laporan kasus
DESCRIPTION
kasus ujianTRANSCRIPT
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT : RSAU Dr. Esnawan Antariksa
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Tn. MA Jenis kelamin : Laki-laki
Usia: 41 Tahun Suku Bangsa : Jawa
Tempat/tanggal lahir : Jakarta 6 November 1973 Agama : Islam
Status perkawinan : Pendidikan : SMP
Pekerjaan : PNS ( Supir kendaraan pribadi) Tanggal masuk :
4 September 2014Alamat : Jl. Dakota B-G/54 Halim
II. ANAMNESIS
Diambil dari : autoanamnesis Tanggal: 4 September 2014 jam 11.00
Keluhan utama : Telinga kanan mendengung
Keluhan tambahan : Pusing, Mual, Pendengaran menurun, telinga terasa penuh dan badan
lemas
Riwayat Penyakit sekarang :
Os mengeluhkan telinga kanan yang mendengung, dimana dengunan sangat
menggangu yang muncul sejak 2 minggu SMRS secara tiba-tiba. Dengungan hilang timbul
tidak setiap hari. Biasanya muncul hanya pagi hari saat baru bangun tidur yang hilang setelah
beberapa menit hingga 1 jam. Dengungan ini selalu disertai perasaan berputar atau ingin
jatuh, rasa berputar ini dirasakan tidak terlalu berat, tidak dipengaruhi oleh posisi, os merasa
mual namun tidak pernah sampai muntah. Selain itu os merasakan juga penurunan fungsi
pendengaran pada telinga kanannya yang muncul hanya saat serangan terjadi, penurunan
fungsi pendengaran diakui tidak terlalu berat os masih bisa berkomunikasi dengan baik, saat
1
Nama Mahasiswa : Arian Wawolumaja Tanda Tangan
NIM : 11.2011.117
Dr. Pembimbing : dr. Asnominanda, Sp. THT-KL
serangan os juga merasa telinga penuh, seperti berisi angin namun tidak dirasakan nyeri.
Selain itu saat serangan os merasa lemas dan biasanya membaik setelah kembali beristirahat
beberapa saat. Serangan pertama diakui paling berat dibanding serangan berikutnya yang
dirasakan semakin ringan.
Os menyangkal pernah ada trauma pada telinga ataupun kepala, riwayat terpapar
suara yang keras, dan ada keluarga yang pernah menderita vertigo.
Saat serangan os mengakui akibat perasaan yang berputar os mual namun belum
pernah sampai muntah atau pun terjatuh akibat pusing tersebut. Penurunan pendengaran
diakui mengganggu namun belum pernah sampai kehilangan pendengaran sama sekali
ataupun sampai menetap . Os menyangkal ada perasaan baal atau gangguan pada otot-otot
wajah.
Os telah berobat ke Dokter Spesialis THT RSAU Esnawan Antariksa dan telah
mendapat obat berupa Vastigo, Mecobalamin, Neurodex, Betaserc. Setelah berobat keluhan
juga dirasakan membaik dan serangan juga mulai sangat jarang dirasakan
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Alergi obat disangkal pasien
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Tinggi Badan : 161 cm
Berat Badan : 63 kg
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 114 kali per menit
Suhu : 36,9⁰ C
Pernafasaan : 22 kali/ menit
Keadaan gizi : baik
Sianosis : tidak ada
Edema umum : tidak ada
Habitus : atletikus
Mobilitas ( aktif / pasif) : aktif
Umur menurut taksiran pemeriksa : sesuai umur
2
Pemeriksaan Telinga
Kanan Kiri
Bentuk daun Telinga Normotia Normotia
Kelainan Kogenital Tidak tampak Tidak tampak
Tumor Tidak tampak dan tidak
teraba
Tidak tampak dan tidak
teraba
Nyeri tekan Tragus Tidak Nyeri Tidak Nyeri
Penarikan daun telinga Tidak Nyeri Tidak Nyeri
Valsava test
Tonybee test
Positif
Positif
Positif
Positif
Regio mastoid + pre mastoid Tanda radang (-)
Nyeri tekan (-)
Tanda radang (-)
Nyeri tekan (-)
Liang telinga CAE lapang, hiperemis(-),
serumen (+)
CAE lapang, hiperemis(-),
serumen (+)
Membran timpani Intak, warna putih mengkilat,
hiperemis (-), retraksi (-),
bulging (-), refleks cahaya
(+) pada jam 5
Intak, warna putih mengkilat,
hiperemis (-), retraksi (-),
