laporan identifikasi pelayanan di puskesmas

31

Upload: vallery-budianto

Post on 19-Nov-2015

119 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

RL

TRANSCRIPT

LAPORAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN

KATA PENGANTAR

Dengan pembangunan di bidang kesehatan dilakukan selama ini maka derajat kesehatan masyarakat telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Meskipun demikian, hasil pembangunan tersebut masih belum dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat dan hasil yang dicapaipun masih belum seluruhnya memuaskan. Menyadari akan ha1 tersebut, Pemerintah Republik Indonesia telah menyusun strategi kebijakan pembangunan kesehatan yang didasarkan pada Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan sebagai Strategi Nasional menuju Indonesia Sehat 2010 yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada pembukaan Rakerkesnas Departemen Kesehatan RI pada tanggal 1 Maret 1999. Dengan strategi ini, perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya di semua sektor harus mampu mempertimbangkan dampak negatif dan positifnya terhadap kesehatan baik individu, keluarga dan masyarakat. Selain itu, upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat akan lebih mengutamakan upaya prepentif dan promotif, tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dasar pandang baru dalam pembangunan tersebut dikenal sebagai Paradigma Sehat. Dalam upaya mengoptimalkan kenerja dan standarisasi pelayanan kesehatan di seluruh daerah maka diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota serta Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Mengingat BAPPEDA Kota Palangka Raya merupakan mitra kerja Dinas Kesehatan dalam rangka perencanaan pembangunan bidang kesehatan di Kota Palangka Raya, maka telah dilakukan pendataan tentang pelayanan yang dilaksanakan di Puskesmas yang ada. Berikut ini laporan tentang pelayanan kesehatan di Puskesmas yang ada di Kota Palangka Raya Tahun 2009, kiranya dapat bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan bidang kesehatan di Kota Palangka Raya. Palangka Raya, November 2010KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KOTA PALANGKA RAYA,

Ir. SAING SALEHPembina Utama Muda

NIP. 19550515 198303 1 024iTIM PENYUSUNNo.NamaJabatan RutinJabatan dalam Tim Penyusun

1.Ir. SAING SALEH Kepala BAPPEDA Kota Palangka RayaPelindung/Pengarah

2.Drs. RUDI LISTIANTOKepala Bidang Sosial Budaya BAPPEDAKetua

3.TARONGGAL SILALAHI, SP.Kasubid. Kesra, Kependudukan dan Tenaga Kerja BAPPEDASekretaris

4.Drs. SERNUS Kasubid. Pendidikan Mental Spiritual BAPPEDAAnggota

5.INDRIANI HANDAYANI, ST.Kasubid. Pendataan pada Bidang Pendataan dan Pelaporan BAPPEDA Kota Palangka Raya Anggota

6.VALLERY BUDIANTO, STPelaksana pada Bidang Sosial BudayaAnggota

7.MARTONO, SPPelaksana pada Bidang Sosial BudayaAnggota

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantari

Daftar Isiii

BAB I PENDAHULUAN1

A.Latar Belakang 1

B.Identifikasi Masalah2

C.Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data3BAB II HASIL ANALISA4

A.Hasil Inventarisasi UKS di Sekolah4

B.Ketentuan Dalam Pembinaan UKS 7

C.Hasil Identifikasi10BAB III PENUTUP16

A.Kesimpulan 16

B.Saran

16DAFTAR PUSTAKA18iiBAB I. PENDAHULUAN

A. PARADIGMA SEHATParadigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Secara makro, paradigma sehat berarti bahwa pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan, paling tidak harus memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Secara mikro, paradigma sehat berarti bahwa pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia, di samping juga merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan adalah: Keadaan pemukiman perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, juga teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti: pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan. Upaya-upaya dalam bidang lingkungan dan perilaku tersebut pada waktu yang lalu belum dilaksanakan optimal. Padahal meskipun upaya kesehatan sudah dilakukan maksimal, tetapi apabila lingkungan dan perilaku belum berkembang baik, tidak akan menjamin peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu pada waktu yang akan datang pembangunan kesehatan perlu lebih proaktif tidak menunggu orang sakit, melainkan aktif memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat, dalam rangka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia produktivitas masyarakat.B. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DASAR PUSKESMASPuskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yanng disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota Kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. Pelayanan Kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan:

- Kuratif (pengobatan)

- Preventif (upaya pencegahan)

- Promotif (peningkatan kesehatan)

- Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedaan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.

