laporan hasil kunjungan lapangan efusi pleura

35
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN Kata Pengantar Alhamdulillahhirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan laporan ini. Laporan ini berisikan hasil kunjungan lapangan pada Blok 12 “Blok Respirasi” yang telah kami laksanakan pada hari Jumat, 4 Juni 2015. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dukungan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan lapangan ini, terutama bagi dosen pembimbing kami, dr. Salim S Thalib Sp. P Harapan kami, semoga laporan ini bisa berguna bagi teman- teman yang membacanya dan khususnya bagi kami. Dan kami sadar sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan laporan ini. Mataram, 12 Juni 2015 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 1

Upload: yolanda

Post on 15-Sep-2015

61 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

efusi pleura

TRANSCRIPT

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN

Kata Pengantar

Alhamdulillahhirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan laporan ini. Laporan ini berisikan hasil kunjungan lapangan pada Blok 12 Blok Respirasi yang telah kami laksanakan pada hari Jumat, 4 Juni 2015. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dukungan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan lapangan ini, terutama bagi dosen pembimbing kami, dr. Salim S Thalib Sp. PHarapan kami, semoga laporan ini bisa berguna bagi teman-teman yang membacanya dan khususnya bagi kami. Dan kami sadar sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan laporan ini.

Mataram, 12 Juni 2015

Penulis Kelompok 5

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................1Daftar Isi........................................................2Bab 1 : Pendahuluan........................................................3A. Waktu Pelaksanaan........................................................3B. Jumlah Kehadiran........................................................3C. Data Kelompok........................................................3Bab 2 : Hasil Kunjungan Lapangan .................................................4A. Identitas Pasien........................................................4B. Anamnesis........................................................4C. Pemeriksaan fisik........................................................4D. Assesement........................................................5E. Planninga. Diagnostik........................................................5b. Tatalaksana........................................................6c. Monitoring........................................................6F. Resume........................................................7Bab 3 : Telaah Kasus........................................................8A. Tinjauan pustaksa Efusi Pleura ...........................................8B. Pembahasan ........................................................19Daftar Pustaka........................................................21Lampiran ........................................................22

Bab I-Pendahuluan-

A. Waktu dan Tempat PelaksanaanHari,tanggal: Jumat, 12 Juni 2015Waktu: 08.00 10.30 WITATempat: RSUP Nusa Tenggara Barat

B. Jumlah KehadiranPada kunjungan lapangan ini jumlah kehadiran 9 orang dan 2 orang tidak dapat hadir dengan keterangan izin.

C. Data KelompokLAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 1

Dewi Rabiatul Akhzami (H1A013017) Dhauatha Yudhistira (H1A013018) Farhani Afifi(H1A013022) Hairu Nurul Mutmainah (H1A013026) M. Agung Restu Maulana (H1A013037) Nanang Bagus Hardiansyah (H1A013042) Qisthinadia Hazhiyah Setiadi (H1A013053) Shierly Kencana Evelin (H1A013058) Siti Nurul Muharrom (H1A013060) Yolanda Satriani Putri (H1A013063) Nurul Fitria (H1A012045)

Bab II-Hasil Kunjungan Lapangan-A. Identitas PasienNama: JamaludinJenis kelamin: Laki-lakiUsia: 38 th Status: Menikah Alamat : Bore, Kopang, LOTENGPekerjaan: Petani

