laporan karya tulis ilmiah
DESCRIPTION
fjdhfgjhgfjfTRANSCRIPT
LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH
KULIAH KERJA NYATA PROFESI INTEGRAL TEMATIK POSDAYA
ANGKATAN 67 SEMESTER ANTARA TAHUN AKADEMIK 2013/2014
UNIVERSITAS TADULAKO
Mitigasi Bencana Banjir Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah
KELURAHAN : TONDO
KECAMATAN : MANTIKULORE
KOTA : PALU
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Integral Tematik Posdaya
Universitas Tadulako Angkatan 67 Semester Genap
Tahun Akademik 2013/2014
Disusun Oleh :
WIDIA WANGSI RETY
G 101 10 022
PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KULIAH KERJA NYATA
LEMBAGA PENGAMBDIAN PADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2013
HALAMAN PENGESAHAN
MITIGASI BENCANA BANJIR KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH
LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH
MAHASISWA KULIAH KERJA NYATA (KKN) PROFESI INTEGRAL
UNIVERSITAS TADULAKO ANGKATAN 67 SEMESTER ANTARA 2013/2014
NAMA : WIDIA WANGSI RETY
STAMBUK : G 101 10 022
PROGRAM STUDY : FISIKA
FAKULTAS : MIPA
DESA/KELURAHAN : TONDO
KECAMATAN : MANTIKULORE
KABUPATEN/KOTA : PALU
Laporan Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui setelah disetujui
Sesuai saran-saran dosen pembimbing
Palu, 12 September 2013
Mangetahui Ketua Pusat Pengembangan Wilayah dan Kuliah Kerja Nyata Universita Tadulako
Ir. Ridwan.,MPNIP: 196603101995121002
MenyetujuiDosen Pembimibing
Sabhan, S.Si.,M.SiNIP: 198010082006041003
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan laporan akhir ini dapat
diselesaikankan tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini disamping sebagai pemaparan kondisi Kota Palu
dan merupakan pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa juga
merupakan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi demi mempertanggung
jawabkan kelangsungan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Integral
Tematik yang telah dilaksanakan di Kelurahan Tondo, Kecamatan Palu Timur
Kota Palu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini,
masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan baik dari segi tata bahasa, cara
penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif dari segenap pihak demi kesempurnaan
penyusunan laporan selanjutnya.
Sebagai insan akademis yang telah sekian tahun menimba ilmu di
perguruan tinggi, selaku mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Profesi Integral Angkatan
67 Semester Antara 2013/2014 yang berlokasi di Kel. Tondo, Kec. Palu Timur
Kota Palu, menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dekan FMIPA Universitas Tadulako Palu.
2. Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Tadulako
Palu.
3. Pusat Pengembangan Wilayah dan Kuliah Kerja Nyata (P2WKKN)
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tadulako sebagai
lembaga penyelenggara Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Integral
Angkatan 67 Semester Antara Tahun 2013/2014.
4. Seluruh Panitia Pelaksana Kuliah Kerja Nyata Kuliah Kerja Nyata Profesi
Integral (KKNPI) Universitas Tadulako Angkatan 67. Atas bimbingan dan
ilmu yang telah diberikan.
5. Seluruh Dosen Pembimbing Lapangan Kuliah Kerja Nyata Profesi Integral
(KKNPI) Universitas Tadulako Angkatan 67 Tahun Akademik 2013/2013.
6. Bapak Ir. Ridwan, MP selaku ketua P2WKKN yang membimbing serta
berperan penuh dalam penyusunan program kerja.
7. Bapak Jamaluddin, S.Farm.,M.Si dan Moh. Mirzan, S.Si, M.Si, selaku
dosen pembimbing lapangan yang sangat berperan penuh dalam
memberikan bimbingan kepada penyusun program untuk menyelesaikan
kegiatan KKN dan penyusunan laporan akhir ini. .
8. Seluruh teman poskoku yang rela berbagi dalam keadaan suka dan duka.
Akhirnya tiada kata yang lebih pantas terucap selain tertitip doa dan
salam dari kami semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah
diberikan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Palu, 12 September 2013
Penyusun,
Widia Wangsi Rety
G 101 10 022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………..
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………....
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………………..
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………….
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………….
BAB II. SEJARAH SINGKAT DAN LETAK GEOGRAFIS UNIVERSITAS
TADULAKO
2.1 Sejarah Singkat Universitas Tadulako………………………….
2.2 Kondisi Geografis…………………………………………………
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Bencana………………………………………………
3.2 Bentuk-Bentuk Bencana Alam…………………………………..
3.3 Mitigasi Bencana Alam…………………………………………...
BAB IV. PEMBAHASAN
…………………………………………………………………………….
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan………………………………………………………..
5.2 Saran Tindak………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
ii
iii
v
vi
1
2
2
3
4
8
10
11
19
24
30
30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jenis Bencana Alam…………………………………………………….
Gambar 2. Bagan Alir Terjadinya Banjir…………………………………………...
Gambar 3. Banjir di Jalan S. Parman (Kec. Palu Timur)…………………………...
Gambar 4. Banjir Poboya (Palu)……………………………………………………
10
12
14
15
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banjir adalah salah satu proses alam yang tidak asing lagi bagi kita.
Kita dapat melihat banjir sebagai rahmat Tuhan atau sebagai bencana,
tergantung pada pilihan kita sendiri. Sebagai proses alam, banjir terjadi
karena debit air sungai yang sangat tinggi hingga melampaui daya tampung
saluran sungai lalu meluap ke daerah sekitarnya. Debit air sungai yang
tinggi terjadi karena curah hujan yang tinggi. Sementara itu, banjir juga
dapat terjadi karena kesalahan manusia.
Sebagai proses alam, banjir adalah hal yang biasa terjadi dan
merupakan bagian dari siklus hidrologi. Banjir tidak dapat dihindari dan
pasti terjadi. Hal ini dapat kita lihat dari adanya dataran banjir pada sistem
aliran sungai. Saat banjir, terjadi transportasi muatan sedimen dari daerah
hulu sungai ke hilir dalam jumlah yang luar biasa. Muatan sedimen itu
berasal dari erosi yang terjadi di daerah pegunungan atau perbukitan.
Melalui mekanisme banjir ini, muatan sedimen itu disebarkan sehingga
membentuk dataran. Perlu kita ingat, bahwa daerah persawahan kita
hakikatnya terbentuk melalui mekanisme banjir ini. Tanpa mekanisme banjir
ini, dataran rendah yang subur tidak akan terbentuk.
Banjir dapat berarti peremajaan kembali daerah-daerah persawahan.
Daerah itu mendapat kembali suplai zat hara yang baru dari pegunungan
atau perbukitan. Dengan kata lain, melalui mekanisme banjir ini, daerah
persawahan mengalami penyuburan kembali secara alamiah.
Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi bencana
bagi manusia bila proses itu mengenai manusia dan menyebabkan
kerugian jiwa maupun materi. Dalam konteks sistem alam, banjir terjadi
pada tempatnya. Banjir akan mengenai manusia jika mereka mendiami
daerah yang secara alamiah merupakan dataran banjir. Jadi, bukan banjir
yang datang, justru manusia yang mendatangi banjir.
Apabila hal tersebut dapat kita terima, maka bencana banjir yang
dialami manusia sebenarnya adalah buah dari kegagalan manusia dalam
membaca karakter alam. Kegagalan manusia membaca apakah suatu
daerah aman atau tidak untuk didiami. Misalnya, kegagalan manusia
membaca karakter suatu daerah sehingga tidak mengetahui daerah
tersebut merupakan daerah banjir. Atau, sudah mengetahui daerah
tersebut daerah banjir tetapi tidak peduli. Contoh ini bisa kita lihat dari
orang-orang yang memilih tinggal di tepi aliran sungai atau di lembah-
lembah sungai. Menghadapi masalah banjir, setidaknya kita memiliki tiga
pilihan, yaitu: jangan mendiami daerah aliran banjir, beradaptasi dengan
membuat rumah panggung berkaki tinggi, atau membuat pengendali banjir
berupa tanggul, kanal, atau mengalihkan aliran air.
Besaran bencana dan dampaknya bisa dalam berbagai tingkatan,
mulai dari tingkatan yang ringan tanpa menimbulkan kerusakan dan korban
jiwa, hingga tingkatan kuat yang mampu menimbulkan kerusakan harta
benda yang tak terhingga dan korban jiwa yang besar. Dengan adanya
proses tersebut kehidupan makhluk di atasnya mendapatkan
ketergantungan sekaligus kerugian dari bencana yang ditimbulkannya.
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan di Sulawesi tengah khususnya di Kota Palu.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut diatas, penulis menarik permasalahan dalam
karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor pendukung terjadinya banjir ?
2. Apa bahaya banjir terhadap lingkungan maupun kehidupan ?
3. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi
banjir ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulis menyusun karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mendukung terjadinya banjir.
2. Untuk mengetahui bahaya banjir terhadap lingkungan maupun
kehidupan.
3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan guna
mencegah dan menanggulangi terjadinya banjir.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan penulisan karya tulis ini adalah,
1. Untuk Individu
a. Memperluas wawasan tentang bencana alam khususnya banjir.
b. Sebagai motovasi untuk lebih menjaga lingkungan.
2. Untuk Pemerintah
a. Memberikan gambaran tentang bencana banjir khususnya kepada
Pemerintah Daerah.
b. Sebagai informasi dalam pembutan agenda kerja PEMDA dalam hal
penanggulangan bencana alam khususnya banjir.
3. Untuk Masyarakat
a. Memberikan pemahaman tentang bencana banjir dan bahaya yang
dapat ditimbulkannya.
b. Memberikan solusi untuk pencegahan banjir di daerah perkotaan.
c. Menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat terhadap alam terutama
lingkungan sekitar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bencana
Menurut UU RI No. 24 Tahun 2007
Bencana: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor.
Gambar 1.Jenis Bencana Alam
Bencana non alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
2.2 Bentuk-bentuk Bencana Alam
Banjir dan Longsor
Jumlah curah hujan yang terjadi disuatu tempat pada waktu
tertentu dalam setiap tahunnya sebenarnya tak banyak fluktuasinya, naik
turunnya semestinya tak akan besar variasinya. Namun, karena kondisi
alam saat ini banyak yang telah mengalami perubahan karena ulah
manusia, maka tak heran bila kemampuan lahan untuk mempertahankan
kestabilannya sangat berat sekali, sehingga bila ada gangguan yang
muncul sebagai akibat adanya fenomena alam akan mudah sekali terjadi
bencana alam. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh
untuk melakukan peningkatan daya tahan lahan agar daya tahan lahan
bisa pulih kembali seperti sediakala, misal melakukan penghijauan
kembali (reboisasi), khususnya pada hutan-hutan yang telah gundul. Dan
juga jangan dibiasakan mengolah lahan yang mempunyai kemiringan
curam, misal dengan tanaman palawija yang akar tanamannya tidak
mempunyai kekuatan untuk menahan laju curah hujan yang turun. Juga
jangan mendirikan bangunan tempat tinggal dilereng-lereng bukit terjal
yang sangat rawan longsor karena labilnya lahan tersebut. Bahkan, harus
dicatat pula, bahwa usaha penghijauan kembali ini juga akan mampu
mengurangi mudah terjadinya angin puting beliung seperti yang sering
terjadi pada beberapa waktu terakhir ini. Sebab, dahan-dahan yang
menjulang tinggi ke angkasa dapat berfungsi sebagai peredam laju
kecepatan angin agar menjadi lemah.
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu
kawasan yang banyak di aliri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir
dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas
sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut. Dalam cakupan
pembicaraan yang luas, bias di lihat banjir sebagai suatu bagian dari
siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak
ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang
mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah
hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Gambar 2. Bagan Alir Terjadinya Banjir
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan
Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-
alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa
daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai
ketika aliran air masuk ke laut. Secara sederhana, segmen aliran sungai
itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau
perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya
berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak batu yang
berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai
mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit.
Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang
dominan oleh aliran air sungai.
2. Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki
gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan potongan
melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi
pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai
melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang
berukuran butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik
dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai
tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
3. Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar
dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat
rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat berkelok-kelok
seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”. Di kiri dan kanan
alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air
sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di
segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada
saat banjir yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal
yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan
sebelumnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan
bahwa:
1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran
sungai. Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila
muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan daratan juga
terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta
sungai.”
2. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan
melanda dataran di kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah,
banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa
yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir
juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran
air, terutama di selokan sungai.
1. Macam-macam banjir
Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya:
a. Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir
ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air
akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini
disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai
atau danau tidak mampu lagi menampung air.
Gambar 3. Banjir di Jalan S. Parman (Kec. Palu Timur)
b. Banjir “Cileunang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun
banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras
dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi
karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir
melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air
dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang
adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
c. Banjir bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini
juga mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini
jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena seseorang tidak
akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk
menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan
apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa
terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan
seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan
yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan
menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu
berukuran besar. Material-material ini tentu dapat merusak
pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.
