laporan - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=9oktober2015_heart_of_borneo_land_cover... ·...

35
LAPORAN Pemetaan Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur 2013 Oleh: Setiabudi, Arif Budiman, Hultera I. Pendahuluan A. Latar Belakang Tutupan lahan merupakan penampakan secara fisik suatu bentang lahan, baik penampakan alami maupun penampakan buatan manusia. Peta tutupan lahan dapat dihasilkan dari interpretasi citra sateli pengindaraan jauh. Peta tutupan lahan hasil interpretasi citra ini perlu dilakukan pengecekan lapangan atau ground check untuk memferifikasi dan meningkatkan hasil interpretasi. Peta tutupan lahan merupakan data dasar untuk perencanaan suatu wilayah. Rencana pembangunan rendah emisi GRK pada sektor berbasis lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu membutuhkan peta tutupan lahan terkini (2013) untuk melengkapi series data tutupan lahan yang sudah ada yaitu data tutupan lahan 1990, 2000 dan 2009. Untuk membangun Reference Level (RL) sebagai dasar perhitungan penurunan emisinya dibutuhkan data aktifitas (tutupan lahan) dan data factor emisi untuk setiap kelas tutupan lahan. Peta tutupan lahan tersebut dihasilkan dari hasil penafsiran citra satelit landsat dari beberapa path/row dan dari beberapa “times series”. Untuk data spatial tahun 1990 dan 2000 umumnya diambil dari data citra landsat yang telah mengalami penggabungan dalam bentuk “master-sid” sehingga berdampak kurang tajamnya citra satelit tersebut karena telah mengalami reduksi piksel yang cukup banyak. Sedangkan citra landsat 2009 umumnya berupa data landsat tm-7, akan tetapi karena adanya garis2 atau stripping dan kendala banyaknya awan sehingga sangat mengganggu dalam melakukan delineasi dan identifikasi obyek. Dengan keluarnya data citra landsat TM-8, dimungkinkan melakukan penafsiran data 2013 yang cukup terbantu saat melakukan delineasi. Walaupun data 2013 sudah tidak ada stripping pada landsat TM-8, banyaknya awan tetap merupakan kendala utama dalam melakukan delineasi

Upload: phambao

Post on 07-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN

Pemetaan Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam

Ulu Provinsi Kalimantan Timur

2013

Oleh:

Setiabudi, Arif Budiman, Hultera

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Tutupan lahan merupakan penampakan secara fisik suatu bentang lahan,

baik penampakan alami maupun penampakan buatan manusia. Peta tutupan

lahan dapat dihasilkan dari interpretasi citra sateli pengindaraan jauh. Peta

tutupan lahan hasil interpretasi citra ini perlu dilakukan pengecekan lapangan

atau ground check untuk memferifikasi dan meningkatkan hasil interpretasi.

Peta tutupan lahan merupakan data dasar untuk perencanaan suatu

wilayah. Rencana pembangunan rendah emisi GRK pada sektor berbasis lahan

Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu membutuhkan peta tutupan lahan

terkini (2013) untuk melengkapi series data tutupan lahan yang sudah ada yaitu

data tutupan lahan 1990, 2000 dan 2009. Untuk membangun Reference Level

(RL) sebagai dasar perhitungan penurunan emisinya dibutuhkan data aktifitas

(tutupan lahan) dan data factor emisi untuk setiap kelas tutupan lahan.

Peta tutupan lahan tersebut dihasilkan dari hasil penafsiran citra satelit

landsat dari beberapa path/row dan dari beberapa “times series”. Untuk data

spatial tahun 1990 dan 2000 umumnya diambil dari data citra landsat yang

telah mengalami penggabungan dalam bentuk “master-sid” sehingga

berdampak kurang tajamnya citra satelit tersebut karena telah mengalami

reduksi piksel yang cukup banyak.

Sedangkan citra landsat 2009 umumnya berupa data landsat tm-7, akan

tetapi karena adanya garis2 atau stripping dan kendala banyaknya awan

sehingga sangat mengganggu dalam melakukan delineasi dan identifikasi

obyek. Dengan keluarnya data citra landsat TM-8, dimungkinkan melakukan

penafsiran data 2013 yang cukup terbantu saat melakukan delineasi.

Walaupun data 2013 sudah tidak ada stripping pada landsat TM-8,

banyaknya awan tetap merupakan kendala utama dalam melakukan delineasi

pada poligon2 yang telah mengalami perubahan bentuk, sehingga diperlukan

cukup banyak citra pada periode waktu yang relative sama dan perlu dilakukan

pengecekan lapangan untuk memperoleh tutupan lahan yang cukup sahih.

A. Maksud dan tujuan:

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data aktifitas yg lengkap

dari tahun 1990, 2000, 2009 dan 2013, yang tujuannya adalah sebagai bagian

dari perhitungan dinamika perubahan tutupan lahan untuk membuat Reference

Level (RL) dengan menggunakan metode stock difference.

II. Metodology

Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan studi ini meliputi:

• Melakukan interpretasi citra satelit landsat 2012/2013 untuk

mengidentifikasi tipe-tipe tutupan hutan dan lahan berdasarkan tipe

ekologi dan penggunaannya sesuai dengan standard WWF

• Melakukan re-interpretasi gap-data pada data land cover tahun 1990,

2000 dan 2009 dengan menggunakan data dan informasi dari berbagai

sumber.

• Melakukan analisa perubahan tutupan lahan dalam kurun waktu 4 tahun

(dari tahun 2009 sampai 2013).

• Menentukan titik-titik pengecekan lapangan berdasarkan data sementara

hasil interpretasi awal dan titik-titik yang perlu diambil selama di

lapangan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat 1990-2000-2009-2013

diperoleh 39 kelas tutupan lahan yang dibagi ke dalam 3 kelas utama yakni :

Vegetasi alami:

1. Dry Lowland Forest rather closed canopy

2. Dry Lowland Forest medium open canopy

3. Dry Lowland Forest very open canopy

4. Tall heath forest on sandstone rock rather closed canopy

5. Tall heath forest on sandstone rock medium open canopy

6. Tall heath forest on Sandstone rock very open canopy

7. Low heath forest sandstone rock rather closed canopy

8. Peat Swamp Forest rather closed canopy

9. Peat Swamp Forest medium open canopy

10. Peat Swamp Forest very open canopy

11. Fresh Water Swamp Forest rather closed canopy

12. Fresh Water Swamp Forest medium open canopy

13. Fresh Water Swamp Forest very open canopy

14. Forest Re-growth (Belukar)

15. Forest Re-growth on Swampy

16. Shrubs (Semak/Belukar Muda)

17. Shrubs on Swampy

18. Shrubs on Sandstone Forest

19. Grassland or Fernland

20. Swamp Grasses/Fernland

21. Overgrowing Clear cut-Shrubs

Vegetasi Budi daya :

1. Industrial Forest Plantation

2. Acacia Plantation

3. Small Holder Rubber

4. Intensive Small Holder Rubber

5. Oilpalm Plantation

6. Young Oilpalm Plantation

7. Mixed Agriculture

8. Mixed Garden

Non Vegetasi :

1. Cleared for Industrial Forest Plantation

2. Burnt

3. Cleared

4. Cleared for Oilpalm Plantation

5. Cleared for Industrial Forest Plantation

6. Settlement

7. Coal Mining

8. Gold Mining

9. Water Body

10. Cloud

Gambar 1. Peta Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu,

Provinsi Kalimantan Timur 2009.

Gambar 2. Peta Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu,

Provinsi Kalimantan Timur 2013.

Tabel 1. Kelas Tutpan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu, Provinsi

Kalimantan Timur 2009-2013 beserta code dan luasan masing-masing kelas.

CLASS_Kutai Barat & Mahakam Hulu CODE Area 2009 (Ha) Area 2013 (Ha)

Dry Lowland Forest rather closed canopy 111a 1,232,273.6 1,220,370.7

Dry Lowland Forest medium open canopy 111b 875,819.3 832,103.2

Dry Lowland Forest very open canopy 111c 199,417.8 198,199.1

Tall Heath Forest on Sandstone rock rather closed canopy 116a 95,072.5 94,630.0

Tall Heath Forest on Sandstone rock medium open canopy 116b 608.9 887.3

Tall Heath Forest on Sandstone rock very open canopy 116c 20.9 20.9

Low Heath Forest on Sandstone rock rather closed canopy 116aa 645.3 645.3

Peat Swamp Forest rather closed canopy 117a 5,680.9 5,537.9

Peat Swamp Forest medium open canopy 117b 2,157.7 1,648.0

Peat Swamp Forest very open canopy 117c 616.8 236.6

Fresh Water Swamp Forest rather closed canopy 118a 6,272.1 5,568.9

Fresh Water Swamp Forest medium open canopy 118b 7,179.7 6,128.0

Fresh Water Swamp Forest very open canopy 118c 9,290.6 8,917.0

Forest Re-growth (Belukar) 120a 171,167.4 157,395.8

Forest Re-growth on Swampy 120b 33,535.3 33,069.6

Shrubs (Semak/Belukar Muda) 121a 176,968.4 191,281.8

Shrubs on Swampy 121b 51,326.4 56,497.3

Shrubs on Sandstone Forest 121c 47.3 47.3

Grassland 122a 10,736.6 10,965.7

Swamp Grasses/Fernland 122b 45,328.1 35,903.3

Overgrowing Clear cut-Shrubs 123a 59,155.1 60,834.3

Burnt 124a 2,024.4 -

Cleared 125a 14,420.3 5,216.2

Cleared for Oilpalm Plantation 126a 24,364.4 23,960.0

Industrial Forest Plantation 211a 50,241.0 63,336.1

Cleared for Industrial Forest Plantation 211b 951.4 5,067.7

Acacia Plantation 211c 2,813.3 3,175.9

Small Holder Rubber 212a 120,888.8 134,308.2

Intensive Small Holder Rubber 212b 1,358.3 1,344.7

Oilpalm Plantation 213a 5,167.4 52,404.4

Young Oilpalm Plantation 213b 22,045.6 28,718.9

Mixed Agriculture 214a 18,158.7 2,506.4

Mixed Garden 215a 6,005.2 6,677.9

Settlement 311a 2,650.3 2,805.4

Water Body 312a 31,207.8 31,276.7

Coal Mining 314b 7,856.5 10,539.4

Gold Mining 314c 133.5 133.5

Cloud 313a - 1,247.9

3,293,607.0 3,293,607.0

Kabupaten Mahakam Hulu berada di utara Kabupaten Kutai Barat.

Sebagian besar wilayahnya masih berupa hutan alam berupa hutan produksi

karena masih dijumpai kegiatan HPH di wilayah tersebut. Namun di sebelah

utara masih bisa dijumpai kawasan hutan primer yang berbatasan dengan

Kabupaten Barito Utara di Kalimantan Tengah, Kapuas Hulu di Kalimantan Barat

dan hutan yang berbatasan dengan Negara Malaysia. Sedangkan awasan hutan

di Kabupaten Kutai Barat hutan alam yang umumnya hutan bekas tebangan

hanya dijumpai di sebelah barat yang berbatasan dengan Kabupaten Barito

Utara bagian Selatan.

Berikut deskripsi tipe-tipe tutupan lahan yang dijumpai di kedua

Kabupaten tersebut antara lain:

1. Hutan Alam Lahan Kering (Dry Forest)

Hutan alam secara ekologi, dapat dibagi berdasarkan dua faktor utama

yakni faktor edaphis dan klimatis. Hutan alam yang dibedakan berdasarkan

faktor edaphis antara lain adalah hutan mangrove, hutan rawa air tawar, hutan

gambut, hutan riparian (hutan sepanjang aliran sungai) dan hutan kerangas.

Sedangkan hutan yang dibagi berdasarkan pengaruh iklim yakni hutan yang

tumbuh diatas lahan kering dibagi berdasarkan zona ketinggian.

Berdasarkan klasifikasi vegetasi secara umum di regional kawasan flora

Malaesia, van Stennis (1935, 1972) dan juga menurut Laumonier, 2009

menetapkan bahwa zone ketinggian vegetasi hutan di Borneo antara lain:

Dry Lowland Forest (0-500 m)

Hill Forest (500-1000 m)

Sub-Montane Forest (1000-2000 m)

Montane Forest (2000-2500 m)

Tropical alpine (>2500 m)

Dry Lowland Forest (hutan dataran rendah) berdasarkan struktur dan

komposisi jenis adalah paling kompleks dibandingkan dengan formasi vegetasi

hutan lainnya. Hutan hujan dataran rendah Dipterocarp dijumpai di Sumatra

dan Kalimantan adalah mengacu pada suatu tipe hutan yang didominasi oleh

tegakan pohon yang dikuasai oleh famili dipterocarpaceae seperti Shorea spp;

Pharashorea spp; Dipterocarpus spp; Hopea spp and Vatica spp. Famili ini

menguasai pada lapisan “emergent” yakni lapisan hutan diatas lapisan kanopi

bersama dengan beberapa jenis lainnya seperti dari famili Caesalpiniaceae

seperti Kompas (Koompassia malaccensis) dan sindur (Sindora sp.),

Bombacaceae (Durio spp;), Anacardiaceae (Gluta spp) dan Mangifera spp.

Lapisan kanopi umumnya dikuasai oleh jenis-jenis pohon dari keluarga

Myrtaceae, Burseraceae, Annonaceae.

Hutan perbukitan antara 500-1000 m dpl., struktur dan komposisi

hutannya hampir sama dengan hutan dataran rendah, akan tetapi secara

floristik cenderung menurun. Makin tinggi tempat tumbuh dari permukaan laut,

makin berkurang struktur dan komposisinya. Lebih ekstrim lagi, pada formasi

sub- alpine (>2500 m) yang dekat dengan kaldera gunung berapi seperti halnya

di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan beberapa puncak gunung

vulkanik di Sumatra, struktur hutannya sudah tidak mempunyai lapisan atau

stratifikasi, hanya jenis Vaccinium spp dan Anaphalis sp yang dapat tumbuh

pada habitat dengan tetinggian tersebut.

Hutan Kerangas (Heath forest) adalah tipe hutan pada tanah berpasir

kuarsa dari batuan induk sandstone adalah vegetasi hutan yang tumbuh pada

lahan kering, dan karena kandungan unsur haranya rendah, menyebabkan

struktur dan komposisi jenisnya lebih rendah dibandingkan dengan pada tanah

yang umumnya dijumpai di Sumatra dan Kalimantan yakni podsolik merah-

kuning.

Hutan kerangas yang dijumpai di Kabupaten Mahakam Hulu umumnya

berupa hutan kerangas tinggi (Tall heath forest on sandstone), yakni hutan

kerangas yang masih cukup tinggi tegakan hutannya karena lapisan tanah

berhumusnya masih cukup tebal sekitar 50 cm. Palaquium gutta (Sapotaceae)

adalah jenis pohon pengisi lapisan “emergent” yang mencapai tinggi sekitar 25

meter, sedangkan lapisan kanopinya sekitar 10-15 meter. Hanya sebagian kecil

dijumpai hutan kerangas rendah (Low heath forest on sandstone) di wilayah ini.

Hutan kerangas di Kalimantan pada tahun 1990 masih bisa dijumpai pada

daerah ekoton antara hutan lahan kering dan hutan pada lahan basah seperti

pada perjalanan sepanjang Sampit sampai Pangkalan Bun. Di wilayah lainnya di

Kalimantan dapat dijumpai di Kabupaten Kapuas Hulu yang berbatasan dengan

Kabupaten Sintang (Kalimantan Barat), Barito Utara di Kalimantan Tengah.

2. Hutan pada Lahan Basah (Wetland Forest)

Hutan pada Lahan Basah yakni vegetasi hutan yang tumbuh pada lahan basah

yang secara periodik atau sepanjang tahun tergenang air atau tipe-tipe hutan

yang sangat dipengaruhi oleh faktor edaphis.

a. Hutan Rawa Gambut

Hutan Rawa gambut memiliki flora agak terbatas. Tanah gambut yang

didefinisikan sebagai tanah berbahan organik biasanya bersifat asam dengan pH

kurang dari 4.0. Permukaan rawa gambut yang tidak terendam banjir dan

biasanya ditandai cembungnya permukaan. Hutan rawa gambut dikategorikan

dengan kedalaman minimum kedalaman ½ m, hingga 20 m (Whitmore, 1975).

Di Sumatera, hutan rawa gambut ditemukan hampir di seluruh wilayah pesisir

seluruh timur. Berdasarkan kedalaman tanah gambut, ada tiga jenis hutan rawa

gambut (Laumonier, 1992): Hutan Rawa gambut campuran (mixed peat swamp

forest), hutan rawa gambut (peat swamp forest) dan hutan Padang (pole peat

swamp forest).

Hutan Rawa gambut campuran (mixed peat swamp forest) adalah hutan

yang berada pada transisi antara hutan rawa air tawar dan hutan rawa gambut

sehingga betuk dari tajuk-tajuk pohon hutannya masih agak lebar seperti di

hutan rawa air tawar. Kedalaman Hutan rawa gambut (peat swamp forest)

cenderung lebih dari 3 meter ketebalan gambutnya. Sedangkan hutan Padang

(Padang forest) berada pada ketebalan gambut yang paling tebal sehingga

diameter pohon tidak lebih dari 12 cm dan tinggi tegakan hanya mencapai

sekitar 12 m. Jenis-jenis pohon yang menyusun komposisi hutan pada hutan

rawa gambut antara lain: Shorea uliginosa, S. teijmanniana (Dipterocarpaceae),

Dyera lowii (Apocynaceae), Tertamerista glabra (Tetrameristaceae),

Campnosperma coriaceum (Anacardiaceae), Mezzetia leptopoda, Xylopia fusca

(Annonaceae), Durio carinatus (Bombacaceae) and Santiria laevigata

(Burseraceae). Pada hutan padang di dekat D. Pulaubesar Riau dijumpai jenis

Tristania sp dengan tumbuhan bawah dikuasai oleh jenis kantong Semar

(Nepenthes spp.).

Hutan rawa gambut hanya dijumpai di sekitar D. Jempang dengan luasan

relatif kecil.

b. Hutan Rawa Air Tawar

Hutan rawa air tawar adalah hutan yang tumbuh pada tanah aluvium atau

pada lahan gambut dengan ketebalan >70 cm yang secara periodik atau

tergenang sepanjang tahun. Jenis-jenis yang tumbuh pada lahn ini biasany

antar lain: Shorea palembanica, S. belangerans, S. sumatrana, S. teijmanniana

(Dipterocarpaceae), Koompassia exelsa (Leguminosae), Calophyllum spp.

(Guttiferae) Dysoxylum alliaceum (Meliaceae), Lagerstroemia seciosa

(Litheraceae) dan lain-lain

Hutan lahan basah memiliki warna hijau tua, lebih gelap dari hutan lahan

kering yang disebabkan oleh pengaruh absorpsi air. Hutan rawa primer memiliki

tingkat kekasaran sedang sampai kasar, tergantung pada fisiognomi dari jenis

hutan. Hutan mangrove, hutan rawa gambut, hutan riparian memiliki tekstur

sedang. Hutan rawa gambut campuran dan hutan rawa air rawa hutan biasanya

bertekstur agak kasar sampai.

Berdasarkan penampakan warna pada Landsat TM band 5-4-2, hutan

alam lahan kering nampak berwarna hijau tua, akan tetapi lebih muda dari pada

hutan rawa. Hal ini disebebkan oleh stratifikasi hutan yang mencapai 4-5

lapisan, dan tingginya biomasa serta kelembaban dari hutan. Berdasarkan

elemen bentuk dan polanya, batas bagian luar dari hutan alam biasanya tidak

teratur, tidak seperti di lahan tanaan perkebunan. Cakupan areal hutan alam

umumnya mencakup areal yang luas, akan tetapi kadang-kadang dijumpai

hutan alam dengan cakupan areal yang sempit yang biasa disebut sebagai

hutan sisa. Bentuk konfigurasi dari habitat hutan dari yang agak landai,

bergelombang sampai terjal.

3. Overgrowing Clear-cut

Overgrowing clear-cut adalah vegetasi hutan yang sudah rusak berat

dengan kerapatan < 10% dan lebih dikuasai oleh shrubs atau “Semak” yang

tumbuh sebagai pionir pada proses suksesi primer bila hutan alam mengalami

penggundulan.

4. Shrubs (Semak/Belukar Muda)

Jenis-jenis tumbuhan semak yang dijumpai di daerah Kabupaten Kutai

Barat dan Mahakam Hulu ini terdiri dari kelompok famili Euphorbiaceae seperti

Macaranga spp, Homalanthus populneus, keluarga verbenaceae seperti Vitex

pubescens, keluarga dari Theaceae seperti Euria accuminata, keluarga

Melastomataceae yakni Melastoma malabatricum, Trema sp (Ulmaceae) dan

lain-lain.

Penampakan pada citra landsat, semak dan belukar muda tidak bisa

dibedakan, keduanya menampakan replektans yang sama pada citra. Keduanya

tidak mempunyai lapisan stratum, sehingga nampak dengan hijau muda dengan

texture yang lembut.

5. Forest Re-growth (Belukar)

Tipe kelas tutupan lahan “Forest re-growth” terdiri dari dua tipe yakni

secondary re-growth (tinggi tegakan antara 5-15 meters) atau biasa disebut

belukar dan kedua adalah “Old secondary re-growth” dengan tinggi >20 meters

atau biasa disebut Belukar tua. Kedua kelas ini digabungkan menjadi satu kelas

sebagai Forest Re-growth (Belukar) karena klasifikasi penafsiran pada studi ini

masuk dalam kategori penafsiran tingkat tinjau (recconaisece). Disamping itu,

dengan keberadaan citra yang kurang begitu baik dari data penampakan kedua

tipe vegetasi sulit untuk dibedakan secara jelas.

Secondary re-growth umumnya dikuasai oleh jenis-jenis pohon dengan

daun yang lebar dan cenderung tipis. Stratum tajuk tipe ini juga belum muncul.

Tipe belukar hadir sebagai hasil suksesi primer lanjutan dari kelas sebelumnya

yakni tipe semak atau Shrubs. Berdasarkan pengamatan di lapangan, jenis-jenis

dari famili Euphorbiacea seperti Macaranga triloba, M. alba, M. rizhinoides, M.

gigantea, Mallothus spp dan Homalanthus populneus cukup dominan menguasai

tipe tersebut. Jenis dari famili lainnya adalah Anthocephalus cadamba,

Anthocephaluss spp., Nauclea spp dan Neonauclea spp dari famili Rubiaceae,

Campnosperma spp dari famili Anacardiaceae serta Tristania sp dari famili

Myrtaceae.

“Old secondary re-growth” dengan tinggi pohon lebih dari 15 m,

merupakan hasil dari suksesi setelah secondary re-growth (tinggi tegakan

antara 5-15 meters) lebih dari 20 tahun yang lalu. Hal ini ditunjukkan sebagai

warna hijau gelap dengan tekstur yang agak kasar pada Landsat TM-5-7 ETM.

Di lapangan, tipe kelas ini berasosiasi dengan tanaman keret rakyat sehingga

dikenal sebagai "hutan karet". Namun, pohon-pohon karet tidak begitu

dominan, karena pohon alami menghambat pertumbuhan karet rakyat ini.

6. Forest Re-growth (Belukar) pada lahan basah

Tipe ini umumnya ditemukan di sepanjang tepi sungai pada dataran

aluvial yang secara teratur mengalami genangan. Dalam citra Landsat ETM

band 5-4-2 nampak dengan warna hijau tua dengan tekstur agak kasar.

Komposisi jenis hampir sama seperti pada tipe belukar di lahan hutan kering

dengan jenis yang dominan seperti pohon rengas (Glutha renghas) dari famili

Anacardiaceae. Pohon ini jarang dimanfaatkan penduduk karena getahnya

sangat berbahaya bagi kulit/tubuh manusia. Di beberapa tempat seperti di

antara Banjarmasin-Banjarbaru, belukar rawa ini dikuasai oleh jenis Gelam

(Melaleuca leucadendron) dari famili Myrtaceae.

7. Semak-Belukar muda dan rumput rawa

Berdasarkan aosiasi vegetasi dan situs, semak dan rumput rawa, selalu

terkait dengan lahan basah dan terletak terutama di tepian sungaipada dataran

aluvial yang hampir selalu tergenang. Pada citra landsat band 5-4-3 nampak

warna hijau tua keabu-abuan sebagai akibat atau pengaruh pantulan air atau

lahan basah.. Menurut Laumonier (1992), komposisi jenis jenis ini didominasi

oleh Scleria sumatrana, Ellidoxa sp (Cyperaceae) dan Melaleuca sp.

8. Kebun karet rakyat (Small Holder rubber)

Tanaman karet ditanam setelah tanaman padi huma dipanen atau

bersamaan pada saat menanam padi. Namun waktu itu penanaman karet tidak

seintensif sekarang, mereka membiarkan tanaman karet tersebut bersaing

dengan semak-belukar. Adakalanya tegakan tanaman karet tersebut kalah

bersaing dengan belukar dan hanya sebagian kecil yang bertahan tumbuh

sehingga saat ini masih bisa dijumpai hutan belukar tua yang di dalamnya

terselip beberapa batang tanaman karet dan kadang disebut sebagai hutan

karet.

Saat ini Kebun karet rakyat (Small Holder rubber) oleh sebagian

masyarakat sudah mulai dipelihara dengan lebih intensif, yakni membersihkan

sebagian belukarnya. Tanaman karet rakyat yang terpelihara dijumpai di sekitar

pemukiman, sedangkan di lokasi yang jauh dari pemukiman, ladang yang

dipanen padi humanya, umumnya dibiarkan dan ditumbuhi semak-belukar. Ada

juga sebagian kecil ditanami karet, sehingga hanya dapat didelineasi sebagai

semak atau belukar saja.

9. Mixed Agriculture

Kelas ini di Kalimantan adalah dikategorikan sebagai lahan pertanian

semusim seperti ladang berpindah atau ladang di belakang perkampungan.

10. Mixed Garden

Mixed garden biasanya dijumpai di sekitar pemukiman berupa tanaman

campuran kebun buah-buahan, diselingi dengan sedikit tanaman karet rakyat

dan belukar. Hampir di sepanjang tepian sungai Mahakam dari Muara Bahu ke

Minta ditanami kebun buah-buahan dan tanaman bamboo. Lahan tanggul alam

atau “Dome” tersebut tanahnya cukup subur sebagai hasil limpasan air yang

membawa unsur hara dikala banjir. Tanaman buah-buahan umumnya dari

berbagai jenis tanaman mangga dan juga beberapa jenis pohon Rengas (Gluta

spp.). Tanaman mangga dan rengas berasal dari family Anacardiaceae yang

bergetah melimpah (abundant) berwarna krem asalnya dan berubah menjadi

hitam. Tanaman keras lainnya adalah Randu (Ceiba petandra), Nangka

(Artocarpus heterophyll), Durian (Durio zibetinus) dan lain-lain.

11. Hutan Tanaman Industri

Hutan Tanaman Industri atau Industrial forest plantation adalah tipe

tutupan lahan di dalam kawasan kehutanan yang ditanami tanaman kayu yang

cepat tumbuh (fast growing species) seperti Acacia mangium, Sengon

(Paraserianthes falcataria), Gmelina, Jabon (Anthocepalus cadamba) dan lain-

lain. Namun berhubung sulit diidentifikasi jenis-jenis tanaman HTI tersebut

terutama tanaman mudanya dari citra satelit resolusi sedang seperti landsat,

maka pengklasifikasiannya dilakukan jeneralisasi sebagai kelas tanaman hutan.

Hanya Acacia mangium yang ditanam sebagai penghijauan atau reklamasi areal

bekas tambang batubara yang berlokasi di antara kampong Muara Kelawit dan

Muara Kelawit dan Muara Tae yang dapat dikenali dari citra landsat dengan

warna hijau sedang karena tanamannya sudah cukup tua.

12. Oilpalm Plantation dan Young Oilpalm plantation

Tanaman sawit di kedua Kabupaten ini umumnya dimiliki oleh perusahaan

perkebunan swasta, masyarakat belum tertarik menanam sendiri, hanya melalui

sistem plasma. Areal tanaman sawit pada lahan yang cukup datar biasanya

ditandai dengan adanya petakan bergaris berukuran 250 m x 1000 meter. Pada

citra satelit nampak dengan warna hijau muda dengan tekstur halus, sedangkan

tanaman sawit muda nampak berwarna hijau muda kekuningan.

13. Cleared, Cleared for Oilpalm, Cleared for Industrial forest

plantation.

Lahan terbuka dengan ukuran luasan yang besar biasanya diperuntukan

untuk kegiatan di bidang perkebunan, HTI maupun areal pertambangan. Lahan

terbuka yang baru dibuka Nampak berwarna merah jambu muda keputihan,

sedangkan jika pada lahan basah Nampak berwarna merah kehitaman. Jika

lahan terbuka tersebut dioverlay dengan peta konsesi HTI dan berada di wilayah

yang telah mempunyai ijin, maka diklasifikasikan sebagai “Cleared for Industrial

forest plantation”, begitu pula dengan lahan sawit akan diklasifikasikan sebagai

“Cleared for Oilpalm”. Akan tetapi jika berada di luar polygon kedua konsesi

tersebut maka dikelaskan hanya sebagai “Cleared”.

14. Areal Pertambangan batubara dan emas

Nampak dengan warna merah keunguan pada citra landsat (band 5-4-2)

dengan akseisbilitas jalan dari tempat galian sampai pelabuhan sungai nampak

dengan jelas. Di beberapa tempat biasanya ada warna hitam keunguan sebagai

lahan genangan bekas areal tambang.

15. Water body

Kelas ini nampak berwarna hitam jika airnya jernih seperti di danau

dengan air yang tenang dan bening, pada sungai yang mengandung banyak

butiran pasir atau tanah hasil erosi permukaan akan Nampak biru, biru muda

sampai putih tergantung dari tingkat kekeruhan sungai tersebut.

16. Burnt.

Kelas tutupan lahan yang terbakar dengan warna merah agak tua dan

merata.

Pada lampiran 1 dapat dilihat photo-photo tipe-tipe tutupan lahan hasil

pemeriksaan lapang atau “ground truth”.

Gambar 3. Hutan lahan kering dengan konfigurasi lahan yang datar berupa

cekungan di dataran tinggi Kabupaten Mahakam Hulu

Pada Gambar diatas, ada satu kelas yang awalnya diklasifikasi sebagai

hutan rawa air tawar di dataran tinggi karena berada pada areal yang datar

sekali, Namun dari penampakan teksturnya nampak sebagai hutan lahan kering.

Tidak ada akses jalan menuju kesana. Tim penelitian Badak ada rencana survey

bulan April/Mei? Ke lokasi tesebut. Untuk sementara, kelas tersebut dirubah

sebagai “Dry Lowland Forest rather close open canopy” dan “Dry Lowland Forest

medium open canopy”. Hal yang cukup menarik karena menurut tim WWF Kutai

Barat, kawasan tersebut sebagai wilayah jelajah badak dan sebagai hutan yang

banyak misteri menurut penduduk setempat.

Tabel 2. Kelas Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu,

Provinsi Kalimantan Timur 2009-2013 beserta code, luasan, perubahan dan

persentase perubahan. CLASS CODE Area 2009 (Ha) Area 2013 (Ha) Changes %

Dry Lowland Forest rather closed canopy 111a 1,232,273.6 1,220,370.7 -11902.94 -0.97

Dry Lowland Forest medium open canopy 111b 875,819.3 832,103.2 -43716.12 -4.99

Dry Lowland Forest very open canopy 111c 199,417.8 198,199.1 -1218.73 -0.61

Tall Heath Forest on Sandstone rock rather closed canopy 116a 95,072.5 94,630.0 -442.48 -0.47

Tall Heath Forest on Sandstone rock medium open canopy 116b 608.9 887.3 278.46 45.73

Tall Heath Forest on Sandstone rock very open canopy 116c 20.9 20.9 0.00 0.00

Low Heath Forest on Sandstone rock rather closed canopy 116aa 645.3 645.3 0.00 0.00

Peat Swamp Forest rather closed canopy 117a 5,680.9 5,537.9 -142.98 -2.52

Peat Swamp Forest medium open canopy 117b 2,157.7 1,648.0 -509.61 -23.62

Peat Swamp Forest very open canopy 117c 616.8 236.6 -380.28 -61.65

Fresh Water Swamp Forest rather closed canopy 118a 6,272.1 5,568.9 -703.21 -11.21

Fresh Water Swamp Forest medium open canopy 118b 7,179.7 6,128.0 -1051.75 -14.65

Fresh Water Swamp Forest very open canopy 118c 9,290.6 8,917.0 -373.59 -4.02

Forest Re-growth (Belukar) 120a 171,167.4 157,395.8 -13771.58 -8.05

Forest Re-growth on Swampy 120b 33,535.3 33,069.6 -465.68 -1.39

Shrubs (Semak/Belukar Muda) 121a 176,968.4 191,281.8 14313.32 8.09

Shrubs on Swampy 121b 51,326.4 56,497.3 5170.92 10.07

Shrubs on Sandstone Forest 121c 47.3 47.3 0.00 0.00

Grassland 122a 10,736.6 10,965.7 229.18 2.13

Swamp Grasses/Fernland 122b 45,328.1 35,903.3 -9424.77 -20.79

Overgrowing Clear cut-Shrubs 123a 59,155.1 60,834.3 1679.29 2.84

Burnt 124a 2,024.4 - -2024.39 -100.00

Cleared 125a 14,420.3 5,216.2 -9204.06 -63.83

Cleared for Oilpalm Plantation 126a 24,364.4 23,960.0 -404.45 -1.66

Industrial Forest Plantation 211a 50,241.0 63,336.1 13095.16 26.06

Cleared for Industrial Forest Plantation 211b 951.4 5,067.7 4116.28 432.66

Acacia Plantation 211c 2,813.3 3,175.9 362.61 12.89

Small Holder Rubber 212a 120,888.8 134,308.2 13419.46 11.10

Intensive Small Holder Rubber 212b 1,358.3 1,344.7 -13.56 -1.00

Oilpalm Plantation 213a 5,167.4 52,404.4 47236.94 914.13

Young Oilpalm Plantation 213b 22,045.6 28,718.9 6673.21 30.27

Mixed Agriculture 214a 18,158.7 2,506.4 -15652.24 -86.20

Mixed Garden 215a 6,005.2 6,677.9 672.71 11.20

Settlement 311a 2,650.3 2,805.4 155.08 5.85

Water Body 312a 31,207.8 31,276.7 68.90 0.22

Coal Mining 314b 7,856.5 10,539.4 2682.99 34.15

Gold Mining 314c 133.5 133.5 0.00 0.00

Cloud 313a - 1,247.9 1247.89 0.00

3,293,607.0 3,293,607.0

Berdasarkan matrik (Lampiran 3 & 4) yang menggabungkan data 2009

dengan 2013 diperoleh data secara kuantitatif bahwa laju degradasi Dryland

forest rather closed canopy (111a) selama periode 2009 sampai dengan 2013

berubah menjadi Dryland forest medium open canopy (111b) adalah sebesar

9231.04 Ha atau 0.76% dan dari Dryland forest rather closed canopy (111a)

menjadi Dryland forest very open canopy (111c) sebesar 201.57 Ha atau

0.02%. Dryland forest medium open canopy (111b) menjadi Dryland forest

very open canopy (111c) adalah sebesar 12, 279.17 Ha atau 1.01% .

Nampaknya tidak banyak degradasi hutan yang terjadi karena makin sedikitnya

aktifitas HPH di kedua provinsi tersebut.

Hutan rawa air tawar dan hutan rawa gambut hanya dijumpai di

Kabupeten Kutai Barat bagian timur sekitar D. Jempang degan luasan relative

sempit. Laju degradasi peat swamp forest rather closed canopy (117a) menjadi

forest medium open canopy (117b), dari forest medium open canopy (117b)

menjadi forest very open canopy (117c) dan juga Fresh water swamp forest

rather closed canopy (118a) menjadi Fresh water swamp forest medium open

canopy (118b) dan dari Fresh water swamp forest medium open canopy (118b)

menjadi Fresh water swamp forest very open canopy (118c) tidak mengalami

perubahan.

Hutan kerangas tinggi yang masih rapat atau Tall heath forest rather

close canopy (116a) terjadi perubahan sebesar 343.61 atau 0.03 %, menjadi

Tall heath forest medium open canopy (116b). Dari 116b ke 116c tidak terjadi

perubahan. Hutan kerangas walaupun potensi kayunya rendah, masih dijumpai

pembalakan pada tipe hutan tersebut.

Gambar 4. Grafik Kelas Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam

Hulu, Provinsi Kalimantan Timur 2009-2013 beserta code, luasan, perubahan

dan persentase perubahan.

-

200,000.0

400,000.0

600,000.0

800,000.0

1,000,000.0

1,200,000.0

1,400,000.0

11

1a

11

1c

11

6b

11

6aa

11

7b

11

8a

11

8c

12

0b

12

1b

12

2a

12

3a

12

5a

21

1a

21

1c

21

2b

21

3b

21

5a

31

2a

31

4c

Area 2009 (Ha) Area 2013 (Ha)

Tabel 3. Kelas Umum Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu,

Provinsi Kalimantan Timur 2009-2013 beserta code, luasan, perubahan dan

persentase perubahan.

Land Cover 2009 (Ha) 2013 (Ha) Changes (Ha) %

Dryland Forest 2,403,858.2 2,346,856.4 -57,001.81 -2.37

Forest on Swampy 31,197.8 28,036.4 -3,161.42 -10.13

Mosaic of Shrubs & Forest Re-growth (Belukar) 358,919.66 359,690.58 770.92 0.21

Mosaic of Shrubs & Forest Re-growth on Swampy 130,189.72 125,470.19 -4,719.53 -3.63

Cleared 39,736.05 34,243.82 -5,492.23 -13.82

HTI 50,241.0 63,336.1 13,095.16 26.06

Acacia 2,813.3 3,175.9 362.61 12.89

Oilpalm plantation 27,213.1 81,123.2 53,910.15 198.10

Small holde rubber 122,247.0 135,652.9 13,405.90 10.97

Mixed garden 6,005.2 6,677.9 672.71 11.20

Mixed Agriculture 18,158.7 2,506.4 -15,652.24 -86.20

Settlement 2,650.3 2,805.4 155.08 5.85

Water Body 31,207.8 31,276.7 68.90 0.22

Cloud 1,247.9 1,247.89 0.00

-

500,000.0

1,000,000.0

1,500,000.0

2,000,000.0

2,500,000.0

2009 (Ha)

2013 (Ha)

Deforestasi adalah berkurangnya lahan hutan alam menjadi peruntukan

lainnya akibat dikonversi menjadi areal tanaman budi daya, baik untuk

pertanian, perkebunan maupun untuk usaha di bidang kehutanan itu sendiri

seperti Hutan Tanaman Indiustri. Pada tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa Laju

deforestasi di hutan lahan kering (Dryland forest) adalah sebesar 57,001.81 ha

atau 2.37%, sedangkan pada hutan rawa menghilang sebesar 3,161.42 ha atau

10.13%.

Hutan tanaman industri (HTI) dari 50,241.0 ha pada tahun 2009

bertambah menjadi 13,095.16 ha atau 26.06%, sedangkan kebun sawit dari

27,213.1ha pada tahun 2009 melonjak menjadi 81,123.2 ha pada tahun 2013

atau 198.10%.

Berdasarkan matrik pada lampiran 3, pertambahan areal HTI diperoleh

dari hilangnya Dryland forest rather closed canopy (111a) seluas 424.6 ha, dari

Dryland forest medium open canopy (111b) seluas 3,820.36 Ha, dari Dryland

forest very open canopy (111c) seluas 646.11 Ha. Sedangkan bukaan baru

untuk HTI (Cleared for Industrial Forest Plantation), diperoleh dari hilangnya

Dryland forest rather closed canopy (111a) seluas 549.02 ha, dari Dryland

forest medium open canopy (111b) seluas 1,513.12 Ha, dari Dryland forest very

open canopy (111c) seluas 191.42 Ha. Sedangkan dari tipe Tall heath forest

rather close canopy (116a) seluas 98.87, dari Tall heath forest medium open

canopy (116b) seluas 65.15 dan dari Fresh water swamp forest medium open

canopy (118b) seluas 41.38 Ha.

Bertambahnya lahan kebun sawit pada periode antara tahun 2009

sampai dengan 2013 yang diperoleh dari pembukaan hutan tau land clearing,

dari Dryland forest rather closed canopy (111a) seluas 7.67 Ha, dari Dryland

forest medium open canopy (111b) seluas 7883.7 Ha, dari Dryland forest very

open canopy (111c) seluas 2881.43, dari Fresh water swamp forest medium

open canopy (118b) adalah seluas 676.34 Ha dan dari Fresh water swamp

forest very open canopy (118c) seluas 118.29 Ha.

Cleared for Oilpalm Plantation atau lahan bukaan baru untuk sawit yang

diperoleh dari bukaan hutan adalah sebagai berikut: dari Dryland forest rather

closed canopy (111a) seluas 470.35 Ha, dari Dryland forest medium open

canopy (111b) seluas 12,644.64 Ha, dari Dryland forest very open canopy

(111c) seluas 2000.42 Ha, dari peat swamp forest rather closed canopy (117a)

seluas 58.7 Ha, dari forest medium open canopy (117b) seluas 50.29 Ha, peat

swamp forest very open canopy (117c) seluas 186.1, dari Fresh water swamp

forest rather closed canopy (118a) 651.24 Ha, Fresh water swamp forest

medium open canopy (118b) 216.01 Ha dan dari Fresh water swamp forest

very open canopy (118c) seluas 129.82 Ha.

IV. Kesimpulan dan Saran

Laju degradasi Dryland forest rather closed canopy (111a) selama

periode 2009 sampai dengan 2013 berubah menjadi Dryland forest medium

open canopy (111b) adalah sebesar 0.76% dan dari Dryland forest rather closed

canopy (111a) menjadi Dryland forest very open canopy (111c) sebesar

0.02%. Dryland forest medium open canopy (111b) menjadi Dryland forest

very open canopy (111c) adalah sebesar 1.01% . Nampaknya tidak banyak

degradasi hutan yang terjadi karena makin sedikitnya aktifitas HPH di daedah

ini.

Sedangkan Laju degradasi peat swamp forest rather closed canopy

(117a) menjadi forest medium open canopy (117b), dari forest medium open

canopy (117b) menjadi forest very open canopy (117c) dan juga Fresh water

swamp forest rather closed canopy (118a) menjadi Fresh water swamp forest

medium open canopy (118b) dan dari Fresh water swamp forest medium open

canopy (118b) menjadi Fresh water swamp forest very open canopy (118c)

tidak mengalami perubahan.

Tall heath forest rather close canopy rather closed canopy (116a) terjadi

perubahan sebesar 0.03 %, menjadi Tall heath forest medium open canopy

(116b). Dari 116b ke 116c tidak terjadi perubahan.

Laju deforestasi di hutan lahan kering (Dryland forest) adalah sebesar

57,001.81 ha atau 2.37%, sedangkan pada hutan rawa menghilang sebesar

3,161.42 ha atau 10.13%.

Hutan tanaman industri (HTI) dari 50,241.0 ha pada tahun 2009

bertambah menjadi 13,095.16 ha atau 26.06%, sedangkan kebun sawit dari

27,213.1ha pada tahun 2009 melonjak menjadi 81,123.2 ha pada tahun 2013

atau 198.10%.

Kendala utama dalam hal pekerjaan penafsiran ini umumnya disebabkan

kondisi data spatial berupa citra landsat yang banyak berawan, bahkan di

beberapa tempat ada yang disebut awan permanen. Disamping itu,

pemanfaatan landsat ETM-7 yang bermasalah dengan “striping” nya,

menyebabkan hasil yang kurang sempurna, terutama dalam proses delineasi.

Awan tipis juga menghambat dalam pengenalan tutupan lahan, menyebabkan

kerancuan dalam identifikasi obyek, terutama sulit membedakan antara semak,

belukar, tanaman HTI dan sawit. Kedepan, dengan memanfaatkan Landsat 8,

minimal kendala “striping” sudah dapat diatasi.

Lampiran 1. Photo-photo yang diambil selama kegiatan pemerikasaan lapangan (ground truth)

Dry Lowland Forest rather closed canopy Dry Lowland Forest rather closed canopy

Dry Lowland Forest medium open canopy Dry Lowland Forest very open canopy

Forest on Sandstone rock rather closed canopy Forest on Sandstone rock rather closed canopy

Fresh Water Swamp Forest medium open canopy Fresh Water Swamp Forest very open canopy

Shrubs (Semak/Belukar Muda) Shrubs (Semak/Belukar Muda)

Forest Re-growth (Belukar) Forest Re-growth (Belukar)

Overgrowing Clear cut-Shrubs Belukar Neonauclea sp. (Rubiaceae)

Grassland or Fernland Grassland or Fernland on Swampy

Forest Re-growth on Swampy Forest Re-growth on Swampy

Shrubs on Swampy Shrubs on Swampy

Small Holder Rubber Intensive Small Holder Rubber

Mixed Garden Paddy Field

Young Oilpalm on Swampy Shihting cultivation/Dry Paddy field

Cleared for Oilpalm Plantation on Natural Forest Cleared for Oilpalm Plantation on Overgrowing Clear cut-Shrubs

Settlement and Mixed Garden behind Bare soil / Coal Mining

Sandstone rock with acid water under kerangas forest

Lampiran 2. Matriks perubahan tutupan lahan 2009 dan 2013 dalam hektar

Sum of HECTARE Column Labels

Row Labels 111a 111b 111c 116a 116aa 116b 116c 117a 117b 117c 118a 118b 118c

111a 1220370.69

111b 9231.04 822872.13

111c 201.57 12279.17 185718.31

116a 94629.97

116aa 645.3

116b 343.61 543.72

116c 20.91

117a 5537.94

117b 1648.04

117c 236.55

118a 5568.85

118b 6127.99

118c 32.83 8884.19

120a

120b

121a 431.19 9081.38 2499.82

121b 2.53

121c

122a

122b 158.32

123a 332.25 2200.5 2810.47 51.97 55.25

125a 158.94 1351.7 1643.42 84.28 236.09 27.4

126a 470.35 12644.64 2000.42 58.7 50.29 186.1 651.24 216.01 129.82

211a 424.06 3820.36 646.11

211b 549.02 1513.12 191.42 98.87 65.15 41.38

211c

212a 395.67 490.12

212b

213a 2413.61 63.47 430.65 49.36

213b 7.67 5470.09 2817.96 223.23 194.18 245.69 68.93

214a 18 423.87 84.08

215a

311a

312a

313a 78.84 918.31 18.34

314b 434.74 433.83

314c

Grand Total 1232273.62 875819.29 199417.77 95072.45 645.3 608.87 20.91 5680.92 2157.65 616.83 6272.06 7179.73 9290.62

Sambungan Lampiran 2….

Sum of

HECTARE

Row Labels 120a 120b 121a 121b 121c 122a 122b 123a 124a 125a 126a

111a

111b

111c

116a

116aa

116b

116c

117a

117b

117c

118a

118b

118c

120a 153035.9 4283.18 28.43 38.49 9.79

120b 33064.9 4.69

121a 8044.36 154280.9 1107.32 2535.66 135.12 4774.51 39.74

121b 42828.78 10491.19 679.07 811.97 697.89

121c 47.3

122a 1053.85 9350.25 94.67 12.92 78.18

122b 78.12 3078.91 31884.52 130.24 186.09 350.15

123a 54859.75 524.15

125a 671.77 167.59 93.78 96.66 43.28

126a 1003.65 110.18 1648.44 889.44 2419.01 258.69 158.61 36.23

211a 747.49 1965.17 75.25 437.61 4375.97

211b 790.04 91.35 1046.08 6.11 157.37 2.31

211c

212a 3281.08 6466.09 103.7 24.86 139.84 500.02

212b

213a 124.59 437.09 504.82 128.12 1519.36 19298.26

213b 2301.43 131.54 4386.32 3624.91 23.49 331.92 849.39 265.29 2010.86 3820.68

214a 130.88 55.9 133.86 3.83 19.52 56.69

215a 95.52 50.84 86.72

311a 30.39 49.91

312a 3.28 71.39 73.3 6.39

313a 115.99 53.47 4.55

314b 794.26 935.85 33.13 54.89 26.17

314c

Grand Total 171167.4 33535.27 176958.7 51326.38 47.3 10736.55 45328.06 59155.06 2024.4 14430.04 24364.41

Sambungan Lampiran 2….

Sum of

HECTARE

Row

Labels 211a 211b 211c 212a 212b 213a 213b 214a 215a 311a 312a 314b 314c Grand Total

111a 1220371

111b 832103.2

111c 198199.1

116a 94629.97

116aa 645.3

116b 887.33

116c 20.91

117a 5537.94

117b 1648.04

117c 236.55

118a 5568.85

118b 6127.99

118c 8917.02

120a 157395.8

120b 33069.59

121a 8292.87 58.85 191281.8

121b 985.88 56497.31

121c 47.3

122a 1.82 374.04 10965.73

122b 9.86 27.09 35903.3

123a 60834.34

125a 346.67 202.38 69.59 22.64 5216.19

126a 412.96 13.56 141.6 16.13 362.41 81.47 23959.95

211a 49730.6 951.39 134.31 9.43 18.41 63336.16

211b 138.86 98.26 278.33 5067.67

211c 2813.28 362.6 3175.88

212a 117571.1 5315.64 20.13 134308.2

212b 1344.69 1344.69

213a 470.73 5025.83 21789.85 148.61 52404.35

213b 157.48 1679.32 58.37 50.13 28718.88

214a 10.72 1569.05 2506.4

215a 51.26 600.12 5793.4 6677.86

311a 65.33 9.47 2650.31 2805.41

312a 31122.3 31276.66

313a 58.38 1247.88

314b 214.05 46.29 37.28 84.45 9.5 7434.99 10539.43

314c 133.46 133.46

Grand

Total 50240.99 951.39 2813.28 120888.8 1358.25 5167.43 22045.64 18158.65 6005.15 2650.31 31207.77 7856.44 133.46 3293607

Lampiran 3. Matriks perubahan tutupan lahan 2009 dan 2013 dalam persentase

Row Labels 111a 111b 111c 116a 116aa 116b 116c 117a 117b 117c 118a 118b 118c

111a 10- - - - - - - - - - - - -

111b 0.76 67.43 - - - - - - - - - - -

111c 0.02 1.01 15.22 - - - - - - - - - -

116a - - - 7.75 - - - - - - - - -

116aa - - - - 0.05 - - - - - - - -

116b - - - 0.03 - 0.04 - - - - - - -

116c - - - - - - - - - - - - -

117a - - - - - - - 0.45 - - - - -

117b - - - - - - - - 0.14 - - - -

117c - - - - - - - - - 0.02 - - -

118a - - - - - - - - - - 0.46 - -

118b - - - - - - - - - - - 0.50 -

118c - - - - - - - - - - - - 0.73

120a - - - - - - - - - - - - -

120b - - - - - - - - - - - - -

121a 0.04 0.74 0.20 - - - - - - - - - -

121b - - - - - - - - - - - - -

121c - - - - - - - - - - - - -

122a - - - - - - - - - - - - -

122b - - - - - - - - - - - - 0.01

123a 0.03 0.18 0.23 - - - - - - - - - -

125a 0.01 0.11 0.13 - - - - 0.01 0.02 - - - -

126a 0.04 1.04 0.16 - - - - - - 0.02 0.05 0.02 0.01

211a 0.03 0.31 0.05 - - - - - - - - - -

211b 0.04 0.12 0.02 0.01 - 0.01 - - - - - - -

211c - - - - - - - - - - - - -

212a - 0.03 0.04 - - - - - - - - - -

212b - - - - - - - - - - - - -

213a - 0.20 0.01 - - - - - - - - 0.04 -

213b - 0.45 0.23 - - - - - 0.02 0.02 - 0.02 0.01

214a - 0.03 0.01 - - - - - - - - - -

215a - - - - - - - - - - - - -

311a - - - - - - - - - - - - -

312a - - - - - - - - - - - - -

313a 0.01 0.08 - - - - - - - - - - -

314b - 0.04 0.04 - - - - - - - - - -

314c - - - - - - - - - - - - -

Grand Total 100.98 71.77 16.34 7.79 0.05 0.05 - 0.47 0.18 0.05 0.51 0.59 0.76

Sambungan Lampiran 3…. Row Labels 120a 120b 121a 121b 121c 122a 122b 123a 124a 125a 126a

111a - - - - - - - - - - -

111b - - - - - - - - - - -

111c - - - - - - - - - - -

116a - - - - - - - - - - -

116aa - - - - - - - - - - -

116b - - - - - - - - - - -

116c - - - - - - - - - - -

117a - - - - - - - - - - -

117b - - - - - - - - - - -

117c - - - - - - - - - - -

118a - - - - - - - - - - -

118b - - - - - - - - - - -

118c - - - - - - - - - - -

120a 12.54 - 0.35 - - - - - - - -

120b - 2.71 - - - - - - - - -

121a 0.66 - 12.64 - - 0.09 - 0.21 0.01 0.39 -

121b - - - 3.51 - - 0.86 - 0.06 0.07 0.06

121c - - - - - - - - - - -

122a - - 0.09 - - 0.77 - - 0.01 - 0.01

122b - 0.01 - 0.25 - - 2.61 - 0.01 0.02 0.03

123a - - - - - - - 4.50 0.04 - -

125a 0.06 - 0.01 0.01 - 0.01 - - - - -

126a 0.08 0.01 0.14 0.07 - - 0.20 0.02 - 0.01 -

211a 0.06 - 0.16 - - 0.01 - 0.04 - 0.36 -

211b 0.06 0.01 0.09 - - - - - 0.01 - -

211c - - - - - - - - - - -

212a 0.27 - 0.53 0.01 - - - 0.01 - 0.04 -

212b - - - - - - - - - - -

213a 0.01 - 0.04 0.04 - - 0.01 - - 0.12 1.58

213b 0.19 0.01 0.36 0.30 - - 0.03 0.07 0.02 0.16 0.31

214a 0.01 - 0.01 - - - - - - - -

215a 0.01 - - 0.01 - - - - - - -

311a - - - - - - - - - - -

312a - - - 0.01 - - 0.01 - - - -

313a 0.01 - - - - - - - - - -

314b 0.07 - 0.08 - - - - - - - -

314c - - - - - - - - - - -

Grand Total 14.03 2.75 14.50 4.21 - 0.88 3.71 4.85 0.17 1.18 2.00

Sambungan Lampiran 3…. Row Labels 211a 211b 211c 212a 212b 213a 213b 214a 215a 311a 312a 314b 314c

Grand Total

111a - - - - - - - - - - - - - 10-

111b - - - - - - - - - - - - - 68.18

111c - - - - - - - - - - - - - 16.24

116a - - - - - - - - - - - - - 7.75

116aa - - - - - - - - - - - - - 0.05

116b - - - - - - - - - - - - - 0.07

116c - - - - - - - - - - - - - -

117a - - - - - - - - - - - - - 0.45

117b - - - - - - - - - - - - - 0.14

117c - - - - - - - - - - - - - 0.02

118a - - - - - - - - - - - - - 0.46

118b - - - - - - - - - - - - - 0.50

118c - - - - - - - - - - - - - 0.73

120a - - - - - - - - - - - - - 12.90

120b - - - - - - - - - - - - - 2.71

121a - - - - - - - 0.68 - - - - - 15.67

121b - - - - - - - 0.08 - - - - - 4.63

121c - - - - - - - - - - - - - -

122a - - - - - - - 0.03 - - - - - 0.90

122b - - - - - - - - - - - - - 2.94

123a - - - - - - - - - - - - - 4.98

125a - - - 0.03 - - 0.02 0.01 - - - - - 0.43

126a - - - 0.03 - 0.01 - 0.03 0.01 - - - - 1.96

211a 4.08 0.08 - 0.01 - - - - - - - - - 5.19

211b 0.01 - - 0.01 - - - 0.02 - - - - - 0.42

211c - - 0.23 - - - - - - - - 0.03 - 0.26

212a - - - 9.63 - - - 0.44 - - - - - 11.01

212b - - - - 0.11 - - - - - - - - 0.11

213a - - - 0.04 - 0.41 1.79 0.01 - - - - - 4.29

213b 0.01 - - 0.14 - - - - - - - - - 2.35

214a - - - - - - - 0.13 - - - - - 0.21

215a - - - - - - - 0.05 0.47 - - - - 0.55

311a - - - 0.01 - - - - - 0.22 - - - 0.23

312a - - - - - - - - - - 2.55 - - 2.56

313a - - - - - - - - - - - - - 0.10

314b 0.02 - - - - - - 0.01 - - - 0.61 - 0.86

314c - - - - - - - - - - - - 0.01 0.01

Grand Total 4.12 0.08 0.23 9.91 0.11 0.42 1.81 1.49 0.49 0.22 2.56 0.64 0.01 269.89