laporan hasil penelitian - … p… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi...

92
i LAPORAN HASIL PENELITIAN PERANAN PEMKO MEDAN DALAM UPAYA PENGENDALIAN INFLASI DAERAH DI KOTA MEDAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PEMERINTAH KOTA MEDAN TAHUN 2012 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA MEDAN BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

Upload: trinhnguyet

Post on 30-Jan-2018

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

i

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PERANAN PEMKO MEDAN DALAM UPAYA PENGENDALIAN INFLASI DAERAH

DI KOTA MEDAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PEMERINTAH KOTA MEDAN

TAHUN 2012

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA MEDAN

BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN DAERAH

TAHUN ANGGARAN 2012

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

ii

ABSTRAK

Laju inflasi di kota Medan dalam kurun waktu tahun 2000-2011 relatif sangat fluktuatif, dengan rata-rata 8,48%. Bila dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional, maka rata-rata inflasi kota Medan lebih tinggi dari inflasi nasional Laju inflasi kota Medan periode 2000 – 2011 berdasarkan kelompok barang didominasi oleh bahan makanan, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar, kelompok jasa pendidikan, rekreasi dan olah raga serta kelompok jasa transportasi dan komunikasi.

Dari hasil penelitian yang di dapat secara kualitatif dengan menggunakan regressi linier berganda dengan menggunakan 3 variabel bebas, yaitu konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G) maka nilai koefisien determinasi (R2) yang di adjusted sebesar 0,708. Artinya 70,8% variabel C,I dan G mampu menjelaskan variabel inflasi kota Medan, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel di luar model. Tingkat konsumsi (C) berpengaruh secara positif dan signifikan atau (t=3,492 pada α= 5%) terhadap laju inflasi. Variabel investasi (I) berpengaruh secara positif dan signifikan (t=3,917 pada α= 5%) terhadap laju inflasi . Variabel pengeluaran pemerintah pemerintah kota Medan (G) berpengaruh secara positif dan signifikan (t=3,170 pada α= 10%).

Secara kuantitatif dilihat dari persepsi masyarakat kota Medan baik rumahtangga maupun pelaku bisnis.Lebih dari 90% responden merasakan adanya inflasi yang tinggi dalam 6 bulan terakhir dan merasakan penurunan pendapatan riil. Inflasi tertinggi dirasakan pada kelompok bahan makanan, disusul dengan kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok perumahan, listrik dan bahan bakar.Hampir seluruh responden menyatakan bahwa program pemko Medan berupa pasar murah dapat membantu mengendalikan inflasi. Hampir 80% responden memprediksi akan terjadi kenaikan laju inflasi dalam 6 bulan mendatang. 44,76% dari responden menyatakan perekonomian kota Medan lebih baik pada masa mendatang.

Dari sisi pelaku bisnis, lebih dari 97% merasakan adanya inflasi yang tinggi dalam 6 bulan terakhir. Lebih dari 90% responden menyatakan tingkat keuntungan yang diperoleh berkurang selama 6 bulan terakhir. Lebih dari 80% responden menyatakan pemko Medan dapat membantu mengendalikan kenaikan flasi dan salah satu caranya lewat pasar murah.Responden menyatakan kelompok barang yang mengalami inflasi dalam 6 bulan terakhir, diurutan tertinggi pada kelompok jasa transportasi dan komunikasi, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan baku (kedua) dan bahan makanan (ketiga).Lebih dari 85% responden memperkirakan dalam 6 bulan kedepan inflasi akan mengalami kenaikan dan responden memperkirakan tingkat keuntung mereka akan mengalami penurunan. teringgi pada kelompok jasa transportasi dan komunikasi, (kedua) bahan makanan dan (ketiga) kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar. Untuk 6 bulan ke depan inflasi yangHampir 80% dari responden memprediksi pemko Medan dapat membantu mengendalikan inflasi.

Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

iii

ABSTRAK

Laju inflasi di kota Medan dalam kurun waktu tahun 2000-2011 relatif sangat fluktuatif, dengan rata-rata 8,48%. Bila dibandingkan dengan tingkat inflasi secara nasional, maka rata-rata inflasi kota Medan lebih tinggi dari inflasi nasional Laju inflasi kota Medan periode 2000 – 2011 berdasarkan kelompok barang didominasi oleh bahan makanan, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar, kelompok jasa pendidikan, rekreasi dan olah raga serta kelompok jasa transportasi dan komunikasi.

Dari hasil penelitian yang di dapat secara kualitatif dengan menggunakan regressi linier berganda dengan menggunakan 3 variabel bebas, yaitu konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G) maka nilai koefisien determinasi (R2) yang di adjusted sebesar 0,708. Artinya 70,8% variabel C,I dan G mampu menjelaskan variabel inflasi kota Medan, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel di luar model. Tingkat konsumsi (C) berpengaruh secara positif dan signifikan atau (t=3,492 pada α= 5%) terhadap laju inflasi. Variabel investasi (I) berpengaruh secara positif dan signifikan (t=3,917 pada α= 5%) terhadap laju inflasi . Variabel pengeluaran pemerintah pemerintah kota Medan (G) berpengaruh secara positif dan signifikan (t=3,170 pada α= 10%).

Secara kuantitatif dilihat dari persepsi masyarakat kota Medan baik rumahtangga maupun pelaku bisnis.Lebih dari 90% responden merasakan adanya inflasi yang tinggi dalam 6 bulan terakhir dan merasakan penurunan pendapatan riil. Inflasi tertinggi dirasakan pada kelompok bahan makanan, disusul dengan kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok perumahan, listrik dan bahan bakar.Hampir seluruh responden menyatakan bahwa program pemko Medan berupa pasar murah dapat membantu mengendalikan inflasi. Hampir 80% responden memprediksi akan terjadi kenaikan laju inflasi dalam 6 bulan mendatang. 44,76% dari responden menyatakan perekonomian kota Medan lebih baik pada masa mendatang.

Dari sisi pelaku bisnis, lebih dari 97% merasakan adanya inflasi yang tinggi dalam 6 bulan terakhir. Lebih dari 90% responden menyatakan tingkat keuntungan yang diperoleh berkurang selama 6 bulan terakhir. Lebih dari 80% responden menyatakan pemko Medan dapat membantu mengendalikan kenaikan flasi dan salah satu caranya lewat pasar murah.Responden menyatakan kelompok barang yang mengalami inflasi dalam 6 bulan terakhir, diurutan tertinggi pada kelompok jasa transportasi dan komunikasi, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan baku (kedua) dan bahan makanan (ketiga).Lebih dari 85% responden memperkirakan dalam 6 bulan kedepan inflasi akan mengalami kenaikan dan responden memperkirakan tingkat keuntung mereka akan mengalami penurunan. teringgi pada kelompok jasa transportasi dan komunikasi, (kedua) bahan makanan dan (ketiga) kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar. Untuk 6 bulan ke depan inflasi yangHampir 80% dari responden memprediksi pemko Medan dapat membantu mengendalikan inflasi.

Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. iv

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.1 Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . 1

1.2 Dasar Hukum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . . 5

1.3 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . . 6

1.4 Tujuan Studi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . . . 6

1.5 Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . 8

2.1 Pengertian Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . 8

2.2 Teori Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . 9

2.3 Jenis Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . 10

2.4 Dampak Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . 12

2.3 Penelitian Terdahulu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . 13

2.6 Hipotesa Studi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . 14

BAB III METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . 15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . 15

3.2 Jenis dan Suber Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . 15

3.3 Tehnik Pengambilan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . 15

3.4 Model Analisa Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . 16

3.5 Sampel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . 19

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

v

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . 20

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … . 20

4.2 Penduduk dan Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . 22

4.3 Kondisi Ekonomi Makro . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . 24

4.4 Analisa Kwalitatif dan Kwantitatif Perkembangan Inflasi Kota Medan 28.

4.4.1 Analisa Kwalitatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28

4.4.2 Analisa Kwantitatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

BAB V ANALISIS PERSEPSI RESPONEN TERHADAP KONDISI INFLASI

DAN PEREKONOMIAN KOTA MEDAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40

5.1 Persepsi Responden Rumah Tangga (household) Kota Medan terhadap Inflasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40

5.2 Persepsi Responden Bisnis Kota Medan terhadap Inflasi . . . . . . . . . . . 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82

6.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82

6.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Inflasi merupakan fenomena atau peristiwa ekonomi secara makro yang dapat

menggambarkan aktivitas dan pencapaian yang dicapai oleh kegiatan ekonomi, baik di

suatu wilayah ataupun di suatu negara. Fenomena ekonomi seperti inflasi, tidak mungkin

dihindari, melainkan bagaimana cara pemerintah mampu mengendalikan gejolak inflasi

yang tinggi dan tidak stabil, agar menjadi relatif lebih rendah dan tetap stabil. Laju inflasi

selain merupakan indikator utama untuk melihat kinerja ekonomi suatu daerah atau

negara, juga merupakan target yang akan dicapai pemerintah, karena salah satu asumsi

dasar dalam menyusun nota keuangan negara dalam bentuk APBN pada tiap tahunnya

juga mengacu pada seberapa besar target inflasi yang akan dicapai pada tahun tersebut.

Jadi laju inflasi harus dapat dikendalikan oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia

yang telah diamanahkan dalam undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Tugas dan

Tanggungjawab Bank Indonesia.

Faktanya, tidaklah mungkin hanya Bank Indonesia yang dapat mengendalikan

laju inflasi, tapi yang lebih penting lagi adalah apa yang sudah menjadi target oleh

Pemerintah, maka Bank Indonesia harus dapat menjaga stabilitasnya. Oleh karena itu

Bank Indonesia bersama-sama dengan Pemerintah Pusat sampai dengan Pemerintah

Propinsi serta Kota dan Kabupaten selalu bekerjasama dan berkoordinasi dalam

mengendalikan laju inflasi , terutama pada kondisi peak season (Bulan Ramadhan dan

Hari Raya) dimana laju inflasi menjadi lebih cepat naik dan selalu terjadi pada setiap

tahunnya. Hal ini dikarenakan adanya gap expectation di pasar antara konsumen di satu

sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya.

Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai inflasi

memiliki dampak yang kuat terhadap perekonomian. Kenaikan harga barang dapat

disebabkan karena beberapa faktor diantaranya jumlah uang yang beredar di masyarakat

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

2

cukup banyak, kelangkaan sumber daya yang akan menyebabkan naiknya impor barang

tersebut, dan masih banyak lagi sebab yang lainnya. Kebijakan Bank Indonesia di dalam

mengendalikan inflasi diantaranya dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dan

menaikkan tingkat suku bunga.

Tujuan Bank Indonesia sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang

yaitu menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan

tersebut Bank Indonesia mempunyai tugas utama yakni menetapkan dan melaksanakan

kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur

dan mengawasi perbankan. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan

moneter tersebut, Bank Indonesia berwenang menetapkan sasaran moneter dengan

memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Tingkat inflasi mencerminkan kenaikan harga barang-barang secara umum.

Inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara garis besarnya dibagi menjadi dua

yakni tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Bank

Indonesia sebagai otoritas moneter hanya mampu untuk mempengaruhi inflasi dari sisi

permintaan, yang lazim disebut dengan inflasi inti (core inflation) atau underlying

inflation, yang bersifat permanen dan persisten. Tingkat inflasi inilah yang menjadi acuan

Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan moneter. Dalam merumuskan kebijakan

moneter, Bank Indonesia menggunakan inflasi inti sebagai sasaran operasional

dikarenakan inflasi inti dapat memberikan signal yang tepat dalam memformulasikan

kebijakan moneter. Melalui inflasi inti, Bank Indonesia akan mengetahui kecenderungan

inflasi yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang. Kemudian melalui inflasi,

akan diperoleh informasi mengenai inflasi jangka pendek yang belum tentu direspons

dengan kebijakan suku bunga.

Inflasi non inti (non core inflation) secara definisi dapat diartikan bahwa inflasi

terjadi karena adanya gangguan dari sisi penawaran (supply side) dan berada di luar

kendali otoritas moneter, bersifat sesaat (temporary) atau sering disebut noises inflation.

Terhadap inflasi non inti tersebut, kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia

tidak akan berdampak apa-apa dalam perekonomian, karena yang diperlukan adalah

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

3

kebijakan lain yakni kebijakan fiskal dan sektor riil. Dimana kebijakan ini sangat

responsif terhadap perekembangan ekonomi yang sedang dihadapi.

Jadi, pada kondisi ekonomi tersebut, koordinasi antar lembaga menjadi sangat

penting dalam menangani inflasi non inti. Sebagai contoh, respon kebijakan terhadap

kenaikan inflasi yang disebabkan oleh tindak kriminal penimbunan oleh oknum tertentu

jelas berbeda dengan kasus inflasi yang disebabkan oleh depresiasi nilai rupiah. Kenaikan

inflasi karena tindak kriminal spekulasi harus ditindaklanjuti dengan upaya

pemberantasan spekulan atau meninjau kembali kebijakan tata niaga. Contoh lain,

kenaikan inflasi (naiknya harga) karena pasokan terganggu akibat serangan hama wereng

atau tikus, jelas harus direspon dengan upaya dinas-dinas terkait untuk menemukan cara

efektif untuk memberantas hama.

Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dan berkesinambungan. Inflasi daerah yang mempunyai kontribusi yang

relatif besar yakni sebesar 73 persen dari inflasi. Sumber tekanan inflasi di daerah sangat

tergantung dan dipengaruhi oleh karakteristik daerah masing-masing. Dengan

mempertimbangkan besarnya kontribusinya serta dalam rangka mendukung pencapaian

sasaran inflasi nasional, pengendalian inflasi di daerah merupakan sebuah keharusan dan

bukan hanya menjadi tanggung jawab Bank Indonesia melainkan juga kebutuhan dari

Pemerintah Daerah dan institusi terkait di daerah, khususnya inflasi yang disebabkan oleh

gangguan penawaran.

Demikian juga halnya dengan Pemerintah Kota Medan (selanjutnya disebut

dengan Pemko Medan) memiliki peranan yang cukup penting dalam hal membantu Bank

Indonesia untuk mengendalikan laju inflasi yang terjadi dalam perekonomian kota Medan

khususnya sektor ekonomi riil. Pemerintah Kota Medan dan Propinsi Sumatera Utara

merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat di daerah yang secara integratif

dapat mengendalikan laju inflasi secara bersama-sama dengan cakupan wilayah didaerah,

sehinggga pengendalian inflasi secara nasional dapat terwujud seperti yang telah

ditargetkan oleh pemerintah. Sedangkan pengendalian inflasi di sektor moneter

merupakan wewenangnya Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, melalui instrumen

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

4

kebijakan moneter yang dipilih oleh Bank Indonesia sendiri agar mampu mengendalikan

laju inflasi.

Propinsi Sumatera Utara merupakan propinsi yang aktivitas ekonominya paling

besar di Pulau Sumatera dan di Luar Pulau Jawa, karena dapat dilihat dari nilai Produk

Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan masuk 6 besar nasional setelah DKI Jakarta,

Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah, maka Propinsi Sumatera Utara di no urut ke 6

setelah Propinsi Riau. Nilai Ekonomi Riau jika dilihat dari PDRB nya lebih besar

dibanding Sumatera Utara, hal ini disebabkan oleh total produksi dari Migas yang masih

cukup besar dihasilkan oleh propinsi tersebut. Beda denga Sumatera Utara yang benar-

benar merupakan potensi lokal di luar minyak dan gas bumi, dengan kata lain nilai PDRB

dihasilkan dari sumberdaya alam yang dapat diperbaharui.

Dari 33 Kota dan Kabupaten di Sumatera Utara, maka roda penggerak ekonomi di

luar sektor primer, adalah perekonomian kota Medan, sehingga Kota Medan sering

menyumbangkan inflasi yang cukup tinggi untuk Sumatera Utara. Aktivitas ekonomi

untuk sektor sekunder seperti konstruksi serta pelistrikan cukup besar kontribusi yang

dihasilkan dalam membentuk produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Medan.

Selain itu sektor industri, perdagangan hotel dan restoran serta jasa lembaga keuangan

menjadi kontribusi berikutnya yang sangat besar menyumbang PDRB kota Medan.

Denyut nadi aktivitas ekonomi akan selalu diamati dan kemudian harus dapat

dikendalikan, sehingga laju inflasi yang terjadi dalam proses aktivitas tersebut tidak

menjadi tinggi, dan sangat fluktuatif. Kondisi ini dapat merugikan semua orang karena

inflasi yang tinggi justru akan membuat pendapatan riil dari masyarakat menurun,

keuntungan riil dari perusahaan juga dapat menurun dan pada akhirnya tingkat

kesejahteraan masyarakat dan pengusaha mengalami penurunan juga. Tabel 1.1 dibawah

ini akan menunjukkan angka inflasi untuk Indonesia,Sumatera Utara dan 4 kota utama

lainnya yang ada di Sumatera Utara, sebagai berikut :

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

5

Tabel 1.1. Rata-rata Laju Inflasi di Indonesia, Propinsi Sumatera Utara

dan 4 Kota Utama Sumatera Utara Tahun 2007 -2011 (dalam persen)

P. Sidempuan

Sumber: www.bps.go.id

Dari tabel di atas terlihat bahwa inflasi di kota Medan untuk tahun 2007 sampai

2009 relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi untuk Sumatera Utara maupun

nasional (Indonesia). Namun untuk tahun 2010 inflasi kota Medan relatif lebih tinggi dari

nasional. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan dan dampak kenaika dari

harga minyak internasional. Sedangkan bila dibandingkan dengan tiga kota lain yang ada

di Sumatera Utara, maka inflasi di kota Medan relatif lebih rendah, karena kota Sibolga,

Padang Sidempuan dan Pematang Siantar cukup jauh dari kota Medan. Sementara itu,

pusat distribusi barang-barang konsumsi berada di Medan, sehingga biaya angkut relatif

lebih mahal untuk sampai ke kota-kota tersebut, dengan kata lain semakin jauh dari pusat

aktivitas ekonomi dan distribusi, maka biaya pembelian barang akan menjadi mahal,

karena nada biaya transportasi. Permasalahan biaya angkut atau biaya distribusi barang

ini yang sering menjadi kontribusi naikya angka inflasi, jadi bagi penduduk yang

tinggalnya dikawasan yang makin jauh dari pusat kegiatan ekonomi, maka akan makin

menanggung biaya distribusi makin mahal, sehingga biaya kebutuhan hidup sehari-

harinya makin tinggi. Pada akhirnya tingkat kesejahteraan penduduk tersebut makin

rendah.

1.2. Dasar Hukum

Adapun landasan hukum yang melatarbelakangi kegiatan studi ini adalah :

1. Undang-undang No. 25 Tahun 2000, tentang Program Pembangunan Nasional

(PROPENAS).

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

6

2. Undang-undang No. 18 Tahun 2002 tentang, Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan dan Penetapan IPTEK.

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.20 Tahun 2011, tentang Pedoman Penelitian

dan Pengembangan di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri dan Pemerintahan

Daerah.

5. Peraturan Walikota Medan Nomor 44 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan

Penyusunan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah Kota Medan Tahun 2012.

1.3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diambil dalam kegiatan studi ini adalah:

1. Bagaimana pola inflasi yang terjadi dalam perkembangan ekonomi di Kota

Medan?

2. Kelompok barang apa saja yang dominan terhadap inflasi di Kota Medan?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi inflasi di kota Medan?

4. Bagaimana persepsi masyarakat dan stakeholder pelaku ekonomi di kota Medan

tentang peranan Pemerintah Kota Medan dalam mengendalikan laju inflasi di kota

Medan?

1.4. Tujuan Studi

Adapun tujuan yang akan dicapai dari kegiatan studi ini yakni:

1. Untuk melakukan identifikasi tentang pola inflasi yang terjadi di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui kelompok barang apa saja yang mendominasi inflasi di Kota

Medan.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di kota di Kota

Medan.

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

7

4. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang persepsi masyarakat dan para

stakeholder pelaku ekonomi di Kota Medan tentang peranan dari Pemerintah Kota

Medan dalam mengendalikan laju inflasi di Kota Medan.

1.5. Sasaran Studi

Adapun sasaran-sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan studi ini berupa:

1. Dapat membuat kebijakan yang optimal berdasrkan survey kelapangan untuk

melihat persepsi dan ekspektasi masyarakat tentang Peranan dari Pemerintah Kota

Medan dalam mengendalikan laju inflasi di Kota Medan.

2. Membuat referensi terbuka bagi para pemangku kepentingan dalam mengakses

data ekonomi makro kota Medan, khususnya kajian untuk laju inflasi dalam

perkembangan perekonomian kota Medan.

3. Memberikan saran yang kongkrit untuk membuat disain kebijakan bagi

Pemerintah Kota Medan dalam rangka meningkatkan peranannya dalam upaya

mengendalikan laju inflasi di pasar-pasar barang kebutuhan sehari-hari.

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Inflasi

Banyak ragam pengertian tentang inflasi yang ditemukan dalam literatur ekonomi.

Keanekaragaman pengertian tersebut terjadi karena demikian luasnya pengaruh inflasi

terhadap berbagai sektor perekonomian. A.P. Lehner mendefinisikan inflasi sebagai

keadaan terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam

perekonomian secara keseluruhan (Anton H Gunawan, 1991). Ackley mendefinisikan

inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus-menerus dari barang dan jasa secara

umum. Boediono (1995) menjelaskan inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga

untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga pada satu atau dua barang

saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali apabila kenaikan tersebut meluas atau

mengakibatkan kenaikan jarga sebagian besar dari barang-barang lain.

Inflasi merupakan masalah yang selalu dihadapi dalam setiap perekonomian. Dari

sisi penawaran (supply side), produsen membutuhkan laju inflasi karena adanya kenaikan

harga yang pada gilirannya merupakan stimulasi dalam memproduksi barang dan jasa.

Sebaliknya dari sisi permintaan (demand side), konsumen merasa sangat dirugikan

apabila laju inflasi cukup tinggi dan sangat fluktuatif, yang pada gilirannya akan

mengurangi pendapatan riil dari konsumen tersebut, sehingga konsumen merasa tingkat

kesejahteraannya semakain menurun akibat tingginya laju inflasi. Jadi laju inflasi

dibutuhkan pada level yang rendah dan relatif stabil dari waktu ke waktu sehingga

perekonomian dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan semua pihak.

Inflasi juga merupakan salah target dan indikator utama dalam kinerja ekonomi

disuatu negara atau wilayah, sehingga inflasi akan menjadi acuan dalam mentukan

perencanaan ekonomi yang akan dijalankan, seperti besarnya nilai subsidi, penentuan

rencana keuangan negara (APBN), pemilihan instrumen kebijakan oleh Bank Indonesia,

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

9

kebijakan sektor perdagangan, bahkan perencanaan bisnis (busisiness plan) oleh pelaku

pasar yakni perusahaan-perusahaan.

2.2. Teori Inflasi

Ada berbagai teori atau pandangan yang berkembang mengenai faktor-faktor

penyebab timbulnya inflasi serta bagaman cara-cara yang ditempuh dalam mengatasi

tingginya laju inflasi yang terjadi dalam perekonomian, antara lain dikemukanan dalam

(Tajul Khalwaty,2000):

2.2.1. Pandangan Kaum Klasik dan Moneteris

Kaum Klasik mengatakan bahwa inflasi adalah sama dengan pertumbuhan uang

beredar dkurangi pertumbuhan output.Artinya penyebab utama timbulnya inflasi atau

kenaikan harga adalah pertumbuhan jumlah uang beredar. Hal ini didasarkan asumsi

bahwa kecepatan perputaran uang tetap dan perekonomian berada dalam tingkat

kesempatan kerja penuh.

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh kaum Moneteris yang menyatakan bahwa

inflasi itu sebagai fenomena moneter dan kecepatan perputaran uang adalah

konstan.Perbedaan a ntara kaum Moneteris dan Klasik adalah bahwa menurut Moneteris

pertumbuhan uang beredar berpengaruh juga terhadap output dan kesempatan kerja. Jadi

tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat harga sebagaimana yang dikemukakan oleh

kaum Klasik.

2.2.2. Pandangan Keynes

Menurut Keynes, jumlah uang beredar bukanlah satu-satunya faktor penentu

kenaikan tingkat harga. Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kenaikan tingkat

harga, seperti pengeluaran konsumsi masyarakat, pengeluaran investasi, pengeluaran

pemerintah dan pajak, juga besarnya impor barang yang membanjiri pasar domestik.

2.2.3. Pandangan Aliran Ekspektasi Rasional

Aliran ini juga memandang inflasi sebagai suatu fenomena ekonomi di bidang

moneter, namun mereka juga percaya bahwa perubahan yang bersifat antisipatif di dalam

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

10

jumlah uang beredar akan memberikan pengaruh terhadap tingkat harga dan tidak

terhadap tingkat output.

2.2.4. Pandangan Kaum Strukturalis

Kaum Strukturalis mengatakan bahwa inflasi merupakan sesuatu yang tidak dapat

dihindarkan oleh perekonomian yang sedang berkembang. Artinya inflasi merupakan

sesuatu yang melekat di dalam proses pembangunan ekonomi itu sendiri. Inflasi terjadi

karena terdapatnya sejumlah kendala atau kekakuan struktural di dalam perekonomian.

Kendala tersebut dapat berupa kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastis,

kendala devisa maupun kendala fiskal.

2.3. Jenis-jenis Inflasi

Berdasarkan pada jenis Inflasi, maka inflasi akan dapat dikelompokkan

berdasarkan sudut pandang sebagai berikut (Iskandar Putong, 2008) :

2.3.1. Berdasarkan pada Asal Inflasi

Berdasarkan pada asal terjadinya inflasi, maka akan dapat dibedakan atas:

(a) Domestic Inflation, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestik).

Kenaikan harga disebabkan di dalam negeri ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah

ataupun bank sentral yang berdampak inflatoar ataupun dapat juga disebabkan karena

perubahan perilaku masyarakat.

(b) Imported Inflation, yaitu inflasi yang berasal dari kenaikan harga di luar negri.

Kenaikan harga di luar negri akan mempengaruhi harga di dalam negeri lewat kegiatan

impor.

2.3.2. Berdasarkan pada Intensitas Inflasi

Ditinjau dari intensitasnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

11

(a) Creeping Inflation, yaitu inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung

lambat atau merayap. Artinya kenaikan harga-harga berlangsung secara perlahan-lahan,

karena ekonomi berkerja lebih stabil.

(b) Galloping inflation, yaitu inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung

sedikit lebih cepat, karena ada shock dalam perekonomian, khususnya sisi permintaan,

sehingga pergerakannya cenderung musiman (seasonal). Artinya kenaikan harga-harga

berlangsung sedikit lebih cepat, khususnya dipicu dari harga barang-barang kebutuhan

pokok.

(b) Hyper Inflation atau, yaitu inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan yang tinggi.

Artinya kenaikan harga-harga berlangsung secara cepat.

2.3.3. Berdasarkan pada Bobot Inflasi

Dipandang dari sudut bobotnya, maka inflasi dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :

(a) Inflasi ringan, yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya berlangsug secara perlahan-

lahan dan berada pada posisi satu digit atau dibawah 10% per tahun

(b) Inflasi sedang, yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan yang berada di antara lebih dari

10-20% per tahun.

(c) Inflasi berat, yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan yang berada di antara lebih dari

20-100% per tahun

(d) Inflasi sangat berat, yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan berada di atas 100% per

tahun

2.3.4. Berdasarkan pada Sumber Pemicunya

Berdasarkan sumber penyebab terjadinya laju inflasi (Rahardja, 2001), maka dapat

dibedakan atas 2 (dua ) sumber yakni :

(a) Demand-pull Inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan permintaan

agregat . Kenaikan permintaan ini menyebabkan kenaikan output (penawaran agregat).,

tetapi karena peningkatan penawaran agregat lebih kecil dari kenaikan permintaan

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

12

agregat maka akan terjadi inflasi. Apalagi kalau penawaran agregat sudah mendekati

bahkan sudah mencapai kondisi kesempatan kerja penuh (full employment).

Menurut Keynes terjadinya inflasi disebabkan oleh permintaan agregat sedangkan

permintaan agregat ini tidak hanya karena ekspansi bank sentral, namun dapat pula

disebabkan oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah, maupun oleh swasta dan

pengeluaran konsumsi pemerintah yang melebihi penerimaan (defisit anggaran belanja

negara) dalam kondisi full employment.

(b) Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya

produksi yang menyebabkan turunnya produksi (penawaran agregat). Jadi inflasi ini akan

dibarengi dengan kontraksi ekonomi yang cukup besar kemudian akan diikuti dengan

resesi ekonomi jika pemerintah tidak dapat mengendalikan laju infalsinya dalam waktu

tersebut.

2.4. Dampak Inflasi

Inflasi yang terjadi pada suatu perekonomian (Nopirin, 2000), akan memilliki

beberapa dampak, seperti :

2.4.1. Equity Effect

Inflasi akan mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota

masyarakat. Artinya inflasi menyebabkan adanya sekelompok masyarakat yang

mengalami penurunan pendapatan riil-nya, sedangkan kelompok yang lain justru

mengalami peningkatan dalam pendapatan riil. Jadi ada prinsip berkeadilan secara

ekonomi.