1.Fungsi dan Peran PuskesmasFungsi Puskesmas:

1) Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.

2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat

3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:

a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.

b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program Puskesmas.

Peran Puskesmas:

Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian maajerial di atas bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Adapun ke depan, Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.

2.Kedudukan Puskesmas

Kedudukan Puskesmas sesuai dengan fungsinya adalah :

1. Kedudukan secara administratif

Puskesmas merupakan perangkat teknis pemerintah kabupaten/kota dan bertanggung jawab langsung baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

2. Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan

Dalam urutan hirarki pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka Puskesmas berkedudukan pada Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama.

Yang dimakssud fasilitas dalam pengembangan pelayanan kesehatan, Puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif sesuai kebijakan Rencana Strategis daerah kabupaten/kota di bidang kesehatan.

Sebagai contoh:

Di bidang promotif, Puskesmas dimungkinkan menggunakan LCD Proyektor sebagai sarana penyuluhan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi terkini yang bersifat interaktif menggunakan perangkat audiovisual multimedia.

Di bidang penunjang kuratif, Puskesmas dapat mengembangkan Laboratorium modern menggunakan Elektro Fotometri, USG, EEG dan lain-lain secara bertahap, agar mutu pelayanan meningkat dan masyarakat dapat menikmati berbagai pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Di bidang pengembangan SDM petugas, pimpinan Puskesmas dapat mengupayakan medical review dan prosedur tetap pelayanan medis, agar upaya kuratif lebih bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.

Di bidang preventif, Puskesmas dapat mengembangkannya dalam bentuk pembuatan brosur semisal Brosur jadwal imunisasi, brosur DBD, Diare dan lain-lain sesuai skala priotitas dan kondisi tiap Puskesmas.

Di bidang rehabilitatif, juga dapat dikembangkan transfer pengetahuan kesehatan kepada khalayak berupa brosur, semisal brosur jadwal makan Diabetes saat Puasa dan lain-lain.

3.Organisasi Puskesmas

Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari :

a. Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas

b. Unsur Pembantu Pimpinan : Urusan Tata Usaha

c. Unsur Pelaksana :

1.Unit yang terdiri dari tenaga / pegawai dalam jabatan fungsional

2.Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas tiap daerah

3.Unit terdiri dari : unit I, II, III, IV, V, VI dan VII Ringkasan Uraian Tugas :

Kepala Puskesmas, mempunyai tugas pokok dan fungsi : memimpin, mengawasi dan mengkoordinir kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional.

Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas pokok dan fungsi : di bidang kepegawaian, keungan, perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan.

Unit I, mempunyai tugas pokok dan fungsi : melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana dan Perbaikan Gizi.

Unit II, mempunyai tugas pokok dan fungsi : melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit, khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium.

Unit III, mempunyai tugas pokok dan fungsi : melaksanakan kegiatan Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan tenaga Kerja dan Lansia ( lanjut usia ).

Unit IV, Mempunyai tugas pokok dan fungsi : melaksanakan kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Sekolah dan Olah Raga, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata dan kesehatan khusus lainnya.

Unit V, mempunyai tugas pokok dan fungsi : melaksanakan kegiatan di bidang pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan masyarakat dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Unit VI, mempunyai tugas pokok dan fungsi : melaksanakan kegiatan pengobatan Rawat Jalan dan Rawat Inap ( Puskesmas Perawatan ).

Unit VII, mempunyai tugas pokok dan fungsi : melaksanakan pengelolaan Farmasi.4.Program Pokok Puskesmas

Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya,

karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1) Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )

2) Keluarga Berencana

3) Usaha Peningkatan Gizi

4) Kesehatan Lingkungan

5) Pemberantasan Penyakit Menular

6) Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan

7) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8) Usaha Kesehatan Sekolah

9) Kesehatan Olah Raga

10) Perawatan Kesehatan Masyarakat

11) Usaha Kesehatan Kerja

12) Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut

13) Usaha Kesehatan Jiwa

14) Kesehatan Mata

15) Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )

16) Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan

17) Kesehatan Usia Lanjut

18) Pembinaan Pengobatan Tradisional

19) Dsb.Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Desa ( PKMD ).

Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah.

Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi, misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi atau menunda kegiatan lain.5.Jangkauan Pelayanan Kesehatan.Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan akses layanan Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata dan meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pondok Bersalin Desa (Polindes) serta Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) untuk Desa Siaga Aktif. Disamping itu penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu dan membina dasawisma akan dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.6.Dukungan Rujukan.

1) Sistem Rujukan Upaya Kesehatan:

Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional. 2)Jenis Rujukan:

Sistem Rujukan secra konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. Rujukan Medik, meliputi:

- Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.

- Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

- Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan.

b. Rujukan Kesehatan.

Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat

preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:

- Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian Luar Biasa atau berjangkitnya penyakit menular

- Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah

- Penyidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obta-obtatan atas terjadinya keracunan masal

- Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam

- Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum

- Pemeriksaan spesimen air di Laboratorium Kesehatan, dan lain-lain

3)Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan

a. Umum:

Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas

pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara

berdaya guna dan berhasil guna

b. Khusus:

-Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna

- Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna4) Jenjang Tingkat Pelayanan Kesehatan

Jenjang ( Hirarki )Komponen / unsur pelayanan kesehatan

Tingkat Rumah TanggaPelayanan Kesehatan oleh individu atau oleh

keluarganya sendiri

Tingkat MasyarakatKegiatan swadaya masyarakat dalam menolong

mereka sendiri oleh Kelompok Paguyuban, PKK,

Saka Bhakti Husada, anggota RW, RT dan

masyarakat

Fasilitas Peleyanan Kesehatan

Profesional Tingkat Pertama

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas

Keliling, Praktek Dokter Swasta, Poloklinik Swasta, dan lain-lain

Fasilitas Pelayanan Rujukan

Tingkat Pertama

Rumah Sakit Kabupaten / Kota, RS Swasta, Klinik

Swasta, Laboratorium, dan lalin-lain

Fasilitas Pelayanan Rujukan

yang lebih tinggiRS type B dan type A, Lembaga Spesialistik

Swasta, Lab. Kes. Daerah, Lab. Klinik Swasta, dll

5) Alur Rujukan

Rujukan medik:

- Intern antara petugas puskesmas

- Antara Puskesmas pembantu dengan Puskesmas

- Antara masyarakat dengan Puskesmas

- Antara Puskesmas yang satu dengan Puskesmas yang lain

- Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya.

6) Upaya Peningkatan Mutu Rujukan

Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu rujukan:

- Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan dari Puskesmas Pembantu dan Pos kesehatan lain dari masyarakat

- Mengadakan Pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi yang strategis

- Meningkatkan sarana komunikasi antara unit pelayanan kesehatan

- Menyediakan Puskesmas Keliling di setiap Kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi alat komunikasi

- Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan

- Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan.6.Puskesmas PerawatanPuskesmas Perawatan atau Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara. Dalam perkembangannya Rawat Inap dapat dibuat berdiri sendiri dengan manajemen dan tempat yang terpisah dari Puskesmas Induk. Hal ini penting untuk memberi kenyamanan bagi penderita yang dirawat sebagai wujud peningkatan mutu pelayanan. Kriteria :

Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari Rumah Sakit

Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor

Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai

Jumlah kunjungan Puskesmas minimal 100 orang per hari

Penduduk wilayah kerja Puskesmas dan penduduk wilayah 3 Puskesmas di sekitarnya minimal 20.000 jiwa per Puskesmas

Pemerintah Daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai.

Fungsi Puskesmas Perawatan adalah merupakan Pusat Rujukan Antara bagi penderita gawat darurat sebelum dibawa ke RS, dengan kegiatan melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat, antara lain:

a. Kecelakaan lalu lintas

b. Persalinan denngan penyulit

c. Penyakit lain yang mendadak dan gawat

Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata 3-7 hari perawatan

Melakukan pertolongan sementara untuk pengiriman penderita ke Rumah Sakit

Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan denngan resiko tinggi dan persalinan dengan penyulit

Melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita ( MOP dan MOW ) untuk

Keluarga Berencana.

Ketenagaan pada Puskesmas Perawatan, terdiri dari :

Dokter kedua di Puskesmas yang telah mendapatkan latihan klinis di Rumah sakit

selama 6 bulan dalam bidang bedah, obstetri-gynekologi, pediatri dan interne.

Seorang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah,

kebidanan, pediatri dan penyakit dalam.

