laporan kasus

28
Universitas Kristen Krida Wacana Laporan Kasus Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tirtajaya Kabupaten Karawang Oleh: Laberna Shandra Puspitarini 11.2013.258 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas 1

Upload: liana-herdita

Post on 05-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus

Universitas Kristen Krida Wacana

Laporan Kasus Pasien Tuberkulosis Paru

di Puskesmas Tirtajaya Kabupaten Karawang

Oleh:

Laberna Shandra Puspitarini

11.2013.258

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, Oktober 2015

1

Page 2: Laporan Kasus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di

dunia ini. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di

seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan kuman Mycobacterium

tuberculosis. Tuberkulosis menjadi masalah kesehatan yang besar di Negara-negara

berkembang karena angka kesakitan dan kematian akibat Tuberkulosis 75%-nya terjadi pada

golongan usia produktif kerja, yaitu kelompok usia 15-49 tahun. Indonesia menempati posisi

tiga besar jumlah penderita TBC di dunia setelah India dan Cina. Angka kesakitan dari

Tuberkulosis baik paru maupun ekstra paru di dunia diperkirakan mencapai 8 juta kasus dan

sekitar 95% terjadi di Negara-negara berkembang. Sekitar 3 juta orang meninggal karena

Tuberkulosis setiap tahunnya yang sebagian besar terjadi di Negara-negara berkembang.

Pada umumnya kasus di Negara-negara berkembang tidak tercakup seluruhnya, dan hanya

sekitar separuh dari kasus BTA positif yang ditemukan yang dapat disembuhkan. Hal ini

mengakibatkan angka kesakitan di seluruh dunia diperkirakan mencapai 16-20 juta, di mana

sekitar 8-10 juta adalah kasus BTA positif yang sangat menular.

Sulitnya mengobati penderita BTA positif telah menyebabkan tejadinya banyak

kegagalan pengobatan. Akibatnya didapat angka pencapaian kesembuhan yang rendah

sekitar 30-50%. Padahal seseorang y ang gagal dalam pengobatan akan menjadi sumber

penularan yang akan menularkan 10 orang setiap tahun, dan dalam waktu 2 tahun akan

menghasilkan 1 orang penderita BTA positif baru. Banyak dari penderita yang gagal dalam

pengobatan menjadi resisten / kebal terhadap INH atau kombinasi INH dengan Streptomisin,

sehingga bila menular pada orang lain, maka orang tersebut akan tertular dengan kuman yang

telah resisten. Masalah lain adalah hanya 50% dari penderita yang mendapat paduan obat

jangka panjang (12 bulan) mengalami konversi dari BTA positif menjadi BTA negative

setelah 2 bulan pengobatan, meskipun dilakukan pengobatan dengan pengawasan ketat.

Menurut hasil survey prevalensi TBC di Indonesia pada tahun 2004 ( secara

Nasional ) yang BTA positif 110 per 100.000 penduduk.

Sejak tahun 1995, program pemberantasan penyakit Tuberkulosis paru di DKI

Jakarta telah dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short

2

Page 3: Laporan Kasus

Course) seperti yang direkomendasikan oleh WHO, tetapi pada tahun 1995-1998 cakupan

penderita TBC dengan strategi DOTS baru sekitar 10% .

Tahun 1999 angka kesembuhan baru mencapai 69,2 %. Risiko penularan setiap

tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection ( ARTI ), yaitu proporsi

penduduk yang berisiko terinfeksi TBC selama satu tahun. ARTI sebesar 1 %, berarti 10

orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-

3 %. Meskipun hasil penelitian di Puskesmas kecamatan dan kelurahan tahun 2001

menunjukkan peningkatan angka kesembuhan dan angka konversi, namun angka lalai berobat

masih cukup tinggi, pada fase awal penderita lalai berobat di Puskesmas kecamatan 22,1 %

dan Puskesmas kelurahan 25,3 %. Sedangkan pada akhir pengobatan penderita lalai berobat

di Puskesmas kecamatan naik menjadi 84,9 % dan Puskesmas kelurahan 96,3 %. Tahun 2008

