laporan ikan patin kel 7

32
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan baku minyak goreng dapat diganti dengan berbagai bahan lainnya, seperti jagung, buah kelapa, dan ikan. Semakin bagus bahan baku yang digunakan maka semakin mahal harga minyak tersebut. Selain itu kuantitas bahan baku yang tersedia di alam juga mempengaruhi harga minyak yang akan dihasilkan. Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air. Minyak ikan ini terbagi atas dua golongan yaitu minyak hati ikan (fish liver oil) yang terutama di manfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan golongan lainnya adalah minyak tubuh ikan (body oil). Kadar minyak dalam ikan sangat bervariasi, dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu jenis ikan, jenis kelamin, umur ikan, musim, siklus bertelur, dan lokasi geografis. Komposisi minyak ikan laut lebih kompleks, mengandung asam lemak tak jenuh berantai panjang, yang lebih banyak dibandingkan ikan air tawar. Pada percobaan ini, metode yang digunakan adalah ekstraksi minyak ikan dari limbah ikan patin. Bahan yang digunakan adalah limbah dari ikan patin tersebut, yaitu lemak ikan. Alasan dalam penggunaan limbah ikan ini karena biasanya limbah ikan patin hanya digunakan sebagai pakan makan ikan lainnya atau bahkan hanya

Upload: amrie-iam

Post on 05-Dec-2014

176 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ikan Patin Kel 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini bahan baku minyak goreng dapat diganti dengan berbagai bahan

lainnya, seperti jagung, buah kelapa, dan ikan. Semakin bagus bahan baku yang

digunakan maka semakin mahal harga minyak tersebut. Selain itu kuantitas bahan

baku yang tersedia di alam juga mempengaruhi harga minyak yang akan

dihasilkan.

Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air.

Minyak ikan ini terbagi atas dua golongan yaitu minyak hati ikan (fish liver oil)

yang terutama di manfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan golongan

lainnya adalah minyak tubuh ikan (body oil).

Kadar minyak dalam ikan sangat bervariasi, dipengaruhi oleh banyak faktor,

yaitu jenis ikan, jenis kelamin, umur ikan, musim, siklus bertelur, dan lokasi

geografis. Komposisi minyak ikan laut lebih kompleks, mengandung asam lemak

tak jenuh berantai panjang, yang lebih banyak dibandingkan ikan air tawar.

Pada percobaan ini, metode yang digunakan adalah ekstraksi minyak ikan

dari limbah ikan patin. Bahan yang digunakan adalah limbah dari ikan patin

tersebut, yaitu lemak ikan. Alasan dalam penggunaan limbah ikan ini karena

biasanya limbah ikan patin hanya digunakan sebagai pakan makan ikan lainnya

atau bahkan hanya dijadikan limbah buangan. Sedangkan alat yang digunakan

dalam proses ekstraksi adalah alat kukus, oven, dan corong pisah.

1.2 Tujuan Praktikum

a. Mengisolasi minyak ikan dari limbah ikan patin

b. Menghitung rendemen

c. Menghitung asal lemak bebas

1

Page 2: Laporan Ikan Patin Kel 7

2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ikan Patin

Ikan patin dengan nama latin Pangasius pangasius merupakan salah satu

ikan air tawar yang kaya dengan minyak dengan lemak ikan yang bagus untuk

kesehatan kita. Ikan patin memiliki ciri fisik berbadan panjang berwarna putih

perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil,

mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah yang merupakan ciri khas

golongan catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang

berfungsi sebagai peraba.

Kerabat ikan patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya

Pangasius polyurando (ikan juaro), Pangasius macronema, Pangasius nasutus.

Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada

pembudidayaanm, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40

cm.sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang

mengalir untuk membesarkan tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir

kandungan oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan

ini. Jenis ikan patin ini biasanya dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi yaitu

sebagai sumber protein hewani selain itu ada juga yang memanfaatkanya sebagai

ikan hias.

Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air.

Minyak ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan (fish liver oil)

yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan golongan

lainnya adalah minyak tubuh ikan (body oil). Sifat minyak ikan yang telah

dimurnikan secara organoleptik, yaitu cairan yang berwarna kuning muda, jernih

dan berbau khas minyak ikan. Sifat fisiknya berbentuk cair dengan berat jenis

sekitar 0,92 gr/ml dan sifatnya yaitu angka iod lebih dari 65gr/100 gr, angka

penyabunan 185-195 mg/gr, asam lemak bebas 0,1-13%, dan angka tidak

tersabunkan 0,5-2,0 mg/gr.

2

Page 3: Laporan Ikan Patin Kel 7

3

Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:

Ordo : Ostarioplaysi.

Subordo : Siluriodea.

Famili : Pangasidae.

Genus : Pangasius.

Spesies : Pangasius pangasius

Selain merupakan sumber protein, ikan patin juga memiliki beberapa

kandungan berbagai zat yang sangat bermanfaat, diantaranya asam lemak tak

jenuh, Omega-3, Selenium, dan Taurin. Potensi yang bermanfaat ini juga dilihat

dari anilisis kandungan gizi ikan ini mengandung 16,08% protein, kandungan

lemak sektiar 5,75%, karbohidrat 1,5%, abu 0,97% dan air 75,7%.

2.2 Minyak Ikan

Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air

(Winarno, 1995). Minyak ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati

ikan (fish liver oil) yang terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D,

dan golongan lainnya adalah minyak tubuh ikan (body oil) seperti halnya minyak

ikan lemuru. Minyak ikan lemuru mengandung asam lemak berikatan rangkap,

misalnya Eicosa Pentanoat Acid (EPA), dan Deocosa Hexaenoat Acid (DHA),

dengan nama populernya asam lemak omega-3. Sifat minyak ikan yang telah

dimurnikan secara organoleptik, yaitu cairan yang berwarna kuning muda, jernih

dan berbau khas minyak ikan. Sifat fisiknya berbentuk cair dengan berat jenis

sekitar 0,92 gr/ml dan sifatnya yaitu angka iod lebih dari 65 gr/100 gr, angka

penyabunaan 185-195 mg/gr, asam lemak bebas 0,1-13 %, dan angka tidak

tersabunkan 0,5-2,0 mg/gr.

Minyak ikan yang diperoleh sebagai hasil samping dari pengolahan tepung

ikan dan ikan kaleng mengandung banyak kotoran. Kotoran pada minyak ikan

dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kotoran yang tidak larut dalam minyak

(kotoran fisik, air dan protein), kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam

minyak (fosfatida dan karbohidrat) dan kotoran yang terlarut dalam (asam lemak

Page 4: Laporan Ikan Patin Kel 7

4

bebas, pigmen, mono dan digliserida, senyawa hasil oksidasi, logam dan bahan-

bahan yang tak tersabunkan (Irianto, 2002).

Berdasarkan kandungan minyaknya, ikan dapat dikelompokkan menjadi:

a. ikan berlemak sedikit (lean fish) dengan kandungan minyak kurang dari 2

persen

b. ikan berlemak rendah (low fat) dengan kandungan minyak 24 persen

c. ikan berlemak sedang (medium fat) dengan kandungan minyak 48 persen

d. ikan berlemak tinggi (high fat) dengan kandungan minyak lebih dari 8 persen.

Kadar minyak dalam ikan sangat bervariasi, dipengaruhi oleh banyak faktor,

yaitu: spesies ikan, jenis kelamin, tingkat kematangan (umur), musim, siklus

bertelur, dan lokasi geografis. Komposisi minyak ikan laut lebih kompleks,

mengandung asam lemak tak jenuh berantai panjang, yang lebih banyak

dibandingkan ikan air tawar.

Asam lemak tak jenuh berantai panjang pada minyak ikan laut umumnya

mengandung 18, 20, dan 22 atom karbon, yang dihubungkan oleh 36 ikatan

rangkap. Sementara komposisi asam lemak ikan air tawar umumnya mengandung

16 dan 18 atom karbon, yang dihubungkan oleh 13 ikatan rangkap. Makin panjang

rantai karbon dan makin banyak jumlah ikatan rangkap penyusun asam lemak,

maka makin besar peranan asam lemak tersebut bagi kesehatan. (Asep Candra)

Lemak ikan terdiri dari unit-unit kecil yang disebut asam lemak. Asam lemak

pada minyak ikan terdiri dari tiga tipe, yaitu:

a. Asam lemak jenuh (tidak mempunyai ikatan rangkap), contohnya asam

palmitat, asam miristat, dan asam stearat,

b. Asam lemak tak jenuh tunggal (mempunyai satu ikatan rangkap),

contohnya oleat, dan

c. Asam lemak tak jenuh ganda (mempunyai lebih dari satu ikatan rangkap)

Semakin panjang rantai karbon pada suatu jenis asam lemak dan semakin

banyak jumlah ikatan rangkap pada rantai karbon penyusunnya, maka asam lemak

itu akan semakin kaya akan manfaat bagi kesehatan manusia.

Page 5: Laporan Ikan Patin Kel 7

5

Asam lemak Omega-3 yang dominan pada ikan adalah asam linolenat yang

tersusun dari 18 atom karbon dan 3 ikatan rangkap, asam eikosapentaenoat

(eicosapentaenoic acid/EPA) yang tersusun dari 20 atom karbon dan 5 ikatan

rangkap, serta asam dokosaheksaenoat (docosahexaenoic acid/DHA) yang

tersusun dari 22 atom karbon dan 6 ikatan rangkap.

Asam lemak Omega-3 banyak dijumpai pada ikan laut, seperti lemuru,

herring, makarel, salmon, tuna, dan anchovy. Minyak ikan lemuru kaya akan EPA

yang jumlahnya dapat mencapai 7,1 g/100 g, sedangkan minyak ikan tuna kaya

akan DHA dengan jumlah 8,2 g/100 g. (Asep Candra)

Asam lemak Omega-3 telah terbukti sangat besar manfaatnya bagi kesehatan,

yaitu:

1. Hipokolesterolemik (menurunkan kadar kolesterol darah)

2. Mengurangi risiko penyakit diabetes melitus (kencing manis), hipertensi

(tekanan darah tinggi), aneka kanker, penyakit kulit, serta membantu

meningkatkan daya tahan tubuh

3. Berperan penting dalam proses tumbuh kembang otak janin. 

Berikut adalah beberapa keuntungan besar dari minyak ikan:

1. Minyak ikan mencegah serangan jantung. Dr Alexander Leaf dan kolega di

Harvard Medical School menyatakan, bahwa dengan mengkonsumsi ikan,

seperti salmon atau tuna dua kali seminggu dapat mencegah serangan

jantung. Tidak hanya itu saja, penelitian di Universitas Southampton pun

menyatakan demikian, Omega-3 yang terkandung dalam ikan mampu

melindungi terhadap penyakit jantung dan stroke.

2. Selain itu, minyak ikan dapat mengurangi resiko kematian dari serangan

jantung mendadak. Ketua peneliti Dr. Roberto dan Consortia Mario,

Lembaga penelitian Santa Maria Embargo, Italia menemukan satu kasus,

yaitu dalam dosis harian gram omega-3 minyak ikan cukup signifikan

untuk mengurangi kematian dari serangan jantung mendadak sampai 42%.

3. Minyak ikan membantu mengurangi gejala lupus. Para peneliti di

Universitas Ulster menemukan bahwa orang yang makan ikan tongkol,

ikan kembung dan ikan serupa dapat mengurangi gejala lupus.

Page 6: Laporan Ikan Patin Kel 7

6

4. The Institute Paterson menemukan bahwa minyak ikan omega-3 mampu

melindungi atau mencegah terkenanya kanker prostat.

5. Minyak ikan mengurangi pertumbuhan kanker payudara. Para peneliti dari

Indiana University menemukan bahwa omega-3 fatty acid dapat

mengurangi pertumbuhan sel kanker payudara.

6. Minyak ikan mengurangi radang. Para peneliti dari Harvard Medical

School dan Brigham dan Women’s Hospital menemukan bahwa diet tinggi

dalam minyak ikan dapat membantu meningkatkan kondisi tubuh dan

menghindarkan dari sakit radang.

7. Minyak ikan mencegah beberapa gejala kanker lanjutan. Profesor Kevin

Fearon dan rekan-rekan di Edinburgh Royal Infirmary menemukan bahwa

minyak ikan mampu mencegah cachexia – wasting yang parah dan berat

badan yang berhubungan dengan beberapa jenis kanker lanjutan.

8. Minyak ikan mampu menanggulangi asma. Para peneliti di Universitas

Cambridge menemukan bahwa minyak ikan dapat melindungi tubuh dari

gangguan pernapasan atau asma.

9. Peneliti di Universitas Bristol menyatakan bahwa minyak ikan bagus

untuk visual otak dan perkembangan anak-anak.

10. Minyak ikan membantu sindrom kelelahan kronis. Dr.Basant Puri dan

rekan-rekan di Rumah Sakit di London menemukan bahwa mengambil

omega-3 suplemen minyak ikan dapat membantu untuk meringankan

beberapa gejala berkaitan dengan sindrom kelelahan kronis.

Minyak Ikan dapat ditemukan pada ikan patin. Ikan Patin dengan nama latin

Pangasius pangasius merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan ciri fisik

berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-

biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di

sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya

terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.

Minyak ikan diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi minyak adalah suatu

cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan. Cara ekstraksi yang biasa

dilakukan, yaitu metode ekstraksi dengan aseton, metode ekstraksi dengan

Page 7: Laporan Ikan Patin Kel 7

7

hidrolisa, metode dry rendering, metode wet rendering dan ekstraksi dengan

silase. Pada praktikum minyak ikan dilakukan metode wet rendering, yaitu proses

yang umumnya digunakan untuk membuat tepung ikan. Tahap proses ini meliputi

kombinasi pemasakan dan pengeringan dengan menggunakan uap panas pada

keadaan hampa. Pengadukan secara lambat dilakukan selama pengeringan tepung

ikan dan dilakukan pengepresan untuk memisahkan tepung dan minyak ikan.

Tahapan-tahapan pemurnian minyak ikan, yaitu penyaringan, degumming,

netralisasi, pemisahan sabun, pemucatan dan deodorisasi.

Tujuan dari pemurnian minyak ikan adalah untuk menghilangkan rasa dan bau

yang tidak enak, warna yang tidak menarik, dan memperpanjang masa simpan

minyak sebelum dikonsumsi dan digunakansebagai bahan mentah dalam industri

(Ketaren, 1986). Kualitas minyak ikan yang dihasilkan pada proses pemurnian

tergantung pada cara penyimpanan dan penanganan ikan sebelum dimurnikan.

Pada tahap penyaringan, minyak ikan yang diperoleh sebagai hasil samping

pengolahan tepung ikan atau ikan kaleng disaring terlebih dahulu dengan

penyaring kawat untuk memisahkan kotoran-kotoran visual seperti sisa daging

dan gumpalan protein. Minyak yang telah bebas dari kotoran visual ditentukan

kandungan asam lemak bebasnya (free fatty acid/FFA). Degumming merupakan

proses pemisahan getah dan lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu

karbohidrat, air, dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam

minyak (Ketaren, 1986). Degumming dilakukan dengan penambahan NaCl 8%

kedalam minyak ikan pada suhu 60 oC selama 15 menit. Larutan NaCl yang

ditambahkan sebanyak 40% dari volume minyak yang dimurnikan dan selama

degumming dilakukan pengadukan.

Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari

minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau

pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stoc) (Ketaren, 1986).

Netralisasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH 1N ke dalam minyak

yang sudah mengalami proses degumming.

Page 8: Laporan Ikan Patin Kel 7

8

Selanjutnya minyak yang telah dinetralkan dibiarkan beberapa saat supaya

terjadi pemisahan sabun yang terbentuk.Lapisan sabun berada pada lapisan bawah

dan lapisan minyak pada bagian bawah.Kemudian sabun tersebut diambil.Untuk

menghilangkan sabun-sabun yang masih tersisa, pada minyak ikan ditambahkan

air panas sambil diaduk dan kemudian dibiarkan supaya terjadi pemisahan minyak

dan air.Setelah itu air yang terpisah dibuang (Irianto, 2002).

Pemucatan ialah suatu proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk

menghilangkan atau memucatkan warna yang tidak disukai dan menghilangkan

getah (gum) yang ada dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan penambahan

adsorben, umumnya dilakukan dalam ketel yang dilengkapi dengan pipa uap dan

alat penghampa udara.Minyak dipanaskan pada suhu 105 oC selama 1 jam.

Adsorben ditambahkan saat minyak mencapai suhu 70-80 oC sebanyak 1-1,5%

dari berat minyak. Selain warna, diserap pula suspensi koloid dan hasil degradasi

minyak seperti peroksida (Irianto, 2002). Faktor yang mempengaruhi pemucatan

adalah suhu, waktu, dan tekanan.

Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk

menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses

deodorisasi, yaitu penyulingan minyak dengan uap panas pada tekanan atmosfer

atau keadaan hampa (Ketaren, 1986).

Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompa minyak ke dalam ketel

deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250 oC pada

tekanan 1 atmosfer dan selanjutnya pada tekanan rendah (kurang lebih 10 mmHg),

sambil dialiri uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat

menguap (Ketaren, 1986). Setelah proses deodorisasi selesai, minyak ikan

kemudian didinginkan sehingga suhu menjadi kurang lebih 84 oC dan selanjutnya

minyak ikan dikeluarkan (Irianto, 2002).

Page 9: Laporan Ikan Patin Kel 7

9

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan

pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk

mengambil zat terlarut tersebut dari suatu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali

campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar

sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah

dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat

erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifatnya terlalu kecil, atau tersedia dalam

konsentrasi terlalu rendah.

Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses

yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh

pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak

wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklatdan yang dapat

dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunkan

air panas dari biji kopi yang telah dibakaratau digiling.

Ekstraksi minyak atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak

atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun

ekstraksi minyak atau lemak itu bermacam-macam.yaitu rendering (dry rendering

dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction).

1. Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan

yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.Pada

semua cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik,yang

bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk

memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau

lemak yang terkandung didalamnya.

Page 10: Laporan Ikan Patin Kel 7

10

Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua cara,yaitu :

a. Wet Rendering

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air

selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang

terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan

40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60psi). Penggunaan temperature rendah

pada wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau

lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi

dengan alat pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan

perlahan-lahan sampai suhu 50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan

naik keatas akan naik keatas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering

dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu popular, sedangkan proses

wet rendering dengan mempergunakan temperatur yang tinggi disertai dengan

tekanan uap air, dipergunkan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam

jumlah yang besar. Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau digester. Air

dan bahan yang akan diekstraksi dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap

air sekitar 40 sampai 60 pound selama 4-6 jam.

b. Dry Rendering

Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama

proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan

dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang

diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa

penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan

pada suhu 220°F sampai 230°F (105°C-110°C). Ampas bahan yang telah diambil

minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan

dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan

dari bagian atas ketel.

Page 11: Laporan Ikan Patin Kel 7

11

2. Pengepresan Mekanik (Mechanical Expression)

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,

terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk

memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi(30-70%). Pada

pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau

lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup

pembuatan serpih,perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.

Dua cara umum dalam pengepresan mekanis,yaitu:

a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)

Pada cara hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan sekitar

2000pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang

dapat diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang

dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya

minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6 persen,tergantung

dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidra.

b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)

Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri

dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada

temperatur 240°F (115,5°C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air

minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen,sedangkan

bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak antara 4-5 persen. Cara lain

dalam mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung

minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan

pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi.

Page 12: Laporan Ikan Patin Kel 7

12

3. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent Extraction)

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam

pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak

yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah,dan mutu minyak kasar yang

dihasilkan cenderung menyerupai hasil dari expeller pressing, karena sebagian

fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa

digunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum

eter,gasoline carbon disulfide, karbon tetra klorida,benzene dan n-heksan. Perlu

perhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5

persen. Bila lebih,seluruh system solvent extraction perlu diteliti lagi.

Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi. Ekstraksi

yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan

pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut

relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu

senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak

nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk

mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan

metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai.

Page 13: Laporan Ikan Patin Kel 7

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan

1. Alat pengukus

2. Oven

3. Alat pengepres

4. Corong Pisah

5. Kain

6. Buret

7. Pipet tes

8. Pipet volume

9. Erlenmeyer

10. Gelas kimia

11. Corong

12. Botol kaca

13. Statip

14. Baskom

15. Sarung tangan

16. Penangas air

17. Timbangan

3.1 Bahan :

1. Limbah ikan patin

2. Natrium Sulfat Anhidrat

3. NaOH yang telah distandarisasi

4. Phenolftalein

5. Alcohol(etanol)

6. Vaselin

13

Page 14: Laporan Ikan Patin Kel 7

14

3.2 Prosedur percobaan :

a. Pengolahan minyak ikan patin menggunakan metode Wet Rendering

1. Bersihkan limbah ikan patin dan kemudian di timbang.

2. Bentangkan Kain Serbet diatas pengukus.

3. Masukkan Limbah ikan ke dalam pengukus yang telah diisi air hingga

batas yang telah di tentukan

4. Limbah ikan patin dikukus selama 4 jam.

5. Setelah 4 jam, Matikan pengukus dan tunggu hingga dingin.

6. Kemudian Limbah ikan di press menggunakan kain serbet tadi.

7. Timbang minyak yang di peroleh.

b. Penentuan kadar asam lemak bebas

1. Siapkan larutan NaOH di dalam buret.

2. Kemudian ambil sampel minyak sebanyak 20 ml dan masukkan

kedalam Erlenmeyer.

3. Tambahkan 20 ml alcohol sebagai pelarut

4. Tutup mulut Erlenmeyer dengan aluminium foil agar tidak menguap

dan teroksidasi.

5. Panaskan dalam Water Batch lebih kurang 5 menit.

6. Tambahkan 2-3 tetes Phenoptalein sebagai indicator warna.

7. Lakukan titrasi sampai warna larutan menjadi tidak berwarna lagi.

8. Catat titik akhir titrasi dan tentukan persentase asam lemak bebas.

c. Uji densitas minyak

1. Timbang berat piknometer kosong

2. Isilah dengan sampel minyak hingga penuh.

3. Kemudian timbanglah piknometer yang telah diisi minyak tadi

4. Selanjutnya uji densitas minyak.

Page 15: Laporan Ikan Patin Kel 7

15

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasila. % rendemen = 70.37 %b. Kadar asam lemak bebas (% ALB) = 0.05 %c. Berat minyak bersih = 22.84 grd. Masa jenis minyak = 0.92 gr /ml

4.2 Pembahasan

Percobaan yang dilakukan adalah ekstraksi minyak ikan dari limbah ikan

patin dengan menggunakan metode wet rendering, yaitu dengan metode

pengukusan. Pada saat pengukusan, panas yang berasal dari air yang berada

dibawah akan menuju ke atas penyaring sampel. Panas tersebut akan menarik

minyak dari limbah tersebut dan akan melewati penyaring sampel,dan minyak

jatuh kedasar wadah pengukus yang berisi air.

Pada percobaan yang kami lakukan proses pengukusan dilakukan selama

4 jam, dalam jangka waktu 4 jam tersebut ternyata air yang terdapat dalam

pegukus telah habis dan yang tertinggal hanya minyak , hal ini dikarenakan

perbandingan sampel limbah ikan patin dan air tidak seimbang. Limbah ikan patin

yang dikukus cukup banyak sedangkan air yang digunakan tidak begitu banyak,

sehingga air didalam pengukus habis.

Jika dibandingkan pada percobaan kelompok lain, ternyata masih ada

kadar air dalam minyak, sehingga diperlukan proses pemisahan dengan

menggunakan corong pisah baru diperoleh minyak dari limbah tersebut.

Sedangkan pada percobaan ini kami tidak melakukan pemisahan menggunakan

corong pisah dikarenakan hasil dari pengukusan tersebut adalah minyak semua

dan sudah tidak ada lagi kadar air didalam minyak nya.

Selain itu juga ternyata ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses

pengukusan yaitu, pengaruh waktu ekstraksi,pengaruh jumlah air yang di pakai

untuk mengukus dan pengaruh umpan awal yang dimasukkan.

15

Page 16: Laporan Ikan Patin Kel 7

16

DATA 1 DATA 2 DATA 3

JUMLAH UMPAN 2200 gr 800 gr 1350 gr

LAMA PEREBUSAN 3,5 jam 4 jam 4 jam

JUMLAH AIR ± 2 L ± 2 L ± 2 L

HASIL Masih ada air

yang tersisa

Masih ada air

yang tersisa

Tidak ada air yang

tersisa

Table 3.1 perbandingan percobaan ekstraksi minyak ikan patin

Dari table diatas dapat dilihat dengan jumlah air yang sama namun

berbeda umpan dan lama nya waktu perebusan akan mendapatkan hasil yang

berbeda. Pada data 1 menggunakan pemanasan selama 3,5 jam dan dengan umpan

2200 gr masih menyisakan air, pada data 2 dengan perubusan selama 4 jam

menggunakan 800 gr umpan dan masih menyisakan air sedangkan pada data ke 3

pemanasan selama 4 jam dan dengan umpan 1350 gr tidak menyisakan air,

dikarenakan perbedaan jumlah umpan. Jika dibandingkan data ke 3 dengan data

ke 2 umpan yang digunakan data ke 2 lebih sedikit namun air yang digunakan

banyak sehingga masih ada bersisa air.

dari segi minyak yang dihasilkan umpan juga memberi pengaruh,pada data

ke 2 umpan 800 gr menghasilkan minyak sebanyak 350 gr sedangkan pada data

ke 3 umpan sebanyak 1350 gr menghasilkan minyak sebanyak 950 gr,minyak

yang didapat juga tergantung pada umpan atau kadar minyak yang terkandung

pada limbah ikan patin,semakin banyak umpan semakin banyak pula minyak yang

didapat.

Selanjutnya dalam penentuan kadar asam lemak bebas, minyak di campur

dengan alkohol dengan tujuan untuk membuang zat-zat pengotor yang terdapat

dalam minyak, sedangkan NaOH sebagai pentiter berfungsi sebagai pengikat air

sehingga kadar air didalam minyak tidak ada lagi. Sedangkan indikator warna

yang berupa phenoptalein berfungsi untuk menunjukkan titik akhir titrasi dimana

terjadinya perubahan dari pink berubah menjadi tidak berwarna.

Page 17: Laporan Ikan Patin Kel 7

17

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. % Rendemen 70.37

2. % ALB 0.06

3. Berat sampel 1350 gr

4. Minyak yang didapat 950 gr

5. Uji viskositas berat minyak 22.84 gr

6. Masa jenis minyak 0.92 gr /ml

6.2 Saran

1. Sebaikanya jumlah air yang digunakan memiliki perbandingan yang sama

dengan sampel agar menghasilkan minyak yang bagus dan tidak memiliki

kadar asam lemak bebas yang tinggi.

2. Praktikan harus berhati-hati pada saat titrasi sedang berlangsung agar titrasi

tidak melewati titik akhir titrasi.

3. Pada saat melakukan perhitungan berhati-hati agar hasil yang diperoleh lebih

akurat.

Page 18: Laporan Ikan Patin Kel 7

18

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, A, 2009, Minyak Lemak : Minyak Ikan yang Kaya Manfaat, http://www.anneahira.com/miyak-lemak.htm, 28 September 2012.

Anonim. 2008, Pusat Budidaya, http://www.pusatbudidaya.com/page/2, [28 September 2012]

HS, Irdoni dan Nirwana HZ. 2012. Modul Praktikum Kimia Organik. Teknik Kimia Unri. Pekanbaru.

Ketaren. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta. Almuslimun, supry (2010). Proses Pengolahan Minyak Ikan.

http://laskarsamudra.blogspot.com/2010/03/proses-pengolahan-minyak-ikan.html. [7 Oktober 2012]

Candra, Asep (2011). Manfaat di balik amisnya minyak ikan. http://health.kompas.com/read/2011/05/17/11341740/Manfaat.di.Balik.Amisnya.Minyak.Ikan. [7 Oktober 2012]

Hart, Harold (1990). Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.

Irianto, H. E (2002). Diversifikasi Pengolahan Produk Perikanan Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan.

Jarreau,Emile.(2009). Fungsi Minyak Ikan Pada Kesehatan Anda. http://sehatmusehatku.wordpress.com/2009/10/05/fungsi-minyak-ikan-pada-kesehatan-anda/. [7 Oktober 2012]Rajayu, Suparni (2009). Ekstraksi.

http://www.chem-is-try.org. [6 Oktober 2012]Winarno (1995). Kimia Pangan dan Gizi.

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

18

Page 19: Laporan Ikan Patin Kel 7

19

LAMPIRAN A

19

Sampel yang akan di kukus Sampel yang sedang di kukus

Sampel yang telah masak Sampel sedang dipress

Minyak dari sampel Minyak dalam gelas piala

Page 20: Laporan Ikan Patin Kel 7

20

Uji Viskositas Minyak dalam kemasan

Page 21: Laporan Ikan Patin Kel 7

21

LAMPIRAN B

1. Berat sampel awal : 1350 gr2. Berat botol kosong : 250 gr3. Berat botol + minyak : 1200 gr

Berat minyak yang diperoleh = 1200-250 = 950 gr

a. % rendemen : Berat minyak yang didapat Berat sampel awal

% rendemen : 950 1350

1. N NaOH : 2 N2. V NaOH : 2.2 ml3. Mr Oleat : 282 gr/ml4. Berat Sampel : 7.19

b. % ALB : N NaOH x V NaOH x Mr Oleat Berat sampel x 1000

% ALB : 2 x 2,2 x 2827.19 x 1000

1. Berat piknometer kosong : 22.53 gr2. Berat piknometer + minyak : 45.37 gr3. Volume minyak : 25 ml

Berat minyak = 45.37-22.36= 22.84 gr

c. Densitas = Berat Minyak Volume Minyak

= 22.84 gr¿0.92 gr /ml 25 ml

21

x 100 %

x 100 % = = 0.05 %

x 100 %

x 100 % = 70.37 %