga diafragma yang semula melengkung

berubah menjadi datar. Keadaan diafragma yang datar mengakibatkan rongga

dada dan paru-paru mengembang. Tekanan udara yang rendah dalam paru-paru

menyebabkan udara dari luar masuk ke paru-paru. Proses ekspirasi terjadi pada

saat otot diafragma berelaksasi, sehingga diafragma kembali melengkung.

23

Page 29: Laporan Kasus

Keadaan melengkungnya diafragma mengakibatkan rongga dada dan paru-paru

mengempis, tekanan udara dalam paru-paru naik, maka udara keluar dari paru-

paru.

3.3 Definisi Bronchopneumonia

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang

melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-

bercak (patchy distribution). Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang

mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya

bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996). Bronchopneumina adalah

frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya

biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G.

Bare, 1993). Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang

paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing

(Sylvia, 1994). Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau

beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat

yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

3.4 Epidemiologi

Insiden penyakit ini pada negara berkembang mencapai 30% pada anak-

anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di

Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada

anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi saluran pernafasan bawah masih tetap

merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang

berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001

influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia,

nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di

Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa

penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi

saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia

komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan

24

Page 30: Laporan Kasus

penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka

kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %. Di Amerika dengan cara

invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia

sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan

hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera

diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara

empiris. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit

infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di

Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan

penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan

11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 %

kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam

Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi

nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180

pneumonia komunitas dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia

komunitas menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang

dirawat per tahun.

3.5 Etiologi

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :

Faktor Infeksi

- Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).

- Pada bayi :

Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,

Cytomegalovirus.

Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,

Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.

- Pada anak-anak :

Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP

Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia

25

Page 31: Laporan Kasus

Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.

- Pada anak besar – dewasa muda :

Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis

Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.

Faktor Non Infeksi.

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

- Bronkopneumonia hidrokarbon :

Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde

lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).

- Bronkopneumonia lipoid :

Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara

intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu

mekanisme menelan seperti latoskizis, pemberian makanan dengan posisi

horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada

anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis

minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam

lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya

Bronkopneumonia. Sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang

berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi

dan anak, malnutrisi energy protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan

antibiotik yang tidak sempurna merupakan faktor predisposisi terjadinya

penyakit ini.

3.6 Klasifikasi

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,

dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli

telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti

secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan. Pembagian secara

anatomis :

26

Page 32: Laporan Kasus

- Pneumonia lobaris

- Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

- Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)

Pembagian secara etiologi :

- Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus

pneumonia, Haemofilus influenzae.

- Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus

- Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis, Coccidiomycosis,

Blastomycosis, Cryptoccosis.

- Corpus alienum

3.7 Patofisiologi

Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai

parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme

pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.

Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan

mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan

respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,

makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.

Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau

bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas

bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas

bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan

kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan

mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar

25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.

Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif

jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.

Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran

pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi

neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan

menyebabkan penurunancompliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran

27

Page 33: Laporan Kasus

darah yamg melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran

fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan

terjadinya hipoksemia.  Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan

kerja jantung.

Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan

disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan

kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara

enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk.

Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura

menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung

secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan

pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).

Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley et.al., 2011):

1.    Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan

peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia

ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah

pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup

histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur

komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk

melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru.

Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium

sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.

Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus

ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah

paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen

hemoglobin.

2.    Stadium II (48 jam berikutnya)

28

Page 34: Laporan Kasus

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah

merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian

dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya

penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah

dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau

sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung

sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

3.    Stadium III (3-8 hari berikutnya)

Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin

terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat

karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler

darah tidak lagi mengalami kongesti.

4.    Stadium IV (7-11 hari berikutnya)

Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh

makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

3.8 Manifestasi Klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian

atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40˚C dan

mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,

pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di

sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak

akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk

kering kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan inspeksi thorak didapatkan

pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga.

Pada pemeriksaan palpasi thorak ditemukan Stem fremitus yang meningkat pada

sisi yang sakit. Pada pemeriksaan perkusi ditemukan bunyi sonor yang memendek

sedangkan untuk auskultasi didapatkan suara pernafasan mengeras (vesikuler

29

Page 35: Laporan Kasus

yang mengeras) disertai ronki basah dari halus sampai sedang. Ada pula yang

menyebutkan bahwa diagnosa bronkopneumonia tergantung pada luasnya daerah

yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada

auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.

Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi

terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar

mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Jika

bronkopneumonia tidak diberikan pengobatan biasanya proses penyembuhan

dapat terjadi antara 2-3 minggu.

3.9 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.

Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan

bakterial. Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi

20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-

40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit

terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED. Analisa gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi

asidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah

bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan

b. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan

corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir

lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah

3.10 Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

Penetalaksanaan bronkopneumonia pada anak terdiri dari dua macam,

yaitu penatalaksanaan umum dan khusus. Penatalaksanaan umum terdiri

dari :

30

Page 36: Laporan Kasus

Pemberian oksigen 2-4 L/menit, dilakukan hingga sesak nafas

hilang atau PaO2 normal.

Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit

Jika terjadi asidosis maka diatasi dengan pemberian bikarbonat

intravena.

Untuk penetalaksanaan khusus terdiri dari:

Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu

tinggi, takikardi, atau penderita dengan kelainan jantung.

Pemberian antibiotik berdasarka mikroorganisme penyebab dan

manifestasi klinis. Bronkopneumonia ringan dapat diberikan

amoksisilin 10-25 mg/KgBB. Untuk wilayah dengan angka

resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-

90 mg/KgBB/hari. Pemilihan antibiotic dalam penanganan

bronkopneumonia pada anak harus dipertimbangkan berdasarkan

pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yag dicurigai

maka diberikan antibiotic awal (21-72 jam pertama) menurut

kelompok usia.

Neonatus dan bayi (<2 bulan )

a. Ampicilin + aminoglikosida

b. Amoksisilin + asam klavulanat

c. Amoksisilin + aminoglikosida

d. Sefalosporin generasi 3

Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bln – 5 tahun)

a. Beta laktam amoksisilin

b. Amoksisilin-asam klavulanat

c. Golongan sefalosporin

d. Kotrimoksasol

e. Makrolit

Anak usia sekolah (>5 tahun)

a. Amoksisilin/makrolid (erytromisin, klaritromisin,

31

Page 37: Laporan Kasus

azitromisin)

b. Tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)

c. Edukasi

Menyarankan kepada keluarga pasien untuk meningkatkan nafsu makan

anak serta memberikan jenis makanan yang dapat meningkatkan sistem

imun anak. Selain itu juga disarankan kepada keluarga pasien untuk sering

mengganti seprei kasur dan bantal serta memperbaiki ventilasi rumah

sehingga sirkulasi udara di dalam rumah dapat mengalir dengan baik dan

tidak lembab.

3.11 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul jika tidak diobati dengan baik antara lain:

a. Atelektasis

Merupakan kondisi paru-paru yang mengerut baik sebagian atau

keseluruhan akibat penyumbatan saluran udara di bronkus atau brokiolus

oleh

b. Emfisema

Suatu keadaan paru dengan udara yang berlebihan sehingga

mengakibatkan pelebaran atau pecahnya alveolus.

c. Empiema

Keadaan terkumpulnya pus atau nanah dalam jaringan paru hingga rongga

paru.

d. Abses paru

Adanya suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulent

berupa sel radang akibat prosesn nekrosis parenkim paru.

e. Endokarditis

Proses peradangan yang terjadi pada endokardium atau selapus jantung

akibat infeksi.

3.12 Prognosis

32

Page 38: Laporan Kasus

Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi

didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang

terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah

lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan

dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi

ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi

memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh

faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

33

Page 39: Laporan Kasus

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Dasar Penegakan Diagnosa

Kriteria diagnose pada kasus bronchopneumonia adalah bila ditemukan

tiga dari 5 gejala berikut:

a. Sesak nafas yang disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan

dinding dada atau retraksi intercostae.

b. Demam

c. Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan rhonki basah halus hingga sedang

atau crackles

d. Pada pemeriksaan penunjang foto thorax menunjukkan hasil adanya

gambaran infiltrate yang difuse

e. Pada pemeriksaan darah lengkap terdapat leukositosis. Pada infeksi yang

dikarenakan oleh virus leukosit tidak melebih 20.000/mm3 dengan limfosit

predominan, dan jika dikarenakan infeksi bakteri maka leukosit berkisar

15.000-40.000/mm3 dengan neutrofil yang lebih predominan.

4.2 Dasar Pemberian Terapi

Penetalaksanaan bronkopneumonia pada anak terdiri dari dua macam,

yaitu penatalaksanaan umum dan khusus. Penatalaksanaan umum terdiri

dari :

Pemberian oksigen 2-4 L/menit, dilakukan hingga sesak nafas

hilang atau PaO2 normal.

Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit

Jika terjadi asidosis maka diatasi dengan pemberian bikarbonat

intravena.

Untuk penetalaksanaan khusus terdiri dari:

Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu

tinggi, takikardi, atau penderita dengan kelainan jantung.

34

Page 40: Laporan Kasus

Pemberian antibiotik berdasarka mikroorganisme penyebab dan

manifestasi klinis. Bronkopneumonia ringan dapat diberikan

amoksisilin 10-25 mg/KgBB. Untuk wilayah dengan angka

resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-

90 mg/KgBB/hari. Pemilihan antibiotic dalam penanganan

bronkopneumonia pada anak harus dipertimbangkan berdasarkan

pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yag dicurigai

maka diberikan antibiotic awal (21-72 jam pertama) menurut

kelompok usia.

Neonatus dan bayi (<2 bulan )

e. Ampicilin + aminoglikosida

f. Amoksisilin + asam klavulanat

g. Amoksisilin + aminoglikosida

h. Sefalosporin generasi 3

Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bln – 5 tahun)

f. Beta laktam amoksisilin

g. Amoksisilin-asam klavulanat

h. Golongan sefalosporin

i. Kotrimoksasol

j. Makrolit

Anak usia sekolah (>5 tahun)

d. Amoksisilin/makrolid (erytromisin, klaritromisin,

azitromisin)

e. Tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)

35

Page 41: Laporan Kasus

BAB V

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

5.1 Profil Keluarga

5.1.1 Karakteristik Demografi Keluarga

Nama Pasien : An. A

Alamat : Junrejo, Batu

Bentuk Keluarga : Extended Family

Siklus keluarga : orang tua dengan anak

Struktur Komposisi Keluarga

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No NamaKeduduka

nL/P Umur Pendidikan Pekerjaan

Pasien

RSKeterangan

1.Tn. N Kepala

KeluargaL 39 S1 Swasta Tidak -

2. Ny. T Ibu P 30 S1

Pegawai

Keluraha

n

Tidak -

3. An. I Anak P 6 SD Pelajar Tidak -

4.An. A

Anak L23

bln- - Iya BP

5.Ny. S

Nenek P 55 S1Pensiunan

PNS- -

Kesimpulan : keluarga An. Atermasuk dalam extended family yang terdiri

atas 5 orang dan tinggal dalam satu rumah yang beralamatkan Jalan Mojorejo

II No. 8 Junrejo Kota Batu. An. A adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Anak pertama Tn. N adalah An. I yang berumur 6 tahun. Tn. N berkerja

disebuah perusahaan swasta di Kota Malang. Ibu An. A yaitu Ny. T bekerja

sebagai karyawan kelurahan. Setiap hari An. A dititipkan pada pengasuhnya

yang tinggal di dekat neneknya dan diambil saat Ny. T pulang dari kerja.

36

Page 42: Laporan Kasus

Nenek An. A yaitu Ny. S merupakan pensiunan PNS tetapi saat ini bekerja

disebuah klinik yang ada di Batu.

a. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup

Lingkungan Tempat Tinggal

Tabel 2. Lingkungan Tempat Tinggal

Status kepemilikan rumah : menumpang/kontrak/hibah/milik sendiri

Daerah perumahan : kumuh/padat bersih/berjauhan/mewah

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas rumah : 90 m2, Luas halaman rumah : 18 m2 Pasien tinggal di

rumah milik sendiri

yang memenuhi

standar rumah sehat

dengan jumlah

penghuni lima

orang yang

merupakan

extended family

Jumlah penghuni dalam satu rumah : 5 orang

Jarak antar rumah : - m

Rumah 2 lantai, tetapi lantai 2 hanya digunakan untuk menjemur

pakaian

Lantai rumah dari : keramik

Dinding rumah dari : tembok batu bata

Jamban keluarga : mandiri

Tempat bermain : halaman rumah

Penerangan listrik : 900 watt, Pencahayaan cukup baik ( ±7 buah

jendela yang di atasnya diberi ventilasi), jumlah pintu sebanyak 3 buah

(pintu depan, belakang dan garasi mobil)

Ketersediaan air bersih : Sumur bor

Kondisi rumah : rumah cukup lebar dan bersih, jarak dengan atap

rumah juga tinggi sehingga memungkinkan masuknya udara dengan

baik. Ventilasi berupa jendela kaca dan ventilasi kayu yang berada di

atas jendela. Hanya saja bagian halamn belakang rumah tampak kotor

karena digunakan untuk memelihara unggas seperti ayam dan entok.

Halaman depan rumah cukup luas tetapi karena jarak rumah dengan

jalan raya sangat dekat dan tidak ada tanaman atau pohon yang

menyaring udara sehingga banyak debu yang masuk ke halaman.

Tempat pembuangan sampah : di depan rumah kemudian diambil oleh

petugas kebersihan setiap pagi.

37

Page 43: Laporan Kasus

Kepemilikan Barang-Barang Berharga

- Satu buah mobil

- Dua buah sepeda motor

- Beberapa perhiasan

- Tiga buah telepon seluler

- Satu buah labtop

- Satu buah gadget (Ipad)

b. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

Jenis tempat berobat : Praktek dokter pribadi dan RS Swasta yang

cukup jauh jaraknya

Asuransi/jaminan kesehatan : -

c. Sarana Pelayanan Kesehatan

Tabel 3. Pelayanan kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan

Cara mencapai pusat

pelayanan kesehatan

Jalan kaki

Angkot

Kendaraan pribadi

Jarak cukup jauh, tetapi

pasien juga merasa puas

dengan pelayanan RS

Tarif pelayanan

kesehatan

Sangat mahal

Mahal

Terjangkau

Murah

Gratis

Pasien merasa senang

berobat di rumah sakit

swasta karena

pelayanannya yang

bagus

Kualitas pelayanan kesehatan Sangat Memuaskan

Memuaskan

Cukup Memuaskan

Tidak memuaskan

(Data primer,20 April 2013)

d. Pola Konsumsi Makanan Keluarga (Food Recall)

Kebiasaan Makan

Keluarga pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali dengan nasi tim

sepiring, sayur, dan lauk yang bervariasi setiap harinya. Pasien juga tidak

lupa makan buah tapi tidak sering.

38

Page 44: Laporan Kasus

Tabel 4. Food Recall

Makan Pagi

Nasi Putih yang di tim Tempe goreng Tahu goreng Sayur Bayam Susu / air putih

Makan Siang

Nasi putih yang di tim Sayur soup Perkedel kentang Daging sapi Perkedel jagung Susu /Air putih

Makan Malam

Nasi putih yang di tim Rawon Susu/Air putih

Penerapan pola gizi seimbang

Ny. T mengaku sangat memperhatikan pola makan anak-anaknya dan

rajin mengkonsumsi sayur-sayuran. Ny. T mengaku bahwa An. A sangat

suka makan sayur dan tidak susah makan. Selain itu keluarga juga

mengkonsumsi buah-buahan walaupun tidak rutin setiap hari.

e. Pola Dukungan Keluarga

Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga

Keluarga Tn. N cukup harmonis dan saling mendukung. Setiap

masalah yang timbul biasanya didiskusikan dan diselesaikan bersama-

sama dengan istri dan ibu mertuanya.

Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga

Menurut penulis untuk saat ini tidak ada penghambat dalam

menyelesaikan masalah dalam keluarga.

5.2 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga

5.2.1 Fungsi Holistik

a. Fungsi Biologis

39

Page 45: Laporan Kasus

An. A terserang bronchopneumonia sehingga harus rawat inap di

rumah sakit

b. Fungsi Psikologis

Hubungan pasien dengan seluruh keluarga besarnya berjalan

harmonis. Intensitas waktu untuk berkumpul bersama keluarga juga sering.

Mereka juga selalu menyempatkan waktu untuk keluar bersam setiap akhir

pekan. Selain itu mereka juga sering berkunjung dan berkumpul dengan

keluarga besar

c. Fungsi Sosial

Pasien sering bermain dengan anak-anak tetangga dan

saudaranya yang tinggal di sebelah rumahnya.

5.2.2 Fungsi Fisiologis

Adaptation

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota

keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari

anggota keluarga yang lain.

Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara

anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga

tersebut

Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang

dilakukan anggota keluarga tersebut

Affection

Menggambarkan hubungan ksih saying dan interaksi antar anggota

keluarga

Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan

dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

40

Page 46: Laporan Kasus

Nama : Tn. N

Umur : 39 thn

Kedudukan di keluarga : Kepala Rumah Tangga

KETERANGAN Sering/selalu Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga say menerima dan mendukung keinginan saya melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Jumlah skor : 10

Nama : Ny. T

Umur : 30 Thn

Kedudukan di keluarga : Istri dan Ibu

KETERANGAN Sering/selalu Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga say menerima dan mendukung keinginan saya melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya √

41

Page 47: Laporan Kasus

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Jumlah skor : 10

Nama : Ny. S

Umur : 55 Thn

Kedudukan di keluarga : Nenek

KETERANGAN Sering/selaluKadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga say menerima dan mendukung keinginan saya melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Jumlah skor : 10

APGAR skor keluarga Ny. I : (10+10+10)/3 = 10

Kesimpulannya, fungsi fisiologis keluarga Ny. I Baik

5.2.3 Fungsi Patologis

Fungsi patologis dari keluarga Ny. I dinilai dengan menggunakan alat berupa kuisioner S.C.R.E.E.M sebagai berikut:

SUMBER PATOLOGIS KETSocial An. A sering bermain dengan saudara dan anak -

42

Page 48: Laporan Kasus

tetangga yang rumahnya berada di samping rumahnya.

Culture

Sehari-hari mereka menggunakan bahasa jawa meskipun bahasa jawa yang digunakan bahasa jawa kasar. Tetapi Tn. N dan Ny. T menggunakan bahasa jawa halus kepada Ny. S

-

Religious

Pemahaman keluarga ini terhadap agama cukup bagus, meskipun Ny. T tidak menggunakan jilbab tapi anak mereka An. I saat ini disekolahkan di Madarasah I’tidaiyah yang ada di Kota Batu.

-

EconomicTingkat ekonomi keluarga ini termasuk menengah ke atas, karena rumah mereka yang luas dan juga memiliki kendaraan pribadi yang cukup banyak.

-

EducationalTn N dan Ny T memiliki pendidikan yang cukup tinggi karena keduanya merupakan lulusan S1 universitas negeri.

-

Medical

Kesadaran keluarga ini terhadap kesehatan sangat tinggi. Karena mereka sangat menjaga kesehatan dengan sering melakukan kontrol kesehatan ke dokter dan selalu ke dokter ketika sakit.

-

Kesimpulan : Keluarga An. A tidak mempunyai fungsi patologis pada semua bidang

5.2.4 Pola Interaksi Keluarga

Kesimpulan :

Hubungan antara anggota keluarga di kelurga An. A baik dan sangat harmonis

serta saling mendukung.

43

An. A

An. I Ny. S

Ny. T

Tn. N Keterangan

= Hubungan baik

Page 49: Laporan Kasus

5.2.5 Genogram

44

: Laki-laki

:Perempuan

: Pasien

: Tinggal dalam satu rumah

: Meninggal

: Riwayat Pneumonia

Kesimpulan: Kakek dan Nenek An. A dari orang tua Tn. N sudah meninggal tetapi bukan karena

sakit. Sedangkan untuk nenek dari orangtua Ny. T juga sudah meninggal tetapi meninggalnya tidak

karena sakit tetapi hanya karena sudah berumur. Semua kakak dan adik dari Tn. N dan Ny. T masih

hidup hingga sekarang. An. I memiliki riwayat terken pneumonia saat berumur 4 tahun dan di rawat

di rumah sakit selamat 2 minggu.

Page 50: Laporan Kasus

BAB VI

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

6.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

a. Identifikasi Faktor Perilaku Keluarga

Keluarga An. A cukup peduli dengan kesehatan karena mereka biasa

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan selalu mencuci tangan

sebelum dan sesudah melakukan sesuatu hal ini terlihat dari adanya wastafel yang

ada di ruang tengah di rumahnya. Selain itu mereka juga selalu ke dokter jika

mengalami sakit. Ny. S merupakan pensiunan PNS yang sebelumnya bekerja di

universitas pendidikan kedokteran dan mengaku sangat menjaga kesehatan

keluarganya. Dari keterangan tersebut maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa anggota keluarha An. A memiliki pengetahuan kesehatan yang cukup baik.

b. Identifikasi Faktor Non-Perilaku

Rumah yang dihuni oleh keluarga An. A masuk dalam kategori yang

memenuhi standar kesehatan, luas bangunan cukup lebar dengan halaman yang

luas, luas rumahnya 9x10 m², pencahayaan dan ventilasi rumah yang baik hanya

saja jarak rumah dengan jalan raya cukup dekat dan tidak terdapat pohon atau

tanaman sebagai penyaring udara. Untuk kebutuhan air sehari-hari diperoleh dari

sumur galian sedalam 15 m jarak antara sumur dengan septic-tank lebih dari 10 m

karena septic-tank letaknya berada di belakang rumah. Untuk pembuangan

sampah dilakukan oleh petugas kebersihan setiap harinya.

45

Page 51: Laporan Kasus

6.2 Identifikasi Lingkungan Rumah

a. Lingkungan Luar Rumah

Keluarga An. A terdiri dari lima orang yang tinggal dalam satu rumah

berukuran 9x10 m. jarak antar rumah satu dengan yang lainnya cukup berdekatan.

Rumah memiliki halaman yang cukup luas dengan pagar pembatas. Jarak rumah

dengan jalan raya sangat dekat dan tidak terdapat tanaman disekitarnya. Saluran

pembuangan air hujan dan limbah rumah tangga menjadi satu kemudian tersalur

ke got depan rumah. Pembuangan sampah dirumah dilakukan dengan cara

dikumpulkan di tong sampah kemudian setiap pagi akan diambil oleh petugas

kebersihan sekitar. Halaman belakang rumah tampak kotor karena keluarga ini

memelihara unggas berupa ayam dan entok.

b. Lingkungan Dalam Rumah

Dinding rumah sudah terbuat dari batu bata, lantai rumah menggunakan

keramik. Rumah ini terdiri dari 6 ruangan yaitu 1 kamar tidur utama, 1 kamar

tidur anak, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 ruang keluarga, 1

garasi mobil dan 1 dapur dan 1 kamar mandi. Ruang tamu dan ruang keluarga

menjadi satu tetapi dibatasi oleh lemari hias. Rumah ini memiliki 3 pintu untuk

46

Keluarga paham dengan kesehatan

Pemahaman

Peduli dengan kesehatan An. ASikap

Membeli obat dan pergi ke dokterTindakan

YanKesJarak dengan PelYanKes cukup

GenBukan merupakan penyakit keturunan

Lingkungan

Lingkungan rumah baik & memenuhi

An. Adan

Keluarga

Faktor Perilaku Faktor Non-Perilaku

Page 52: Laporan Kasus

keluar masuk, satu di bagian depan dan belakang menuju halaman belakang

lainnya di pintu garasi mobil. serta dilengkapi beberapa jendela. Keluarga ini

sudah mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air bersih dari sumur

galian sedalam 15 m. Ventilasi dan pencahayaan yang cukup baik. Halaman yang

cukup luas.

Denah Rumah An. A

47

Ruang Tamu

Halaman

Ruang Keluarga Kamar Utama

Kamar Anakmusholah

Garasi

Dapur

Kamar Mandi

Tangga

9 m

10 m

U

Page 53: Laporan Kasus

Keterangan :Indoor- Luas rumah 90 m2.- Lantai sudah menggunakan keramik.- Pencahayaan, sirkulasi udara, dan ventilasi cukup baik.Outdoor- Halaman rumah cukup luas tetapi jaraknya dengan jalan raya sangat dekat

dan tidak terdapat tanaman atau pohon sebagai penyaring udara. - Sumber air bersih dari sumur galian.- Saluran pembuangan air dan limbah rumah tangga langsung menuju selokan.- Saluran jamban menuju septic tank.

48

Page 54: Laporan Kasus

BAB VII

DAFTAR MASALAH

7.1 Masalah Medis

Terserang bronchopneumonia yang manifestasinya muncul pada pasien

adalah batuk, demam, dan pembesar kelenjar getah bening di regio submandibula.

7.2 Masalah Non-Medis

Menurut penulis permasalahn non-medis yang ada pada An. A dan

keluarganya adalah mengenai jarak rumah dengan jalan raya yang terlalu dekat

dan tidak adanya tanamn atau pohon di depan rumah sehingga banyak debu dan

asap yang berasal dari kendaraan masuk ke dalam rumah sehingga mengakibatkan

udara yang masuk melalui ventilasi rumah tidak tersaring dengan baik dan banyak

mengandung carbon dioksida dan carbon monoksia yang bersifat buruk bagi

pernafasan. Selain itu adanya unggas di halaman belakang rumah juga dapat

mengakibatkan banyaknya bakteri, virus, atau parasit yang berkembang biak

sehingga anggota keluarga dapat terserang penyakit.

7.3 Diagram Permasalahan Pasien

49

Masih kurangnya kesadaran tentang PHBS

Keadaan lingkungan luar rumah yang kurang bersih

An. A23 bulan

Terserang bronchopneumonia (Batuk, Demam, Pembesaran KGB

Submandibula)

Page 55: Laporan Kasus

7.4 Matrikulasi Masalah

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.

No

.

Daftar Masalah I T R Jumlah

IxTxRP S SB Mn Mo Ma

1. Kondisi rumah yang

sangat dekat dengan

jalan raya dan halaman

belakang yang kotor

akibat memelihara

unggas

5 5 4 2 2 3 3 3.600

2. Tidak ada tanaman atau

pohon yang berfungsi

sebagai penyaring

udara dari jalan raya

5 5 3 2 2 3 3 2.700

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T : Technology (teknologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn : Man (tenaga yang tersedia)

Mo : Money (sarana yang tersedia)

Ma : Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :

50

Page 56: Laporan Kasus

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga An.

A adalah sebagai berikut :

1. Keluarga An. A kurang mengetahui pentingnya jarak rumah dengan jalan

raya, karena hal ini dapat mempengaruhi lingkungan dan udara yang

masuk ke dalam rumah. Selain itu keluarga An. A juga kurang mengerti

kondisi kondisi halaman belakang yang kotor akibat memelihara unggas.

2. Keluarga An. A kurang mengetahui pentingnya adanya pohon atau

tanaman sebagai filter atau penyaring udara yang berasal dari kendaraan

bermotor.

Kesimpulan :

Kurangnya perhatian mengenai lingkungan rumahnya.

51

Page 57: Laporan Kasus

BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan Holistik

a. Diagnosa dari segi biologis

Bronchopneumonia

b. Diagnosa dari segi psikologis

Hubungan pasien dengan ayah dan ibu baik. Intensitas waktu untuk

berkumpul bersama keluarga juga sering. Meskipun ayah dan ibunya bekerja

tetapi selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anak-anaknya. Selain

itu mereka juga sering berkunjung dan berkumpul dengan keluarga besar.

c. Diagnose dari segi sosial

Pasien setiap hari bermain dengan saudaranya yang letak rumahnya berada

di sebelah rumah pasien serta bermain dengan anak dari tetangganya.

8.2 Saran Komprehensif

a. Menjaga kebersihan serta kesehatan diri dan lingkungan, khusunya

menjaga kebersihan ruangan, pastikan ruangan tidak lembab karena

bakteri dapat berkembangbiak di ruangan yang lembab.

b. Menjaga higienitas makanan dan asupan cairan dan nutrisi yang sehat dan

cukup.

c. Memberikan informasi dan pemahaman kepada orang tua An.A, mengenai

brokopneumonia (pencegahan, pengenalan tanda dan gejala klinis, kondisi

kegawatan, penanganan dini atau rujukan, dan komplikasi).

d. Istirahat dan perawatan yang intensif untuk mempercepat pemulihan dan

mencegah komplikasi.

e. Memberikan informasi mengenai pemakaian masker untuk mencegah

tibulnya penularan bakteri

f. Memberikan informasi mengenai pentingnya pemberian ASI karena dapat

meningkatkan imunitas anak.

g. Untuk sementara waktu tidak menggunakan pendingin ruangan atau AC

karena pendingin ruangan tidak memperbaiki sirkulasi udara yang ada di

dalam ruangan.

52

Page 58: Laporan Kasus

DAFTAR PUSTAKA

1. Loughlin GM. Bronchitis. Dalam : Kendig EL, Chernick V, penyunting.

Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-5.

Philadelphia : WB Saunders 1990 : 349-59.

2. Goodman D. Bronchitis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson

HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia :

WB Saunders,  2003 : 1414-5.

3. Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Pneumonia

Anak. UKK   Pulmonologi : PP IDAI, 2004.

4. Michael Sly. Asthma Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM,

penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-16. Philadelphia : WB

Saunders, 2000 : 664-80.

53