Tiga (3) orang perawat / bidan yang diberi tugas bergilir

Satu (1) orang pekarya kesehatan (SMA atau lebih)

Sarana untuk melaksanakan kegiatannya, Puskesmas dengan tempat perawatan memiliki luas bangunan, ruangan-ruangan pelayanan serta peralatan yang lebih lengkap, antara lain :

Ruangan rawat tinggal yang memadai ( nyaman, luas dan terpisah antara anak, wanita

dan pria untuk menjaga privacy )

Ruangan operasi dan ruang post operasi

Ruangan persalinan (dan ruang menyusui sekaligus sebagai ruang recovery)

Kamar perawat jaga

Kamar linen dan cuci

Peralatan Medis:

Peralatan operasi terbatas

Peralatan obstetri patologis, peralatan vasektomi dan tubektomi

Peralatan resusitasi

Minimal 10 tempat tidur dengan peralatan perawatan

Alat Komunikasi dan Transportasi:

Telpon atau Radio Komunikasi jarak sedang

Minimal satu buah ambulance.BAB II. HASIL IDENTIFIKASIA.CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K-4

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Melalui cakupan kunjungan ibu hamil K-4 ini dimaksudkan untuk melindungi ibu hamil sehingga kesehatan janin terjamin melalui penyediaan pelayanan antenatal sekaligus mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, pada tahun 2009 terdapat 5.019 orang ibu hamil. Data kunjungan ibu hamil ke Puskesmas (kecuali Puskesmas Panarung yang tidak ada data K-1 s.d. K-4) : K-1 sebanyak 4.002 orang ibu hamil (80%), K-2 sebanyak 1.224 orang ibu hamil (24%), K-3 sebanyak 1.254 orang ibu hamil (25%) dan K-4 sebanyak 3.636 orang ibu hamil (72%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil hanya melakukan kunjungan awal kandungan (K-1) dan kunjungan mendekati persalinan (K-4), sedangkan kunjungan K-2 dan K-3 hanya sebagian saja yang melakukan. Hal ini dapat disebabkan karena informasi mengenai kunjungan kehamilan tidak diberikan atau ibu hamil melakukan pemeriksaan ke dokter/bidan praktek.

Saran : Agar dibuat Kartu Kunjungan untuk Ibu Hamil, dimana setiap kunjungan wajib dibawa baik itu di Puskesmas maupun Dokter/Bidan Praktek. B.CAKUPAN PELAYANAN PADA KUNJUNGAN IBU HAMIL

Cakupan pelayanan pada kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang minimal mencakup :

1) Timbang badan dan ukur tinggi badan;

2) Ukur tekanan darah;

3) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus Toksoid);

4) Ukur tinggi fundus uteri;

5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan);

6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling);

7) Tes laboratorium sederhana (Hb, Protein Urine) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).

Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, dimana pelayanan yang diberikan pada kunjungan ibu hamil adalah sebagai berikut :

1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, selalu dilaksanakan.

2) Ukur tekanan darah, selalu dilaksanakan

3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian Tetanus Toksoid, selalu dilaksanakan.

4) Ukur tinggi fundus uteri, selalu dilaksanakan.

5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), selalu dilaksanakan namun stok tablet besi di puskesmas kadang persediaannya sangat terbatas/kosong.

6) Temu wicara (komunikasi interpersonal dan konseling), sebagian besar selalu dilaksanakan hal ini dipengaruhi oleh pengalaman bidan dalam penanganan persalinan. 7) Tes laboratorium sederhana, hanya sebagian puskesmas yang melaksanakannya berkaitan dengan peralatan dan tenaga teknisnya. Saran : - Perlu dibuat standar komunikasi/konseling sehingga pelayanan lebih terarah dan efektif. Peralatan pendukung pemeriksaan kehamilan (doppler, dsb) diharapkan dapat tersedia di setiap unit pelayanan kesehatan termasuk teknis penggunaan/ pemeliharaannya. Alat tes laboratorium sederhana, diharapkan minimal tersedia di Puskesmas beserta tenaga teknisnya (terutama yang berlokasi di luar kota).C.CAKUPAN KOMPLIKASI KEBIDANAN YANG DITANGANI

Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi.

1. Komplikasi Dalam Kehamilan

Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, kasus komplikasi dalam kehamilan yang terjadi pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1) Abortus terdapat 10 kasus; dimana terjadi 4 kasus di Kecamatan Pahandut, 3 kasus di Kecamatan Jekan Raya dan 3 kasus di Kecamatan Sabangau.

2) Hiperemesis Gravidarum terdapat 11 kasus; dimana 11 kasus tersebut semuanya terjadi di Kecamatan Jekan Raya.3) Pendarahan per Vaginam terdapat 13 kasus; dimana terjadi 10 kasus di Kecamatan Pahandut, 2 kasus di Kecamatan Jekan Raya dan 1 kasus di Kecamatan Bukit Batu.