2.4.2. Efficiency Effect

Inflasi yang disebabkan kenaikan permintaan akan mendorong peningkatan produksi

akan barang-barang tersebut. Hal ini menyebabkan berubahnya alokasi faktor produksi

barang-barang tersebut menjadi lebih efisien. Dampak efisiensi ini akan memberi

stimulasi bagi produsen dalam memproduksi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat,

dan terkadang produsen dalam meproduksi barang tersebut juga memperhitungkan

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

13

tingkat ekspektasi yang terjadi di masyarakat sebagai akibat dari dorongan permintaan

secara musiman yang akan terjadi secara rutin.

2.4.3. Output Effect

Inflasi dapat meningkatkan produksi dengan asumsi bahwa produksi akan

mengalami kenaikan mendahului kenaikan tingkat upah. Kenaikan harga ini akan

menyebabkan keuntungan produsen meningkat.

Selain dampak yang bersifat ekonomi, inflasi juga menimbulkan dampak sosial.

Kenaikan harga yang meyebabkan masyarakat menurun pendapatan riil nya dapat

memicu timbulnya masalah-masalah keamanan bahkan bisa sampai merembet ke

masalah keamanan negara.

2.5. Penelitian terdahulu

Fery Andrianus dan Amelia Niko (2006), menganalisis pengaruh jumlah uang

beredar dalam arti sempit (M1), Produk Domestik Bruto, nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika dan tingkat suku bunga deposito 1 bulan di bank-bank pemerintah terhadap

inflasi di Indonesia periode 1997. Data yang digunakan sebagai sampel adalah data

kuartalan yaitu kuartal ke-3 1997 sampai kuartal ke-2 2005. Model yang digunakan

adalah Ordinary Least Square (OLS) dan Partial Adjustment Model (PAM).Uji parsial

dengan metode OLS menunjukkan bahwa hanya variabel nilai tukar dan tingkat suku

bunga yang berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia periode penelitian.

Penggunaan model PAM menemukan hanya variabel tingkat suku bunga saja yang

mempengaruhi inflasi di Indonesia pada periode pengamatan.

Gultom, Ratih Yasnuari (2008), menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah,

investasi (FDI), ekspor neto dan total kredit terhadap tingkat inflasi di Sumatera Utara.

Sampel data yang digunakan adalah data deret waktu periode 1986 – 2003.Data dianalisa

dengan menggunakan metode OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran

pemerintah dan investasi (FDI) berpengaruh negatif terhadap inflasi di Sumatera Utara,

sedangkan variabel Ekspor neto dan Total kredit berpengaruh positip.

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

14

Rahmat Priyono dan Endang Setiasih (2009), meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi inflasi di Purwokerto. Variabel yang digunakan adalah penawaran uang

(M1), tingkat bunga konsumsi, total kredit, tingkat bunga deposito, kurs tukar rupiah

terhadap dollar Amerika, indeks kepercayaan konsumen dan harga minyak. Model yang

digunakan adalah Model Vector Autoregressive (VAR).

Hasil penelitian mendapatkan bahwa penawaran uang, tingkat bunga konsumsi,

tingkat bunga deposito, kurs tukar rupiah, indeks kepercayaan konsumen dan harga

minyak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap inflasi.

Mami Wahyuanto (2010), menganalisis pengaruh jumlah uang beredar,

pengeluaran pemerintah, tingkat suku bunga (SBI) dan kurs valuta asing terhadap inflasi

di Indonesia. Dengan menggunakan sampel data berkala dalam periode 15 tahun (1995-

2009) dan tehnik analisa kuantitatif dan kualitatif menemukan kesimpulan bahwa jumlah

uang beredar, pengeluaran pemerintah, tingkat suku bunga dan kurs valuta asing secara

simultan berpengaruh nyata dan signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Sedangkan

secara parsial, hanya jumlah uang beredar dan tingkat bunga SBI yang berpengaruh nyata

terhadap inflasi di Indonesia.

2.6. Hipotesa Studi

Adapun hipotesa yang dirumuskan dalam studi ini adalah :

1. Inflasi di kota Medan terjadi rata-rata polanya sangat fluktuatif pada setiap tahun

dari periode 2002-2011.

2. Diduga kelompok bahan makanan merupakan penyumbang inflasi terbesar di kota

Medan pada setiap tahun

3. Diduga faktor-faktor dari pengeluaran konsumsi masyarakat, pengeluaran investasi,

pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi di kota

Medan.

4. Adanya persepsi yang relatif kurang baik dari masyarakat bisnis dan rumah tangga

tentang laju inflasi yang terjadi di kota Medan dalam kurun wakti 2002-2010.

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di wilayah administratif kota Medan dan

berlangsung selama 3 (tiga) bulan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1. Jenis Data

Berdasarkan atas klasifikasi data, maka pada penelitian kali ini digunakan data

kwantitatif dengan jenis rasio dan kualitatif. Sedangkan berdasarkan dimensi waktu,

maka data yang digunakan adalah data runtun waktu (time serries) yakni data yang secara

kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu (Mudrajat Kuncoro,2003).

3.2.2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan adalah :

(a) Data Primer; yang diperoleh dengan survey dan wawancara langsung kepada warga

kota Medan dan para stakeholders .

(b) Data Sekunder; diperoleh dari lembaga pengumpul data baik dari pemerintah dalam

hal ini BPS (Biro Pusat Statistik ) Kota Medan, dan kantor Bank Indonesia Medan, yang

dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.

3.3. Teknik Pengambilan Data

Adapun tehnik pengambilan data yang kwantitatif dan kwalitatif, maka yang akan

dipakai dalam penelitian ini adalah :

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

16

3.3.1. Data Primer

Data yang berasal dari masyarakat kota Medan, dengan cara membuat daftar

pertanyaan (questioner) yang akan digunakan dalam tehnik wawancara terstruktur pada

penduduk kota Medan dalam berbagai strata ekonomi dan profesi pekerjaan, pedagang

barang-barang makanan dan non makanan yang berada di kota Medan, guna

mendapatkan informasi yang akurat tentang persepsi dan ekspektasi masyarakat terhadap

dinamika laju inflasi tersebut.

3.3.2. Data Sekunder

Data yang berasal dari Kantor Statistik Kota Medan, maka pencarian data

dilakukan dengan cara langsung ke instansi tersebut untuk pengambilan data yang telah

dipublikasikan secara resmi, baik dari Buku Medan Dalam Angka maupun publikasi

lainnya yang mendukung.

3.4. Model Analisa Data

3.4.1. Menghitung Pertumbuhan Harga

Untuk mengetahui bagaimana pola inflasi yang terjadi dalam perkembangan

ekonomi di Kota Medan maka digunakan analisa kualitatif statistik. Data yang

dikumpulkan selama periode waktu 10 tahun (2002 -2011) dalam bentuk data triwulan.

Berdasarkan data tersebut maka digunakan angka pertumbuhan harga atau inflasi guna

melihat fluktusasi harga yang terjadi dalam perekonomian dan sekaligus dapat dianalisis

pola inflasi yang terjadi di kota Medan.

3.4.2. Kontribusi Inflasi Kelompok Barang

Untuk mengetahui jenis kelompok barang apa yang mendominasi inflasi di kota

Medan, maka digunakan analisis kualitatif. Data inflasi nantinya akan dilihat berdasarkan

jenis kelompok barang, sehingga nantinya dapat diketahui jenis kelompok barang yang

sangat mendominasi inflasi di kota Medan.

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

17

3.4.3. Persamaan Regresi Linier

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di kota Medan, maka

digunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan analisa korelasi dan regresi. Model

yang digunakan menggunakan teori Keynes, yang memasukkan variabel pengeluaran

konsumsi, pengeluaran Investasi dan pengeluraran pemerintah sebagai faktor-faktor yang

diduga mempengaruhi inflasi. Teori Keynes memandang inflasi dari sisi sektor riil,

walaupun memang sektor moneterlah yang paling cepat memacu laju inflasi. Namun

dengan pertimbangan bahwa data moneter untuk tingkat kota tidak tersedia, maka

digunakan pandangan Keynes.

(a) Analisa Korelasi, Inti dari analisa korelasi adalah untuk mengukur kekuatan

hubungan antar variabel, tanpa menunjukkan sebab-akibat. Dalam hal ini digunakan

Korelasi multivariat yang menjelaskan hubungan linier antara lebih dari satu variabel

bebas dengan variabel terikat yang dapat dihitung dengan koefisien korelasi Pearson

Product Moment yakni dengan rumus :

r = (SS) / ( √ SSxx . SSyy)

(b) Analisa Regresi, Analisa regresi berganda bertujuan untuk melihat secara langsung

pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat, jenis pengukuran dapat

menggunakan data interval atau rasio.Menggunakan metode Ordinary Least Square

(OLS) atau Pangkat Kuadrat Terkecil diperkenalkan pertama kali oleh Gauss seorang

matematikawan dari Jerman. Metode ini mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan

meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap obeservasi terhadap garis tersebut.

Metode ini sangat lazim digunakan dalam penelitian-penelitian ekonomi sebagai

alat untuk menjelaskan namun dapat juga membuat prediksi yakni dengan menggunakan

sistem persamaan regressi linier (linier regression equation) dengan tehnik Simultaneous

Regression Model, karena variabel bebasnya lebih dari satu. Dengan cara ini prediksi

dapat dilakukan baik secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri atau individu.

Banyak keuntugan yang didapat dari penggunaa model OLS ini jika digunakan dalam

penelitian-penelitian seperti :

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

18

Tidak ada korelasi antara kesalahan pengganggu (disturbance error)

Secara rata-rata kesalahan penganggu sama dengan nol

Variabel bebas tidak bersifat stochastic.

Kesalahan penganggu terdistribusi secara normal

Adapun model regresi untuk faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di kota Medan

yang akan dibangun dalam penelitian ini adalah Model Persamaan Simultan dengan 3

(tiga) variabel bebas (independent variable) dan 1 satu) variabel terikat (dependent

variable) yakni :

INFt = β0 + β1 Ct + β2 It + β3 Gt + εt

Dimana :

INFt = Besarnya tingkat inflasi per tahun (dalam persen)

Ct = Total Pengeluaran Konsumsi penduduk kota Medan (dalam milyar rupiah)

It = Besarnya Pengeluaran Investasi (dalam milyar rupiah)

Gt = Besarnya Belanja Pemerintah kota Medan dalam APBD kota Medan (dalam milyar rupiah)

β0 = Konstanta

β1....3 = Parameter/estimator dari setiap variabel bebas

εt = Disturbance error

3.4.4. Analisis Persepsi Responden

Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat dan stakeholder pelaku

ekonomi di kota Medan tentang peranan Pemerintah Kota Medan dalam

mengendalikan laju inflasi di pasar maka digunakan analisis kualitatif. Data yang

dikumpulkan berasal dari daftar pertanyaan yang disebarkan kepada masyarakat dan

para pelaku usaha.

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

19

3.5. Sampel Penelitian

Untuk mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan populasi, maka dalam

penentuan sampel penelitian digunakan tabel penetuan jumlah sampel dan populasi yang

dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 2003). Jumlah rumahtangga yang ada

di kota Medan sebesar 493.390, sehingga dapat dibulatkan menjadi 500.000. Dari tabel

penentuan jumlah sampel, dengan tingkat kesalahan 5%, maka besarnya sampel yang

diambil adalah sebanyak 345 responden. Jumlah kecamatan yang ada di wilayah kota

Medan sebanyak 21 kecamatan. Dengan demikian sampel yang diambil di setiap

kecamatan adalah sebanyak 17 responden. Sedangkan untuk pelaku usaha maka

ditetapkan 5 responden untuk setiap kecamatan.

Metode analisa menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Studi identifikasi

ini menggunakan data kwantitatif dan kualitatif yang berdasarkan dimensi waktu

merupakan Data Silang Tempat (cross section) yakni data yang dikumpulkan pada suatu

titik waktu seperti snap shoot (potret) pada suatu waktu tertentu.

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

20

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Medan

4.1.1. Kondisi Geografis

Kota Medan merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara dan menjadi kota

terbesar nomor 3 (tiga ) di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Selain sebagai kota

terbesar nomor tiga, maka Medan menjadi kota terbesar di luar Pulau Jawa dengan

kondisi geografis yang sangat menguntungkan karena cukup beredekatan dengan Selat

Malaka sebagai jalur peraiaran untuk perdagangan internasional dari dulu sampai

sekarang.

Secara geografis dalam BPS Kota Medan (2010) kota Medan yang menuju

menjadi kota Metropolitan ini terletak diantara 3°27’– 3° 47’ Lintang Utara dan 98°35’

–98° 44’ Bujur Timur. Wilayah daratan Kota Medan terletak pada ketinggian 2,5 – 37,5

mdpl (meter di atas permukaan laut) sehingga Medan memang berada di dataran rendah.

Kota Medan menempati area seluas ± 265,10 Km² yang terdiri dari 21 Kecamatan dengan

151 Kelurahan dan 2004 Lingkungan.

Wilayah Kota Medan secara langsung berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

baik di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur, artinya Kota Medan berada di dalam

wilayah Kabupaten Deli Serdang. Tapi untuk wilayah sebelah Utara Medan, merupakan

daerah pesisir karena berbatasan langsung dengan laut.

Pada awalnya Kota Medan hanya memiliki 11 Kecamatan, karena ada perluasan

wilayah kota, dimana sebahagian kecil wilayah dari Kabupaten Deli Serdang yang

berbatasan langsung dengan Kota Medan menjadi wilayah administratif Kota, sehingga

Kota Medan melakukan pemekaran Kecamatan menjadi 21 sekitar tahun 1990-an

Sebahagian besar dari dataran rendah merupakan tempat pertemuan dua suangai

besar yang membelah kota Medan yakni sungai Babura dan sungai Deli yang sekaligus

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

21

sebagai sarana pengendalian banjir untuk kota Medan. Agar lebih mudah melihat luas

Kota Medan yang dirinci lebih jauh berdasarkan pada kecamatan kecamatan akan

dirangkum dalam Tabel 4.1. di bawah ini :

Tabel 4.1

Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah per- Kecamatan di Kota Medan

Berdasarkan pada tabel 4.1. diatas, maka wilayah kecamatan yang paling luas

adalah Kecamatan Medan Labuhan dengan luas mencapai 36,67 Km² dengan persentase

luas terhadap kota Medan mencapai 13,83% dan berjarak relatif jauh dari pusat kota

Medan yakni mencapai 16 Km. Urutan ke-2 adalah Kecamatan Medan Belawan dengan

luas 26,25 Km² dan persentase luasnya terhadap kota Medan mencapai 9,90 % serta

berjarak 23 Km dari pusat Kota Medan. Sedangkan di urutan ke-3 adalah Kecamatan

Medan Marelan dengan luas 23,82 Km² dan persentase luasnya terhadap kota Medan

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

22

mencapai 8,99% serta berjarak 22 Km dari pusat Kota Medan. Ketiga kecamatan yang

terbesar wilayahnya ini kebetulan berada di wilayah pesisirnya Kota Medan dan

berhadapan secara langsung dengan wilayah pantai timur Sumatera dan berdekatan

dengan pelabuhan barang internasional atau pelabuhan ekspor impor.

Sedangkan yang paling kecil wilayahnya adalah Kecamatan Medan Maimun

dengan luas hanya 2,98 Km² atau hanya mencapai 1,94% dari luas Kota Medan dan

hanya berjarak 2 Km dari pusat pemerintahan Kota Medan. Pada wilayah ini, terdapat

instansi pemerintah dan beberapa kompleks perkantoran modern, sehingga wilayah ini

menjadi sangat kecil tingkat kepadatannya penduduknya

4.2. Penduduk dan Tenaga Kerja

Perkembangan jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2009 sudah mencapai

2.121.053 jiwa, sedangkan Hasil Sensus Penduduk tahun 2000, pertambahan penduduk

Medan telah mencapai 216.780 jiwa atau mencapai 11,38%. Rata-rata tingkat kepadatan

penduduk mencapai 8.001 jiwa per- Km², sedangkan jumlah rata-rata anggota keluarga di

Kota Medan sebesar 4,27 orang. Tingkat mobilitas dan penyebaran penduduk di setiap

kecamatan harus tercapai optimal dengan mempertimbangkan daya dukung lahan serta

fungsi lingkungan hidup yang lain sehingga tidak terjadi permasalahan dalam total

populasi yang terus bertambah dari waktu ke waktu.

Besarnya penduduk kota Medan, juga menunjukkan besarnya pasar atau

banyaknya konsumen yang akan belanja dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, jadi

transaksi penjualan barang-barang dan jasa di pasar secara ekonomi, frekwensinya

menjadi sangat tinggi. Pada akhirnya jika ada guncangan harga barang dan jasa di pasar,

secara otomatis akan memicu tingginya laju inflasi di Kota Medan.

Menurut data dari statistik kota Medan tahun 2010 , maka kita dapat mengetahui

bahwa Kota Medan menjadi daerah tujuan migrasi baik perpindahan penduduk dari desa

atau hinterland nya kota-kota disekitar Medan bahkan daerah-daerah yang berada dilura

Propinsi Sumatera Utara sperti Riau dan Aceh untuk masuk ke inti kota Medan, baik

untuk bersekolah, mencari kerja, membuka usaha ataupun kegiatan-kegiatan bisnis dan

sosial lainnya. Tingkat kepadatan penduduk Medan rata-ratanya telah mencapai 8.001

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

23

jiwa/Km². Agar lebih mudah untuk melihat kondisi penduduk Medan, maka akan

diringkaskan dalam bentuk Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel : 4.2

Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Tingkat Kepadatan Penduduk

per- Kecamatan di Kota Medan

Berdasarkan pada Tabel 4.2. diatas maka akan terlihat jelas 3 (tiga) kecamatan

dengan jumlah penduduk yang paling banyak yakni di Kecamatan Medan Deli sebesar

150.076 jiwa, diikuti dengan Kecamatan Medan Helvetia 145.376 jiwa dan Kecamatan

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

24

Medan Tembung mencapai 141.786 jiwa. Sedangkan yang paling sedikit penduduknya

adalah Kecamatan Medan Baru sebesar 44.216 jiwa, kemudian Kecamatan Medan

Polonia 53.427 jiwa dan Kecamatan Medan Maimun mencapai 57.859 jiwa.

Selanjutnya wilayah yang paling padat per Km² penduduknya adalah Kecamatan

Medan Perjuangan mencapai 25.844 jiwa, diikuti oleh Kecamatan Medan Area sebesar

17.792 jiwa serta Kecamatan Medan Maimun 19.416 jiwa. Untuk wilayah dengan tingkat

kepadatan penduduk yang terendah adalah Kecamatan Medan Labuhan hanya 2.916 jiwa,

diikuti oleh Kecamatan Medan Tuntungan 3.388 jiwa dan Kecaatan Medan Belawan

sebesar 3.684 jiwa. Tinggi rendahnya tingkat kepadatan penduduk sangat ditentukan oleh

jumlah penduduk itu sendiri dan luas wilayah yang ada di Kecamatan tersebut.

Sedangkan untuk jumlah Rumah Tangga (RT) yang terbanyak berada di

Kecamatan Medan Deli sebesar 38.596, diikuti oleh Kecamatan Medan Marelan 32.527

dan Kecamatan Medan Denai sebanyak 32.511. Sedangkan yang paling sedikit jumlah

rumah tangganya adalah Kecamatan Medan Baru sebanyak 10.041, kemudian Kecamatan

Medan Maimun 10.576 dan Kecamatan Medan Polonia sebayak 10.977. Dimana letak

dari Kecamatan-kecamatan tersebut berada di lokasi kantor-kantor pemerintahan dan

pusat-pusat bisnis keuangan, perhotelan dan properti berupa gedung-gedung tinggi.

Kondisi ketenagakerjaan juga termasuk daerah yang paling besar jumlahnya di

Pulau Sumatera umumnya dan propinsi Sumatera Utara pada khususnya. Dengan jumlah

penduduk yang mencapai 2.121.053 jiwa, ternyata jumlah pencari kerja pada tahun 2009

yang belum ditempatkan pada tahun lalu (belum mendapat pekerjaan) sebanyak 20.048

orang, sedangkan yang terdaftar pada tahun 2009 (mencari pekerjaan) sebanyak 17.027

orang. Dari data tersebut antara yang belum mendapat pekerjaan pada tahun lalu dan

ditambah dengan yang terdaftar pada tahun 2009 maka jumlah yang mencari kerja atau

pengangguran pada tahun 2009 di Kota Medan akan mencapai 37.075 orang dengan

asumsi pencari kerja ini resmi terdaftar di kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Medan.

4.3. Kondisi Ekonomi Makro

Untuk melihat perkembangan ekonomi (economic performance) disuatu daerah,

maka akan dilihat dari beberapa indikator-indikator dibawah ini :

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

25

1. Nilai PDRB (output) Kota Medan berdasarkan Lapangan Usaha (sektor ekonomi)

dan berdasarkan penggunaan (aggregate expenditure methode)

2. Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah

3. Tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita

4. Struktur ekonomi

5. Tingkat inflasi dan deflasi

6. Tingkat kemakmuran melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

7. Nilai pendapatan perkapita

Dalam hal ini yang akan di uraikan hanya indikator-indikator ekonomi seperti

nilai Total dari PDRB, tingkat pertumbuhan PDRB (output), struktur ekonomi yang

terlihat dari distribusi (share) sektoral terhadap PDRB yang dapat dilihat dari Tabel 4-3

di bawah ini:

Tabel 4.3

Nilai PDRB Berdasarkan 9 Lapangan Usaha, Laju pertumbuhan PDRB dan Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Sumber : BPS Kota Medan (Medan dalam Angka Tahun 2011) data diolah

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

26

4.3.1. Total Nilai , Distribusi dan Pertumbuhan dari PDRB

Dari Tabel 4-3 diatas, maka jika dilihat dari nilai output dari PDRB kota Medan

yang paling tinggi hasilnya adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan nilai

pencapaian sebesar Rp 8.134.822,15 juta pada tahun 2008 dan Rp 8.824.157,84 juta pada

tahun 2009. Selanjutnya diikuti oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada tahun

2008 mencapai Rp 6.287.379,45 juta dan pada tahun 2009 naik menjadi Rp 6.866.783,50

juta. Terbesar ketiga adalah sektor Keuangan, Asuransi dan Persewaan tanah serta

Bangunan yang pada tahun 2008 mencapai Rp 4.586.682,59 juta dan pada tahun 2009

naik sedikit menjadi Rp 4.721.476,37 juta.

Sektor Industri hanya masuk urutan ke-4 dari 9 sektor yang ada, tapi nilai

produksi yang dicapainya hampir mendekati sektor keuangan dan asuransi yakni tahun

2008 mencapai Rp 4.514.289,28 juta dan pada 2009 mencapai Rp 4.591.595,91 juta.

Sedangkan Nilai PDRB yang paling rendah adalah sektor Pertambangan dan galian yang

hanya mampu menghasilkan output senilai Rp 567,16 juta pada tahun 2008, dan pada

2009 sangat sedikit mengalami kenaikan yakni sebesar Rp 569,77 juta. Sedangkan untuk

produksi Listrik, Gas dan Air Bersih yg semua produksinya dimiliki oleh pemerintah

melalui BUMN PLN, PGN dan PERTAMINA serta PAM/PDAM, jadi masih belum

mencukupi permintaan yang ada di dalam negeri. Semua perusahaan ini adalah BUMN

dimana Kota Medan bukan sebagai basis produksi melainkan hanya distribusi dari

perusahaan yang ada di Jakarta, kecuali PLN. Sedangkan PDAM adalah BUMD nya

pemerintah Sumatera Utara yang memproduksi air bersih ke masyarakat Medan.

4.3.2. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dari PDRB

Berdasarkan pada pencapaian dari nagka pertumbuhan ekonomi secara sektoral,

maka yang paling tinggi pertumbuhannya pada tahun 2008 adalah sektor keuangan,

asuransi dan persewaan bangunan serta tanah yang mencapai 9,50% berada jauh diatas

rata-rata pertumbuhan ekonomi kota Medan yang hanya 6,75%, kemudian tahun 2009

pertumbuhannya terkontraksi sangat besar hanya 2,94% dan berada di bawah

pertumbuhan ekonomi Medan yang masih moderat sebesar 6,56%.

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

27

Sedangkan sektor pengangkutan dan Komunikasi pada tahun 2008 justru tumbuh

terbesar nomor dua sebesar 8,15% dan kemudian naik cukup tinggi pada 2009 menjadi

9,22%. Mobilitas orang dan barang sangat tinggi di kota Medan, karena Medan sebagai

kota supplier bagi kota dan propinsi di wilayah Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT).

Dan dengan jumlah penduduk yang melebihi 2 juta jiwa, makam aktivitas ini akan sangat

tinggi menyumbang pembentukan PDRB Kota Medan.

Selanjutnya tertinggi ketiga pada 2008 adalah sektor bangunan atau konstruksi

sebesar 8,07% dan tren-nya naik di 2009 menjadi 8,22%. Keadaan ini terbukti bisnis

property sangat marak perkembangannya sampai saat ini baik untuk residensial atau

perumahan, gedung perkantoran maupun hotel-hotel besar dengan apartemennya

menghiasi fisik kota Medan sampai tahun 2012 ini.

4.3.3. Kontribusi Sektoral dalam PDRB Kota Medan

Dalam hal melihat struktur ekonomi, maka data yang kita amati adalah distribusi

persentase PDRB, yang pada tahun 2008 kontribusi terbesar dari PDRB disumbang oleh

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 25,93%, diikuti oleh Pengangkutan dan

Komunikasi sebesar 20,04% dan sektor Keuangan, Asuransi dan Persewaan tanah serta

Bangunan sebesar 14,62%. Berarti PDRB didominasi oleh ketiga sektor tersebut sehingga

Kota Medan adalah Kota Bisnis Keuangan dan Jasa, jadi sekali lagi bukan kota industri.

Sedangkan kontribusi yang paling rendah berturut-turut adalah sektor

Pertambangan dan Galian tidak ada kontribusinya sama sekali baik di tahun 2008 dan

2009 atau 0%, kemudian diikuti oleh sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 1,41%

pada tahun 2008 dan 1,39 tahun 2009, karena permintaannya sudah jenuh dan kawasan

pemukiman baru atau residensial justru berkembang di pinggiran wilayah kota Medan

dan secara admisnistratif sudah tidak masuk wilayah kota Medan. Selanjutnya adalah

sektor Jasa-jasa lain yang berkontribusi sebesar 10,23% pada 2008 dan sebesar 10,31%

pada tahun 2009.

\

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

28

4.4 Analisa Kwalitatif dan Kwantitatif Perkembangan Inflasi Kota Medan

4.4.1. Analisa Kwalitatif

4.4.1.1. Pola Perkembangan Inflasi di Kota Medan

Dinamika dari perkembangan besarnya laju inflasi yang terjadi di kota Medan

dalam kurun waktu antara tahun 2000-2011 relatif sangat fluktuatif, secara rata-rata

dalam kurun waktu 12 tahun terakhir mencapai angka 8,48%, keadaan ini akan dapat

dilihat pada Tabel 4-4 berikut ini :

Tabel 4-4

Perkembangan Nilai Inflasi Kota Medan Tahun 2000-2011

Sumber : BPS Kota Medan 2012

Dari tabel 4-4 diatas dapat dijelaskan bahwa, pada tahun 2001 angka inflasi kota

Medan masih sangat tinggi yakni lebih dari satu digit atau 15,51% dan berada diatas rata-

rata inflasi nasional, kondisi ini masih merupakan dampak yang ditimbulkan oleh krisis

ekonomi yang sangat hebat melanda perekonomian Indonesia pada tahun 1998, jadi pada

masa ini mulai terjadi recovery economy secara perlahan, namun laju inflasi masih dua

digit.

LAJU INFLASI (%) 2000 5.9 2001 15.51 2002 9.49 2003 4.46 2004 6.64 2005 22.91 2006 5.97 2007 6.42 2008 10.63 2009 2.69 2010 7.65 2011 3.54

Page 34: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

29

Pada periode penelitian ini, justru yang paling tinggi inflasi terjadi pada tahun

2005 yakni mencapai 22,91%, dimana pada tahun tersebut adalah tahun awal

pemerintahan kabinet SBY yang membuat kebijakan untuk menaikkan harga BBM

sampai 100%, akibatnya harga barang-barang kebutuhan sehari-hari meningkat tajam,

sekaligus semua barang dan jasa yang ada di pasar mengalami kenaikan yang cukup

besar. Namu pada tahun berikutnya mengalami penyesuaian, dan angka inflasi kembali

menuju pada angka yang lebih moderat dan sesuai dengan yang ditargetkan secara

nasional. Namun pada tahun 2008, kembali mengalami kenaikan, karena ada kenaikan

harga BBM yang dipicu secara eksternal yakni adanya kenaikan harga minyak mentah

internasional menjadi lebih tinggi. Kondisi ini memukul berat perekonomian Indonesia,

termasuk perekonomian lokal kota Medan. Jika dilihat dari rata-rata angka inflasi

Medan, tetap berada diatas inflasi nasional yang berkisar 7,2% (BPS 2011). Jika

diperbandingkan dalam teori ekonomi, maka kinerja ekonomi kota Medan masih kurang

bagus, karena angka inflasinya berada diatas angka pertumbuhan ekonomi, seharusnya

laju inflasi harus lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi, sehingga ekonomi secara

riil dalam kondisi yang relatif baik.