B. Anamnesis Keluhan Utama: Nyeri dada terasa panas/ tertusuk menjalar ke pinggang, nyeri dirasakan sejak 9 bulan yang lalu. Nyeri yang dirasakan membuat pasien kesulitan tidur. Pasien merasakan nyeri bertambah apabila pasien tidur terlentang. Keluhan penyerta: Sesak, batuk (+), demam (-). RPD: Tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumya dan tidak ada riwayat penyakit lain sebelumnya RP keluarga: tidak ada keluarga lain yang mengalami ini sebelumnya. Riwayat sosilal : tidak tetangga yang menderita penyakit seperti ini, tidak ada tetangga, nafsu makan normal, riwayat merokok sudah berhenti sejak beberapa bulan yang lalu. C. Pemeriksaan fisikInspeksi Bentuk dada tidak simetris dan ukuran dada tidak normal, dada bagian kanan lebih kecil, dada kiri lebih mengembang. Gerakan pernafasan dada bagian kiri tertinggal Pada permukaan dada tidak ditemukan pelebaran vena atau ginekomasti Terlihat adanya hipertropi otot sternokleidomastoideus Sela antar iga dada bagian kanan melebar Fossa jugular terlihat menukik karena tulang clavikula tertatik keatas dan fossa supra-infra juga telihat menukik. Tipe pernafasan thorakoabdominalPalpasi Pergerakan dinding dada, dada kanan tertringgal Getaran suara pada dada kanan melemah Posisi trakea terjadi deviasi ke arah kanan, menentukan iktus kordis tidak kami lakukan Tidak ada nyeri, edema, thrill, benjolan pada daerah dadaPerkusi Densitas dada kiri lebih redup pada dada bagian kanan, dan sonor pada dada bagian kiri Batas paru hepar tidak kami nilaiAuskultasi Suara nafas dada kiri terdengar vesikuler, suara nafas paru kanan terdengar lemah hampir tidak terdengarD. Assesment Efusi PleuraE. Planning a. Diagnosis Rontgen dada : pada foto thoraks terlihat perselubungan homogen dengan batas atas yang cekung atau datar, dan sudut kostofrenikus yang tumpul; cairan dengan jumlah yang sedikit hanya akan memberikan gambaran berupa penumpulan sudut kostofrenikus. Cairan berjumlah kurang dari 100 ml tidak akan terlihat pada foto toraks yang dibuat dengan teknik biasa. Bayangan homogen baru dapat terlihat jelas apabila cairan efusi lebih dari 300 ml. Apabila cairan tidak tampak pada foto postero-anterior (PA), maka dapat dibuat foto pada posisi dekubitus lateral. CT scan dada: CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia,abses paruatau tumor USG dada: USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan Analisa cairan pleura : Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, yaitu melalui thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti: 1) Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan glucose. 2) Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri. 3) Pemeriksaan hitung sel. 4) Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasanDiagnosis dari Pleuritis TB secara umum ditegakkan dengan analisis cairan pleura dan biopsi pleura. Biopsi pleura parietal telah menjadi tes diagnositik yang paling sensitif untuk Pleuritis TB. Pemeriksaan histopatologis jaringan pleura menunjukkan peradangan granulomatosa, nekrosis kaseosa, dan BTA positif.b. Tatalaksana Thoracentasis : merupakan drainase cairan efusi, dilakukan jika menimbulkan gejala sebjektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan 1-1,5 L perlu dikeluarkan segera mungkin untuk mencegah meningkatnya edema paru. Antibiotik jika terdapat empiema Pleurodesis : penyatuan pleura viseralis dan parietalis baik secara kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi cairan maupun udara dalam rongga pleura. operatifc. Monitoring Subjective : Gejala yang masih dirasakan pasien semakin berat atau membaik Objective : Keadaan umum, tanda vital, Assesment : apakah efusi pleura bisa teratasi atau semakin memburuk Planning : pemberian infus, pemberian obat.F. ResumePasien datang atas nama jamaludin umur 38 tahun yang datang dengan keluhan nyeri pada dada yang mulai memberat sejak 3 bulan yang lalu yang disertai batuk dan nyeri pinggang sehingga mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari. sebelumnya pasien mengeluhkan susah tidur sejak 1 tahun yang lalu setelah pasien kembali dari malaysia. diketahui pasien memiliki riwayat merokok, tapi berhenti sejak 2 tahun yang lalu. tidak didapatkan riwayat penyakit sebelumnya ataupun riwayat penyakit keluarga.dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/80 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, RR 24 x/menit,suhu 36,6oC.pada pemeriksaan penunjang telah dilakukan foto toraks dan CT scan didapatkan gambaran berupa adanya cairan dalam rongga pleura . Pada pasien ini diagnosisnya adalah efusi pleura.untuk penatalaksanaannya sudah dilakukan pemberian cairan dan WSD (water seal drainage)