4) Hipertensi (preeklamsia/eklamsia) terdapat 31 kasus; dimana terjadi 24 kasus di Kecamatan Pahandut, 6 kasus di Kecamatan Jekan Raya dan 1 kasus di Kecamatan Bukit Batu.

5) Kehamilan Lewat Waktu terdapat 11 kasus; dimana terjadi 5 kasus di Kecamatan Pahandut, 2 kasus di Kecamatan Jekan Raya dan 4 kasus di Kecamatan Sabangau.

6) Ketuban Pecah Dini terdapat 23 kasus; dimana terjadi 16 kasus di Kecamatan Pahandut, 3 kasus di Kecamatan Jekan Raya dan 4 kasus di Kecamatan Sabangau.

2. Komplikasi Dalam Persalinan

Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, kasus komplikasi dalam persalinan yang terjadi pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1) Kelainan Letak/Presentasi Janin terdapat 5 kasus; dimana terjadi 2 kasus di Kecamatan Pahandut dan 3 kasus di Kecamatan Jekan Raya.

2) Partus Macet/Distosia terdapat 16 kasus; dimana 9 di Kecamatan Pahandut, 4 kasus di Kecamatan Jekan Raya dan 3 kasus di Kecamatan Sabangau.

3) Hipertensi (preeklamsia/eklamsia) terdapat 8 kasus; dimana terjadi 6 kasus di Kecamatan Pahandut dan 2 kasus di Kecamatan Jekan Raya. 4) Pendarahan Pasca Persalinan terdapat 1 kasus yang terjadi di Kecamatan Jekan Raya.

5) Infeksi Berat/Sepsis tidak terdapat kasus yang ditangani (seandainya terjadi langsung ditangani Rumah Sakit). 6) Kontraksi Dini/Persalinan Prematur terdapat 4 kasus; dimana terjadi 3 kasus di Kecamatan Pahandut dan 1 kasus di Kecamatan Jekan Raya. 7) Kehamilan Ganda terdapat 4 kasus; dimana terjadi 2 kasus di Kecamatan Pahandut dan 2 kasus di Kecamatan Jekan Raya.

3. Komplikasi Dalam Nifas

Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, kasus komplikasi dalam Nifas yang terjadi pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1) Hipertensi (preeklamsia/eklamsia) tidak terdapat kasus yang ditangani di Puskesmas.

2) Infeksi Nifas terdapat 2 kasus yang terjadi di Kecamatan Jekan Raya.

3) Pendarahan Nifas tidak terdapat kasus yang ditangani di Puskesmas.Saran : - Upaya pencegahan dini perlu ditingkatkan melalui pemeriksaan pada saat kunjungan masa kehamilan, sehingga setiap kemungkinan komplikasi dapat ditangani secara cepat dan tepat.

Perlu dilakukan peningkatan kemampuan tenaga medis dalam penanganan komplikasi kebidanan, terutama untuk penanganan komplikasi secara dini di puskesmas yang berada di luar kota.

D.CAKUPAN PERTOLONGAN DALAM PERSALINAN

Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, maka pertolongan dalam persalinan dilaksanakan oleh :

1) Tenaga kesehatan dengan kompetensi bidan telah melaksanakan pertolongan pada 865 persalinan, yang dominan berada di kecamatan Jekan Raya (809 persalinan). 2) Bidan telah melaksanakan pertolongan pada 3.835 persalinan, yang mendominasi pelaksanaan persalinan di seluruh puskesmas. 3) Persalinan Bermitra (Bidan dan Dukun) telah melaksanakan pertolongan pada 49 persalinan yang berada di wilayah : Kecamatan Sabangau (28 persalinan), Kecamatan Pahandut (15 persalinan) dan Kecamatan Jekan Raya (6 persalinan). 4) Persalinan yang dirujukkan pada 29 persalinan yakni Kecamatan Pahandut 15 persalinan dan Kecamatan Jekan Raya 14 persalinan.

E.CAKUPAN PELAYANAN NIFAS DAN NEONATAL

Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali yakni : pada 6 jam pasca persalinan s.d. 3 hari, pada minggu kedua dan pada minggu keempat termasuk pemberian Vitamin A sebanyak 2 kali serta persiapan dan/atau pemasangan KB Pasca Persalinan. Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, terdapat keragaman dalam pelaksanaan pelayanan kepada ibu nifas yakni : 5 puskesmas melaksanakan selama 3 kali dan 4 puskesmas yang melaksanakan 2 kali. Jenis pelayanan bagi ibu nifaspun terdapat keragaman, yakni : pemberian vitamin A, pemberian tablet Fe, konseling, konsultasi KB dan ASI eksklusif. Dalam pelaksanaan pelayanan nifas, dilakukan juga pelayanan neonatus (bayi berumur 0 - 28 hari) sesuai standar sedikittnya 3 kali yakni : pada 6-24 jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan minggu kedua sampai minggu keempar setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.

Pelayanan kesehatan neonatal yang diberikan adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar (ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi hepatitis B1 (bila tidak diberikan pada saat lahir), manajemen terpadu bayi muda.

Saran : - Perlu dibuat standar pelayanan nifas dan neonatal sehingga pelayanan kesehatan lebih terarah dan efektif.

Ketersediaan vitamin K1 injeksi dan bahan imunisasi untuk setiap puskesmas.

F.CAKUPAN NEONATUS DENGAN KOMPLIKASI YANG DITANGANI

Neonatus dengan komplikasi adalah bayi berumur 0 28 hari dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian Nifas (asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Berat Badan Lahir Rendah/BBLR < 2500 gr, sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah kejadian komplikasi pada bayi berumur 0 28 hari yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih (dokter/bidan) di sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, hanya 2 kejadian neonatus dengan komplikasi yang ditangani yang diakibatkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sedangkan sudah ada beberapa tenaga kesehatan yang sudah dilatih.

Saran : - Perlu dilakukan spesifikasi tempat pelayanan kesehatan pada neonatus dengan komplikasi (Pustu/Poskesdess dapat menangani kejadian A, Puskesma Non Perawatan dapat menangani kejadian B, serta Puskesmas Perawatan dapat menangani kejadian C). Peralatan, sarana pendukung serta tenaga terlatih agar diperhatikan pada setiap puskesmas.

G.CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi (umur 29 hari 11 bulan) di sarana pelayanan kesehatan (Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Bersalin dan Rumah Sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yakni : pertama pada umur 29 hari 3 bulan, kedua pada umur 3 6 bulan, ketiga pada umur 6 9 bulan dan keempat pada umur 9 11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB 1-3, Polio 1-4, Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi : konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 24 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6 11 bulan.

Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, hampir semua jenis pelayanan dan materi penyuluhan sudah dilaksanakan (kecuali Makanan Pendamping ASI yang terbatas pada beberapa puskesmas).

H.CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA

Setiap anak balita (berumur 12 59 bulan) memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan, minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah, Buku KIA/KMS atau buku pencatatan lainnya. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per-tinggi/panjang badan (BB/TB), bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan untuk menentukan status gizinya dan upaya lebih lanjut.

Pemantauan perkembangan meliputi penilaian perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar dan daya lihat. Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak, dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Bila ditemukan penyimpangan atau gangguan perkembangan harus dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih memiliki kompetensi.

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 12-59 bulan dilaksanakan melalui pelayanan SDIDTK minimal 2 kali per-tahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 UI) diberikan pada anak umur anak umur 12-59 bulan (2 kali setahun : bulan Februari dan Agustus).

Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, dimana kondisi pelayanan pada anak balita adalah sebagai berikut :

1) Kehadiran tenaga kesehatan di Posyandu, selalu dilaksanakan.

2) Media pencatatan terhadap anak balita, sebagian besar menggunakan Buku KIA-KMS dan sebagiannya menggunakan Kohor Anak dan buku lainnya (buku register).3) Pemantauan pertumbuhan anak melalui pengukuran BB/TB, selalu dilaksanakan.

4) Pemantauan perkembangan gerak halus/kasar, sebagian puskesmas melaksanakan dan sebagian belum dilaksanakan.

5) Pemantauan perkembangan bicara dan sosialisasi, sebagian puskesmas melaksanakan dan sebagian belum dilaksanakan.6) Pemantauan perkembangan daya dengar dan lihat, sebagian puskesmas melaksanakan dan sebagian belum dilaksanakan.

7) Pemantauan gejala gangguan mental dan autisme, sebagian puskesmas melaksanakan dan sebagian belum dilaksanakan.

8) Pemantauan gejala gizi buruk, selalu dilaksanakan.

Saran : - Perlu dibuat standar pemantauan pertumbuhan anak balita sehingga dapat dilakukan diteksi dini di setiap puskesmas yang ada (dapat berupa pelatihan dengan kit yang diperlukan).

Peralatan pendukung pemantauan pertumbuhan anak balita diupayakan ketersediaannya di setiap unit pelayanan kesehatan (termasuk media pencatatan dan suplemen yang dibutuhkan). Tim pelayanan SDIDTK diupayakan terbentuk pada beberapa puskesmas.

I.CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT

Penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar (SD) dan setingkat (Madrasah Ibtidaiyah/MI) adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 (satu) SD dan MI yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru dan dokter kecil. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas sektor dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah.

Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah tenaga medis, keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS; Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah yang telah dilatih tentang UKS/UKGS; sedangkan Dokter Kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD/MI yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.

Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, dimana kondisi penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah sebagai berikut :

1) Kunjungan tenaga kesehatan pada SD dan setingkat, selalu dilaksanakan.

2) Pembinaan terhadap Dokter Kecil, sebagian besar selalu dilaksanakan (7 puskesmas) dan sebagian kecil (2 puskesmas) kadang-kadang dilaksanakan. 3) Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan umum, sebagian besar sudah dilaksanakan.

4) Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, sebagian besar sudah dilaksanakan kecuali di Puskesmas Rakumpit yang masih belum tersedia dokter/perawat gigi.5) Pelaksanaan pemberian imunisasi, sebagian besar sudah dilaksanakan.

6) Pelaksanaan sosialisasi pola hidup sehat, sebagian besar sudah dilaksanakan.

Saran : - Perlu adanya tenaga kesehatan (dokter/perawat gigi) di Puskesmas Rakumpit. Pelatihan Dokter Kecil perlu dilaksanakan secara periodik (minimal 2 tahun sekali). J.CAKUPAN PESERTA KB AKTIF

Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur (pasangan suami isteri) yang salah satu pasangannya menggunakan alat kontrasepsi. Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, dimana kondisi pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) tanpa input data dari Puskesmas Panarung dan Puskesmas Bukit Hindu adalah sebagai berikut :

1) Jumlah pasangan usia subur pengguna kontrasepsi (peserta KB aktif) sebanyak 9.123 pasangan suami isteri. 2) Peserta KB Aktif yang dilayani KB Gakin sebanyak 5.879 pasangan suami isteri. 3) Permasalahan dalam pelaksanaan keluarga berencana adalah kekurangan suplay alat kontrasepsi tertentu pada beberapa puskesmas. Saran : - Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Palangka Raya senantiasa berkoordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan dalam pengelolaan keluarga berencana, dan diupayakan menempatkan tenaga penyuluh KB pada puskesmas yang ada maupun pada kegiatan Posyandu melalui program Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Muda Mandiri (BKMM) dan penyuluhan lainnya. Mengatasi kekurangan suplay alat kontrasepsi pada puskesmas tertentu, perlu dibuat sentral tempat penyimpanan obat KB sehingga puskesmas yang membutuhkan dapat langsung mengakses ke tempat itu (BPP dan KB). K.CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENYAKIT

Penemuan dan penangan penderita penyakit yang wajib diperhatikan oleh Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Acute Flacid Paralysis (AFP), penyakit yang menyerang anak berusia di bawah 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) dan terjadi secara mendadak serta bukan disebabkan rudapaksa. Kasus AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP non polio dengan kriteria tertentu. Bedasarkan informasi dari puskesmas di Kota Palangka Raya, masih belum ada kasus AFP yang terdata. 2) Penderita Pneumonia Balita, merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan/atau kesukaran bernapas. Penyakit ini dibedakan atas 2 kelompok yaitu kelompok yang terjadi pada anak umur 2 bulan 5 tahun dan kelompok anak usia di bawah 2 bulan. Bedasarkan informasi dari puskesmas di Kota Palangka Raya, terdapat 261 kasus pada tahun 2009 dan yang dapat ditangani sebanyak 93 kasus.

3) Penemuan pasien baru TB BTA Positif, merupakan penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan pasien tersebut belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (30 dosis) harian. Penanganannya dengan pemberian pengobatan pada pasien baru TB BTA positif dengan OAT selama 6 bulan. Bedasarkan informasi dari puskesmas di Kota Palangka Raya, terdapat 93 kasus pada tahun 2009 dan yang dapat ditangani sebanyak 88 kasus.

4) Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD), merupakan penyakit yang ditandai dengan : panas mendadak berlangsung terus-menerus delama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, tanda-tanda pendarahan (sekurang-kurangnya uji toniquet possitif), disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali), trombositopenia (trombosit 100.000/|) dan peningkatan hematokrit 20%. Bedasarkan informasi dari puskesmas di Kota Palangka Raya, terdapat 84 kasus pada tahun 2009 dan yang dapat ditangani sebanyak 60 kasus.5) Penemuan Penderita Diare, merupakan penyakit dengan gejala buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya. Diperkirakan jumlah penderita diare yang datang berobat ke sarana kesehatan hanyalah 10% dari angka kesakitan di suatu daerah. Bedasarkan informasi dari puskesmas di Kota Palangka Raya, terdapat 4.461 kasus pada tahun 2009 dan dapat ditangani semuanya.

Saran : - Perlu informasi kepada masyarakat terhadap jenis penyakit tertentu dan gejalanya (dapat berupa brosur, leaflet maupun poster). Daerah yang penemuan penyakitnya cukup besar, agar sarana pelayanan kesehatan yang ada dilengkapi dengan fasilitas dan tenaga yang memadai. L.CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR PASIEN MASYARAKAT MISKIN

Masyarakat miskin adalah masyarakat sasaran program pengentasan kemiskinan yang mendapat perhatian khusus dari Pemerintah sehingga dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan pola penjaminan. Berdasarkan data dari Puskesmas yang ada di 5 (lima) kecamatan, dimana pelayanan kesehatan dasar bagi pasien masyarakat miskin adalah sebagai berikut :

1) Jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin ke puskesmas sebanyak 37.602 kasus.

2) Kunjungan pasien masyarakat miskin yang dapat ditangani sebanyak 28.418 kasus (tanpa data dari Puskesmas Kalampangan).

3) Pasien masyarakat miskin yang diberikan rujukan sebanyak 1.492 kasus (tanpa data dari Puskesmas Kalampangan).

BAB III. PENUTUPA. Kesimpulan

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia, di samping juga merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Paradigma sehat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif sesuai kebijakan Rencana Strategis daerah kabupaten/kota di bidang kesehatan.B. Saran

Dalam upaya memenuhi Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kota Palangka Raya, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut : 1. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya dapat mengoptimalkan peran Pusat Pesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai garda terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan memperhatikan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota, yang meliputi :1) Pelayanan Kesehatan Dasar, dengan mengupayakan peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan pada : kunjungan ibu hamil sampai dengan K-4, penanganan komplikasi dalam kebidanan, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, pelayanan kepada ibu nifas, penanganan neonatus dengan komplikasi, pelayanan pada kunjungan bayi, pelayanan imunisasi dasar lengkap (Universal Child Immunization/UCI), pelayanan anak balita, pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin, penanganan balita gizi buruk, pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat, penanganan peserta KB aktif, penemuan dan penanganan penderita penyakit (AFP, Pneumonia Balita, TB BTA Positif, penderita diare), pelayanan kesehatan dasar pasien miskin.

2) Pelayanan Kesehatan Rujukan, dengan memperhatikan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin dan pelayanan Gawat Darurat Level 1.

3) Penyelidikan epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB).

4) Promosi kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, melalui pembentukan dan pembinaan Desa Siaga Aktif bagi kelurahan yang sudah ada Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). 2. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Palangka Raya dapat meningkatkan koordinasi (program kemitraan) dengan Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya atau Puskesmas dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB), disarankan agar di setiap Puskesmas ditempatkan Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang bertugas untuk memberikan pelayanan konsultasi tentang keluarga berencana, memberikan pembinaan terhadap keluarga di Posyandu (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Muda Mandiri, dan sebagainya) serta merencanakan dan mendistribusikan obat-obatan dan peralatan KB sesuai kebutuhan. DAFTAR PUSTAKA1. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

2.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/Menkes/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

3.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 747/Menkes/SK/VI/2007 tentang Pedoman Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga.

4.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 298/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.

5.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indoneisa Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

6.Keputusan Sekretaris Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.01/VI/432/2010 tentang Data Sasaran Program Kementerian Kesehatan Tahun 2010.

7.Suplemen Menuju Indonesia Sehat 2010 oleh IGA Kencana Wulan, Primandono Perbowo, Dini Irawati, Ronny Sindunata, Ratri H., Yatimul K.D., Nico Hudaya, Ardityo Rahmat Ardhany, Joko Sulistiyo dan Puruhito.8.Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas oleh Hatmoko.18