Secara lebih sederhana dalam melihat fluktuasi laju inflasi di kota Medan,

akan dapat dilihat pada gambar 4-1 berikut ini :

Page 35: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

30

Gambar 4-1 Perkembangan Laju Inflasi kota Medan Periode 2000-2011

4.4.1.2. Kelompok Barang Utama Penyebab Inflasi Kota Medan

Setelah melihat pola dari perkembangan laju inflasi di Kota Medan selama 12

tahun terakhir, maka hal yang harus diperhatikan berikutnya adalah kelompok barang apa

saja yang dominan menyumbang angka paling besar dalam membentuk inflasi di kota

Medan. Karena uraian ini akan berguna bagi social planner atau pemerintah untuk

mengendalikan laju inflasi di pasar barang dalam bentuk kebijakan yang lebih terarah,

fokus dan tepat sasaran, sehingga target inflasi yang sudah ditetapkan akan terwujud.

1. Kelompok Bahan Makanan

Uraian ini akan diawali oleh kelompok bahan makanan sebagai kelompok barang

yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Dengan kata lain, biar harga barangnya naik tajam,

namun setiap orang akan tetap membelinya, karena barang ini sangat dibutuhkan sehari-

hari misalnya saja bahan sembako.

Page 36: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

31

Gambar 4.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Kota Medan Periode Tahun 2000-2011

Pada tahun 2001 lonjakan harga bahan makanan sangat tinggi, yang secara

otomatis pada tahun ini laju inflasi secara umum di Kota Medan juga sangat tinggi

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Sebagai kota besar nomor urut ketiga, pola konsumsi masyarakat urban yang

metropolis, juga mengikuti pola pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh

kebanyakan rumah tangga (household) kota Medan untuk mengkonsumsi makanan

jadi dibanding dengan kota-kota yang lebih kecil di Sumatera Utara.

Gambar 4.3 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,Rokok dan Tembakau di Kota Medan Periode Tahun 2000-2011

Page 37: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

32

Walaupun angka persentasenya pada tahun 2001 ada kenaikan namun setelah itu

turun secara cepat dan naik lagi pada tahun 2005 dan sampai saat ini relatif stabil belum

pernah mencapai seperti pada tahun 2001. Selain makanan dan minuman, konsumsi

rokok orang Indonesia termasuk Kota Medan, cukup tinggi sehingga kelompok ini

menjadi begitu tinggi menyumbang angka inflasi..

3. Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar

Bahan bakar sebagai motor penggerak dari pengangkutan baik untuk mobilitas

orang sehari-hari, maupun mobilitas barang dalam bentuk distribusi dari pusat produksi

sampai ke pasar yang memiliki konsumen yang besar. Jadi dalam kurun waktu tersebut

trend nya juga sangat fluktuatif, karena ada kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik

(TDL), dan kebutuhan akan perumahan yang bisnis propertinya di Kota Medan masih

cukup marak. Jika dilihat pada postur PDRB kota Medan, maka kontribusi dari konsumsi

masyarakat mencapai 50%, jadi penting sekali memenuhi kebutuhan permintaan

masyarakat kota Medan dalam menggerakkan perekonomian kota, khususnya dalam

pembentukan PDRB kota Medan.

Selain tingginya harga BBM, kondisi kota Medan yang sering mengalami

pemadaman listrik, juga memicu banyak rumah tangga dan dunia bisnis menggunakan

mesin Genset untuk memasok listrik pada saat beraktivitas sehari-hari, dimana genset

sangat membutuhkan BBM Premium atau Solar.

Gambar 4.4 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listirk dan Bahan Bakar di Kota Medan Periode Tahun 2000-2011

Page 38: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

33

4. Kelompok Barang Sandang

Berbeda halnya dengan kelompok barang sandang, yang trend nya kurang

fluktuatif, hal ini menunjukkan bahwa kelompok barang tersebut hanya sensistif dan

meningkat pada musim-musim tertentu, jadi pola aktivitas tidak begitu tinggi untuk

transaksi hariannya di pasar, karena sifat barangnya yang tahan lama (durability), pada

tabel terlihat pada tahun 2002 inflasi naik secara perlahan tapi fluktuasinya relatif stabil.

Gambar 4.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang di Kota Medan Periode Tahun 2000-2011

5 Kelompok Jasa Kesehatan

Sedangkan untuk kelompok jasa kesehatan, inflasinya juga sangat fluktuatif dan

angkanya lumayan tinggi, kondisi ini menunjukkan bahwa harga obat-obatan sangat

rentan dengan perkembangan nilai kurs atau pergerakan dipasar valuta asing, karena

banyak bahan baku kimia yang diimpor. Jika dolar AS makin mahal, maka biaya impor

bahan penolong juga mahal, sehingga harga obat-obatan juga menjadi tinggi. Industri

Page 39: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

34

hulu, khususnya indistri kimia, banyak belum beroperasi, sehingga industri farmasi akan

bergantung dengan industri kimia dari luar negeri atau impor. Secara grafik dapat terlihat

dinamikanya sangat fluktuatif dan kurang stabil. Kondisi ini menunjukkan kontribusi

inflasi yang besar dari barang farmasi dan jasa kesehatan yakni rumah sakit.

Gambar 4.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan di Kota Medan Periode Tahun 2000-2011

6.Kelompok Jasa Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga

Bagi kelompok jasa pendidikan, justru inflasinya terjadi sangat fluktuatif. Hal ini

dapat dilihat dan dirasakan karena biaya pendidikan semakin mahal pada setiap tahunnya.

Naiknya uang sekolah ditambah lagi, harga buku pelajaran naik cukup signifikan

menyumbang angka inflasi dari waktu ke waktu, dan buku pelajaran akan berganti setiap

tahun karena ada kebijakan sekolah yang mengubah buku pelajaran yang dipakai oleh

siswanya setiap tahun. Namun sejak tahun 2009 ada kecenderungannya mengalami

penurunan yang cukup besar.

Page 40: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

35

Gambar 4.7 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Kota Medan Periode Tahun 2000-2011

7. Kelompok Jasa Transportasi dan Komunikasi

Laju inflasi umumnya relatif stabil pada kelompok jasa transportasi dan

komunikasi, tapi ada kondisi yang sangat berbeda pada tahun 2005 yakni pasca kebijkana

pemerintah pusat menaikkan harga BBM sebesar 100% mengakibatkan angka inflasi

pada tahun tersebut untuk kelompok jasa ini mneyumbang inflasi cukup besar, tapi

setelah itu laju inflasi mengalami penyesuaian dan relatif stabil. Namun pada tahun 2009

laju inflasinya justru mengalami negatif yang berarti tidak ada pertambahan melainkan

terjadi penurunan dalam produksi jasa atau bahkan menggambarkan daya beli masyarakat

yang makin menurun.

Page 41: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

36

Gambar 4.8 Perkembangan Inflasi Kelompok Jasa Transportasi dan Komunikasi di Kota Medan Periode Tahun 2000-2011

4.4.2 Analisa Kwantitatif

1. Koefisien Korelasi (R)

Dari tabel dibawah maka dapat diambil kesimpulan bahwa koefisien korelasinya

sebesar 0,924, atau artinya ada hubungan antara konsumsi masyarakat (C), Investasi (I),

dan konsumsi pemerintah (G) sebesar 92,4% dengan laju inflasi di kota Medan,

sedangkan sisanya sebesar 7,6% memiliki hubungan diluar model yang dibangun.

Dengan kata lain hubungannnya sangat kuat.

2. Koefisien Determinasi (R²)

Dari hasil pengolahan data diatas, maka dilihat dari koefisien determinasi (R²)

yang di adjusted sebesar 0,708. Artinya 70,8% variabel C, I dan G mampu

menjelaskan variabel inflasi kota Medan, sedangkan sisanya akan dijelaskan oleh

variabel diluar model. Dengan kata lain model Keynes ini secara empirik sudah sesuai

antara teori dengan kenyataan yang terjadi di kota Medan

Page 42: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

37

Tabel 4-5

Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)

3.Analisa Regresi

a. Koefisien atau parameter-parameter variabel bebas.

Dari model regresi untuk inflasi kota Medan yang dibangun adalah berdasrkan

model dari Teori Keynes yang melihat inflasi dari sisi permintaan (demand-side) yakni :

INFt = β0 + β1 Ct + β2 It + β3 Gt + εt

Tabel 4-6

Hasil Regressi Berganda

Tabel diatas berupa hasil pengolahan data dengan software pengolah data yang

menghasilkan persamaan regresi dari model inflasi kota Medan yaitu :

INFt = 22,110 + 2,741E-6 Ct + 1,879E-5 It + 9,180E-6 Gt + εt

Page 43: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

38

Artinya bahwa tingkat konsumsi (C) berpengaruh secara positif dan signifikan

atau (t=3,492 pada α= 5%) terhadap laju inflasi, atau jika konsumsi berubah yakni naik

sebesar 10% maka laju inflasi akan naik sebesar 0,03 %, maka elastisitasnya termasuk

jenis yang in-elastik (E<1) karena nilainya kurang dari satu, berarti perubahan pada

tingkat konsumsi menjadi kurang sensitif mempengaruhi laju inflasi kota Medan.

Sedangkan untuk variabel investasi (I) berpengaruh secara positif dan signifikan

(t=3,917 pada α= 5%) terhadap laju inflasi, atau jika investasi kota Medan naik sebesar

10% maka laju inflasi akan naik juga sebesar 0,02 %, maka elastisitasnya termasuk jenis

yang in-elastik juga (E<1) karena nilainya kurang dari satu, berarti perubahan pada

tingkat investasi menjadi kurang sensitif mempengaruhi laju inflasi kota Medan.

Terakhir, variabel pengeluaran pemerintah pemerintah kota Medan (G)

berpengaruh secara positif dan signifikan (t=3,170 pada α= 10%) terhadap laju inflasi,

atau jika pengeluaran pemerintah kota Medan naik sebesar 10% maka laju inflasi hanya

akan naik sebesar 0,01 %, sehingga elastisitasnya juga termasuk jenis yang in-elastik

juga (E<1) karena nilainya kurang dari satu, berarti perubahan pada tingkat pengeluaran

pemerintah menjadi kurang sensitif mempengaruhi laju inflasi kota Medan.

Jika dilihat secara teori, hasilnya sudah sesuai dengan teori yakni hubungan antara

variabel bebas (C,I dan G) terhadap variabel terikat (INF), namun elastisitasnya atau

parameter yag dihasilkan tidak ada yang elastik, padahal secara empirik, bahwa variabel

konsumsi sangat sensitif terhadap perubahan pada laju inflasi.

Keterbatasan ini terletak pada data yang sangat sedikit, hanya 7 tahun terakhir,

jika sampel tahun ditambah, maka nilai dari parameter akan berubah, dan koefisien

korelasinya tidak akan terlalu tinggi sampai lebih dari 90%, secara ekonometrik, fakta

statistiknya disebut dengan supurious. Seolah-olah begitu sempurna padahal terjadi serial

autokorelasi dengan ditunjukkan hasil DW-Test (Durbin Watson Test) sebesar 2,143.

Model ini juga dapat diperbaiki dengan cara mengubah definisi operasional dari variabel

yang digunakan.

Page 44: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

39

3.2. Distribusi Error Term dan sebaran data

Gambar 4.9 Distribusi Error term

Gambar 4.10 Sebaran Data Variabel Inflasi

Page 45: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

40

BAB V

ANALISIS PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP KONDISI INFLASI

DAN PEREKONOMIAN KOTA MEDAN

5.1. Persepsi Responden Rumah Tangga (household) Kota Medan terhadap Inflasi

5.1.1. Berdasarkan Jumlah Responden

Dari 251 responden rumah tangga yang berhasil diwawancarai dan tersebar di 21

kecamatan, adapun komposisi responden berdasarkan kecamatan akan terlihat pada

gambar grafik dibawah ini :

4.80%4.80%4.80%4.80%4.80%4.80%

3.60%3.60%

4.80%4.40%

4.80%5.20%

4.80%4.80%

4.40%4.80%

4.40%6.00%

4.80%

Total Responden Per KecamatanMedan AmplasMedan DenaiMedan BaruMedan PoloniaMedan selayangMedan MaimunMedan JohorMedan SunggalMedan HelvetiaMedan PetisahMedan TuntunganMedan BelawanMedan MarelanMedan LabuhanMedan DeliMedan TembungMedan PerjuanganMedan TimurMedan Barat

Gambar 5.1 Total Responden per Kecamatan

Bahwa yang paling dominan responden diperoleh dari kecamatan Medan Denai

sebesar 6% kemudian diikuti dengan Medan Helvetia sebesar 5,2%. Kecamatan lainnya

relatif hampir sama dengan porsi rata-rata mencapai 4%. Sedangkan yang paling sedikit

adalah dari kecamatan Medan Belawan dan Marelan dengan proporsi yang sama yakni

3,6%. Responden rumah tangga yang diwawancarai sangat tersebar di 21 kecamatan,

Page 46: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

41

sehingga responden yang sangat tersebar secara merata dianggap dapat mewakili rumah

tangga yang ada di wilayah kota Medan

5.1.2. Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Dari 251 responden rumah tangga yang berhasil diwawancarai, ternyata lebih

besar kelompok laki-laki sebesar 67,33% sedangkan wanita hanya 32,67%. Hal ini

menujukkan responden laki-laki lebih mudah diwawancarai dibanding dengan wanita.

Adapun komposisi responden berdasarkan jenis kelamin akan terlihat pada gambar grafik

dibawah ini :

67.33%

32.67%

Jenis Kelamin Responden

Wanita

Laki-laki

Gambar 5.2 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

5.1.3. Berdasarkan Umur Responden

Jika dilihat berdasarkan umur responden, maka dari 251 responden rumah tangga

yang diwawancarai sangat didominasi kelompok umur 36-45 tahun 47,79%, diikuti oleh

kelompok umur 46-55 tahun yakni 26,51%. Sedangkan yang terbesar ketiga adalah

kelompok umur 25 – 35 tahun mencapai 15,66%. Responden yang mudah diwawancarai

adalah rumah tangga muda dan rumah tangga dengan usia kepala keluarga yang masih

Page 47: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

42

produktif. Adapun komposisi responden berdasarkan kecamatan akan terlihat pada

gambar garik dibawah ini :

1.61%

15.66%

47.79%

26.51%

8.03%

0.40%

Umur Kepala Keluarga

> 65 Tahun

56 - 65 Tahun

46 - 55 Tahun

36 - 45 Tahun

25 - 35 Tahun

< 25 Tahun

Gambar 5.3 Responden Berdasarkan Umur Kepala Keluarga

5.1.4. Berdasarkan Pendidikan Responden

Responden yang berpartisispasi sebanyak 251 orang, maka jika dilihat

berdasarkan komposisi pendidikan kepala keluarganya adalah sangat didominasi oleh

lulusan SLTA sebanyak 57,09%, diikuti oleh lulusan sarjana sebanyak 21,46% dan yang

lulusan SLTP hanya 13,36%. Adapun komposisi responden berdasarkan kecamatan akan

terlihat pada gambar garik dibawah ini :

Page 48: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

43

2.83%

13.36%

57.09%

4.45%

21.46%

0.81%

Pendidikan Responden

Master

Sarjana

Diploma

Setingkat SLTA

Setingkat SLTP

Setingkat SD

5.4 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga

5.1.5. Berdasarkan Kategori Pekerjaan Responden

Dari 251 responden rumah tangga yang berhasil diwawancarai dan tersebar di 21

kecamatan, adapun komposisi responden berdasarkan sektor pekerjaan dari kepala

keluarga adalah pedagang mencapai 33,92% kemudian diikuti oleh pekerja di industri

pengolahan/manufaktur sebanyak 18,50% dan sektor jasa keuangan mencapai 16,30%.

Agar lebih jelas dan detail akan terlihat pada gambar grafik dibawah ini :

Page 49: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

44

10.57%

18.50%

16.30%

14.98%

33.92%

5.73%

Sektor/Bidang di mana Kepala Keluarga BekerjaOrganisai Nirlaba (LSM, Yayasan)

Perdagangan

Jasa Non Finansial (Transportasi,Komunikasi, Rumah Sakit, Pendidikan)

Jasa Finansial (Bank, Asuransi,Perusahaan Efek)

Industri/ Manufaktur

Pegawai Pemerintahan

5.5 Responden Berdasarkan Bidang Kerja Kepala Keluarga

5.1.6. Berdasarkan Kategori Pengeluaran Rumah Tangga Responden

Dari 251 responden rumah tangga yang berhasil diwawancarai, adapun komposisi

responden berdasarkan rata-rata pengeluaran dari rumah tangga per-bulannya sangat

didominasi oleh kelompok lebih dari Rp 2.000.000,-/bulan sebanyak 56,19%, kemudian

diikuti oleh kelompok kurang dari atau sama dengan Rp 350.000,-/bulan yang mencapai

32,38% dan terbesar ketiga adalah kelompok dengan pengeluaran antara Rp 800.000,- s/d

Rp 1.200.000,- sebesar 20 %. Kondisi ini akan terlihat pada gambar grafik dibawah ini :

Page 50: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

45

32.38%

20.00%

3.81%

3.81%

20.00%

56.19%

Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Perbulan

> Rp. 2.000.000

> Rp. 800.000 - Rp. 1.200.000

> Rp. 600.000 - Rp. 800.000

> Rp. 450.000 - Rp. 600.000

> Rp. 350.000 - Rp. 450.000

≤ Rp. 350.000

5.6 Rata-rata Pengeluaran Rumahtangga Responden per Bulan

5.1.7. Persepsi Responden terhadap Inflasi Kota Medan Dibanding 6 bulan yang

Lalu.

Dari 251 responden rumah tangga yang berhasil diwawancarai dan tersebar pada

21 kecamatan, menyatakan inflasi ada dan lumayan tinggi di kota Medan sebesar 95,16%

sedangkan sisanya hanya 4,84% yang menyatakan tidak ada inflasi yang cukup tinggi.

Adapun persepsi dari responden akan terlihat pada gambar grafik dibawah ini :

Page 51: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

46

82.92%

17.08%

Inflasi yang di Rasakan Responden Tinggi

Tidak

Ya

Gambar 5.7 Persepsi Responden tentang Inflasi Saat Ini

di Kota Medan

1. Inflasi Kota Medan pada saat ini

Inflasi sangat tinggi terjadi saat ini dibanding 6 bulan yang lalu, maka dari 251

responden rumah tangga yang menyatakan ya sebesar 82,92%, sisanya hanya 17,08%

yang menyatakan tidak tinggi. Adapun kondisinya akan terlihat pada gambar grafik

dibawah ini :

Page 52: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

47

95.16%

4.84%

Persepsi Masyarakat Terhadap InflasiAdanya Inflasi Saat ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu

Tidak

Ya

Gambar 5.8 Persepsi Responden tentang Inflasi Saat Ini dibandingkan 6 Bulan

Lalu di Kota Medan

2. Inflasi Kota Medan dengan Pendapatan Riil Individu

Inflasi telah menurunkan pendapatan riil masyarakat dibanding 6 bulan yang

lalu, umumnya responden menyatakan ya sebanyak 90,65% dan yang menyatakan tidak

hanya 9,35% merasa tidak ada penurunan pendapatan riil-nya. Adapun persepsi ini akan

terlihat pada gambar grafik dibawah ini :

Page 53: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

48

90.65%

9.35%

Inflasi Membuat Pendapatan Riil Responden Berkurang

Tidak

Ya

Gambar 5.9 Persepsi Responden Mengenai Pendapatan Riil

3. Peran Pemko Medan dalam mengendalikan laju Inflasi

Dari 251 responden rumah tangga sangat percaya Pemko Medan mampu

mengendalikan laju inflasi di kota Medan yang mencapai 83,74% responden, sisanya

16,26% yang tidak percaya.

Page 54: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

49

83.74%

16.26%

Pemko Medan dapat Membantu Mengendalikan Laju Inflasi

Tidak

Ya

Gambar 5.10 Persepsi Responden Mengenai Peranan Pemko Medan dalam

Mengendalikan Inflasi

4. Program Operasi Pasar Pemko Medan dalam Mengendalikan Laju Inflasi

Program operasi pasar dari Pemko Medan sangat dipercaya responden mampu

mengendalikan laju inflasi di pasar sebanyak 82,38% sedangkan yang menyatakan tidak

percaya hanya 17,62%.

82.38%

17.62%

Operasi Pasar Pemko Medan dapat Mengendalikan Inflasi

Tidak

Ya

Gambar 5.11 Persepsi Responden mengenai Operasi Pasar Pemko Medan

Page 55: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

50

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa yang menyumbangkan inflasi

cukup tinggi pada saat ini dibanding 6 bulan yang lalu di kota Medan, maka persepsi dari

251 responden yang percaya bahwa kelompok-kelompok barang dan jasa seperti :

1. Bahan makanan mencapai 96,61% sisanya yang menyatakan tidak hanya 3,39%

2. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mencapai 88,53% sisanya yang

tidak hanya 11,48%.

3. Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar mencapai 90,51% dan yang tidak hanya

9,49%

4. Barang Sandang mencapai 88,89% dan sisanya yang tidak hanya 11,11%

5. Jasa Kesehatan mencapai 85,25% dan sisanya yang tidak hanya 14,75%

6. Jasa Pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai 82,79% sisanya yang tidak

17,21%

7. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan mencapai 95,52% sisanya yang

tidak hanya 4,48%

Dari 251 responden rumah tangga yang memberi persepsi untuk setiap kelompok

barang dan jasa yang menyumbang angka inflasi di kota Medan dapat terlihat pada

gambar-gambar grafik dibawah ini :

Page 56: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

51

1. Kelompok Barang Makanan

Gambar 5.12 Persepsi Responden Mengenai Inflasi Pada Kelompok Bahan

Makanan 6 Bulan Terakhir

2. Kelompok Barang Makanan Jadi, Minuman dan Rokok

88.52%

11.48%

Kelompok Barang yang Mengalami Kenaikan Harga 6 (enam) Bulan Terakhir

(Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau)

Tidak

Ya

Gambar 5.13 Persepsi Responden Mengenai Inflasi Pada Kelompok Makanan

Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 6 Bulan Terakhir

96.61%

3.39%

Kelompok Barang yang Mengalami Kenaikan Harga dalam 6 (enam) Bulan Terakhir

(Bahan Makanan)

Tidak

Ya

Page 57: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

52

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan BBM

90.51%

9.49%

Kelompok Barang yang Mengalami Kenaikan Harga 6 (enam) Bulan Terakhir

(Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar)

Tidak

Ya

Gambar 5.14 Persepsi Responden Mengenai Inflasi Pada Kelompok

Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar 6 Bulan Terakhir

4. Kelompok Barang Sandang

88.89%

11.11%

Kelompok Barang yang Mengalami Kenaikan Harga 6 (enam) Bulan Terakhir

(Sandang)

Tidak

Ya

Gambar 5.15 Persepsi Responden Mengenai Inflasi Pada Sandang 6 Bulan

Terakhir

Page 58: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

53

5. Kelompok Jasa Kesehatan

85.25%

14.75%

Kelompok Barang yang Mengalami Kenaikan Harga dalam 6 (enam) Bulan Terakhir

(Kesehatan)

Tidak

Ya

Gambar 5.16 Persepsi Responden Mengenai Inflasi Pada Kesehatan 6 Bulan

Terakhir

6. Kelompok Jasa Pendidikan, Rekreasi dan Olahrga

82.79%

17.21%

Kelompok Barang yang Mengalami Kenaikan Harga dalam 6 (enam) Bulan Terakhir(Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga)

Tidak

Ya

Gambar 5.17 Persepsi Responden Mengenai Inflasi Pada Pendidikan, Rekreasi

dan Olaha raga 6 Bulan Terakhir

Page 59: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

54

7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

95.52%

4.48%

Kelompok Barang yang Mengalami Kenaikan Harga dalam 6 (enam) Bulan Terakhir

(Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan)

Tidak

Ya

Gambar 5.18 Persepsi Responden Mengenai Inflasi Pada Transportasi,

Komunikasi dan Jasa Keuangan 6 Bulan Terakhir

5.1.8. Prediksi Responden Tentang Kenaikan Inflasi 6 Bulan yang Akan Datang

Dari 251 responden rumah tangga yang berhasil diwawancarai dan tersebar di 21

kecamatan, maka yang menyatakan terjadi kenaikan inflasi sebanyak 79,27%, sisanya

20,73% menyatakan tidak ada kenaikan. Adapun kondisinya akan terlihat pada gambar

grafik dibawah ini :

Page 60: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

55

79.27%

20.73%

Prediksi Responden tentang Kenaikan Laju Inflasi 6 (enam) Bulan Ke Depan

Tidak

Ya

Gambar 5.19 Persepsi Responden Mengenai Kenaikan Laju Inflasi Pada 6

Bulan Kedepan

5.1.9. Prediksi Responden Tentang Pendapatan Riil 6 Bulan yang Akan Datang

Dari 251 responden rumah tangga yang berhasil diwawancarai yang

memprediksikan akan turun pendapatan riil nya sebesar 50,41%, sedangkan yang

menyatakan tetap atau tidak berubah sebesar 32,52% dan sisanya yang optimis akan

meningkat pendapatan riil nya hanya 17,07%. Agar lebih mudah akan terlihat pada

gambare grafik dibawah ini :

Page 61: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

56

17.07%

50.41%

32.52%

Prediksi Responden tentang Pendapatan Riil dalam 6 (enam) Bulan Mendatang

Tetap

Turun

Naik

Gambar 5.20 Persepsi Responden Mengenai Pendapatan Riil

Pada 6 Bulan Mendatang

5.1.10. Prediksi Responden Tentang Kenaikan Inflasi 6 Bulan yang Akan

Datang

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa yang menyumbangkan inflasi

cukup tinggi pada masa 6 bulan yang akan datang di kota Medan, maka prediksi dari 251

responden yang percaya bahwa kelompok-kelompok barang dan jasa seperti :

1. Bahan makanan mencapai 96,19% sisanya yang menyatakan tidak hanya 3,81%

2. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mencapai 86,29% sisanya yang tidak

hanya 13,71%.

3. Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar mencapai 95,73% dan yang tidak hanya

4,27%

4. Barang Sandang mencapai 92,81% dan sisanya yang tidak hanya 7,19%

5. Jasa Kesehatan mencapai 88,62% dan sisanya yang tidak hanya 11,38%

6. Jasa Pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai 89,66% sisanya yang tidak 10,34%

Page 62: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

57

7. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan mencapai 98,71% sisanya yang

menyatakan tidak hanya 1,29%

Dari 251 responden rumah tangga yang memberi prediksi untuk setiap kelompok

barang dan jasa yang menyumbang angka inflasi di kota Medan untuk 6 bulan yang akan

datang dapat terlihat pada gambar-gambar grafik dibawah ini :

1. Kelompok Bahan makanan :

96.19%

3.81%

Kelompok Barang yang Mengalami Inflasi dalam 6 (enam) Mendatang

(Bahan Makanan)

Tidak

Ya

Gambar 5.21 Prediksi Responden Mengenai Inflasi Pada Bahan Makanan 6

Bulan Mendatang

Page 63: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

58

2. Kelompok Bahan Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau

86.29%

13.71%

Kelompok Barang yang Mengalami Inflasi dalam 6 (enam) bulan Menadatang

(Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau)

Tidak

Ya

Gambar 5.22 Prediksi Responden Mengenai Inflasi Pada Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau 6 Bulan Mendatang

3. Kelompok Perumahan, air, Listrik

95.73%

4.27%

Kelompok Barang yang Mengalami Inflasi dalam 6 (enam) Bulan Mendatang

(Perumahan, Air, Listrik, BBM)

Tidak

Ya

Gambar 5.23 Prediksi Responden Mengenai Inflasi Pada Perumahan,Air,

Listrik dan BBM 6 Bulan Mendatang

Page 64: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

59

4. Kelompok Barang Sandang

92.81%

7.19%

Kelompok Barang yang Mengalami Inflasi dalam 6 (enam) Bulan Mendatang

(Sandang)

Tidak

Ya

Gambar 5.24 Prediksi Responden Mengenai Inflasi Pada Sandang 6 Bulan

Mendatang

5. Kelompok Jasa Kesehatan

88.62%

11.38%

Kelompok Barang yang Mengalami Inflasi dalam 6 (enam) Bulan Mendatang

(Kesehatan)

Tidak

Ya

Gambar 5.25 Prediksi Responden Mengenai Inflasi Pada Kesehatan 6 Bulan

Mendatang

Page 65: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

60

6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

89.66%

10.34%

Kelompok Barang yang Mengalami Inflasi dalam 6 (enam) Bulan Mendatang

(Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga)

Tidak

Ya

Gambar 5.26 Prediksi Responden Mengenai Inflasi Pada Pendidikan, Rekreasi

dan Olah Raga 6 Bulan Mendatang

7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

98.71%

1.29%

Kelompok Barang yang Mengalami Infalasi 6 (enam) Bulan Mendatang

(Transportasi,Komunikasi dan Jasa Keuangan)

Tidak

Ya

Gambar 5.27 Prediksi Responden Mengenai Inflasi PadaTransportasi,

Komunikasi dan Jasa Keuangan 6 Bulan Mendatang

Page 66: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

61

5.1.11. Prediksi Responden tentang Kemampuan Pemko Medan Mengendalikan

Inflasi Masa yang Akan Datang

Dari 251 responden rumah tangga yang berhasil diwawancarai dan tersebar di 21

kecamatan, maka yang meenyatakan mampu mencapai 73,58%, sedangkan sisanya hanya

26,42% yang menyatakan tidak mampu. Adapun kondisinya akan terlihat pada gambar

grafik dibawah ini :

73.58%

26.42%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%

Pemko Medan Mampu Menanggulangi Inflasi pada Masa Mendatang

Tidak

Ya

Gambar 5.28 Prediksi Responden Mengenai Kemampuan Pemko Medan

dalam Menanggulangi Inflasi di Masa Mendatang

5.1.12. Prediksi Responden Tentang Perekonomian Masa yang Akan Datang

Dari 251 responden rumah tangga yang berhasil diwawancarai pada di 21

kecamatan, maka yang menyatakan perekonomian kota Medan cukup baik sebesar

44,76%, diikuti yang menyatakan tetap seperti saat ini sebesar 30,65% dan sisanya hanya

2,60% yang menyatakan buruk. Adapun kondisinya akan terlihat pada gambar grafik

dibawah ini :

Page 67: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

62

44.76%

24.60%

30.65%

Prediksi Responden tentang Perekonomian pada Masa Mendatang

Tetap

Turun

Naik

Gambar 5.29 Prediksi Responden Mengenai Perekonomian Kota Medan di

Masa Mendatang

5.2. Persepsi Responden Bisnis Kota Medan terhadap Inflasi

5.2.1. Berdasarkan Jumlah Responden

Dari 102 responden rumah tangga yang berhasil diwawancarai dan tersebar di 21

kecamatan, adapun komposisi responden dengan kategori bisnis berdasarkan kecamatan

akan terlihat pada gambar grafik dibawah ini :

Page 68: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

63

4.90%9.80%

4.90%4.90%4.90%4.90%

2.94%4.90%4.90%4.90%4.90%

3.92%4.90%4.90%

5.88%4.90%4.90%4.90%

3.92%4.90%

Jumlah Responden Per KecamatanMedan Amplas

Medan Area

Medan KotaMedan Denai

Medan Baru

Medan Polonia

Medan selayangMedan Maimun

Medan Johor

Medan Sunggal

Medan Helvetia Medan Petisah

Medan Tuntungan

Medan Belawan

Medan MarelanMedan Labuhan

Medan Deli

Medan Tembung

Medan PerjuanganMedan Barat

Gambar 5.30 Komposisi Responden Bisnis Berdasarkan Kecamatan

Berdasarkan grafik diatas, bahwa yang paling dominan adalah responden bisnis

yang berasal dari kecamatan Medan Perjuangan sebesar 9,8%, kemudian dikuti oleh

kecamatan Medan Polonia sebesar 5,88%. Sedangkan yang paling sedikit adalah

kecamatan Medan Belawan yakni sebesar 2,94%.

5.2.2. Berdasarkan Jenis Usaha Responden

Jika dilihat dari jenis usaha yang dilakoni oleh responden, maka dari 102

responden bisnis yang berhasil diwawancarai adalah sektor jasa-jasa yakni sebesar

33,66%, selanjutnya diikuti oleh sektor kuliner sebesar 28,71%, dan terbesar ketiga

adalah perdagangan eceran mencapai 19,80%. Jika dilihat dari postur jenis usaha ini,

dapat dikatakan bahwa kota Medan sekarang menjadi destinasi kuliner utama di

Indonesia, karena macam dan bentuk kuliner yang khas dan menjadi icon baru pariwisata

Page 69: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

64

kota Medan. Adapun komposisi responden berdasarkan jenis usaha yang dilakoni

responden akan terlihat pada gambar grafik dibawah ini :

28.71%

19.80%

33.66%

7.92%

9.90%

Jenis Usaha

Lainnya, Sebutkan

Industri bahan makanan

Jasa

Perdagangan Eceran

Kuliner

Gambar 5.31 Komposisi Responden Bisnis Berdasarkan Jenis Usaha

5.2.3. Berdasarkan Nilai Aset Responden

Sedangkan jika berdasarkan aset yang dimiliki responden bisnis, maka responden

yang berhasil diwawancarai sangat didominasi oleh kelompok kurang dari Rp 10 juta

mencapai 35,35%. Kemudian diikuti oleh kelompok antara Rp10 s/d Rp 25 juta sebesar

17,17%, dan yang terakhir adalah kelompok antara Rp 50 s/d Rp 100 juta hanya

mencapai 15,15%. Sisanya akan terlihat pada gambar grafik dibawah ini :

Page 70: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

65

35.35%17.17%

8.08%15.15%

11.11%3.03%3.03%

1.01%3.03%

1.01%2.02%

Nilai Asset (diluar bangunan & harta bergerak)

Rp. 4 Milyar - 6 Milyar

Rp. 1 Milyar - 2 Milyar

Rp. 800 - 1 milyar

Rp. 600 - 800 juta

Rp. 400 - 600 juta

Rp. 200 - 400 juta

Rp. 100 - 200 juta

Rp. 50 - 100 juta

Rp. 25 - 50 juta

Rp. 10 - 25 juta

<Rp. 10 juta

Gambar 5.32 Komposisi Responden Bisnis Berdasarkan Nilai Asset

5.2.4. Berdasarkan Omset Usaha Responden

Dari 102 responden bisnis tersebut jika dilihat dari omset atau penjualan dari

usaha yang dimiliki, maka yang paling mendominasi adalah kelompok dengan omset Rp

10 juta per bulana yang mencapai 70,59%, kemudian diikuti oleh responden dengan

kelompok omset antara Rp 10 s/d 25 juta per bulan yang mencapai 12,94%. Sisanya yang

terbesar ketiga adalah kelompok Rp 25 s/d 50 juta per bulan hanya 7,06%. Adapun sisa

kelompok omset lainnya akan terlihat pada gambar garik dibawah ini :

Page 71: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

66

70.59%12.94%

7.06%1.18%2.35%

1.18%3.53%

1.18%

Omzet/Bulan

Rp. 2 milyar - 4 milyar

Rp. 800 - 2 milyar

Rp. 400 - 800 juta

Rp. 100 - 200 juta

Rp. 50 - 100 juta

Rp. 25 - 50 juta

Rp. 10 - 25 juta

Rp. 10 juta

Gambar 5.33 Komposisi Responden Bisnis Berdasarkan Omset Usaha

5.2.5. Inflasi Saat ini Dibanding 6 Bulan yang Lalu Bagi Responden

Dari 102 responden bisnis menyatakan inflasi saat ini jika dibandingkan dengan 6

bulan yang lalu dirasakan sangat tinggi sebesar 97,06% sisanya yang menyatakan tidak

tinggi hanya 2,94%. Jadi perkembangan harga-harag barang dan jasa di pasar pada saat

ini sungguh terasa kenaikannya yang cukup tinggi sehingga laju inflasi yang dirasakan

juga sangat tinggi. Kondisinya akan terlihat pada gambar grafik dibawah ini :

97.06%

2.94%

Inflasi yang di rasakan saat inidibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu

Tidak

Ya

Gambar 5.34 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Inflasi di Kota Medan 6

Bulan yang Lalu

Page 72: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

67

5.2.6. Inflasi yang Dirasakan Responden Pada Saat ini

Dari 102 responden bisnis menyatakan inflasi saat ini dirasakan sangat tinggi

sebesar 82,65% sisanya yang menyatkan tidak hanya 17,35%. Kondisnya akan terlihat

pada gambar grafik dibawah ini :

82.65%

17.35%

Inflasi yang dirasakan tinggi

Tidak

Ya

Gambar 5.35 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Inflasi di Kota Medan

5.2.7. Inflasi yang Dirasakan Responden Mengurangi Keuntungan

Dari 102 responden bisnis yang berhasil diwawancarai menyatakan dengan

tingginya inflasi maka akan menurangi keuntungan dari usaha mereka yakni 91,09%

responden sedangkan sisanya hanya 8,91% yang menyatakan tidak mengurangi

keuntungan. Kedaan ini akan terlihat pada gambar grafik dibawah ini :

Page 73: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

68

91.09%

8.91%

Dengan adanya Inflasi Keuntungan anda berkurang

Tidak

Ya

Gambar 5.36 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Berkurangnya Keuntungan

karena Inflasi di Kota Medan

5.2.8. Persepsi Responden Tentang Pemko Medan Mampu Mengendalikan

Inflasi

Dari 102 responden bisnis yang berhasil diwawancarai, maka yang optimis Pemo

Medan mampu mengendalikan laju inflasi Medan sebesar 80,39%, sedangkan sisanya

responden yang pesimis hanya 19,61%. Kondisi ini akan lebih jelas terlihat pada gambar

grafik dibawah ini :

Page 74: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

69

80.39%

19.61%

Pemko Medan dapat Membantu Mengendalikan Inflasi

Tidak

Ya

Gambar 5.37 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Peranan Pemko Medan

Dalam Membantu Mengatasi Inflasi

5.2.8. Persepsi Responden Tentang Operasi Pasar dan Mengendalikan Inflasi

Dari 102 responden bisnis yang berhasil diwawancarai, maka yang tetap optimis

bahwa Pemko Medan mampu mengendalikan laju inflasi Medan melalui program operasi

pasar untuk mengurangi laju inflasi sebesar 81,19%, sedangkan sisanya responden yang

masih tetap pesimis bahwa program ini tidak mampu meredam laju inflasi hanya

18,81%. Kondisi ini akan lebih jelas terlihat pada gambar grafik dibawah ini :

Page 75: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

70

81.19%

18.81%

Operasi Pasar yang dapat Mengurangi Laju Inflasi

tidak

ya

Gambar 5.38 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Operasi Pasar

5.2.9. Persepsi Responden Tentang Kelompok Barang yang Mengalami Inflasi 6

Bulan yang Lalu

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa yang menyumbangkan inflasi

cukup tinggi pada saat ini dibanding 6 bulan yang lalu di kota Medan, maka persepsi dari

102 responden bisnis yang percaya bahwa kelompok-kelompok barang dan jasa seperti :

1. Bahan makanan mencapai 90,63% sisanya yang menyatakan tidak hanya 9,37%

2. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mencapai 83,61% sisanya yang tidak

hanya 16,39%.

3. Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar mencapai 92,86% dan yang tidak hanya

7,14%

4. Barang Sandang mencapai 89,04% dan sisanya yang tidak hanya 10,96%

5. Jasa Kesehatan mencapai 76,47% dan sisanya yang tidak hanya 23,53%

6. Jasa Pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai 78,85% sisanya yang tidak 21,15%

Page 76: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

71

7. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan mencapai 93,44% sisanya yang tidak

hanya 6,54%

Dari 102 responden bisnis yang berhasil diwawancarai jika dilihat dari kelompok

barang yang menyumbang angka inflsi di kota Medan dibanding periode 6 bulan yang

lalu dan tersebar di 21 kecamatan, akan terlihat pada gambar-gambar grafik dibawah ini :

1. Kelompok Bahan Makanan

90.63%

9.38%

Kelompok Barang yang akan mengalami inflasi6 bulan terakhir

(Bahan Makanan)

Tidak

Ya

Gambar 5.39 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Inflasi pada Bahan

Makanan 6 Bulan Terakhir.

Page 77: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

72

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman dan Rokok

83.61%

16.39%

Kelompok Barang yang akan Mengalami Inflasi6 bulan terakhir

(Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau)

Tidak

Ya

Gambar 5.40 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Inflasi pada Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau.

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan BBM

92.86%

7.14%

Kelompok Barang yang akan Mengalami Inflasi6 bulan terakhir

(Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar)

Tidak

Ya

Gambar 5.41 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Inflasi Pada Perumahan,

Air, Listrik dan Bahan BakarDalam 6 Bulan Terakhir.

Page 78: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

73

4. Kelompok Barang Sandang

89.04%

10.96%

Kelompok Barang yang akan Mengalami Inflasi 6 Bulan Terakhir

(Sandang)

tidak

ya

Gambar 5.42 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Inflasi pada Sandang dalam

6 Bulan Terakhir.

5. Kelompok Jasa Kesehatan

76.47%

23.53%

Kelompok Barang yang akan mengalami Inflasi 6 bulan terakhir

(Kesehatan)

Tidak

Ya

Gambar 5.43 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Inflasi pada Kesehatan

dalam 6 Bulan Terakhir.

Page 79: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

74

6. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

93.44%

6.56%

Kelompok Barang yang akan Mengalami Inflasi dalam 6 Bulan terakhir

(Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan)

Tidak

Ya

Gambar 5.45 Persepsi Responden Bisnis Mengenai Inflasi pada Transportasi,

Komunikasi dan Jasa Keuangan Dalam 6 Bulan Terakhir.

5.2.10. Prediksi Responden Tentang Inflasi, Perekonomian dan Kelompok

Barang yang Mengalami Inflasi 6 Bulan yang Akan Datang

Responden masih tetap pesimis bahwa untuk 6 bulan yang akan datang laju inflasi

masih tinggi yakni sebesar 86,87%, sisanya yang optimis hanya 13,13%. Sedangkan

prediksi tentang keuntungan dari usaha yang mereka miliki dominan mengatakan akan

mengalami penurunan yakni sebesar 61,46%, kemudian diikuti oleh prediksi responden

yang mengatakan tetap atau tida ada perubahan dengan saat ini mencapai 25%,

sedangkan sisanya adalah responden yang optomis akan menapatkan keuntungan yang

lebih baik dari saat ini mencapai 13,54%. Jadi secara umum bahwa responden bisnis

hampi dominan merasa pesimis dengan keuntungan dari usaha yang mereka jalani saat

ini, jika dilihat dari perkembangan harga-harga pada saat ini yang pada gilirannya akan

mengurangi daya beli masyarakat.

Page 80: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

75

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa yang menyumbangkan inflasi

cukup tinggi pada masa 6 bulan yang akan datang di kota Medan, maka prediksi yang

diperoleh dari 102 responden bisnis yang percaya bahwa kelompok-kelompok barang dan

jasa seperti :

1. Bahan makanan mencapai 96,67% sisanya yang menyatakan tidak hanya 3,33%

2. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mencapai 91,80% sisanya yang tidak

hanya 8,20%.

3. Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar mencapai 95,65% dan yang tidak hanya

4,35%

4. Barang Sandang mencapai 91,89% dan sisanya yang tidak hanya 8,11%

5. Jasa Kesehatan mencapai 89,80% dan sisanya yang tidak hanya 10,10%

6. Jasa Pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai 93,75% sisanya yang tidak 6,25%

7. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan justru mencapai 100%.

Dari 102 responden bisnis yang berhasil diwawancarai jika dilihat dari kelompok

barang yang menyumbang angka inflsi di kota Medan yang diprediksi untuk periode 6

bulan yang akan datang akan terlihat pada gambar-gambar grafik dibawah ini :

Page 81: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

76

1. Prediksi Naiknya laju Inflasi

Gambar 5.46 Prediksi Responden Bisnis Mengenai Inflasi Dalam 6 Bulan

Mendatang.

2. Prediksi Keuntungan Usaha

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%

Prediksi tentang Keuntungan dalam 6 Bulan Mendatang

Tetap

Turun

Naik

Gambar 5.47 Prediksi Responden Bisnis Mengenai Keuntungan Dalam 6 Bulan

Mendatang.

86.87%

13.13%

Prediksi Kenaikan Laju Inflasi 6 Bulan Mendatang

Tidak

Ya

Page 82: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

77

3. Kelompok Barang Makanan

96.67%

3.33%

Kelompok Barang yang Mengalami Inflasi 6 Bulan Mendatang(Bahan Makanan)

Tidak

Ya

Gambar 5.48 Prediksi Responden Bisnis Mengenai Inflasi Bahan Makanan

dalam 6 Bulan Mendatang.

4. Kelompok Barang Makanan Jadi, Minuman dan Rokok

91.80%

8.20%

EkspektasiKelompok Barang yang Mengalami Inflasi dalam 6

Bulan mendatang(Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau)

tidak

ya

Gambar 5.49 Ekspektasi Responden Bisnis Mengenai Inflasi Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau Dalam 6 Bulan Mendatang.

Page 83: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

78

5. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan BBM

95.65%

4.35%

EkspektasiKelompok Barang yang Mengalami Inflasi 6

Bulan Mendatang(Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar)

tidak

ya

Gambar 5.50 Ekspektasi Responden Bisnis Mengenai Inflasi Perumahan, Air,

Listrik dan Bahan Bakar dalam 6 Bulan Mendatang.

6. Kelompok Barang Sandang

91.89%

8.11%

EkspektasiKelompok Barang yang Mengalami Inflasi

Dalam 6 Bulan Mendatang(Sandang)

Tidak

Ya

Gambar 5.51 Ekspektasi Responden Bisnis Mengenai Inflasi Sandang

Dalam 6 Bulan Mendatang.

Page 84: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

79

7. Kelompok Barang dan Jasa Kesehatan

89.80%

10.20%

EkspektasiKelompok Barang yang Mengalami Inflasi

6 Bulan Mendatang(Kesehatan)

Tidak

Ya

Gambar 5.52 Ekspektasi Responden Bisnis Mengenai Inflasi Kesehatan dalam 6

Bulan Mendatang.

8. Kelompok Jasa Pendidikan, Rekerasi dan Olahraga

93.75%

6.25%

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

Ekspektasi Kelompok Barang yang Mengalami Inflasi

6 Bulan Mendatang(Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga)

Tidak

Ya

Gambar 5.53 Ekspektasi Responden Bisnis Mengenai Inflasi Pendidikan,

Rekreasi dan Olah Raga Dalam 6 Bulan Mendatang.

Page 85: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

80

8. Kelompok Jasa Transportasi dan Komunikasi

Semua responden memprediksikan bahwa sektor jasa ini akan menyumbang

angka inflasi yang tinggi bagi inflasi kota Medan yakni 100%, dengan kata lain semua

responden pesimis akan jasa ini.

5.2.11. Prediksi Responden tentang Kemampuan Pemko Medan dalam

menanggulangi Inflasi, pada 6 bulan yang akan datang

79.80%

20.20%

Pemko Medan Mampu Menanggulangi InflasiPada Masa Mendatang?

Tidak

Ya

Gambar 5.54 Ekspektasi Responden Bisnis Mengenai Kemampuan Pemko

Medan Mengendalikan Inflasi dalam 6 Bulan Mendatang.

Sebahagian besar responden optimis bahwa Pemko Medan mampu

mengendalikan laju inflasi di kota Medan untuk 6 bulan yang kan datang, yakni mencapai

79,80% sedangkan sisanya yang tidak yakin dengan kemampuan Pemko Medan hanya

20,20%.

5.2.12. Prediksi Responden tentang Perekonomian kota Medan pada 6 bulan

yang akan datang

Dari 102 responden bisnis yang telah berhasil diwawancarai bahwa prediksi

mereka tentang perekonomian kota Medan yang optimis baik mencapai 47% sedangkan

yang menyatakan tetap atau perekonomiannnya akan sama dengan saat ini mencapai

Page 86: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

81

36%, sedangkan siasnya yang pesimis bahwa perekonomian Kota Medan akan

memburuk hanya mencapai 17%.

47.00%

36.00%

17.00%

Prediksi Responden tentang Perekonomian pada Masa Mendatang

Turun

Tetap

Naik

Gambar 5.55 Ekspektasi Responden Bisnis Mengenai Perekonomian Kota

Medan di Masa Mendatang

Page 87: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

82

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1.Laju inflasi di kota Medan dalam kurun waktu tahun 2000-2011 relatif sangat

fluktuatif, dengan rata-rata 8,48%. Tingkat inflasi tahun 2001 lebih tinggi dari inflasi

rata-rata yang disebabkan masih terasanya pengaruh krisis moneter 1998. Inflasi tahun

2005 juga lebih tinggi dari inflasi rata-rata yang disebabkan terjadinya kenaikan BBM

sebesar 100%.Demikian juga halnya dengan inflasi tahun 2008 yang lebih tinggi dari

inflasi rata-rata. Hal ini disebabkan naiknya lagi harga BBM. Bila dibandingkan dengan

tingkat inflasi secara nasional, maka rata-rata inflasi kota Medan lebih tinggi dari inflasi

nasional (7,2%).

2.Laju inflasi kota Medan periode 2000 – 2011 berdasarkan kelompok barang adalah

sebagai berikut:

- Kelompok bahan makanan, inflasinya sangat fluktuatif dengan rata-rata 9,23%

. Inflasi tertinggi tahun 2001 (18,91%) sedangkan inflasi terendah tahun 2003

(-3,14%)

- Kelompok makanan jadi,minuman, rokok dan tembakau inflasinya relatif

stabil (8,88%) . Inflasi tertinggi tahun 2001 (20,47%) dan inflasi terendah

tahun 2004 (1,89).

- Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar sangat fluktuatif dengan

rata-rata (10,44%). Inflasi tertinggi tahun 2002 (17,18%) dan inflasi terendah

tahun 2007 (3,27%).Hal ini disebabkan karena terjadinya kenaikan harga

BBM, kenaikan TDL dan juga meningkatnya permintaan akan perumahan.

- Kelompok barang sandang, trend nya kurang fluktuatif dengan rata-rata

8,32%. Inflasi tertinggi tahun 2007 (9,85%) dan inflasi terendah tahun 2001

(4,88%). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok barang tersebut hanya

sensistif dan meningkat pada musim-musim tertentu dan juga karena sandang

merupakan barang tahan lama.

Page 88: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

83

- Kelompok jasa kesehatan tingkat inflasinya berfluktuatif dengan rata-rata

5,13%. Inflasi tertinggi tahun 2001 (9,74%) dan inflasi terendah tahun 2007

(0,04%).

- Kelompok jasa pendidikan, rekreasi dan olah raga tingkat inflasinya sangat

fluktuatif dengan rata-rata 8,22%. Tingkat inflasi tertinggi terjadi tahun 2003

(15,29%) dan inflasi terendah tahun 2009 (0,72%)

- Untuk kelompok barang jasa transportasi dan komunikasi, tingkat inflasi

rata-ratanya 10,49%. Inflasi tertinggi than 2005 (62,25%) dan terendah tahun

2009 (-4,,92%). Tingginya inflasi tahun 2005 disebabkan kenaikan harga

BBM.

3. Persamaan regresi dari model inflasi kota Medan yang diperoleh yaitu :

INFt = 22,110 + 2,741E-6 Ct + 1,879E-5 It + 9,180E-6 Gt + εt

Tingkat konsumsi (C) berpengaruh secara positif dan signifikan atau (t=3,492 pada α=

5%) terhadap laju inflasi. Variabel investasi (I) berpengaruh secara positif dan signifikan

(t=3,917 pada α= 5%) terhadap laju inflasi . Variabel pengeluaran pemerintah pemerintah

kota Medan (G) berpengaruh secara positif dan signifikan (t=3,170 pada α= 10%) . Nilai

koefisien determinasi (R2) yang di adjusted sebesar 0,708. Artinya 70,8% variabel C,I

dan G mampu menjelaskan variabel inflasi kota Medan, sedangkan sisanya dijelaskan

oleh variabel di luar model.

4 Persepsi responden rumahtangga:

- Lebih dari 90% responden yang merasakan adanya inflasi dan inflasinya tinggi di

kota Medan

- 90,65% dari responden merasakan penurunan pendapatan riil dibanding 6 bulan

yang lalu

- 83,74% dari responden percaya bahwa pemko Medan dapat membantu

mengendalikan inflasi

Page 89: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

84

- Bahwa hampir semua responden menyatakan program pemko Medan yang dapat

membantu mengendalikan inflasi adalah pasar murah

- Menurut responden, dalam 6 bulan terakhir inflasi yang paling tinggi dirasakan

pada kelompok bahan makanan, (kedua) kelompok transportasi dan komunikasi,

(ketiga) perumahan, air, listrik dan bahan bakar, (keempat) sandang, (kelima)

makanan jadi, minuman rokok dan tembakau, (keenam) kesehatan dan (ketujuh)

pendidikan, rekreasi dan olah raga.

- 79,27% dari respondenm memprediksi kenaikan inflasi 6 bulan mendatang.

- Hanya 50,41% dari responden yang menyatakan bahwa pendapatan riil akan

mengalami penurunan, 32,52% menyatakab tetap sedangkan 17,07 yang

menyatakan akan meningkat.

- Responden memprediksi bahwa dalam waktu 6 bulan ke depan, inflasi yang

tertinggi akan terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi, (kedua) bahan

makanan, (ketiga) perumahan, air, listrik dan bahan bakar, (keempat) sandang,

(kelima) pendidikan, rekreasi dan olahraga, (keenam) kesehatan, (ketujuh)

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

- 73,58 % dari responden menyatakan bahwa pemko Medan dapat menaggulangi

inflasi

- 44,76% dari responden menyatakan perekonomian kota Medan lebih baik di masa

mendatang.

Persepsi responden bisnis

- 97,06% merasakan adanya kenaikan harga barang dan sangat tinggi dalam 6 bulan

terakhir

- 91,09% responden menyatakan keuntungannya berkurang

- 80,39% dari responden menyatakan pemko Medan dapat membantu

mengendalikan inflasi

- 81,19% dari responden mengatakan bahwa pasar murah merupakan program

pemko Medan dalam mengendalikan inflasi

- Responden memperkirakan bahwa kelompok barang yang mengalami inflasi,

diurutan tertinggi adalah (ke satu) kelompok transportasi dan komunikasi, (ke

Page 90: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

85

dua) perumahan, air, listrik dan bahan bakar,(ketiga) bahan makanan, (keempat)

sandang, (kelima) makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, (keenam)

pendidikan, rekreasi dan olah raga dan (ketujuh) kesehatan

- 86,87% dari responden memperkirakan akan terjadi kenaikan inflasi dalam 6

bulan mendatang

- 61,46% dari responden memprediksi keuntungan mereka dalam 6 bulan

mendatang akan menurun

- Kelompok barang yang diprediksi akan mengalami inflasi dalam 6 bulan

mendatang adalah (ke satu ) kelompok transportasi dan komunikasi, (kedua)

kelompok bahan makanan, (ketiga) kelompok perumahan, air, listrik dan bahan

bakar, (keempat) kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, (kelima) sandang,

(keenam) kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau), (ketujuh)

kelompok kesehatan.

- 79,80% dari responden percaya bahwa pemko Medan dapat membantu

mengendalikan inflasi di kota Medan

- 47% responden meyakini bahwa perekonomian kota Medan dimasa mendatang

akan menaik.

6.2. Saran

1. Penyelenggaraan pasar murah yang masih bersifat sporadis (hanya menjelang

hari-hari besar keagaman). Oleh karena itu perlu diadakan pasar murah yang

tersistem.

2. Membentuk badan usaha milik daerah (BUMD), yang diberi wewenang untuk

menjaga kestabilan harga bahan makanan.

3. Melakukan pemantauan harga ke pasar-pasar secara rutin dan teratur.

4. Mempercepat pembangunan pasar induk bukan hanya untuk komoditi sayuran

tetapi juga untuk beberapa komoditi bahan pangan yang lain.

5. Mendirikan pusat informasi harga yang dapat membantu masyarakat dalam

mengetahui informasi harga bahan makanan pada berbagai tempat

Page 91: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

86

6. Memperbaiki ketersediaan infrastuktur sehingga dapat mempermudah distribusi

barang.

7. Membangun kawasan perumahan kelas menengah bawah dengan harga yang

terjangkau dan dilengkapi dengan sarana public utility, kawasan ini juga harus

terintegrasi dengan jaringan transportasi publik, serhingga dapat memudahkan

masyarakat Medan untuk mengakses sarana dalam aktivitas sehari-hari, jadi

pendapatan yang diterima masyarakat menjadi stimulus untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga.

Page 92: LAPORAN HASIL PENELITIAN - … P… · sisi dengan pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisi lainnya. Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai

87

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, 1997, “Analisis Regresi: Teori, Kasus dan Solusi”, BPFE, Yogyakarta.

Gunawan. Anton H, 1991, “Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Budiono, 1995, “Ekonomi Makro”, BPFE, Yogyakarta.

Andrianus, F dan Niko, A, 2006, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 1997:3 – 2005:2”. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 11No 2.

Gultom danYasnuari, R, 2008, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Inflasi di Sumatera Utara”, Skripsi Sarjana, Unniversitas Sumatera Utara.

Putong, Iskandar dan Andjaswati,ND, 2008, “Pengantar Ekonomi Makro”, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Kuncoro, M 2003,”Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi”, Erlangga, Jakarta.

Wahjuanto. M, 2010, “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia”, Skripsi Sarjana, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

Nopirin, 1998,”Ekonomi Moneter”, BPFE, Yogyakarta.

Rahardja.P dan Manurung.M, 2001, “Teori Ekonomi Makro”, LP-FEUI, Jakarta

Priono. R dan Setiasih.E, 2009, “Deteksi Faktor Penyebab Inflasi di Purwokerto”, Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Vol 10 No 1.

Sugiyono, 2003, “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabeta, Bandung

Sukirno, Sadono, 1997, “Pengantar Teori Makro Ekonomi”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Tajul Khalwaty, 2000, “Inflasi dan Solusinya”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta