laporan graha
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Industri ( Prakerin )
Pemerintah kita saat ini sedang berusaha meningkatkan kemajuan di berbagai
bidang, terutama dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan cara
memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK yang dilaksanakan dengan
mengutamakan peningkatan kemampuan alih teknologi yang didukung oleh
pembangunan kemampuan sumber daya manusia, sarana dan prasarana penelitian,
dan pengembangan yang memadai serta peningkatan mutu pendidikan sehingga
mampu mendukung proses industrialisasi menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang
maju, mandiri, dan sejahtera serta mampu bersaing pada kompetisi pasar bebas dunia.
Usaha pemerintah dalam melaksanakan program ini salah satunya dengan
mendirikan sekolah – sekolah kejuruan yang diharapkan dapat menciptakan tenaga
kerja yang siap pakai dengan kemampuan kerja dan sumber daya manusia yang
bermutu. Salah satuya adalah SMK Negeri 13 Bandung studi Analisis Kimia telah
ditetapkan sebagai rintisan Sekolah Berstandar Internasional (SBI) sejak tahun 2006,
memberikan kesempatan kepada siswa – siswi untuk melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) selama kurang lebih 2 – 4 bulan.
Dengan adanya praktik kerja industri ini diharapkan semua siswanya dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapat disekolah dan sekaligus dapat menambah ilmu dan
pengalaman kerja di dunia industri.
1.2. Tujuan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Penyelenggaraan Praktik Kerja Lapangan bertujuan untuk :
1. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan siswa dalam
memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan program studi yang dipilih.
2. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional dalam tingkat
pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntunan lapangan
kerja,
3. Memperkokoh “Link and Match” antara sekolah dan dunia kerja.
4. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas dan professional.
1.3. Tinjauan Umum Institusi Tempat Prakerin
1.3.1. Sejarah Institusi
Abbott Laboratories didirikan oleh Dr.Wallace Calvin Abbott pada
tahun 1880 di North Chicago, Ilinois, Amerika Serikat.
Pada tahun 1888, Dr.Wallace Calvin Abbott mengerahkan tenaganya
untuk membuat sejenis obat baru, yang dapat diberikan dalam bentuk
jadi. Pada tahun ke – 19, para ahli mengobati pasien masih menggunakan
prosedur primitif dan mencampur obat berdasarkan ekstrak dari tumbuh –
tumbuhan.
Dr.Wallace Calvin Abbott yakin ada kemungkinan pemberian yang
lebih baik dan terinspirasi dari teori “Adolphe Burggrave”, Seorang ahli
bedah yang lahir di Belgia , ia memberikan masukan yang lebih baik.
Didapur kecil dalam apartementnya yang sempit, di Revenswood negara
bagian Chicago, dokter muda ini memulai membuat racikan obat
berdasarkan “Active Principle” atau “Alklorids” dari tumbuh – tumbuhan.
Racikannya lebih akurat dan lebih larut daripada “Nauseaous Mixture”
yang selama ini ada. Tahun pertama penjualannya, total USD 2.000,
suatu pertanda bahwa racikannya telah baik diterima sebagai racikan
yang akurat oleh para ahli pada saat itu.
(Dikutip dari : The Abbott Almanac 100 Years of Commitment to Quality
Healt Care).
Abbott Laboratories dibagi menjadi lima bagian besar, yaitu :
1. ANI (Abbott Nutrition International)
2. AI (Abbott International)
3. PPD ( Pharmaceutical Product Division )
4. ADC ( Abbott Diabetes Care )
5. GPO ( Global Pharmaceutical Operation )
Kelima bagian ini berpusat di North Chicago, Ilinois, Amerika Serikat.
Selain USA , Abbott Laboratories dibagi menjadi 3 wilayah :
1. Amerika Latin
2. Eropa
3. PAA ( Pacific Asia Africa ), yang diantaranya adalah Afrika Selatan,
Australia, Filipina, India, Indonesia, China, Jepang, Taiwan, Korea
Selatan, Pakistan, dan Singapura.
PT. Abbott Indonesia merupakan anak perusahaan dari Abbott
Laboratories sebagai penyalur obat hasil produksi Abbott Laboratories.
Namun, berdasarkan keputusan menteri Kesehatan RI No.
5149/A/SK/PAB/73, PT Abbott Indonesia diberi izin untuk memproduksi
dan menjual produk sendiri yang terdiri dari antibiotik, vitamin, obat luar,
cairan oral steril dan lain-lain.
PT. Abbott Indonesia adalah salah satu perusahaan swasta asing
yang bergerak dalam bidang farmasi. Perusahaan ini berdiri sejak tanggal
7 Maret 1970 setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan pabrik
farmasi, antara lain:
1. Perizinan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
2. Rekomendasi Dirgen POM,
3. Keputusan Presiden No. B/14/Pres/1970, dan lain-lain
Abbott Laboratories membentuk Technical Center untuk
membantu pengembangan produk dan penyelesaian masalah sera
memudahkan pengawasan cabang – cabangnya, PT.Abbott Indonesia
masuk dalam tiga wilayah Asia Afrika dan Afrika yang dapat meminta
bantuan teknisi kefarmasian pada Technical Center di India
Kedudukan Technical Center adalah sebagai Konsultasi teknis
kefarmasian. Pada pembuatan produk baru, harus dilakukan validasi
terhadap minimal 3 batch pertama harus dilaporkan dan disetujui kantor
pusat. Jika proses validasi terjadi hambatan – hambatan, maka PT.Abbott
Indonesia dapat meminta bantuan Technical Center tersebut. Setelah
segala sesuatunya disetujui barulah suatu produk dapat dipasarkan.
Hal yang sama juga berlaku bagi produk lama yang mengalami
perubahan kemasan, formula dan sebagainya. Hasil pengamatannya
harus selalu dilaporkan dan disetujui oleh kantor pusat.
Sebagai perusahaan swasta asing, modal perusahaan terdiri dari
saham – saham asing dan modal permulaan untuk PT.Abbott Indonesia
sebesar USD 1.500.000. PT.Abbott Indonesia merupakan perusahaan
tertutup sehingga tidak menjual dan mengeluarkan saham untuk umum.
1.3.2. Struktur Organisasi Perusahaan
PT.Abbott Indonesia memiliki struktur organisasi berbentuk garis dan
staff. Dimana pimpinan tertinggi dipegang direktur yang merupakan
penanggung jawab secara keseluruhan. Dalam melaksanakan tugasnya
Presiden direktur dibantu oleh :
1. Plant Director , yang membawahi :
a. Production Manager.
b. Engineering Manager.
c. Material Management Manager.
d. Technical Service.
e. EHS Manager
f. Finance Controller
g. Distribution Supervisor
2. Commercial Director, Yang membawahi :
a. ANI (Abbott Nutrition International)
b. AI (Abbott International)
c. PPD ( Pharmaceutical Product Division )
d. ADC ( Abbott Diabetes Care )
e. GPO ( Global Pharmaceutical Operation )
3. HRD ( Human Resources Development) Director
4. Finance Director.
5. QA (Quality Assurance ) Manager
6. ADD (Abbott Diagnostic Division) Manager.
PT. Abbott Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan, yaitu :
1. Mr.Sharrys ( 1970 – 1972 ) dari Amerika.
2. Mr.H.A.Voorn ( 1972 – 1980 ) dari Belanda.
3. Mr.Omar Casal ( 1980 – 1982 ) dari Uruguay.
4. Mr. M.J. Basset ( 1982 – 1983 ) dari Inggris
5. Mr.N. Pataky ( 1983 – 1984 ) dari Swiss.
6. Mr.George Smith ( 1984 – 1987 ) dari Amerika.
7. Mr.T.J.Lyons ( 1987 – 1990 ) dari Amerika.
8. Mr. Kai Selomulyo ( 1990 – 1993 ) dari Indonesia.
9. Mr.Viren K Grover ( 1993 – 2002 ) dari Amerika.
10. Mr.Cihangir Kuso ( 2002 – 2004 ) dari Turki.
11. Mr.Vivek Mohan ( 2004 – 2005 ) dari Inggris.
12. Mr.Peter Lyons ( 2005 – 2006 ) dari Australia .
13. Mr.Ellie Abdelkreem ( 2006 – 2008) dari Libanon.
14. Mr. Farhat (2008-Sekarang) dari Pakistan
1.3.3. Jenis Kapasitas Produksi
PT.Abbott Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
Farmasi yang hasil produksinya berupa obat dan kosmetika.
1. Produk berupa obat, antara lain :
• Abbotic 250 mg
• Abbotic 500 mg
• Depakene Sirup
• Depakene Tablet
• Erythrocin Granule
• Erythrocin Drop
• Erythrocin Forte
• Erythrocin Dulcets
• Erythrocin Top Solution
• Iberet 500 mg Film Coated Tablet
• Iberet Folic Tablet
• Lofty Tablet
• Optilet – M 500 mg
• Pedialyte Solution
• Pedialyte Buble Gum
• Surbex – T Film Coated Tablet
• Surbex – T Liquid
• Surbex – Z Film Coated Tablet
• Uxirin Tablet
2. Produk berupa kosmetik antar lain :
• Selsum Blue
• Selsum Blue 5
• Selsum Gold
• Selsum yellow
Selain menghasilkan produk obat dan kosmetik, PT.Abbott Indonesia
juga melakukan distribusi/menjual produk – produk import hasil dari Abbott
Labratories, yaitu produk nutrisi, obat-obatan farmasi dan produk rumah sakit.
Produk-produk nutrisi yang dipasarkan antara lain:
1. Ensure
2. Pediasure
3. Gain Advance
4. Similac
5. Isomil
6. Prosure
7. Glucerna
8. Gain School
1.3.4. CPOB (Cara pembuatan Obat Yang Baik)
Cara Pembuatan Obat yang Baik merupakan pedoman yang
menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu obat. CPOB
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam Surat Keputusan RI .
no.42/Menkes/SK/1998 tentang CPOB, sedangkan petunjuk operasionalnya
ditetapkan dalam keputusan Dirjen POM No.05410/A/SK/XII/1989.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Deskripsi pengelompokan komoditas
Obat yang baik adalah obat yang terjamin mutunya mulai dari bahan
baku yang digunakan, proses pembuatan produk obat yang siap dipasarkan
sampai pada masa kadaluarsa obat tersebut. Untuk menjaga terjaminnya mutu
obat tersebut maka semua bahan yang digunakan dan yang terlibat dalam
proses pembuatannya harus selalu dikontrol kualitasnya. Untuk bahan – bahan
yang digunakan dalam proses pembuatan obat dianalisa mutunya dilaboratorium
Quality Assurance (QA). Untuk mempermudah analisa, bahan – bahan yang
digunakan dibagi menjadi tiga komoditi, yaitu bahan baku , bahan setengah jadi
dan bahan jadi.
3.1.1 Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan – bahan yang akan digunakan dalam proses
obat. Bahan baku digolongkan sebagai berikut :
3.1.1.1. Bahan baku berkhasiat
Bahan berkhasiat adalah bahan yang mempunyai efek
farmakologi atau mempunyai khasiat tertentu untuk suatu
pengobatan. Contoh ; Terazosin, Clarithromycin
3.1.1.2. Bahan tidak Berkhasiat ( Bahan Tambahan )
Bahan tambahan adalah zat yang ditambahkan pada proses
pembuatan obat yang tidak mempengaruhi khasiat obat tersebut,
tetapi dapat mempengaruhi rasa dan baunya. Contoh : Sucrose,
pewarna dan Flavour.
3.1.1.3. Wadah
Wadah adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan
dan melindungi sesuatu yang tidak langsung berhubungan dengan
obat yang dilindungi. Contoh : Botol plastik dan foil.
3.1.1.4. Kemasan
Kemasan adalah tempat menyimpan atau melindungi
sesuatu yang tidak langsung berhubungan dengan obat yang
dilindungi.
Secara umum pemeriksaan bahan baku padat meliputi,
idenifikasi, kadar susut kering, kadar abu, kelarutan logam berat,
dan kadar bahan baku tersebut. Sedangkan untuk bahan cair
pemeriksaan biasanya ditambah dengan penetapan pH, kekentalan
dan berat jenis.
3.1.2. Bahan Setengah Jadi
Bahan setengah jadi adalah bahan yang sedang dalam proses
pembuatan dan pada tahap tertentu diambil untuk dianalisa.
3.1.3. Bahan jadi
Bahan jadi adalah bahan siap untuk dikemas kedalam kemasan
dan siap dipasarkan.
Bahan jadi yang akan dipasarkan, dijual dengan berbagai macam
bentuk sediaan.
3.1.3.1. Bentuk Sediaan Obat
3.1.3.1.1. Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat berbentuk rata,
cembung atau bulat. Dibuat dengan mengempa atau
mencetak campuran zat berkhasiat dengan atau tanpa zat
tambahan.
Persyaratan dari suatu produk tablet yaitu :
Keseragaan isi zat berkhasiaz
Keseragaman bobot
Kekerasan obat
Kerapuhan tablet
Waktu hancur
Daya larut
3.1.3.1.2. Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan obat yang zat aktifnya
terbungkus dalam cangkang yang terbuat dari methyl
sellulosa atau bahan yang cocok. Kapsul dapat keras atau
lunak berbentuk bulat telur atau silinder berujung bulat.
3.1.3.1.3. Kaplet
Kaplet adalah tablet yang bentuknya seperti kapsul.
3.1.3.1.4. Granul
Granul adalah sediaan obat dalam bentuk partikel atau
butir kecil. Bobot satu granul maksimum 30 mg.
3.1.3.1.5. Sirup
Sirup adalah bentuk sediaan obat cair berupa larutan
yang mengandung zat – zat berkhasiat dalam cairan gula
pekat. Gula yang biasa digunakan adalah sukrosa.
Dalam proses pembuatan kadang – kadang ditambahkan
gliserol dan sorbitol untuk memperlambat kristalisasi
sukrosa dan menaikan kelarutan zat – zat aktif.
3.1.3.1.6. Larutan
Larutan adalah sediaan obat yang mengandung satu
atau lebih zat berkhasiat yang terlarut dalam cairan
pelarutnya. Larutan ini dapat dibuat dari zat penyembuh.
3.1.3.1.7. Injeksi
Injeksi adalah sediaan obat steril yang dapat berupa
lartuan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
dihaluskan kemudian dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan.
3.1.3.2. Jenis Obat
3.1.3.2.1. Antibiotik
Antibioik adalah senyawaan yang dihasilkan dari biakan
mikroba dan digunakan untuk membunuh mikroba dengan jalan
menghambat pertumbuhan mikroba tersebut. Antibiotik inilah
yang digunakan sebagai dasar pengunaan senyawaan antibiotik
pada pengobatan penyakit – penyakit infeksi.
3.1.3.2.2. Antipiretika - Analgetika
Antipiretika adalah suatu golongan senyawaan yang dibuat
secara kimia dari batu bara (Coalter) yang dapat menurunkan
panas badan dan dapat menghilangkan rasa sakit. Antipiretika–
analgetika mempengaruhi pusat pengatur kalor dari system
saraf pusat yang terletak di hipotalaus, sehingga pengeluaran
kalor menjadi lebih besar.
3.1.3.2.3. Antitusiva
Antitusiva terdiri atas golongan senyawa buatan dan alami
yang dapat menghilangkan refleks batuk. Obat batuk digolongkan
menjadi dua golongan besar, salah satunya yaitu ekspektoransia
yang bekerja berdasarkan sekresi kelenjar pada saluran
pernapasan dan dapat menghancurkan dahak sehingga mudah
untuk dikeluarkan.
Ekspektoransia dibagi menjadi dua golongan , yaitu :
Zat pencair dahak, dapat menstimulir pembentukan dahak dan
mencairkannya sehingga lendir menjadi lunak dan mudah
dikeluarkan.
Zat pengeluaran riak, yaitu zat untuk menyegarkan pernapasan.
Pereda batuk, bekerja menghilangkan refleks batuk secara sentral.
Ada dua golongan zat pereda batuk, yaitu :
a. Alkaloida – alkaloida seperti candu dan kafein. Efek
sampingnya membius dan adiktif.
b. Non adiktif seperti dektrometorfan
3.1.3.2.4. Hematinik
Hematinik adalah jenis obat yang berfungsi untuk
menambah darah. Contoh produk yang digolongkan sebagai
hematinik adalah Iberet (tablet dan sirup ).
3.1.3.2.5. Obat – obat Sulfa
Obat – oba sulfa merupakan obat – obatan kemoterapi yang
pertama dan efektif. Digunakan secara sistematik untuk pencegah
dan pengobatan terhadap infeksi bakteri.
3.1.3.2.6. Vitamin
Vitamin adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
menjaga stamina tubuh walaupun dalam jumlah sedikit. Vitamin
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
Vitamin yang larut dalam air, contohnya Vit B1, B2, B6, B12 dan
vitamin C.
Vitamin yang larut dalam minyak contohnya Vit A, D, E dan K.
3.2. Metoda Sintesis dan Analisa Obat
3.2.1. Metoda Sintesis Obat
Sintesis obat yang dilakukan disetiap pabrik obat haruslah
berdasarkan pada CPOB. CPOB adalah cara pembuatan obat yang baik,
yang telah diresmikan pada tahun 1981 dan mulai dipergunakan pada
tahun 1984. Agar didapat obat yang dihasilkan dari CPOB maka harus
disiapkan master formula yang baik. Yang dimaksud dengan master
formula adalah suatu cara yang berisi komponen bahan – bahan pembuat
obat, cara pembuatan, sistem penyiapan, cara sampling atau
pengambilan contoh.
Secara garis besar obat di PT. Abbot Indonesia dapat dijelaskan
sebagai berikut:
3.2.1.1. Tablet
Tablet terbagi atas dua jenis, Yaitu :
Tablet Single Layer
Yaitu tablet dengan satu macam lapisan. Lapisan – lapisan
tablet ini berupa vitamin. Contohnya adalah Surbex T.
Cara pembuatannya (Granulasi basah):
Semua bahan dicampur kemudian disaring atau diayak dengan
ayakan khusus, dibasahi, lalu dikeringkan sampai kadar air
tertentu. Campuran yang didapat, diayak lalu ditambah zat pelican
(lubrication) dan dicetak menjadi tablet (compress). Tablet – tablet
yang telah dibentuk ini dilapisi permukaannya dengan suatu zat
pelapis (coating).
Pada permukaan tablet terdapat logo Abbott (sesuai
cetakan), selanjutnya tablet-tablet yang telah dibungkus dengan
alumunium foil (stripping) atau botol lalu dikemas dalam karton.
Tablet Double Layer
Yaitu tablet dengan dua macam lapisan. Lapisan
vitamin dan zat besi. Contohnya adalah Iberet FT.
Cara pembuatannya :
Seperti pada tablet single layer, bahan untuk tablet ini
dicampur dan diayak dengan ayakan berukuran tertentu lalu
dibasahi dan dikeringkan sampai kadar air tertentu, diayak lalu
ditambah zat pelicin, proses berikutnya adalah pencetakan
tablet, dibuat menjadi dua lapisan besi lalu dicoating.
Selanjutnya tablet diberi logo Abbott dan dibungkus dalam foil
dan dikemas dalam karton (packing).
3.2.1.2. Kapsul
Proses awalnya adalah pencampuran bahan-bahan diruang
pencampuran (Compounding Room) untuk selanjutnya dilakukan
pengayakan campuran itu melalui saringan tertentu. Kemudian dilanjutkan
ke tahap pemadatan dan penghancuran campuran yang telah homogen
itu lalu dimasukan kedalam cangkang dengan menggunakan mesin
khusus. Proses ini dinamakan pengkapsulan. Kapsul-kapsul yang telah
jadi diproses permukaannya lalu dibungkus dalam alumunium foil dan
dikemas dalam karton.
3.2.1.3. Granul
Proses pembuatan granul lebih sederhana dari pada proses
lainnya. Bahan-bahan yang telah dicampur kemudian dibasahi dan
dikeringkan sampai kadar air tertentu, lalu diayak. Granul yang terbentuk
kemudiaan dimasukan ke dalam alumunium foil berukuran tertentu atau
dimasukan didalam botol plastik lalu dikemas dalam single karton.
3.2.1.4. Larutan
Diawali pencampuran bahan dengan pelarut kemudiaan disaring.
Saringan yang dihasilkan dimasukan kedalam botol (filling in bottle).
3.2.2 Metoda Analisa Obat
Obat dan bahan baku obat mengalami proses analisa kualitatif dan
anlisa kuantitatif. Analisa kuantitatif yang digunakan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
1. Gravimetri
Penetapan yang tergolong dalam metoda gravimetri antara lain :
a. Susut pengeringan (Loss on Drying)
b. Susut pemijaran (Loss on Ignition)
c. Sisa pemijaran (Residue on Ignition)
2. Titrimetri
Titrimetri adalah metoda analisa jumlah yang berdasarkan
pada pengukuran volume larutan yang diketahui kepekatannya
secara teliti yang direaksikan dengan larutan contoh yang akan
ditetapkan kadarnya
• Titrasi Asam-Basa
Reaksi dasar yang ada dalam titrasi asam-basa adalah netralisasi,
yaitu reaksi asam dan basa yang dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :
H+ + OH- → H2O
Kadar suatu contoh dapat ditetapkan dari banyaknya volume titran
asam atau basa yang digunakan dam reaksi tersebut. Titik akhir
titrasi ditetapkan secara visual dengan adanya perubahan warna,
menggunakan petunjuk indikator yang sesuai.
• Titrasi Iodometri
Titrasi Iodomerti adalah penitaran dengan I2 sebagai pentiter.
Zat-zat yang bersifat pereduksi dapat langsung dititar dengan I2
yang dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
H2SO3 + I2 + H2O → H2SO4 + 2HI
Zat-zat yang bersifat pereduksi dalam asam membebaskan I2 dan
selanjutnya I2 yang dibebaskan bereaksi dengan Na2S2O3 sebagai
peniter.
2FeCl3 + 2KI → 2FeCl2 + 2KCl + I2
I2 + 2Na2SO3 → 2NaI + Na2S4O6
• Titrasi Kompleksometri
Dasar penitaran yaitu terbentuknya senyawa kompleks yang
mantap dan larut dalam air, bila larutan baku bereaksi dengan
kation yang ditetapkan kadarnya. Kepekatan ion kompleks pada
saat diuji akan menurun jika ion tersebut membentuk endapan.
Komplekson yang digunakan adalah Natrium Etilena-diamina-tetra
asetat atau biasa disebut Na-EDTA.
3.3 Analisis dan Percobaan
3.3.1. Analisis penetapan kadar bahan baku Obat Pyridoxine Hydrochloride
dengan menggunakan HPLC
3.3.1.1 Teori Dasar
CH2OH
C
HO C C CH2OH
H3C C CH
N
Rumus bangun vitamin B6
(Pyridoxine)
Vitamin B6 adalah senyawa yang memiliki keaktifan biologis karena
senyawa ini telah berhasil diisolasi dan dimurnikan (dikristalkan). Vitamin
B6 terdiri dari kelompok piridina, piridoksal, dan piridoksamina. Meskipun
demikian, dalam mimbar ilmiah dan kehidupan sehari-hari lebih disukai
penggunaan istilah vitamin B6 dan bukan piridoksin, karena piridoksin
hanya salah satu dari tiga senyawa aktif. Karena itu vitamin B6 dan
piridoksin tidak bersinonim.
Vitamin B6 larut dalam air dan relatif sangat stabil terhadap panas
dan asam, dan tubuh hanya dapat menyimpan vitamin B6 dalam jumlah
sedikit, kira-kira separuhnya dalam bentuk glikogen fosforilase. Dalam
kekurangan vitamin B6, asam piridoksat banyak dibuang dalam urin,
sehingga hal ini dapat digunakkan sebagai indikator keadaan kandungan
vitamin B6 dalam tubuh.
Keperluan vitamin B6 per hari sangat tergangtung pada jumlah
protein yang dikonsumsi. Untuk Indonesia belum ditentukan, tetapi
sebagai pedoman untuk manusia diperlukan 2,0 mg per orang per hari.
Sedang untuk masyarakat dengan konsumsi protein rendah (40 – 50
g/hari) hanya diperlukan 1,2 sampai 1,5 mg.
Sumber utama vitamin B6 adalah daging, unggas, dan
ikan ;kemudian disusul oleh kentang, ubi jalar, dan sayur – sayuran ; baru
oleh susu dan biji – bijian utuh merupakan sumber yang kaya akan
vitamin B6.
Kekurangan vitamin B6 menyebabkan :
- Kulit rusak
- Syaraf motorik terganggu
- Kelainan pada darah
- Rangsangan syaraf
- Kejang
- Lemah badan,dan
- Sakit
Pyridoxine mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 102% C8H11NO3.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian hablur putih atau hamper putih, stabil di udara, secara perlahan-
lahan dipengaruhi oleh cahaya matahari. Kelarutan mudah larut dalam air,
sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam eter. Larutan mempunyai pH ±
3.Baku pembanding pyridoxineHCl dihitung dari zat yang telah
dikeringkan.
High Performance Liquid Chromatography
1 Pendahuluan
Kromatografi adalah proses pemisahan karena adanya interaksi antara
suatu zat (sampel) terhadap dua fasa yang disebut sebagai fasa mobile (gerak)
dengan fasa stationary (diam). Chromatography berasal dari kata “chroma” yang
berarti “warna” dan “graphy” yang berarti “menulis”
Pertamakali dilakukan oleh Tswett-1906. Yaitu memisahkan zat warna
tanaman dengan menggunakan tabung gelas yang diisi dengan CaCO3, setelah
terpisah membentuk pita-pita warna kemudian dipisahkan dengan cara diekstrak
menggunakan pelarut organik. Ada 2 teori yang menjelaskan proses pemisahan
dalam kromatografi, yaitu:
1. Teori pelat – diajukan oleh Martin dan Synge (1941).Didasarkan pada analogi
dengan destilasi dan ekstraksi ”counter current” .
2. Teori laju – diajukan oleh J.J. van Deemter (1956). Dalam teori ini lebih
banyak membahas dinamika pemisahan.
Pada prinsipnya semua cara pemisahan kromatografi mengalami proses
yang sama, yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan
gerak dalam memanfaatkan perbandingan kecil sifat fisik komponen-komponen
yang hendak dipisahkan. Berbagai dasar terjadinya proses pemisahan pada
kromatografi adalah adsorpssi, partisi, filtrasi, dan suhu kritik.
A. Adsorpsi
Kromatografi dengan dasar adsorpsi memakai fasa diam padat dan
fasa gerak cair atau gas, sebagai contoh adalah :
- Kromatografi kolom konvensial
- Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
- Kromatografi penukar ion
- Kromatografi gas padat
- Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Pemisahan komponen-komponen akan sangat tergantung pada
perbedaan polaritas molekul-molekul yang akan dipisahkan.
B. Partisi
Kromatografi dengan dasar partisi, memakai fasa diam cair dan
fasa gerak cair, sebagai contoh adalah :
- Kromatografi kolom
- Kromatografi kertas
- Kromatografi gas cair
- HPLC
Pemisahan komponen-komponen akan sangat tergantung pada
perbedaan Kd (Koefisien distribusi) molekul-molekul yang akan
dipisahkan. Tidak hanya ditentukan oleh pengaruh Kd tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor adsorpsi walau sangat kecil
C. Filtrasi
Kromatografi dengan dasar suhu kritik, memakai fasa diam padat
yang mempunyai sifat filtrasi terhadap komponen yang mempunyai bobot
molekul yang tinggi dan fasa diam padat yang demikian biasanya dipunyai
oleh gel dan semacamnya. Sedangkan fasa gerak adalah cairan.
Kromatografi dengan dasar filtrasi ini akan dipengaruhi oleh perbedaan
bentuk dan ukuran molekul.
D. Suhu Kritik
Kromatografi dengan dasar suhu kritik, prinsipnya hampir sama
dengan kromatografi gas, hanya saja yang paling mempengaruhi pada
kromatografi dengan cara ini adalah perbedaan suhu kritik tiap komponen
yang dipisahkan dengan cara ini menjadi dasar pada “Super Critical Fluid
Cromatography (SFC)”.
2 Kromatografi Cair kinerja Tinggi (KCKT)
KCKT adalah istilah dari High Pressure Liquid Cromatography ( HPLC )
dipopulerkan di Indonesia oleh para ilmuan di indonesia. Kalau ditinjau dari segi
peralatannya, HPLC termasuk kromatografi kolom karena dipakai fasa diamnya
yang diisikan/ter ”packing” didalam kolom. Tetapi bila ditinjau dari proses
pemisahannya HPLC dapat digolongkan sebagai kromatografi partisi, tergatung
pada butiran-butiran adsorben yang ada dalam kolom.
HPLC merupakan jenis yang khusus dari kromatografi kolom. Berbeda
dengan kromatografi gas, metode ini menggunakan cairan dengan tekanan tinggi
sebagi fasa mobil sebagai pengganti gas. Metode ini dapat di bedakan dari
kromatografi kolom klasik oleh empat sifat khas, yaitu :
1. Menggunakan kolom pendek untuk mempersingkat waktu.
2. Menggunakan kolom sempit dengan diameter antara 1sampai 3 mm,
utuk memungkinkan pemisahan dengan jumlah mikro.
3. Ukuran partikel bahan adsorpsi terletak dibawah 50 hingga akan
tercapai suatu bilangan dasar teoritik yang tinggi.
4. Pelarut elusi dialirkan kedalam kolom dengan tekanan untuk
mengkonpensasikan tekanan arus didalam kolom.
Keuntungan metode HPLCadalah :
a. Waktu analis yang singkat.
b. Penentuan dapat dilakukan dengan jumlah mikro
c. Hasil pemisahan tinggi
d. Kondisi yang cukup
Keuntungan HPLC terletak pada penggunaan yang luas.
Dengan menggunakan fasa gerak cairan pada dasarnya sejumlah
besar zat dapat ditentukan dengan prosedur analisis ini.
3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari metode HPLC ada dua hal, yaitu didapatnya
pemisahan yang baik dalm waktu proses yang relative singkat. Untuk
tercapainya maksud dan tujuan analisis dengan HPLC diatas, maka
diperlikan penatalaksanaan yang betul-betul sudah dipersiapkan dan di
perhitungkan, yang antara lain :
Dipilih pelarut pengembang untuk komponen yang dipisahkan.
a. Untuk kaitan dengan pemilihan pelarut pengembang ( solvent ) maka
molom yang dipakai juga hatus dipastikan.
b. Detektor yang memadai.
c. Pengetahuan dasar HPLC yang baik serta pengalaman dan
keterampulan kerja yang baik.
4. Instrument HPLC
Pada garis besarnya Instrumen HPLC urutan letak.a seperti tampak pada
gambar berikut :
Pada garis besarnya susunan perangkat HPLC terdiri dari :
- Botol perarut pengembang
- Pompa cairan
- Katup injeksi
- Prekolom
- Kolom analitik
- Detector
- Rekorder/integrator
- Pembuangan
4.1. Pengenalan kolom HPLC
Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi merupakan bagian yang
sangaty penting, sebab separasi komponen – komponen sampel akan
terjadi didalam kolom. Oleh karena itu harus diperhatikan seksama tiga
hal berikut :
a. Pemilihan kolom yang sesuai.
b. Pemeliharan kolom.
c. Uji terhadap spesifikasi kolom (walaupun kolom tesebut
merupakan kolom yang siap pakai).
Kolom akan menjadi kunci penentuan keberhasilan pemisahan
komponen – komponen sampel serta hasil akhir analisis dengan
kromatografi cair kinerja tinggi.
Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi dibuat lurus ( tidak
dibuat melingkar sebagaimana kolom pada kromatografi gas ataupun
bentuk U). hali ini dimaksudkan untuk efiensi kolom yaitu untuk
mendapatkan harga H minimal.
Efisien kolom dirumuskan sebagai :
H = B/µ + CS . µ + Cn + µ
Keterangan :
H : JSPT
B/µ : Difusi longitudinal
CS . µ : kecepatan transfer massa didalam fasa diam
µ : kecepatan transfer massa didalam fasa gerak
kolom kromatografi cair kinerja tinggi terbuat dari :
- Bahan metal anti korosif dan tahan zat kimia
- Bahan gas tahan zat kimia
- Bahn gelas yang dilapisi bahan metal
Ditinjau dari ukurannya (panajng dari diameternya) kolom
kromatografi cair kinerja tinggi dibagi ats tiga macam sebagimana
terlihat pada tabel.
Macam – macam kolom KCKT
Jenis kolom Panjang (cm) Diameter (mm) Dp (µm)
Konvensional 10 – 20 4,5 10
Microbore 10 2,4 5
High speed 6 4,6 3
Keterangan :
Dp : Diameter rata – rata partikel fasa diam
Keuntungan :
Kolom dibuat dengan diameter sangat kecil (kolom mikro)
dibuat dengan tujuan agar :
- Kepekaan menjadi lebih teliti
- Menghemat larutan pengembang
- Memperluas kemampuan detector
- Sampel yang digunakan sedikit
Kolom dibuat pendek agar :
- Menghasilkan resolusi yang baik
- Memperkecil harga diameter rata – rata partikel fasa diam
- Waktu tR1 tM singkat (mengurangi pengaruh dari bagian alat
instrumentasi kromatografi cair kinerja tinggi terhadap hasil
pemisahan).
Kerugian :
Kolom mikro/high speed dengan dp = 5 dan dp = 3 harus
diperhatikan lebih teliti dibandingkan kolom konversional dp = 10,
sebab sela – sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran, jadi
harus sering kali dicuci dan kemudian pengembangan harus dijaga.
Fasa kolom
Dilihat dari polaritas fasa diam dan fasa gerak mak
kromatografi (kolomnya) dibedakan atas :
a. Kromatografi Fasa Normal
Kromatografi dengan kolom kovensional dimana fasa
diamnya ‘normal’ bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan
fasa geraknya versifat non polar.
b. Kromatografi Kolom Fasa Terbalik (Reversed Phase Column)
Kromatografi dengan kolom yang fasa diamnya bersifat non
Polar, sedangkan fasa geraknya bersifat polar ; kebalikan dari
fasa normal. Kromatografi fasa terbalik sebenarnya sudah lama
dipikirkan oleh Boscott (1947), tetapi baru sekitar tahun 1948
Boldingh berhasil memisahkan asam – asam lemak dengan
rantai panjang melalui suatu kolom yang berisi bahan karet.
(non polar) dan dielusi dengan larutan pengembang yang polar
yaitu campuran air, methanol, aseton. Untuk mendapatkan fasa
yang nonpolar silica gel direaksikan dengan klorosilan Cl-S1-
(R)n. fasa diamyang non polaryang banyak dipakai adalah
jenis : C18, C8, dan C2.
4.2. Pemeliharaan Kolom KCKT
Yang dimaksud kolom disini adalah kolom analitik. Maksud
kolom disini adalah :
- Memperpanjang jangka waktu pemakaian kolom (life time)
- Mempertahankan kondisi prima kolom
Hal tersebut dilakukan sebab kolom merupakan bagian
terpenting dalam KCKT, karena didalam kolom terjadi proses
pemisahan yang diharapkan.
Petunjuk pemeliharan kolom adalah sebagai berikut :
1. Sebelum dan sesudah dipakai kolom harus diperiksa ; waktu
tambat, factor kapasitar,jarak secara pelat teori (HETP) dan N
terhadap campuran standard :
Benzena 36,70 mg
Naftalena 4,33 mg
Antrasena 0,23 mg
Pelarut 100 ml
Untuk kolom kromatografi fasa terbalik dipakai pelarut
pengembang campur yang polar dan untuk kolom fasa normal dipakai
pelarut pengembang campur yang non polar.
2. Pelarut pengembang campur yang dipakai sebagai fasa gerak
harus :
- Derajat ‘pro HPLC’
- Disaring
Demikian juga dari larutan sampel
3. Dalam proses pelaksanaan analisis, kolom analitik harus
dilindungi dengan kolom pelindung, kolom pereaksi yang
diletakkan sebelum dan sesudah kolom analitik.
4. pH 2-8 merupakan daerah batas penatalaksanaan yang baik.
5. Sebaiknya sampel dilarutkan dalam pelarut pengembang
campur yang dipakai untuk mencegah pengendapan dalm
kolom.
6. Perubahan tekanan seketika dari pompa dihindari perubahan
yang seketika
7. Pada system elusi dengan cara gradient hendaklah perubahan
komposisi pelarut pengembang campur tidaklah seketika. Fasa
diam kolom kromatografi cair kinerja tinggi selau berada dalam
keadaan lembab, sebelum dipakai sebaiknya dialiri dengan
pelarut pengembang campur yang tertera pada spesifikasi
kolom, kecepatan (µ) rendah.
8. Kolom harus disimpan dalam pelarut tertentu misalnya n-
heptana untuk kolom fasa normal dan metode untuk kolom fasa
terbalik.
9. Pencucian hendaknya dilakukan setelah kolom dipakai.
5. Sitem Elusi KCKT
System pompa kromatografi cair kinerja tinggi sudah deprogram
untuk dapat melakukan elusi dengan satu atau lebih macam pelarut. Sitem
elusi yang aksn diuraikan adalah system elusi isotraktik. Padasistem ini elusi
yang akan dilakukan dengan satu macam larutan pegembang (pelarut
pengembang campur) dengan pembanding yang tetap, misalnya Metanol-Air
= 50 : 50 v/v
6. Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
6.1 Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif pada KCKTpada prinsipnya hamper sama dengan
KGP atau KGC yaitu berdasarkan perbandingan area dari peak kromatografi
antara sampel dengan zat standard.
Ada beberapa cara pelaksaan analisis kuantitaif, yaitu :
a. Penormalan Area
Yang dimaksud dengan penormalan area adalah menghitung susunan
komponen dalam % dengan mengukur setiap puncak damn membaginya
dengan area total.
b. Factor koreksi
Karena detector memberikan respon berbeda terhadap zat,maka pada
tiap zat yang dihitung kadarnya perlu dilakukan koreksi detector masing –
masing dari keseluruhan.
c. Standard Eksternal (kalibrasi mutlak)
Dipakai zat standard yang sama dengan contoh dibuat berbagai macam
kadar (6) tentuikan areanya masing – masing dan korelasikan terhadap
kosentasi (r)
d. Standard Internal
Dipakai penambahanzat lain yang tidak sama dengan contih / standard
akan tetapi mempunyai sifat fisikokimia yang mirip dengan contoh.
e. Adisi standard
Cara ini dilaksankan apabila menghadapi kadar contoh yang sangat kecil,
dengan cara ini respon detector akan naik. Tiap-tiap contoh kadarnaya
akan bias dihitung dan hasil akhir merupakan rata-rata statistic.
6.2. Analisis kualitatif
Untuk analisis juga harus dilakukan perbandingandenagn standard
yang dibandingkan adalah :
TR : waktu hambat
α : Efesiensi pelarut
Retensi relative = tR2
tR1
pelaksanaa analisis kualitatif dapat dilakuakan dengan cara :
1. Standard Internal : Membandingkan harga tR
2. Standard eksternal : Membandingkan harga α
3. Perubahan kondisi : kolom, pelarut dengan pengembang,
Temperature, pada setiap perubahan bandigkan dengan tr .
4. Dengan cara penumpukan ‘peak’ overlay.
7. Prosedur Pemakaina KCKT (HPLC) untuk jenis kolom Reserve Phase
1. ON,kan pump, masukkan fasa gerak kedalam solvent reservoir.
2. Hilangkan udara yang ada didalam PTFE tubing yang menghubungkan
pump dengan solvent, dengan cara :
a. Masukkan syringe ke TFE pada inlet manifold pump.
b. Putar drawoff tube pada inlet manifold yang berlawanan arah jarum
jam, sampai kelihatan satu ulirnya.
c. Sedot syringe sampai tidak ada udara pada TFE tubing yang
menaghubungkan pump dengan solvent reservoir.
d. Tutup drawoff tube dengan memutarnya searah jarum jam (jangan
terlalu kencang) catatan : solvebt reservoir harus terletak lebih
tinggi dari pump.
3. Alirkan methanol dengan flow 1,5 ml/menit, cek volume methanol yang
keluar dari detector, bila tidak sesuai lakukan pencucian secara
berurutan.
4. ON kan detector.
5. Alirkan pump dengan flow rate sesuai dengan prosedur analisa secara
bertahap, tunggu supaya stabil 15 menit.
6. Set panjang gelombang pada detector, AUFS (sensitivitas), set tombol
keposisi ABS dan nol kan. Bila kolom sudah stabil, display ABS akan
tetap nol (tidak bervariasi).
7. Hidupkan recorder.
8. Injeksikan sampel dan standard.
Pencucian
A. Bila menggunakan Buffer :
1. Matikan recorder dan detector
2. Ganti fasa gerak dengan air, injector harus pada posisi INJECT,
alirkan pump dengan flow = 1 ml/menit selama 15 menit.
3. Ganti dengan campuran methanol dn air ( 1 : 1 ). Alirkan pump
dengan flow = 1 ml/menit selama 15 , menit.
4. Ganti dengan methanol, alirkan pump dengan flow = 1 ml/menit.
Alirkan pump dengan flow 1 ml/menit selama 30 menit.
5. Set flow rate ke 0
6. Matikam pump.
B. Bila tidak dengan buffer, langsung di cuci dengan methanol.
3.4. Prosedur kerja
3.4.1. Analisis fisik
3.4.1.1. Pemerian (physical Examination)
Pemerian sampel yang meliputi parameter bentuk, warna, baud
an kelarutan dalam air.
3.4.1.2. Susut Pijar Sampel Pyridoxine Hydrochloride metode
Gravimetri
1. Timbang 1 – 2 gram sampel Pyridoxine Hydrochloride kedalam cawan
porselen yang telah diketahui beratnya.
2. Pijarkan sampel pada suhu 650c.
3. Dinginkan sampel + cawan didalam eksikator selama 15menit
4. Timbang cawan + porselen
5. Hitung berat sampel setelah pemijaran
3.4.1.3. Susut Kering Sampel Pyridoxine Hydrochloride metode
Gravimetri
1. Timbang 1 – 2 gram sampel Pyridoxine Hydrochloride kedalam cawan
porselen yang telah diketahui beratnya.
2. Pijarkan sampel dalam tanur pada suhu 105c selama 4jam
3. Dinginkan sampel + botol timbang didalam eksikator selama 15menit
4. Timbang cawan + porselen
5. Hitung berat sampel setelah pemanasan
3.4.1.4. Solution (5%) in Water
1.Timbang 1gram sampel Pyridoxine Hydrochloride kedalam gelas kimia
2. Larutkan dengan Aquadest
3. Amati kelatutan adri larutan
3.4.2. Analisis Kimia
3.4.2.1. Analisis kadar sampel Pyridoxine Hydrocholide (HPLC)
A. Keselamatan Kerja.
Selalu bekerja mengikuti Prosedur laboratorium dan keselamatan
sebelum menggunakan bahan kimia yang tidak familiar.
B. Bahan.
Glacial Asetic acid, Reagent Grade.
Methanol, Reagent Grade.
p-Hydroxybenzoic acid, Reagent Grade
Pyridoxine Hydrochloride satandard referensi, USP atau Abbott
Silica Gel
Sodium 1-hexane sulfonate, Reagent Grade
1N Sodium Hydroxide
C. Preparasi Reagent
a. Mobile phase
- Timbang sekitar 1,2 gram Sodium 1-hexane
sulfonate,campurkan dengan 20ml Asam asetic Gracial
lalu masukkan kedalam Labu ukur 2000ml
- Larutkan dengan 1400ml Aquadest
- Atur pH larutan tersebut (3 ± 0,1) gunakan Asam
Acetik Gracial atau NaOh 1N
- Tambahkan 470ml Methanol,encerkan dan
tandabataskan
- Saring dan ultasonik larutan tersebut.
b. larutan internal standard
- Timbang 0,050 gram p-Hydroxybenzoic acid
- Pindahkan kedalam labu ukur 50ml
- Tambahkan mobile phasedan tandabataskan
D.Preparasi Larutan.
a.Preparasi standard
- Timbang dengan akurat sekitar 0,050 gram pyridoxine
hydrochloride (W std) lalu masukkan kedalam labuukur
100ml
- Larutkan dengan mobile phase hingga tanda batas,
kocok!
- Pipet 10ml larutan dan 1ml larutan internal standard,
lalu masukkan kedalam labuukur 100ml
- Tambahkan mobile phase hingga tandabatas
- Kosentrasi Pyridoxine Hydrocholide pada preparasi
standard mendekati 0,05 mg/ml dengan perhitungan
sebagai berikut :
C= Wstd x 10ml x 1000mg
100ml 100ml 1g
W std : beratstandard (gram)
C : Kosentrasi Pyridoxine Hydrochloride (mg/ml)
b. Preparasi sampel (dibuat triplicate)
- Timbang akutrat sekitar0,050 gram sampel (W spl)
- Pindahkan ke dalam labuukur 100ml
- Tambahkan mobile phase hingga tandabats dan
kocok!
- Pipet 10ml larutan dan 1ml larutan internal standard,
lalu masukkan kedalam labuukur 100ml
- Tambahkan mobile phase hingga tandabatas dan
kocok!
E. Prosedur
I. Pencocokan system
- Inject 20 dari larutan standard kedalam rangkaian HPLC
- Simpan respon puncak dari pyridoxine Hydrochloride dan p-
hydroxybenzoic acid.
- Inject secara berurutan 20 standard kedalam rangkaian
system HPLC sampai terjadi respon puncak pyridoxine
Hydrochloride. Dari 6 deret injecsi harus diperoleh standard
deviasi tidak lebih dari 3%.
II. Analisis
- Inject 20 sampel kedalam system HPLC kemudian simpan
respon sampai terjadi respon puncak pyridoxine Hydrochloride
3.4.2.2. Identifikasi (Infrared) pyridoxine Hydrochloride
a. Alat :
- Kuvet (sintered-glass funnel)
- Spectrophotometer IR, dengan panjang gelombang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Deskripsi pengelompokan komoditas
Obat yang baik adalah obat yang terjamin mutunya mulai dari bahan
baku yang digunakan, proses pembuatan produk obat yang siap dipasarkan
sampai pada masa kadaluarsa obat tersebut. Untuk menjaga terjaminnya mutu
obat tersebut maka semua bahan yang digunakan dan yang terlibat dalam
proses pembuatannya harus selalu dikontrol kualitasnya. Untuk bahan – bahan
yang digunakan dalam proses pembuatan obat dianalisa mutunya dilaboratorium
Quality Assurance (QA). Untuk mempermudah analisa, bahan – bahan yang
digunakan dibagi menjadi tiga komoditi, yaitu bahan baku , bahan setengah jadi
dan bahan jadi.
3.1.1 Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan – bahan yang akan digunakan dalam proses
obat. Bahan baku digolongkan sebagai berikut :
3.1.1.1. Bahan baku berkhasiat
Bahan berkhasiat adalah bahan yang mempunyai efek
farmakologi atau mempunyai khasiat tertentu untuk suatu
pengobatan. Contoh ; Terazosin, Clarithromycin
3.1.1.2. Bahan tidak Berkhasiat ( Bahan Tambahan )
Bahan tambahan adalah zat yang ditambahkan pada proses
pembuatan obat yang tidak mempengaruhi khasiat obat tersebut,
tetapi dapat mempengaruhi rasa dan baunya. Contoh : Sucrose,
pewarna dan Flavour.
3.1.1.3. Wadah
Wadah adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan
dan melindungi sesuatu yang tidak langsung berhubungan dengan
obat yang dilindungi. Contoh : Botol plastik dan foil.
3.1.1.4. Kemasan
Kemasan adalah tempat menyimpan atau melindungi
sesuatu yang tidak langsung berhubungan dengan obat yang
dilindungi.
Secara umum pemeriksaan bahan baku padat meliputi,
idenifikasi, kadar susut kering, kadar abu, kelarutan logam berat,
dan kadar bahan baku tersebut. Sedangkan untuk bahan cair
pemeriksaan biasanya ditambah dengan penetapan pH, kekentalan
dan berat jenis.
3.1.2. Bahan Setengah Jadi
Bahan setengah jadi adalah bahan yang sedang dalam proses
pembuatan dan pada tahap tertentu diambil untuk dianalisa.
3.1.3. Bahan jadi
Bahan jadi adalah bahan siap untuk dikemas kedalam kemasan
dan siap dipasarkan.
Bahan jadi yang akan dipasarkan, dijual dengan berbagai macam
bentuk sediaan.
3.1.3.1. Bentuk Sediaan Obat
3.1.3.1.1. Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat berbentuk rata,
cembung atau bulat. Dibuat dengan mengempa atau
mencetak campuran zat berkhasiat dengan atau tanpa zat
tambahan.
Persyaratan dari suatu produk tablet yaitu :
Keseragaan isi zat berkhasiaz
Keseragaman bobot
Kekerasan obat
Kerapuhan tablet
Waktu hancur
Daya larut
3.1.3.1.2. Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan obat yang zat aktifnya
terbungkus dalam cangkang yang terbuat dari methyl
sellulosa atau bahan yang cocok. Kapsul dapat keras atau
lunak berbentuk bulat telur atau silinder berujung bulat.
3.1.3.1.3. Kaplet
Kaplet adalah tablet yang bentuknya seperti kapsul.
3.1.3.1.4. Granul
Granul adalah sediaan obat dalam bentuk partikel atau
butir kecil. Bobot satu granul maksimum 30 mg.
3.1.3.1.5. Sirup
Sirup adalah bentuk sediaan obat cair berupa larutan
yang mengandung zat – zat berkhasiat dalam cairan gula
pekat. Gula yang biasa digunakan adalah sukrosa.
Dalam proses pembuatan kadang – kadang ditambahkan
gliserol dan sorbitol untuk memperlambat kristalisasi
sukrosa dan menaikan kelarutan zat – zat aktif.
3.1.3.1.6. Larutan
Larutan adalah sediaan obat yang mengandung satu
atau lebih zat berkhasiat yang terlarut dalam cairan
pelarutnya. Larutan ini dapat dibuat dari zat penyembuh.
3.1.3.1.7. Injeksi
Injeksi adalah sediaan obat steril yang dapat berupa
lartuan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
dihaluskan kemudian dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan.
3.1.3.2. Jenis Obat
3.1.3.2.1. Antibiotik
Antibioik adalah senyawaan yang dihasilkan dari biakan
mikroba dan digunakan untuk membunuh mikroba dengan jalan
menghambat pertumbuhan mikroba tersebut. Antibiotik inilah
yang digunakan sebagai dasar pengunaan senyawaan antibiotik
pada pengobatan penyakit – penyakit infeksi.
3.1.3.2.2. Antipiretika - Analgetika
Antipiretika adalah suatu golongan senyawaan yang dibuat
secara kimia dari batu bara (Coalter) yang dapat menurunkan
panas badan dan dapat menghilangkan rasa sakit. Antipiretika–
analgetika mempengaruhi pusat pengatur kalor dari system
saraf pusat yang terletak di hipotalaus, sehingga pengeluaran
kalor menjadi lebih besar.
3.1.3.2.3. Antitusiva
Antitusiva terdiri atas golongan senyawa buatan dan alami
yang dapat menghilangkan refleks batuk. Obat batuk digolongkan
menjadi dua golongan besar, salah satunya yaitu ekspektoransia
yang bekerja berdasarkan sekresi kelenjar pada saluran
pernapasan dan dapat menghancurkan dahak sehingga mudah
untuk dikeluarkan.
Ekspektoransia dibagi menjadi dua golongan , yaitu :
Zat pencair dahak, dapat menstimulir pembentukan dahak dan
mencairkannya sehingga lendir menjadi lunak dan mudah
dikeluarkan.
Zat pengeluaran riak, yaitu zat untuk menyegarkan pernapasan.
Pereda batuk, bekerja menghilangkan refleks batuk secara sentral.
Ada dua golongan zat pereda batuk, yaitu :
a. Alkaloida – alkaloida seperti candu dan kafein. Efek
sampingnya membius dan adiktif.
b. Non adiktif seperti dektrometorfan
3.1.3.2.4. Hematinik
Hematinik adalah jenis obat yang berfungsi untuk
menambah darah. Contoh produk yang digolongkan sebagai
hematinik adalah Iberet (tablet dan sirup ).
3.1.3.2.5. Obat – obat Sulfa
Obat – oba sulfa merupakan obat – obatan kemoterapi yang
pertama dan efektif. Digunakan secara sistematik untuk pencegah
dan pengobatan terhadap infeksi bakteri.
3.1.3.2.6. Vitamin
Vitamin adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
menjaga stamina tubuh walaupun dalam jumlah sedikit. Vitamin
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
Vitamin yang larut dalam air, contohnya Vit B1, B2, B6, B12 dan
vitamin C.
Vitamin yang larut dalam minyak contohnya Vit A, D, E dan K.
3.2. Metoda Sintesis dan Analisa Obat
3.2.1. Metoda Sintesis Obat
Sintesis obat yang dilakukan disetiap pabrik obat haruslah
berdasarkan pada CPOB. CPOB adalah cara pembuatan obat yang baik,
yang telah diresmikan pada tahun 1981 dan mulai dipergunakan pada
tahun 1984. Agar didapat obat yang dihasilkan dari CPOB maka harus
disiapkan master formula yang baik. Yang dimaksud dengan master
formula adalah suatu cara yang berisi komponen bahan – bahan pembuat
obat, cara pembuatan, sistem penyiapan, cara sampling atau
pengambilan contoh.
Secara garis besar obat di PT. Abbot Indonesia dapat dijelaskan
sebagai berikut:
3.2.1.1. Tablet
Tablet terbagi atas dua jenis, Yaitu :
Tablet Single Layer
Yaitu tablet dengan satu macam lapisan. Lapisan – lapisan
tablet ini berupa vitamin. Contohnya adalah Surbex T.
Cara pembuatannya (Granulasi basah):
Semua bahan dicampur kemudian disaring atau diayak dengan
ayakan khusus, dibasahi, lalu dikeringkan sampai kadar air
tertentu. Campuran yang didapat, diayak lalu ditambah zat pelican
(lubrication) dan dicetak menjadi tablet (compress). Tablet – tablet
yang telah dibentuk ini dilapisi permukaannya dengan suatu zat
pelapis (coating).
Pada permukaan tablet terdapat logo Abbott (sesuai
cetakan), selanjutnya tablet-tablet yang telah dibungkus dengan
alumunium foil (stripping) atau botol lalu dikemas dalam karton.
Tablet Double Layer
Yaitu tablet dengan dua macam lapisan. Lapisan
vitamin dan zat besi. Contohnya adalah Iberet FT.
Cara pembuatannya :
Seperti pada tablet single layer, bahan untuk tablet ini
dicampur dan diayak dengan ayakan berukuran tertentu lalu
dibasahi dan dikeringkan sampai kadar air tertentu, diayak lalu
ditambah zat pelicin, proses berikutnya adalah pencetakan
tablet, dibuat menjadi dua lapisan besi lalu dicoating.
Selanjutnya tablet diberi logo Abbott dan dibungkus dalam foil
dan dikemas dalam karton (packing).
3.2.1.2. Kapsul
Proses awalnya adalah pencampuran bahan-bahan diruang
pencampuran (Compounding Room) untuk selanjutnya dilakukan
pengayakan campuran itu melalui saringan tertentu. Kemudian dilanjutkan
ke tahap pemadatan dan penghancuran campuran yang telah homogen
itu lalu dimasukan kedalam cangkang dengan menggunakan mesin
khusus. Proses ini dinamakan pengkapsulan. Kapsul-kapsul yang telah
jadi diproses permukaannya lalu dibungkus dalam alumunium foil dan
dikemas dalam karton.
3.2.1.3. Granul
Proses pembuatan granul lebih sederhana dari pada proses
lainnya. Bahan-bahan yang telah dicampur kemudian dibasahi dan
dikeringkan sampai kadar air tertentu, lalu diayak. Granul yang terbentuk
kemudiaan dimasukan ke dalam alumunium foil berukuran tertentu atau
dimasukan didalam botol plastik lalu dikemas dalam single karton.
3.2.1.4. Larutan
Diawali pencampuran bahan dengan pelarut kemudiaan disaring.
Saringan yang dihasilkan dimasukan kedalam botol (filling in bottle).
3.2.2 Metoda Analisa Obat
Obat dan bahan baku obat mengalami proses analisa kualitatif dan
anlisa kuantitatif. Analisa kuantitatif yang digunakan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
1. Gravimetri
Penetapan yang tergolong dalam metoda gravimetri antara lain :
a. Susut pengeringan (Loss on Drying)
b. Susut pemijaran (Loss on Ignition)
c. Sisa pemijaran (Residue on Ignition)
2. Titrimetri
Titrimetri adalah metoda analisa jumlah yang berdasarkan
pada pengukuran volume larutan yang diketahui kepekatannya
secara teliti yang direaksikan dengan larutan contoh yang akan
ditetapkan kadarnya
• Titrasi Asam-Basa
Reaksi dasar yang ada dalam titrasi asam-basa adalah netralisasi,
yaitu reaksi asam dan basa yang dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :
H+ + OH- → H2O
Kadar suatu contoh dapat ditetapkan dari banyaknya volume titran
asam atau basa yang digunakan dam reaksi tersebut. Titik akhir
titrasi ditetapkan secara visual dengan adanya perubahan warna,
menggunakan petunjuk indikator yang sesuai.
• Titrasi Iodometri
Titrasi Iodomerti adalah penitaran dengan I2 sebagai pentiter.
Zat-zat yang bersifat pereduksi dapat langsung dititar dengan I2
yang dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
H2SO3 + I2 + H2O → H2SO4 + 2HI
Zat-zat yang bersifat pereduksi dalam asam membebaskan I2 dan
selanjutnya I2 yang dibebaskan bereaksi dengan Na2S2O3 sebagai
peniter.
2FeCl3 + 2KI → 2FeCl2 + 2KCl + I2
I2 + 2Na2SO3 → 2NaI + Na2S4O6
• Titrasi Kompleksometri
Dasar penitaran yaitu terbentuknya senyawa kompleks yang
mantap dan larut dalam air, bila larutan baku bereaksi dengan
kation yang ditetapkan kadarnya. Kepekatan ion kompleks pada
saat diuji akan menurun jika ion tersebut membentuk endapan.
Komplekson yang digunakan adalah Natrium Etilena-diamina-tetra
asetat atau biasa disebut Na-EDTA.
3.3 Analisis dan Percobaan
3.3.1. Analisis penetapan kadar bahan baku Obat Pyridoxine Hydrochloride
dengan menggunakan HPLC
3.3.1.1 Teori Dasar
CH2OH
C
HO C C CH2OH
H3C C CH
N
Rumus bangun vitamin B6
(Pyridoxine)
Vitamin B6 adalah senyawa yang memiliki keaktifan biologis karena
senyawa ini telah berhasil diisolasi dan dimurnikan (dikristalkan). Vitamin
B6 terdiri dari kelompok piridina, piridoksal, dan piridoksamina. Meskipun
demikian, dalam mimbar ilmiah dan kehidupan sehari-hari lebih disukai
penggunaan istilah vitamin B6 dan bukan piridoksin, karena piridoksin
hanya salah satu dari tiga senyawa aktif. Karena itu vitamin B6 dan
piridoksin tidak bersinonim.
Vitamin B6 larut dalam air dan relatif sangat stabil terhadap panas
dan asam, dan tubuh hanya dapat menyimpan vitamin B6 dalam jumlah
sedikit, kira-kira separuhnya dalam bentuk glikogen fosforilase. Dalam
kekurangan vitamin B6, asam piridoksat banyak dibuang dalam urin,
sehingga hal ini dapat digunakkan sebagai indikator keadaan kandungan
vitamin B6 dalam tubuh.
Keperluan vitamin B6 per hari sangat tergangtung pada jumlah
protein yang dikonsumsi. Untuk Indonesia belum ditentukan, tetapi
sebagai pedoman untuk manusia diperlukan 2,0 mg per orang per hari.
Sedang untuk masyarakat dengan konsumsi protein rendah (40 – 50
g/hari) hanya diperlukan 1,2 sampai 1,5 mg.
Sumber utama vitamin B6 adalah daging, unggas, dan
ikan ;kemudian disusul oleh kentang, ubi jalar, dan sayur – sayuran ; baru
oleh susu dan biji – bijian utuh merupakan sumber yang kaya akan
vitamin B6.
Kekurangan vitamin B6 menyebabkan :
- Kulit rusak
- Syaraf motorik terganggu
- Kelainan pada darah
- Rangsangan syaraf
- Kejang
- Lemah badan,dan
- Sakit
Pyridoxine mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 102% C8H11NO3.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian hablur putih atau hamper putih, stabil di udara, secara perlahan-
lahan dipengaruhi oleh cahaya matahari. Kelarutan mudah larut dalam air,
sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam eter. Larutan mempunyai pH ±
3.Baku pembanding pyridoxineHCl dihitung dari zat yang telah
dikeringkan.
High Performance Liquid Chromatography
2 Pendahuluan
Kromatografi adalah proses pemisahan karena adanya interaksi antara
suatu zat (sampel) terhadap dua fasa yang disebut sebagai fasa mobile (gerak)
dengan fasa stationary (diam). Chromatography berasal dari kata “chroma” yang
berarti “warna” dan “graphy” yang berarti “menulis”
Pertamakali dilakukan oleh Tswett-1906. Yaitu memisahkan zat warna
tanaman dengan menggunakan tabung gelas yang diisi dengan CaCO3, setelah
terpisah membentuk pita-pita warna kemudian dipisahkan dengan cara diekstrak
menggunakan pelarut organik. Ada 2 teori yang menjelaskan proses pemisahan
dalam kromatografi, yaitu:
8. Teori pelat – diajukan oleh Martin dan Synge (1941).Didasarkan pada analogi
dengan destilasi dan ekstraksi ”counter current” .
9. Teori laju – diajukan oleh J.J. van Deemter (1956). Dalam teori ini lebih
banyak membahas dinamika pemisahan.
Pada prinsipnya semua cara pemisahan kromatografi mengalami proses
yang sama, yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan
gerak dalam memanfaatkan perbandingan kecil sifat fisik komponen-komponen
yang hendak dipisahkan. Berbagai dasar terjadinya proses pemisahan pada
kromatografi adalah adsorpssi, partisi, filtrasi, dan suhu kritik.
A. Adsorpsi
Kromatografi dengan dasar adsorpsi memakai fasa diam padat dan
fasa gerak cair atau gas, sebagai contoh adalah :
- Kromatografi kolom konvensial
- Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
- Kromatografi penukar ion
- Kromatografi gas padat
- Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Pemisahan komponen-komponen akan sangat tergantung pada
perbedaan polaritas molekul-molekul yang akan dipisahkan.
B. Partisi
Kromatografi dengan dasar partisi, memakai fasa diam cair dan
fasa gerak cair, sebagai contoh adalah :
- Kromatografi kolom
- Kromatografi kertas
- Kromatografi gas cair
- HPLC
Pemisahan komponen-komponen akan sangat tergantung pada
perbedaan Kd (Koefisien distribusi) molekul-molekul yang akan
dipisahkan. Tidak hanya ditentukan oleh pengaruh Kd tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor adsorpsi walau sangat kecil
C. Filtrasi
Kromatografi dengan dasar suhu kritik, memakai fasa diam padat
yang mempunyai sifat filtrasi terhadap komponen yang mempunyai bobot
molekul yang tinggi dan fasa diam padat yang demikian biasanya dipunyai
oleh gel dan semacamnya. Sedangkan fasa gerak adalah cairan.
Kromatografi dengan dasar filtrasi ini akan dipengaruhi oleh perbedaan
bentuk dan ukuran molekul.
D. Suhu Kritik
Kromatografi dengan dasar suhu kritik, prinsipnya hampir sama
dengan kromatografi gas, hanya saja yang paling mempengaruhi pada
kromatografi dengan cara ini adalah perbedaan suhu kritik tiap komponen
yang dipisahkan dengan cara ini menjadi dasar pada “Super Critical Fluid
Cromatography (SFC)”.
2 Kromatografi Cair kinerja Tinggi (KCKT)
KCKT adalah istilah dari High Pressure Liquid Cromatography ( HPLC )
dipopulerkan di Indonesia oleh para ilmuan di indonesia. Kalau ditinjau dari segi
peralatannya, HPLC termasuk kromatografi kolom karena dipakai fasa diamnya
yang diisikan/ter ”packing” didalam kolom. Tetapi bila ditinjau dari proses
pemisahannya HPLC dapat digolongkan sebagai kromatografi partisi, tergatung
pada butiran-butiran adsorben yang ada dalam kolom.
HPLC merupakan jenis yang khusus dari kromatografi kolom. Berbeda
dengan kromatografi gas, metode ini menggunakan cairan dengan tekanan tinggi
sebagi fasa mobil sebagai pengganti gas. Metode ini dapat di bedakan dari
kromatografi kolom klasik oleh empat sifat khas, yaitu :
5. Menggunakan kolom pendek untuk mempersingkat waktu.
6. Menggunakan kolom sempit dengan diameter antara 1sampai 3 mm,
utuk memungkinkan pemisahan dengan jumlah mikro.
7. Ukuran partikel bahan adsorpsi terletak dibawah 50 hingga akan
tercapai suatu bilangan dasar teoritik yang tinggi.
8. Pelarut elusi dialirkan kedalam kolom dengan tekanan untuk
mengkonpensasikan tekanan arus didalam kolom.
Keuntungan metode HPLCadalah :
e. Waktu analis yang singkat.
f. Penentuan dapat dilakukan dengan jumlah mikro
g. Hasil pemisahan tinggi
h. Kondisi yang cukup
Keuntungan HPLC terletak pada penggunaan yang luas.
Dengan menggunakan fasa gerak cairan pada dasarnya sejumlah
besar zat dapat ditentukan dengan prosedur analisis ini.
10. Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari metode HPLC ada dua hal, yaitu didapatnya
pemisahan yang baik dalm waktu proses yang relative singkat. Untuk
tercapainya maksud dan tujuan analisis dengan HPLC diatas, maka
diperlikan penatalaksanaan yang betul-betul sudah dipersiapkan dan di
perhitungkan, yang antara lain :
Dipilih pelarut pengembang untuk komponen yang dipisahkan.
d. Untuk kaitan dengan pemilihan pelarut pengembang ( solvent ) maka
molom yang dipakai juga hatus dipastikan.
e. Detektor yang memadai.
f. Pengetahuan dasar HPLC yang baik serta pengalaman dan
keterampulan kerja yang baik.
11. Instrument HPLC
Pada garis besarnya Instrumen HPLC urutan letak.a seperti tampak pada
gambar berikut :
Pada garis besarnya susunan perangkat HPLC terdiri dari :
- Botol perarut pengembang
- Pompa cairan
- Katup injeksi
- Prekolom
- Kolom analitik
- Detector
- Rekorder/integrator
- Pembuangan
4.1. Pengenalan kolom HPLC
Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi merupakan bagian yang
sangaty penting, sebab separasi komponen – komponen sampel akan
terjadi didalam kolom. Oleh karena itu harus diperhatikan seksama tiga
hal berikut :
d. Pemilihan kolom yang sesuai.
e. Pemeliharan kolom.
f. Uji terhadap spesifikasi kolom (walaupun kolom tesebut
merupakan kolom yang siap pakai).
Kolom akan menjadi kunci penentuan keberhasilan pemisahan
komponen – komponen sampel serta hasil akhir analisis dengan
kromatografi cair kinerja tinggi.
Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi dibuat lurus ( tidak
dibuat melingkar sebagaimana kolom pada kromatografi gas ataupun
bentuk U). hali ini dimaksudkan untuk efiensi kolom yaitu untuk
mendapatkan harga H minimal.
Efisien kolom dirumuskan sebagai :
H = B/µ + CS . µ + Cn + µ
Keterangan :
H : JSPT
B/µ : Difusi longitudinal
CS . µ : kecepatan transfer massa didalam fasa diam
µ : kecepatan transfer massa didalam fasa gerak
kolom kromatografi cair kinerja tinggi terbuat dari :
- Bahan metal anti korosif dan tahan zat kimia
- Bahan gas tahan zat kimia
- Bahn gelas yang dilapisi bahan metal
Ditinjau dari ukurannya (panajng dari diameternya) kolom
kromatografi cair kinerja tinggi dibagi ats tiga macam sebagimana
terlihat pada tabel.
Macam – macam kolom KCKT
Jenis kolom Panjang (cm) Diameter (mm) Dp (µm)
Konvensional 10 – 20 4,5 10
Microbore 10 2,4 5
High speed 6 4,6 3
Keterangan :
Dp : Diameter rata – rata partikel fasa diam
Keuntungan :
Kolom dibuat dengan diameter sangat kecil (kolom mikro)
dibuat dengan tujuan agar :
- Kepekaan menjadi lebih teliti
- Menghemat larutan pengembang
- Memperluas kemampuan detector
- Sampel yang digunakan sedikit
Kolom dibuat pendek agar :
- Menghasilkan resolusi yang baik
- Memperkecil harga diameter rata – rata partikel fasa diam
- Waktu tR1 tM singkat (mengurangi pengaruh dari bagian alat
instrumentasi kromatografi cair kinerja tinggi terhadap hasil
pemisahan).
Kerugian :
Kolom mikro/high speed dengan dp = 5 dan dp = 3 harus
diperhatikan lebih teliti dibandingkan kolom konversional dp = 10,
sebab sela – sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran, jadi
harus sering kali dicuci dan kemudian pengembangan harus dijaga.
Fasa kolom
Dilihat dari polaritas fasa diam dan fasa gerak mak
kromatografi (kolomnya) dibedakan atas :
c. Kromatografi Fasa Normal
Kromatografi dengan kolom kovensional dimana fasa
diamnya ‘normal’ bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan
fasa geraknya versifat non polar.
d. Kromatografi Kolom Fasa Terbalik (Reversed Phase Column)
Kromatografi dengan kolom yang fasa diamnya bersifat non
Polar, sedangkan fasa geraknya bersifat polar ; kebalikan dari
fasa normal. Kromatografi fasa terbalik sebenarnya sudah lama
dipikirkan oleh Boscott (1947), tetapi baru sekitar tahun 1948
Boldingh berhasil memisahkan asam – asam lemak dengan
rantai panjang melalui suatu kolom yang berisi bahan karet.
(non polar) dan dielusi dengan larutan pengembang yang polar
yaitu campuran air, methanol, aseton. Untuk mendapatkan fasa
yang nonpolar silica gel direaksikan dengan klorosilan Cl-S1-
(R)n. fasa diamyang non polaryang banyak dipakai adalah
jenis : C18, C8, dan C2.
11.2. Pemeliharaan Kolom KCKT
Yang dimaksud kolom disini adalah kolom analitik. Maksud
kolom disini adalah :
- Memperpanjang jangka waktu pemakaian kolom (life time)
- Mempertahankan kondisi prima kolom
Hal tersebut dilakukan sebab kolom merupakan bagian
terpenting dalam KCKT, karena didalam kolom terjadi proses
pemisahan yang diharapkan.
Petunjuk pemeliharan kolom adalah sebagai berikut :
10.Sebelum dan sesudah dipakai kolom harus diperiksa ; waktu
tambat, factor kapasitar,jarak secara pelat teori (HETP) dan N
terhadap campuran standard :
Benzena 36,70 mg
Naftalena 4,33 mg
Antrasena 0,23 mg
Pelarut 100 ml
Untuk kolom kromatografi fasa terbalik dipakai pelarut
pengembang campur yang polar dan untuk kolom fasa normal dipakai
pelarut pengembang campur yang non polar.
11.Pelarut pengembang campur yang dipakai sebagai fasa gerak
harus :
- Derajat ‘pro HPLC’
- Disaring
Demikian juga dari larutan sampel
12.Dalam proses pelaksanaan analisis, kolom analitik harus
dilindungi dengan kolom pelindung, kolom pereaksi yang
diletakkan sebelum dan sesudah kolom analitik.
13.pH 2-8 merupakan daerah batas penatalaksanaan yang baik.
14.Sebaiknya sampel dilarutkan dalam pelarut pengembang
campur yang dipakai untuk mencegah pengendapan dalm
kolom.
15.Perubahan tekanan seketika dari pompa dihindari perubahan
yang seketika
16.Pada system elusi dengan cara gradient hendaklah perubahan
komposisi pelarut pengembang campur tidaklah seketika. Fasa
diam kolom kromatografi cair kinerja tinggi selau berada dalam
keadaan lembab, sebelum dipakai sebaiknya dialiri dengan
pelarut pengembang campur yang tertera pada spesifikasi
kolom, kecepatan (µ) rendah.
17.Kolom harus disimpan dalam pelarut tertentu misalnya n-
heptana untuk kolom fasa normal dan metode untuk kolom fasa
terbalik.
18.Pencucian hendaknya dilakukan setelah kolom dipakai.
12. Sitem Elusi KCKT
System pompa kromatografi cair kinerja tinggi sudah deprogram
untuk dapat melakukan elusi dengan satu atau lebih macam pelarut. Sitem
elusi yang aksn diuraikan adalah system elusi isotraktik. Padasistem ini elusi
yang akan dilakukan dengan satu macam larutan pegembang (pelarut
pengembang campur) dengan pembanding yang tetap, misalnya Metanol-Air
= 50 : 50 v/v
13. Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
6.1 Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif pada KCKTpada prinsipnya hamper sama dengan
KGP atau KGC yaitu berdasarkan perbandingan area dari peak kromatografi
antara sampel dengan zat standard.
Ada beberapa cara pelaksaan analisis kuantitaif, yaitu :
f. Penormalan Area
Yang dimaksud dengan penormalan area adalah menghitung susunan
komponen dalam % dengan mengukur setiap puncak damn membaginya
dengan area total.
g. Factor koreksi
Karena detector memberikan respon berbeda terhadap zat,maka pada
tiap zat yang dihitung kadarnya perlu dilakukan koreksi detector masing –
masing dari keseluruhan.
h. Standard Eksternal (kalibrasi mutlak)
Dipakai zat standard yang sama dengan contoh dibuat berbagai macam
kadar (6) tentuikan areanya masing – masing dan korelasikan terhadap
kosentasi (r)
i. Standard Internal
Dipakai penambahanzat lain yang tidak sama dengan contih / standard
akan tetapi mempunyai sifat fisikokimia yang mirip dengan contoh.
j. Adisi standard
Cara ini dilaksankan apabila menghadapi kadar contoh yang sangat kecil,
dengan cara ini respon detector akan naik. Tiap-tiap contoh kadarnaya
akan bias dihitung dan hasil akhir merupakan rata-rata statistic.
6.2. Analisis kualitatif
Untuk analisis juga harus dilakukan perbandingandenagn standard
yang dibandingkan adalah :
TR : waktu hambat
α : Efesiensi pelarut
Retensi relative = tR2
tR1
pelaksanaa analisis kualitatif dapat dilakuakan dengan cara :
5. Standard Internal : Membandingkan harga tR
6. Standard eksternal : Membandingkan harga α
7. Perubahan kondisi : kolom, pelarut dengan pengembang,
Temperature, pada setiap perubahan bandigkan dengan tr .
8. Dengan cara penumpukan ‘peak’ overlay.
14. Prosedur Pemakaina KCKT (HPLC) untuk jenis kolom Reserve Phase
9. ON,kan pump, masukkan fasa gerak kedalam solvent reservoir.
10.Hilangkan udara yang ada didalam PTFE tubing yang menghubungkan
pump dengan solvent, dengan cara :
a. Masukkan syringe ke TFE pada inlet manifold pump.
b. Putar drawoff tube pada inlet manifold yang berlawanan arah jarum
jam, sampai kelihatan satu ulirnya.
c. Sedot syringe sampai tidak ada udara pada TFE tubing yang
menaghubungkan pump dengan solvent reservoir.
d. Tutup drawoff tube dengan memutarnya searah jarum jam (jangan
terlalu kencang) catatan : solvebt reservoir harus terletak lebih
tinggi dari pump.
11.Alirkan methanol dengan flow 1,5 ml/menit, cek volume methanol yang
keluar dari detector, bila tidak sesuai lakukan pencucian secara
berurutan.
12.ON kan detector.
13.Alirkan pump dengan flow rate sesuai dengan prosedur analisa secara
bertahap, tunggu supaya stabil 15 menit.
14.Set panjang gelombang pada detector, AUFS (sensitivitas), set tombol
keposisi ABS dan nol kan. Bila kolom sudah stabil, display ABS akan
tetap nol (tidak bervariasi).
15.Hidupkan recorder.
16. Injeksikan sampel dan standard.
Pencucian
C. Bila menggunakan Buffer :
7. Matikan recorder dan detector
8. Ganti fasa gerak dengan air, injector harus pada posisi INJECT,
alirkan pump dengan flow = 1 ml/menit selama 15 menit.
9. Ganti dengan campuran methanol dn air ( 1 : 1 ). Alirkan pump
dengan flow = 1 ml/menit selama 15 , menit.
10.Ganti dengan methanol, alirkan pump dengan flow = 1 ml/menit.
Alirkan pump dengan flow 1 ml/menit selama 30 menit.
11.Set flow rate ke 0
12.Matikam pump.
D. Bila tidak dengan buffer, langsung di cuci dengan methanol.
3.4. Prosedur kerja
3.4.1. Analisis fisik
3.4.1.1. Pemerian (physical Examination)
Pemerian sampel yang meliputi parameter bentuk, warna, baud
an kelarutan dalam air.
3.4.1.2. Susut Pijar Sampel Pyridoxine Hydrochloride metode
Gravimetri
1. Timbang 1 – 2 gram sampel Pyridoxine Hydrochloride kedalam cawan
porselen yang telah diketahui beratnya.
2. Pijarkan sampel pada suhu 650c.
3. Dinginkan sampel + cawan didalam eksikator selama 15menit
4. Timbang cawan + porselen
5. Hitung berat sampel setelah pemijaran
3.4.1.3. Susut Kering Sampel Pyridoxine Hydrochloride metode
Gravimetri
1. Timbang 1 – 2 gram sampel Pyridoxine Hydrochloride kedalam cawan
porselen yang telah diketahui beratnya.
2. Pijarkan sampel dalam tanur pada suhu 105c selama 4jam
3. Dinginkan sampel + botol timbang didalam eksikator selama 15menit
4. Timbang cawan + porselen
5. Hitung berat sampel setelah pemanasan
3.4.1.4. Solution (5%) in Water
1.Timbang 1gram sampel Pyridoxine Hydrochloride kedalam gelas kimia
2. Larutkan dengan Aquadest
3. Amati kelatutan adri larutan
3.4.2. Analisis Kimia
3.4.2.1. Analisis kadar sampel Pyridoxine Hydrocholide (HPLC)
A. Keselamatan Kerja.
Selalu bekerja mengikuti Prosedur laboratorium dan keselamatan
sebelum menggunakan bahan kimia yang tidak familiar.
B. Bahan.
Glacial Asetic acid, Reagent Grade.
Methanol, Reagent Grade.
p-Hydroxybenzoic acid, Reagent Grade
Pyridoxine Hydrochloride satandard referensi, USP atau Abbott
Silica Gel
Sodium 1-hexane sulfonate, Reagent Grade
1N Sodium Hydroxide
C. Preparasi Reagent
a. Mobile phase
- Timbang sekitar 1,2 gram Sodium 1-hexane
sulfonate,campurkan dengan 20ml Asam asetic Gracial
lalu masukkan kedalam Labu ukur 2000ml
- Larutkan dengan 1400ml Aquadest
- Atur pH larutan tersebut (3 ± 0,1) gunakan Asam
Acetik Gracial atau NaOh 1N
- Tambahkan 470ml Methanol,encerkan dan
tandabataskan
- Saring dan ultasonik larutan tersebut.
b. larutan internal standard
- Timbang 0,050 gram p-Hydroxybenzoic acid
- Pindahkan kedalam labu ukur 50ml
- Tambahkan mobile phasedan tandabataskan
D.Preparasi Larutan.
a.Preparasi standard
- Timbang dengan akurat sekitar 0,050 gram pyridoxine
hydrochloride (W std) lalu masukkan kedalam labuukur
100ml
- Larutkan dengan mobile phase hingga tanda batas,
kocok!
- Pipet 10ml larutan dan 1ml larutan internal standard,
lalu masukkan kedalam labuukur 100ml
- Tambahkan mobile phase hingga tandabatas
- Kosentrasi Pyridoxine Hydrocholide pada preparasi
standard mendekati 0,05 mg/ml dengan perhitungan
sebagai berikut :
C= Wstd x 10ml x 1000mg
100ml 100ml 1g
W std : beratstandard (gram)
C : Kosentrasi Pyridoxine Hydrochloride (mg/ml)
b. Preparasi sampel (dibuat triplicate)
- Timbang akutrat sekitar0,050 gram sampel (W spl)
- Pindahkan ke dalam labuukur 100ml
- Tambahkan mobile phase hingga tandabats dan
kocok!
- Pipet 10ml larutan dan 1ml larutan internal standard,
lalu masukkan kedalam labuukur 100ml
- Tambahkan mobile phase hingga tandabatas dan
kocok!
E. Prosedur
I. Pencocokan system
- Inject 20 dari larutan standard kedalam rangkaian HPLC
- Simpan respon puncak dari pyridoxine Hydrochloride dan p-
hydroxybenzoic acid.
- Inject secara berurutan 20 standard kedalam rangkaian
system HPLC sampai terjadi respon puncak pyridoxine
Hydrochloride. Dari 6 deret injecsi harus diperoleh standard
deviasi tidak lebih dari 3%.
II. Analisis
- Inject 20 sampel kedalam system HPLC kemudian simpan
respon sampai terjadi respon puncak pyridoxine Hydrochloride
3.4.2.2. Identifikasi (Infrared) pyridoxine Hydrochloride
b. Alat :
- Kuvet (sintered-glass funnel)
- Spectrophotometer IR, dengan panjang gelombang
BAB IV
DATA DAN PENGAMATAN
Nama bahan baku : Pyridoxine Hydrochoride
Lot. No. : 95675 XQ
List No. : 59740
Tanggal Analisis : 02 dan 03 Desember 2010
HASIL YANG DICAPAI
Pemerian ( Physical Examination )
Sampel ID Hasil Spesifikasi
95675 XQ
Bentuk : Sesuai Kristal halus
Warna : Sesuai Putih
Bau : Sesuai Bau khas lemah
Kelarutan ( 5%) dalam air : Larut
Hasil Analisis Susut Pijar sampel Pyridoxine Hydrochloride
Sampel ID 95675 XQ-1 95675XQ-2
Berat sampel (g) 2,0052 2,0040
Tara (g) 13,8456 13,5265
Sampel + Tara (g) 15,8508 15,5305
Residu + Tara (g) 13,8459 13,5272
Residu (g) 0,0003 0,0007
% ROI 0,0149% 0,0349%
Perhitungan :
% ROI 1 : [ (Residu + Tara) – Tara ] x 100%
[ (Sampel + Tara) – Tara ]
= 13,8459 – 13,8456 x 100% = 0,0149 %
15,8508 – 13,8456
% ROI 2 : : [ (Residu + Tara) – Tara ] x 100%
[ (Sampel + Tara) – Tara ]
= 13,5272 – 13,5265 x 100% = 0,0349 %
15,5302 – 13,5265
Rata-rata : 0,03%
Syarat : ≤ 0,1 %
Kesimpulan : Baik
Identifikasi menggunakan Spectrophotometer IR
Sampel ID Hasil Identifikasi
95675 XQ
Sesuai
Spectrum sanpel sama / mirip dengan spectrum standar
Analisis Susut Kering sampel Pyridoxine Hydrochloride
Sampel ID 95675 XQ-1 95675XQ-2
Berat sampel (g) 2,0000 2,0054
Tara (g) 14,6353 18,0248
Sampel + Tara (g) 16,6353 20,0302
Residu + Tara (g) 16,6350 20,0300
Residu (g) 0,0003 0,0002
% LOD 0,0150% 0,0099%
Perhitungan :
% LOD 1 : [ (Sampel + Tara ) – (Residu + Tara) ]
Berat sampel
= 16,6353 – 16,6350 x 100% = 0,0150%
2,0000
% LOD 2 : [ (Sampel + Tara ) – (Residu + Tara) ]
Berat sampel
= 20,0302 – 20,0300 x 100% = 0,0099%
2,0054
Rata-rata : 0,0125%
Syarat : ≤ 0,5%
Kesimpilan : Baik
Chloride (Cl-)
Sampel ID Hasil Identifikasi
95675 XQ
Sesuai
Warna Lebih terang dari pada warna
standard
Sampel Dibandingkan dengan yang sama dengan chloride. Jika
larutan sampel lebih terang daripada larutan standard, berarti sampel
mengandung chloride kutrang dari atau kurang dari .
Kandungan Chloride sampel Pyridoxine Hydrochloide
Sampel
ID
Berat Sampel
(g)Kosentrasi Vol.Titrasi Hasil
95675 XQ
1. 0,25050,1022 11,8825 17,1726%
2. 0,25020,1022 11,8443 17,1379%
Rata-rata 17,1552%
Perhitungan :
% Cl- “ On dried basis” 1 = hasil x 100
(100 - % LOD)
= 17,1552 x 100 = 17,2 %
(100 – 0,0125)
Syarat : 16,9 – 17,6 %
Kesimpulan : Baik
Analisis Kadar Pyridoxine Hydrochloride (HPLC)
- Hasil pengukuran waktu retensi HPLC
A.Standard
Nama sampel
Inj Channel Vial PyridoxineHClp-hydroxybenzoic
acid
1 Standard-1 12487 channel
11 4,020 6,426
2 Standard-2 1 2487 channel 1 1 4,025 6,445
3 Standard-3 1 2487 channel 1 1 4,027 6,447
4 Standard-4 1 2487 channel 1 1 4,028 6,454
5 Standard-5 1 2487 channel 1 1 4,003 6,368
6 Standard-6 1 2487 channel 1 1 4,011 6,396
Rata2 4.019 6,425
Std.Dev 0,010 0,034
%RSD 0,2 0,5
B.Sampel
Nama sampel inj ChannelVia
l
PyridoxineHC
l
p-
hydroxybenzoic
acid
159740;95675XQ
1
2487 channel
12 4,011 6,394
2 59740;95675XQ2 2487 channel 1 3 4,018 6,415
3 59740;95675XQ3 2487 channel 1 4 4,008 6,370
Rata2 4,012 6,393
Std.Dev 0,005 0,022
%RSD 0,1 0,3
- Hasil pengukuran Area
A.Standard
Nama sampel
Inj Channel Vial PyridoxineHClp-hydroxybenzoic
acid
1 Standard-1 12487 channel
11 566874 758087
2 Standard-2 1 2487 channel 1 1 565229 758155
3 Standard-3 1 2487 channel 1 1 566772 761306
4 Standard-4 1 2487 channel 1 1 567789 763609
5 Standard-5 1 2487 channel 1 1 566749 762372
6 Standard-6 1 2487 channel 1 1 569998 764917
Rata2 567235 761408
Std.Dev 1584 2818
%RSD 0,3 0,4
B.Sampel
Nama sampel inj ChannelVia
l
PyridoxineHC
l
p-
hydroxybenzoic
acid
159740;95675XQ
1
2487 channel
12 573926 761653
2 59740;95675XQ2 2487 channel 1 3 565506 752435
3 59740;95675XQ3 2487 channel 1 4 572367 762947
Rata2 570599 759011
Std.Dev 4480 5732
%RSD 0,8 0,8
- Hasil pengukuran Amount ( Nilai )
A.Standard
Nama sampel
Inj Channel Vial PyridoxineHClp-hydroxybenzoic
acid
1 Standard-1 12487 channel
11 0,050 1,000
2 Standard-2 1 2487 channel 1 1 0,050 1,000
3 Standard-3 1 2487 channel 1 1 0,050 1,000
4 Standard-4 1 2487 channel 1 1 0,050 1,000
5 Standard-5 1 2487 channel 1 1 0,050 1,000
6 Standard-6 1 2487 channel 1 1 0,050 1,000
Rata2 0,050 1,000
Std.Dev 0,000 0,000
%RSD 0,2 0,0
B.Sampel
Nama sampel inj ChannelVia
l
PyridoxineHC
l
p-
hydroxybenzoic
acid
159740;95675XQ
1
2487 channel
12 99,927 100,000
2 59740;95675XQ2 2487 channel 1 3 99,865 100,000
3 59740;95675XQ3 2487 channel 1 4 99,882 100,000
Rata2 99,891 100,000
Std.Dev 0,32 0,000
%RSD 0,0 0,0
Hasil Pengukuran Sampel
Nama sampel VialInj #
Run time
(menit)Vol.inj
Acqulision method
Berat sampel
dilution
1 59740;95675XQ1 2 1 2 10,00 PyridoxineHCl 50,600001000,0000
0
2 59740;95675XQ1 3 1 1 10,00 PyridoxineHCl 50,500001000,0000
0
3 59740;95675XQ1 4 1 1 10,00 PyridoxineHCl 50,400001000,0000
0
Perhitungan :
Result “Ash is basis” = 99,891%
“On dried basis” = 99,891 % x 100
(100 – LOD )
= 99,891% x 100
( 100 – 0,0125)
= 99,99 %
Syarat : 98,0 – 102,0 %
Kesimpulan : Baik
BAB V
PEMBAHASAN
Tingkat efisiensi pemisahan dengan kromatografi gas tercermin pada peak –
peak kromatogram yang dihasilkan. Semakin lebar suatu peak kromatogram maka
dapat dikatakan pemisahan semakin kurang efisien. Secara kuantitatif , efisiensi ini
dapat dijelaskan dengan teori plat, bayangkanlah bahwa dalam proses kromatografi
terjadi kesetimbangan distribusi diantara fasa gerak dan fasa diam ketika solute
bergerak melalui kolom. Dengan kata lain, kromatografi merupakan proses ekstraksi
yang berkesinambungan.
Bermacam-macam gas telah digunakan dalam GC, misalnya, hydrogen,
helium, helium, memungkinkan difusi yang lebih longitudinal dari solute, yang
cenderung menurunkan efisiensi kolom, terutama pada laju arus yang lebih rendah.
Maka nitrogen mungkin merupkan suatu pilihan yang lebih baik untuk gas-pembawa
agar dapat dilakukan suatu pemisahan yang benar-benar sukar. Tambahan pula
nitrogen lebih murah dari pada helium dan lebih aman dalam laboratorium dari pada
hydrogen. Akan tetapi ada perimbangan lain, yaitu ciri-ciri detektornya.
Ada tiga hal yang dapat berlangsung pada molekul tertentu dalam campuran
yang diinjeksikan pada kolom:
1. Molekul dapat berkondensasi pada fasa diam.
2. Molekul dapat larut dalam cairan pada permukaan fase diam
3. Molekul dapat tetap pada fasa gas
Dari ketiga kemungkinan itu, tak satupun yang bersifat permanen.
Senyawa yang mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari temperatur kolom
secara jelas cenderung akan berkondensasi pada bagian awal kolom. Namun,
beberapa bagian dari senyawa tersebut akan menguap kembali dengan dengan jalan
yang sama seperti air yang menguap saat udara panas, meskipun temperatur dibawah
100oC. Peluangnya akan berkondensasi lebih sedikit selama berada didalam kolom.
Sama halnya untuk beberapa molekul dapat larut dalam fasa diam cair.
Beberapa senyawa akan lebih mudah larut dalam cairan dibanding yang lainnya.
Senyawa yang lebih mudah larut akan menghabiskan waktunya untuk diserap pada
fasa diam: sedangkan senyawa yang suka larut akan menghabiskan waktunya lebih
banyak dalam fasa gas.
Setiap bahan / material dimungkinkan memiliki kerusakan atau
ketidaksesuaian terhadap standar parameter yang berlaku pada suatu perusahhaan /
industri. Untuk memastikan kualitas pada suatu bahan diperlukan untuk menguji
kualitas bahan agar tidak terjadi kesalahan dari proses produksi. Parameter –
parameter yang dianalisis terhadap bahan tersebut harus dapat menunjukan kualitas
dari sample tersebut, misalnya kandungan chloride ( Cl-), susut kering dan susut pijar.
Bahan dapat digunakan untuk proses produksi setelah lulus uji kualitas untuk
menghindari kesalahan analisis pada bahan / produk jadi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Adanya praktik kerja industri (prakerin) bagi siswa – siswi sekolah menengah
kejuruan sangat membantu sekali dalam menunjang proses pembelajaran yang
berbasis kompetensi karena bukan hanya menambah ilmu pengetahuan yang tidak
didapat disekolah namun juga dapat dijadikan ajang latihan dalam mempersiapkan
siswa untuk langsung terjun ke dunia kerja dan juga untuk menambah pengalaman
serta meningkatkan kompetensi siswa dibidangnya.
Kegiatan yang biasanya dilakukan di laboratorium Quality Assurance PT. Abbot
Indonesia adalah Uji pemastian mutu baik kimia maupun mikrobiologi, yang mencakup
pemastian mutu untuk bahan baku dan bahan jadi.
PT. Abbot Indonesia Termasuk kedalam Industri dalam bidang farmasi yang
dalam proses analisisnya tidak dapat dipisahkan dari instrument – instrument
penunjang untuk melaksanakan proses analisis.
6.2. Saran
a. Untuk Pihak Industri
Sebaiknya pihak industri memberikan waktu lebih lama kepada siswa prakerin
agar siswa yang melakukan prakerin mendapatkan pengalaman serta pengetahuan
yang lebih banyak di tempat prakerin,
b. Untuk Pihak sekolah
Agar instrument untuk analisis dilengkapi atau diperbaiki bila kondisinya rusak,
sehingga siswa dapat menggunakan instrument – instrument tersebut sebagai bekal ke
dunia Industri.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada HPLC digunakan system pompa yang dimaksud untuk mendorong fase gerak
masuk kedalam kolom, karena kecilnya ukuran partikel fase diam yang ada didalam kolom
maka tekanan pompa yang diperlukan untuk memompa fase gerak cukup tinggi. Pemilihan
panjang gelombang deteksi contoh merupakan kompromi antara siat senyawa yang dianalisa
dengan pelarut ( Eluen ) yang digunakan, berarti dipilih panjang gelombang deteksi maksimum
bagi senyawa tunggal atau yang optimum bagi campuran senyawa, tetapi tidak terganggu oleh
absorbs pelarut.
Untuk melarutkan zat yang akan dianalisa pada pembuatan larutan standard,
menggunakan pelarut fase gerak agar puncak-puncak grafik yang tidak diinginkan tidak muncul.
Didalam HPLC, komponen eluen merupakan salah satu variable yang mempengaruhi
pemisahan. Eluen akan membawa serta molekul-molekul Komponen melewati kolom, selai itu
elueun akan berinteraksi dengan fase diam. Interaksi antar eluen, komponen fase ini yang
menyebabkan kromatografi cairan merupakan tehnik pemisahan yang sangat ampuh, kekuatan
dari masing-masing interaksi tadi akn mempengaruhi pemisahan kromatogrfi.
Kolom ( column ) yang digunakan pada HPLC untuk pemisahan biasanya mempunyai
prioritas yang sangat kecil (3-50µm) dengan diameter 2-5 mm, sehingga seluruh fase gerak
serta sampel yang dianalisis harus disaring dengan menggunakan saringan mikro dengan filter
yang mempunyai ukuran yang lebih kecil atau sama dengan porositas dari kolom yang akan
digunakan. Biasanya jika mengguanakn kolom dengan ukuran porositas 10µm, maka fase
gerak dan sampel harus disaring dengan filter ± 0,45 µm. Hal tersebut sangat penting untuk
memperoleh hasil pemisahan yang sempurna serta untuk menghindari terjadinya penyumbatan
( blocking ) didalam kolom sehingga self life kolom lebih panjang. Panjang pendek kolom juga
mempengaruhi kecepatan dari terpisahnya dari masing-masing analit.
Setiap bahan / materi dimungkinkan memiliki kerusakan atau ketidaksesuaian terhadap
standard parameter yangberlaku pada suau perusahaan / industry. Untuk memastikan kualitas
pada suatu bahan diperlukan untuk menguji kialitas bahan agar tidak terjadi kesalahan dari
proses produksi. Parameter- parameter yang dianalisis terhadap bahan tersebut harus dpat
menunjukkan kualitas dari sampel tersebut, misalnya kandungan chloridr ( Cl-), susut kering dan
susut pijar.
Bahan dpat digunakan untuk proses produksi setelah lulus uji kualitas untuk
menghindari kesalahn analisis pada bahan / produk jadi.