laporan : informasi kenerja lingkungan hidup daerah...
TRANSCRIPT
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada era
Otonomi Daerah, Provinsi Jawa Tengah dihadapkan kepada berbagai
permasalahan lingkungan hidup yang semakin mengkhawatirkan.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah masalah kemiskinan,
pengangguran, kesejahteraan pekerja, pendidikan, kesehatan, keadilan gender
dan perlindungan anak, seni budaya Jawa, ketimpangan pendapatan
masyarakat dan antar wilayah, energi, pangan, iklim investasi, koperasi dan
UMKM, pariwisata, aset daerah, reformasi birokrasi, politik, kamtibmas,
infrastruktur dan perhubungan, pengembangan wilayah, pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup serta penanggulangan bencana.
Provinsi Jawa Tengah mempunyai luas wilayah 32.544,12 km2 atau
25,04% dari luas Pulau Jawa atau 1,70% dari luas Indonesia, secara
administratif terbagi dalam 29 (dua puluh sembilan) Kabupaten dan 6 (enam)
Kota, mempunyai pantai utara sepanjang 486,03 Km mencakup 13
Kabupaten/Kota dan pantai selatan sepanjang 204,92 Km (mencakup 4
Kabupaten) dengan jumlah penduduk 33.774.140 jiwa.
Kondisi lingkungan hidup seperti tersebut di atas, baru akan tercapai
apabila adanya keterlibatan dan kebersamaan atau sinergitas kerja dari semua
sektor pembangunan seperti halnya sektor industri, kesehatan, permukiman,
pertanian, perhubungan, perdagangan dan sektor-sektor lainnya. Sektor-sektor
tersebut di atas, merupakan sektor yang kegiatannya cenderung berpotensi
menimbulkan penurunan kualitas dan fungsi lingkungan hidup sebagaimana
yang tertuang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Jawa Tengah Tahun 2013-2018 utamanya :
Misi Ke-7 : “Meningkatkan Infrastruktur Untuk Mempercepat
Pembangunan Jawa Tengah Yang Berkelanjutan dan
Ramah Lingkungan”
Dengan melihat bahwa dalam pelaksanaan pembangunan di Jawa Tengah,
senantiasa disertai adanya dinamika dan perubahan yang signifikan, maka
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
2
melalui penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (IKPLHD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016, Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, berusaha untuk dapat
menampilkan gambaran mengenai kondisi lingkungan hidup beserta
penyebab dan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilakukan.
1.2 Perumusan Isu Prioritas
Perumusan/ analisis isu-isu prioritas lingkungan hidup di Jawa Tengah
diambil dari penentuan isu strategis yang telah ditetapkan dalam Kajian
Lingkungan Hidup strategis (KLHS) RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013 -
2018, yakni telah melalui skoring terhadap daftar panjang isu-isu terkait yang
dijaring melalui workshop pelingkupan KLHS RPJMD 2013 - 2018 yang
diikuti oleh anggota Pokja Pengendalian Lingkungan dan organisasi
perangkat daerah (OPD) di lingkungan Provinsi Jawa Tengah terkait. Isu-isu
yang masuk kriteria tersebut kemudian direorganisasi untuk memperoleh
abstraksi konseptual atas isu-isu yang masuk kriteria strategis. Pengambilan
isu strategis dari KLHS RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013 -2018
didasarkan atas pertimbangan masih relevannya isu-isu strategis lingkungan
pada tahun 2016.
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
3
II. ISU PRIORITAS LINGKUNGAN
2.1 Isu Prioritas Lingkungan
Permasalahan lingkungan di Jawa Tengah dikelompokan berdasarkan
pendekatan ekosistem DAS yang dikelompokkan menjadi 6 (enam)
ekosistem meliputi : DAS Serayu, Progo, Luk Ulo – Bogowonto, Pemali –
Comal, Jratun Seluna dan Bengawan Solo
Adapun isu yang dirumuskan dan dianalisis dengan metoda
Pressure, State dan Response (PSR) dalam buku Laporan Utama Dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD)
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 ini, yakni :
1. Pencemaran Lingkungan
2. Kerusakan Lahan/Lingkungan dan Perubahan Tata Guna Lahan
3. Bencana Alam.
2.2 Pencemaran Lingkungan
State :
1) Menurunnya Kualitas Sumber Daya Air/Pencemaran Air
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya
mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain dalam lingkungan
dan atau perubahan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam. Pencemaran ini akan menyebabkan kualitas lingkungan semakin
menurun. Salah satu indikasi telah menurunnya kualitas lingkungan
antara lain adalah menurunnya kualiatas Sumberdaya air.
Pengukuran kualitas air sungai dilakukan pada 7 (tujuh) sungai
yaitu Sungai Serang dengan 10 (sepuluh) titik pengukuran, Sungai
Pemali dengan 14 (empat belas) titik pengukuran, Sungai Serayu
dengan 13 (tiga belas) titik pengukuran, Sungai Tuntang dengan 11
(sebelas) titik pengukuran, Sungai Wulan dengan 14 (empat belas),
Sungai Gung dengan 13 (tiga belas) titik, Sungai Lusi dengan 11
(sebelas) titik. Hasil pengukuran kualitas air sungai yang ada di
Provinsi Jawa Tengah secara global sungai yang ada di Provinsi Jawa
Tengah tercemar. Parameter yang digunakan adalah BOD, COD, DO,
jumlah fecal coliform, total coliform, dan beberapa logam berat serta
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
4
zat kimia seperti senyawa fenol dan kandungan belerang yang melebihi
atau kurang dari baku mutu yang ada. Hal ini dikarenakan adanya
aktivitas industri rumah tangga, industri usaha, dan peternakan.
2) Pencemaran Udara
Secara Umum diketahui bahwa kualitas udara ambien di 35 (tiga
puluh lima) Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih cukup baik, hanya
ada beberapa indikator yang masih kurang baik yaitu kandungan
hidrokarbon dan total partikel debu (TSP) yang melebihi ambang batas
baku mutu. Penyebab utama terjadinya polusi udara adalah dari emisi
transportasi yang diperkirakan mencapai 85 persen. Hal ini terjadi
karena sebagian besar kendaraan bermotor menghasilkan emisi gas
buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai
ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik
(misalnya kadar timbal yang tinggi).
3) Emisi gas Rumah Kaca
Tahun 2010-2020, menunjukkan bahwa emisi GRK yang
dihasilkan di wilayah Jawa Tengah sebesar 29,42 juta ton CO2e pada
Tahun 2008 dan meningkat menjadi 39,89 juta ton CO2e pada Tahun
2010. Peningkatan ini selain disebabkan konsumsi energi yang
meningkat, juga disebabkan cakupan sumber emisi yang
diperhitungkan. Sumber emisi GRK berasal dari sektor energi mencapai
16,80 juta ton CO2e, transportasi 10,45 juta ton CO2e, proses industri
1,40 juta ton CO2e, kehutanan 0,18 juta ton CO2e, pertanian 6,40 juta
ton CO2e dan pengelolaan limbah 4,67 juta ton CO2e.
Pressure
1) Persampahan
Pengelolaan sampah di Jawa Tengah saat ini sangat berisiko tehadap
lingkungan hidup yaitu menimbulkan pencemaran udara, air dan tanah,
berkontribusi terhadap perubahan iklim, memberikan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan masyarakat serta memperngaruhi daya
dukung dan daya tampung suatu wilayah akibat pencemaran tanah dan
air yang disebabkan oleh minimnya pengelolaan sampah. Selain itu,
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
5
masalah persampahan juga dapat menjadi pemicu bencana banjir di
wilayah Jawa Tengah utamanya di wilayah sekitar Daerah Aliran Sungai
(DAS).
Sampah merupakan penyumbang emisi GRK ketiga dari total emisi
GRK di Jawa Tengah dengan kontribusi sebesar 7,57% pada tahun 2014
yaitu 4.904,66 Gg CO2e. Penyumbang utama dari sektor limbah padat
yaitu dari Tempat Pengolahan Akhir (TPA) yaitu sebesar 44,54%.
Berdasarkan Laporan Roadmap sanitasi Provinsi Jawa Tengah (2015),
hanya satu (1) Kota yang memiliki indeks profil sampah kategori sangat
bagus, yaitu Kota Pekalongan. Dua puluh kota dan kabupaten memiliki
kondisi persampahan dengan indeks baik sedangkan sisanya masuk
dalam kategori indeks profil buruk untuk persampahan Peta area
berisiko zona sampah perkotaan Provinsi Jawa Tengah disajikan pada
laporan utama.
2) Limbah Cair Domestik
Pada tahun 2014 dengan kondisi sistem pengelolaan limbah cair
domestik yang ada di Jawa Tengah telah berkontribusi 38,26% dari total
emisi sektor limbah 4.904,66 Gg CO2e. Sistem Pengelolaan limbah cair
domestik sebagian masih Buang Air Besar Sembarangan (BABs) lebih
dari 20%. Kondisi ini berpengaruh terhadap kesehatan dan lingkungan.
Buang air besar di sungai atau di laut memicu penyebaran wabah
penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja. Buang Air Besar di pantai
atau tanah terbuka, dapat mengundang serangga seperti lalat, kecoa, kaki
seribu, dsb yang dapat menyebarkan penyakit akibat tinja.
BAB juga memiliki pengaruh terhadap kualitas air minum di wilayah
Jawa Tengah terutama wilayah yang sumber air minumnya adalah
PDAM yang air bakunya berasal dari air sungai. Pada tahun 2010 Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Tengah merilis temuan seluruh sungai di
provinsi ini telah tercemar polutan. Kandungan bakteri E-coli melebihi
batas normal. Pencemaran E coli di sungai yang menjadi sumber air
baku PDAM di Jawa Tengah akan menyebabkan perusahaan daerah air
minum (PDAM) mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan air. Setiap
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
6
tambahan konsentrasi pencemar sebesar 1 miligram per liter di sungai
akan menyebabkan naiknya biaya produksi air minum menjadi Rp 9, 17
per meter kubik. Hal itu menyebabkan kenaikan biaya produksi PDAM
sekitar 25 persen dari rata-rata tarif air nasional (Kompas, 2016). Air
baku PDAM di Jawa tengah, misalnya PDAM Tirta Moedal Semarang
memiliki kandungan bakteri yang tinggi yaitu E-Coli 922,56/100 ml.
Setelah proses pengolahan, kandungan E-coli menjadi 7,28/100 ml.
Kualitas air tersebut belum memenuhi syarat baik sebagai air minum
ataupun air bersih. Sesuai dengan Kepmenkes No.907/ Menkes/ SK/
VII/2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum
maka kandungan e-coli adalah NOL. Sedangkan apabila dimasukkan
dalam katagori Perusahaan Daerah Air Berrsih/PDAB (tidak bisa
langsung diminum) maka e-coli yang dipersyaratkan minimal 10 per 100
ml (Permenkes 416).
3) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Industri di Jawa Tengah yang menjadi penghasil limbah B-3 tercatat
Usaha/kegiatan yang potensi hasilkan limbah B3 Tahun 2008 sejumlah
1.160 dan Tahun 2012 menjadi 1.280 buah terjadi peningkatan sebesar
10,34% dengan potensi limbah padat B3 (sludge + limbah batu bara)
mencapai 448.920,99 ton/tahun yang terdiri dari kegiatan industri tekstil,
farmasi, karet, keramik, kimia, konstruksi/bahan bangunan/cat, logam,
mesin/karoseri, migas/energi, pengawetan kayu/kayu lapis, penyamakan
kulit, percetakan, plastik, sabun dan lainnya.
Response
Dalam rangka mengatasi pencemaran lingkungan , Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah melakukan beberapa program/kegiatan sebagai bentuk
response , yaitu antara lain :
1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup, tertuang dalam 12 kegiatan antara lain perhitungan daya dukung,
Pengujian dan Pemantauan Kualitas Air Limbah dan Air Permukaan ,
AMDAL, perbaikan kinerja pengelolaan Limbah B3, pemberdayaan
masyarakat, ADIPURA, dll.
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
7
2. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam,
melalui Kegiatan : Penanganan, Mitigasi, Adaptasi dan Pencegahan
Pencemaran serta Kerusakan Lingkungan Akibat Bencana/Gangguan
lingkungan dan Pemanasan Global
3. Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH,
kegiatan meliputi Peningkatan Kapasitas Masyarakat Perdesaan dan
warga sekolah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Koordinasi
Peningkatan peranserta Kaum Perempuan dalam Pengelolaan LH untuk
Menunjang Terciptanya Lingkungan yang Bersih dan Sehat
4. Program Pendidikan Non Formal dan Informal, meliputi Kegiatan
Pendidikan Kemasyarakatan
5. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, dengan
kegiatan Penyusunan/Revisi Peraturan Daerah
6. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan, Kegiatan
meliputi Pengembangan Jasa Lingkungan
2.3 Kerusakan Lahan/Lingkungan dan Perubahan Tata Guna Lahan
State
Pertambahan penduduk yang ada, akan menyebabkan penyediaan lahan
untuk menampung aktivitas penduduk juga semakin meningkat. Disisi lain
luas lahan terbatas. Hal ini menyebabkan tekanan terhadap lahan, khususnya
lahan pertanian semakin meningkat. Hal ini terjadi karena adanya
kecenderungan semakin berkurangnya luas lahan pertanian karena beralih
fungsi ke lahan non pertanian.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa luas lahan sawah di Provinsi
Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin menyusut. Rata-rata penyusutan
lahan sawah dari Tahun 2003 sampai Tahun 2013 adalah 33.699,88 Ha atau
rata-rata per tahun sebesar 3.699 ha. Daerah yang lahan pertaniannya, beralih
fungsi ke lahan non pertanian yaitu permukiman 1.503,57 Ha, hutan tanaman
1.629 Ha dan pertanian lahan kering 2.174,37 Ha.
1) Lahan Kritis
Tahun 2014 hutan negara di Jawa Tengah seluas 651.214,02 Ha dan
hutan rakyat seluas 637.890 Ha, sehingga luas lahan yang berfungsi
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
8
sebagai kawasan hutan seluas 1.289.104,54 Ha. Berdasarkan review lahan
kritis yang dilakukan pada tahun 2013, luas lahan kritis di Jawa Tengah
seluas 634.601 Ha.
2) Kerusakan Wilayah Pesisir
Daya dukung ekosistem perairan terhadap peningkatan produksi
perikanan tangkap semakin menurun. Hal ini dilihat dari kerusakan
terumbu karang pada Tahun 2014 mencapai 92,06% dari total luasan
terumbu karang. Kerusakan terumbu karang tersebut disebabkan oleh
penggunaan alat tangkap tidak sesuai standar dan tidak ramah lingkungan
Luas hutan mangrove di Jawa Tengah kurun waktu 2010-2014
fluktuatif, Tahun 2010 seluas 25.819,30 Ha meningkat 25.655,22 pada
Tahun 2012, namun pada Tahun 2013 dan 2014 turun menjadi 22.205,94
Ha dan 19.645,7 Ha dengan kondisi rusak mencapai 2.941,97 Ha atau
sebesar 14,98%.
Pada tahun 2012, luasan Padang Lamun di Propvinsi Jawa Tengah
secara keseluruhan adalah seluas 55,77 Ha yang tersebar di Kabupaten
Kebumen, Wonogiri, Pati, Jepara dan Batang. Dari luas tersebut, yang
mengalami kerusakan parah adalah di Kabupaten Batang yaitu seluas 7,3
Ha.
Penurunan kualitas lingkungan pantai di Provinsi Jawa Tengah juga
mengalami penurunan karena adanya abrasi yang mencapai luas sekitar
4.888,87 Ha yang terjadi di seluruh Kabupaten/Kota pesisir kecuali
Wonogiri, akresi yang mencapai 2.392,48 Ha serta adanya kerusakan
mangrove seluas 8.595 Ha yang sebagian besar terjadi di Pantura. Faktor
lainnya adalah karena besarnya volume dan jenis sedimentasi yang
terbawa arus yang masuk melalui 118 sungai untuk Pantai Utara dan 28
sungai untuk Pantai Selatan
3) Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Jawa Tengah pada Tahun 2014 berdasarkan
proyeksi Sensus Penduduk 2010 sebanyak 33.522.663 jiwa terdiri dari
laki-laki sebanyak 16.627.023 jiwa (49,60%) dan perempuan sebanyak
16.895.640 jiwa (50,40%), dengan sex ratio sebesar 98,41%. Sedangkan
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
9
jumlah rumah tangga sebanyak 9.009.084 (Tahun 2014) dengan rata-rata
anggota rumah tangga sebesar 3,7 jiwa.
Distribusi penduduk per kabupaten/kota, paling banyak yaitu
Kabupaten Brebes sejumlah 1.773.379 jiwa, selanjutnya Cilacap 1.685.573
jiwa, dan Kota Semarang 1.672.999 jiwa. Dari data laju pertumbuhan
penduduk kabupaten/kota Tahun 2014 tertinggi adalah Kota Semarang
sebesar 1,71% diikuti Kabupaten Jepara sebesar 1,52% dan Kota Salatiga
sebesar 1,46%. Adapun pertumbuhan terendah Kabupaten Tegal,
Pemalang, Purworejo, dan Kebumen masing-masing sebesar 0,36% dan
Kota Magelang sebesar 0,37%. Kepadatan penduduk kabupaten/kota
Tahun 2014 yang tertinggi di Kota Surakarta, disusul kemudian Kota
Tegal dan Kota Magelang
4) Pertumbuhan Industri
Capaian pertumbuhan industri besar di Jawa Tengah selama tahun
2010-2014 mengalami peningkatan. Industri besar dari 495 unit usaha
pada tahun 2010 menjadi 867 unit usaha pada tahun 2014. Untuk jumlah
IKM sebanyak 320.770 unit usaha pada tahun 2010, menjadi 423.124 unit
usaha pada tahun 2014.
Response
Upaya mengatasi kerusakan lingkungan dan tata guna lahan di Provinsi jawa
Tengah diwujudkan melalui beberapa program/kegiatan antara lain :
a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup,
berupa Standarisasi kualitas bahan baku
b. Program Perlindungan dan Konsevasi Sumberdaya Alam, melalui kegiatan
koordinasi Penanganan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan
c. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kegiatan Peningkatan dan Pengendalian aspek lingkungan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di wilayah Perkotaan
d. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam berupa
Kegiatan :
1. Penanganan kerusakan dan pelestarian kawasan tambak/permukiman
masyarakat pada ekosistem pesisir pantai utara
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
10
2. Kegiatan Koordinasi Penanganan Kerusakan Lingkungan di Kawasan
Dataran Tinggi Dieng
e. Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH
Berupa Kegiatan Pelatihan Ekoefisiensi dan Produksi Ramah Lingkungan
serta Penguatan Kelembagaan & Pengembangan Teknologi Konservasi
pada daerah tangkapan air ekosistem dataran tinggi
f. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan, meliputi kegiatan :
1. Fasilitasi Bantuan Bibit, Perbenihan dan Pengembangan Budidaya
Tanaman Kehutanan
2. Rehabilitasi dan Penanganan DAS
g. Program Perencanaan Dan Pengembangan Hutan, diwujudkan dengan
kegiatan Penatagunaan Hutan
h. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan yaitu
Koordinasi Pembangunan Kehutanan dan Pelestarian Sumber Daya Hutan.
2.4 Bencana Alam
State
Tahun 2013 sebutan Indeks Rawan Bencana Indonesia BNPB berubah
menjadi Indeks Risiko Bencana dan Provinsi Jawa Tengah berada pada
peringkat 13 dari seluruh Provinsi se Indonesia dengan nilai skor 158
termasuk kategori tinggi. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana tersebut
sebanyak 22 kabupaten/ kota termasuk risiko tinggi, dan 13 kabupaten/kota
lainnya termasuk risiko sedang. Adapun risiko tertinggi adalah kabupaten
Cilacap dan Purworejo yang masing-masing memiliki skor 215.
Pressure
1) Permasalahan Tata Ruang
Dalam aspek pengendalian pemanfaatan ruang, kondisi hingga tahun 2014,
diketahui tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
sebesar 63%. Hal ini disebabkan antara lain masih adanya perizinan yang
belum efektif dan efisien, kurang terpadunya dokumen rencana
pembangunan daerah dengan rencana tata ruang, kurang optimalnya
kelembagaan yang menangani urusan penataan ruang, serta umur
perencanaan yang baru 5 tahun dari 20 tahun. Sebagai bentuk pembinaan
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
11
dan fasilitasi penyelenggaraan penataan ruang kabupaten/kota aspek
pengendalian pemanfaatan ruang, pemerintah provinsi telah melakukan
fasilitasi penyelesaian permasalahan pemanfaatan ruang sebanyak 10
permasalahan.
2) Perubahan Iklim
Dengan menggunakan penilaian regional, terjadi perubahan fenomena
iklim di Jawa Tengah yaitu peningkatan curah hujan, peningktan suhu,
kenaikan tinggi muka air laut dan peningkatan cuaca ekstrim.
Tingkat kerentanan terhadap perubahan iklim ditentukan oleh indikator-
indikator yang mempengaruhi keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas
adaptasi suatu sistem. Ketiga faktor tersebut berubah menurut waktu
sejalan dengan dilaksanakannya kegiatan pembangunan dan upaya-upaya
adaptasi. Tingkat keterpaparan dan tingkat sensitivitas dapat dicerminkan
oleh kondisi biofisik dan lingkungan, serta kondisi sosial-ekonomi.
Berdasarkan kajian Indeks Kerentanan Perubahan Iklim oleh KLHK pada
2014 menunjukkan bahwa sebanyak 11 kabupaten dalam kategori
kerentanan sedang, 18 kabupaten memiliki kategori rendah dan sisanya
sebanyak 6 kabupaten dalam kategori tingkat kerentanan sangat rendah.
Response
Respon pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mengatasi persoalan
kebencanaan telah dikembangkan 5 program dan 6 kegiatan yaitu :
a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup ,
kegiatan Standarisasi kualitas bahan baku
b. Program Perlindungan dan Konsevasi Sumberdaya Alam Kegiatan dengan
Koordinasi Penanganan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan
c. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam,
meliputi kegiatan :
1. Penanganan kerusakan dan pelestarian kawasan tambak/ permukiman
masyarakat pada ekosistem pesisir pantai utara
2. Kegiatan Koordinasi Penanganan Kerusakan Lingkungan di Kawasan
Dataran Tinggi Dieng
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
12
d. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam dengan
kegiatan : Penanganan, Mitigasi, Adaptasi dan Pencegahan Pencemaran
serta Kerusakan Lingkungan Akibat Bencana/Gangguan lingkungan dan
Pemanasan Global
e. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan melalui upaya Rehabilitasi dan
Penanganan DAS.
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
13
IV. INOVASI DAERAH PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
5.1 Inisiatif Kepala Daerah
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menganggarkan kegiatan
bidang lingkungan hidup pada Tahun 2016 sebesar Rp. 28.355.700.000,00
terdiri dari 12 Program dan 48 kegiatan. Total penganggaran bidang
lingkungan hidup Jawa Tengah beserta seluruh Kabupaten/Kota mencapai
Rp. 94.396.585.500,00. Jumlah personil lembaga pengelola lingkungan
hidup Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Jawa Tengah mencapai 952 PNS
dan dilakukan pelatihan personil teknis laboratorium lingkungan dan
pelatihan manajemen laboratorium lingkungan yang diikuti oleh 70 orang
dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Pada Tahun 2016, Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah meresmikan aplikasi bernama Government Resource
Management System (GRMS) dan Lapor Gub berbasis Android. Aplikasi
berbasis website ini memuat perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
evaluasi dan penatausahaan yang sangat memudahkan pegawai dalam
menjalankan roda pemerintahan secara efektif, efisien, transparan dan
akuntabel.
5.2 Inisiatif Masyarakat
1. Inovasi Penyusunan Peraturan Desa (Perdes) tentang Pelestarian
Lingkungan Hidup Melalui Pendekatan Kearifan Lokal
Masyarakat
Inovasi Penyusunan Perdes tentang Pelestarian Lingkungan
Hidup di Jawa Tengah membawa dampak perubahan yang signifikan
khususnya perilaku masyarakat terhadap pelestarian lingkungan
hidup, maka Gubernur Jawa Tengah mendukung menerbitkan Surat
Edaran (SE) kepada Bupati/ Walikota se Jawa Tengah Nomor
660/002146 tanggal 25 Februari 2015. Tujuan diterbitkannya Surat
Edaran Gubernur tersebut yaitu menghimbau kepada Bupati/ Walikota
untuk memotivasi para kepala desa di wilayahnya masing-masing
untuk menyusun Peraturan Desa tentang Pelestarian Lingkungan
Hidup. Hal ini merupakan bentuk inisiatif Kepala Daerah dalam upaya
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
14
meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Tahun 2016 Bupati
Banyumas memulai dengan memberikan pengarahan dan sosialisasi
terhadap 300 Desa untuk menyusun Perdes. Bupati Semarang Tahun
2015 juga mengadakan bimbingan teknis penyusunan Perdes sejumlah
38 Desa dan 40 Desa pada Tahun 2016 serta 114 Desa pada Tahun
2017. Bupati Tegal pada Tahun 2016 memberikan sosialisasi Perdes
terhadap 140 Desa. Kabupaten Kebumen pada Tahun 2017 juga akan
memfasilitasi 10 Desa untuk menyusun Perdes Pelestarian
Lingkungan Hidup.
Hingga tahun 2016, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Provinsi Jawa Tengah telah melakukan fasilitasi Penyusunan Perdes
tentang Pelestarian Lingkungan Hidup dan menghasilkan produk
hukum Perdes sebanyak 30 desa di Jawa Tengah 37 Desa yang
difasilitasi Kabupaten/Kota.
2. Inovasi Pembentukan Kelompok Sistem Pengawasan Masyarakat
(Siswasmas)
Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat atau Siswamas.
adalah inovasi dalam hal pengawasan pencemaran lingkungan
berbasis masyarakat. Sampai dengan Tahun 2016 telah tercatat
Kelompok Siswamas yang terbentuk sebanyak 31 kelompok.
Gambar 4.10
Langkah tindak lanjut penanganan dan penyelesaian oleh Siswasmas
3. Deklarasi Kaligarang
Laporan : Informasi Kenerja Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
15
Deklarasi Kaligarang merupakan bentuk komitmen antara
Pemerintah Daerah, Stakeholder dan masyarakat dalam menjaga Daerah
Aliran Sungai di bagian Hulu, Tengah dan Hilir dalam gerakan untuk
penyelamatan Kaligarang. Pelaksanaan Deklarasi Kaligarang dilaksanakan
pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tingkat Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2016 di bantaran Sungai Kaligarang, Kota Semarang.
Deklarasi ini ditandatangani oleh berbagai elemen pemerintah, akademisi,
swasta dan masyarakat hulu, tengah dan hilir, pakar lingkungan hidup,
Rektor Universitas Diponegoro, Rektor Universitas Negeri Semarang,
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Bupati Semarang dan Walikota Semarang.
Komitmen dalam Deklarasi Kaligarang adalah sebagai berikut:
1. Kami para pihak yang berkaitan dan berkepentingan dengan
Kaligarang di Kota Semarang, menyadari fungsi Kaligarang sebagai
sumber kehidupan dan penghidupan, dan menyadari pula bahwa
Kaligarang saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan ditandai
dengan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas ekosistem sungai yang
tidak memenuhi syarat sebagai sumber kehidupan dan penghidupan;
2. Bertolak dari kondisi di atas, kami berkomitmen untuk memelihara,
merawat dan meningkatkan fungsi kaligarang sehingga menjadi
sumber kehidupan dan penghidupan.
Tindak lanjut Deklarasi Kaligarang yang telah dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1. Membentuk Komunitas yang legal;
2. evaluasi kegiatan pada 6 bulan pertama;
3. Program Jangka Panjang merupakan agenda tahunan untuk kegiatan
“Semarang Kaline Resik”;
4. Penugasan bagi perguruan tinggi untuk pendampingan Sungai dalam
kegiatan peningkatan kualiats Sungai;