laporan kasus

25
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Menurut surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 128/2004 tentang kebijakan dasar Puskesmas, bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana tenis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suaru wilayah kerja. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2009, Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Atas landasan KEMENKES RI dan DEPKES RI tersebut, dapat dikatakan bahwa Puskesmas merupakan suatu organisasi yang berperan penting bagi masyarakat Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar yaitu 39%. Terdapat 3 faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, salah satunya yakni hipertensi. Bila 1

Upload: nathania-suharti

Post on 05-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jhkj

TRANSCRIPT

BAB IPendahuluan1.1 Latar belakangMenurut surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 128/2004 tentang kebijakan dasar Puskesmas, bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana tenis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suaru wilayah kerja. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2009, Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Atas landasan KEMENKES RI dan DEPKES RI tersebut, dapat dikatakan bahwa Puskesmas merupakan suatu organisasi yang berperan penting bagi masyarakat Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar yaitu 39%. Terdapat 3 faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, salah satunya yakni hipertensi. Bila hipertensi tidak terkontrol, keadaan ini bukan hanya menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke, namun juga dapat menyebabkan gangguan ginjal serta kebutaan. Hipertensi sendiri dibagi menjadi 2 jenis, yakni hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer memberikan kontribusi 90% dibanding hipertensi sekunder. Penyakit tidak menular dan penyakit menular tentunya dipengaruhi oleh berbagai aspek diantaranya pola hidup masyarakat. Oleh sebab itu, merupakan salah satu tugas Puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh terutama dalam hal melakukan kegiatan promotif dan preventif kepada masyarakat untuk menurunkan angka kejadian, morbiditas dan mortalitas bagi masyarakat Indonesia. Namun tentunya dalam hal mewujudkan hal ini, Puskesmas tidak dapat bekerja sendiri. Puskesmas memerlukan bantuan dari berbagai pihak yang berazaskan azas keterpaduan lintas program dan lintas sektoral agar usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia tidak terjadi hanya sementara saja namun berkesinambungan. 1.2 Tujuan Meningkatkan kesadaran pasien dan keluarganya mengenai pentingnya kesehatan. Mengidentifikasikan faktor resiko hipertensi dan faktor yang memperberat hipertensi. Memberikan penyuluhan mengenai hipertensi dan hidup bersih dan sehat. Menciptakan komunitas masyarakat yang sehat.1.3 Masalah Penyakit tidak menular (termasuk hipertensi) merupakan penyakit utama penyebab kematian global di dunia akibat komplikasi kesehatan yang ditimbulkannya. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai penyakit yang diderita dan penyebab penyakit tersebut. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai makna dari hidup bersih dan sehat baik di dalam rumah maupun di lingkungan tempat tinggal pasien dan keluarga.1.4 SasaranSasaran pokok nya adalah Pasien beserta dengan Keluarga pasien

BAB IITinjauan KasusDesa Sindangkarya, Kutawaluya, Jawa BaratPuskesmas: Puskesmas KutawaluyaAlamat: Jl.Raya Sampalan kecamatan Kutawaluya, kabupaten KarawangData Riwayat KeluargaI. Identitas pasien:a. Nama: Ny. Ab. Usia: 72 tahun c. Jenis kelamin: Perempuan d. Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga (IRT)e. Pendidikan: Tidak sekolahf. Alamat: Dusun SindangkaryaII. Riwayat Biologis Keluarga: a. Keadaan kesehatan sekarang: Sedangb. Kebersihan perorangan: Cukup bersih c. Penyakit yang sering diderita: Pusingd. Penyakit keturunan: Tidak ada e. Penyakit kronis/ menular: Tidak ada f. Kecacatan anggota keluarga: Tidak ada g. Pola makan: 2-3 kali per harih. Pola istirahat: Cukupi. Jumlah anggota keluarga: 3 orang III. Psikologis Keluargaa. Kebiasaan buruk: Buang Air Besar (BAB) di sembarang tempat, suka memasak makanan asin, tidak memakai sandal baik di dalam maupun di luar rumah.b. Pengambilan keputusan: Mufakat dengan seluruh anggota keluargac. Ketergantungan obat: Tidak adad. Tempat mencari pelayanan kesehatan: Warung obat, mantrie. Pola rekreasi: Kurang IV. Keadaan Rumah/Lingkungan:a. Jenis bangunan: dinding terbuat dari bilik tanpa disokong oleh batu batab. Lantai rumah: Semen c. Luas rumah: 4x4m2d. Penerangan: Kurang e. Kebersihan: Burukf. Ventilasi: Burukg. Dapur: Tidak adah. Jamban keluarga: Tidak ada i. Sumber air minum: Air isi ulang (galon)j. Sumber pencemaran air: Tidak ada k. Pemanfaatan pekarangan: Tidak ada l. Sistem pembuangan air limbah: Tidak ada m. Tempat pembuangan sampah: Di kebun terbuka terpakai milik desan. Sanitasi lingkungan: Sangat burukV. Spiritual Keluarga:a. Ketaatan beribadah: Cukupb. Keyakinan tentang kesehatan: Cukup VI. Keadaan Sosial Keluarga:a. Tingkat pendidikan: Rendahb. Hubungan antar anggota keluarga: Harmonisc. Hubungan dengan orang lain: Harmonis d. Keadaan ekonomi: Rendah VII. Kultural Keluargaa. Adat yang berpengaruh: adat Sundab. Lain-lain: Tidak ada VIII. Daftar Anggota Keluarga

Tabel 1. Daftar Anggota KeluargaNo Nama Hub dgn KKUmur PendidikanPekerjaanAgama Keadaan kesehatan Keadaan giziImunisasiKBKeterangan

1. Tn.RKepala keluarga 30SMPBuruh bangunan IslamSehat CukupLupa

2.Ny.RIRT26 SDIRTIslamSehatCukupLupaPil

3.An.WAnak 1 Belum sekolah-IsamSehatCukupLengkap

4.Ny.AMertua 72Tidak sekolahIRTIslam HipertensiCukupLupaPasien yg diwawancara

IX. Keluhan utama: pusing sejak 1 minggu lalu.X. Keluhan tambahan: Pegal-pegalXI. Riwayat penyakit sekarang: Pasien merasa pusing sejak 1 minggu yang lalu. Pusing dirasakan hilang timbul tidak menentu. Sejak 6 bulan yang lalu, pasien pernah memeriksakan diri ke mantri dan dikatakan tensi 160/80 mmHg. Riwayat Penyakit terdahulu:Tidak ada Riwayat alergi: DisangkalRiwayat hipertensi: Ada Riwayat penyakit jantung: DisangkalRiwayat penyakit ginjal: Disangkal Riwayat penyakit diabetes: DisangkalXII. Riwayat penyakit keluarga:Ny.A tidak ingat riwayat penyakit keluarga XIII. Riwayat Pengobatan sebelumnya: Sempat minum obat hipertensi, namun bila obat habis tidak kembali lagi ke mantriXIV. Pemeriksaan FisikKeadaan umum: tampak sakit ringan A. Tanda VitalTekanan darah: 180/100 mmHg Auskultasi: Normal Nadi: 84 x/mntSuhu: 36.50C (normal) B. Pemeriksaan Fisik Umum: Bentuk tubuh pasien terlihat status atleticus dan tidak tampak deformitas pada bagian tubuh.Keseluruhan pergerakan dan percakapan tidak tampak kelainanMata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.Mulut: bibir lembab, faring tidak hiperemisThorax: Cor: Bj i-II dalam batas normal, murmur -, gallop Pulmo; suara napas vesikuler+/+, ronkhi-/-, wheezing -/-Abdomen: BU+, dbn, nyeri tekan Ekstremitas: akral hangat, CRT 140 mmHgmerupakan factor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah diastolic. Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg,meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg. Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor resiko lainnya.3.1.4 PatofisiologiMekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepas asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah, di mana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertesi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan di mana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua keadaan ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.Untuk pertimbangan gerontology,perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

ReninAngiotensin IAngiotensin I Converting Enzyme Angiotensin II Sekresi hormone ADH rasa hausStimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenalUrin sedikit pekat & osmolaritasMengentalkanMenarik cairan intraseluler ekstraselulerVolume darah Tekanan darah Ekskresi NaCl (garam) dengan mereabsorpsinya di tubulus ginjal Konsentrasi NaCl di pembuluh darah Diencerkan dengan volume ekstraseluler Volume darah Tekanan darahBagan 1. Patofisiologi Hipertensi

3.1.5 DiagnosisTanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:1. Tidak ada gejalaTidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri. Hal ini berarti hiertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Untuk memastikan adanya hipertensi, diperlukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tekanan darah dengan manset dan pemeriksaan mata bagian retina. Pemeriksaan penunjang seperti EKG untuk mengetahui hipertrofi ventrikel kiri. Pemeriksaan laboratorium berupa urinalisa untuk mengetahui adanya protein, darah, dan glukosa dalam urin. Pemeriksaan renogram, pielogram intravena arteriogram renal, dan pemeriksaan fungsi ginjal terpisah. Pemeriksaan foto dada dan CT scan mungkin diperlukan. 3.1.6 Komplikasi HipertensiTabel 3. Komplikasi HipertensiSistem organ hipertensiKomplikasi hipertensi

JantungGagal jantung kongestif

Sistem saraf pusat Angina pektorisInfark miokard Enselopati hipertensif

GinjalGagal ginjal kronis

MataRetinopati hipertensif

Pembuluh darah periferPenyakit pembuluh darah perifer

Penyakit Jantung Hipertensi Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dai ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofiventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis koroner. Angina pektoris juga dapat terjadi juga karena gabungan penyakitarterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan massa miokard. Gagal ginjalGagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginja yang progesif dan irreversibel dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).

3.1.7 Penatalaksanaan

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapinonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujianmenurunkan tekanan darah dan mengendalikan factor-faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya.Terapi nonfarmakologis terdiri dari : Menghentikan merokok Menurunkan berat badan berlebih Menurunkan konsumsi alcohol berlebih Latihan fisik Menurunkan asupan garam Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak Jenis jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan JNC 7: Diuretika, terutama jenis Thiazie (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (AldoAnt) Beta Blocker (BB) Calcium Channel Blocker atau Calcium Anatagonist (CCB) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist / blocker (ARB)Tabel 4. Jenis, Contoh,dan Efek Samping Obat AntihipertensiJenisContohEfek samping

DiuretikHidroklorotiazid Hipokalemia,hiponateremia,hipourisemia,kekakuan otot,muntah,pusing

Penghambat simpatetikMetildopa, klonidin, reserpin Anemia hemolitik, gangguan fungsi hati, dan hepatitis kronis (kadang2)

BetablokerMetoprolol,propanolol,dan atenolol Hipoglikemia (pada penderita diabetes mellitus)

VasodilatorParosin dan hidralasin Sakit kepala dan pusing

Penghambat enzim konversi angiotensin Kaptopril lBatuk kering, sakit kepala, lemas

Antagonis kalsium Nifedipin,diltiazem, dan verapamilSembelit,pusing, sakit kepala dan muntah

Penghambat reseptor angiotensin IIValsartan Sakit kepala,pusing,lemas dan mual

Bagan 2. Bagan Penatalaksanaan Hipertensi

Bab IVPenutup4.1 Kesimpulan Diagnosis pada pasien ini adalah hipertensi derajat II. Dari hasil analisis kedokteran keluarga, penyebab hipertensi pada pasien ini tidak diketahui namun mungkin faktor gaya hidup pasien dan keluarganya yang sering mengkonsumsi makanan asin sejak muda. Keberhasilan dalam penatalaksanaan penyakit sangat bergantung pada pemulihan gaya hidup, motivasi dan perhatian keluarga terhadap penyakit pasien.

4.2 Saran 1. Puskesmas Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat khususnya penyakit yang tergolong berat.

2.Pemerintah kabupaten Agar membangun jamban di desa Cikulutuk3. Penderita Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya, sehingga mengurangi beban pikirannya. Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya. Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat terdekat.

Daftar Pustaka1. Kementerian Kesehatan RI. Data dan informasi kesehatan penyakit tidak menular.Jakarta: Depkes;2012.p.1-2.2. Rahajeng E,Tuminah S.2009.Prevalensi dan determinannya di Indonesia. Pusat penelitian biomedis dan farmasi badan penelitian kesehatan DEPKES RI Jakarta.Maj Kedokt Indon, Volum: 59.Nomor:12,Desember 2009.3. Tambayong J.Patofisiologi.Jakarta:EGC;2010.p.94-6.4. National heart, lung, and blood indtitute. 2003. JNC 7 express .US department of health and human services. https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/express.pdfhttps://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/express.pdf. Diunduh tanggal 5 Juli 2015.5. Neal MJ.Farmakologi medis.Jakarta:Erlangga;2010.p.36-7.

Lampiran

Bangku panjang ini memisahkan tempat tidur dan tempat memasak Ny.A Tempat untuk tidur Ibu A dan keluarga di sudut kiri rumah tanpa sekat

Tidak ada dapur di rumah Ny.A, tempat untuk memasak berada sudut kanan rumah dan tidak dibatasi oleh sekat

Kebun milik bersama sebagai jamban dan tempat membuang sampah. Tidak ada pekarangan tersendiri bagi keluarga Ny.A

Foto bersama Ny.A dan tetangga sekitar Ny.A yang sedang bertandang ke rumah Ny.A. Tampak depan rumah Ny.A dengan dinding bilik bambu

Memeriksa tekanan darah Ny.A

19