laporan hidroponik danni

108
1 I. PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Pertanian adalah salah satu sektor yang penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Sektor ini berperan sebagai penunjang ketersediaan pangan bagi rakyatnya. Seiring dengan perkembangan teknologi, sektor pertanian juga mengalami perkembangan. Salah satu perkembangannya adalah pengembangan pola cocok tanam tanpa media tanah. Pola cocok tanam ini dikenal dengan nama Hidroponik. Hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti daya. Dengan demikian hidroponik dapat diartikan sebagai memberdayakan air. Pola cocok tanam sistem hidroponik merupakan pola cocok tanam yang memberdayakan air sebagai dasar pembangunan tubuh tanaman dan berperan dalam proses fisiologi tanaman. Air di sini bukanlah air biasa, tetapi air yang berisi zat-zat tertentu yang dapat membantu proses tumbuhnya tanaman dan proses fisiologi tanaman. Tumbuhan yang biasa ditanam secara hidroponik adalah sayuran dan buah-buahan yang berumur pendek seperti caisim, selada, pakcoy, bayam, tomat, mentimun, dan lain-lain.

Upload: danni-ramadhan

Post on 15-Nov-2015

661 views

Category:

Documents


74 download

DESCRIPTION

hidroponik

TRANSCRIPT

71

I. PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK

A. Pendahuluan1. Latar BelakangPertanian adalah salah satu sektor yang penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Sektor ini berperan sebagai penunjang ketersediaan pangan bagi rakyatnya. Seiring dengan perkembangan teknologi, sektor pertanian juga mengalami perkembangan. Salah satu perkembangannya adalah pengembangan pola cocok tanam tanpa media tanah. Pola cocok tanam ini dikenal dengan nama Hidroponik. Hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti daya. Dengan demikian hidroponik dapat diartikan sebagai memberdayakan air. Pola cocok tanam sistem hidroponik merupakan pola cocok tanam yang memberdayakan air sebagai dasar pembangunan tubuh tanaman dan berperan dalam proses fisiologi tanaman. Air di sini bukanlah air biasa, tetapi air yang berisi zat-zat tertentu yang dapat membantu proses tumbuhnya tanaman dan proses fisiologi tanaman. Tumbuhan yang biasa ditanam secara hidroponik adalah sayuran dan buah-buahan yang berumur pendek seperti caisim, selada, pakcoy, bayam, tomat, mentimun, dan lain-lain. Teknologi hidroponik merupakan suatu teknologi untuk budidaya tanaman. Teknologi hidroponik telah diaplikasikan dengan berbagai bentuk modifikasi, diantaranya adalah Floating Hydroponic System (FHS) atau rakit apung, Nutrient Film Technique (NFT), hidroponik vertikultur, ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan, aeroponik, substrat dan DFT. Tiap-tiap bentuk modifikasi aplikasi teknologi hidroponik memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, untuk membudidayakan tanaman perlu memilih bentuk aplikasi teknologi hidroponik yang disesuaikan dengan karakteristik tanaman, tujuan budidaya, dan ketersediaan sumberdaya misalnya listrik dan peralatan pendukung berupa pompa dan alat fertigasi. 1

2. Tujuan PraktikumPraktikum acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini mempunyai tujuan sebagai berikut :a. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan komponen dan instalasi beberapa macam sistem hidroponik (Floating Hydroponic System (FHS), Nutrient Film Technique (NFT), Vertikultur Talang, Substrat Sekam dan Pasir, Ebb and Flow, Aeroponik, Deep Flow Technique (DFT), Vertikultur Karpet dan Aquaponik). b. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tiap-tiap sistem hidroponik.c. Mengetahui contoh aplikasi jenis-jenis sistem hidroponik untuk budidaya tanaman hortikultura semusim (sayuran).3. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 07.00-09.00 WIB dan bertempat di rumah kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.B. Tinjauan PustakaSejarah perkembangan teknik hidroponik dimulai dengan penelitian yang berkaitan dengan kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dua ilmuan, Sach dan Knop berhasil menunjukan bahwa suatu tanaman dapat hidup dalam media inert (tidak menimbulkan reaksi kimia yang menggangu) yang diberikan sebuah larutan unsur hara. Penelitian ini menunjukan bahwa larutan yang mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) merupakan unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman (makronutrien). Penelitian lebih lanjut menunjukan bahwa tanaman juga memerlukan unsur-unsur hara lain seperti besi (Fe), klorin (CI), mangan (Mn), boron (B), seng (Zn), tembaga (Cu) dan molybdenum (Mo) dalam jumlah kecil (mikronutrien) (Sudibyo 2005).Pengetahuan ini menyebabkan penelitian-penelitian lain mulai difokuskan utuk membuat suatu larutan yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Beberapa formula unsur hara tanaman berhasil ditemukan oleh para ahli seperti Tollens (1882), Tottingham (1914), Shieve (1915), Hoagland (1919), Trelease (1933), Arnon (1938) dan Robbins (1946). Formula unsur hara tanaman yang ditemukan tersebut masih digunakan di laboratorium sampai sekarang (Istiqomah 2007).Penggunaan teknik budidaya tanaman secara hidroponik memiliki barbagai keuntungan. Sameto (2006) menyatakan beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknik ini adalah mengeliminasi serangan hama, cendawan, dan penyakit asal tanah sehingga dapat meniadakan penggunaan pestisida; mengurangi penggunaan areal tanam yang luas; meningkatkan hasil panen serta menekan biaya produksi yang tinggi. Selain itu teknik dapat mempercepat waktu panen, penggunaan air dan unsur hara yang terukur, dan kualitas, kuantitas dan kontinuitas hasil yang terjamin.1. Floating Hydroponic System (FHS)Floating Hydroponic System (FHS) merupakan budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan atau menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Jensen di Arizona dan Massantini di Italia. Pada sistem ini larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu (Sudarmojo 2008). Floating Hydroponic System (FHS) perlu dilakukan pengontrolan kepekatan larutan nutrisi dalam periode tertentu. Hal ini dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik seperti terisolasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik (Istiqomah 2007).Tanaman ditancapkan pada lubang dalam styrofoam dengan bantuan busa (agar tanaman tetap tegak) serta ditambahkan penyangga tanaman dengan tali. Lapisan styrofoam digunakan sebagai penjepit, isolator panas dan untuk mempertahankan tanaman agar tetap terapung dalam larutan nutrisi. Agar pemakaian lapisan styrofoam tahan lama biasanya dilapisi oleh plastik mulsa. Dalam gambar juga ditunjukkan adanya bak larutan nutrisi dengan penyangganya, biasanya bak penampung ini mempunyai kedalaman antara 10-20 cm dengan kedalaman larutan nutrisi antara 6-10 cm. Hal ini ditujukan agar oksigen dalam udara masih terdapat di bawah permukaan styrofoam (Pinus 2008).2. Nutrient Film Technique (NFT)Hidroponik NFT adalah metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan menggunakan air yang ditambahkan larutan nutrisi tanaman. Sistem ini menjadi salah satu metode bercocok tanam yang semakin disukai akhir-akhir ini. Hal ini dikarenakan sistem hidroponik NFT memiliki berbagai keunggulan yaitu lebih mudah direalisasikan oleh siapa saja. Sistem NFT ini ketersediaan nutrient sebagai sumber nutrisi bagi tanaman memegang peranan penting agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang bermutu sesuai dengan harapan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem monitoring terhadap flow aliran nutrisi pada sistem hidroponik ini karena asupan nutrisi sangat penting bagi tanaman dapat terpenuhi dengan baik (Istiqomah 2007). Kata film pada hidroponik NFT menunjukkan aliran tipis. Dengan demikian, hidroponik ini hanya menggunakan aliran air (nutrien) sebagai medianya. Keunggulan sistem hidroponik ini antara lain air yang diperlukan tidak banyak, kadar oksigen terlarut dalam larutan hara cukup tinggi, air sebagai media mudah didapat dengan harga murah, pH larutan mudah diatur dan ringan sehingga dapat disangga dengan talang (Sutiyoso 2006).Sistem hidroponik NFT adalah membuat media untuk bisa dialiri air yang tipis/dangkal, aliran air ini secara terus menerus sebagai media tumbuh tanaman, air nutrisi mengalir secara terus menerus untuk memberikan unsur-unsur yang ada dalam tanah ke akar tanaman. Larutan nutrisi hidroponik agar dapat mengalir, maka talang dibuat miring dengan minimal kemiringan 1%. Media untuk menanam tanaman hidroponik dengan sistem NFT ini ada banyak media yang bisa digunakan, pralon misalnya atau talang air bentuk U, acrilic, kayu dan lain-lain. Media tanam tanamannya bisa menggunakan rockwool, rockwool ditaruh dalam netpot kemudian diletakkan diatas aliran air yang telah dibuat dari pralon, talang air, acrilic maupun bahan yang lain (Tamara 2013).3. Vertikultur TalangVertikultur diartikan sebagai budidaya tanaman secara vertikal sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat. Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal. Sistem bertanam secara vertikultur sekilas memang terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat mudah dilakukan. Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur tergantung kepada model dan sistem tambahan yang dipergunakan. Struktur dasar yang digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan dirumah-rumah. Sistem tambahan yang memerlukan keterampilan khusus contohnya penggunaan sistem hidroponik atau irigasi tetes (Temmy 2011).Vertikultur adalah istilah Indonesia yang diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal dari dua kata yaitu vertical dan culture. Makna vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal dan bertingkat. Sistem ini sangat cocok diterapkan khususnya bagi para petani atau pengusaha yang memiliki lahan sempit. Vertikultur dapat pula diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat, perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman di daerah padat yang tidak punya halaman sama sekali. Dengan metode vertikultur ini, kita dapat memanfaatkan lahan semaksimal mungkin (Widarto 2007).Vertikultur dapat diterapkan dengan cara membuat rak tanaman secara bertingkat dan diatur sedemikian rupa sehingga setiap tanaman tidak saling menutupi. Sistem pengelolaan air juga secara sederhana dapat diterapkan dengan menggunakan sistem penyiraman antar-pot. Penanaman sistem vertikultur dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat yang tinggal di kota, yang memiliki lahan sempit atau bahkan sama sekali tidak ada lahan yang tersisa untuk budidaya tanaman. Selama ini ada anggapan bahwa untuk budidaya tanaman dan mendapatkan hasil panen yang banyak serta dapat mencukupi kebutuhan keluarga, diperlukan lahan yang luas. Jika lahan yang tersisa sempit, berarti hasil yang akan diperoleh pun akan sedikit. Pernyataan itu tidak berlaku jika bertanam dilakukan secara vertikultur. Dengan sistem vertikultur, pemanfaatan lahan sempit bisa efisien dan memperoleh hasil panen yang optimal (Lingga 2005).4. Substrat Sekam dan PasirSistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman di mana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup. Pemberian nutrisi pada tanaman dapat diberikan melalui substrat yang akan diserap oleh akar tanaman. Larutan nutrisi dibuat dengan cara melarutkan garam mineral ke dalam air. Ketika dilarutkan dalam air, garam mineral ini akan memisahkan diri menjadi ion. Penyerapan ion-ion oleh tanaman berlangsung secara kontinue dikarenakan akar-akar tanaman selalu bersentuhan dengan larutan (Suhardiyanto 2009). Karakteristik substrat harus bersifat inert dimana tidak mengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus bebas dari bakteri, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi tanaman. Fungsi utama substrat adalah menjaga kelembaban, dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman (Suwandi 2006).Kultur substrat atau agregat adalah kultur hidroponik dengan menggunakan media tumbuh yang bukan tanah sebagai pegangan tumbuh akar tanaman dan mediator larutan hara. Pada umumnya, pemberian larutan dilakukan dengan sistem terbuka (open system), artinya larutan yang diberikan ke tanaman tidak digunakan lagi. Kultur ini merupakan sistem yang paling mudah diadopsi selain sistem NFT dan tampaknya merupakan salah satu sistem yang banyak dikembangkan para petani/pengusaha agrobisnis di Indonesia (Affan 2005).5. Ebb and FlowEbb and flow atau dikenal dengan sistem pasang surut merupakan salah satu alat hidroponik yang unik karena prinsip kerjanya yaitu tanaman mendapatkan air, oksigen dan nutrisi melalui pompa dari bak penampung yang dipompa melewati media kemudian membasahi akar tanaman (pasang), kemudian selang beberapa waktu air bersama nutrisi akan turun (surut) kembali melewati media menuju bak penampungan. Waktu pasang dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut, jadi tanaman tidak akan tergenang atau kekurangan air (Imam 2013). Hidroponik sistem pasang surut (Ebb and Flow System) adalah suatu sistem menanam dalam hidroponik dimana nutrisi atau pupuk diberikan dengan cara menggenangi/merendam media tanam (zona akar) untuk beberapa waktu tertentu, setelah itu nutrisi tadi dialirkan kembali ke bak penampungan.Prinsip kerja dari sistem ini adalah nutrisi dipompakan ke dalam bak penampung yang berisi pot yang telah diisi media tanam diletakkan diatasnya. Pompa dihubungkan dengan pengatur waktu (timer) sehingga lamanya dan periode penggenangan dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. Pada dasar bak kita pasang siphon yang berfungsi mengalirkan kembali nutrisi ke bak penampung nutrisi secara otomatis (Affan 2005).Teknologi ini sering disebut flood and drain. Prinsip kerja dari ebb and flow adalah mengisi kemasan dengan media, misalnya arang sekamkemudian menempatkannya di instalasi. Selama lima menit, kemasan yang berisi media tersebut akan dikucuri larutan. Kemudian secara gravitasi, larutan dalam kemasan akan turun kembali ke dalam tandon yang berada dibawahnya. Setelah 10 menit, pompa menyala lagi dan terjadi kembali siklus seperti di atas (Sutiyoso 2006).

6. AeroponikAeroponik diambil dari kata aero dan phonos. Aero berarti udara dan phonos berarti cara budidaya, aeroponik berarti bercocok tanam di udara. Aeroponik merupakan metode untuk membudidayakan tanaman tanpa media tanah tetapi dengan memberi tanaman nutrisi melalui pengabutan yang mengandung nutrisi/pupuk, dimana akar digantung di udara. Pengabutan ini biasanya dilakukan setiap beberapa menit. Pengaturan pengabutan harus dilakukan secara teliti, sebab akar tanaman yang dibudidayakan secara aeroponik terekspos di udara, sehingga akar bisa cepat mengering jika pengaturan pengabutan terganggu (Agung 2009).Prinsip aeroponik cukup sederhana yaitu menyediakan nutrisi sekaligus memberikan air yang kaya akan oksigen ke tanaman dengan cara penyemprotan air yang mengandung nutrisi tersebut. Kelebihan dari sistem ini adalah tumbuhan mendapat suplai oksigen yang sangat banyak, sehingga proses respirasi menjadi sangat optimal. Hasilnya akan diketahui bahwa sistem ini memiliki kapasitas penyediaan yang lebih dari yang lain, baik dari segi nutrisi ataupun oksigen. Kelemahan sistem ini adalah penggunaan pompa listrik yang sangat bergantung pada ketersediaan listrik, sehingga jika pompa yang digunakan untuk menyemprotkan air dan nutrisi tersebut mati, maka yang terjadi adalah tanaman yang di tanam juga akan mati (Sumiati 2005). Aeroponik termasuk cukup mahal karena membutuhkan bahan-bahan yang mahal, namun prinsip kerjanya sederhana yaitu air dan nutrisi yang akan diserap tanaman diberikan dalam bentuk butiran kecil atau kabut. Pengkabutan ini berasal dari pompa dari bak penampungan yang disemprotkan menggunakan nozzel sehingga nutrisi yang diberikan akan lebih cepat terserap akar tanaman. Penyemprotan dilakukan berdasarkan durasi waktu yang diatur menggunakan timer. Penyemprotan dilakukan ke bagian akar tanaman yang sengaja digantung. Air dan nutrisi yang telah disemprot akan masuk menuju bak penampungan untuk disemprotkan kembali (Navioside et al 2009).7. Deep Flow Technique (DFT)Hidroponik DFT merupakan teknik hidroponik dengan menggunakan papan styrofoam yang mengapung diatas larutan nutrisi dan larutan tersebut disirkulasikan dengan bantuan aerasi. Pada dasarnya hidroponik sistem DFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berbeda. Perbedaannya adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atan flow (Mugniesyah 2006). Salah satu teknik hidroponik adalah DFT atau Deep Flow Technique. Teknik hidroponik sistem DFT menggunakan papan styrofoam yang mengapung di atas larutan nutrisi. Hidroponik sistem DFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berbeda. Perbedaannya adalah pada teknik rakit apung, larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik sedangkan pada DFT larutan nutrisi, tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atau flow yang berasal dari aerator (Sameto 2006).Sistem hidroponik DFT merupakan metode budidaya tanaman hidroponik dengan meletakkan akar pada lapisan air yang dalam, kedalaman lapisan berkisar antara 4-6 cm. Prinsip kerja sistem hidroponik DFT yaitu mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus-menerus selama 24 jam. Teknik ini dikategorikan sebagai sistem hidroponik tertutup. Umumnya penerapan teknik hidroponik ini digunakan pada budidaya tanaman sayuran daun dan sayuran buah (Chadirin 2007) 8. Vertikultur KarpetVertikultur dapat diterapkan dengan cara membuat rak tanaman secara bertingkat dan diatur sedemikian rupa sehingga setiap tanaman tidak saling menutupi. Sistem pengelolaan air juga secara sederhana dapat diterapkan dengan menggunakan sistem penyiraman antar-pot. Penanaman sistem vertikultur dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat yang tinggal di kota, yang memiliki lahan sempit atau bahkan sama sekali tidak ada lahan yang tersisa untuk budidaya tanaman. Selama ini ada anggapan bahwa untuk budidaya tanaman dan mendapatkan hasil panen yang banyak serta dapat mencukupi kebutuhan keluarga, diperlukan lahan yang luas. Jika lahan yang tersisa sempit, berarti hasil yang akan diperoleh pun akan sedikit. Pernyataan itu tidak berlaku jika bertanam dilakukan secara vertikultur. Dengan sistem vertikultur, pemanfaatan lahan sempit bisa efisien dan memperoleh hasil panen yang optimal (Lingga 2005).Vertikultur diartikan sebagai budidaya tanaman secara vertikal sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat. Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal. Sistem bertanam secara vertikultur sekilas memang terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat mudah dilakukan. Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur tergantung kepada model dan sistem tambahan yang dipergunakan. Struktur dasar yang digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan dirumah-rumah (Temmy 2011).Vertikultur adalah istilah Indonesia yang diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal dari dua kata yaitu vertical dan culture. Makna vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal dan bertingkat. Sistem ini sangat cocok diterapkan khususnya bagi para petani atau pengusaha yang memiliki lahan sempit. Vertikultur dapat pula diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat, perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman di daerah padat yang tidak punya halaman sama sekali (Widarto 2007).9. Aquaponik Akuaponik adalah kombinasi akuakultur dan hidroponik yang bertujuan untuk memelihara ikan dan tanaman dalam satu sistem yang saling terhubung. Dalam sistem ini, limbah yang dihasilkan oleh ikan digunakan sebagai pupuk untuk tanaman, kemudian air yang dialirkan dengan sistem resirkulasi dari media pemeliharaan ikan dibersihkan oleh tanaman sehingga dapat digunakan kembali oleh ikan. Interaksi antara ikan dan tanaman menghasilkan lingkungan yang ideal untuk tumbuh sehingga lebih produktif dari metode tradisional (Sudibyo 2005).Pada sistem akuaponik, aliran air kaya nutrisi dari media pemeliharan ikan digunakan untuk menyuburkan tanaman hidroponik. Hal ini baik untuk ikan karena akar tanaman dan rhizobakter mengambil nutrisi dari air. Nutrisi yang berasal dari feses, urin dan sisa pakan ikan adalah kontaminan yang menyebabkan meningkatnya kandungan racun pada media pemeliharaan, tetapi air limbah ini juga menyediakan pupuk cair untuk menumbuhkan tanaman secara hidroponik. Sebaliknya, media hidroponik berfungsi sebagai biofilter, yang akan menyerap amonia, nitrat, nitrit dan fosfor sehingga air yang sudah bersih dapat di alirkan kembali ke media pemeliharaan (Sapei 2006).Bakteri nitrifikasi yang terdapat pada media hidroponik memiliki peran penting dalam siklus nutrisi, tanpa mikroorganisme ini seluruh sistem tidak akan berjalan. Amonia dan nitrit bersifat racun bagi ikan, tetapi nitrat lebih aman dan merupakan bentuk dari nitrogen yang dianjurkan untuk pertumbuhan tanaman seperti buah-buahan dan sayuran. Sebagian besar ikan air tawar yang tahan terhadap padat tebar tinggi akan tumbuh dengan baik pada sistem akuaponik Beberapa jenis ikan yang telah dibudidayakan menggunkan sistem akuaponik adalah lele (Catfish), rainbow trout, mas (Common carp), koi, mas koki dan baramundi (Asian sea bass). Tanaman yang digunakan dalam sistem akuaponik berupa tanaman sayur (bayam, kemangi, kangkung) dan tanaman buah seperti tomat, mentimun dan paprika (Pinus 2008).C. Metodologi Praktikum1. Alata. Alat tulisb. Kamera c. Instalasi beberapa macam sistem hidroponik, antara lain:1) Floating Hydroponic System (FHS)2) Nutrient Film Technique (NFT)3) Vertikultur Talang 4) Substrat Sekam dan Pasir5) Ebb and Flow 6) Aeroponik7) Deep flow Technique (DFT)8) Vertikultur Karpet9) Aquaponik2. Bahana. Benih tanaman bayam b. Benih tanaman sawi bakso c. Benih tanaman sawi pakchoy d. Benih tanaman kailan 3. Cara Kerjaa. Mengamati bagian-bagian dari bentuk-bentuk modifikasi sistem hidroponik : Floating Hydroponic System (FHS), Nutrient Film Technique (NFT), Vertikultur Talang, Substrat Sekam dan Pasir, Ebb and Flow, Aeroponik, Deep Flow Technique (DFT), Vertikultur Karpet dan Aquaponik.b. Mengamati cara pengoperasian sistem hidroponik tersebut.c. Mengamati kelemahan dan kelebihan dari tiap-tiap bentuk modifikasi sistem hidroponik. D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil Pengamatan

Gambar 1.1 Sistem Hidroponik VertikulturGambar 1.2 Sistem Hidroponik NFT

Gambar 1.3 Sistem Hidroponik AeroponikGambar 1.4 Sistem Hidroponik FHS

Gambar 1.5 Sistem Hidroponik DFT Gambar 1.6 Sistem Hidroponik Ebb And Flow

Gambar 1.7 Sistem Hidroponik Substrat SekamGambar 1.8 Sistem Hidroponik Substrat Pasir

2. Pembahasan Hidroponik berasal dari kata yunani yaitu Hydro yang berarti air dan Ponos yang berarti daya. Hidroponik dapat berarti memberdayakan air. Kegunaan air sebagai dasar pembangunan tubuh tanaman dan berperan dalam proses fisiologi tanaman. Teknik hidroponik banyak dilakukan dalam skala kecil sebagai hobi di kalangan masyarakat Indonesia. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan, karena tidak semua hasil pertanian bernilai ekonomis. Munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman. Di manapun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi (Sutiyoso 2006). Teknologi hidroponik merupakan suatu teknologi untuk budidaya tanaman. Teknologi hidroponik telah diaplikasikan dengan berbagai bentuk modifikasi, diantaranya adalah Floating Hydroponic System (FHS) atau rakit apung, Nutrient Film Technique (NFT), hidroponik vertikultur, ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan, aeroponik, substrat dan DFT. Penjelasan dari masing-masing sistem hidroponik tersebut sebagai berikut. a. Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) merupakan salah satu sistem hidroponik dengan mempergunakan air sebagai media yaitu air yang sudah mengandung larutan nutrisi atau pupuk dialirkan selama 24 jam atau dengan menentukan jangka waktu tertentu. Akar tanaman terendam sebagian dalam air tersebut sedalam lebih kurang 3 mm. Dengan teknik ini reaksi tanaman terhadap perubahan formula pupuk dapat segera terlihat. Air yang mengandung pupuk dialirkan dengan bantuan pompa listrik, jadi listrik harus tersuplai selama 24 jam.1) Kelebihan:a) Pertumbuhan tanaman lebih baik, karena terdapat sirkulasi yang baik pada bagian akar. b) Penggunaan nutrisi lebih efisien. 2) Kekurangan:a) Tidak cocok digunakan pada daerah yang belum dialiri listrik.b) Memerlukan tenaga ahli.c) Memerlukan kecermatan dan pemantauan aliran nutrisi.d) Butuh suplai listrik terus menerus. e) Bila terjadi infeksi penyakit terhadap satu tanaman, maka seluruh tanaman akan tertular dalam waktu singkat. f) Butuh investasi awal besar. 3) Mekanisme:a) Menyiapkan bibit tanaman berumur sekitar 2 minggu.b) Menyiapkan rangkaian alat NFT. c) Memberi substrat (kerikil, pecahan batu bata, kertas) di dalam talang.d) Menyalakan pompa air pemompa larutan nutrisi.e) Melubangi styrofoam sesuai jarak tanam.f) Menempatkan tanaman pada lubang styrofoam dengan dibalut spon terlebih dahulu agar tidak lepas dari lubang.g) Meletakkan styrofoam pada talang rangkaian NFT tersebut.b. Rakit apung atau Floating Hydroponic System (FHS) adalah salah satu sistem budidaya secara hidroponik tanaman (sayuran) dengan cara menanam tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terendam dalam larutan nutrisi. Pada sistem ini larutan tidak disirkulasikan, namun dibiarkan tergenang dan ditempatkan dalam suatu wadah tertentu untuk menampung larutan tersebut, sehingga sangat cocok digunakan di daerah yang belum dialiri listrik.1) Kelebihan:a) Dapat memanfaatkan lahan sempit.b) Sistem hidroponik yang paling mudah dan sederhana. c) Tidak memerlukan keahlian mendalam.d) Hemat listrik.2) Kekurangan:a) Kemungkinkan tanaman akan kekurangan oksigen. b) Cepat terjadi peningkatan suhu. c) Memerlukan pemantauan pH dan kepekatan lebih rutin. d) Pertumbuhan akar sering terganggu.3) Mekanisme:a) Menyiapkan bibit tanaman berumur sekitar 2 minggu.b) Melubangi styrofoam sesuai jarak tanam.c) Menempatkan tanaman pada lubang styrofoam dengan dibalut spon terlebih dahulu agar tidak lepas dari lubang.d) Meletakkan styrofoam pada bak apung yang telah diberi larutan nutrisi. c. Budidaya tanaman pertanian dengan cara membuat instalasi bertingkat (vertikal) pada sebuah lahan dengan maksud untuk meningkatkan jumlah tanaman tanpa menambah areal. Berasal dari kata Vertikal yang berarti tegak lurus dan Kultur yang sama dengan budidaya. Vertikultur merupakan salah satu teknik ekstensifikasi pertanian dengan melipatgandakan jumlah tanaman yang ditempatkan secara bersusun ke atas. Prinsip kerja instalasi ini adalah menanam menggunakan pot yang dihubungkan dengan saluran berbentuk pipa sehingga merupakan sebuah bejana berhubungan. Bejana-bejana yang berlaku sebagai media tanam ini dialiri air dengan menggunakan pompa air dari dalam bak penampung. Ada beberapa tingkat menurut garis vertikal dimana jika air nutrisi telah menggenangi tingkat paling atas secara penuh, maka kelebihan air akan mengalir ke tingkat di bawahnya, dan seterusnya sampai tingkat paling bawah dari bejana berhubungan ini telah penuh, kemudian air kelebihannya akan dialirkan ke bak penampung.Sistem penyediaan air nutrisi bagi tanaman dikendalikan oleh sebuah Unit Timer yang menghidupkan unit pompa air selama beberapa menit dengan interval waktu 30 menit. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan suplai nutrisi bagi akar tanaman, kemudian memberikan waktu bagi akar untuk menangkap unsur hara sebanyak-banyaknya sekaligus melancarkan proses respirasi. d. Ebb and flow atau sistem hidroponik pasang surut merupakan salah satu sistem budidaya tanaman secara hidroponik yang dalam pemberian nutrisinya secara pasang surut. Dalam rangkaian sistem ini dilengkapi denga timer (penghitung waktu) pemberian nutrisi. Ada saat tanaman terendam nutrisi dan ada saat nutrisi tersebut surut kembali.Kelebihan dari Ebb and flow adalah lebih hemat nutrisi dan dapat digunakan sebagai penghias ruangan. Kekurangan dari Ebb and flow adalah rangkaiannya rumit, membutuhkan tenaga ahli untuk menanganinya dan membutuhkan kecermatan lebih tinggi dalam pemeliharaan. Sistem hidroponik ebb and flow ini memiliki mekanisme tanaman ditanam di dalam pot dan diletakkan dalam suatu bak. Bak digenangi dan dikeringkan dengan larutan nutrisi secara bergantian sehingga komposisi larutan nutrisi dan oksigen seimbang. e. Aeroponik merupakan cara bercocok tanam dimana akar tanaman tergantung di udara dan disemprot dengan larutan nutrisi secara terus menerus.1) Kelebihan:a) Tidak memerlukan lahan yang luas, dapat diusahakan di lahan sempit. b) Populasi tanaman lebih banyak, sehingga hasil yang didapat juga lebih banyak.c) Kebersihan produk yang dihasilkan lebih terjamin.d) Tidak ada masalah berat (pengolahan tanah dan gulma). e) Air dan pupuk sangat efisien. f) Tidak tergantung musim. g) Kualitas produksi tinggi.h) Produktivitas tanaman lebih tinggi. i) Mudah diseleksi dan dikontrol. 2) Kelemahan: a) Membutuhkan biaya operasional yang besar. b) Resiko ketidakberhasilan lebih tinggi.c) Harus menggunakan tenaga kerja yang ahli di bidang hidroponik. f. Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup. 1) Kelebihan:a) Tanaman dapat berdiri lebih tegak.b) Kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau.c) Biaya operasional tidak terlalu besar.2) Kekurangan:a) Populasi tanaman tidak terlalu banyak.b) Terlalu banyak menggunakan wadah.c) Mudah ditumbuhi lumut.3) Mekanisme:a) Memilih substrat yang sesuai dengan tanaman yang akan dibudidayakan. Misalnya: arang sekam, pasir, pecahan batu bata.b) Bila menggunakan lebih dari satu macam substrat, maka harus dilakukan perbandingan yang sesuai. Misalnya substrat pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. c) Memasukkan substrat pada pot/polybag.d) Menanam bibit tanaman yang disediakan pada pot/polybag.e) Merendam pot/polybag tersebut dalam wadah yang berisi nutrisi sedalam 5 cm. g. DFT (Deep Flow Technique) menggunakan styrofoam sebagai tempat untukmeletakkan tanaman dimana styrofoamnya diberi lubang-lubang kecil sebagai tempat untuk memasukkan akar tanaman agar tergenang pada larutan nutrisi, tanaman yang akan dimasukkan kedalam lubang diberi kapas agar tanaman tidak tenggelam. Larutan nutrisi tersebut disirkulasikan dengan bantuan aerator dan pompa. Pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atau flow. Teknik hidroponik sistem DFT ini cocok untuk membudidayakan tanaman yang berbuah, misalnya tomat. h. AquaponikSecara sederhana Akuaponik dapat digambarkan sebagai kombinasi dari akuakultur dan hidroponik. Fokus dalam Akuakultur adalah memaksimalkan pertumbuhan ikan di dalam tangki atau kolam pemeliharaan. Ikan biasanya ditebar pada tangki atau kolam dengan kepadatan yang tinggi. Tingkat penebaran yang tinggi ini berarti bahwa air untuk budidaya menjadi mudah tercemar oleh kotoran ikan. Kotoran ikan ini berbentuk Amonia yang beracun bagi ikan. Sementara itu, hidroponik bergantung pada aplikasi nutrisi buatan manusia. Nutrisi ini dibuat dari ramuan bahan kimia, garam dan unsur-unsur mikro. Ramuan nutrisi dicampur dengan teliti untuk membentuk keseimbangan optimal untuk pertumbuhan tanaman.Aquaponik menggabungkan kedua sistem tersebut. Aquaponik menggunakan kotoran ikan yang berisi hampir semua nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Akuaponik juga menggunakan tanaman dan medianya untuk membersihkan dan memurnikan air. Jadi dalam akuaponik terjadi simbiosis antara tanaman dan ikan.Dalam akuaponik umumnya tanaman ditanam di dalam media tanam yang terpisah dari tangki ikan. Air dipompa dari tangki ikan ke media tanam dan dialirkan kembali ke dalam tangki ikan. Ada tiga sistem dasar media tanam dalam akuaponik. Media tanam yang diisi kerikil, expanded clay , atau media lain yang mirip adalah bentuk paling sederhana dari akuaponik. Sistem ini dapat dilakukan dengan dua cara. Dengan aliran air terus menerus atau dengan siklus pasang surut.

Teknologi hidroponik dikembangkan terutama untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen pada waktu yang sesuai rencana. Sistem hidroponik memungkinkan aplikasi perkembangan teknologi komputer dan kontrol otomatik serta ilmu pengetahuan fisiologi tanaman untuk menyediakan lingkungan yang lebih sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, pengembangan sistem hidroponik menjadi tantangan tersendiri bagi para peneliti dan merupakan hal yang sangat menarik generasi muda. Selain itu, budidaya tanaman secara hidroponik merupakan bisnis yang menarik dan menjanjikan keuntungan yang memadai. Tanaman yang sering dibudidayakan secara hidroponik adalah tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Berbagai sayuran daun, sayuran buah, buah-buahan dan tanaman hias eksotik yang umum dibudidayakan secara hidroponik antara lain selada, sawi putih, pakchoy, caysim, bayam, kangkung, seledri, kubis, tomat, timun jepang, paprika, terung, brokoli, stroberi, melon, semangka, krisan, anggrek, gerberra, dan kaktus (Sapei et al 2006).E. Kesimpulan dan Saran1. KesimpulanBerdasarkan praktikum Hidroponik acara Pengenalan Sistem Hidroponik, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :a. Pola cocok tanam sistem hidroponik merupakan pola cocok tanam yang memberdayakan air sebagai dasar pembangunan tubuh tanaman dan berperan dalam proses fisiologi tanaman.b. Teknologi hidroponik telah diaplikasikan dengan berbagai bentuk modifikasi, diantaranya adalah Floating Hydroponic System (FHS) atau rakit apung, Nutrient Film Technique (NFT), hidroponik vertikultur, ebb and flow, aeroponik, substrat, DFT dan aquaponik.c. Masing masing sistem hidroponik mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing serta cara kerja yang berbeda-beda.d. Dalam membudidayakan tanaman secara hidroponik perlu memilih bentuk aplikasi teknologi hidroponik yang disesuaikan dengan karakteristik tanaman, tujuan budidaya, dan ketersediaan sumberdaya.2. Saran Praktikum acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini sudah berjalan dengan cukup baik, namun alangkah baiknya jika peralatan dan perlengkapan setiap sistem hidroponik dapat dirawat dan dijaga dengan baik, bila perlu dilakukan pembaharuan alat-alatnya.

DAFTAR PUSTAKAAffan M F 2005. High Temperature Effects on Root Absorption in Hydroponic System DFT. Master Thesis. Kochi University. Agung 2009. Cultivation of Aeroponic Vegetables. http://amazingfarm.com/. Diakses pada tanggal 11 November 2014.Chadirin Y 2007. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Bogor : Diktat Kuliah. Departemen Teknik Pertanian IPB. Imam W 2013. Hidroponik Sistem Pasang Surut (Ebb and Flow). http://imamwibawa.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 November 2014.Istiqomah 2007. Menanam Hidroponik. Jakarta : Penebar Swadaya.Lingga P 2005. Hidroponik : Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta : Penebar Swadaya. Mugniesyah S S 2006. Ilmu Penyuluhan. Jakarta : Penebar Swadaya. Navioside A, Yogi Sugito, Moch Dewani 2009. Upaya Peningkatan Hasil dan Kualitas Tanaman Jagung Manis (Zea mays) Metode DFT Melalui Penggunaan Pupuk Kalium dan Pupuk Organik Cair. J. Agrivita 24 (2) : 27-33.Pinus L 2008. Hidroponik : Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta : Penebar Swadaya. Sameto H 2006. Hidroponik Sederhana Penyejuk Ruang. Jakarta : Panebar Swadaya. Sapei C Arif, A M Patappa, B D Astuti 2006. Sistem Kendali Berbasis PLC untuk Pengaturan Larutan Nutrisi pada Jaringan lrigasi Tetes. J. llmiah llmu Komputer 4 (2) : 42-47.Sudarmojo 2008. Budidaya Hidroponik. Jakarta : Penebar Swadaya. Sudibyo K 2005.Hidroponik Tanpa Tanah. Surabaya : Agro Media Pustaka. Suhardiyanto H 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk lklim Tropika Basah : Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. Bogor : IPB Press. Sumiati E 2005. Konsentrasi dan Jumlah Aplikasi Mepiquat Klorida untuk Meningkatkan Produksi Kentang di Dataran Tinggi dengan System DFT. J. Hort. 9 (4) : 293.Sutiyoso, Karsono S, Sudarmodjo 2006. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Surabaya : Agro Media Pustaka. Suwandi A 2006. Pengaruh Penggunaan Kompos Kambing sebagai Tambahan Larutan Anorganik dalam Sistem Hidroponik Rakit Apung pada Budidaya Selada (Lactuca sativa L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. Universitas Djuanda. Bogor.Tamara 2013. Hidroponik Sistem NFT. http://sayuranhidroponik.wordpress.com. Diakses pada tanggal 10 November 2014. Temmy D 2011. Vertikultur, Teknik Bertanam di Lahan Sempit. Jakarta : Gramedia. Widarto L 2007. Vertikultur Bercocok Tanam Secara Bertingkat. Jakarta : Penebar Swadaya.

II. PENANAMAN HIDROPONIK

A. Pendahuluan1. Latar BelakangPenanaman merupakan salah satu langkah dalam budidaya tanaman yang dilakukan setelah pesemaian. Penanaman sangat berpengaruh pada hasil produksi. Kesalahan dalam penanaman dapat menurunkan jumlah produksi, melainkan juga dapat menyebabkan tanaman tidak tumbuh atau mati sebelum menghasilkan. Untuk meningkatkan hasil produksi, tata cara penanaman harus diperhatikan. Dalam budidaya tanaman menggunakan metode hidroponik cara penanaman bibit berbeda dengan penanam bibit dimedia tanah. Budidaya tanaman dengan metode hidroponik ini memerlukan bahan tambahan berupa spons untuk membantu batang tanaman tumbuh tegak. Hidroponik sama artinya dengan menyediakan dan mengalirkan larutan mineral sebagai unsur makanan bagi tanaman, dalam mengalirkan unsur makanan tersebut harus diperhayikan kepekatan larutan dan derajat keasamannya. Hidroponik dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa. Semua ini dimungkinkan dengan adanya hubungan yang baik antara tanaman dengan tempat pertumbuhannya. Dalam hidroponik, media tanam bukanlah sesuatu yang sangat penting. Dalam hidroponik, media tanam hanya digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan tempat berkembangnya akar tanaman, bukan sebagai sumber nutrisi. Nutrisi dipenuhi dari luar, yaitu dengan menambahi pupuk dari luar. Walaupun demikian media tanam juga memegang peranan dalam budidaya hidroponik. Jika media yang digunakan tidak baik dan tidak cocok, maka tanaman tidak akan tumbuh dengan optimal, yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman. Dengan demikian perlu adanya pengkajian mengenai media tanam yang paling baik untuk budidaya secara hidroponik serta untuk memenuhi kebutuhan akan sayuran yang berkualitas tinggi. Praktikum penanaman ini penting untuk mengetahui cara penanaman yang benar khususnya budidaya secara hidroponik sehingga dapat mengetahui proses penanaman, pemeliharaan sampai pemanenan yang tepat untuk diterapkan dalam budidaya tanaman secara hidroponik dalam skala yang lebih besar.24

2. Tujuan PraktikumPraktikum Hidroponik acara Penanaman Hidroponik ini memiliki tujuan :a. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk membudidayakan sayuran daun dengan sistem hidroponik substrat pot dalam bak.b. Menghasilkan produk sayuran daun berkualitas.3. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum acara Penanaman Hidroponik ini dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 07.00-09.00 WIB dan bertempat di rumah kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.B. Tinjauan PustakaPenanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam media pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan media atau menanamkan biji didalam media tanam. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan perkecambahan serta pertumbuhan biji yang baik. Agar dihasilkan suatu bibit tanaman tertentu yang mempunyai kualitas yang unggul (Hadian 2006).Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat antara lain arang sekam, batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Kemampuan mengikat kelembaban setiap media bergantung dari ukuran pertikel, bentuk dan porositasnya. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas permukaan jumlah pori, maka semakin besar pula kemampuan menahan air. Bentuk partikel media yang tidak beraturan lebih banyak menyerap air didanding yang berbentuk bulat rata. Media yang berpori juga memiliki kemampuan lebih besar manahan air (Sunarjono 2009).Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman di mana akar tanaman tumbuh pada media porous selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup. Pemberian nutrisi pada tanaman dapat diberikan melalui substrat yang akan diserap oleh akar tanaman. Larutan nutrisi dibuat dengan cara melarutkan garam mineral ke dalam air. Ketika dilarutkan dalam air, garam mineral ini akan memisahkan diri menjadi ion. Penyerapan ion-ion oleh tanaman berlangsung secara kontinue dikarenakan akar-akar tanaman selalu bersentuhan dengan larutan (Suhardiyanto 2009).Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama adalah sebagai salad.Selada memiliki penampilan yang menarik, ada yang berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang agak keriting ini sering dijadikan penghias hidangan. Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25C. Selada dapat dipanen ketika berumur 2-3 bulan setelah tanam. Namun, bisa saja kurang dari umur tersebut tanaman sudah layak konsumsi, jadi bisa dipanen lebih cepat (Hernowo dan Yogi 2010).Abu sekam mempunyai sifat sangat sulit melepas air sehingga daerah perakaran lembab. Dengan keadaan tersebut, untuk waktu yang lama akan menggangu penyerapan air dan unsur hara yang akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal. Dengan demikian akan mengakibatkan berat tajuk yang dihasilkan rendah (Bambang 2010).Bayam berasal dari Amerika Tropik. Sampai sekarang, tanaman ini sudah tersebar di daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Di Indonesia, bayam dapat tumbuh sepanjang tahun dan ditemukan pada ketinggian 5-2.000 mdpl, tumbuh di daerah panas dan dingin, tetapi tumbuh lebih subur di dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya cukup panas. Tanaman ini merupakan herba setahun dengan perawakan tegak atau agak condong. Tinggi 0,4-1 m, dan bercabang. Batang lemah dan berair. Daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, panjang 5-8 cm, ujung tumpul, pangkal runcing, serta warnanya hijau, merah, atau keputihan. Bunga dalam tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan. Bunga berbentuk bulil (Susila 2006).Suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16 20 0C. Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman bayam antara 40 60%. Tanaman bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman bayam adalah yang penting kandungan haranya terpenuhi. Tanaman bayam termasuk peka terhadap pH tanah. Bila pH tanah di atas 7 (alkalis), pertumbuhan daun-daun muda (pucuk) akan memucat putih kekuning kuningan (klorosis). Sebaliknya pada pH di bawah 6 (asam), pertumbuhan bayam akan merana akibat kekurangan beberapa unsur. Sehingga pH tanah yang cocok adalah antara 6 7 (Hartus 2007). C. Metodologi Praktikum1. Alat a. Musim Tanam I1) Bak besar2) Mangkuk3) Styrofoam4) Gelas plastikb. Musim Tanam II1) Bak penanaman/persemaian2) Plastik untuk alas2. Bahana. Musim Tanam I1) Arang sekam2) Larutan nutrisi3) Bibit selada merahb. Musim Tanam II1) Arang sekam2) Larutan nutrisi3) Bibit bayam3. Cara Kerjaa. Musim Tanam I1) Mengisi bak besar dengan larutan nutrisi2) Menaruh mangkuk kedalam bak besar untuk menahan styrofoam3) Memasang styrofoam ke bak besar4) Menanam bibit selada merah ke gelas plastik yang sudah diisi arang sekam5) Menempatkan gelas tersebut kedalam lubang dalam styrofoam6) Mengisi larutan nutrisi jika larutan sudah mulai habisb. Musim Tanam II1) Menyiapkan bak penanaman dengan melapisinya plastik sebagai alas2) Memasukkan arang sekam ke bak penanaman3) Menyemai bibit bayam pada arang sekam tersebut4) Menyirami dengan larutan nutrisi setiap hari

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil PengamatanTabel 2.1 Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Dan Jumlah Daun Selada Tanggal PengamatanBakSampelTinggi Tanaman (cm)Jumlah DaunT (0C)R (%)

Rabu 08 Oktober 2014113,55

31

42

255

33,55

44,55

53,55

625

745

815

96,33

1034

215,55

25,55

345

43,55

544

665

73,55

865

945

1055

Rabu 15 Oktober 2014117,55

284

34,53

454

57,54

672

77,53

863

9105

1074

217,55

284

3104

49,55

573

610,54

710,55

88,53

994

10115

Rabu 22 Oktober 20141112739,825

212,55

37,55

485

510,56

68,54

7106

895

9147

1010,56

2112,57

213,57

314,56

412,56

511,56

615,56

7157

8126

9125

1015,57

Rabu 29 Oktober 20141158

215,58

3127

4127

5148

69,54

7137

812,58

9189

10157

21167

217,510

3189

4199

516,58

6197

72010

817,59

916,58

10188

Rabu 05 November 20141115,511

217,510

314,59

414,510

514,510

6149

713,58

814,56

918,59

10178

2117,510

217,59

318,57

41910

518,510

621,510

720,511

818,59

917,510

101910

Sumber : LogbookTabel 2.2 Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Dan Jumlah Daun BayamNoTanggalMedia (Bak)Sampel Ke-Tinggi (cm)Jumlah Daun

11197

287

376

487

577

218,58

28,57

388

477

588

3197

277

387

488

598

211169

2188

3249

4219

5239

21198

22110

31910

42010

5199

31219

2219

3219

4209

5199

3113412

23010

33010

42911

53010

213110

2279

3218

42511

5249

31187

221,57

33912

43412

53510

Sumber : LogbookTabel 2.3 Hasil Pengamatan Berat Selada Setelah PanenBakSampel Ke-Berat Masing-Masing Sampel (Gram)Berat Seluruh Tanaman (Gram)

1122

222

319

416

523

613

737

87

921

1013

2135

244

333

451

542

643

787

828

933

1037

TOTAL6262,277 kg

Sumber : LogbookTabel 2.4 Hasil Pengamatan Berat Bayam Setelah PanenKotakSampel Ke-Berat Masing-Masing Sampel (Gram)Berat Sisa Sampel (Gram)

1123260

215

39

416

514

2112316

28

36

411

57

314390

25

320

413

514

Sumber : Logbook2. PembahasanMenurut Sunarjono (2009), hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat antara lain arang sekam, batu apung, pasir, serbuk gergaji atau gambut. Kemampuan mengikat kelembaban setiap media bergantung dari ukuran pertikel, bentuk dan porositasnya. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas permukaan jumlah pori, maka semakin besar pula kemampuan menahan air. Bentuk partikel media yang tidak beraturan lebih banyak menyerap air didanding yang berbentuk bulat rata. Media yang berpori juga memiliki kemampuan lebih besar manahan air. Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama adalah sebagai salad.Selada memiliki penampilan yang menarik, ada yang berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang agak keriting ini sering dijadikan penghias hidangan. Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25C. Selada dapat dipanen ketika berumur 2-3 bulan setelah tanam. Namun, bisa saja kurang dari umur tersebut tanaman sudah layak konsumsi, jadi bisa dipanen lebih cepat (Hernowo dan Yogi 2010).Pada penanaman tanaman selada dengan sistem substrat sekam, tinggi tanaman pada minggu pertama di bak pertama tinggi paling rendah yaitu 1 cm dan paling tinggi yaitu 6,3 cm, sedangkan pada bak II yakni paling rendah 3,5 cm dan paling tinggi 6 cm. Suhu dan kelembaban yang berada di rumah kaca berturut-turut adalah 31 oC dan 42%. Perkembangan tanaman selada merah yang sangat signifikan ditunjukkan pada minggu ke-4 yakni pada bak pertama tinggi berkisar antara 9,5 cm hingga 18 cm, sedangkan pada bak kedua yakni berkisar anatara 16 cm 20 cm. Selada merah yang telah dipindah tanam sejak 4 MST memiliki jumlah daun 7-10 helai daun.Pemanenan tanaman selada merah dilaksanakan setelah 5 MST dengan jumlah tanaman total 50 tanaman. Pada bak pertama dan kedua dengan tinggi tanaman berkisar anatara 13-21,5 cm, didapat hasil panen dengan berat keseluruhan 2,277 kg. Cara pemanenan tanaman Selada merah dilakukan dengan cara mengeluarkan akar beserta arang sekam dari botol tempat penanaman, hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya akar dari pencabutan langsung. Tanaman selada kemudian dicuci bersih lalu diberi label dan diikat untuk setiap 100 gram Selada merah (4-5 tanaman setiap ikat). Hasil pemanenan tanaman selada ini kemudian langsung dipasarkan ke sekitar wilayah kampus UNS. Hasil penjualan selada merah yakni Rp 10.000 ,- dengan semua produk terjual habis.Pada penanaman yang kedua, kelompok kami menanam tanaman bayam dengan sistem substrat sebar. Langkah yang kami lakukan pertama kali adalah mulai membuat tempat persemaian bayam. Persemaian bayam menggunakan media substrat berupa arang sekam. Arang sekam dimasukkan kedalam bak penanaman selanjutnya benih bayam disebar pada bak tersebut. Pemberian nutrisi dan penyiraman dilakukan setiap hari agar tanaman tidak kering dan pertumbuhannya bisa optimal.Kelompok kami membudidayakan bayam ini dengan sistem hidroponik substrat sebar. Sistem hidroponik substrat sebar merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porous selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup. Kelebihan sistem hidroponik substrat sebar antara lain tanaman dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau dan biaya operasional tidak terlalu besar. Kekurangan sistem hidroponik substrat sebar antara lain populasi tanaman tidak terlalu banyak, terlalu banyak menggunakan wadah dan mudah ditumbuhi lumut.Pada penanaman tanaman bayam dengan sistem substrat sebar, tinggi tanaman rata-rata pada minggu pertama di bak pertama adalah 7,8 cm, sedangkan pada bak kedua yakni 8 cm dan pada bak ketiga yaitu 8,2 cm. Rata-rata jumlah daun pada minggu pertama untuk semua bak adalah 6-8 helai daun. Perkembangan tanaman bayam pada minggu terakhir (sebelum pemanenan) memiliki tinggi rata-rata di bak pertama adalah 30,6 cm, sedangkan pada bak kedua yakni 25,6 cm dan bak ketiga yaitu 29,5 cm. Rata-rata jumlah daun pada minggu terakhir (sebelum pemanenan) untuk semua bak adalah 8-12 helai daun.Pemanenan tanaman bayam dilaksanakan setelah 3 MST. Pada bak pertama, kedua dan ketiga didapat hasil panen dengan berat rata-rata sampel secara berurutan 15,4 gram, 8,8 gram dan 11,2 gram. Cara pemanenan tanaman bayam dilakukan dengan cara mencabut langsung tanaman dari bak penanaman secara perlahan, hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya akar dari pencabutan langsung. Tanaman bayam kemudian dicuci bersih lalu diberi label dan dikemas sehingga siap untuk dipasarkan. Hasil pemanenan tanaman bayam ini kemudian langsung dipasarkan ke sekitar wilayah kampus UNS. Kelebihan hidroponik sistem substrat sebar ini adalah dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, dan tidak mudah lapuk. Kelembaban sangat dipengaruhi oleh suhu. Kelembaban akan berpengaruh terhadap proses-proses yang berlangsung di dalam pertumbuhan tanaman. Untuk itu, dalam hidroponik substrat harus diketahui apakah kelembaban yang terbentuk telah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman, bila belum hendaknya perlu ditambahkan peralatan-peralatan yang mendukung kestabilan kelembaban.E. Kesimpulan dan Saran1. KesimpulanBerdasarkan praktikum Hidroponik acara Penanaman Hidroponik maka dapat ditarik kesimpulan :a. Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam media pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan media atau menanamkan biji didalam media tanam untuk tujuan menumbuhkan tanaman.b. Sistem hidroponik substrat sebar merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porous selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup.c. Kelebihan sistem hidroponik substrat sebar antara lain tanaman dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau dan biaya operasional tidak terlalu besar. d. Kekurangan sistem hidroponik substrat sebar antara lain populasi tanaman tidak terlalu banyak, terlalu banyak menggunakan wadah dan mudah ditumbuhi lumut.e. Panen selada merah mencapai berat bersih total 2,277 kg dan mayoritas segar tanpa adanya lubang bekas gigitan hama.f. Pemanenan tanaman bayam pada bak pertama, kedua dan ketiga didapat hasil panen dengan berat rata-rata sampel secara berurutan 15,4 gram, 8,8 gram dan 11,2 gram.2. Saran Praktikum acara Penanaman Hidroponik ini sudah berjalan dengan baik, namun beberapa saran yang dapat diberikan yaitu perlunya peremajaan terhadap rumah kaca dan instalasinya sehingga kegiatan praktikum akan berjalan lebih lancar dan nyaman.

DAFTAR PUSTAKABambang 2010. Pengaruh Media Tanam dan Frekuensi Pemberian Air terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah serta Pertumbuhan Jarak Pagar. Jurnal Littri. 16 (2) : 64-69.Hadian S U 2006. Perancangan dan Implementasi Sistem Otomatisasi Pemeliharaan Tanaman Hidroponik. Jurnal Teknik Pertanian. 8 (1) : 1-4.Hartus T 2007. Berkebun Hidroponik secara Murah. Jakarta : Penebar Swadaya.Hernowo dan Yogi 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa). Jurnal Agrifor. 12 (2) : 206-211. Suhardiyanto H 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk lklim Tropika Basah : Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. Bogor : IPB Press. Sunarjono H 2009. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya.Susila A 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor : Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.

III. NUTRISI HIDROPONIK

A. Pendahuluan1. Latar BelakangSistem hidroponik adalah teknik budidaya tanaman yang menggunakan media tanam seperti arang sekam, cocopeat atau material lainnya selain tanah. Media tanam tersebut tidak mengandung unsur hara yang cukup. Sehingga harus ada pemberian kepada tanaman melalui pupuk (dalam hidroponik istilah pupuk disebut juga nutrisi hidroponik). Nutrisi hidroponik adalah pupuk hidroponik lengkap yang mengandung semua unsur hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman hidroponik. Pupuk tersebut diformulasi secara khusus sesuai dengan jenis dan fase pertumbuhan tanaman. Nutrisi hidroponik tersedia untuk berbagai jenis tanaman seperti cabai, tomat, melon, mentimun, terong, selada, anggrek, mawar, krisan, dan lain-lain. Larutan nutrisi merupakan komponen utama yang sangat menentukan keberhasilan budidaya tanaman secara hidroponik. Pengaturan kepekatan larutan nutrisi secara tepat dapat digunakan sebagai salah satu strategi mengatur kecepatan pertumbuhan tanaman, sekaligus dapat digunakan untuk mengatur waktu panen. Pengukuran tingkat kepekaan larutan nutrisi untuk hidroponik yang sering digunakan secara praktis berdasarkan indikator nilai konduktivitas listrik (Electric Conductivity= EC) larutan nutrisi. Secara umum larutan nutrisi untuk hidroponik dibuat dengan melarutkan berbagai bahan kimia yang memungkinkan tersedianya berbagai jenis unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro (Fe, Zn, Mn, Cu, Mo, B, Cl) yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Oleh karena itu, pada praktikum ini bertujuan untuk membuat komposisi larutan nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan dari tiap-tiap jenis tanaman yang dibudidayakan. 39

2. Tujuan PraktikumTujuan dari praktikum hidroponik acara Nutrisi Hidroponik, memiliki tujuan memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk:a. Mengenal jenis garam teknis yang biasa digunakan dalam pembuatan larutan nutrisi untuk hidroponik.b. Membuat komposisi larutan nutrisi mix AB untuk budidaya tanaman sayuran.c. Mengukur tingkat kepekatan larutan nutrisi berdasarkan indicator nilai konduktivitas listrik (EC).d. Menganalisis hubungan antara kepekatan larutan nutrisi (berdasarkan volume larutan pekat A dan B yang digunakan tiap 1000 ml larutan nutrisi) dengan nilai EC.3. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum acara Nutrisi Hidroponik ini dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2014 pukul 07.00-09.00 WIB dan bertempat di rumah kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.B. Tinjauan PustakaUnsur penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman terdiri dari unsur makro dan mikro. Unsur makro terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), sulfur (S), dan magnesium (Mg). Unsur mikro terdiri dari besi (Fe), klor (Cl), mangan (Mn), boron (B), seng (Zn), tembaga (Cu), dan molibdenum (Mo). Banyaknya larutan nutrisi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Resh 2005). Nitrogen mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman sayuran. N untuk larutan hidroponik disuplai dalam bentuk nitrat. N dalam bentuk ammonium nitrat mengurangi serapan K, Ca, Mg, dan unsur mikro. Kandungan ammonium nitrat harus di bawah 10% dari total kandungan nitrogen pada larutan nutrisi untuk mempertahankan keseimbangan pertumbuhan dan menghindari penyakit fisiologi yang berhubungan dengan keracunan amoniak (Sumarni et al 2001). Teknik hidroponik sangat bergantung pada larutan nutrisi yang digunakan, penggunaan nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan pada tanaman, dan sebaliknya pengunaan nutrisi yang terlalu sedikit dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Konsentrasi penggunaan nutrisi tanaman dapat diukur dengan menggunakan parameter EC (Electrical Conductivity). EC adalah kemampuan untuk menghantarkan ion-ion listrik yang terkandung di dalam larutan nutrisi ke akar tanaman. EC merupakan parameter yang menunjukkan konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam larutan nutrisi. Semakin banyak ion yang terlarut, maka semakin tinggi EC larutan nutrisi tersebut (Mortvedt 2007).Kunci utama dalam pemberian larutan nutrisi atau pupuk pada sistem hidroponik adalah pengontrolan konduktivitas elektrik atau electric conductivity (EC) atau aliran listrik di dalam air dengan menggunakan alat EC-meter. EC ini untuk mengetahui cocok tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman, karena kualitas larutan nutrisi sangat menentukan keberhasilan produksi, sedangkan kualitas larutan nutrisi atau pupuk tergantung pada konsentrasinya (Utomo 2010). Kualitas larutan nutrisi dapat dikontrol berdasarkan pH dan Electrical Conductivity (EC) larutan. Makin tinggi konsentrasi larutan berarti makin pekat kandungan garam dalam larutan tersebut, sehingga kemampuan larutan menghantarkan arus listrik makin tinggi yang ditunjukkan dengan nilai EC yang tinggi pula. Kepekatan larutan nutrisi dipengaruhi oleh kandungan garam total serta akumulasi ion-ion yang ada dalam larutan nutrisi (Suhardiyanto 2009). Konsentrasi hara perlu diperhatikan yaitu dengan penggunaan EC yang tepat. EC yang digunakan di persemaian adalah 1.0-1.2 mS/cm, sedangkan EC pada pembesaran sayuran daun adalah 1.5-2.5 mS/cm. EC yang terlalu tinggi tidak dapat diserap tanaman karena terlalu jenuh. Batasan jenuh EC untuk sayuran daun ialah 4.2 mS/cm, bila EC lebih tinggi lagi terjadi toksisitas dan sel-sel mengalami plasmolisis (Sutiyoso 2004). Nilai EC larutan terlalu tinggi, maka efisiensi penyerapan unsur hara oleh akar akan menurun karena terlalu tinggi titik jenuhnya. Larutan nutrisi organik pada kepekatan 13% mempunyai kualitas nutrisi dengan nilai EC yang cukup tinggi. Larutan yang pekat tak dapat diserap oleh akar secara maksimum disebabkan tekanan osmosis sel menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan osmosis diluar sel, sehingga kemungkinan justru akan terjadi aliran balik cairan sel-sel tanaman (plasmolisis) (Masud 2009). Cara tidak langsung untuk memperkirakan tekanan osmotik suatu larutan nutrisi adalah dengan Electric Conductivity (EC), indeks konsentrasi garam yang mendefinisikan jumlah total garam dalam larutan. Oleh karena itu, EC dari larutan nutrisi merupakan indikator yang baik dari jumlah yang ion hara yang tersedia untuk tanaman di daerah perakaran. Nilai EC untuk sistem hidroponik berkisar dari 1,5 mmhoss. EC tinggi menghambat serapan hara karena meningkatnya tekanan osmotik, sedangkan EC sangat rendah dapat mempengaruhi kesehatan tanaman dan hasil (Gomez 2009).C. Metodologi Praktikum1. Alat a. Timbanganb. Emberc. Gelas takard. EC-metere. Alat tulisf. Penggaris2. Bahana. Kalsium nitratb. Kalium nitratc. Fe-EDTAd. Kalium dihidrofosfate. Ammonium sulfatf. Magnesium sulfatg. Cupri sulfath. Zinc sulfati. Asam boratj. Mangan sulfatk. Amonium molibdatl. Air3. Cara Kerjaa. Menimbang kemikalia dengan jumlah sesuai komposisi (untuk menghasilkan larutan nutrisi sebanyak 300 L)b. Komposisi A terdiriatas: Kalsium nitrat, Kalium nitrat, Fe-EDTAc. Komposisi B terdiri atas: Kalium dihidrofosfat, Amonium sulfat, Magnesium sulfat, Cuprisulfat, Zinc sulfat, Asamborat, Mangansulfat, Ammonium molibdat.d. Membuat pekatan A dan B masing-masing sebanyak 30 L diperlukan garam teknis sebagai berikut:Jenis Garam TeknisKebutuhan (g)

Pekatan APekatan B

Kalium nitrat330

Kalsium nitrat528

Fe-EDTA11,4

Kalium dihidrofosfat84

Magnesium sulfat426

Mangan sulfat8

Cupri sulfat0,4

Zinc sulfat1,5

Asam borat4

Ammonium molibdat0,1

e. Mengukur nilai EC dari air yang akan digunakan sebagai pelarut (dicatat sebagai EC air)f. Melarutkan tiap-tiap komposisi garam A dan B masing-masing kedalam 30 L air, sehingga tersedia larutan pekat A dan larutan pekat B.g. Membuat simulasi pengukuran nilai EC pada berbagai perimbangan penggunaan larutan pekat Adan B dalam 1 L larutan nutrisi siap pakai.h. Membuat grafik hubungan antara volume larutan pekat A dan B yang digunakan tiap 1000 ml larutan nutrisi (X) dengan nilai EC (Y).D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil PengamatanTabel 3.1. Nilai EC pada berbagai perimbangan penggunaan pekatan A dan B dalam 1 liter airShiftKelVolume Pekatan A (ml)Volume Pekatan B (ml)Volume Air (ml)Nilai EC Nutrisi

Senin110109801,58

220209601,64

330309402,98

440409203,88

550509005,04

Selasa610109801,16

720209602,3

830309402,6

940409204,21

1050509005,1

1160608806,2

Rabu1210109801,13

1320209602,64

1430309403,68

1540409204,29

1650509005,48

1760608806,38

Kamis1810109801,3

1920209602,33

2030309403,39

2140409204,16

2250509005,02

2360608806,10

Jumat2410109801,54

2520209602,89

2630309403,24

2740409203,62

2850509005,05

2960608806

Sumber : Data Rekapan

Gambar 3.1. Grafik Hubungan Antara Volume Pekatan A dan B dalam 1 Liter Air terhadap Nilai EC2. PembahasanSemua tanaman yang ditumbuhkan dengan sistem hidroponik harus diberi makanan berupa campuran garam-garam mineral yang dilarutkan dan diberikan secara teratur. Media tanam pada sistem hidroponik hanya berfungsi untuk menopang tanaman dan menjaga kelembaban tanaman. Media tanaman yang digunakan harus berasal dari bahan yang porous dan steril. Pemberian pupuk dilakukan dengan melarutkan pupuk dengan konsentrasi tertentu yang kemudian disiramkan ke dalam tanaman hidroponik. Sebagian besar tanaman hijau memerlukan total 16 elemen kimia untuk mempertahankan hidupnya. Dari total elemen ini hanya 13 yang dapat diberikan sebagai pupuk lewat perakaran tanaman, sedangkan 3 yang lain (oksigen, karbon dan hidrogen) dapat diambil dari udara dan air. 13 unsur tersebut adalah 6 unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan 7 unsur hara mikro (Cl, Fe, B, Mo, Zn, Mn, Cu). Untuk beberapa tanaman tertentu membutuhkan unsur hara tambahan lain atau disebut unsur hara optional.Larutan yang digunakan dalam praktikum ini menggunakan larutan nutrisi mix AB. Larutan tersebut dibuat dengan membuat pekatan A dan B. Pekatan A dengan garam teknis kalium nitrat, kalsium nitrat dan Fe-EDTA. Pekatan B dengan garam teknis yang terdiri dari kalium dihidro fosfat, magnesium sulfat, mangan sulfat, cupri sulfat, zinc sulfat, asam borat dan ammonium molibdat. Formulasi nutrisi pada hidroponik sudah dibuat secara khusus untuk tiap tanaman tertentu, biasanya ada tiga macam formulasi khusus yang dibuat oleh produsen yaitu nutrisi khusus sayuran daun, sayuran buah, dan bunga. Kandungan nutrisi di dalamnya sudah diramu sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada ketiga kategori tanaman tersebut, sehingga produksi bisa maksimal. Hal ini juga bertujuan agar kita dapat menentukan mana nutrisi yang cocok untuk kita gunakan sesuai dengan tanaman yang kita budidayakan. Formulasi diadakan untuk menentukan komposisi yang tepat dalam suatu larutan hara dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan apabila suatu hara diberikan pada sistem hidroponik maka konsentrasi semua hara tersebut akan diserap sehingga perlu pengkomposisian yang tepat untuk menghindari adanya keracunan hara akibat konsentrasi berlebih maupun kekahatan hara yang rendah (Arnies 2013). Kunci utama dalam pemberian larutan nutrisi atau pupuk pada sistem hidroponik adalah pengontrolan konduktivitas elektrik atau electric conductivity (EC) atau aliran listrik di dalam air dengan menggunakan alat EC-meter. EC ini untuk mengetahui cocok tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman karena kualitas larutan nutrisi sangat menentukan keberhasilan produksi, sedangkan kualitas larutan nutrisi atau pupuk tergantung pada konsentrasinya. Semakin tinggi garam yang terdapat dalam air, semakin tinggi EC-nya. Konsentrasi garam yang tinggi dapat merusak akar tanaman dan mengganggu serapan nutrisi dan air. Kebutuhan EC disesuaikan dengan fase pertumbuhan, yaitu ketika tanaman masih kecil, EC yang dibutuhkan juga kecil. Semakin meningkat umur tanaman semakin besar EC-nya (Utomo 2010). Berdasarkan hasil pengukuran EC kelompok kami yaitu kelompok 12 menunjukkan nilai 1,13 dari pencampuran volume larutan pekat A dan B masing-masing 10 ml serta ditambah dengan air sebanyak 980 ml. Dua kelompok lain dengan komposisi larutan pekat A dan B yang masing-masing 20 ml untuk kelompok 13 dan 30 ml untuk kelompok 14 menunjukkan nilai EC yang lebih tinggi yaitu 2,64 dari kelompok 13 dan 3,68 untuk kelompok 14. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak volume pekatan A dan B yang dilarutkan maka akan semakin pekat larutan tersebut dan akan semakin tinggi nilai EC dari nutrisi tersebut.Berdasarkan data rekapan hasil pengukuran EC menunjukkan bahwa nilai EC dari pencampuran larutan pekat A dan B serta penambahan air menunjukkan nilai EC yang berbeda-beda dari tiap-tiap kelompok. Nilai EC yang paling kecil diperoleh dari kelompok 13 dengan hanya 1,13. Nilai EC ini hasil pencampuran larutan pekat A dan pekat B masing-masing sebanyak 10 ml serta ditambahkan air sebanyak 980 ml. Sedangkan nilai EC terbesar diperoleh dari kelompok 17 dengan 6,38. Nilai EC ini hasil pencampuran larutan pekat A dan pekat B masing-masing sebanyak 60 ml serta ditambahkan air sebanyak 880 ml.Setiap tanaman membutuhkan kisaran EC yang berbeda-beda sesuai fase pertumbuhan tanaman. Selain itu, penggunaan EC pada tanaman dipengaruhi agroklimat lokasi budidaya seperti intensitas cahaya matahari, angin, dan kelembaban. EC larutan hara yang tinggi menyebabkan umur panen lebih singkat, shelf-life di supermarket kian panjang, meningkatkan kadar gula buah dan kesegaran lebih terasa. EC besar juga berpengaruh pada ketahanan terhadap serangan penyakit. Tetapi EC yang terlalu tinggi melebihi ambang batas akan merusak tanaman. Secara umum nilai EC 3,6 adalah ambang batas EC larutan.E. Kesimpulan dan Saran1. KesimpulanBerdasarkan praktikum acara Nutrisi Hidroponik yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :a. Nutrisi hidroponik adalah pupuk hidroponik lengkap yang mengandung semua unsur hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman hidroponik.b. Larutan yang digunakan dalam praktikum ini menggunakan larutan nutrisi mix AB.c. Pekatan A mengandung kalium nitrat, kalsium nitrat dan Fe-EDTA, sedangkan pekatan B terdiri dari kalium dihidro fosfat, magnesium sulfat, mangan sulfat, cupri sulfat, zinc sulfat, asam borat dan ammonium molibdat. d. Kunci utama dalam pemberian larutan nutrisi atau pupuk pada sistem hidroponik adalah pengontrolan konduktivitas elektrik atau electric conductivity (EC) atau aliran listrik di dalam air dengan menggunakan alat EC-meter.e. Nilai EC kelompok kami yaitu 1,13 yang berasal dari pencampuran pekatan A dan B yang masing-masing 10 ml dan ditambah air 980 ml.f. Nilai EC terendah diperoleh dari kelompok 13 dengan hanya 1,13, nilai EC ini hasil pencampuran larutan pekat A dan B masing-masing sebanyak 10 ml serta ditambahkan air sebanyak 980 ml. g. Nilai EC terbesar diperoleh dari kelompok 17 dengan 6,38, nilai EC ini hasil pencampuran larutan pekat A dan pekat B masing-masing sebanyak 60 ml serta ditambahkan air sebanyak 880 ml.h. Semakin besar volume pekatan A dan B yang dilarutkan maka nilai EC akan semakin tinggi.2. Saran Praktikum acara Nutrisi Hidroponik ini sudah berjalan dengan cukup baik, namun akan lebih baik lagi jika praktikan diberitahu proses pembuatan pekatan A dan B secara langsung serta sebaiknya ketika melakukan pencampuran larutan pekat A dan B harus diperhatikan yaitu pencampuran tidak boleh bersamaan untuk menghindari pengendapan larutan nutrisi.

DAFTAR PUSTAKAArnies P 2013. Mengenal Hidroponik. http://heejao.com. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2014. Gomez Fernando 2009. Nutrient Solutions for Hydroponic Systems. A Standard Methodology for Plant Biological Researches. 1(1): 1-22.Masud 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng. 2 (2): 131-136.Mortvedt J 2007. Micronutrient in Agriculture. The Soil Science Society of America. 73(1): 29-33.Resh 2005. Hydroponic Food Production. California : Woodbridge Press Publishing Co. Suhardiyanto H 2009. Teknologi Hidroponik Untuk Budidaya Tanaman. Bogor : IPB Press. Sumarni N, Rosliani dan Suwandi 2001. Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Jenis Larutan Hara Terhadap Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji dalam Kultur Agregat Hidroponik. J. Hort. 11 (3): 163-169.Sutiyoso 2004. Meramu Pupuk Hidroponik. Jakarta : Penebar Swadaya. Utomo 2010. Hidroponik. http://blog.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2014.

IV. MEDIA HIDROPONIK

A. Pendahuluan1. Latar BelakangHidroponik merupakan teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah. Pada sistem hidroponik media yang digunakan adalah media non tanah yang dapat berupa pasir, kerikil, arang sekam dan air. Masing-masing media memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga perlu dipertimbangan penggunaannya sesuai dengan sistem hidroponik yang digunakan.Umumnya untuk sistem hdiroponik Nitrient Film Technique (NFT), rakit apung serta edd dan flow menggunaan air untuk medianya. Sedang sistem hidroponik dengan bag culture menggunakan media subtrat (pasir, kerikil, arang sekam, dan lain-lain) sebagai medianya. Pengetahuan menganai berbagai media hidroponik perlu diketahui untuk mengetahui kelamahan dan kelebihan masing-masing media. pengetahuan tersebut dapat dijadikan bekal untuk menentukan penanganan yang tepat pada penggunaan masing-masing media hidroponik.Praktikum ini akan mempelajari berbagai media yang dapat digunakan untuk budidaya secara hidroponik dan kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Praktikum ini diharapakan dapat memberi bekal kepada mahasiswa untuk menentukan media yang tepat bagi sistem hidroponik yang diusahakan. Selain itu, praktikum diharapkan dapat memberikan ketrampilan kepada mahasiswa mengenai penanganan yang tepat sesuai media yang digunakannya.2. Tujuan PraktikumPraktikum acara Media Hidroponik ini memiliki tujuan agar praktikan terampil dan mampu dalam :a. Mengenal jenis dan karakteristik dari tiap-tiap jenis bahan substrat yang biasa digunakan dalam sistem hidroponik.b. Menyiapkan bahan dasar substrat untuk substrat hidroponik.51

c. Mengukur kapasitas menahan air dari tiap-tiap jenis bahan dasar substrat hidroponik.d. Membuat komposisi substrat hidroponik yang dapat diaplikasikan untuk budidaya sayuran menggunakan sistem hidroponik substrat.3. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum acara Media Hidroponik ini dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2014 pukul 07.00-09.00 WIB dan bertempat di rumah kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.B. Tinjauan PustakaMenurut Aminuddin (2006) media hidroponik dikelompokkan menjadi substrat sistem dan bareroot sistem. Substrat sistem merupakan hidroponik dengan media untuk membantu pertumbuhan tanaman. Adapun contoh substrat sistem adalah sand culture, gravel culture, rockwool, dan bag culture. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Lingga (2005) bahwa hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Sedangkan bareroot system adalah sistem hidroponik dimana dalam penanaman tanpa menggunakan media untuk pertumbuhan akar sehingga akar terekspos di dalam larutan nutrisi, misalnya Deep Flowing System, Aeroponics, Nutrient Film Tehnique (NFT) dan Ein-Gedi System (EGS) .Hidroponik dapat menggunakan berbagai jenis media yang porous tapi dapat mengikat air. Medium pasir, perlite, zeolit, rockwool, sabut kelapa, adalah beberapa bahan yang digunakan oleh para praktisi di dunia dalam bertanam secara hidroponik. Saat ini ada beragam mekanisme hidroponik. Media anorganik dapat berupa Rockwool (57%), pasir (22%), perlit, scoria, pumice, dan vermikulit. Sedangkan media organik berupa serbuk gergaji, humus, serat serabut kelapa, kulit kayu halus (Utami 2007).Tanaman untuk tumbuh dan berkembang membutuhkan media tanam. Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman, penopang tegaknya, sumber air, udara dan unsur-unsur hara. Fungsi media tersebut dapat terpenuhi oleh media tanah. Selain media tanah, masih ada media lain yang dapat dimanfaatkan, misalnya media arang sekam, akar pakis, arang kayu, pecahan genting dan pasir. Berbeda dengan media tanah, media tersebut kurang mampu menyediakan unsure-unsur hara. Pada pengunaannya sangat memerlukan pemberian unsur hara (Nurhalimah et al 2013).Ada berbagai macam media hidroponik. Salah satunya yaitu arang sekam, penggunaan arang sekam sudah banyak di indonesia karena bahan baku ampas padi yang mudah di dapatkan. Media hidroponik juga dapat berupa Expanded clay adalah sejenis tanah liat yang sudah berisikan mineral penting bagi pertumbuhan tanaman muda sangat cocok buat penyemaian. Selain itu, juga ada Rockwool adalah bahan non-organik yang dibuat dengan cara meniupkan udara atau uap ke dalam batuan yang dilelehkan. Rockwool memiliki kemampuan menahan air dan udara dalam jumlah yang baik untukperumbuhna tanaman (Ichsan 2013).Media lain yang dapat dilakukan sebagai media hidroponik adalah pasir. Media pasir mempunyai kelebihan antara lain mudah diproleh dan mudah distralisasi serta dapat di pakai beberapa kali dibandingkan dengan media lain.Media untuk hidroponik berfungsi sebagai tempat tumbuh tanaman. Persyaratan terpenting untuk media hidroponik harus ringan, porous. Tiap media mempunyai bobot dan priortas yang berbeda. Oleh karena itu, dalam memilih media sebaiknya dicari yang paling ringan dan yang mempunyai prioritas yang baik (Prihmantoro dan Indriani 2005).Karakteristik media hidroponik harus bersifat inert dimana tidak mengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus bebas dari bakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi tanman. Menurut Zufitri (2005) fungsi utama media hidroponik adalah untuk menjaga kelembaban, dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik nersifat ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman.Pasir sebagai media membutuhkan irigasi dengan frekuensi tetap atau sesuai dengan aliran konstan untuk mencegah kekeringan. Penggunaan pasir yang dicampur denga bahan lain bertujuan agar media tersebut mempunyai earasi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pasir memiliki kapasitas menahan kelembaban yang sengat rendah dan kandungan hara rendah. Psir sangat penting karena dapat meningkatkan ruang pori dan memperbaiki aerasi tanah (Yushanita 2007).Hidroponik subtrat dapat berupa pasir, arang sekam maupun cacah pakis. Arang sekam mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0.3%), N (0,18%), F (0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu juga mengandung unsur lain seperti Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Kandungan silikat yang tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan. Sekam bakar juga digunakan untuk menambah kadar Kalium dalam tanah (Gagas Pertanian 2011). Selain meida yang telah disebutkan di atas, menurut Anis (2006) pakis cacah juga dapat dimanfaatkan sebagai media hidroponik. Pakis Cacah adalah batang atau akar tanaman pakis yang telah dicacah menjadi cacahan halus. Cacahan pakis yang baik digunakan adalah cacahan pakis matang yang sudah mengalami fermentasi. Cacahan pakis matang bersifat porous, mempunyai aerasi yang baik tetapi tetap mampu menyimpan air yang dibutuhkan tanaman dan mampu memegang tanaman dengan baik tanpa menimbulkan sifat padat yang berlebihan. C. Metodologi Praktikum1. Alata. Tungku pembakar sekamb. Pisauc. Guntingd. Saringane. Timbangan f. Emberg. Polibagh. Gelas takari. Alat tulis2. Bahana. Sekam padib. Batang pakisc. Pasir malangd. Air3. Cara Kerjaa. Membuat arang sekam1) Menyiapkan alat tungku pembakar sekam padi, kemudian mengisinya dengan sekam padi, usahakan agar sekam padi berada pada posisi disekeliling saringan.2) Menaruh sumber api dibagian dalam saringan menggunakan kayu/bamboo yang dibakar.3) Menuggu beberapa saat agar sekam mulai terbakar, kemudian membolak-baalikan secara peerlahan agar sekam yang terbakar tidak sampai berubah menjadi abu.4) Jika sebagian besar sekam sudah berwarna hitam, segera percikan air ke sekam yang sedang terbakar, sehingga proses pembakaran berhenti.5) Menumpahkan isi tungku pembakaran dan untuk meyakinkan bahwa proses pembakaran telah berhenti, percikan air kedalam tumpukan sekam bakar, kemudian kering anginkan.b. Menyiapkan pakis cacah1) Merendam batang pakis hingga batang tersebut menjadi relatif lunak (supaya tidak ulet)2) Memotong batang pakis menggunakan pisau besar atau gunting dengan ukuran sekitar 1-1,5 cm.3) Meniriskan batang pakis yang sudah dicacah / dipotong-potong atau dikering anginkan.4) Menyimpan pakis cacah dalam karung atau siap dicampurkan dengan substrat lainnya untuk membuat komposisi substrat hidroponik.

c. Menyiapkan pasir malang/ pasir agregat1) Pasir yang digunakan sebagai substrat hidroponik berukuaran agregat yaitu antara 3-8 mm.2) Menggunakan saringan ganda untuk mendapatkan pasir berukuran agregat, dengan cara menyusun saringan dengan mata saring yang berukuran lebih besar (8mm) dibagian atas, sementara yang berukuran lebih kecil (5mm) dibagian bawah.3) Menyaring pasir dan kumpulan pasir yang terperangkap dibagian tengah/diantara kedua saringan, yang merupakan pasir dengan ukuran yang kita kehendaki.4) Mencuci pasir dengan cara merendamnya dengan air, kemudian ditiriskan dan dijemur.d. Membuat komposisi substrat, dengan perbandingan berdasar volume sebagai berikut :1) Komposisi A= arang sekam : pasir malang (1:1)2) Komposisi B= pakis cacah : pasir malang (1:1)3) Komposisi C= arang sekam : pakis Merapi (1:1)4) Komposisi D= pakis cacah : pasir Merapi (1:1)5) Komposisi E= arang sekam : pasir cacah : pasir Malang (1:1:1)6) Komposisi F= arang sekam : pakis cacah : pasir Merapi (1:1:1)e. Mengukur kapasitas menahan air pada tiap-tiap jenis bahan substrat dan pada beberapa kompaosisi substrat hidroponik, dengan cara berikut :1) Mengisi polibag dengan substrat sebanyak 1L, kemudian timbang (B1)2) Menuangkan air sebanyak 1L (V1) ke dalam polibag yang telah berisi substrat, tunggu selama 30 menit agar air membasahi seluruh bagian substrat.3) Membuat lubang pada bagian bawah polibag (bisa menggunakan paku atau lidi) sehingga air dapat menetes namun substrat tidak ikut keluar..4) Menampung air yang menetes, dan tunggu hingga beberapa lama sampai air tidak lagi menetes, kemudian ukurlah volume air yang menetes (V2)5) Menimbang kembali polibag berisi substrat setelah dibasahi (B2)f. Menghitung jumlah air yang dapat tertahan dalam substrat D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil PengamatanTabel 4.1 Tabel Pengamatan Kapasitas Menahan Air pada Berbagai Jenis SubstratShiftKelKomposisi substratVolue air yang menetes (ml)Berat substrat basah (gr)V1-V2 (ml)B2-B1 (gr)

Senin1Komp. A420759580559

2Komp. C700459300259

3Komp. B880320120120

4Komp. D600584400389

5Komp. E450684550484

Selasa6Komp. A505627495427

7Komp. B9202868086

8Komp. C750441250241

9Komp. D630496370296

10Komp. E610569390369

11Komp. F850334150134

Rabu12Komp. A540687460487

13Komp. B84029816098

14Komp. C680541320341

15Komp. D650443350243

16Komp. E690577310377

17Komp. F750446250246

Kamis18Komp. A550683450483

19Komp. B85028915089

20Komp. C700455300256

21Komp. D660539340339

22Komp. E530650470450

23Komp. F830377170377

Jumat24Komp. A440748560548

25Komp. B92031880118

26Komp. C800504200304

27Komp. D700485300285

28Komp. E800360200160

29Komp. F870362130162

Sumber : Data Rekapan2. PembahasanMedia yang baik adalah mempunyai empat fungsi utama. Salah satu fungsi media tanam adalah memberi unsur hara. Media juga digunkan sebagai media perakaran. Selain itu, media tanam juga harus menyediakan air, dan tempat penampungan air serta menyediakan udara untuk respirasi akar. Fungsi unsur hara lainnya yaitu dan sebagai tempat bertumbuhnya tanaman (Hani 2009).Karsono et al (2004) mengatakan bahwa media hidroponik yang baik memiliki pH yang netral atau antara 5.5 -6.5. Selain itu media harus porous dan dapat mempertahankan kelembaban. Media yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman, yaitu media untuk persemaian atau pembibitan dan Media untuk tanaman dewasa. Untuk persemaian dapat digunkan media berupa pasir halus, arang sekam atau rockwool. Untuk media untuk tanaman dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu pasir agak kasar, arang sekam, rockwool dan lain-lain. Media hidroponik dapat dibedakan menjadi dua yaitu media substrat dan aquakultur. Hidroponik subtrat merupakan metode budidaya tanaman di mana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup. Contoh penggunaan media subtrat adalah pasir, sekam padi dan kerikil. Hidroponik aquakultur adalah menggunaan air yang berfungi sebagai media tumbuh seklaigus sebgai irigasi dan larutan nutrisi.Hidroponik dengan media air atau aquakultur memilki kelebihan yaitu efisiensi dalam pemberian air dan nutrisi karena air digunakan sebagai media tumbuh juga digunakan sebagai pelarut larutan nutrisi. Media ini memiliki kekurangan yaitu biasanya menggunakan instalasi listrik sehingga tidak hemat energi dan butuh biaya instalasi. Media air ini juga rawan akan terular hama penyakit karena air digunakan secara bersamaan antar satu tanaman dengan tanaman lain sehingga jika satu tanaman terinfeksi penyakit akan mudah menular melalui air.Selain itu, media hidroponik juga dibedakan menjadi media organik dan media non organik. Media oragnik merupakan media yang berasal dari bahan organik sedangkan media non organik berasal dari bahan-bahan yang besifat kimia. Ada berbagai kelebihan dan kelmahan penggunaan media tersebut. Media organik menyediakan bersifat disukai oleh organisme tanah sehingga banyak organisme bermanfaat yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Namun media ini memiliki kelamahan yaitu mudak lapuk dan lembab sahingga disukai jamur serta harus diganti-ganti karena mudah membusuk.Pengukuran kemampuan subtrat untuk menahan air perlu diperhitungan untuk mengatahui efektivitas subtrat dalam menympan air dan menghatarkannya bagi tanaman. Pada praktikum ini kelompok kami mengukur kemampuan menyimpan air media arang sekam. Bedasarkan hasil perhitungan, selisih berat awal dan berat akhir (B2-B1) pada percobaan adalah 487 gram. Kemampuan menahan air (V1-V2) pada percobaan yang kami lakukan yaitu sebesar 460 ml. Hal ini menunjukkan kemampuan media ini mampu menyimpan 46% air yang diberikan.Berdasarkan data rekapan, media yang paling besar dalam menyimpan air atau yang nilai V1-V2 paling tinggi adalah kelompok satu dengan media komposisi A dengan nilai 580 ml. Ini berarti kemampuan media ini dalam menyimpan air sebesar 58%. Sedangkan nilai V1-V2 yang terkecil adalah kelompok 25 dengan komposisi B yaitu hanya sebesar 80 ml. Pada perhitungan B2-B1, yang paling tinggi adalah kelompok 1 dengan komposisi A yaitu sebesar 559 gram. Sedangkan nilai B2-B1 yang paling kecil adalah kelompok 7 dengan komposisi B yaitu hanya sebesar 86 gram.

E. Kesimpulan dan Saran1. KesimpulanBerdasarkan praktikum acara Media Hidroponik yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil beberapa poin kesimpulan antara lain sebagai berikut :a. Media tumbuh hidroponik dibedakan menjadi media subtrat dan aquakultur atau media air.b. Media subtrat dapat berupa pasir malang, pasir merapi, kerikil, serabut, dan arang sekam atau kombinasi dari media tersebut.c. Media subtrat memiliki kelebihan yaitu ringan, dapat menjaga pH dan tanaman dapat tumbuh tegak. Media subtrat memiliki kelemahan yaitu mudah membusuk dan tidak permanan.d. Media air/aquakultur memiliki kelebihan yaitu efisien karena air digunakan untuk media tumbuh sekaligus pelarut nutrisi. Namun penyakit mudah menular melalui air.e. Media juga dapat dibedakan menjadi media organik dan non organik.f. Kelebihan media organik yaitu disuka organisme yang bermanfaat bagi tanaman. Namun lembab, sehingga disukai oleh jamur dan tidak dapat digunakan berkali-kali.g. Media non organik dapat digunakan berkali- kali namun cenderung lebih berat dan tidak disukai organisme yang bermanfaat bagi tanaman.h. Media yang baik untuk hidroponik harus mampu menyimpan air dan menghantarkannya, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, bebas dari hama dan penyakit, bersifat mudah dilalui air (porous), ringan, tidak mengandung racun, harganya terjangkan, bersifat inert dan ringan.i. Bedasarkan hasil perhitungan kelompok kami, selisih berat awal dan berat akhir (B2-B1) pada percobaan adalah 487 gram. j. Kemampuan menahan air (V1-V2) pada percobaan yang kami lakukan yaitu sebesar 460 ml.k. Berdasarkan data rekapan, nilai V1-V2 paling tinggi adalah kelompok 1 dengan media komposisi A dengan nilai 580 ml. l. Sedangkan nilai V1-V2 yang terkecil adalah kelompok 25 dengan komposisi B yaitu hanya sebesar 80 ml. m. Pada perhitungan B2-B1, yang paling tinggi adalah kelompok 1 dengan komposisi A yaitu sebesar 559 gram. n. Sedangkan nilai B2-B1 yang paling kecil adalah kelompok 7 dengan komposisi B yaitu hanya sebesar 86 gram.2. SaranPraktikum acara Media Hidroponik ini sudah berjalan cukup baik, namun akan lebih baik jika saat pembakaran sekam mahasiswa juga dilibatkan sehingga mahasiswa juga memiliki kemampuan melalakukan ketrampilan dalam pembuatan arang sekam.

DAFTAR PUSTAKAAminuddin 2006. Penggunaan Berbagai Macam Media pada Budidaya Paprika Secara Hidroponik. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Anis O N 2006. Hidroponik. www.anisorchid.com. Diakses pada tanggal 2 November 2014.Gagas Pertanian 2011. Fungsi dan Kandungan Arang Sekam/Sekam Bakar. http://www.gagaspertanian.com. Diakses pada tanggal 2 November 2014.Hani A 2009. Pengaruh Media Tanam Dan Empat Intensitas Naungan pada Pertumbuhan Bibit Khaya antotecha. J. Tekno Hutan Tanaman 2 (3) : 99-105.Ichsan 2013. Media TanamHidroponik. http://ichsantirtonotolife.com. Diakses pada tanggal 2 November 2014.Karsono S, Sudarmodjo dan Y Sutiyoso 2004. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta : Agro Media Pustaka. Lingga P 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta : Penebar Swadaya. Nurhalimah, Aris S, Risky M A. 2013. Pembuatan Media Cair Dan Padat Untuk Hidroponik. Jember : Laporan Praktikum Hidroponik Universitas Negeri Jember. Prihmantoro dan Indriani 2005. Hidroponik S