laporan kasus

56
LAPORAN KASUS PERIODONSIA PERIODONTITIS Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi Kepaniteraan Klinik di Bagian Periodonsia Oleh : EUIS MARLIANA 0910070110003 Pembimbing : drg. Andriansyah

Upload: nadya-yoselin

Post on 16-Jan-2016

61 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

konserasi

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS PERIODONSIA

PERIODONTITIS

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi

Kepaniteraan Klinik di Bagian Periodonsia

Oleh :

EUIS MARLIANA0910070110003

Pembimbing : drg. Andriansyah

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS BAITURAHMAH

PADANG

Page 2: LAPORAN KASUS

2014KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dan berkat rahmat-Nya lah penulis dapat

menyelesaikan laporan kasus ini. Adapun dalam laporan kasus ini penulis

membahas secara rinci mengenai Periodontitis. Dimana meliputi defenisi

periodontitis, etiologi periodontitis, klasifikasi periodontitis, serta melaporkan

kasus mengenai diagnosis periodontitis, rencana perawatan dan prognosisnya.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih

kepada drg. Andriansyah selaku dosen pembimbing yang telah begitu sabar dalam

memberikan bimbingan, waktu, perhatian, saran-saran serta dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Padang, Agustus 2014

Penulis

ii

Page 3: LAPORAN KASUS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... iiDAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 22.1 Definisi....................................................................................................... 22.2 Klasifikasi................................................................................................... 32.3 Etiologi....................................................................................................... 82.4 Patogenesis Periodontitis........................................................................... 132.5 Pencegahan................................................................................................ 152.6 Perawatan Penyakit Periodontal................................................................ 19

BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 213.1 Identifikasi Pasien...................................................................................... 213.2 Pemeriksaan Subjektif............................................................................... 213.3 Pemeriksaan Objektif................................................................................. 223.4 Pemeriksaan Rontgen Foto........................................................................ 233.5 Diagnosis ........................................................................................... 233.6 Faktor Etiologi........................................................................................... 243.7 Prognosi : Baik.......................................................................................... 24

BAB IV RENCANA PERAWATAN............................................................ 25

BAB V HASIL PERAWATAN...................................................................... 295.1 Papilary Bleeding Index.......................................................................... 295.2 Plaque Control Record............................................................................ 295.3 Pengukuran Kedalaman Saku (KS, Jarak CEJ-CGM (CC), Level

Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG) dan Lebar Attachment Gingiva (AG))......................................................................................... 29

5.4 Oral Hygiene Index................................................................................. 305.5 Foto Sebelum Perawatan......................................................................... 305.6 Foto Sesudah Perawatan.......................................................................... 31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 326.1 Kesimpulan................................................................................................. 326.2 Saran........................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: LAPORAN KASUS

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit pada gigi dan rongga mulut merupakan salah satu jenis penyakit

yang banyak diderita oleh sebagian besar masyarakat di dunia, terutama pada

orang-orang yang memiliki kebersihan rongga mulut yang buruk. Salah satu

contohnya adalah penyakit periodontal. Penyakit periodontal merupakan salah

satu penyakit kronis yang paling umum terjadi pada individu dewasa. Penyakit ini

menempati urutan kedua setelah karies gigi sebagai penyebab kehilangan gigi

pada orang dewasa di negara-negara berkembang.

Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan

periodontitis. Bentuk penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah

proses inflamasi dan mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa

adanya kerusakan tulang, keadaan ini dikenal dengan gingivitis. Apabila penyakit

gingiva tidak ditanggulangi sedini mungkin maka proses penyakit akan terus

berkembang mempengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum,

keadaan ini disebut dengan periodontitis

Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak-plak yang terdiri dari lapisan

tipis biofilm yang mengandung bakteri, produksi bakteri dan makanan. Lapisan

ini melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak

yang menyebabkan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis

gingiva. Bakteri dan produknya dapat menyebar kebawah gingiva sehingga terjadi

proses peradangan dan terjadilah periodontitis. Periodontitis dapat juga

melibatkan hilangnya progesif dari tulang alveolar di sekitar gigi dan jika tidak

diobati dapat menyebabkan pengenduran dan selanjutnya kehilangan gigi.

1

Page 5: LAPORAN KASUS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Periodontitis merupakan panyakit peradangan pada jaringan periodontal

yang disebabkan terutama oleh bakteri spesifik pada subgingiva yang dapat

menimbulkan respon inflamasi gingival dan berlanjut ke struktur jaringan

penyangga gigi yaitu sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar.

Keadaan ini mengakibatkan hilangnya perlekatan gingival dan terjadinya

kerusakan tulang alveolar lebih dalam, pembentukan poket periodontal, migrasi

patologis yang menimbulkan diastema dan kegoyangan gigi yang berakibat

tanggalnya gigi.

Gambar 1. Periodontitis

2

Page 6: LAPORAN KASUS

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi penyakit dan kondisi periodontal berdasarkan the International

Workshop for Classification of Periodontal Diseases :

1. Penyakit gingival (gingival diseases)

2. Periodontitis kronis (chronic periodontitis)

3. Peridontitis agresif (aggressive periodontitis)

4. Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik (periodontitis as a

manifestations of systemic diseases)

5. Penyakit periodontal nekrotik (necrotizingperiodontal diseases)

6. Abses periodonsium (abscesse of the periodontium)

7. Periodontitis berkaitan dengan lesi endodontic (periodontitis associated

with endodontic lesions)

8. Deformitas dan kondisi perkembangan atau didapat (developmental or

acquired deformities and conditions)

Klasifikasi berdasarkan the International Workshop for Classification of

Periodontal Diseases menjelaskan mengenai periodontitis agresif mencakup

tiga penyakit yang dulu dikategorikan sebagai periodontitis bermula dini

(early-onset periodontitis/EOP), yaitu periodontitis agresif lokalisata

(localized aggressive periodontitis) yang dulu dinamakan periodontitis

juvenile lokalisata (localized juvenile periodontitis/LJP), dan periodontitis

agresif generalisata yang mencakup penyakit yang dulu dinamakan

periodontitis juvenile lokalisata (generalized juvenile periodontitis/GJP) serta

periodontitis berkembang cepat (rapidly progressive periodontitis/RPP).

Karakteristik klinis daripada periodontitis agresif lokalisata biasanya

timbul pada usia sekitar pubertas. Secara klinis ditandai dengan adanya

3

Page 7: LAPORAN KASUS

kehilangan perlekatan interproksimal pada sekurang-kurangnya dua gigi

permanen, salah satunya insisivus serta gigi molar pertama. Gambaran yang

paling menyolok adalah inflamasi relatif ringan meskipun terjadi

pembentukan saku periodontal yang dalam dan kehilangan tulang yang

banyak. Pada kebanyakan kasus, jumlah penumpukan plak pada gigi yang

terlibat adalah minimal dan tidak sebanding dengan destruksi periodontal yang

terjadi. Plak yang ada biasanya membentuk biofilm pada permukaan gigi dan

jarang mengalami mineralisasi menjadi kalkulus. Meskipun secara kuantitas

plaknya sedikit, namun terjadi peningkatan level bakteri Actinobacillus

actinomycetemcomitans, dan pada beberapa pasien terjadi juga peningkatan

level porphyromonas gingivalis.

Gambaran radiografis pada periodontitis agresif lokalisata dimana

adanya kehilangan tulang vertical pada sekeliling molar pertama dan insisivus

pada remaja yang sehat merupakan dasar yang klasik untuk menegakkan

diagnosis periodontitis agresif likalisata. Gambaran radiografis yang klasik

adalah berupa kehilangan tulang berbentuk busur yang meluas dari permukaan

distal premolar kedua ke permukaan mesial molar kedua. Cacat tulang

biasanya lebih luas dari yang ditemukan pada kasus periodontitis kronis.

Periodontitis agresif lokalisata melibatkan baik laki-laki maupun

perempuan, dan paling sering dijumpai antara usia puber sampai 20 tahun.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya predileksi penyakit pada perempuan

terutama pada usia muda, namun penelitian lainnya menunjukkan tidak

adanya perbedaan insiden antara laki-laki dengan perempuan.

4

Page 8: LAPORAN KASUS

Gambar 2. Keadaan sehat dan penyakit periodontal

Konsep patogenesis penyakit periodontal yang diperkenalkan oleh Page

dan Schroeder terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu : Permulaan, Dini, Menetap

dan Parah Tiga tahap pertama yaitu permulaan, dini dan menetap merupakan

tahap pada diagnosa gingivitis dan tahap parah merupakan diagnosa

periodontitis. Klasifikasi penyakit periodontal secara klinik dan histopatologi

pada anak-anak dan remaja dapat dibedakan atas 6 (enam) tipe :

1. Gingivitis kronis

Prevalensi gingivitis pada anak usia 3 tahun dibawah 5 %, pada

usia 6 tahun 50 % dan angka tertinggi yaitu 90 % pada anak usia 11 tahun.

Sedangkan anak usia diantara 11-17 tahun mengalami sedikit penurunan

yaitu 80- 90 %. Gingivitis biasanya terjadi pada anak saat gigi erupsi gigi

sulung maupun gigi tetap dan menyebabkan rasa sakit. Pada anak usia 6-7

tahun saat gigi permanen sedang erupsi, gingival marginnya tidak

terlindungi oleh kontur mahkota gigi. Keadaan ini menyebabkan sisa

makanan masuk ke dalam gingiva dan menyebabkan peradangan. Terjadi

inflamasi gingiva tanpa adanya kehilangan tulang atau perlekatan jaringan

ikat. Tanda pertama dari inflamasi adanya hiperami, warna gingiva

5

Page 9: LAPORAN KASUS

berubah dari merah muda menjadi merah tua, disebabkan dilatasi kapiler,

sehingga jaringan lunak karena banyak mengandung darah. Gingiva

menjadi besar (membengkak), licin, berkilat dan keras, perdarahan gingiva

spontan atau bila dilakukan probing, gingiva sensitif, gatalgatal dan

terbentuknya saku periodontal akibat rusaknya jaringan kolagen. Muncul

perlahan-lahan dalam jangka lama dan tidak terasa nyeri kecuali ada

komplikasi dengan keadaan akut. Bila peradangan ini dibiarkan dapat

berlanjut menjadi periodontitis.

2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LJP)

Penderita biasanya berumur 12-26 tahun, tetapi bisa juga terjadi pada

umur 10-11 tahun.

Perempuan lebih sering diserang daripada laki-laki (3 : 1)

Gigi yang pertama dirusak molar satu dan insisivus.

Angka karies biasanya rendah.

Netrofil memperlihatkan kelainan khemotaksis dan fagositosi

Sangat sedikit dijumpai plak atau kalkulus yang melekat pada gigi,

tetapi pada tempat yang dirusak dijumpai kalkulus subgingiva.

Gingiva bisa kelihatan normal tetapi dengan probing bisa terjadi

perdarahan dan gigi yang dikenai akan terlihat goyang

3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)

GJP ini mirip dengan LJP, tetapi GJP terjadi secara menyeluruh

pada gigi permanen dan dijumpai penumpukan plak yang banyak serta

inflamasi gingiva yang nyata. Melibatkan keempat gigi molar satu dan

semua insisivus serta dapat merusak gigi lainnya (C, P, M2).

6

Page 10: LAPORAN KASUS

4. Periodontitis kronis

Periodontitis kronis merupakan suatu diagnosa yang digunakan

untuk menyebut bentuk penyakit periodontal destruktif, namun tidak

sesuai dengan kriteria periodontitis juvenile generalisata, lokalisata

maupun prepubertas.

Penyakit ini mirip dengan gingivitis kronis, akan tetapi terjadi

kehilangan sebagian tulang dan perlekatan jaringan ikat.

Perbandingan penderita antara perempuan dan laki-laki hampir sama

Angka karies biasanya tinggi

Respon host termasuk fungsi netrofil dan limposit normal

5. Akut Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)

Adanya lesi berbentuk seperti kawah (ulkus) pada bagian proksimal

dengan daerah nekrosis yang luas, ditutupi / tidak ditutupi lapisan

pseudomembran berwarna putih keabu-abuan.

Lesi yang mengalami inflamasi akut menambah serangan rasa sakit

yang cepat, perdarahan dan sangat sensitif bila disentuh.

Gingiva berkeratin, edematus dan epitelnya terkelupas.

Mulut berbau, kerusakan kelenjar limpa , lesu dan perasaan terbakar.

Penyakit ini sangat besar kemungkinan dipengaruhi beberapa faktor

etiologi sekunder seperti stress dan kecemasan. Dapat juga dipengaruhi

faktor-faktor lain seperti kelelahan, daya tahan tubuh yang menurun,

kekurangan gizi, merokok, infeksi virus, kurang tidur, disamping

dipengaruhi faktor lokal lainnya.

7

Page 11: LAPORAN KASUS

6. Periodontitis Prepubertas

Periodontitis prepubertas ada dua bentuk terlokalisir dan menyeluruh.

Bentuk terlokalisir biasanya dijumpai pada usia 4 tahun dan

mempengaruhi hanya beberapa gigi saja, sedangkan bentuk

menyeluruh dimulai saat gigi tetap mulai erupsi dan mempengaruhi

semua gigi desidui.

Pasien di bawah umur 12 tahun (4 atau 5 tahun).

Perbandingan jenis kelamin hampir sama.

Angka karies biasanya rendah

Plak dan kalkulus yang melekat pada gigi biasanya sedikit

Kehilangan tulang dan lesi furkasi (furcation involment) terlihat secara

radiografis.

Kerusakan jaringan periodontal lebih cepat pada bentuk generalisata

dari pada bentuk terlokalisir.

2.3 Etiologi

Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik). Faktor lokal

merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan

faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum.

Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor

lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya.

Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan

ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya

tulang alveolar pada sisi permukaan akar.

8

Page 12: LAPORAN KASUS

2.3.1 Faktor Lokal

a) Plak bakteri (bacterial plaque)

Plak bakteri merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm

yang menumpuk ke permukan gigi. Berdasarkan lokasinya pada

permukaan gigi plak diklasifikasikan atas plak supragingival dan plak

subgingival. Bakteri yang terkandung dalam plak di daerah sulkus

gingiva mempermudah kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit

periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa

plak bakteri bersifat toksik. Bakteri dapat menyebabkan penyakit

periodontal secara tidak langsung dengan jalan meniadakan

mekanisme pertahanan tubuh, mengurangi pertahanan jaringan tubuh,

menggerakkan proses immuno patologi.

b) Kalkulus

Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa

yang mengalami pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara

alamiah. Kalkulus merupakan pendukung penyebab terjadinya

gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena penumpukan

sisa makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada orang

dewasa, kalkulus bukan penyebab utama terjadinya penyakit

periodontal. Faktor penyebab timbulnya gingivitis adalah plak bakteri

yang tidak bermineral, melekat pada permukaan kalkulus

mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.

9

Page 13: LAPORAN KASUS

c) Impaksi makanan

Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan)

merupakan keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit

periodontal. Gigi yang berjejal atau miring merupakan tempat

penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak,

sedangkan gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self

cleansing yang tinggi. Tanda-tanda yang berhubungan dengan

terjadinya impaksi makanan yaitu :

Perasaan tertekan pada daerah proksimal

Rasa sakit yang sangat dan tidak menentu

Inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat

sering berbau.

Resesi gingival

Pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat

bergerak dari soketnya, sehingga terjadinya kontak prematur

saat berfungsi dan sensitif terhadap perkusi.

d) Pernafasan mulut

Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu

kebiasaan buruk. Hal ini sering dijumpai secara permanen atau

sementara. Permanen misalnya pada anak dengan kelainan saluran

pernafasan, bibir maupun rahang, juga karena kebiasaan membuka

mulut terlalu lama. Sementara misal pasien penderita pilek dan pada

beberapa anak yang gigi depan atas protrusi sehingga mengalami

kesulitan menutup bibir. Keadaan ini menyebabkan viskositas

10

Page 14: LAPORAN KASUS

(kekentalan) saliva akan bertambah pada permukaan gingiva maupun

permukaan gigi, aliran saliva berkurang, populasi bakteri bertambah

banyak, lidah dan palatum menjadi kering dan akhirnya memudahkan

terjadinya penyakit periodontal.

e) Sifat fisik makanan

Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan

yang bersifat lunak seperti bubur atau campuran semiliquid

membutuhkan sedikit pengunyahan, menyebabkan debris lebih mudah

melekat disekitar gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang bakteri serta

memudahkan pembentukan karang gigi.

f) Iatrogenik Dentistry

Iatrogenik Dentistry merupakan iritasi yang ditimbulkan karena

pekerjaan dokter gigi yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu

melakukan perawatan pada gigi dan jaringan sekitarnya sehingga

mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar gigi.

g) Trauma dari oklusi

Trauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringan

periodonsium, tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan

disebut traumatik oklusi. Trauma dari oklusi dapat disebabkan oleh :

Perubahan-perubahan tekanan oklusal, misal adanya gigi yang

elongasi, pencabutan gigi yang tidak diganti, kebiasaan buruk

seperti bruksim, clenching.

Berkurangnya kapasitas periodonsium untuk menahan tekanan

oklusal

11

Page 15: LAPORAN KASUS

Kombinasi keduanya.

2.3.2 Faktor Sistemik

a) Demam yang tinggi

Pada anak-anak sering terjadi penyakit periodontal selama menderita

demam yang tinggi, (misal disebabkan pilek, batuk yang parah). Hal ini

disebabkan anak yang sakit tidak dapat melakukan pembersihan

mulutnya secara optimal dan makanan yang diberikan biasanya

berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul pada

mulut menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi penyakit

periodontal.

b) Defisiensi vitamin

Di antara banyak vitamin, vitamin C sangat berpengaruh pada jaringan

periodontal, karena fungsinya dalam pembentukan serat jaringan ikat.

Defisiensi vitamin C sendiri sebenarnya tidak menyebabkan penyakit

periodontal, tetapi adanya iritasi lokal menyebabkan jaringan kurang

dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersebut sehingga terjadi

reaksi inflamasi (defisiensi memperlemah jaringan).

c) Drugs atau pemakaian obat-obatan

Obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi pada

anak-anak penderita epilepsi yang mengkomsumsi obat anti kejang,

yaitu phenytoin (dilantin). Dilantin bukan penyebab langsung penyakit

jaringan periodontal, tetapi hyperplasia gingiva memudahkan terjadinya

penyakit. Penyebab utama adalah plak bakteri.

12

Page 16: LAPORAN KASUS

d) Hormonal

Penyakit periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid. Peningkatan

hormon estrogen dan progesteron selama masa remaja dapat

memperhebat inflamasi margin gingiva bila ada faktor lokal penyebab

penyakit periodontal.

2.4 Patogenesis Periodontitis

Secara klinis perbedaan periodontitis dengan gingivitis adalah adanya

kehilangan perlekatan jaringan ikat ke gigi pada keadaan gingiva yang

terinflamasi. Juga terjadi kehilangan ligament periodontal dan terganggunya

perlekatannya ke sementum dan resopsi tulang alveolar. Bersama0sam

dengan kehilangan perlekatan terjadi migrasi perlekatan epitel sepanjang

permukaan akar gigi dan resopsi tulang alveolar. Secara histopatologi lesi

periodontitis dalam banyak hal adalah sama dengan lesi gingivitis yaitu

didominasi sel-sel plasma, kehilangan lemen jaringan ikat, ditambah resorpsi

tulang alveolar.

Meskipun kebanyakan pakar menyatakan belum adanya bukti bahwa

periodontitis adalah kelanjutan dari gingivitis, kebanyakan pakar sepakat

bahwa periodontitis hampir selalu didahului oleh gingivitis. Namun

demikian, pola peralihan dari gingivitis menjadi periodontitis tidaklah sama

antar individu, bahkan antar sisi dan antar waktu pada individu yang sama.

Penjalaran inflamasi dari gingival ke struktur periodontal pendukung

diduga sebagai dimodifikasi oleh potensi patogenik plak, atau oleh daya

tahan pejamu. Daya tahan pejamu yang dimaksud di sini mencakup aktivitas

imunologis dan mekanisme yang berkaitan dengan jaringan lainnya seperti

13

Page 17: LAPORAN KASUS

derajat fibrosis gingiva, kemungkinan juga lebar gingiva cekat, dan reaksi

fibrogenesis dan osteogenesis yang berlangsung disekitar lesi inflamasi.

Suatu sistem fibrin-fibrinolitik di sebut sebagai penghambat perluasan lesi.

Pada sisi interproksimal inflamasi menjalar melalui jaringan ikat

longgar di sekitar pembuluh darah, melewati serabut transeptal, untuk

kemudian masuk ke tulang alveolar melalui kanal pembuluh yang menembus

krista septum in terdental. Tempat di mana inflamasi menembus tulang

Adela tergantung lokasi kanal pembuluh.

Pembentukan saku periodontal terjadi karena serabut kolagen yang

berada tepat apical dari epitel penyatu mengalami penghancuran. Ada dua

kemungkinan mekanisme penghancuran kolagen tersebut yaitu kolagenase

dan enzim lisosomal lain dilepas LPN dan makrofag menghancurkan kolagen

serta fibroblast memfagositosa serabut kolagen dengan cara menjulurkan

processus sitoplasmiknya ke perbatasan ligament periodontal –sementum

atau dengan jalan meresorpsi fibril kolagen yang tertanam dalam sementum

dan fibril matriks sementum. Dengan penghancuran kolagen pada apical

epitel penyatu, bagian epitel penyatu dapat berproliferasi kea rah apical.

Proses resorpsi tulang bisa berlangsung karena aktivitas sel-sel

tertentu, mediator inflamasi seperti PGE2, dan enzim. Dua sel yang terlibat

pada resorpsi tulang adalah osteoklas dan sel mononukleus (Monosit).

Osteuklas berperan menyingkirkan bahan mineral tulang. Sedangkan sel

mononukleus berperan dalam degradasi matriks organik tulang yang dapat

menstimulasi terjadinya resorpsi tulang osteoklastik. Di samping itu resorpsi

tulang bisa pula terjadi karena proses reaksi yang berlebihan atau sisi

14

Page 18: LAPORAN KASUS

destruktif dari reaksi imunitas. Reaksi imunitas yang terlibat dalam resorpsi

tulang Adela reaksi imun kompleks dan reaksi yang diperantarai sel.

2.5 Pencegahan

Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang

dilakukan oleh dokter gigi, pasien dan personal pendukung. Pencegahan

dilakukan dengan memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta

kambuhnya penyakit. Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal yang

sehat yang bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan

jaringan periodontal dengan mempergunakan teknik sederhana. Pencegahan

penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling berhubungan

satu sama lain yaitu :

1. Kontrol Plak

Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam

mencegah pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok

pencegahan penyakit periodontal , tanpa control plak kesehatan mulut

tidak dapat dicapai atau dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter

gigi sebaiknya diberi program kontrol plak.

Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak

berarti pemeliharaan kesehatan.

Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti

penyembuhan.

Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak

berarti mencegah kambuhnya penyakit ini.

Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia :

15

Page 19: LAPORAN KASUS

Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya,

meliputi penggunaan alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat

pembersih proksimal seperti dental floss, tusuk gigi dan kumur-

kumur dengan air.

Kontrol plak secara kimia adalah memakai bahan kumur - kumur

seperti chlorhexidine (Betadine, Isodine).

2. Profilaksis mulut

Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri

dari penyingkiran materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi.

Untuk memberikan manfaat yang maksimum bagi pasien,

profilaksis mulut harus lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :

Memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi

plak. Gincu kue warna ros dapat dipakai untuk mendeteksi plak

pada anak-anak.

Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh

permukaan.

Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta

pemolis/pasta gigi

Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pasta gigi.

Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang

menggantung

Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.

3. Pencegahan trauma dari oklusi

16

Page 20: LAPORAN KASUS

Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan

secara perlahanlahan (akibat pemakaian yang lama). Hubungan tonjol

gigi asli dengan tambalan gigi yang tidak tepat dapat menimbulkan

kebiasaan oklusi yang tidak baik seperti bruxim atau clenching.

4. Pencegahan dengan tindakan sistemik

Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan

tindakan sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga

mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Agen pencedera seperti

plak bakteri dapat dinetralkan aksinya bila jaringan sehat.

5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik

Prosedur ortodontik sangat penting dalam pencegahan penyakit

periodontal. Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk

pemeliharaan tempat gigi tetap pengganti, letak gigi dan panjang

lengkung rahang.

6. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat

Agar pencegahan penyakit periodontal menjadi efektif, tindakan

pencegahan harus diperluas dari klinik gigi kepada masyarakat. Hal yang

penting diketahui masyarakat ialah bukti bahwa penyakit periodontal

dapat dicegah dengan metode yang sama atau lebih efektif dari metode

pencegahan karies gigi.

Pendidikan kesehatan gigi masyarakat adalah tanggung jawab

dokter gigi, organisasi kedokteran gigi dan Departemen Kesehatan.

Pengajaran yang efektif dapat diberikan di klinik. Sedangkan untuk

masyarakat dapat diberikan melalui kontak pribadi, aktivitas dalam

17

Page 21: LAPORAN KASUS

kelompok masyarakat, media cetak maupun elektronik, perkumpulan

remaja, sekolah dan wadah lainnya. Perlu diluruskan adanya

pertentangan psikologis pada masyarakat, seperti :

Menerangkan bahwa kerusakan yang disebabkan penyakit

periodontal pada orang dewasa dimulai pada masa anak-anak.

Menghilangkan dugaan bahwa pyorrhea (gusi berdarah) tidak

dapat dielakkan dan disembuhkan. Juga menghilangkan pendapat

masyarakat bahwa kehilangan gigi selalu terjadi bila mereka

sudah tua.

Menegaskan bukti bahwa seperti karies gigi, penyakit

periodontal biasanya tidak menimbulkan rasa sakit pada awalnya

sehingga masyarakat tidak menyadarinya.

Pemeriksaan gigi dan mulut secara teratur diperlukan untuk

mengetahui adanya karies gigi dan penyakit periodontal

secepatnya kemudian segera merawatnya bila ditemukan adanya

penyakit.

Memberi penjelasan bahwa perawatan periodontal yang efektif

adalah bila segera dirawat sehingga lebih besar kemungkinan

berhasil disembuhkan. Disamping itu waktu yang digunakan

lebih sedikit dan merupakan cara yang paling ekonomis daripada

menanggulangi penyakit.

Menegaskan manfaat pencegahan dengan higine mulut yang baik

dan perawatan gigi yang teratur .

18

Page 22: LAPORAN KASUS

Menerangkan bahwa tindakan pencegahan penyakit gigi dan

mulut harus merupakan inti dari perencanaan kesehatan gigi

masyarakat.

7. Pencegahan kambuhnya penyakit

Setelah kesehatan jaringan tercapai, diperlukan program yang

positif untuk mencegah kambuhnya penyakit periodontal. Ini merupakan

tanggung jawab bersama antara dokter gigi dan pasien (untuk pasien

anak peran orang tua juga dibutuhkan). Pasien harus mentaati

pengaturan untuk menjaga higine mulut dan kunjungan berkala, dokter

gigi harus membuat kunjungan berkala sebagai pelayanan pencegahan

yang bermanfaat.

2.6 Perawatan Penyakit Periodontal

Tujuan dari perawatan ini adalah untuk mencegah kerusakan jaringan

yang lebih parah dan kehilangan gigi. Menurut Glickman ada empat tahap

yang dilakukan dalam merawat penyakit periodontal yaitu :

1. Tahap jaringan lunak

Pada tahap ini dilakukan tindakan untuk meredakan inflamasi gingiva,

menghilangkan saku periodontal dan faktor-faktor penyebabnya. Disamping

itu juga untuk mempertahankan kontur gingiva dan hubungan mukogingiva

yang baik. Pemeliharaan kesehatan jaringan periodontal dapat dilakukan

dengan penambalan lesi karies, koreksi tepi tambalan proksimal yang cacat

dan memelihara jalur ekskursi makanan yang baik.

2. Tahap fungsional

19

Page 23: LAPORAN KASUS

Hubungan oklusal yang optimal adalah hubungan oklusal yang memberikan

stimulasi fungsional yang baik untuk memelihara kesehatan jaringan

periodontal. Untuk mencapai hubungan oklusal yang optimal, usaha yang

perlu dan dapat dilakukan adalah : occlusal adjustment, pembuatan gigi

palsu, perawatan ortodonti, splinting (bila terdapat gigi yang mobiliti) dan

koreksi kebiasaan jelek (misal bruksim atau clenching).

3. Tahap sistemik

Kondisi sistemik memerlukan perhatian khusus pada pelaksanaan perawatan

penyakit periodontal, karena kondisi sistemik dapat mempengaruhi respon

jaringan terhadap perawatan atau mengganggu pemeliharaan kesehatan

jaringan setelah perawatan selesai. Masalah sistemik memerlukan kerja sama

dengan dokter yang biasa merawat pasien atau merujuk ke dokter spesialis.

4. Tahap pemeliharaan

Prosedur yang diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan periodontal yang

telah sembuh yaitu dengan memberikan instruksi higine mulut (kontrol plak),

kunjungan berkala ke dokter gigi untuk memeriksa tambalan, karies baru

atau faktor penyebab penyakit lainnya.

20

Page 24: LAPORAN KASUS

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi Pasien

No. RM : 027479

Nama Pasien : Fauzi

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ampang

Tanggal Pemeriksaan : 24 April 2014

3.2 Pemeriksaaan Subjektif

1. Keluhan Utama : Pasien datang ke RSGMP Universitas Baiturrahmah

ingin membersihkan karang gigi dan ingin mengobati gusi yang sering

berdarah sewaktu menyikat gigi.

2. Riwayat Medis Gigi dan Mulut

Sebelumnya pasien tidak pernah datang atau berkunjung ke dokter

gigi

Orangtua pasien tidak memiliki kelainan gigi dan mulut

3. Riwayat Medis Umum

Pasien tidak memiliki penyakit sistemik

Pasien tidak memiliki alergi obat-obatan

4. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Menyikat Gigi

Interval : 2 kali sehari

21

Page 25: LAPORAN KASUS

Waktu : Pagi dan Malam

Gerakan : Vertikal dan Horizontal

Yang disikat : Oral dan Vestibular

b. Pasta : Pepsodent

c.Obat Kumur : Listerin

3.3 Pemeriksaan Objektif

1. Gusi

a. Warna

Merah : 11, 21,22,43,41,31,32 (Vestibular)

Merah Kebiruan : 42,41,31,32 (Vestibular)

Pucat : -

b. Konsistensi

Oedema : 11,21, 22, 41,31,32

Fibrous : -

c. Resesi Gingiva : 41,31,32 (Vestibular), 42,41,31,32 (Oral)

d. Gingiva Enlargement: -

2. Gigi

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Keterangan :

RA/RB : C/S : 2/3

3. Selaput Lendir : Normal

22

Page 26: LAPORAN KASUS

4. Oral Hygiene (OH) : Sedang

Berdasarkan dari hasil pengukuran Oral Hygiene Index (OHI) :

Debris Index (DI) = 0,9

Calculus Index (CI) = 1,1

OHI = DI + CI = 2,0

Keterangan :

Skor Oral Hygiene

0,0 – 1,2 Baik

1,3 – 3,0 Sedang

3,1 – 6,0 Buruk

3.4 Pemeriksaan Rontgen Foto

Kerusakan tulang :

Vertikal : Regio 41,31

Horizontal : Regio 32

3.5 Diagnosis : Periodontitis Agresif Lokalisata

Penderita Periodontitis Agresif Lokalisata biasanya dijumpai antara usia

puber sampai 20 tahun.

Gambaran radiografis adanya kehilangan tulang vertikal sekeliling

insisivus

23

Page 27: LAPORAN KASUS

Jumlah penumpukan plak pada gigi yang terlibat adalah minimal dan tidak

sebanding dengan destruksi periodontal yang terjadi. Plak yang ada

biasanya membentuk biofilm pada permukaan gigi dan jarang mengalami

mineralisasi menjadi kalkulus. Meskipun secara kuantitas plaknya sedikit,

namun terjadi peningkatan level bakteri Actinobacillus

actinomycetemcomitans, dan pada beberapa pasien terjadi juga

peningkatan level porphyromonas gingivalis.

Sedikit dijumpai plak atau kalkulus yang melekat pada gigi, tetapi pada

gigi yang dirusak dijumpai kalkulus subgingiva.

3.6 Faktor Etiologi

Plak

Kalkulus

3.7 Prognosis : Baik

Pasien tidak memiliki penyakit sistemik, sehingga tidak ada faktor

sistemik yang mempengaruhi proses perawatan serta penyembuhan.

Pasien kooperatif, dimana dalam hal ini pasien melakukan perawatan atas

kemauan sendiri dan pasien bisa datang kapan saja untuk dilakukan

perawatan.

Pasien komunikatif

OH sedang

24

Page 28: LAPORAN KASUS

BAB IV

RENCANA PERAWATAN

Kunjungan I (Setting I) : Membersihkan kalkulus supragingival dan

subgingival pada rahang atas

Prosedur :

Melakukan pengukuran Papilary Bleeding Index awal pada bagian

vestibular dan oral

Melakukan pengukuran Plaque Control Record awal pada RA dan RB

Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS), jarak CEJ-CGM (CC), Level

Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan Lebar Attached Gingiva

(AG)

Melakukan pengukuran Oral Hygiene Index (Debris Index dan Calculus

Index)

Melakukan skeling pada rahang atas untuk menyingkirkan kalkulus

supragingival dan subgingival.

Melakukan pengukuran Papilary Bleeding Index akhir pada bagian

vestibular dan oral

Melakukan pengukuran Plaque Control Record akhir pada RA dan RB

Melakukan DHE terhadap pasien :

1. Pasien diberitahu bagaimana cara penyikatan gigi yang benar

2. Pasien diinstruksikan untuk melakukan penyikatan gigi minimal 2 x

sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur

25

Page 29: LAPORAN KASUS

3. Pasien diajarkan cara penggunaan dental floss agar dalam

penggunaannya tidak salah yang dapat mencederai papilla interdental.

4. Pasien diinstruksikan untuk menjaga asupan makanan (nutrisi), dimana

dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran

5. Pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi secara rutin

minimal 6 bulan sekali.

Kunjungan II (Setting II) : Membersihkan kalkulus supragingival dan

subgingival pada rahang bawah

Prosedur :

Melakukan pengukuran Papilary Bleeding Index awal pada bagian

vestibular dan oral

Melakukan pengukuran Plaque Control Record awal pada RA dan RB

Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS), jarak CEJ-CGM (CC), Level

Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan Lebar Attached Gingiva

(AG)

Melakukan pengukuran Oral Hygiene Index (Debris Index dan Calculus

Index)

Melakukan skeling pada rahang bawah saja guna untuk menyingkirkan

kalkulus supragingival dan subgingival.

Melakukan pengukuran Papilary Bleeding Index akhir pada bagian

vestibular dan oral

Melakukan pengukuran Plaque Control Record akhir pada RA dan RB

Melakukan DHE terhadap pasien :

1. Pasien diberitahu bagaimana cara penyikatan gigi yang benar.

26

Page 30: LAPORAN KASUS

2. Pasien diinstruksikan untuk melakukan penyikatan gigi minimal 2 x

sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

3. Pasien diajarkan cara penggunaan dental floss agar dalam

penggunaannya tidak salah yang dapat mencederai papilla interdental.

4. Pasien diinstruksikan untuk menjaga asupan makanan (nutrisi), dimana

dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran.

5. Pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi secara rutin

minimal 6 bulan sekali.

Kunjungan III (Setting III) : Melakukan kontrol terhadap pasien, dimana

melihat Oral Hygiene pasien, apabila masih terdapat adanya plak dan

kalkulus, maka pada kunjungan III dilakukan pembersihan kalkulus

supragingival dan subgingival pada rahang atas dan rahang bawah

Prosedur :

Melakukan pengukuran Papilary Bleeding Index awal pada bagian

vestibular dan oral

Melakukan pengukuran Plaque Control Record awal pada RA dan RB

Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS), jarak CEJ-CGM (CC), Level

Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan Lebar Attached Gingiva

(AG)

Melakukan pengukuran Oral Hygiene Index (Debris Index dan Calculus

Index)

Melakukan skeling pada rahang atas dan rahang bawah guna untuk

menyingkirkan kalkulus supragingival dan subgingival.

27

Page 31: LAPORAN KASUS

Melakukan pengukuran Papilary Bleeding Index akhir pada bagian

vestibular dan oral

Melakukan pengukuran Plaque Control Record akhir pada RA dan RB

Melakukan DHE terhadap pasien :

1. Pasien diberitahu bagaimana cara penyikatan gigi yang benar.

2. Pasien diinstruksikan untuk melakukan penyikatan gigi minimal 2 x

sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

3. Pasien diajarkan cara penggunaan dental floss agar dalam

penggunaannya tidak salah yang dapat mencederai papilla interdental.

Dianjurkan minimal 1 x sehari penggunaan dental floss.

4. Pasien diinstruksikan untuk menjaga asupan makanan (nutrisi), dimana

dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran.

5. Pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi secara rutin

minimal 6 bulan sekali.

28

Page 32: LAPORAN KASUS

BAB V

HASIL PERAWATAN

5.1 Papilary Bleeding Index

a. Vestibular

Setting I Setting II Setting IIIAwal Akhir Awal Akhir Awal Akhir53% 43% 31% 21% 12,5% 3,1%

b. Oral

Setting I Setting II Setting IIIAwal Akhir Awal Akhir Awal Akhir46% 40% 28% 18% 9,3% 3,1%

5.2 Plaque Control Record

Setting I Setting II Setting IIIAwal Akhir Awal Akhir Awal Akhir52% 42% 39% 32% 10,1% 2,3%

5.3 Pengukuran Kedalaman Saku (KS, Jarak CEJ-CGM (CC), Level Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG) dan Lebar Attachment Gingiva (AG))

SETTING I42 41 31 32 33

KS 2 3 3 2 3CC 0 1 1 1 0LA 2 4 4 3 3KG 7 10 9 7 7AG 5 6 5 4 4

29

Page 33: LAPORAN KASUS

SETTING II42 41 31 32 33

KS 2 3 3 2 3CC 0 1 1 1 0LA 2 4 4 3 3KG 7 10 9 7 7AG 5 6 5 4 4

SETTING III42 41 31 32 33

KS 1 1 1 1 1CC 0 0 1 1 0LA 1 1 2 2 1KG 6 9 8 6 7AG 5 8 7 5 6

5.4 Oral Hygiene Index

Settting Skor CI Skor DI Skor OH Level OHI 1,1 0,9 2,0 SedangII 0,8 0,6 1,4 SedangIII 0,03 0,4 0,43 Baik

5.5 Foto Sebelum Perawatan

Sebelum Perawatan (Bagian Vestibular) :

30

Page 34: LAPORAN KASUS

Sebelum Perawatan (Bagian Oral) :

5.6 Foto Sesudah Perawatan

Sesudah Perawatan (Bagian Vestibular) :

Sesudah Perawatan (Bagian Oral) :

31

Page 35: LAPORAN KASUS

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa hasil perawatan pada

pasien periodontitis tersebut baik. Hal ini dapat terjadi karena perawatan pasien

periodontitis tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur dan didukung dengan

keadaan pasien. Riwayat medis umum dimana pasien tidak memiliki penyakit

sistemik dan tidak memiliki alergi obat-obatan, sehingga tidak ada faktor sistemik

yang mempengaruhi proses perawatan serta penyembuhan. Pasien kooperatif dan

komunikatif, dimana dalam hal ini pasien melakukan perawatan atas kemauan

sendiri dan pasien bisa datang kapan saja untuk dilakukan perawatan serta OH

sedang.

6.2 Saran

1. Diharapkan adanya laporan kasus yang lain yang mana pembahasannya

lebih luas mengenai Periodontitis sebagai data di bagian Periodonsia

RSGM Baiturrahmah.

2. Perlu diadakan penyuluhan kepada masyarakat luas mengenai

Periodontitis dan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

3. Diharapkan adanya kesadaran masyarakfkat untuk lebih memperhatikan

kesehatan gigi dan mulutnya dengan melakukan penyikatan gigi minimal 2

kali sehari serta melakukan kunjungan berkala ke dokter gigi minimal 6

bulan sekali.

32

Page 36: LAPORAN KASUS

DAFTAR PUSTAKA

Andrisyah, R. 2011. Gambaran Periodontitis Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang. Hlm: 1-3.

Chapple, L.C, and Genco, R. 2013. Diabetes and Periodontal Diseases : Consensus Report of the Joint EFP/AAP Workshop on Periodontitis and Systemic Diseases. Journal Periodontal. Vol. 84 (4). Hlm: 106.

Daliemunthe, S.H. 2006. Terapi Periodontal. Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan. Hlm: 34-39.

Daliemunthe, S.H. 2008. Periodonsia. Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Ed : Revisi. Medan. Hlm: 101-102.

Fatima, Z, Bey, A, Mian, F, and Zia, A. 2014. Management of Localized Aggressive Periodontitis By Resective and Regenerative Methods. Asian Pacific Journal of Health Sciences. Vol. 1 (3). Hlm: 207-209.

Irlina, L. 2012. Hubungan Periodontitis Dengan Penderita Stroke di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Hlm: 1-8.

Linden, G.J, and Herzberg, M.C. 2013. Periodontitis and Systemic Diseases : A Record of Discussions of Working Group 4 of the Joint EFP/AAP Workshop on Periodontitis and Systemic Diseases. Journal Periodontal. Vol. 84 (4). Hlm: 20.

Sanz, M, and Kornman, K. 2013. Periodontitis and Adverse Pregnancy Outcomes : Consensus Report of the Joint EFP/AAP Workshop on Periodontitis and Systemic Diseases. Journal Periodontal. Vol. 84 (4). Hlm: 164.

Siampa, F.A. 2013. Efek Menghisap Rokok Terhadap Status Kesehatan Periodontal : Sebuah Penelitian Komporatif, Cross-Sectional. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Makassar. Hlm: 1-3.

USU Open Course Ware. 2008. Streptococcus Mutans. USU Medan. [On Line]. Dari: http://ocw.usu.ac.id/cour...penyakit_periodontal.pdf [3 Mei 2014].

Suwandi, T. 2010. Perawatan Awal Penutupan Diastema Gigi Goyang Pada Penderita Periodontitis Kronis Dewasa. Jurnal PDGI. Vol. 59 (3). Hlm: 105-106.

Syakh, F.A. 2012. Penyakit Periodontal. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasannudin. Makassar. Hlm: 7-17.

33