Program penagulangan TBC mencakup proses penemuan dan pengobatan sedikitnya 85%

berhasil di sembuhkan.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahannya Tuberkulosis adalah suatu

penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Sumber

penularan adalah dahak dari pasien yang mengandung kuman TB. Bila tidak diobati, maka

penderita dapat meninggal dunia. Sekitar 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat

dicegah (preventable death)terjadiakibatTB.7 Penyakit TB menyerang dewasa dan anak-anak,

laki-laki dan perempuan. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa di

dunia TB membunuh satu juta wanita setiap tahun. Sementara itu, kematian akibat kehamilan

dan persalinan setahunnya setengah juta orang. Jadi, TB membunuh sedikitnya dua kali lebih

banyak perempuan daripada kematian akibat kehamilan/persalinan. TB juga penyebab utama

kematian penting pada usia produktif, sebagian besar pasien dan kematian akibat TB terjadi

pada golongan umur 15-64 tahun.

Di Indonesia kasus baru TB hampir separuhnya adalah wanita. Data lain dari

Indonesia lebih mencengangkan lagi. Setiap satu menit muncul satu penderita baru TB Paru.

Setiap dua menit muncul satu penderita baru Tb paru yang menular dan setiap empat menit

satu orang meninggal akibat TB di Indonesia. Negara kita adalah penyumbang kasus TB

terbesar ke tiga di dunia.

3

Page 4: Laporan Kasus

Berdasarkan perhitungan ekonomi kesehatan yang menggunakan indikator DALY

(disability adjusted life year) yang diperkenalkan oleh World Bank, Tb merupakan 7,7% dari

total disease burden di Indonesia, perhitungan terbaru bahkan menunjukkan angka lebih

tinggi lagi. Angka 7,7% ini lebih tinggi dari berbagai negara Asia lain yang hanya 4%.

Dewasa ini Tb dapat disembuhkan dengan baik. Masalahnya obat untuk Tb harus

dimakan sedikitnya enam bulan. Biasanya setelah makan obat selama dua bulan, maka

keluhan pasien akan hilang, dan penderita malas makan obat lagi. Kalau pengobatan berhenti

di tengah jalan, maka bukan saja penyakitnya tidak sembuh, tetapi juga obat yang ada akan

jadi tidak ampuh lagi.7

4

Page 5: Laporan Kasus

BAB II

KUNJUNGAN RUMAH

Puskesmas : Tirtajaya

Tanggal kunjungan rumah : 02 Oktober 2015

Data Riwayat Keluarga

I. Identitas Pasien

Nama lengkap : Tn. Parman

Usia : 24 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : RT 07 RW 04 Desa Sabajaya

