laporan : informasi kenerja lingkungan hidup daerah...

16

Upload: vonguyet

Post on 06-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25
Page 2: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada era

Otonomi Daerah, Provinsi Jawa Tengah dihadapkan kepada berbagai

permasalahan lingkungan hidup yang semakin mengkhawatirkan.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah masalah kemiskinan,

pengangguran, kesejahteraan pekerja, pendidikan, kesehatan, keadilan gender

dan perlindungan anak, seni budaya Jawa, ketimpangan pendapatan

masyarakat dan antar wilayah, energi, pangan, iklim investasi, koperasi dan

UMKM, pariwisata, aset daerah, reformasi birokrasi, politik, kamtibmas,

infrastruktur dan perhubungan, pengembangan wilayah, pengelolaan sumber

daya alam dan lingkungan hidup serta penanggulangan bencana.

Provinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km2 atau

25,04% dari luas Pulau Jawa atau 1,70% dari luas Indonesia, secara

administratif terbagi dalam 29 (dua puluh sembilan) Kabupaten dan 6 (enam)

Kota, mempunyai pantai utara sepanjang 486,03 Km mencakup 13

Kabupaten/Kota dan pantai selatan sepanjang 204,92 Km (mencakup 4

Kabupaten) dengan jumlah penduduk 33.774.140 jiwa.

Kondisi lingkungan hidup seperti tersebut di atas, baru akan tercapai

apabila adanya keterlibatan dan kebersamaan atau sinergitas kerja dari semua

sektor pembangunan seperti halnya sektor industri, kesehatan, permukiman,

pertanian, perhubungan, perdagangan dan sektor-sektor lainnya. Sektor-sektor

tersebut di atas, merupakan sektor yang kegiatannya cenderung berpotensi

menimbulkan penurunan kualitas dan fungsi lingkungan hidup sebagaimana

yang tertuang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Jawa Tengah Tahun 2013-2018 utamanya :

Misi Ke-7 : “Meningkatkan Infrastruktur Untuk Mempercepat

Pembangunan Jawa Tengah Yang Berkelanjutan dan

Ramah Lingkungan”

Dengan melihat bahwa dalam pelaksanaan pembangunan di Jawa Tengah,

senantiasa disertai adanya dinamika dan perubahan yang signifikan, maka

Page 3: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

2

melalui penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan

Hidup Daerah (IKPLHD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016, Badan

Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, berusaha untuk dapat

menampilkan gambaran mengenai kondisi lingkungan hidup beserta

penyebab dan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilakukan.

1.2 Perumusan Isu Prioritas

Perumusan/ analisis isu-isu prioritas lingkungan hidup di Jawa Tengah

diambil dari penentuan isu strategis yang telah ditetapkan dalam Kajian

Lingkungan Hidup strategis (KLHS) RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013 -

2018, yakni telah melalui skoring terhadap daftar panjang isu-isu terkait yang

dijaring melalui workshop pelingkupan KLHS RPJMD 2013 - 2018 yang

diikuti oleh anggota Pokja Pengendalian Lingkungan dan organisasi

perangkat daerah (OPD) di lingkungan Provinsi Jawa Tengah terkait. Isu-isu

yang masuk kriteria tersebut kemudian direorganisasi untuk memperoleh

abstraksi konseptual atas isu-isu yang masuk kriteria strategis. Pengambilan

isu strategis dari KLHS RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013 -2018

didasarkan atas pertimbangan masih relevannya isu-isu strategis lingkungan

pada tahun 2016.

Page 4: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

3

II. ISU PRIORITAS LINGKUNGAN

2.1 Isu Prioritas Lingkungan

Permasalahan lingkungan di Jawa Tengah dikelompokan berdasarkan

pendekatan ekosistem DAS yang dikelompokkan menjadi 6 (enam)

ekosistem meliputi : DAS Serayu, Progo, Luk Ulo – Bogowonto, Pemali –

Comal, Jratun Seluna dan Bengawan Solo

Adapun isu yang dirumuskan dan dianalisis dengan metoda

Pressure, State dan Response (PSR) dalam buku Laporan Utama Dokumen

Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD)

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 ini, yakni :

1. Pencemaran Lingkungan

2. Kerusakan Lahan/Lingkungan dan Perubahan Tata Guna Lahan

3. Bencana Alam.

2.2 Pencemaran Lingkungan

State :

1) Menurunnya Kualitas Sumber Daya Air/Pencemaran Air

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya

mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain dalam lingkungan

dan atau perubahan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses

alam. Pencemaran ini akan menyebabkan kualitas lingkungan semakin

menurun. Salah satu indikasi telah menurunnya kualitas lingkungan

antara lain adalah menurunnya kualiatas Sumberdaya air.

Pengukuran kualitas air sungai dilakukan pada 7 (tujuh) sungai

yaitu Sungai Serang dengan 10 (sepuluh) titik pengukuran, Sungai

Pemali dengan 14 (empat belas) titik pengukuran, Sungai Serayu

dengan 13 (tiga belas) titik pengukuran, Sungai Tuntang dengan 11

(sebelas) titik pengukuran, Sungai Wulan dengan 14 (empat belas),

Sungai Gung dengan 13 (tiga belas) titik, Sungai Lusi dengan 11

(sebelas) titik. Hasil pengukuran kualitas air sungai yang ada di

Provinsi Jawa Tengah secara global sungai yang ada di Provinsi Jawa

Tengah tercemar. Parameter yang digunakan adalah BOD, COD, DO,

jumlah fecal coliform, total coliform, dan beberapa logam berat serta

Page 5: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

4

zat kimia seperti senyawa fenol dan kandungan belerang yang melebihi

atau kurang dari baku mutu yang ada. Hal ini dikarenakan adanya

aktivitas industri rumah tangga, industri usaha, dan peternakan.

2) Pencemaran Udara

Secara Umum diketahui bahwa kualitas udara ambien di 35 (tiga

puluh lima) Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih cukup baik, hanya

ada beberapa indikator yang masih kurang baik yaitu kandungan

hidrokarbon dan total partikel debu (TSP) yang melebihi ambang batas

baku mutu. Penyebab utama terjadinya polusi udara adalah dari emisi

transportasi yang diperkirakan mencapai 85 persen. Hal ini terjadi

karena sebagian besar kendaraan bermotor menghasilkan emisi gas

buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai

ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik

(misalnya kadar timbal yang tinggi).

3) Emisi gas Rumah Kaca

Tahun 2010-2020, menunjukkan bahwa emisi GRK yang

dihasilkan di wilayah Jawa Tengah sebesar 29,42 juta ton CO2e pada

Tahun 2008 dan meningkat menjadi 39,89 juta ton CO2e pada Tahun

2010. Peningkatan ini selain disebabkan konsumsi energi yang

meningkat, juga disebabkan cakupan sumber emisi yang

diperhitungkan. Sumber emisi GRK berasal dari sektor energi mencapai

16,80 juta ton CO2e, transportasi 10,45 juta ton CO2e, proses industri

1,40 juta ton CO2e, kehutanan 0,18 juta ton CO2e, pertanian 6,40 juta

ton CO2e dan pengelolaan limbah 4,67 juta ton CO2e.

Pressure

1) Persampahan

Pengelolaan sampah di Jawa Tengah saat ini sangat berisiko tehadap

lingkungan hidup yaitu menimbulkan pencemaran udara, air dan tanah,

berkontribusi terhadap perubahan iklim, memberikan risiko terhadap

kesehatan dan keselamatan masyarakat serta memperngaruhi daya

dukung dan daya tampung suatu wilayah akibat pencemaran tanah dan

air yang disebabkan oleh minimnya pengelolaan sampah. Selain itu,

Page 6: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

5

masalah persampahan juga dapat menjadi pemicu bencana banjir di

wilayah Jawa Tengah utamanya di wilayah sekitar Daerah Aliran Sungai

(DAS).

Sampah merupakan penyumbang emisi GRK ketiga dari total emisi

GRK di Jawa Tengah dengan kontribusi sebesar 7,57% pada tahun 2014

yaitu 4.904,66 Gg CO2e. Penyumbang utama dari sektor limbah padat

yaitu dari Tempat Pengolahan Akhir (TPA) yaitu sebesar 44,54%.

Berdasarkan Laporan Roadmap sanitasi Provinsi Jawa Tengah (2015),

hanya satu (1) Kota yang memiliki indeks profil sampah kategori sangat

bagus, yaitu Kota Pekalongan. Dua puluh kota dan kabupaten memiliki

kondisi persampahan dengan indeks baik sedangkan sisanya masuk

dalam kategori indeks profil buruk untuk persampahan Peta area

berisiko zona sampah perkotaan Provinsi Jawa Tengah disajikan pada

laporan utama.

2) Limbah Cair Domestik

Pada tahun 2014 dengan kondisi sistem pengelolaan limbah cair

domestik yang ada di Jawa Tengah telah berkontribusi 38,26% dari total

emisi sektor limbah 4.904,66 Gg CO2e. Sistem Pengelolaan limbah cair

domestik sebagian masih Buang Air Besar Sembarangan (BABs) lebih

dari 20%. Kondisi ini berpengaruh terhadap kesehatan dan lingkungan.

Buang air besar di sungai atau di laut memicu penyebaran wabah

penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja. Buang Air Besar di pantai

atau tanah terbuka, dapat mengundang serangga seperti lalat, kecoa, kaki

seribu, dsb yang dapat menyebarkan penyakit akibat tinja.

BAB juga memiliki pengaruh terhadap kualitas air minum di wilayah

Jawa Tengah terutama wilayah yang sumber air minumnya adalah

PDAM yang air bakunya berasal dari air sungai. Pada tahun 2010 Badan

Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Tengah merilis temuan seluruh sungai di

provinsi ini telah tercemar polutan. Kandungan bakteri E-coli melebihi

batas normal. Pencemaran E coli di sungai yang menjadi sumber air

baku PDAM di Jawa Tengah akan menyebabkan perusahaan daerah air

minum (PDAM) mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan air. Setiap

Page 7: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

6

tambahan konsentrasi pencemar sebesar 1 miligram per liter di sungai

akan menyebabkan naiknya biaya produksi air minum menjadi Rp 9, 17

per meter kubik. Hal itu menyebabkan kenaikan biaya produksi PDAM

sekitar 25 persen dari rata-rata tarif air nasional (Kompas, 2016). Air

baku PDAM di Jawa tengah, misalnya PDAM Tirta Moedal Semarang

memiliki kandungan bakteri yang tinggi yaitu E-Coli 922,56/100 ml.

Setelah proses pengolahan, kandungan E-coli menjadi 7,28/100 ml.

Kualitas air tersebut belum memenuhi syarat baik sebagai air minum

ataupun air bersih. Sesuai dengan Kepmenkes No.907/ Menkes/ SK/

VII/2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum

maka kandungan e-coli adalah NOL. Sedangkan apabila dimasukkan

dalam katagori Perusahaan Daerah Air Berrsih/PDAB (tidak bisa

langsung diminum) maka e-coli yang dipersyaratkan minimal 10 per 100

ml (Permenkes 416).

3) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Industri di Jawa Tengah yang menjadi penghasil limbah B-3 tercatat

Usaha/kegiatan yang potensi hasilkan limbah B3 Tahun 2008 sejumlah

1.160 dan Tahun 2012 menjadi 1.280 buah terjadi peningkatan sebesar

10,34% dengan potensi limbah padat B3 (sludge + limbah batu bara)

mencapai 448.920,99 ton/tahun yang terdiri dari kegiatan industri tekstil,

farmasi, karet, keramik, kimia, konstruksi/bahan bangunan/cat, logam,

mesin/karoseri, migas/energi, pengawetan kayu/kayu lapis, penyamakan

kulit, percetakan, plastik, sabun dan lainnya.

Response

Dalam rangka mengatasi pencemaran lingkungan , Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah melakukan beberapa program/kegiatan sebagai bentuk

response , yaitu antara lain :

1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Hidup, tertuang dalam 12 kegiatan antara lain perhitungan daya dukung,

Pengujian dan Pemantauan Kualitas Air Limbah dan Air Permukaan ,

AMDAL, perbaikan kinerja pengelolaan Limbah B3, pemberdayaan

masyarakat, ADIPURA, dll.

Page 8: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

7

2. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam,

melalui Kegiatan : Penanganan, Mitigasi, Adaptasi dan Pencegahan

Pencemaran serta Kerusakan Lingkungan Akibat Bencana/Gangguan

lingkungan dan Pemanasan Global

3. Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH,

kegiatan meliputi Peningkatan Kapasitas Masyarakat Perdesaan dan

warga sekolah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Koordinasi

Peningkatan peranserta Kaum Perempuan dalam Pengelolaan LH untuk

Menunjang Terciptanya Lingkungan yang Bersih dan Sehat

4. Program Pendidikan Non Formal dan Informal, meliputi Kegiatan

Pendidikan Kemasyarakatan

5. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, dengan

kegiatan Penyusunan/Revisi Peraturan Daerah

6. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan, Kegiatan

meliputi Pengembangan Jasa Lingkungan

2.3 Kerusakan Lahan/Lingkungan dan Perubahan Tata Guna Lahan

State

Pertambahan penduduk yang ada, akan menyebabkan penyediaan lahan

untuk menampung aktivitas penduduk juga semakin meningkat. Disisi lain

luas lahan terbatas. Hal ini menyebabkan tekanan terhadap lahan, khususnya

lahan pertanian semakin meningkat. Hal ini terjadi karena adanya

kecenderungan semakin berkurangnya luas lahan pertanian karena beralih

fungsi ke lahan non pertanian.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa luas lahan sawah di Provinsi

Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin menyusut. Rata-rata penyusutan

lahan sawah dari Tahun 2003 sampai Tahun 2013 adalah 33.699,88 Ha atau

rata-rata per tahun sebesar 3.699 ha. Daerah yang lahan pertaniannya, beralih

fungsi ke lahan non pertanian yaitu permukiman 1.503,57 Ha, hutan tanaman

1.629 Ha dan pertanian lahan kering 2.174,37 Ha.

1) Lahan Kritis

Tahun 2014 hutan negara di Jawa Tengah seluas 651.214,02 Ha dan

hutan rakyat seluas 637.890 Ha, sehingga luas lahan yang berfungsi

Page 9: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

8

sebagai kawasan hutan seluas 1.289.104,54 Ha. Berdasarkan review lahan

kritis yang dilakukan pada tahun 2013, luas lahan kritis di Jawa Tengah

seluas 634.601 Ha.

2) Kerusakan Wilayah Pesisir

Daya dukung ekosistem perairan terhadap peningkatan produksi

perikanan tangkap semakin menurun. Hal ini dilihat dari kerusakan

terumbu karang pada Tahun 2014 mencapai 92,06% dari total luasan

terumbu karang. Kerusakan terumbu karang tersebut disebabkan oleh

penggunaan alat tangkap tidak sesuai standar dan tidak ramah lingkungan

Luas hutan mangrove di Jawa Tengah kurun waktu 2010-2014

fluktuatif, Tahun 2010 seluas 25.819,30 Ha meningkat 25.655,22 pada

Tahun 2012, namun pada Tahun 2013 dan 2014 turun menjadi 22.205,94

Ha dan 19.645,7 Ha dengan kondisi rusak mencapai 2.941,97 Ha atau

sebesar 14,98%.

Pada tahun 2012, luasan Padang Lamun di Propvinsi Jawa Tengah

secara keseluruhan adalah seluas 55,77 Ha yang tersebar di Kabupaten

Kebumen, Wonogiri, Pati, Jepara dan Batang. Dari luas tersebut, yang

mengalami kerusakan parah adalah di Kabupaten Batang yaitu seluas 7,3

Ha.

Penurunan kualitas lingkungan pantai di Provinsi Jawa Tengah juga

mengalami penurunan karena adanya abrasi yang mencapai luas sekitar

4.888,87 Ha yang terjadi di seluruh Kabupaten/Kota pesisir kecuali

Wonogiri, akresi yang mencapai 2.392,48 Ha serta adanya kerusakan

mangrove seluas 8.595 Ha yang sebagian besar terjadi di Pantura. Faktor

lainnya adalah karena besarnya volume dan jenis sedimentasi yang

terbawa arus yang masuk melalui 118 sungai untuk Pantai Utara dan 28

sungai untuk Pantai Selatan

3) Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Jawa Tengah pada Tahun 2014 berdasarkan

proyeksi Sensus Penduduk 2010 sebanyak 33.522.663 jiwa terdiri dari

laki-laki sebanyak 16.627.023 jiwa (49,60%) dan perempuan sebanyak

16.895.640 jiwa (50,40%), dengan sex ratio sebesar 98,41%. Sedangkan

Page 10: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

9

jumlah rumah tangga sebanyak 9.009.084 (Tahun 2014) dengan rata-rata

anggota rumah tangga sebesar 3,7 jiwa.

Distribusi penduduk per kabupaten/kota, paling banyak yaitu

Kabupaten Brebes sejumlah 1.773.379 jiwa, selanjutnya Cilacap 1.685.573

jiwa, dan Kota Semarang 1.672.999 jiwa. Dari data laju pertumbuhan

penduduk kabupaten/kota Tahun 2014 tertinggi adalah Kota Semarang

sebesar 1,71% diikuti Kabupaten Jepara sebesar 1,52% dan Kota Salatiga

sebesar 1,46%. Adapun pertumbuhan terendah Kabupaten Tegal,

Pemalang, Purworejo, dan Kebumen masing-masing sebesar 0,36% dan

Kota Magelang sebesar 0,37%. Kepadatan penduduk kabupaten/kota

Tahun 2014 yang tertinggi di Kota Surakarta, disusul kemudian Kota

Tegal dan Kota Magelang

4) Pertumbuhan Industri

Capaian pertumbuhan industri besar di Jawa Tengah selama tahun

2010-2014 mengalami peningkatan. Industri besar dari 495 unit usaha

pada tahun 2010 menjadi 867 unit usaha pada tahun 2014. Untuk jumlah

IKM sebanyak 320.770 unit usaha pada tahun 2010, menjadi 423.124 unit

usaha pada tahun 2014.

Response

Upaya mengatasi kerusakan lingkungan dan tata guna lahan di Provinsi jawa

Tengah diwujudkan melalui beberapa program/kegiatan antara lain :

a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup,

berupa Standarisasi kualitas bahan baku

b. Program Perlindungan dan Konsevasi Sumberdaya Alam, melalui kegiatan

koordinasi Penanganan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan

c. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Kegiatan Peningkatan dan Pengendalian aspek lingkungan Ruang Terbuka

Hijau (RTH) di wilayah Perkotaan

d. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam berupa

Kegiatan :

1. Penanganan kerusakan dan pelestarian kawasan tambak/permukiman

masyarakat pada ekosistem pesisir pantai utara

Page 11: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

10

2. Kegiatan Koordinasi Penanganan Kerusakan Lingkungan di Kawasan

Dataran Tinggi Dieng

e. Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH

Berupa Kegiatan Pelatihan Ekoefisiensi dan Produksi Ramah Lingkungan

serta Penguatan Kelembagaan & Pengembangan Teknologi Konservasi

pada daerah tangkapan air ekosistem dataran tinggi

f. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan, meliputi kegiatan :

1. Fasilitasi Bantuan Bibit, Perbenihan dan Pengembangan Budidaya

Tanaman Kehutanan

2. Rehabilitasi dan Penanganan DAS

g. Program Perencanaan Dan Pengembangan Hutan, diwujudkan dengan

kegiatan Penatagunaan Hutan

h. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan yaitu

Koordinasi Pembangunan Kehutanan dan Pelestarian Sumber Daya Hutan.

2.4 Bencana Alam

State

Tahun 2013 sebutan Indeks Rawan Bencana Indonesia BNPB berubah

menjadi Indeks Risiko Bencana dan Provinsi Jawa Tengah berada pada

peringkat 13 dari seluruh Provinsi se Indonesia dengan nilai skor 158

termasuk kategori tinggi. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana tersebut

sebanyak 22 kabupaten/ kota termasuk risiko tinggi, dan 13 kabupaten/kota

lainnya termasuk risiko sedang. Adapun risiko tertinggi adalah kabupaten

Cilacap dan Purworejo yang masing-masing memiliki skor 215.

Pressure

1) Permasalahan Tata Ruang

Dalam aspek pengendalian pemanfaatan ruang, kondisi hingga tahun 2014,

diketahui tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang

sebesar 63%. Hal ini disebabkan antara lain masih adanya perizinan yang

belum efektif dan efisien, kurang terpadunya dokumen rencana

pembangunan daerah dengan rencana tata ruang, kurang optimalnya

kelembagaan yang menangani urusan penataan ruang, serta umur

perencanaan yang baru 5 tahun dari 20 tahun. Sebagai bentuk pembinaan

Page 12: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

11

dan fasilitasi penyelenggaraan penataan ruang kabupaten/kota aspek

pengendalian pemanfaatan ruang, pemerintah provinsi telah melakukan

fasilitasi penyelesaian permasalahan pemanfaatan ruang sebanyak 10

permasalahan.

2) Perubahan Iklim

Dengan menggunakan penilaian regional, terjadi perubahan fenomena

iklim di Jawa Tengah yaitu peningkatan curah hujan, peningktan suhu,

kenaikan tinggi muka air laut dan peningkatan cuaca ekstrim.

Tingkat kerentanan terhadap perubahan iklim ditentukan oleh indikator-

indikator yang mempengaruhi keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas

adaptasi suatu sistem. Ketiga faktor tersebut berubah menurut waktu

sejalan dengan dilaksanakannya kegiatan pembangunan dan upaya-upaya

adaptasi. Tingkat keterpaparan dan tingkat sensitivitas dapat dicerminkan

oleh kondisi biofisik dan lingkungan, serta kondisi sosial-ekonomi.

Berdasarkan kajian Indeks Kerentanan Perubahan Iklim oleh KLHK pada

2014 menunjukkan bahwa sebanyak 11 kabupaten dalam kategori

kerentanan sedang, 18 kabupaten memiliki kategori rendah dan sisanya

sebanyak 6 kabupaten dalam kategori tingkat kerentanan sangat rendah.

Response

Respon pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mengatasi persoalan

kebencanaan telah dikembangkan 5 program dan 6 kegiatan yaitu :

a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup ,

kegiatan Standarisasi kualitas bahan baku

b. Program Perlindungan dan Konsevasi Sumberdaya Alam Kegiatan dengan

Koordinasi Penanganan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan

c. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam,

meliputi kegiatan :

1. Penanganan kerusakan dan pelestarian kawasan tambak/ permukiman

masyarakat pada ekosistem pesisir pantai utara

2. Kegiatan Koordinasi Penanganan Kerusakan Lingkungan di Kawasan

Dataran Tinggi Dieng

Page 13: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

12

d. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam dengan

kegiatan : Penanganan, Mitigasi, Adaptasi dan Pencegahan Pencemaran

serta Kerusakan Lingkungan Akibat Bencana/Gangguan lingkungan dan

Pemanasan Global

e. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan melalui upaya Rehabilitasi dan

Penanganan DAS.

Page 14: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

13

IV. INOVASI DAERAH PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

5.1 Inisiatif Kepala Daerah

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menganggarkan kegiatan

bidang lingkungan hidup pada Tahun 2016 sebesar Rp. 28.355.700.000,00

terdiri dari 12 Program dan 48 kegiatan. Total penganggaran bidang

lingkungan hidup Jawa Tengah beserta seluruh Kabupaten/Kota mencapai

Rp. 94.396.585.500,00. Jumlah personil lembaga pengelola lingkungan

hidup Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Jawa Tengah mencapai 952 PNS

dan dilakukan pelatihan personil teknis laboratorium lingkungan dan

pelatihan manajemen laboratorium lingkungan yang diikuti oleh 70 orang

dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Pada Tahun 2016, Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah meresmikan aplikasi bernama Government Resource

Management System (GRMS) dan Lapor Gub berbasis Android. Aplikasi

berbasis website ini memuat perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,

evaluasi dan penatausahaan yang sangat memudahkan pegawai dalam

menjalankan roda pemerintahan secara efektif, efisien, transparan dan

akuntabel.

5.2 Inisiatif Masyarakat

1. Inovasi Penyusunan Peraturan Desa (Perdes) tentang Pelestarian

Lingkungan Hidup Melalui Pendekatan Kearifan Lokal

Masyarakat

Inovasi Penyusunan Perdes tentang Pelestarian Lingkungan

Hidup di Jawa Tengah membawa dampak perubahan yang signifikan

khususnya perilaku masyarakat terhadap pelestarian lingkungan

hidup, maka Gubernur Jawa Tengah mendukung menerbitkan Surat

Edaran (SE) kepada Bupati/ Walikota se Jawa Tengah Nomor

660/002146 tanggal 25 Februari 2015. Tujuan diterbitkannya Surat

Edaran Gubernur tersebut yaitu menghimbau kepada Bupati/ Walikota

untuk memotivasi para kepala desa di wilayahnya masing-masing

untuk menyusun Peraturan Desa tentang Pelestarian Lingkungan

Hidup. Hal ini merupakan bentuk inisiatif Kepala Daerah dalam upaya

Page 15: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

14

meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Tahun 2016 Bupati

Banyumas memulai dengan memberikan pengarahan dan sosialisasi

terhadap 300 Desa untuk menyusun Perdes. Bupati Semarang Tahun

2015 juga mengadakan bimbingan teknis penyusunan Perdes sejumlah

38 Desa dan 40 Desa pada Tahun 2016 serta 114 Desa pada Tahun

2017. Bupati Tegal pada Tahun 2016 memberikan sosialisasi Perdes

terhadap 140 Desa. Kabupaten Kebumen pada Tahun 2017 juga akan

memfasilitasi 10 Desa untuk menyusun Perdes Pelestarian

Lingkungan Hidup.

Hingga tahun 2016, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi Jawa Tengah telah melakukan fasilitasi Penyusunan Perdes

tentang Pelestarian Lingkungan Hidup dan menghasilkan produk

hukum Perdes sebanyak 30 desa di Jawa Tengah 37 Desa yang

difasilitasi Kabupaten/Kota.

2. Inovasi Pembentukan Kelompok Sistem Pengawasan Masyarakat

(Siswasmas)

Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat atau Siswamas.

adalah inovasi dalam hal pengawasan pencemaran lingkungan

berbasis masyarakat. Sampai dengan Tahun 2016 telah tercatat

Kelompok Siswamas yang terbentuk sebanyak 31 kelompok.

Gambar 4.10

Langkah tindak lanjut penanganan dan penyelesaian oleh Siswasmas

3. Deklarasi Kaligarang

Page 16: Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah ...dlhkjateng.com/wp-content/uploads/2018/04/IKPLHD2016.pdfProvinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km 2 atau 25

Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

15

Deklarasi Kaligarang merupakan bentuk komitmen antara

Pemerintah Daerah, Stakeholder dan masyarakat dalam menjaga Daerah

Aliran Sungai di bagian Hulu, Tengah dan Hilir dalam gerakan untuk

penyelamatan Kaligarang. Pelaksanaan Deklarasi Kaligarang dilaksanakan

pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tingkat Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2016 di bantaran Sungai Kaligarang, Kota Semarang.

Deklarasi ini ditandatangani oleh berbagai elemen pemerintah, akademisi,

swasta dan masyarakat hulu, tengah dan hilir, pakar lingkungan hidup,

Rektor Universitas Diponegoro, Rektor Universitas Negeri Semarang,

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Bupati Semarang dan Walikota Semarang.

Komitmen dalam Deklarasi Kaligarang adalah sebagai berikut:

1. Kami para pihak yang berkaitan dan berkepentingan dengan

Kaligarang di Kota Semarang, menyadari fungsi Kaligarang sebagai

sumber kehidupan dan penghidupan, dan menyadari pula bahwa

Kaligarang saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan ditandai

dengan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas ekosistem sungai yang

tidak memenuhi syarat sebagai sumber kehidupan dan penghidupan;

2. Bertolak dari kondisi di atas, kami berkomitmen untuk memelihara,

merawat dan meningkatkan fungsi kaligarang sehingga menjadi

sumber kehidupan dan penghidupan.

Tindak lanjut Deklarasi Kaligarang yang telah dilaksanakan adalah

sebagai berikut:

1. Membentuk Komunitas yang legal;

2. evaluasi kegiatan pada 6 bulan pertama;

3. Program Jangka Panjang merupakan agenda tahunan untuk kegiatan

“Semarang Kaline Resik”;

4. Penugasan bagi perguruan tinggi untuk pendampingan Sungai dalam

kegiatan peningkatan kualiats Sungai;