laporan full pembuatan kurva standar glukosa.docx
TRANSCRIPT
PEMBUATAN KURVA STANDAR GLUKOSA
(Laporan Praktikum Analisis Hasil Pertanian)
Oleh
Ani Agung Asmara 1114051003
Armalinda 1114051009
Evrilia Sulvika Neri 1114051017
Muhammmad Nurudin 1114051033
Nurul Fitriana 1114051038
Oriza Sativa Rahmadhani 1114051039
Rosi Mauliana Sari 1114051050
Kelompok 3
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen
yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak
bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang
heterogen disebut campuran.Larutan standar dalam titrasi memegang peranan
yang amat penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi
secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar adalah tepat dan akurat).
Konsentrasi adalah cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut
dan pelarut. Terkadang ketika kita membuat larutan, kita tidak dapat membuat
larutan dengan konsentrasi sesuai keinginan kita. Untuk itu perlu adanya
standarisasi dengan larutan standar. Caranya adalah jika ingin menentukan
konsentrasi larutan asam, maka memerlukan larutan basa yang sudah diketahui
konsentrasinya.
Percobaan pembuatan dan pembakuan larutan ini sangat berperan penting dalam
proses analisa volumetrik yang merupakan analisis kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah
diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan
larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif (Petrucci, 2000).
Dalam bidang farmasi, analisa volumetri inilah yang digunakan untuk
menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui
titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula
dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk membuat larutan baku dari bahan (zat) padat dengan konsentrasi
tertentu.
2. Untuk mengukur kadar glukosa dari berbagai konsentrasi pada
spektrofotometer 20.1.
II. METODELOGI PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 10 Desember 2013 pukul
13.00-15.00 WIB di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikropipet + pipet tip, kuvet
sentrifuge, rak kuvet, kuvet spektro, erlenmeyer, labu ukur, rubble bub, pipet
tetes, tisu, spektrofotometer 20 dan neraca analitik.
Bahan - bahan kimia yang digunakan dalam praktikum gula, fenol 5%, asam
sulfat pekat (H2SO4), dan aquades.
C. Diagram Alir
Peralatan dan bahan laboratorium disiapkan
Ditimbang glukosan dan dibuat larutan glukosa murni 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, μg/100ml aquadest, lalu dikocok.
Masing-masing larutan diambil 0,5 ml
Masing – masing larutan dibawa ke ruang asam dan ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 2,5 ml
Masing – masing larutan ditambahkan aquadest 2 ml
Semua larutan diinkubasi selama 20 menit
Masing – masing larutan ditambahkan fenol 5% sebanyak 0,5 ml
Masing – masing larutan diukur adsorbansinya di spektrofotometer dengan panjang gelombang 20
Kalibrasi alat spektrofotometer 20 dengan larutan 0% glukosa
Dicatat angka adsorbansinya
Hasil pengamatan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
Praktikum ini telah dilaksanakan dengan hasil pengamatan sebagai berikut :
Kelompok
Konsentrasi Gula Kadar Glukosa
1 10 0,0092 20 0,143 30 0,144 40 0,615 50 0,416 60 1,17 70 1,198 0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 800
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
f(x) = 0.020475 x − 0.304857142857143
Grafik Pembentukan Glukosa
Konsentrasi Gula
Kad
ar G
luko
sa (
abso
rban
si)
B. Pembahasan
Glukosa, suatu gula monosakarida yang merupakan salah satu karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.
Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.
Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.
Glukosa (C6H12O6, memiliki berat molekul 180.18) adalah heksosa—
monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan
aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya
membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk
aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping
hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon
keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada
dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya
0.0026% pada pH 7 (Agutina,S. 2007).
Poyeksi haworth struktuk glukosa (Agutina,S. 2007).
Selain itu juga, glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana
dalam biologi. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik,
sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih
penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan
dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik
dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan
merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan
glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meski
begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan
saraf periferal (‘’peripheral neuropathy’’), kemungkinan disebabkan oleh
glikosilasi protein. Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim,
glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air,
menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa
dipecah dari polisakarida (Agutina,S. 2007).
Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan
penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis
karbohidrat baik monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi
oleh manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa ini
kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan
energi di dalam tubuh. Berdasarkan bentuknya, molekul glukosa dapat dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu molekul D-Glukosa dan L-Glukosa (Cotton, F.A dan
Wilkinson G.1989).
Faktor yang menjadi penentu dari bentuk glukosa ini adalah posisi gugus hidrogen
(-H) dan alkohol (–OH) dalam struktur molekulnya. Glukosa yang berada dalam
bentuk molekul D & L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh sistim tumbuh-
tumbuhan, sedangkan sistim tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan D
Glukosa. Glukosa juga akan berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja
otak. Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa
kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine
triphosphate) yang merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di dalam
tubuh. , proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui 2 mekanisme
utama yaitu melalui proses anaerobik dan proses aerobik. Proses metabolisme
secara anaerobik akan berlangsung di dalam sitoplasma (cytoplasm) sedangkan
proses metabolisme anaerobik akan berjalan dengan mengunakan enzim ysebagai
katalis di dalam mitochondria dengan kehadiran Oksigen (O ) (Cotton, F.A dan
Wilkinson G., 1989).
Peran Glukosa Dalam Metabolisme
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang
menyediakan 4 kalori (17 kilojoule) energi pangan per gram. Pemecahan
karbohidrat (misalnya pati) menghasilkan mono- dan disakarida, terutama
glukosa. Melalui glikolisis, glukosa segera terlibat dalam produksi ATP, pembawa
energi sel. Di sisi lain, glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam
metabolisme lipid. Karena pada sistem saraf pusat tidak ada metabolisme lipid,
jaringan ini sangat tergantung pada glukosa (Allan,J.R.;Smith,G.D., 1983).
Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian
glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang
lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati
hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan
sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat
dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi
sumber energi cadangan, lemak tak pernah secara langsung dikonversi menjadi
glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan
karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa
(Allan,J.R.;Smith,G.D., 1983).
Spektronik 20 adalah suatu alat yang mempunyai rentang panjang gelombang dari
340 nm sampai 600 nm. Alat ini hanya dapat
mengukur absorbansi dengan sampel larutan
yang berwarna. Sehingga apabila didapatkan
sampel yang tidak berwarna maka sampel itu
harus dikomplekkan sehingga sampel itu dapat
berwarna. Larutan yang berwarna dalam
tabung reaksi khusus dimasukan ke tempat cuplikan dan absorbansi atau persen
transmitansi dapat dibaca pada sekala pembacaan. Sistem optik dari alat ini dapat
dikembangkan sebagai berikut: sumber cahaya berupa lampu tungsten akan
memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati pengatur panjang gelombang,
hanya sinar yang mono kromatik dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati
larutan dideteksi oleh foto detektor (Abbas, 2012).
Alat Spectronic 20 Baush & Lomb merupakan spetrofotometer berkas tunggal.
Komponen spectronic 20 yang penting antara lain suatu sumber cahaya yaitu
lampu wolfram yang berkesinambungan yang meliputi daerah 380 – 750 nm
(daerah sinar tampak). Suatu monokromator, yakni suatu komponen untuk
menyeleksi pita sempit panjang gelombang darispektrum lebar yang dipancarkan
oleh sumber cahaya. Suatu wadah sampel atau cuvet dari gelas/kaca.
Suatu detektor, yang berupa tranduser yang mengubah energi cahaya menjadi
suatu isyarat listrik (detektor fotolistrik, tabung foton). Suatu pengganda
(amplifier) dan rangkaian yang berkaitan dalam membuat isyarat listrik itu dapat
terbaca. Suatu sistem baca (skala absorbansi atau % T dengan jarum penunjuk)
yang menyatakan besarnya isyarat listrik (Abbas, 2012).
Bagian-bagian penting Spectronic 20 dan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Power switch / Zero Control, berfungsi untuk menghidupkan alat (yang
ditunjukkan oleh nyala lampu Pilot Lamp) dan pengatur posisi jarum
penunjuk (meter) pada angka 0,00% T pada saat Sample Compartement
kosong dan ditutup.
2. Transmittance / Absorbance Control, berfungsi untuk mengatur posisi jarum
meter pada angka 100% T pada saat kuvet yang berisi larutan blanko berada
dalam Sample Compartement dan ditutup.
3. Sample Compartement berfungsi untuk menempatkan larutan dalam kuvet
pada saat pengukuran. Selama pembacaan, Sample Compartement harus
dalam keadaan tertutup.
4. Wavelength Control berfungsi untuk mengatur panjang gelombang (l) yang
dikehendaki yang terbaca melalui jendela sebelahnya.
5. Pilot Lamp (nyala) berfungsi untuk mengetahui kesiapan instrumen.
6. Meter berfungsi untuk membaca posisi jarum penunjuk absorbansi dan atau
transmitansi.
Cara Pengoprasian spektronik 20 menurut Abbas (2012), yaitu :
1. Nyalakan alat spektronik 20 dengan on bila aliran listrik sudah
dihubungkan dengan arus AC 220 V. maka lampu indikator akan berwarna
merah menandakan adanya arus yang mengalir. Biarkan kurang lebih 15
menit untuk memanaskan alat.
2. Pilih panjang gelombang yang akan digunakan dengan cara memutar
tombol pengatur panjang gelombang
3. Atur meter ke pembacaan 0% T dengan memutar tombol pengaturnya
4. Masukan larutan belangko (biasanya aquades dalam tabung khusus ke
tempat cuplikan
5. Atur meter ke pembaca 100%T dengan memutar tombolnya
6. Ganti larutan belangkonya dengan larutan cuplikan dan baca absorbansi
atau persen trasmitansi yang ditunjukan oleh jarum pada pembaca A/T
7. Kalau sudah selesai pengukuran padamkan alat dengan menekan tombol
on/off nya.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperolaeh data pengamatan yang
telah diuraikan pada tabel pengamatan. Terdapat 8 perlakuandalam praktikum ini
berdasarkan konsentrasi gula yang digunakan, yaitu 10,20,30,40,50,60,70,dan 0
mL gula murni per 100 mL aquades. Larutan gula tersebut selanjutnya
ditambahan larutan fenol, asam asetat pekat dan diukur menggunakan alat
spektrofotometerm sehingga diperoleh kadar glukosa masing-masing konsentrasi
secara berturut-turutyaitu 0,09 ; 0,14 ; 0,14 ; 0,61 ; 0,41 ; 1,1 ; 1,19 dan 0.
Kelompok delapan dengan merupakan larutan blanko atau kontrol sehingga
konsentrasi gula murninya 0 % dan kadar glukosa setelah di ukur dengan
menggunakan spektrofotometer adalah 0. Kadar absorbansi glukosa tertinggi
terdapat pada kelompok tujuh dengan konsentrasi gula murni sebesar 70 %
dengan kadar glukosa sebesar 1,19. Berdasarkan data pengamatan, dapat diketahui
bahwa semakin tinggi konsentrasi gula yang digunakan maka kadar glukosa yang
dapat diserap akan semakin tinggi. Akan tetapi perlakuan dengan konsentrasi gula
murni sebesar 50% menunjukkan penurunan sebesar 0,2 dari perlakuan
sebelumnya ( 40%). Hal tersebut mungkin disebabkan karena kesalahan pada saat
proses pembuatan larutan ataupun pada saat penentuan kadar glukosanya.
Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap
standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan
ukuran dan/atau internasional.
Sementara interval kalibrasi adalah :
1. Kalibrasi harus dilakukan secara periodik.
2. Selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur, frekuensi
pemakaian, dan pemeliharaaan.
Interval bisa dinyatakan dalam beberapa cara :
Dengan waktu kalender
Dengan waktu pemakaian
Kombinasi cara pertama dan kedua, tergantung mana yang lebih dulu tercapai.
Kurva kalibrasi dibuat dengan jalan mengukur serapan larutan – larutan standar .
bila hukum Lambert – Beer dipenuhi, maka grafik / kurva ini akan membentuk
garis lurus melalui titik nol. Dengan serapan cuplikan pada kurva kalibrasi, maka
konsentrasi cuplikan dapat ditentukan.
Hukum Lambert – Beer : A = a . b. c, dimana
a : absorbsi
b : tebal larutan
c : konsentrasi
Oleh karena itu, pada alat spektronik – 20 biasanya yang diamati adalah % T,
maka untuk memperoleh harga serapan yang digunakan hubungan A = - log T.
Spektronik 20 merupakan Spektrofotometri, yakni suatu metode analisis yang
berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau
tabung foton hampa. Cara kurva kalibrasi. Hal pertama yang dilakukan denagn
menggunakan cara ini adalah pembuatan deret larutan standar, kemudian diukur
serapannya dan dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan serapan. Dengan
mengukur serapan sampel dan memesukannya kedalam persamaan garis yang
dihasilkan dari kurva kalibrasi, maka konsentrasi sampel akan diketahui (Wong,
2012).
Kurva kalibrasi CO(H2O)62+ :
1. Buka aplikasi spektronik - 20 pada media flash atau classic.
2. Mengatur panjang gelombang pada λ maks = 510 nm untuk larutan
CO(H2O)62+
3. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.
4. Drag blanko kedalam tempat kuvet.
5. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.
6. Klik gambar 0 ABS 100%T.
7. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.
8. Klik remove cuvette untuk mengeluarkan kuvet.
9. Untuk mengganti larutan klik pada sampel CO(H2O)62+.
10. Klik molarity mode untuk mengatur konsentrasi larutan CO(H2O)62+pada
konsentrasi pertama 0,002 M.
11. Klik click here to open untukmembuka penutup kuvet.
12. Drag kuvet larutan kedalam tempat kuvet.
13. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.
14. Catat hasil absorbansi yang terbaca pada alat spektronic - 20.
15. Ulangi prosedur kerja pada langkah nomor 10 - 13 dengan mengatur rentang
konsentrasi 0,002 M dengan menggeser tombol molarity mode.
Kurva kalibrasi COCI42- :
1. Buka aplikasi spektronik-20 pada media flash atau classic.
2. Mengatur panjang gelombang pada λmaks= 510 nm untuk larutan COCI42-.
3. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.
4. Drag blanko kedalam tempat kuvet.
5. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.
6. Klik gambar 0 ABS 100% T.
7. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.
8. Klik remove cuvette untuk mengeluarkankuvet.
9. Klik molarity mode untuk mengatur konsentrasi larutan COCI42- pada
konsentrasi pertama 0,002 M.
10. Klik click here to open untukmembuka penutup kuvet.
11. Drag kuvet larutan kedalam tempat kuvet.
12. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.
13. Catat hasil absorbansi yang terbaca pada alat spektronic - 20.
14. Ulangi prosedur kerja pada langkah nomor 10-13 dengan mengatur rentang
konsentrasi 0,002 M dengan menggeser tombol molarity mode (Wong,
2012).
Kesalahan yang terjadi saat praktikum dapat dilaksanakan karena praktikan
ataupun bahan dan alat yang digunakan sudah tidak baik lagi. Adapun kesalahan
yang dilakukan oleh praktikan dimulai saat membuat larutan gula yang kurang pas
konsentrasinya ataupun saat mencampur bahan – bahan lain seperti fenol atau
asam sulfat pekat. Fenol merupakan senyawa polar yang mudah menguap,
sehingga praktikan seharusnya menggunakannya secara teliti dan hati – hati
walaupun senyawa ini tidak terlalu berbahaya jika terhirup dengan kadar sedikit.
Sedangkan untuk asam sulfat pekat, penggunaan harus berada diruang asam
Karena mempunyai daya korosif yang sangat tinggi. Jika asam sulfat tumpah atau
mengenai praktikan dapat menyebabkan tangan praktikan menjadi mutasi atau
berlubang seketika. Saat menambahkan asam sulfat pekat, semua praktikan dapat
melakukannya dalam ruang asam dan dengan menggunakan masker dan sarung
tangan. Akan tetapi, ada praktikan yang kurang teliti menambahkan asam sulfat
pekat berlebihan. Akibatnya, ketika larutan tersebut dibaca oleh spektrofotometer,
nilai adsorbansinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu dapat terlihat
pada larutan yang kedua dan ketiga, terlihat nilai adsorbansinya sama.
Kesalahan selanjutnya dapat pula disebabkan oleh alat dan bahan yang sudah
tidak baik lagi ataupun dapat juga di sebabkan oleh kondisi lingkungan atau
laboraturium yang kurang memadai. Kesalahan mulai diduga terjadi dari alat –
alat gelas untuk mencampur larutan yang kurang steril sehingga menyebabkan
kesalahan data absroban. Selanjutnya kesalahan yang diduga paling mendekati
adalah pada alat sprektonik 20 atau spektrofotometer yang digunakan. Peran alat
ini sangat penting karena alat ini merupakan alat utama yang di gunakan untuk
mengukur absorbansi suatu larutan, dari absorbansi itulah kemudian dapat
diketahui konsentrasi gula dalam larutan terserbut. Jika terjadi kesalahan pada alat
maka hasil yang didapatkan akan tidak akurat. Pada praktikum kali ini, kondisi
lingkungan atau laboraturium dinilai kurang memadai karena tegangan listrik
yang sering naik turun. Hal itu menyebabkan alat spektofotometer atau spektronik
20 tidak dapat berkalibrasi dengan baik jika saat kalibrasi yang seharusnya 15
menit terjadi mati listrik. Jika hal tersebut terjadi maka praktikan harus
mengkalibrasi ulang alat dengan menghidupkannya dan mendiamkannya selama
15 menit lagi. Namun karna waktu pelaksanaan praktikum terbatas maka
praktikan tidak mengkalibrasi alat dengan benar. Hal ini yang diduga menjadi
kesalahan terbesar dalam praktikum kali ini.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pemabahasan dapat disimpulkan yaitu :
1. Selisih konsentrasi glukosa tidak sama dengan hasil kadar glukosa yang
telah diukur.
2. Rata-rata dari 10 μg/100ml konsentrasi gula menghasilkan kadar glukosa
sebanyak 0,2.
3. Semakin tinggi konsentrasi glukosa maka semakin tinggi juga kadar
glukosa yang terukur di spektrofotometer.
4. Kadar glukosa pada larutan konsentrasi gula 20 μg/100ml tidak tepat
akibat terjadi kesalahan ketika penambahan larutan bahan kimia lainnya.
5. Semakin banyak asam sulfat pekat dan fenol yang ditambahkan maka nilai
kadar glukosa semakin naik dari nilai kadar glukosa yang sebenarnya.
6. Jumlah asam sulfat dan fenol yang ditambahkan mempengaruhi nilai kadar
glukosa.
7. Pengukuran kadar suatu sampel pada spektrofotometer harus tepat dan
dikalibrasi terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A. 2012. Spektronik 20. http://akbarcules46.blogspot.com/2012/10
/spektronik-20.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2013.
Agutina,S. 2007. Definisi Glukosa Dan Strukturnya. Tesis Departemen Kimia
FMIPA USU. Medan.
Allan,J.R.;Smith,G.D. 1983 . Peran Glukosa Dalam Metabolisme. United States
Patent No. 4,375,003.
Cotton, F.A dan Wilkinson G.1989. Kabohidrat Glukosa. Terjemahan Sahati
Suharto. UI Press. Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 2000. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga.
Jakarta.
Wong, 2012. Kalibrasi Spektrometri.
http://wong168.wordpress.com/2012/02/17/jenis-spektrofotometri/ diakses
pada 19 Desember 2013.