laporan hematologi
DESCRIPTION
laporan proanfisTRANSCRIPT
LAPORAN PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI (BI 2103)
HEMATOLOGI
Tanggal Praktikum : 18 September 2013
Tanggal Pengumpulan : 25 September 2013
Disusun oleh :
Nabila Gea Saraya
10612065
Kelompok 5
Nama Asisten :
Teguh Rachmanto
10609051
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem peredaran darah pada setiap organisme sangat penting. Karena
berfungsi untuk menyalurkan nutrisi dan juga oksigen yang dibutuhkan oleh sel.
Jantung adalah organ yang bekerja pada system ini. Ruang jantung pada semua
hewan vertebrata sama, yaitu terdapat bilik dan serambi. Namun berbeda-beda
tergantung dari tingkatan hewan itu sendiri. Sistem peredaran darah tersusun dari
sel-sel darah yang dibuat di sumsum tulang belakang, dan juga plasma darah.
Unsur-unsur yang terdapat pada darah memliki nilai normal berbeda-
beda setiap spesiesnya. Nilai normal dari setiap unsur darah disebut parameter-
parameter hematologi. jika parameter-parameter pada suatu organisme sudah
diketahui,hal tersebut akan mempermudah dalam pendiagnosaan penyakit yang
diderita oleh suatu organisme.
1.2 Tujuan
Dari latar belakang diatas, dapat dikatakan tujuan dilakukannya
praktikum ini adalah :
1. Menentukan fisiologis mencit berdasarkan parameter hematologi yang
diukur
2. Menentukan lapisan-lapisan histologi penyusun pembuluh darah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komponen-Komponen Pengukuran Paramaeter Hematologi
2.1.1 Hematokrit
Hematokrit adalah salah satu pengukuran yang dilakukan untuk
menghitung eritrosit dalam tubuh. Pengukuran hematokrit dilakukan pada suatu
organisme untuk mengukur perbandingan volume eritrosit terhadap plasma darah
dengan persen sebagai besarannya. Hasil yang didapat dari perhitungan
hematokrit dapat mengindikasikan penyakit-penyakit yang terjadi pada suatu
organisme tergantung dari besar atau rendahnya jumlah eritrosit (Keogh, 2009).
2.1.2 Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel eritrosit.
Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan membawanya dari jantung ke
seluruh tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan ke jantung untuk
dikeluarkan (Anonim, 2010). Hemoglobin terdiri dari dua unsur, yaitu heme
(yang memberi warna sel darah) dan globin. Heme adalah porphyrin dengan zat
besi (Fe) di tengahnya, sedangkan globin adalah protein yang mengelilingi heme.
Pada satu molekul hemoglobin terdapat empat unit heme dan juga empat unit
globin (Anonim, 2013). Pengukuran hemoglobin untuk menghitung jumlah
hemoglobin yang ada pada darah. Sama seperti hematokrit, hasil yang didapat
dari perhitungan hematokrit dapat mengindikasikan penyakit-penyakit yang
terjadi pada suatu organisme tergantung dari besar atau rendahnya jumlah
eritrosit (Keogh, 2009).
3
2.1.3 Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
MCH adalah pengukuran rata-rata hemoglobin yang ada pada satu
eritrosit. Pengukuran MCH dapat salah jika organisme percobaan mengalami
hyperlipidemia yang akan meningkatkan rata-rata hemoglobin yang terukur
dikarena meningkatnya kekeruhan plasma sehingga pengukuran hemoglobin
menjadi meningkat. Hal ini dapat dicegah dengan melakukan sentrifugasi dan
penghitungan manual (Greer, 2009).
2.1.4 Mean Cospuscular Volume (MCV)
MCV adalah adalah niali rata-rata dari volume eritrosit dan
merupakan parameter yang berguna dalam mengklasifikasikan anemia dan
memberikan informasi mengenai patofisiologi dari penyakit-penyakit pada
eritrosit. Pengukuran MCV dapat salah jika organisme percobaan mempunyai
penyakit yang menyebabkan penggumpalan sel atau mengalami hyperglycemia
yang menyebabkan nilai MCV meningkat (Greer, 2009)
.
2.1.5 Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah nilai rata-rata dari konsentrasi hemoglobin terhadap
hemaotkrit yang diberikan. Setelah MCHC diketahui, rasio perbandingan massa
hemoglobin dengan hematokrit akan diketahui. Keakuratan dari nilai MCHC
dipengaruhi oleh factor-faktor yang mempengaruhi pengukuran dari hemoglobin
atau hematocrit (Greer,2009).
2.16 Kadar Gula
Kadar gula dalam tubuh seseorang diukur dengan menggunakan
glukometer. Glukometer memiliki banyak variasi, ada yang dibuat untuk oemakai
yang susah melihat, ada glukometer yang dibuat dengan memori, ada pula
glikometer yang akan mengukur kadar gula setiap beberapa menit. Kadar gula
yang diukur dengan glikometer akurat, namun cara pemakaian lah yang sering
salah dan membuat hasil yang terukur tidak akurat (Anatomi, 2013).
4
2.2 Komponen-Komponen Darah
2.2.1 Eritrosit
Eritrosit adalah sel yang paling banyak ada dalam darah dengan
presentase 40%-45% dari volume darah. Berbentuk bulatan bikonkaf dengan
tengah sel yang rata. Eritrosit tidak memiliki nukelus yang berguna untuk
mempermudah perubahan bentuk pada saat melewati pembuluh darah namun
juga menyebabkan umur pendek pada eritrosit yaitu selama 120 hari. Warna
merah pada eritrosit disebabkan oleh adanya hemoglobin (terdapat unsur Fe)
yang berguna untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida (Anonim, 2010).
Pada masa awal pembentukan eritrosit, calon sel eritrosit (eritroblas)
memiliki sitoplasma basofil yang menyelubungi nukleus. Namun, seiring
bertambahnya sintesis hemoglobin, eritroblas kehilangan sitoplasma basofilnya
dan menyisakan nukleus yang kemudian mengalami perubahan struktural.
Setelah dilepasnya nukleus, eritrosit muda masih terdapat organel-organel sisa
seperti ribosom dan eritrosit muda ini kemudian dinamakan sebagai retikulosit
(Heilmeyer, 2011). Retikulosit kemudian mengalami pematangan dengan
perubahan ulang membran plasma dan menjadikan membrannya menjadi tahan
lama dan menjadi highly deformable selayaknya membran dari sel eritrosit (Lee,
2004).
2.2.2 Leukosit
Leukosit pada tubuh memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit dari sel
eritrosit yaitu sebesar 1% dari volume darah. Leukosit memiliki fungsi untuk
melindungi tubuh dari infeksi yang masuk (Anonim, 2010). Leukosit dibagi
menjadi dua bagian, yaitu Granulosit(sitoplasma terdapat granula) dan
Agranulosit (sitplasma tidak ada granula). Pada granulosit terdapat tiga jenis
granulosit yaitu neutrofil, eusinofil dan basofil. Neutrofil adalah jenis leukosit
yang paling banyak ada yaitu sebesar 55% sampai 60% dari total leukosit. Pada
5
nukleousnya terdapat tiga sampai empat lobus. Ukuran normal dari neutrofil
adalah 10 sampai 15 μm (Cashen, 2010).
Eusinofil jarang ditemukan pada darah karena dari total semua
leukosit, banyaknya eusinofil hanya 0,5% sampai 4%. Eusinofil memiliki ukuran
yang sama dengan neutrofil yaitu 10 sampai 15 μm. Granula yang berada pada
sitoplasma berwarna merah atau jingga dengan dua lobus pada nukelus. Basofil
adalah jenis leukosit yang sangat jarang karena hanya terdapat sebesar 0,01%
hingga 0,03% saja dari total leukosit. Ukuran yang dimiliki sama dengan
eusinofil dan neutrofil. Pada sitoplasma terdapat granula berwarna biru gelap
dengan dua lobus pada nukleus (Cashen, 2010).
Pada Agranulosit dibagi menjadi dua jenis, yaitu limfosit dan
monosit. Limfosit banyak tersebar pada darah dengan presentase sebesar 25%
sampai 35% dari total leukosit. Ukuran leukosit normal adalah sebesar 7 sampai
18μm. Perbedaan dari limfosit T dan B cukup sulit dibedakan. Limfosit memiliki
nukleus menggumpal dan berwarna gelap dengan pinggiran pada sitoplasma
sedikit biru. Monosit terdapat sebanyak 4% sampai 8% dari total leukosit dan
merupakan sel leukosit terbesar dengan ukuran sebesar 12 hingga 20μm.
Sitoplasma berwarna biru dengan nukleus berbentuk huruf U. Monosit berfungsi
sebagai fagosit (Cashen, 2010).
2.2.3 Trombosit
Berbeda dari eritrosit dan leukosit, trombosit merupakan pecahan-
pecahan kecil dari sel. Trombosit berfungsi dalam proses penyembuhan dengan
berkumpul di tempat terjadinya luka, berjajar pada pembuluh yang luka dan
kemudian membentuk benang-benang fibrin untuk menutup luka dan mencegah
darah untuk keluar (Anonim, 2010). Trombosit dihasilkan dari sel pada sumsum
tulang belakangan yaitu megakariosit. Trombosit memiliki diameter sebesar 1
sampai 2μm, tidak memiliki nkleus, berwarna keunguan yang terdapat pada
sitoplasma dan mengandung granula berwarna merah atau biru (Cashen, 2010)
2.2.4 Plasma Darah
6
Plasma darah adalah cairan yang terdapat pada darah yang berfungsi
untuk mentransfer sel-sel darah ke seluruh tubuh bersama dengan nutrisi,
antibodi, hormon, dsb (Anonim, 2010). Plasma darah mengandung protein
plasma, air dan zat terlarut lainnya. Pada protein plasma terkandung protein-
protein yang larut yaitu, albumin, globulin dan fibrinogen. Protein plasma yang
terkandung dalam plasma darah ada sebanyak 99%, sisa 1% adalah hormon,
enzim dan prohormon. Albumin berfungsi dalam transpor fatty acid, hormon
tiroid, dan beberapa hormon steroid. Globulin berguna dalam mengikat zat besi,
hormon atau senyawa lain yang akan dibuang melalui ginjal. Sedangkan
fibrinogen berfungsi dalam proses penyembuhan luka (Martini 2012).
2.3 Penyakit Darah yang Berhubungan Dengan Parameter yang
Terukur
2.3.1 Hypochromic Anemia
Hypochromic anemia adalah jenis anemia yang paling umum
terjadi. Anemia jenis ini muncul jika terdapat gangguan dalam sintesis
hemoglobin pada eritrosit karena kurangnya zat besi (Fe) dan mengakibatkan
kurangnya pengikatan oksigen. Kurangnya zat besi dapat disebabkan karena
beberapa hal seperti kurangnya asupan zat besi, hilangnya darah secara kronis,
dan gangguan pada penyerapan zat besi. Penyakit ini dapat menyebabkan
organisme penderitanya mengalami kelelahan atau bahkan menyebabkan
penyakit lain seperti koilonychia atau spoon nails (Heilmeyer, 2011).
2.3.2 Hemolytic Anemia
Hemolytic anemia adalah jenis anemia yang disebabkan oleh
pemendekan dari sikulus hidup eritrosit yang seharusnya adalah 120 hari. Namun
anemia ini hanya akan tejadi jika sumsum tulang belakang tidak dapat
menghasilkan eritrosit yang lebih banyak untuk dapat mengimbangi cepatnya
eritrosit hancur. Cara untuk waktu hidup dari eritrosit ini adalah dengan
chromium radiolabeling cells menggunakan 51Cr. Selain itu, cara ini juga dapat
menentukan lokasi-lokasi tempat penghancuran eritrosit (Heilmeyer, 2011.
7
Penyakit ini dapat menimbulkan masalah lainnya seperti detak jantung yang tidak
normal, kelelahan, dan juga gagal jantung (Gibbons, 2011).
2.3.3 Leukimia
Leukimia adalah kanker pada darah atau pada sumsum tulang
belakang. Penderita dari penyakit ini memiliki leukosit yang banyak disebabkan
karena produksi sel darah yang tidak normal. Leukimia dibagi menjadi empat tipe
yaitu, Acute Lymphocytic Leukemia (ALL), Chronic Lymphocytic Leukemia
(CLL), Acute Myelogenous Leukemia (AML), dan Chronic Myelogenous
Leukemia (CML). ALL adalah tipe leukemia yang terjadi pada sumsum tulang
yang menghasilkan sel darah putih dan akut. Biasanya penyakit ini diderita oleh
anak-anak dan terkadan orang dewasa berumur diatas 65 tahun. CLL adalah tipe
leukemia yang terjadi sama seperti ALL namun kronis. Leukimia jenis inilah
yang paling sering diderita oleh orang dewasa dengan umur diatas 55 tahun.
AML adalah tipe leukemia akut yang terjadi di sumsum tulang penghasil sel
darah selain leukosit. Leukimia tipe ini lebih serind diderita oleh orang dewasa
dibandingkan dengan anak-anak. Dari hasil penelitian tahun 2012 oleh Memorial
Sloan-Kettering Cancer Center, pada penderita AML ini ditemukan beberapa
mutasi gen. CML adalah tipe leukemia yang terjadi di tempat yang sama dengan
AML namun kronis. CML mayoritas diderita oleh orang dewasa dan dapat
bertahan lebih dari lima tahun.(Anonim, 2009).
2.2.4 Diabetes
Diabetes adalah penyakit dimana hilangnya kemampuan tubuh
untuk merubah glukosa menjadi energi. Glukosa merupakan hasil dari dicernanya
karbohidrat dalam tubuh. Setelah glukosa dihasilkan, glukosa di transfer kedalam
darah dan didifusikan ke dalam sel untuk dirubah menjadi energi. Agar difusi
glukosa dapat terjadi, diperlukan bantuan dari hormone insulin yang dihasilkan di
beta sel pada pancreas. Pada penderita diabetes, pembentukan hormone insulin
ini terganggu dan menyebabkan kurangnya produksi insulin (DRWF, 2010).
8
Terdapat dua tipe diabetes, yaitu Tipe 1 dan Tipe 2. Diabetes
tipe 1 berpengaruh pada unsur gen, sehingga jika orangtua terkena diabetes tipe
1, ada kemungkinan untuk keturunannya terkena diabetes tipe 1. Pada tipe ini,
produksi insulin cacat sehingga tidak dapat mendifusikan glukosa ke sel tubuh.
Kebanyakan penderitanya adalah anak-anak dan remaja namun juga dapat
diderita oleh semua umur. Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling
umum. Penderita diabetes tipe ini adalah orang dewasa namun sekarang anak-
anak telah ada yang menderita diabetes tipe ini dan kemungkinannya akan lebih
besar jika aktivitas sehari-hari kurang dan mengalami obesitas (DRWF, 2010).
BAB III
9
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Pipet khusus eritrosit
Pipet khusus leukosit
Hemocytometer
Kaca penutup
Pipet
Tabung Sahli
Alat ukur Sahli
Pengaduk
Sentrifuga
Tabung Kapiler
Preparat
Mikroskop
Darah mencit
HCL 1 N
Larutan Hayem
Larutan Turk
Aquades
Porselin
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Penghitungan Jumlah Sel Darah
Darah dihisap dengan pipet khusus eritrosit sampai skala 0,5 dan dilanjutkan
dengan larutan Hayem dihisap dengan pipet yang sama sampai skala 101. Setelah
itu darah dan larutan Hayem dicampur dengan cara dibolak-balik agar darah dan
larutan Hayem menjadi homogen. Kemudian campuran tersebut dibaung
beberapa tetes hingga skala 1. Setelah itu campuran diteteskan beberapa tetes
pada sisi kaca penutup Hemocytometer (larutan hindari masuk ke parit kiri dan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
10
kanan ruang hitung) dan eritrosit dihitung pada lima ruang persegi (R) di bawah
mikroskop.
3.2.2 Perhitungan Jumlah Leukosit
Darah dihisap dengan pipiet khusus leukosit sampai skala 1 dilanjutkan dengan
larutan Turk dihisap dengan pipet yang sama hingga skala 11. Setelah itu darah
dan larutan Turk dicampur dengan cara dibolak-balik agar darah dan larutan
menjadi homogen. Kemudian campuran tersebut dibuang beberapa tetes hingga
skala 1. Setelah itu campuran diteteskan beberapa tetes pada sisi kaca penutup
Hemocytometer (larutan hindari masuk ke parit kiri dan kanan ruang hitung) dan
leukosit dihitung pada empat ruang persegi (W) di bawah mikroskop.
3.2.3 Pengukuran Konsentrasi Hemoglobin
Darah dihisap dengan pipet hingga batas 20μl, diteteskan dalam tabung
pada alat ukur sahli dan ditambahkan HCl 1 N. Kemudian diaduk sampai
homogen dan dibandingkan warna larutan dengan warna larutan hemoglobin
standar. Larutan ditetesi dengan aquades dan diaduk agar homogen sampai warna
larutan sebanding dengan warna larutan standar. Setelah sama skala pada tabung
sampel diamati untuk ditentukannya konsenstrasi hemoglobin.
3.2.4 Pengukuran Volume Hematokrit
Tabung kapiler yang sudah mengandung antikoagulan diisi dengan darah
dan salah satu ujungnya ditutup dengan porselin. Kemudian tabung diletakkan
pada sentrifuga dan sidentrifuga selama 2-5 menit dengan kecepatan 10000-
15000 rpm. Volume hematokritn ditenutkan dengan skala Wintrobe. Bagian dasar
tabugn diletakkan digaris paling bawah skala.
BAB IV
11
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengolahan Data
4.1.1 Perhitungan Parameter Hematologi
Perhitungan jumlah eritrosit
pengenceran =
jumlah eritrosit/mm3 darah =
volume masing-masing ruang hitung = 0,2 X 0,2 X 0,1 mm3
jumlah eritrosit /mm3=
eritrosit yang terhitung adalah 584 dan 632. Rata-ratanya adalah 613
oleh karena itu, jumlah eritrosit adalah = 50000x613=30.650.000/mm3
Perhitungan jumlah leukosit
pengenceran = = 100
jumlah leukosit / =
=
leukosit yang terhitung adalah 9 dan 13. Rata-ratanya adalah 11
oleh karena itu, jumlah leukosit adalah= 11 x 100/ 4x0,1x1x1=2750/mm3
Pengukuran konstentrasi hemoglobin
konsentrasi hemoglobin yang terhitung ada 14,1 dan 12,8. Rata-rata adalah 13,45
12
oleh karena itu, konsentrasi hemoglobin adalah 13,45 g/dL
Pengukuran volume hematokrit
dari perhitungan yang dilakukan, volume hematocrit ada sebnyak 38 %
Perhitungan MCV
=38÷30,65= 1,2398 µm3
Perhitungan MCH
= 13,45 x 10 ÷ 30,65 = 4,38 pg
Perhitungn MCHC
13,45 x 100 ÷ 38 = 35, 39 %
Pengukuran kadar gula
Dari kadar gula yang diukur, hasil yang didapat adalah 75 mg
4.1.2 Tabel Foto Pengamatan Histologi
Foto Literatur
13
1. Aorta
(Dokumen Pribadi) 40x
(Dokumen Pribadi) 100x
(Martini, 2012)
Aorta
(Pistorio, 2007) 100x
14
(Dokumen Pribadi) 400x
2. Vena cava
(Dokumen Pribadi) 40x
Vena Cava
(Gallik, 2011) 400x
Arteri Penyebar
(Wolexik, 2011) 100x
15
(Dokumen Pribadi) 100x
(Dokumen Pribadi) 400x
16
3. Aorta penyebaran
(Dokumen Pribadi) 40x
(Dokumen Pribadi)100x
4.2 Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan ada beberapa reagen yang digunakan
untuk membantu dalam pengukuran. Reagen-reagen tersebut adalah Larutan
Hayem, Larutan Turk, dan HCl. HCl befungsi untuk memecah sel eritrosit agar
hemoglobin dalam eritrosit keluar dan bereaksi dengan HCl dan berubah warna
menjadi coklat (Tian,2010). Larutan Hayem berfungsi untuk mencairkan sel
17
darah merah untuk dihitung jumlahnya, sedangkan larutan Turk berfungsi untuk
mencairkan sel darah putih untuk dihitung jumlahnya. Komposisi dari larutan
Hayem sendiri adalah sodium klorida sebanyak 0,5 mg, sodium sulfat sebanyak
2,5 mg, merkuri klorida sebanyak 0,25 mg, dan air suling sebanyak 100 ml. Dan
komposisi larutan Turk adalah gentian violet(1%) sebanyak 1 ml, glacial acteic
acid sebanyak 2 ml dan air suling sebanyak 97 ml (Sachdev, 2000).
Dari hasil perhitungan, jumlah eritrosit pada mencit jauh lebih besar dari
jumlah normal yaitu 7-10,1 106/µL. Kemudian jumlah leukosit, MCV dan MCH
yang didapat jauh lebih kecil dari jumlah normal. Konsentrasi hemoglobin dan
MCHC dari mencit normal. Dari (Anonim, 2013). Dari berbagai penyakit yang
dapat diderita oleh mencit, ada kesamaan penyakit yang didapat bila kekurangan
leukosit dan kelebihan eritrsoit, yaitu mencit mengalami ketergantungan dengan
alcohol (Koegh, 2009).
Lapisan-lapisan yang menyusun pembuluh darah adalah tunika
adventitia, tunika media dan tunika intima. Lapisan tunika adventitia adalah
lapisan terluar dari pembuluh darah dan melekat bersama jaringan ikat. Lapisan
tunika media adalah lapisan tengah pada pembuluh darah. Lapisan ini tersusun
dari otot polos, serabut elastin, lamella elastin, kolagen, dan lamina elastika
eksterna. Lapisan tunika intima yang merupakan lapisan terdalam pada pembuluh
disusun oleh endotelia, subendotelia, dan lamina elastika interna (Pistorio, 2007).
Perbedaan antar pembuluh berbeda dari tebal tipis dan ada atau tidaknya
lapisan. Dari hasil pengamatan, aorta berbentuk bulat dan masih memiliki semua
lapisan pada pembuluh darah dan tunika media sangat tebal. Berbeda dari aorta,
vena cava bernentuk tidak bulat (tidak teratur), memiliki tunika media yag tipis ,
tidak terdapat lamina elastika eksterna dan interna, dan terdapat banyak lamella
elastin. Arteri penyebar berbentuk bulat seperti aorta namun memiliki diameter
yang lebi kecil. Tunika adventitia yang dimiliki lebih tipis dari aorta. Hasil
pengamatan dengan literature dapat dikatakan sama.
18
BAB V
KESIMPULAN
1. Dari perbandingan parameter hemtaologi dengan literatur, dapat diketahui
bahwa mencit mengalami ketergantungan pada alkohol.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009.” What Is Leukemia? What Causes Leukemia?” dari
http://www.medicalnewstoday.com/articles/142595.php. Diakses tanggal
25 September 2013
Anonim.2010.”Blood Basics” dari hematology.org/patients/blood-basics
/5222.aspx.American Society of Hematology
Anonim.2013.”Experiment 10 :Blood and Hemoglobin”.Indiana University
Bloomington
Anonim.2013.”13-Appendix” dari http://shodhganga.inflibnet.ac.in /.../ 13/13_ appendi
x.pdf. Diakses tanggal 25 September 2013
Cashen, Amanda F.,& Tine, Brian Van.2010.The Washington Manual® of
Hematology & Oncology Subspecialty Consult 3rd edition.Lippincott
Williams & Wilkins
DRWF.2010.”What is Diabetes?”.Washington D.C.
Gallik,Steve.2011.” Chapter 10. Histology of Blood Vessels” dari
http://stevegallik.org/sites/histologyolm.stevegallik.org/htmlpages/
HOLM_Chapter10_Page06.html. Diakses tanggal 25 September 2013
Gibbons, Gary H.2011.”What is Hemolytic Anemia?” dari http://www.nhlbi.nih.
gov/health/health-topics/topics/ha/. Diakses tanggal 25 September 2013
Greer, John P.2009. Wintrobe's Clinical Hematology Vol.1 12th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Heilmeyer, L., & Begemann, H.2011.Atlas of Clinical Hematology 6th
edition.Springer
Keogh, James.2009.Nursing Laboratory & Diagnostic Tests
Demystified.McGraw-Hill Professional
Lee, James C.M., et al.2004.”Mechanism of protein sorting during erythroblast
enucleation: role of cytoskeletal connectivity”.Blood, Vol.13 : 5.USA
20
Martini, Frederic H., Nath, Judi L., Bartholomew, Edwin F.2012. Fundamentals
of Anatomy and Physiology 9th edition.
Pistorio, Ashley L.2007.” Chapter Five: Cardiovascular System” dari
http://www.medicalhistology.us/twiki/bin/view/Main/CardiovascularSyst
emAtlas05. Diakses tanggal 25 September 2013
Tian, Yuting, et al.2010.” Effects of Cell Lysis Treatments on the Yield of
Coenzyme Q10 Following Agrobacterium tumefaciens Fermentation”.