Gambar 4. Banjir Poboya (Palu)
d. Banjir rob (laut pasang)
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut.
Banjir seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air
laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungan yang
sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan
menggenangi daratan.
e. Banjir lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin.
Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi.
Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak
gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar
dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air
sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke pemukiman
warga.
f. Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah
Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan
oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan.
Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur
biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang
berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di
Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak
titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.
2. Penyebab terjadinya banjirSungai
Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi
kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsum,
hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang
mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti
tanah longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir
perlahan di sebelah hulu rintangan.
Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif
(badai petir besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang
terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.
Angin Putting Beliung
Jumlah terjadinya puting beliung pada waktu-waktu terakhir ini
terhitung lebih banyak bila dibandingkan dengan waktu-waktu
sebelumnya, yakni ketika hutan-hutan kita masih belum terbabat dimana-
mana. Disamping itu, pengerukan dasar-dasar sungai dan waduk akan
mampu pula mencegah terjadintya banjir, karena sungai akan mampu
menampung air hujan yang terjadi dengan lebih maksimal lagi.
Pasang Naik Air Laut
Secara nyata sebenarnya sangat mudah sekali untuk melakukan
pencegahannya, sangat sederhana, yakni jangan mendirikan bangunan
yang berdekatan dengan bibir pantai. Usahakan bangunan didirikan
dalam jarak yang cukup jauh dengan bibir pantai, walaupun kita
beraktivitas sehari-hari mencari kehidupan di laut. Tidak seperti yang
terjadi sekarang ini, bangunan didirikan justru banyak menjorok ke laut.
Diperlukan kesadaran masyarakat, bahwa mendirikan bangunan
disepanjang bibir pesisir pantai sangat berbahaya. Sebab, bila kondisi ini
adanya, mereka bukan hanya akan rawan terkena terjangan gelombang
pasang naik air laut disetiap bulannya, namun juga sangat rawan sekali
bila terjadi gempa di dasar laut yang diikuti kemudian dengan gelombang
tsunami. Oleh karena itu. diperlukan aturan pemerintah yang lebih jelas
dan tegas agar masyarakat tak seenaknya mendirikan bangunan
ditempat-tempat yang rawan seperti ini.
Gunung Meletus
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai gunung
berapi terbanyak yang masih aktif. Dengan melihat karakteristik gunung
bila meletus menyebabkan gempa vulkanik, khususnya pada daerah yang
berdekatan dengan lokasi gunung. Letusan disamping akan
menyebabkan gempa yang bisa menyebabkan kerusakan yang berarti
pada tempat-tempat yang dekat dengan gunung tersebut, namun juga
akan mengalami hujan abu panas yang tak kalah mengerikannya.
Namun, bencana akibat letusan gunung meletus akan lebih mudah
mengantisipasinya, asalkan masyarakat yang berada disekitar gunung
tersebut cukup patuh dengan peringatan dini yang dikeluarkan oleh
aparat yang berwenang. Sebab, gunung meletus tidak akan terjadi
dengan tiba-tiba sekali, namun akan di awali dengan gejal-gejala awal
yang nyata dan mudah dikenali. Simulasi evakuasi penyelamatan korban
perlu disosialisasikan kepada masyarakat dengan intensif, agar
masyarakat mudah mengenali saat yang rawan dan bahaya serta mampu
menyelamatkan diri.
Gempa dan Tsunami
Posisi Indonesia yang terletak di atas wilayah pertemuan lempeng
bumi yang saling aktif bergerak, menyebabkan wilayah Indonesia sangat
rawan terkena bencana gempa. Goncangan dan getaran akibat gempa
memang dapat menimbulkan kerusakan yang sangat berarti, tergantung
seberapa jauh jarak tempat tersebut dengan pusat lokasi gempa serta
berapa besaran kekuatannya. Konstruksi bangunan yang kita tempati
juga sangat menentukan tingkat kerusakan yang akan terjadi. Semakin
tidak memenuhi persyaratan konstruksi anti gempa, maka akan semakin
besar kemungkinan akan rusak. Sebab, bangunan yang dibangun dengan
konstruksi anti gempa bukan berarti tidak akan rusak, namun tujuannya
yakni meminimalisir kerusakan dan memberi ruang waktu para
penghuninya untuk keluar untuk menyelamatkan diri. Dan yang lebih
penting lagi, yakni tidak mendirikan bangunan dan bertempat tinggal
dilahan yang berada dijalur gempa sesuai dengan peta rawan gempa
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
Sedangkan untuk mitigasi bencana tsunami, khususnya masyarakat
yang berada diwilayah yang berpotensi terkena terjangan gelombang
tsunami, dapat memperhatikan informasi peringatan dini yang dikeluarkan
oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) jika terjadi bencana gempa.
Dimana informasi ini akan disampaikan oleh BMG bekerjasama
dengan instansi terkait, misalkan Pemerintah Daerah, Kepolisian atau
melalui siaran televisi pemerintah dan suasta secara aktual dan dalam
waktu secepat-cepatnya.
2.3 Mitigasi Bencana Alam
Mitigasi Gunung Berapi
Gunung berapi adalah sebuah cerobong yang pangkalnya ada di-
dalam perut bumi dan ujungnya menyembul ke permukaan kerak bumi.
Gunung berapi adalah ‘gudang’ penyimpanan lelehan bebatuan yang
dinamakan magma, yang panas. Diperkirakan ada 600 gunung berapi
yang masih aktif (“aktif” disini berarti punya catatan sejarah pernah
meletus, dan kemungkinan akan meletus lagi) diseluruh dunia. Jumlah
itu kehilangan sedikit, tapi masih ada ribuan gunung lagi yanga tidur
(dormant), artinya, dulu pernah meletus lalu sekarang sedang istirahat,
tak menampakkan kegiatan-kegiatan vulkanis di permukaan, namun bisa
aktif kembali sewaktu-waktu. Tiap tahun diperkirakan sekitar 50 gunung
merapi meletus. Bencana letusan gunung merpi sudah lebih dari
300.000 orang tewas, secara langsung maupun tidak langsung, akibat
letusan vulkanis. Saat ini kurang lebih 10% dari seluruh penduduk dunia
tinggal di daerah-daerah yang dekat gunung berapi yang berbahaya.
Mitigasi gunung berapi dapat di lakukan dengan,
1. Melakukan pemantauan. Aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam
menggunakan alat pencatatgempa (seismograf). Data harian hasil
pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (DVMBG) serta pemerintah daerah setempat.
2. Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika
terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi
laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim
ke lokasi,melakukan pemeriksaan secara terpadu.
3. Melakukan pemetaan. Pemetaan ini berguna untuk menentukan arah
penyelamatan diri, tempat untuk mendirikan tempat pengunngsian,
membuat pos penanggulangan bencana. Pemetaan dibuat juga
untuk menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi.
4. Melakukan penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda
Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan
dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainnya.
5. Melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat
terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi
dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan
langsung kepada masyarakat.
Mitigasi Gempa
Di antara sekian banyak jenis bencana alam, gempa bumi
termasuk yang paling dahsyat. Gempa bisa terjadi kapan saja sepanjang
tahun, siang atau malam, dengan dampak buruk yang terjadi secara
mendadak dan hanya memberikan sedikit isyarat bahaya. Gempa dapat
menghancurkan bangunan hanya dalam waktu beberapa detik saja,
menewaskan atau melukai orang-orang yang berada di dalamnya.
Gempa bumi bukan hanya mampu meluluh-lantakkan kota-kota sampai
hampir tak tersisa lagi, namun juga bisa menggoyahkan kestabilan
pemerintahan, perekonomian, dan struktur sosial suatu negara.
Ketika gempa berlangsung, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk menyelamatkan diri dan meminimalisasi korban jiwa,
yaitu:
1. Tetap tenang, dan fokus
2. Jika sedang berada di dalam gedung, berlindung di bawah meja atau
kursi yang kuat, namun jika memungkinkan lebih baik untuk keluar
dari gedung
3. Jika berada di lantai atas dan tidak memungkinkan untuk turun, lebih
baik berlindung di sudut ruangan
4. Jka keadaan benar-benar sudah aman dan gempa sudah berhenti,
cek keadaan sekitar jika tidak terjadi patah tulang yang parah, segera
keluar dari gedung
5. Jangan berlindung di bawah tangga
6. Jika sedang berada di dalam kendaraan, segera hentikan kendaraan,
namun jangan berlindung dibawah pohon
7. Jangan gunakan lift untuk turun dari gedung
Mitigasi Tsunami
Tsunami adalah sebuah kata yang diambil dari khasanah bahasa
Jepang yang artinya kira-kira ‘gelombang di pantai’. Banyak orang
menyebutnya tsunami ‘gelombang pasang’, padahal sesungguhnya
tsunami tidak ada hubungannya dengan pasang surut gelombang air
laut. Memang di permukaan laut sewaktu terjadi tsunami akan muncul
gelombang-gelombang besar yang seringkali sampai menyapu pantai-
pantai yang jauh, tetapi gelombang-gelombang itu tidak sama dengan
gelombang naik dan turun yang biasa datang dan pergi silih berganti.
Asal gelombang-gelombang tsunami adalah dari dasar laut atau sari
daerah pantai yang memiliki kegiatan-kegiatan seismik, kelongsoran
tanah dan letusan gunungapi. Apa pun penyebabnya yang jelas air laut
terdorong sehingga meluap, pecah menyapu dataran dengan daya rusak
luar biasa. Mitigasi tsunami dapat dilakukan dengan 2 upaya, yaitu:
1. Upaya struktural, yaitu upaya teknis yang digunakan untuk meredam
atau mengurangi energi gelombang tsunami yang akan menuju ke
kawasan pantai. Upaya ini juga dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Secara alami, contohnya adalah, penanaman hutan mangrove
atau green belt, disepanjang kawasan pantai dan perlindungan
terumbu karang.
b. Secara buatan,contohnya adalah pembangunan breakwater,
seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk menahan
tsunami, memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya
dengan kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata
ruang akrab bencana, dengan mengembangkan beberapa
insentif anatara lain, retrofitting dan relokasi. Upaya non-
struktural, yaitu upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian
dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan
sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya.
2. Upaya nonstruktural, contohnya adalahKebijakan tentang tata guna
lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman
bencana, Kebijakan tentang standarisasi bangunan baik pemukiman
maupun bangunan lainnya, serta infrastruktur sarana dan
prasarana, Mikrozonasi (meminimalisir) daerah rawan bencana
dalam skala lokal, Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta
tingkat kerentanan dan peta tingkat ketahanan, sehingga dapat
didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang memperhaikan
berbagai aspek, Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan
perekonomian masyarakat kawasan pantai, Pelatihan dan simulasi
mitigasi bencana tsunami, Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi
bencana tsunami dan, Pengembangan sistem peringatan dini adanya
bahaya tsunami.
Upaya pencegahan dampak mengenai bencana alam mesti dimulai
sejak dini sebelum tanda-tanda bencana alam itu semakin nyata dan jelas di
lingkungan sekitar kita. Pencegahan yang dimaksud adalah bagaimana
menjaga alam lingkungan hidup terjaga dengan baik, dimana setiap
pembangunan selalu mengacu pada kelestarian lingkungan dengan
memperhitungkan dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan
kedepannya. Sehingga diharapkan dapat meminimalkan dampak bencana
yang besar. Adapun upaya penanggulangan bencana meliputi upaya
rehabilitasi, dan berbagai tindakan lainnya menyangkut penanganan
dampak yang ditimbulkan bencana alam.
BAB III
GAMBAR UMUM LOKAI KKN
3.1 SEJARAH SINGKAT UNIVERSITAS TADULAKO
Keberadaan perguruan tinggi di Sulawesi Tengah, yang merupakan
cikal bakal Universitas Tadulako ditandai dengan 3 (tiga) tahapan perjalanan
sejarah yaitu periode Universitas Tadulako status swasta (1963-1966),
periode status cabang (1966-1981), dan status negeri yang berdiri sendiri
UNIVERSITAS TADULAKO (UNTAD), sejak tahun 1981.
Periode Status Swasta (1963-1966)
Universitas Tadulako sebagai perguruan tinggi swasta bermula dan
tumbuh dengan mendapatkan kehidupan dari swadaya murni masyarakat
Sulawesi Tengah, sudah berdiri sebelum daerah Sulawesi Tengah
mendapatkan statusnya sebagai Daerah Tingkat I Propinsi Sulawesi
Tengah. Tadulako secara konkret berarti pemimpin, dan menurut sifatnya
berarti keutamaan. Dengan demikian tadulako adalah pemimpin yang
memiliki sifat-sifat keutamaan (adil, bijaksana, jujur, cerdas, berani,
bersemangat, pengayom, pembela kebenaran).
Pada tanggal 8 Mei 1963 berdirilah Universitas Tadulako dengan
status Swasta, dengan rektor pertama Drh. Nasri Gayur. Setelah melalui
berbagai macam usaha untuk meningkatkan status dan peran Universitas
Tadulako, maka pada tanggal 12 September 1964 ditingkatkan statusnya
menjadi “TERDAFTAR“sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perguruan
Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 94/B-SWT/P/64, dengan empat
fakultas : Fakultas Sosial Politik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Peternakan
dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Hayat dan Ilmu
Pendidikan. Perkembangan selanjutnya bertambah lagi satu fakultas yaitu
Fakultas Hukum sehingga keseluruhan menjadi 5 (lima) fakultas.
Periode Cabang (1966-1981)
Berbagai upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh pemuka
masyarakat di daerah ini, sehingga terwujudlah Perguruan Tinggi Negeri
dengan status cabang, yaitu Universitas Tadulako Cabang Universitas
Hasanuddin, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan
Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 1 Tahun 1966 tanggal 1 Januari 1966 dan
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujung Pandang Cabang Palu
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan (PTIP) Nomor 2 Tahun 1966 tanggal 1 Januari 1966.
Universitas Tadulako Cabang Universitas Hasanuddin (Untad Cabang
Unhas) terdiri atas empat fakultas yaitu : Fakultas Peternakan, Fakultas
Ekonomi, Fakultas Hukum dan Fakultas Sosial dan Politik. IKIP Ujung
Pandang Cabang Palu terdiri atas tiga fakultas yaitu : Fakultas Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan Sastera dan Seni dan Fakultas Keguruan
Ilmu Eksakta.
Universitas Tadulako Negeri Berdiri Sendiri (sejak tahun 1981)
Untuk lebih mengefektifkan upaya mewujudkan satu universitas
negeri yang berdiri sendiri, maka pada tahun 1978 atas fasilitasi Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi dan Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi
Tengah, dibentuklah Koordinatorium Perguruan Tinggi Sulawesi Tengah
(PTST) yang diketuai oleh Gubernur Propinsi Sulawesi Tengah dengan
enam orang wakil ketua yang berasal dari UNTAD Cabang UNHAS (3
orang) dan IKIP Ujung Pandang Cabang Palu (3 orang). Upaya
Koordinatorium PTST tersebut untuk menyatukan kembali kedua
perguruan tinggi cabang di Sulawesi Tengah pada akhirnya muncul dan
menjadi dasar yang lebih kokoh untuk berdirinya universitas negeri yang
berdiri sendiri. Atas dukungan dan upaya masyarakat di Sulawesi Tengah,
Pemerintah Daerah, Rektor UNHAS, Rektor IKIP Ujung Pandang serta
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, akhirnya status cabang kedua
lembaga pendidikan tinggi tersebut di atas ditingkatkan menjadi
“UNIVERSITAS NEGERI YANG BERDIRI SENDIRI”, dengan nama
UNIVERSITAS TADULAKO (UNTAD) sesuai dengan Keputusan Presiden
RI Nomor 36 Tahun 1981 tanggal 14 Agustus 1981, berdasarkan
Keputusan Presiden tersebut Untad terdiri atas 5 (lima) fakultas yakni :
a. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
b. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
c. Fakultas Ekonomi,
d. Fakultas Hukum dan
e. Fakultas Pertanian.
Dalam perkembangan selanjutnya bertambah lagi satu fakultas yaitu
Fakultas Teknik sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor 0378/0/1993 tanggal 21 Oktober 1993. Seiring
berjalannya waktu Universitas Tadulako berbenah diri dan kini fakultas
yang ada di Universitas Tadulako telah mencapai 10 fakultas yang berasal
dari pemekaran maupun dari pembentukan sendiri yang terdiri dari :
a. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
b. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
c. Fakultas Ekonomi,
d. Fakultas Hukum dan
e. Fakultas Pertanian.
f. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
g. Fakultas Kehutanan
h. Fakultas Kedokteran
i. Fakultas Peternakan dan Perikanan
Pelantikan Rektor Untad yang Ke Enam
Pada tanggal 07 Maret 2011 di Jakarta, Menteri Pendidikan Nasional
RI, Prof.Dr. Ir. H. Muh. Nuh,DEA, Senin (07/3) melantik dan mengambil
Sumpah Jabatan lima orang Pimpinan Perguruan Tinggi dan empat orang
pejabat Eselon III & IV dilingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
Diantara kelima pimpinan perguruan tinggi yang dilantik di Ruang Graha
Utama lantai III Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta
tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Muh. Basir Cyio,SE,MS sebagai Rektor ke
enam Universitas Tadulako, untuk masa jabatan empat tahun ke depan
(periode 2011-2015). Sedangkan empat pimpinan Perti lainnya, masing-
masing Prof. Dr. Mahdi Bahar, S.Kar, M.Hum sebagai Rektor IISIP Padang
Panjang Sumatera Barat, Ir. Darmawan, MT sebagai Direktur Politeknik
Negeri Banjarmasin, Mahyus, S.Pd, SE, MM sebagai Direktur Politeknik
Negeri Pontianak, dan Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM dilantik sebagai
Direktur Politeknik Negeri Jember.
3.2 KONDISI GEOGRAFIS
Universitas Tadulako merupakan pegunungan tinggi yang berada
pada bagian wilayah administrasi Kelurahan Tondo. Secara geografis dan
demografis Kelurahan Tondo berada pada Wilayah Kecamatan Mantikulore
dengan luas wilayah 5.516 ha. Dari segi topografi keadaan tanah
Kecamatan Mantikulore, Kelurahan Tondo menurut bentuk permukaan
tanah dan ketinggian dari permukaan laut atara lain :
- Datar : 50 %
- Perbukitan : 40 %
- Pegunungan : 10 %
- Ketinggian dari permukaan laut : 2,5 – 25 mdpl
- Nama sungai : Vatutela
Sedangkan dari segi geografisnya maka Kelurahan Tondo terletak
pada wilayah kecamatan Mantikulore yang berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Layana
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Talise
- Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Palu
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Parimo
Kondisi Iklim di kelurahan Tondo dipengaruhi oleh dua musim yaitu
musim panas (terjadi padan bulan April-September) dan Musim Hujan
(Terjadi pada Bulan Oktober-Maret). Curah hujan Bulanan Berkisar antara 2-
7 mm, dimana pada bulan april-November dan Januari Mempunyai curah
hujan yang cukup tinggi sedangkan pada bulan bulan lainnya, Curah
Hujannya rendah. Suhu udara di kelurahan tondo berkisar antara 330C-370C
Dengan Rata rata 350C. Kelembapan udara rata rata 74,8% dimana
kelembapan udara bulanan Berkisar 69% -79%.
Aksesibilitas dari Kelurahan Tondo ke ibukota Kecamatan berjarak
kurang lebih 7 km, jarak dari pusat pemerintah kabupaten/kota 9 km,
sedangkan jarak dari pusat ibukota provinsi 8 km. untuk mencapai Kelurahan
Tondo, Kecamatan Mantikulore tidak ada hambatan karena transportasi
sudah begitu lancar dengan menggunakan sarana angkutan darat dan bisa
melalui dua jalur yaitu melewati jalan Trans Sulawesi dan melewati jalan
yang dikenal dengan jalan bukit Watulemo (eks MTQ).
3.3 KONDISI DEMOGRAFIS
Kata “Tondo” berasal dari kalimat “Petondo-tondo mangalabaku
nemo mangala baku n’tona” yang diucapkan seorang Tadulako atau
pemimpin dari warga setempat yang hendak mengambil bekal makan siang
usai membantu pemuda-pemuda dari desa “Bora” dalam membuat “Jalan”
yang saat ini dikenal dengan jalan Trans Sulawesi dimasa Penjajahan
Belanda tahun 1927. Kalimat di atas jika diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia “Telitilah mengambil bekal, jangan mengambil bekal orang lain”.
Dari kata “Petondo” inilah asal nama Kampung Tondo. Awal mulanya
Kelurahan Tondo adalah sebuah kampung yang terdiri dari beberapa
kampung yang bergabung menjadi kampung Tondo.
Sebelum tanggal 27 september 1978, kampung Tondo berubah
statusnya menjadi Desa Tondo dan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Tawaeli. Kemudian status sebagai desa berubah menjadi Kelurahan sebagai
dampak dari pembentukan Kecamatan Palu menjadi wilayah kota
Administratif Palu tanggal 27 september 1978 dengan Peraturan Pemerintah
No. 18 tahun 1978 serta atas dasar Dekontrasi sesuai Undang-Undang No.
5 Tahun 1979 tentang pemerintahan di desa (Lembaran Negara tahun 1979
No. 56, tambahan lembaran Negara No. 5153). Setelah itu terbagi atas dua
kecamatan yaitu Kecamatan Palu Barat dan Palu Timur, yang mana
Kelurahan Tondo termasuk salah satu Kelurahan dari dua Kelurahan di
Kecamatan Palu Timur, seiring berjalannya waktu pemekaran terjadi di
Kecamatan Palu Timur Menjadi 2 yaitu Kecamatan Palu Timur dan
Kecamatan Mantikulore dan Kelurahan Tondo sekarang termasuk dalam
wilayah Kecamatan Mantikulore.
Data Keadaan penduduk dikelurahan Tondo Jika diklasifikasikan
Berdasarkan kelompoknya ada 5 yakni sebagai Berikut:
1. Data kependudukan berdasarkan jenis kelamin
Seiring dengan perkembangan, perubahan data kependudukan
dikelurahan tondo mengalami perkembangan. Jumlah penduduk yang
mendiami kelurahan tondo sebanyak 10.073 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 3.357 KK yang tersebar di 44 RT dan 15 RW, adapun
jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin yakni laki laki 4.944 jiwa
dan perempuan 5.129 jiwa. Berikut tabel pembagian jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Tondo Berdasarkan Jenis Kelamin.
Kelurahan Laki -Laki Perempuan Kepala Keluarga Total Penduduk
TONDO 4.944 5.129 3.357 10.073
2. Data kependudukan berdasarkan Agama
Jumlah penduduk kelurahan tondo berdasarkan agama adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Tondo Berdasarkan Kelompok
Agama.
Kelurahan Islam Kristen Katholik Hindu Budha
TONDO 9.685 276 60 39 13
3. Data kependudukan berdasarkan kelompook umur dan jenis
kelaminnya
Jumlah penduduk kelurahan tondo berdasarkan kelompok umur dan
jenis kelaminnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Tondo Berdasarkan Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin.
No Kelompok Umur Laki Laki Perempuan Jumlah
1 0-12 bulan 79 orang 83 orang 162 orang
2 1-4 Tahun 171 orang 154 orang 325 orang
3 5-6 Tahun 244 orang 247 orang 491 orang
4 7-12 Tahun 241 orang 254 orang 495 orang
5 13-15 Tahun 379 orang 343 orang 722 orang
6 16-18 Tahun 398 orang 367 orang 765 orang
7 19-25 Tahun 615 orang 391 orang 1.306 orang
8 26-35 Tahun 816 orang 873 orang 1.689 orang
9 36-45 Tahun 872 orang 876 orang 1.748 orang
10 46-50 Tahun 469 orang 474 orang 943 orang
11 51-60 Tahun 455 orang 498 orang 933 orang
12 61-75 Tahun 124 orang 145 orang 269 orang
13 75 Tahun Keatas 101 orang 124 orang 225 orang
Total 4.944
orang
5.129
orang
10.073
orang
4. Data kependudukan berdasarkan tingkat pendidikan
Jumlah penduduk kelurahan Tondo Berdasarkan tingkat Pendidikan
adalah Sebagai Berikut :
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kelurahan Tondo Berdasarkan Kelompok
Tingkat Pendidikan.
Kelurahan SD SMP SMA D1-D3 S1-S3
TONDO 120 Orang 1.145
Orang
1.337
Orang
84 Orang 942 Orang
5. Data kependudukan berdasarkan mata pencaharian
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian adalah sebagai
berikut:
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kelurahan Tondo Berdasarkan Kelompok
Mata
Kel Pns Wirausaha/
Pdgng
Tani Tukang Nelayan Pensiunan Jasa
Tondo 1.102 500 159 56 70 35 26
Bagi anggota masyarakat yang ada dikelurahan ini senantiasa
lebih memprioritaskan pendidikan bagi anggota keluarga dan anggota
masyarakatnya. Hal ini terbukti bahwa masyarakat yang ada di kelurahan
ini pada umumnya memiliki semangat yang tinggi untuk menempuh
pendidikan dalam sekolah (Pendidikan Formal). Keprofesian ini terbukti
bahwa masyarakat di kelurahan ini dapat dikatakan mempunyai
semangat yang tinggi untuk meraih pendidikan yang lebih memadai yakni
mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai pada Perguruan Tinggi.
3.4 KONDISI SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI
3.4.1 Kondisi Sosial Budaya
Masyarakat Kelurahan Tondo sebagian besar adalah suku asli
Kaili. Disamping itu terdapat suku-suku lain seperti suku Bugis, Jawa,
Mandar, Tator, Manado, Makasar, Gorontalo. Suku-suku ini
merupakan suku pendatang di Kelurahan Tondo yang sebagian
menetap karena mengadakan hubungan pernikahan dengan suku
asli kaili.
Masyarakat Kelurahan Tondo meskipun berasal dari suku asli
Kaili tetapi dari segi bahasa masih terdapat sedikit perbedaan.
Adanya perbedaan bahasa ini menjadi sebuah cerita yang unik
karena dari hasil wawancara yang dilakukan perbedaan ini sudah ada
sejak dulu masih belum jelas keberadaannya. Dalam acara-acara
adat masyarakat tondo selalu menyediakan makanan khas yang
mencerminkan kebudayaan setempat yang dikenal makanan
prasmanan yaitu jagung rebus, ubi rebus yang disajikan dengan
sambal (dabu-dabu). Mata pencaharian masyarakat tondo sebagian
besar adalah pedagang dan petani.
Dalam hal pekerjaan masyarakat tondo tidak mengenal istilah
perbedaan karenea baik wanita ataupun pria keduanya bekerja
bersama-sama mencari uang. Dari hasil pengamatan yang dilakukan
bahwa pihak wanita yang lebih menonjol dalam hal pekerjaa.
Meskipun masyarakat tondo khususnya masyarakat suku Kaili tingkat
kehidupannya rendah tetapi mereka memiliki bermacam-macam
usaha yang digeluti seperti membuka service radio dan bengkel
motor.
Pengaruh modernisasi sudah sangat mempengaruhi
masyarakat tondo terutama suku asli yaitu suku Kaili. Terlihat dari
cara berbicara, berpakaian, bersikap/berperilaku. Meskipun tampak
ada perubahan tetapi masih memegang teguh tata cara dalam adat
istiadat seperti pernikahan adat yang masih sering dilakukan oleh
masyarakat suku Kaili Tondo .
Masyarakat suku Kaili sepenuhnya tidak lagi benar-benar asli
suku Kaili karena ada istilah yang beredar yaitu peranakan atau
campuran, yang berarti terdapat darah luar yang telah bercampur
dengan darah asli. Hal ini dapat terlihat dari bentuk wajah yang
tampak lebih menarik, kulit yang lebih terang atau sawo matang,
hidung yang mancung dan bentuk tubuh yang bagus untuk seorang
wanita dan tinggi untuk seorang laki-laki. Adanya perbedaan ini
bukan berarti kehidupan sosial budaya di antara suku Kaili menjadi
terputus perbedaan itu dianggap sebagai sesuatu yang indah dan
diterima dikalangan suku Kaili.
3.4.2 Kondisi Ekonomi
Sumber sumber daya ekonomi yang terdapat di kelurahan
tondo, utamanya di sektor Ekonomi sangat berperan aktif dalam
mempercepat pertumbuhan kelurahan tondo. Toko toko yang berjajar
di pinggir jalan adalah salah satunya. Industri” tempe monas” yang
ada di LIK juga merupakan bukti berkembangnya kelurahan tondo.
Selain itu, potensi ikan yang terkandung di teluk palu juga sangat
memberi arti penting, namun yang perlu disayangkan adalah belum
adanya infrastruktur berupa pasar tradional yang dibangun oleh
pemerintah.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 WAKTU DAN TEMPAT
Sosialisasi bahaya dan penanggulangan bencana banjir, gempa bumi dan
tanah Longsor dilaksanakan pada minggu ketiga bulan agustus tepatnya
pada tanggal 24, hari sabtu di sekolah SMA Negeri 5 Palu Kel. Tondo.
Dalam penyuluhan Mitigasi Bencana Alam ini banyak diikuti oleh Siswa –
siswi SMA kelas XII.
4.2 ALAT DAN BAHAN
Sosialisasi bahaya dan penanggulangan bencana banjir
Alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan sosialisasi bahaya bencana
longsor dan banjir berupa:
1. Materi yang dipaparkan kepada masyarakat
2. Ruangan.
3. Kursi
4. Meja
5. Alat tulis menulis
6. In Focus
7. Kamera
4.3 PROGRAM KERJA KEGIATAN
Materi yang dipaparkan khusus tentang Mitigasi Bencana Alam
mengenai penyebab, dampak, bahaya dan penanggulangannya bencana
khususnya bencana banjir, gempa bumi, dan tanah longsor. Dan kegiatan
ini disertai dengan diskusi antara masyarakat dan pemateri.
BAB V
PEMBAHASAN
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi
kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
Sebagaimana diketahui bencana alam tidak dapat dihindari namun
dampaknya dapat di minimalisir dengan adanya menejemen bencana yang baik.
Menejemen bencana dapat dimulai dengan melakukan upaya pencegahan dini
bencana melalui pola pelestarian lingkungan hidup. Berkenaan dengan hal ini,
keberadaan kami, sebagai Mahasiswa KKN Profesi Integral di kota Palu, dengan
salah satu profesi displin keilmuan fisika. Dalam ilmu fisika sendiri dengan bidang
keahlian geofisika (fisika bumi) dikenal istilah mitigasi bencana alam dan fisika
lingkungan yang mempelajari mengenai gejala-gejala bumi (geotektonik) yang
menimbulkan bencana alam dan di MIPA sendiri dipelajari Kajian Lingkungan
Hidup Pokok, yang mana biasa dikenal dengan KLH-P. Dimana dalam hal ini kita
dapat mengetahui kondisi lingkungan di suatu tempat dan pada daerah tertentu.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diperoleh adanya suatu masalah
dimana Sudah terjadi abrasi disekitaran sungai Palu, yang diakibatkan oleh
berkurangnya pepohonan di pinggir sungai dan juga perumahan disekitar pesisir
sungai mempunyai jarak yang sangat dekat. Melalui KKN Profesi Integral di rasa
perlu diperkenalkannya bagaimana mitigasi bencana alam dalam bentuk
penyuluhan atau sosialisasi dengan mahasiswa KKN sebagai fasilitator.
Secara geografis, daerah Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu, memiliki
struktur geologi yang kompleks dan termasuk salah satu daerah rawan bencana
alam. Dikota Palu sendiri, sudah terjadi erosi sungai besar-besaran dimana
tertinggal bekas-bekas terjadinya pengikisan pada pondasi rumah-rumah warga
yang berada disekitar sungai. Secara umum lingkungan kota Palu, masih tertata
dengan baik. Melalui Karya Tulis Ilmiah ini kiranya dapat membantu khalayak
tentang bagaimana mengatasi bencana banjir. Hal ini juga merupakan salah satu
program pemerintah yang kedepannya akan diajukan ketingkat Pusat, dimana
hal ini sudah di atur dalam peraturan pemerintah pada masing-masing daerah,
yang menyatakan “maka Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang
lebih luas dalam mengatur daerahnya sendiri, termasuk kewenangan bagaimana
mengelolah berbagai sumber daya yang di miliki, untuk melestarikan hasil-hasil
pembangunan dan fungsi lingkungan hidup di daerahnya masing-masing,
menjaga keselamatan masyarakatnya dari bencana, dan lain-lain”. Khusus untuk
masalah bencana yang dampaknya bisa berskala lokal, regional bahkan nasional
dan internasional, telah dikeluarkan regulasi yang mengatur
penanggulangannya, atau biasa disebut sebagai Penanggulangan Bencana.
Dengan seiring tumbuh berkembangnya pembangunan di kota Palu, tentunya
akan banyak menyentuh dan merubah lingkungannya dari yang ada sekarang.
Olehnya kesadaran akan lingkungan hidup dapat dimiliki oleh masyarakat kota,
guna mengontrol adanya perubahan yang buruk pada lingkungan.
Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah
saja atau orang perorang saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai
pihak untuk menghindarkan Kota Palu dari banjir besar. Tindakan-tindakan yang
dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya banjir, antara lain:
· 1. Membuat lubang-lubang serapan air
· 2. Memperbanyak ruang terbuka hijau
· Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai
tempat sampah raksasa, Meninggikan bangunan rumah memang dapat
menyelamatkan harta benda kita ketika banjir terjadi, namun kita tidak
mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang mengakibatkan banjir,
manusia pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota Palu dari
banjir besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda
pribadi, namun juga menyelamatkan lingkungan dari bahaya banjir.
Partisipasi seluruh elemen masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi
dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi
masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal
dan mengatur peran masyarakat dalam penanggulangan banjir.
Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan
sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah banjir.
Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan
banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti
suatu siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya
sebagai masukan untuk pencegahan sebelum bencana banjir terjadi
kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik
seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah
dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan
sampai sistem peringatan dini bencana banjir.
Pada dasarnya juga diperlukan tindakan nyata dalam melakukan
pencegahan dampak bencana alam, seperti pembuatan tanggul pemecah
ombak di pesisir sungai, untuk meminimalisir dampak dari erosi sungai,
misalnya timbulnya banjir, tidak membuka lahan di daerah lereng gunung
guna menghindari tanah longsor dan banjir, membuat bangunan dengan
konstruksi bangunan yang tahan gempa dan tsunami. Namun untuk
melakukan tindakan seperti itu, perlu diawali dengan membangaun
kesadaran akan mitigasi bencana alam. Olehnya, melihat keberadaan ini
mahasiswa KKN Profesi Integral yang hanya 2 bulan dan tidak dapat
berbuat banyak, maka dibuatlah Karya tulis ilmiah ini guna memberikan
kesadaran mengenai bagaimana meminimalisir dampak dari bencana alam.
Disadari bahwa kegiatan tanpa penyuluhan tidaklah cukup, namun
dikarenakan waktu dan jadwal program kerja lainnya yang juga sama
penting dan terdapat faktor lainnya. Yang mana untuk mengumpulkan
warga masyarakat terutama di kota Palu cukup susah, karena diakibatkan
kesibukan masing-masing. Dimana masyarakat kota Palu sebagian besar
memiliki profesi sebagai PNS dimana pada setiap harinya memiliki
kesibukan masing-masing, sehingga kegiatan program kerja yang
menyentuh ke masyarakat di sesuaikan dengan kondisi tersebut.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan diatas adalah
1. Faktor-faktor pendukung terjadinya banjir antara lain:
a. Cuaca ekstrim
b. Curah hujan berlebihan
c. Dreinase tidak baik
d. Hutan gundul
2. Bahaya banjir antara lain:
a. Merusak tatanan lingkungan
b. Merusak dan menghilangkan harta benda
c. Mengganggu kesehatan
d. Membahayakan nyawa ( banjir bandang,lumpur dan lahar dingin).
3. Adapun tindakan yang dapat dilakukan guna mencegah dan menghadapi
banjir antara lain:
a. Siap jika terjadi keadaan terburuk.
b. Selalu siap persediaan makanan cadangan di rumah.
c. Andai memungkinkan, bangunlah rumah yang terdiri dari 2 lantai.
d. Pindahlah dari daerah pemukiman yang memang rawan banjir.
e. Siapkan selalu alat transportasi seperti perahu karet.
f. Maksimalkan peringatan banjir melalui RT-RT.
6.2 Saran tindak
Antara masyarakat dan pemerintah harus lebih berkordinasi lagi untuk
melakukan tatanan lingkungan dan pemeliharaan lingkungan agar bahaya
banjir dapat diminimalisir dengan lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Abin, S. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Anonim. 2013. Banjir Bandang Kepung Kota Palu. Palu : Seru.com.
Balitbangda Sul-Teng dan Lembaga Penelitian Untad. 2009. Penyusunan Blue Print Mitigasi dan Manajemen Bencana Alam di Sulawesi Tengah. Palu.
Bambang, R. 2003. Asas-Asas Fisika.Yogyakarta : Yudhistira.
Dwi, E. 2012. Banjir Bandang di Kota Palu. Palu : Kompas.
http://mitigasibencana.tumblr.com/rss. Diakses 11 September 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/konsep_fisika . Diakses 19 September 2013.
Najemudin, Adha. 2013. Masyarakat Tojo Unauna Minta Pemprov Atasi Longsor. Palu : Radar Sulteng.
Thomas, K.1995. Ilmu Fisika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Tribun Jogja. 2012. Tips Mitigasi Bencana Banjir. Yogyakarta: Tribun Jogja.
Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : Gramedia.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Dokumentasi Sosialisasi Mitigasi Bencana Alam
LAMPIRAN 2 : Dokumentasi Bencana Banjir yang terjadi diDaerah
Sulawesi Tengah Khususnya Daerah Kota Palu dan sekitarnya
Material yang terbawa oleh Banjir Poboya
Korban Banjir dikawasan Pertambangan Poboya
LAMPIRAN 3: Peta Wilayah
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Widia Wangsi Rety, yang lahir pada tanggal 2 Januari
1993 di Palu. Riwayat pendidikan penulis dimulai pada umur 5 tahun di SDN 3
Inpres Birobuli Palu selama 6 tahun pada tahun 1999 – 2004, setelah itu penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 6
Palu ditahun 2004 dan selesai pada tahun 2007.Kemudian, penulis melanjutkan
ke SMA Negeri 3 Palu untuk melanjutkan jenjang pendidikannya. Setelah
menyelesaikannya, pada tahun 2010 penulis melanjutkan ke tingkat perguruan
tinggi yaitu di Universitas Tadulako tepatnya di Fakultas MIPA jurusan Fisika,
dengan harapan dapat menambah wawasan untuk dipergunakan dihari depan
yang lebih baik.