Bab III-Telaah Kasus-A. Tinjauan Pustaka Efusi PleuraDefinisiEfusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan pada rongga pleura diantara pleura viseralis dan pleura parietalis baik cairan eksudat maupun cairan transudat.EpidemiologiEfusi pleura sering terjadi di negara berkembang misalnya Indonesia. Hal ini disebabkan karena penyakit TB, sedangkan di Negara maju efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, tumor dan pneumonia bakteri. Di Indonesia TB merupakan penyebab utama terjadinya efusi pleura. 2/3 kejadian efusi pleura mengenai wanita, sedangkan efusi pleura yang disebabkan oleh TB lebih banyak menyerang pria. Mortalitas dan morbiditas penyakit efusi pleura ditentukan oleh penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura. EtiologiBerdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibedakan menjadi 3 yaitu:1. Efusi transudat dapat disebabkan oleh gagal jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (karena sirosis hepatis), sindroma vena cava superior, dan tumor2. Efusi eksudat dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, infark, radiasi dan penyakit kolagen.3. Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh tumor, trauma dan TB.Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibedakan menjadi 2 yaitu:1. Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya.2. Efusi bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit seperti gagal jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, tumor dan TB. PatofisiologiDalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah cairan tersebut dipertahankan oleh karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbs cairan pleura. Selain itu jumlah cairan tersebut dipertahankan karena adanya tekanan hidrostatik pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotic koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan peningkatan permeabilitas kapiler akibat proses inflamasi, peningkatan takanan hidrostatis akibat gagal jantung, dan tekanan negative intraplura akibat atelektasis. Efusi pleura terjadi akibat (1) penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer yang menyebabkan terjadinya transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura, (3) penurunan tekanan osmotic plasma sehingga menyebabkan terjadinya transudasi cairan yang berlebihan, (4) infeksi atau penyebab inflamasi yang lain yang akan menyebabkan membrane kapiler menjadi pecah dan menyebabkan terjadinya pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat. Manifestasi Klinis1. Sesak nafas2. Nyeri dada3. Demam jika akibat infeksi4. Batuk5. KeletihanDiagnosa1. Anamnesis dan gejala klinisKeluhan utama penderita adalah nyeri dada sehingga penderita membatasi pergerakan rongga dada dengan bernapas pendek atau tidur miring ke sisi yang sakit. Selain itu sesak napas terutama bila berbaring ke sisi yang sehat disertai batuk batuk dengan atau tanpa dahak. Berat ringannya sesak napas ini ditentukan oleh jumlah cairan efusi. Keluhan yang lain adalah sesuai dengan penyakit yang mendasarinya 2. Pemeriksaan fisisPada pemeriksaan fisik toraks didapatkan dada yang terkena cembung selain melebar dan kurang bergerak pada pernapasan. Fremitus vokal melemah, redup sampai pekak pada perkusi, dan suara napas lemah atau menghilang. Jantung dan mediastinum terdorong ke sisi yang sehat. Bila tidak ada pendorongan, sangat mungkin disebabkan oleh keganasan3. Pemeriksaan radiologikPemeriksaan radiologis mempunyai nilai yang tinggi dalam mendiagnosis efusi pleura, tetapi tidak mempunyai nilai apapun dalam menentukan penyebabnya. Secara radiologis jumlah cairan yang kurang dari 100 ml tidak akan tampak dan baru jelas bila jumlah cairan di atras 300 ml. Foto toraks dengan posisi Posterioe Anterior akan memperjelas kemungkinan adanya efusi pleura masif. Pada sisi yang sakit tampak perselubungan masif dengan pendorongan jantung dan mediastinum ke sisi yang sehat.4. Torakosentensi Tujuan torakosentesis (punksi pleura) di samping sebagai diagnostik juga sebagai terapeutik. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosa efusi pleura antara lain:1. Rontgen dadaRoentgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Foto dada juga dapat menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor, adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan, dan adanya densitas parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau abses paru.2. USG DadaUSG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan. Jumlahnya sedikit dalam rongga pleusa. Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penuntun waktu melakukan aspirasi cairan dalam rongga pleura. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan dada.3. CT Scan DadaCT scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura. Selain itu juga bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor. Hanya saja pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.4. TorakosentesisPenyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis.Torakosentesis adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sel iga ke dalam rongga dada di bawah pengaruh pembiasan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk diuagnostik maupun terapeutik.Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada penderita dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan toraks, pada bagian bawah paru di sela iga v garis aksilaris media dengan memakai jarum Abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000 1500 cc pada setiap kali aspirasi. Adalah lebih baik mengerjakan aspirasi berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleural shock (hipotensi) atau edema paru.Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.5. Biopsi PleuraJika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka dilakukan biopsi dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk dianalisa. Pemeriksaan histologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50 -75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternaya hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. Komplikasi biopsi antara lain pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.6. Analisa cairan pleuraUntuk diagnostic cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :a. Warna CairanBiasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serous-xantho-ctrorne. Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada trauma, infark paru, keganasan. adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukkan adanya abses karena amebab. BiokimiaSecara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Perbedaan TransudatEksudat

Kadar protein dalam efusi (g/dl) Kadar protein dalam efusiKadar protein dalam serum Kadar LDH dalam efusi (I.U) Kadar LDH dalam efusiKadar LDH dalam Serum Berat jenis cairan efusi Rivalta< 3.< 0,5

< 200

< 0,6< 1,016negatif> 3.> 0,5

> 200

> 0,6> 1,016positif

Di. samping pemeriksaan tersebut di atas. secara biokimia diperiksakan juga pada cairan pleura : kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastasis adenokarsinoma.c. SitologiPemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel tertentu. Sel neutrofil : Menunjukkan adanya infeksi akut. Sel limfosit: Menunjukkan adanya infeksi kronik seperti pleuritis tuberkulosa atau limfoma malignum Sel mesotel : Bila jumlahnya meningkat, ini menunjukkan adanya infark paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit. Sel mesotel maligna : Pada mesotelioma Sel-sel besar dengan banyak inti : Pada arthritis rheumatoid Sel L.E : Pada lupus eritematosus sistemikd. BakteriologiBiasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen, (menunjukkan empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah : Pneumokok, E. coli, Kleibsiella, Pseudomonas, Entero-bacter.Pada pleuritis tuberkulosa, kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20%.Pemeriksaan Laboratorium terhadap cairan pleura dapat dilihat pada tabel dibawah ini:Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Cairan PleuraHitung sel total

Protein total

Laktat dahidrogenasePewarnaan Gram dan tahan asam

Biakan

Glukosa

AmylasepH

SitologiHematokrit

KomplemenPreparat sel LEHitung diferensial, hitung sel darah merah, sel jaringan

Rasio protein cairan pleura terhadap seum > 0,5 menunjukkan suatu eksudat

Bila terdapat organisme, menunjukkan empiema

Biakan kuman aerob dan anerob, biakan jamur dan mikobakteria harus ditanam pada lempeng

Glukosa yang rendah (< 20 mg/dL) bila gula darah normal menunjukkan infeksi atau penyakit reumatoid

Meningkat pada pankreatitis, robekan esofagusEfusi parapneumonik dengan pH > 7,2 dapat diharapkan untuk sembuh tanpa drainase kecuali bila berlokusi. Keadaan dengan pH < 7,0 menunjukkan infeksi yang memerlukan drainase atau adanya robekan esophagus.

Dapat mengidentifikasi neoplasmaPada cairan efusi yang banyak darahnya, dapat membantu membedakan hemotoraks dari torasentesis traumatikDapat rendah pada lupus eritematosus sistemikBila positif, mempunyai korelasi yang tinggi dengan diagnosis lupus aritematosus sistemik

7. BronkoskopiBronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul. Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasus-kasus neoplasma, korpus alineum dalam paru, abses paru dan lain-lain8. Scanning IsotopScanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli paru.9. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)Torakoskopi biasnya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau tuberculosis pleura. Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding dada (dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan dengan memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bias melihat kedua pleura. Dengan memakai bronkoskop yang lentur dilakukan beberapa biopsyPenatalaksanaanEfusi pleura harus segera mendapatkan tindakan pengobatan karena cairan pleura akan menekan organ-organ vital dalam rongga dada. Beberapa macam pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura masif adalah sebagai berikut : 1,2,3,4,5,61. Obati penyakit yang mendasarinyaa. Hemotoraks Jika darah memasuki rongga pleura hempotoraks biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase). Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahanb. Kilotoraks Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.c. Empiema Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah. Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).d. Pleuritis TB. Pengobatan dengan obat-obat antituberkulosis (Rimfapisin, INH, Pirazinamid/Etambutol/Streptomisin) memakan waktu 6-12 bulan. Dosis dan cara pemberian obat seperti pada pengobatan tuberkulosis paru. Pengobatan ini menyebabkan cairan efusi dapat diserap kembalai, tapi untuk menghilangkan eksudat ini dengan cepat dapat dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi dengan sempurna, tapi kadang-kdang dapat diberikan kortikosteroid secara sistematik (Prednison 1 mg/kgBB selama 2 minggu, kemudian dosis diturunkan). (2)2. Torakosentesis keluarkan cairan seperlunya hingga sesak - berkurang (lega); jangan lebih 1-1,5 liter pada setiap kali aspirasi. Zangelbaum dan Pare menganjurkan jangan lebih 1.500 ml dengan waktu antara 20-30 menit. Torakosentesis ulang dapat dilakukan pada hari berikutnya. Torakosentesis untuk tujuan diagnosis setiap waktu dapat dikerjakan, sedangkan untuk tujuan terapeutik pada efusi pleura tuberkulosis dilakukan atas beberapa indikasi.a. Adanya keluhan subjektif yang berat misalnya nyeri dada, perasaan tertekan pada dada. b. Cairan sudah mencapai sela iga ke-2 atau lebih, sehingga akan mendorong dan menekan jantung dan alat mediastinum lainnya, yang dapat menyebabkan kematian secara tiba-tiba. c. Suhu badan dan keluhan subjektif masih ada, walaupun sudah melewati masa 3 minggu. Dalam hal seperti ini biasanya cairan sudah berubah menjadi pyotoraks.d. Penyerapan cairan yang terlambat dan waktu sudah mendekati 6 minggu, namun cairan masih tetap banyak. 3. Chest tube jika efusi yang akan dikeluarkan jumlahnya banyak, lebih baik dipasang selang dada (chest tube), sehingga cairan dapat dialirkan dengan lambat tapi sempurna. Tidaklah bijaksana mengeluarkan lebih dari 500 ml cairan sekaligus. Selang dapat diklem selama beberapa jam sebelum 500 ml lainnya dikeluarkan. Drainase yang terlalu cepat akan menyebabkan distres pada pasien dan di samping itu dapat timbul edema paru. 2 4. Pleurodesis Pleurodesis dimaksudkan untuk menutup rongga pleura sehingga akan mencegah penumpukan cairan pluera kembali. Hal ini dipertimbangkan untuk efusi pleura yang rekuren seperti pada efusi karena keganasan Sebelum dilakukan pleurodeSis cairan dikeluarkan terlebih dahulu melalui selang dada dan paru dalam keadaan mengembang Pleurodesis dilakukan dengan memakai bahan sklerosis yang dimasukkan ke dalam rongga pleura. Efektifitas dari bahan ini tergantung pada kemampuan untuk menimbulkan fibrosis dan obliterasi kapiler pleura. Bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk keperluan pleurodesis ini yaitu : Bleomisin, Adriamisin, Siklofosfamid, ustard, Thiotepa, 5 Fluro urasil, perak nitrat, talk, Corynebacterium parvum dan tetrasiklin Tetrasiklin merupakan salah satu obat yang juga digunakan pada pleurodesis, harga murah dan mudah didapat dimana-mana. Setelah tidak ada lagi cairan yang keluar masukkanlah tetrasiklin sebanyak 500 mg yang sudah dilarutkan dalam 20-30 ml larutan garam fisiologis ke dalam rongga pleura, selanjutnya diikuti segera dengan 10 ml larutan garam fisiologis untuk pencucian selang dada dan 10 ml lidokain 2% untuk mengurangi rasa sakit atau dengan memberikan golongan narkotik 1,5-1 jam sebelum dilakukan pleurodesis. Kemudian kateter diklem selama 6 jam, ada juga yang melakukan selama 30 menit dan selama itu posisi penderita diubah-ubah agar tetrasiklin terdistribusi di seluruh rongga pleura. Bila dalam 24-48 jam cairan tidak keluar lagi selang dada dicabut. 25. Pengobatan pembedahan mungkin diperukan untuk :a. Hematoraks terutama setelah traumab. Empiemac. Pleurektomi yaitu mengangkat pleura parietalis; tindakan ini jarang dilakukan kecuali pada efusi pleura yang telah mengalami kegagalan setelah mendapat tindakan WSD, pleurodesis kimiawi, radiasi dan kemoterapi sistemik, penderita dengan prognosis yang buruk atau pada empiema atau hemotoraks yang tak diobatid. Ligasi duktus torasikus, atau pleuropritoneal shunting yaitu menghubungkan rongga pleura dengan rongga peritoneum sehingga cairan pleura mengalir ke rongga peritoneum. Hal ini dilakukan terutama bila tindakan torakosentesis maupun pleurodesis tidak memberikan hasil yang memuaskan; misalnya tumor atau trauma pada kelenjar getah bening. 2