bulging (-), refleks cahaya
(+) pada jam 7
Tes Penala
Rinne
Weber
Swabach
Penala yang dipakai : 512 Hz
Positif
Tidak ada lateralisasi
Tidak memanjang
Positif
Tidak ada lateralisasi
Tidak memanjang
Kesan : Tidak ada kelainan pada telinga
Hidung dan Sinus Paranasal
3
Bentuk : tidak tampak deformitas pada lubang dan septum nasi kanan
dan kiri
Tanda Peradangan : tidak tampak
Vestibulum :sekret kering (+), hiperemis (-) pada kanan dan kiri
Cavum nasi : Lapang, sekret (-), hiperemis (-), tidak tampak masa pada
kanan dan kiri
Konka inferior : oedem (-) hiperemis (-), livide (-), pada kanan dan kiri
Konka medius : oedem (-) hiperemis (-), livide (-), pada kanan dan kiri
Meatus nasi inferior : tidak tampak
Septum nasi : tidak tampak deviasi
Pasase udara : simetris kanan kiri
Daerah sinus maksila dan frontalis : nyeri ketok (-)
Nasofaring (Rhinoskopi posterior) : tidak dilakukan
Koana : tidak dilakukan
Septum nasi posterior : tidak dilakukan
Muara tuba eustachius : tidak dilakukan
Torus tubarius : tidak dilakukan
Konka inferior dan media : tidak dilakukan
Dinding posterior : tidak dilakukan
Pemeriksaan trasnluminasi : tidak dilakukan
kanan kiri
Sinus frontalis, grade tidak dilakukan tidak dilakukan
Sinus maksilaris, grade tidak dilakukan tidak dilakukan
Tenggorok
Faring
Dinding posterior : tidak tampak hiperemis
Arkus faring : tidak tampak kelainan
Tonsil : T1-T1
Uvula : tidak tampak deviasi
Gigi : tidak tampak kelainan
Gambar :
4
Laring (laringoskopi)
Epiglotis : Tidak dilakukan
Plika aryepiglotis : Tidak dilakukan
Arytenoid : Tidak dilakukan
Ventrikular band : Tidak dilakukan
Pita suara asli : Tidak dilakukan
Rima glotis : Tidak dilakukan
Cincin trakea : Tidak dilakukan
Sinus piriformis : Tidak dilakukan
Leher
Inspeksi : tidak tampak kelainan
Palpasi : tidak tampak kelainan
Askultasi : tidak tampak kelainan
Maksillo-fasial
Deformitas : tidak tampak
Parase saraf otak : tidak tampak
5
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
IV. RESUME :
Pria 41 Tahun datang ke RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan tinitus nada rendah
yang hilang timbul sejak 2 minggu SMRS yang muncul tiba-tiba pada telinga kanan . Disertai
vertigo, lemas, gangguan pendengaran, dan telinga yang terasa penuh. Dari pemeriksaan fisik
normal. Dari pemeriksaan penunjang ditemukan gambaran NIHL
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Acoustic Neuroma
Faktor tidak mendukung :
1. Perjalanan penyakit tidak progresive
2. Tidak ada gangguan pada N.VII
VI. DIAGNOSIS KERJA
Menier Disease Stage I
VII. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan with contras
2. Tes Gliserin
3. Timpanometri
6
VIII. PENANGANAN
Medika Mentosa
Furosemide 40mg/day
Betahistine mesilate 18mg/day
Non Medika Mentosa
Edukasi:
Diet Rendah Garam
Untuk sementara jangan mengemudikan kendaraan
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : at Bonam
Quo ad funcionam : at Bonam
7
PEMBAHASAN
ANATOMI TELINGA
Telinga Luar
Telinga luar meliputi daun telinga (pinna) dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari kulit dan tulang rawan elastin. Liang telinga memiliki tulang rawan
pada bagian lateral namun bertulang pada sebelah medial. Seringkali terdapat penyempitan
liang telinga pada perbatasan antara tulang dan tulang rawan ini. Sendi temporomandibularis
dan kelenjar parotis terletak di depan terhadap liang telinga sementara prosesus mastoideus
terletak di belakangnya. Liang telinga berbentuk menyerupai huruf S dengan panjang sekitar
tiga sentimeter. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen dan rambut sedangkan pada dua pertiga dalamnya hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.
Telinga Tengah
Telinga tengah terisi udara dapat dibayangkan sebagai kotak dengan enam sisi.
Dinding posteriornya jauh lebih luas daripada dinding anteriornya sehingga kotak tersebut
8
berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke arah lateral ke arah umbo dari
membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.(3,4)
Telinga tengah :
Batas lateral : membran timpani
Batas anterior : tuba eustachius
Batas inferior : bulbus v. Jugularis interna
Batas posterior : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars verikalis
Batas superior : lantai fossa kranii media
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida, sedangkan
bagian bawah disebut pars tensa. Pars flaksida berlapis dua yaitu bagian luar merupakan
lanjutan epitel liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti mukosa
saluran pernapasan. Pars tensa memiliki satu lapisan lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri
dari serat kolagen dan elastin yang berjalan secara radier di luar dan sirkuler di dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrab timpani disebut umbo. Dari umbo
bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu ke arah pukul 7 untuk
membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Serabut sirkuler dan radier
pada membran timpani pars tensa inilah yang menyebabkan refleks cahaya yang berupa
kerucut ini yang kita nilai.
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan
stapes. Tulang pendengaran dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus
maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada
stapes. Stapes terletak pada fenestra ovale yang berhubungan dengan kokhlea. Hubungan
antara tulang-tulang pendengaran adalah persendian.
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Pada tempat ini terdapat aditus
ad antrum yang merupakan lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum
mastoid. Tuba eustachius berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara dalam
cavum timpani. Bagian lateral berupa dinding dari tulang dan selalu terbuka, sedangkan
dinding medial tersusun dari tulang rawan yang biasanya menutup kecuali menelan,
mengunyah, atau menguap.
Telinga dalam
9
Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut labirin. Telinga
dalam terdiri dari kokhlea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang dibentuk
oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis. Labirin (telinga dalam) mengandung
organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada pars petrosus os temporal. Labirin terdiri
dari :
Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, vestibulum, dan kokhlea
Labirin bagian membran, yang terletak di dalam labirin bagian tulang, terdiri dari :
kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus, dan duktus endolimfatikus serta
kokhlea.
Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi cairan
perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi dari darah. Di dalam labirin
bagian membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria vaskularis dan
diresirbsi pada sakkus endolimfatikus.
Ujung atau puncak kokhlea disebut helikoterma yang menghubungkan perilimfa skala
timpani dan skala vestibuli. Pada irisan melintang di kokhlea tampak skala vestibuli di
sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media diantaranya. Skala vestibuli dan
skala timpani berisi perilimfe sedangkan skala media berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli
disebut membran reissner sedangkan dasar skala media disebut membran basilaris yang
terletak organ korti di dalamnya. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang
disebut membran tektoria dan pada membran basilaris melekat sel rambut dalam, sel rambut
luar, dan kanalis korti. Membran basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar
pada apeksnya (nada rendah). Terletak diatas membran basilaris dari basis ke apeks adalah
organ korti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer
pendengaran. Organ korti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3.000) dan tiga baris sel
rambut luar (12.000). Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut.
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut.
Menutupi sel-sel rambut adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia dan pada
lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan akan menimbulkan rangsangan
pada reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang
merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang
tegak lurus dengan makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus.
Masing-masing kanalis memiliki satu ujung yang melebar yang membentuk ampula dan
10
mengandung sel-sel rambut krista dan diselubungi oleh lapisan gelatinosa yang disebut
kupula. Gerakan dari endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula
yang selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel
reseptor.
FISIOLOGI PENDENGARAN DAN SISTEM VESTIBULARIS
Fisiologi pendengaran
Sampai tingkat tertentu daun telinga adalah suatu pengumpul suara sementara liang
telinga karena bentuk dan dimensinya dapat sangat memperbesar suara dalam rentang dua
sampai empat KHz. Gelombang ini akan diteruskan ke telinga tengah dengan menggetarkan
membran timpani. Getaran ini akan diteruskan ke telinga tengah dengan menggetarkan
membran timpani. Getaran ini akan diteruskan melalui rangkaian tulang-tulang pendengaran
(maleus, inkus, stapes) yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan foramen ovale. Tulang-
tulang pendengaran akan meningkatkan efisiensi dari getaran sebanyak 1,3 kali dan
perbandingan luas permukaan membran timpani dan foramen ovale dan mengamplifikasi
pendengaran sebanyak 20 kali, energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakkan foramen ovale sehingga perilimfe pada skala vestibuli akan
bergerak. Getaran diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfa sehingga
akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini
merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion-ion bermuatan listrik dari badan
sel. Untuk suara dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan defleksi dominan pada bagian
basis dari membran basilaris sedangkan untuk frekuensi sedang di tengah dan frekuensi
rendah di apeks. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel-sel rambut sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditoris, kemudian dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran di
lobus temporalis (area broadman 41).
Fisiologi keseimbangan
11
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan sekitarnya
tergantung dari input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ penglihatan, dan organ
proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di sistem
saraf pusat sehingga akan menimbulkan gambaran mengenai keadaan posisi tubuh pada suatu
saat dan bagaimana mengatur posisi tubuh seperti yang dikehendaki. Organ penglihatan
menerima rangsangan melalui reseptor di retina yaitu di makula lutea. Rangsang tersebut
diteruskan melalui n.optikus (N.II) sampai ke korteks visual di lobus oksipitalis. Fungsi
penglihatan memberikan informasi tentang posisi dan gerak tubuh serta lingkungan sekitar.
Organ proprioseptif menerima rangsang gerak melalui reseptor muskuloskeletal terutama di
daerah leher yang disalurkan melalui saraf spinal kemudian medula spinalis, medula
oblongata, thalamus dan berakhir di korteks sensoris (post sentralis). Organ vestibuler
menerima rangsangan gerak dari reseptor di labirin yaitu utrikulus, sakulus (makula) dan
kanalis semisirkularis (krista ampularis). Sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier
sedangkan sel-sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap
percepatan sudut (perubahan dalam kecepatan sudut). Kemudian rangsang tersebut disalurkan
melalui n.vestibularis (N.VIII) ke medula oblongata dan berakhir di korteks serebri girus
temporalis superior dekat pusat pendengaran. Sebagian rangsangan disalurkan langsung ke
serebelum dan sebagian lagi ke medula spinalis melalui traktus vestibulospinal menuju ke
motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot leher dan otot punggung
(postural). Sistem ini berjalan dengan sangat cepat sehingga membantu mempertahankam
keseimbangan tubuh.
Rangsang yang diterima oleh reseptor ketiga sistem tersebut disalurkam melalui saraf
perifernya ke sistem saraf pusat integrasi. Koordinasi antara ketiganya dan beberapa pusat di
otak seperti serebelum, ganglia basilaris, dan formatio retikularis akan mempertahankan
fungsi keseimbangan tubuh. Mekanisme kerjasama ketiga organ sensorik dan susunan saraf
pusat tersebut berlangsung secara involunter. Mekanisme tersebut dapat berjalan sadar
apabila dalam keadaan tertentu misalnya berjalan diatas permukaan yang tidak rata, berlari,
dan bermain ski. Dalam kehidupan sehari-hari, mekanisme tersebut berjalan terus-menerus
untuk mempertahankan tonus otot-otot tubuh dan ekstremitas agar tubuh tetap dalam posisi
tegak atau mengubah posisi agar tidak jatuh pada keadaan tertentu. Susunan saraf pusat yang
selalu memberi perintah melalui jaras vestibulospinal untuk mengatur kontraksi otot dan
ekstremitas inferior untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
MENIERE’S DISEASE
12
Pada tahun 1861 penyakit ini ditemukan oleh prosper meniere. Gejalanya sangat
karakteristik yaitu penurunan pendengaran, tinnitus, dan episodic vertigo. Dia yakin bahwa
penyakit ini adalah kelaian atau gangguan yang berada dalam telinga dimana pandangan ini
sangat berlawanan dengan para ahli saat itu yang mengira bahwa penyakit itu berada dalam
otak.
Pendapat ini dikuatkan oleh Hallpike dan Cairns pada tahun 1938 dengan
ditemukannya hidrops endolimps, setelah memerika tulang temporal pasien meniere
Etiology
Etilogy pasti dari meniere’s disease masih belum jelas. Beberapa teori digunakan untuk
menjelaskan terjadinya hidrops dari endolimfe.
Anatomy : Meniere’s disease dihubungkan dengan abnormalitas dari tulang temporal
dan kecilnya saccus endolimph
Genetic : Meniere’s disease juga dihubungkan dengan penyakit keturunan. Dimana
studi dari Morrison membuktikan diturunkan melalui autosomal dominant
Immunological : Ditemukannya deposisi komplex immune di saccus endoympatic
pada pasien meniere disease.
Viral : Peran dari virus neurotropic juga diajukan oleh Galenoff et all yang
menunjukan IgE spesifik daru herpes simplex virus tipe 1 dan 2, virus Epstein-bare,
CMV dalam serum pasien yang telah terdiagnosis meniere’s disease
Vascular : Hubungan dari migrane dan gejala meniere disease juga telah diketahui
oleh meniere sendiri. Hubungan ini jug atelah dibuktikan oleh beberapa studi dan
telah diajukan juga sebagai patogenesis dari meniere
Metabolic : di meniere sindrom distensi dari endolimpatic mengganggu pemibilitas
atau menyebabkan rupture dari membran reissner, yang menyebabkan keracunan
pottasium pada sel rambut dan neuroepitel dari vestibular, yang akhirnya
menyebabkan munculnya tuli dan vertigo. Terpaparnya sel rambut yang berulang
menyebabkan hilangnya gangguan motilitas dari sel rambut sehingga dari tuli yang
fluktuatif dapat menjadi menetap.
Psikology : beberapa studi juga menunjukan bahwa gangguan kejiwaan seperti
obsessive, psikosomatik berpengaruh pada pasien meniere dibandingkan dengan
populasi kontrol
13
Epidemiology
Prevalensi meniere’s disease bervariasi dari 15 per 100.000 di Amerika serikat hingga
157 per 100.000 di Inggris. Penyakit ini dapat ditemukan hampir pada semua umur dan
pernah ditemukan pada anak 4 tahun dan pada orang tua yang berumur lebih dari 90 tahun.
Namun puncak tertinggi muncul pada umur sekitar 40 hingga 60 tahun.
Meniere disease nampaknya lebih sering ditemukan pada wanita dibanding
perempuan dimana rasio dilaporkan bervariasi dari 1,3:1 hingga 1,8: 1. Namun hal ini
mungkin bias karena mungkin yang mencari pengobatan lebih banyak wanita.
Patofisiology
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa
(peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada kokhlea
dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan oleh
meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan osmotik dalam
kapiler, meningkatnya tekananosmotik ruang ekstrakapiler, jalan keluar sakus endolimfatikus
tersumbat (akibat jaringan parut atau karena defek dari sejak lahir).
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila mencapai
dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa akan bercampur dengan
perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi di telinga dalam sehingga
menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran serta rasa penuh di telinga.
Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh dengan sendirinya dan cairan
perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak sempurna.
Penyakit Meniere dapat menimbulkan :
Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengah
Serangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian sel rambut organ
korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli sensorineural unilateral. Sel
rambut vestibuler masih dapat berfungsi, namun dengan tes kalori
menunjukkan kemunduran fungsi.
Perubahan mekanisme telinga
Dimana disebabkan periode pembesaran kemudian penyusutan utrikulus
dan sakulus kronik. Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal
ditemukan perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan
14
ke dalam skala vestibuli terutama di apeks kokhlea (helikoterma). Sakulus
juga mengalami pelebaran yang sama yang dapat menekan utrikulus. Pada
awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks kokhlea kemudian dapat
meluas mengenai bagian tengah dan basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan
tejadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit ini
Gejala Klinis
Secara klinis dibagi menjadi 3 stadium
Stadium I
Dalam fase awal penyakit meniere’s. Gejala yang dominan adalah vertigo dengan
karakteristik berputar yang disertai gejala mual ataupun muntah. Gangguan vagal
seperti pucat ataupun lemas sering ditemukan. Namun kehilangan kesadaran bukan
salah satunya. Serangan sering diawali dengan aura seperti telinga terasa penuh
ataupun serperti ada tekanan di kepala serangan biasa berlangsung dari 20 menit
hingga beberapa jam. Diantara serangan pendengaran kembali normal dan
pemeriksaan pada pasien tidak menunjukan kelainan sama sekali.
Stadium II
Penyakit menjadi makin progresive namun tetap hilang timbul atau berfluktuatif. Tuli
sensorineural mulai muncul dan mengenai nada rendah. Gejala vertigo mencapai
puncaknya walaupun masih bisa kembali pulih. Remisi bervariasi terkadang hingga
beberapa bulan
Stadium III
Pada stadium terakhir ini gangguan pendengaran berhenti berfluktuatif dan makin
memburuk dimana bisa menyerang kedua telinga bahkan bisa menetap. Gangguan
vertigo berkurang bahkan bisa menghilang walaupun keseimbangan pasien terganggu
terutama pada gelap
Diagnosis
Meniere’s disease memiliki gejala karakteristik sebagai berikut : tinitus, gangguan
pendengaran, telinga terasa penuh dan vertigo. Tinitus biasanya digambarkan pasien dengan
suara gemuruh atau auman yang makin keras yang bersamaan dengan onser vertigo.
Gangguan pendengaran biasanya tuli sensorineural nada rendah yang berfluktuasi. Telinga
15
penuh dan tinitus juga sering dikeluhkan pasien bersamaan dengan vertigo yang biasanya
berlangsung sekitar 20 menit hingga beberapa jam
Tahun 1995, the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
menetapkan guideline dengan kriteria sebagai berikut
Possible Meniere Disease :
o Vertigo episodic tanpa gangguan pendengaran yang terdokumentasi, atau
o Tuli sensorineural, berfluktuasi atau menetap, dengan gangguan
keseimbangan namun dengan episode yang tidak jelas
o Kemungkinan lain disingkirkan
Probable Meniere’s Disease
o Satu episode vertigo
o Tuli yang terdokumentasi dalam Audiometri setidaknya dalam 1 kali
pemeriksaan
o Tinitus atau telinga yang terasa penuh di telinga yang dikeluhkan
o Kemungkinan lain disingkirkan
Definite Meniere’s Disease
o Dua atau lebih vertigo spontan yang berlangsung 20 menit atau lebih
o Tuli yang terdokumentasi dalam Audiometri setidaknya dalam 1 kali
pemeriksaan
o Tinitus atau telinga yang terasa penuh di telinga yang dikeluhkan
o Kemungkinan lain disingkirkan
Certain Meniere’s Disease
o Definite Meniere’s disease ditambah konfirmasi histopatologic
Differential Diagnosis
Acoustic Neuroma
Tumor jinak yang muncul dari sel schwann dari neurilemma. Biasanya muncul dizona
transitional antara neuroglia dan neurilemma dari pars superior nervus vestibular. Biasanya
16
pasien mengeluhkan gejala yang progresive dimulai dari gangguan pendengaran yang
unilateral, gangguan keseimbangan atau vertigo, sakit kepala, tinittus. Pada pemeriksaan
audiogram ditemukan tuli sensorineural unilateral pada nada tinggi. Hilangnya reflex
stapedeus dan gangguan saraf nervus Facial
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari meniere’s Disease masih bersifat empiris. Ini disebabkan oleh
etiologi pasti yang belum diketahui, selain itu penyakit ini berpeluang untuk relaps. Namun
dengan pengobatan sekarang 70% pasien mengakui gejala vertigo ilang atau sembuh. Tujuan
penatalaksanaan ditujukan untuk menghilangkan ketakutan pasien akan penyakitnya ataupun
menghilangkan vertigo.
Therapi Konservatif
Dalam praktik klinis ada tiga situasi dimana terapi medikamentosa sangat berguna
Serangan Akut
Selain bed rest, dapat diberian obat yang bertujuan mensedasi vertibulo-brainstem axis.
Contohnya procloperazine, cinnarizine, promethazine, dan diazepam. Namun pengobatan
jangka panjang sangat tidak dianjurkan sebab memiliki efek samping extrapyramidal
terutama pada pasien orang tua. Infus Dextran molekul berat rendah diberikan untuk
meningkatkan sirkulasi dari labirin dan meningkatkan aliran dari perilimph dan
endolimph
Terapi Maintenance
Diet rendah garam dan penggunaan diuretik seperti furosemide, amiloride, dan
hydrochlorothiazide yang berguna dalam memperbaiki hydrops endolympatic.
Vasodilator juga dapat digunakan untuk profilaksis hidrops dimana ada yang meyakini
bahwa hidrops terjadi karena iskemia dari stria vaskularis. Analogue histamine dalam
penelitian menunjukan perbaikan yang sangat signifikan dalam vertigo, gangguan
pendengaran, dan tinitus dalam jangka pendek. Selain itu corticosteroid juga terkadang
digunakan oleh beberapa klinisi jika gejala pasien kerap muncul kembali.
Terapi Ablative
Sudah lama efek toxic dari aminoglicosida terhadap sensori neuroepitelium dari telinga
dalam diketahui, selain itu penggunaan streptomisin sistemik juga telah digunakan untuk
mengontrol vertigo. Pengobatan ini hanya dilakukan atas indikasi terbatas pada meniere’s
17
disease bilateral ataupun pasien yang tidak bisa dioperasi. Untuk sekarang klinisi lebih
tertarik untuk melakukan intratimpanic gentamicin.
Terapi Bedah
Endolympathic sac surgery
Pertama kali diperkenalkan oleh Portmann pada tahun 1927. Tindakan ini masih
menimbulkan perdebatan dan kontroversi diantara para ahli. Sebab peran pasti sakus
dalam hidrops masih belum diketahui secara pasti. Namun tindakan ini secara luas
masih dilakukan. Dalam studi oleh Moffat dalam 81% dari 1000 pasien yang
dilakukan endolimpatic mastoid shunt menunjukan vertigo yang hilang ataupun
terkontrol dan 19% kemajuan dalam pendengaran .
Neurektomi vestibuler
Dalam tindakan ini tidak ada tujuan sama sekali untuk memperbaiki patofisiologi.
Tindakan ini bertujuan mendisasosiasikan labirin yang terganggu dari batang otak
sementara mempertahankan pendengaran pasien
Labirinthectomi
Labirin di extirpasi dengan indikasi pasien yang sudah memiliki gangguan
pendengaran yang sangat rendah ataupun sudah tidak dapat mendengar sama sekali.
Sebab tindakan ini akan menyebabkan tuli permanen.
Prognosis
Prognosis dari pasien Meniere disease sangat bervariasi. Beberapa pasien memiliki gejala
yang sangat ringan namun ada yang memiliki gejala sangat berat. Namun secara umum
kondisi pasien secara spontan akan stabil seiring dengan waktu. Sekitar 50% dalam 2 tahun
dan lebih dari 70% setelah 8 tahun. Dari sisa pasien tersebut sekitar 10% membutuhkan terapi
secara bedah. Secara langsung meniere disease tidak menyebabkan kematian namun dapat
dihubungkan dengan kecelakan,jatuh, atau trauma yang diakibatkan dari vertigo.
Komplikasi
Serangan yang tidak dapat diperkirakan dari vertigo biasanya merupakan masalah
utama dari meniere’s disease sebab dapat meningkatkan resiko untuk jatuh, kecelakaan kerja
hingga depresi dan gangguan cemas akibat menderita penyakit ini.
18
Kehilangan permanenpun dapat terjadi akibat perjalanan penyakit ataupun akibat
tindakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Liston LS, Duvail AJ. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga. Dalam : BOEIS Buku
Ajar THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 27-38.
2. Soetirto I, Hendamin H, Bashiruddin J. Ganguan Pendengaran. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Editor : Soepardi
EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 10-16.
19
3. Sherwood L. Telinga : Pendengaran dan Keseimbangan. Dalam : Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC. 2006. 176-189.
4. Anderson JH, Levine SC. Sistem Vestibularis. BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke 6. Editor :
Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 39-45.
5. Saeed, Shakeel. Fortnigthly review : Diagnosis and treatment of meniere disease. British
Medical Journal; Jan 31, 1998; 316,7128; Proquest
6. Li JC. Meniere Disease ( Idiopathic Endolymphatic Hydrops ); 2013. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1159069-overview#a0156 pada tanggal 9
September 2014.
7. ASHA. Evaluation and management of meniere’s disease. Diunduh dari
http://www.asha.org/aud/articles/menieres-disease-eval-management/ pada tanggal 9
september 2014
8. Mayoclinic. Disease and condition meniere’s disease. Diunduh dari
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/menieres-disease/basics/complications/
con-20028251 pada tanggal 9 september 2014
20