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

II. Riwayat Biologis Keluarga

a. Keadaan kesehatan sekarang : cukup baik

b. Kebersihan perorangan : cukup baik

c. Penyakit yang sering diderita : Tidak ada

d. Penyakit keturunan : Tidak ada

e. Penyakit kronis/menular : Tuberculosis

f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

g. Pola makan : cukup baik

h. Pola istirahat : cukup baik

i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang

III. Psikologis Keluarga

a. Kebiasaan buruk : tidak menjaga kebersihan

b. Pengambilan keputusan : kepala rumah tangga

c. Ketergantungan obat : tidak ada

5

Page 6: Laporan Kasus

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: puskesmas

e. Pola rekreasi : kurang

IV. Keadaan Rumah/Lingkungan

a. Jenis bangunan : permanen

b. Lantai rumah : semen

c. Luas rumah : 15 meter x 12 meter

d. Penerangan : cukup baik

e. Kebersihan : cukup baik

f. Ventilasi : kurang

g. Dapur : ada

h. Jamban keluarga : ada

i. Sumber air minum : air sumur

j. Sumber pencemaran air : tidak ada

k. Pemanfaatan pekarangan : tidak ada

l. Sistem pembuangan air limbah : tidak ada

m. Tempat pembuangan sampah : tidak ada

n. Sanitasi lingkungan : kurang baik

V. Spiritual Keluarga

a. Ketaatan beribadah : cukup baik

b. Keyakinan tentang kesehatan : cukup baik

VI. Keadaan Sosial Keluarga

a. Tingkat pendidikan : SD

b. Hubungan antar keluarga : baik

c. Hubungaan dengan orang lain : cukup baik

d. Kegiatan organisasi sosial : cukup baik

e. Keadaan ekonomi : rendah

VII. Kultural Keluarga

a. Adat yang berpengaruh : adat Sunda

b. Lain-lain : -

6

Page 7: Laporan Kasus

VIII. Daftar Anggota Keluarga

No Nama Hubungan dengan

keluarga

Umur Pekerjaan Agama Keadaan Kesehatan

1 Tina Istri 23 tahun IRT Islam Baik

2 Komah Ibu 59 tahun IRT Islam Baik

3 Riko Anak 6 tahun - Islam Baik

IX. Keluhan Utama : Adanya batuk kering selama 4 minggu

X. Keluhan Tambahan : Sering pusing, nafsu makan kurang

XI. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien dengan keluhan batuk kering selama 4 minggu. Batuk tidak kunjung

sembuh walapun sudah berobat ke puskesmas. Kadang batuk keluar darah dan malam

sering keringatan di malam hari. Kemudian pasien datang ke puskesmas untuk berobat

dan didiagnosa tuberkulosis paru. Saat ini pasien sudah berobat rutin selama 5 bulan.

XII. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Tanda vital:

- Frekuensi nadi : 82 kali/menit

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Frekuensi napas : 21 kali/menit

- Suhu : 36,70C

d. Data antropometi

₋ Berat badan : 60 kg

₋ Tinggi badan : 168 cm

₋ Lingkar kepala : -

₋ Lingkar dada : -

₋ Lingkar lengan atas : -

7

Page 8: Laporan Kasus

Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

₋ Bentuk dan ukuran : normocephali, tidak ada deformitas

₋ Rambut dan kulit kepala: rambut berwarna hitam, distribusi merata, kulit

kepala tidak ada kelainan.

₋ Wajah : normal

₋ Mata : conjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

₋ Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, sekret -/-

₋ Hidung : bentuk normal, sekret -/-, pernapasan cuping hidung(-)

₋ Bibir : merah, tidak kering, sianosis (-)

₋ Gigi-geligi : tidak ada karies gigi

₋ Mulut : bentuk normal, tidak ada stomatitis, sianosis (-)

₋ Lidah : bentuk normal, lidah tidak kotor

₋ Tonsil : tonsil T1-T1 tenang,tidak hiperemis

₋ Faring : tidak hiperemis

b. Leher : tidak da kelainan bentuk, tiroid dan kelenjar getah bening tidak teraba

membesar.

c. Toraks

₋ Dinding toraks : simetris, pergerakan dinding toraks simetris, tidak ada

retraksi.

₋ Paru:

Inspeksi : gerak dinding dada simetris

Palpasi : vocal fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi kasar -/-, wheezing -/-

₋ Jantung

Inspeksi : tidak terlihat pulsasi iktus kordis

Palpasi : teraba pulsasi iktus kordis di sela iga IV garis midclavicularis

sinistra

Perkusi : tidak dilakukan

8

Page 9: Laporan Kasus

Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

d. Abdomen

₋ Inspeksi : tampak datar, tidak tampak pelebaran vena

₋ Auskultasi : bising usus (+) normal

₋ Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

e. Anus dan rectum : tidak ada kelainan

f. Genitalia : tidak ada kelainan

g. Anggota gerak : akral hangat + + oedema - -

+ + - -

h. Tulang belakang : tidak ada kelainan

i. Kulit : tidak ada kelainan

j. Rambut : berwarna hitam, distribusi merata

k. Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar

l. Pemeriksaan neurologis: Meningeal sign (-)

XIII. Diagnosa Penyakit : Tuberculosis paru

XIV. Diagnosa Keluarga : Keluarga dalam keadaan sehat

XV. Anjuran Penatalaksaan Penyakit:

a. Promotif

- Penyuluhan tentang penyakit tuberculosis

- Memberikan motivasi untuk terus rutin meminum obat agar sembuh dan tidak

menimbulkan komplikasi

b. Preventif

- Pemberian suplementasi gizi

- Jaga pola hidup dan kesehatan

c. Kuratif

a. Farmakologis:

Pengobatan dengan Paket OAT Kategori 1 dari puskemas.

9

Page 10: Laporan Kasus

2 bulan pertama dengan INH, Rifampisin dan Pirazinamid dilanjutkan

dengan 4 bulan berikutnya INH dan Rifampisin.

Lama pengobatan: Selama 6 bulan

b. Non-farmakologis:

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyaki ini bisa

disembuhkan tetapi pengobatan akan berlangsung lama antara 6 bulan,

untuk itu pasien harus rajin mengambil obat di puskesmas dan tidak

boleh putus berobat.

d. Rehabilitatif

Dilakukan pengawasan makan obat supaya teratur dan rutin

XVI. Prognosis

a. Penyakit : dubia ad bonam

b. Keluarga : dubia ad bonam

c. Masyarakat : dubia ad bonam

XVII. Resume

Seorang laki-laki berusia 47 tahun dengan keluhan utama batuk kering 4

minggu. Kadang batuk keluar darah dan malam sering keringatan di malam hari. Dari

keadaan rumah/lingkungan, sanitasi lingkungan masih kurang baik.

Dari data tersebut diagnosa pasien adalah Tuberculosis Paru. Tatalaksana yang

dilakukan ialah penyuluhan tentang penyakit tuberculosis, motivasi agar rutin berobat

dan pemberian obat tuberkulosis selama 5 bulan.

10

Page 11: Laporan Kasus

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh

Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan

yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup

terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit

tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian

tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10

minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena

gangguan atau ketidakefektifan respon imun.

B. Etiologi

TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic

tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang

jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.

C. Tanda dan Gejala

1. Tanda

a. Penurunan berat badan

b. Anoreksia

c. Dispneu

d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

2. Gejala

a. Demam

Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya

tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.

b. Batuk

Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering

11

Page 12: Laporan Kasus

kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum).

Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah

yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.

c.Sesak nafas.

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya

sudah setengah bagian paru.

d. Nyeri dada

Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)

e.Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,

meriang, nyeri otot, keringat malam.

D. Patofisiologi

Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di

dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan

dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan

tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk

ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total

permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara

progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi

oksigenasi darah.

12

Page 13: Laporan Kasus

E. Pemeriksaan Penunjang

Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah 48 – 72 jam; dengan hasil positif bila terdapat

indurasi diameter lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9 mm. Uji tuberkulin bisa diulang

setelah 1-2 minggu. Pada anak yang telah mendapt BCG, diameter indurasi 15 mm ke atas

baru dinyatakan positif, sedangkan pada anak kontrak erat dengan penderita TBC aktif,

diameter indurasi ≥ 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkan oleh keadaan infeksi berat,

pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia), dapat pula oleh gizi buruk,

morbili, varicella dan penyakit infeksi lain. Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah

pembesaran kelenjar hilus, paratrakeal, dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusi

pieura, kavitas dan gambaran milier. Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari

bilasan lambung, namun memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis, beberapa

diantaranya dengan cara ELISA (enzyme linked immunoabserben assay) untuk mendeteksi

antibody atau uji peroxidase – anti – peroxidase (PAP) untuk menentukan Ig G spesifik.

Teknik bromolekuler, merupakan pemeriksaan sensitif dengan mendeteksi DNA spesifik

yang dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Uji serodiagnosis maupun

biomolekular belum dapat membedakan TB aktif atau tidak.

Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :

1. Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit.

13

Page 14: Laporan Kasus

2. Menderita tuberkulosis yang masih aktif

3. Menderita TBC yang sudah sembuh

4. Pernah mendapatkan vaksinasi BCG

5. Adanya reaksi silang (“cross reaction”) karena infeksi mikobakterium atipik.

F. Penanganan

a. Promotif

1. Penyuluhan TBC

2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan,

cara pencegahan, faktor resiko

3. Mensosialisasikan BCG di masyarakat.

b. Preventif

1. Vaksinasi BCG

2. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.

3. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahuinsecara

dini.

c. Kuratif

Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antituberculosis (OAT) dalam jangka

waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis

pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan gejala klinis

harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap

obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid (INH) dengan etambutol (EMB) atau

rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10 mg/kg atau sekitar 300

mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek

samping etambutol adalah Neuritis retrobulbar disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji

ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek

samping INH yang berat jarang terjadi. Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis. Resiko

hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada

usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum

aminotransferase, ditemukan pada 10-20% yang mendapat INH.

14

Page 15: Laporan Kasus

PEMBAHASAN

Menurut Teori Blum bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu

lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan. Dimana unsur-unsur tersebut

saling berinteraksi dan saling terkait satu sama lain. Juga mengacu pada kemampuan

mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehatnya sendiri.

Dari hasil kunjungan rumah didapatkan bahwa pasien mempunyai penyakit

Tuberculosis Paru. Pasien berpola hidup kurang sehat sehingga memacu perburukan

penyakit. Pasien mengaku kesulitan berobat karena masalah ekonomi.

Dilihat dari hasil kunjungan rumah pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal pasien,

termasuk dalam kategori kurang/ tidak sehat sebab kebersihan sangat kurang, ventilasi dalam

rumah sangat kurang, pencahayaan di dalam sangat kurang, pembuangan sampah kurang,

sumber air bersih sangat kurang. (dapat dilihat di lampiran).

Maka terbukti bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur-unsur yang

disebutkan di Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di

Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan komunikasi, informasi dan edukasi perorangan

untuk memperbaiki pola hidup pasien.

15

Page 16: Laporan Kasus

KESIMPULAN& SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada Jumat, 2 Oktober 2015 didapatkan

bahwa pasien adalah penderita Tuberculosis Paru. Pasien kurang memiliki pengetahuan

tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang salah. Rumah pasien tergolong

rumah yang tidak sehat dilihat dari ventilasi udaranya yang kurang , sumber air sumur,

dapur letaknya yang dekat dengan kamar mandi, pembuangan sampah, serta penerangan

dalam rumah yang sangat kurang. Untuk mencegah jatuhnya seseorang ke dalam tingkat

kecacatan lebih lanjut maupun perburukan kualitas hidup / produktivitas, perlu

kedisiplinan terutama dalam hal kepatuhan minum obat. Edukasi dari dokter kepada

pasien sangatlah penting terutama mengenai komplikasi dan pola /gaya hidup yang sehat.

2. Saran

Bagi pasien disarankan:

Menjelaskan kepada pasien bahwa penyaki ini bisa disembuhkan tetapi pengobatan akan

berlangsung lama antara 6 bulan, untuk itu pasien harus rajin mengambil obat di puskesmas

dan tidak boleh putus berobat.

16

Page 17: Laporan Kasus

Daftar Pustaka

1. Tuberculosis. Diunduh dari www.emedicine.com pada tanggal 23 November 2011.

2. Dinas kesehatan propinsi DKI Jakarta. Standar Penanggulangan Penyakit

Tuberkulosis vol 5. ed 1. 2002.

3. Razis AA,dkk. Tuberkulosis Paru dalam Panduan Pelayanan Medik. ed 3. Jakarta:

FkUI; 2009; hal109-11.

4. World Health Organization. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. Diunduh dari :

http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf. Pada tanggal 23 November 2011

5. Departemen Kesehatan RI. 2008 . Modul IV Pengobatan Pasien TB di UPK. Pelatihan

Penanggulangan TB Bagi Pengelola Program TB.

6. Kanwil Depkes Propinsi DKI Jakarta. Pelatihan Program Pemberantasan Penyakit

Tuberkulosis Tingkat Puskesmas- Modul 1. Tahun 1999 / 2002.

7. Depkes RI. Pedoman kerja puskesmas jilid III tahun 1991-1992 hal G-28.

8. Departemen Kesehatan RI. 2008 . Modul VI Pemantauan dan Evaluasi Penerapan

Strategi DOTS di UPK. Penanggulangan TB Bagi Pengelola Program TB.

9. Faktor risiko TBC. Diunduh dari http://putraprabu.wordpress.com/ pada tanggal 23

November 2011

10. Penyakit TBC. Diunduh dari http://medicastore.com/ pada tanggal 23 November

2011.

17

Page 18: Laporan Kasus

LAMPIRAN

18

Page 19: Laporan Kasus

19

Page 20: Laporan Kasus

20

Page 21: Laporan Kasus

21