Komplikasi1. Infeksi. Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat mengakibatkaninfeksi (empiema primer), dan efusi pleura dapat menjadi terinfeksi setelahtindakan torasentesis {empiema sekunader). Empiema primer dan sekunder harus didrainase dan diterapi dengan antibiotika untuk mencegah reaksi fibrotik. Antibiotika awal dipilih gambaran klinik. Pilihan antibiotika dapat diubah setelah hasil biakan diketahui. 22. Fibrosis Fibrosis pada sebagian paru-paru dapat mengurangi ventilasi dengan membatasi pengembangan paru. Pleura yang fibrotik juga dapat menjadi sumber infeksi kronis, menyebabkan sedikit demam. Dekortikasi-reseksi pleura lewat pembedahan-mungkin diperlukan untuk membasmi infeksi dan mengembalikan fungsi paru-paru. Dekortikasi paling baik dilakukan dalam 6 minggu setelah diagnosis empiema ditegakkan, karena selama jangka waktu ini lapisan pleura masih belum terorganisasi dengan baik (fibrotik) sehingga pengangkatannya lebih mudah. 1,3,5

PrognosisPrognosis pada efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari kondisi itu. Namun pasien yang memperoleh diagnosis dan pengobantan lebih dini akan lebih jauh terhindar dari komplikasi daripada pasien yang tidak memedapatkan pengobatan dini. Efusi ganas menyampaikan prognosis yang sangat buruk, dengan kelangsungan hidup rata-rata 4 bulan dan berarti kelangsungan hidup kurang dari 1 tahun. Efusi dari kanker yang lebih responsif terhadap kemoterapi, seperti limfoma atau kanker payudara, lebih mungkin untuk dihubungkan dengan berkepanjangan kelangsungan hidup, dibandingkan dengan mereka dari kanker paru-paru atau mesothelioma. Efusi parapneumonic, ketika diakui dan diobati segera, biasanya dapat di sembuhkan tanpa gejala sisa yang signifikan. Namun, efusi parapneumonik yang tidak terobati atau tidak tepat dalam pengobatannya dapat menyebabkan fibrosis konstriktif.

B. Pembahasan Dari hasil kunjungan lapangan yang kami lakukan minggu lalu, kelompok kami mendapatkan kasus tentang efusi pleura. Sesuai dengan teori yang ada, Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan pada rongga pleura diantara pleura viseralis dan pleura parietalis baik cairan eksudat maupun cairan transudate. Pasien yang kami dapatkan minggu lalu adalah seorang laki-laki berusia 38 tahun. Pasien mulai sakit sekitar 9 bulan yang lalu. Keluhan yang pertama kali pasien rasakan adalah nyeri didada. Dimana nyeri di dada tersebut merupakan salah satu manifestasi klinis dari efusi pleura, dan pasien juga sekali-kali mengeluhkan mengalami batuk. Selama berada di rumah sakit, pasien belum pernah di kasi obat apapun, hanya saja di berikan cairan infus dan dilakukan tindakan. Dimana tindakan itu adalah mengeluarkan cairan yang berada di dalam rongga pleura. Pengeluaran cairan ini sudah dilakukan 3 kali. Tindakan ini adalah salah satu cara untuk mengurangi cairan yang berada didalam rongga pleura.

DAFTAR PUSTAKA1. Halim H. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam, Jilid II, edisi ke-3, Gaya Baru.Jakarta.2001; 927-382. Price, Sylvia A.; Wilson, Lorraine M.. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-prosesPenyakit . Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC, 20063. Setiati, S. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing