laporan final rtd broadband economy_rev1

58
Jakarta, 2010 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Roundtable Discussion : Broadband Economy Indonesia Sumber:http://arifdhaniirwanto.blogspot.com/2010/09/wi-fi-vs-wimax.html

Upload: eddy-satriya

Post on 27-Jun-2015

542 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan pelaksanaan Round Table Discussion on Broadband Economy yang dilaksanakan 24 Agustus 2010 yang lalu di Hotel Borobudur oleh Asdep Telematika dan Utilitas, Deputi V, Menko Perekonomian

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

Jakarta, 2010

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Roundtable Discussion :

::

Broadband Economy Indonesia

Sumber:http://arifdhaniirwanto.blogspot.com/2010/09/wi-fi-vs-wimax.html

Page 2: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

Rountable Discussion

Selasa, 24 Agustus 2010 Hotel Borobudur, Jakarta

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

BROADBAND ECONOMY

INDONESIA

LAPORAN KEGIATAN

Page 3: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

I. Pendahuluan ............................................. 1

II. Latar Belakang ............................................. 1

III. Tujuan / Sasaran ............................................. 2

IV. Pelaksanaan Diskusi ............................................. 2

V. Hasil Diskusi ............................................. 2

A. Regulasi dan Kerangka Kebijakan .................................. 2

B. Teknologi .................................. 4

C. Industri dan Konten .................................. 6

D. Pendanaan .................................. 7

E. Planning .................................. 8

VI. Tindak Lanjut ............................................. 9

LAMPIRAN ............................................. 10

Lampiran 1. Undangan

Lampiran 2. Agenda

Lampiran 3. Notulen

Lampiran 4. Daftar Hadir

DAFTAR ISI

Page 4: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 1

Indonesia terus berupaya meningkatkan daya saing dalam

menyelenggarakan pembangunan nasional. Pentingnya peningkatan daya

saing nasional telah menjadi agenda utama dalam Rencana

Pembangunan KIB-II seperti disampaikan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono di Istana Tampak Siring yang kemudian diulangi lagi di Istana

Cipanas baru-baru ini. Guna mencapai peningkatan daya saing tersebut,

salah satu langkah yang diambil Pemerintah adalah dengan mewujudkan

Domestic Connectivity, yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional, Sistem

Transportasi Nasional, dan Pengembangan Wilayah. Infrastruktur ICT

menjadi komponen penting dalam mewujudkan domestic connectivity

tersebut melalui penyediaan infrastruktur informasi yang handal.

Tidak bisa dipungkiri, Broadband adalah infrastruktur ICT utama

yang harus dipersiapkan saat ini. Untuk mewujudkan semua itu,

dibutuhkan sinkronisasi program, termasuk kontribusi dari para

pemangku kepentingan mulai dari Pemerintah Pusat maupun Daerah,

Pihak Swasta, Operator, Akademisi, asosiasi terkait dan masyarakat

telematika itu sendiri.

Disamping memeriksa kesiapan pengembangan kerangka kebijakan

dan regulasi maupun pelaksanaan Broadband saat ini, RTD ini juga

diadakan dalam rangka menindaklanjuti hasil-hasil pertemuan

sebelumnya di KADIN, MASTEL, serta memperhatikan masukan dari

stakeholder lainnya. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatkannya

kebutuhan akan Broadband di Indonesia dan perlunya percepatan

penerapan teknologi untuk menunjang berbagai aplikasi yang lebih baik

dan bermanfaat.

I. PENDAHULUAN

II. LATAR BELAKANG

Page 5: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 2

A. Regulasi dan Kerangka Kebijakan

Tujuan dilaksanakannya diskusi ini adalah untuk menampung semua

masukan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan

Broadband yang kemudian ditindaklanjuti dengan berbagai langkah

penyelesaian percepatan Roadmap Broadband. Sedangkan sasaran yang

ingin dicapai adalah terciptanya Roadmap pengembangan Broadband

yang terintegrasi untuk semua aspek yang terkait.

Sesuai undangan Nomor UND – 99/D.V.M.EKON/08/2010, pada

tanggal 24 Agustus 2010 pkl. 14.30-17.45 WIB telah dilaksanakan

“Roundtable Discussion : Broadband economy Indonesia” di Ruang Rapat

Sumba B, Lt.3, Hotel Borobudur Jakarta, yang dihadiri oleh Perwakilan

Kemenkeu, Bappenas, Kemenristek, Kemenkominfo, Kemenperin, BPPT,

BRTI, DETIKNAS, MASTEL, Habibie Center, KADIN, Penyelenggara dan

Praktisi Telematika, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Pers, serta

undangan lainnya.

RTD ini diselenggarakan untuk menjaring masukan dari semua

peserta rapat. Pelaksanaan diskusi dipandu langsung oleh Asisten Deputi

Urusan Telematika dan Utilitas. Berbagai masukan yang disampaikan

secara lisan oleh 22 orang peserta RTD serta masukan 4 orang peserta

via email dapat dikelompokkan atas : (1) Kerangka Kebijakan dan

Regulasi; (2) Teknologi; (3) Aplikasi dan Industri; (4) Pendanaan; (5) Lain-

lain. Secara ringkas masukan yang telah dipilih adalah sebagai berikut :

Kemkominfo telah sukses melaksanakan lelang frekuensi

Broadband Wireless Access (BWA) pada pita 2,3 GHz secara objektif,

transparan dan profesional. Namun hingga kini, baru 1 dari 8 pemenang

lelang secara resmi menggelar jaringan mereka. RTD mengungkapkan

III. TUJUAN / SASARAN

IV. PELAKSANAAN DISKUSI

V. HASIL DISKUSI

Broadband Wireless Access

Page 6: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 3

bahwa terlihat kesan adanya kegamangan pemerintah dalam

pelaksanaan BWA Wimax Nomadic 16d ini, sehubungan munculnya

desakan dari kelompok yang menginginkan Pemerintah untuk segera

menggelar Wimax 16e. Masih kurangnya regulasi untuk mengantisipasi

proses pengadaan wimax 16d, 16e dan LTE juga mencuat secara nyata

dalam diskusi. Lambatnya penyelenggaraan Wimax 16d yang telah

diprogram Pemerintah juga terkait dengan kejelasan TKDN (Tingkat

Kandungan Dalam Negeri).

Keppres No. 20 Tahun 2006 telah diubah menjadi Keppres No. 5

tahun 2009 memaparkan tentang misi dari Dewan TIK Nasional

(Detiknas). Namun demikian masih belum ada kejelasan peran dari

DETIKNAS meski kewenangan DETIKNAS masih cukup besar.

Jumlah dana PNBP sektor Kominfo yang diperoleh hingga saat ini

telah mencapai orde Rp 10 T per tahunnya. Sudah seyogyanya sebagian

dana itu dikembalikan untuk pengaturan sektor telematika sendiri. Meski

telah diterbitkan buku putih “ICT Fund for Backbone Infrastructure”,

kejelasan regulasi, insentif, dan pemanfaatan dana USO untuk

pembangunan masih belum pasti. Regulasi yang mengatur penerapan

BHPF sebagai PNBP yang nilainya sangat tinggi banyak dikeluhkan oleh

para operator. Hal ini dinilai dapat menghambat kinerja operator untuk

berkontribusi dalam program Broadband nasional ke depannya.

ICT FUND

DETIKNAS

Page 7: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 4

B. Teknologi

1. Pemerintah Daerah hendaknya

selalu dapat dilibatkan dalam

peningkatan kompetensi di

bidang ICT dan dalam proses

pembangunan infrastruktur di

bidang ICT agar tidak ada

regulasi yang bertentangan yang

dapat menghambat penerapan

ICT. Juga perlu adanya

sosialisasi Broadband kepada

pejabat-pejabat daerah sehingga

Broadband ini dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin

untuk mempromosikan daerahnya, sehingga terjadi transaksi

bisnis yang dapat menumbuhkan perekonomian.

2. Perlunya penetapan regulasi yang mengatur koordinasi antar

Kementerian/Lembaga dalam rangka penyediaan infrastruktur

pendukung seperti jalan dan listrik untuk pengoperasian layanan

telekomunikasi khususnya Broadband.

3. Peran serta pemerintah dalam penetapan harga bawah (floor price)

sangat dibutuhkan untuk menghindari adanya perang tarif sesama

operator yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan

perekonomian di Indonesia.

Kehadiran Broadband di Indonesia

diawali dengan datangnya teknologi 3G

ke tanah air pada tahun 2006. Teknologi

ini sangat diharapkan menjadi batu

loncatan untuk menyukseskan program

Broadband Wireless Access (BWA) di

Indonesia. Walaupun dianggap telat

masuk ke Indonesia, namun dengan

masuknya teknologi 3G ini sangat

Umum

Broadband

Sumber:http://al-magfirahs.blogspot.com/2010 /04/tri-pakai-menara-telekomunikasi-milik.html

Sumber:http://www.tradev.com/chinasuppliers/nbhydl_p_6ce19/china_Telecommunication-tower.html

Page 8: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 5

membantu dalam memicu penggunaan Broadband di tanah air. Namun,

setelah kurang lebih 4 tahun berkiprah di NKRI, pelayanan dan

pemanfaatan teknologi ini menjadi kurang maksimal, tidak seperti pada

promosi di awal peluncurannya. Hal inilah yang menjadi tugas utama

Pemerintah dan Operator untuk segera menerapkan teknologi baru yang

bisa lebih memberikan kualitas dan ekonomis karena program BWA ini

memang dicanangkan untuk menyediakan akses internet murah dengan

kualitas yang baik.

Menurut MASTEL, teknologi Broadband dunia identik dengan

wireline access karena 60% trafik Broadband dilewatkan pada wireline,

dan sisanya wireless. Sedangkan di Indonesia, hampir 95% trafik

Broadband menggunakan teknologi wireless, sehingga penerapan

wireless Broadband terutama yang bersifat mobile, mengalami sedikit

hambatan karena data rate yang dihasilkan sangat kecil jika

dibandingkan dengan wireline access. Seharusnya teknologi wireless

Broadband diperuntukkan untuk wilayah-wilayah yang sulit terjangkau.

1. Terdapat Laboratorium Uji teknologi Broadband di Puspitek

Serpong. Pada laboratorium ini, telah diuji teknologi Wimax 16d

dan Wimax 16e. Hasil uji kedua jenis teknologi tersebut sangat baik

dan layak untuk diaplikasikan di Indonesia. Teknologi Wimax 16d

merupakan teknologi fixed wireless access dan Wimax 16e

merupakan teknologi mobile wireless access.

2. Penundaan penerapan teknologi wimax 16e menimbulkan suatu

paradigma baru bagi pelaku industri telekomunikasi dimana

Pemerintah seperti memperlambat teknologi berbasiskan IP,

Wimax

Sumber:http://www.michaelbatara.co.cc/Telecommunication_ System/wimax.html

Page 9: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 6

C. Industri dan Konten

sedangkan teknologi berbasiskan GSM, tidak. Hal ini dapat dilihat

dari kontribusi asing pada teknologi berbasiskan GSM lebih besar

dibandingkan kontribusi industri lokal yang notabenenya dapat

mempercepat aplikasi teknologi ini. Padahal telah kita ketahui

bahwa kesiapan industri dalam negeri belum maksimal karena

selama ini sangat jarang sekali dilibatkan oleh pemerintah dalam

penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, sehingga akan

memperlambat penerapan teknologi Wimax ke depannya demi

mengejar target TKDN 100% untuk teknologi Wimax di Indonesia.

Industri lokal juga harus menyamai kualitas dan standardisasi

internasional agar dapat menerapkan teknologi secara maksimal.

3. Berbagai pertanyaan dipandang telah disampaikan tentang

penerapan teknologi Wimax 16d dan Wimax 16e agar tidak

menghambat pertumbuhan penetrasi Broadband di Indonesia.

Jika infrastruktur dan aplikasi telah tersedia, perlu diperhatikan

pula transaksi yang akan menunjang faktor produksi dalam sistem

secara ekonomi keseluruhan. Pada transaksi ini hendaknya dibuat

otomatis, fleksibel dan mengaplikasikan sistem security yang baik agar

dapat memberikan value yang tinggi kepada user. Karena itu perlu juga

dipercepat penyelesaian RPP - UU ITE terkait dengan transaksi.

Banyak sekali industri-industri ICT potensial di Indonesia yang

telah terbukti dapat survive ketika krisis global menyerang pada tahun

2009. Industri-industri ini banyak didominasi oleh industri kelas

menengah. Hal ini dapat dijadikan suatu pedoman yang sangat baik bagi

pengembangan industri ke depannya, karena walaupun berada di level

menengah, industri-industri ini dapat membantu pertumbuhan

perekonomian Indonesia. Industri ini sangat cocok diterapkan pada bisnis

konten dan aplikasi ICT, karena bidang ini mulai banyak diminati oleh

para stakeholder di bidang telekomunikasi agar industri ini tetap

produktif di masa mendatang.

Indonesia tidak boleh hanya menjadi target market Broadband

lokal maupun internasional, melainkan juga membangun dan mendorong

Transaksi

Industri

Page 10: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 7

D. Pendanaan

industri lokal untuk mendukung peningkatan kualitas maupun kuantitas

Broadband di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan

porsi yang tepat kepada industri lokal untuk ikut berpartisipasi dalam

mengembangkan dan membangun infrastruktur Broadband di Indonesia.

Selain itu, melakukan penerapan ICT pada UKM-UKM menjadi suatu e-

UKM akan sangat membantu iklim perkembangan Broadband di

Indonesia.

Saat ini konten merupakan “senjata utama” operator dalam

menarik perhatian user setelah layanan voice dan sms. Dari segi konten

hendaknya mencakup penyelarasan tiga konsep digital divide yang saling

terintegrasi dengan baik. economy divide, dari segi biaya dan

ketersediaannya Broadband ini dapat dinikmati dengan harga yang

murah (terjangkau); usability divide, konten yang ada harus mudah

dimengerti oleh masyarakat Indonesia yang notabene kemampuan

berbahasa Inggrisnya rendah; dan empowerment divide, harus ada

keintegrasian antara infrastruktur yang sudah dibangun, akses serta

konten yang dibuat sehingga diperlukan partisipasi dari masyarakat

untuk menjadi inovator dan pencipta konten.

Layanan telekomunikasi yang telah ada hendaknya dapat diisi

dengan berbagai konten dan aplikasi yang baru dimana pemerintah dapat

menstimulir para pembuat konten dan aplikasi melalui insentif yang ada

selain itu perlu adanya pengawasan terhadap konten dan aplikasi yang

telah dibuat. Namun demikian porsi revenue untuk Content Provider

masih terlalu kecil dibandingkan kondisi yang ada di negara-negara lain.

Kesenjangan infrastruktur ICT selama ini terjadi secara signifikan

antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur.

Menyadari kondisi tersebut, Kemkominfo telah melakukan kajian tentang

kemungkinan penggunaan konsep pembiayaan ICT Fund untuk

melakukan pembangunan infrastruktur ICT.

Penetapan mekanisme pendanaan pembangunan infrastruktur

Broadband untuk memudahkan dalam pemanfaatan dana tersebut

sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya. RPJMN menyebutkan

bahwa pemerintah hanya bisa memberikan dukungan dana untuk

infrastruktur Broadband sebesar 20% dan sisanya 80% diserahkan

kepada non pemerintah atau dunia usaha. Pemberian insentif dari

Konten

Page 11: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 8

E. Planning

pemerintah kepada para stakeholders yang terlibat dalam pembangunan

infrastruktur ini serta penetapan badan/organisasi yang

bertanggungjawab serta memiliki kewenangan terhadap pembangunan

dan anggaran infrastruktur Broadband ini.

ICT Fund pada intinya merupakan suatu konsep pembiayaan

pengembangan penggunaan ICT dengan memanfaatkan dana yang

terkumpul dari masyarakat untuk membiayai proyek-proyek

pengembangan ICT agar lebih berdaya guna bagi pengembangan ekonomi

dan kesejahteraan masyarakat.

ICT fund di Indonesia sebagian besar berasal dari dana USO.

Penggunaan dana ini seharusnya diterapkan secara jelas dan transparan

agar tidak menimbulkan pertanyaan dari berbagai pihak. Awalnya, USO

merupakan “titipan” dari operator ke Pemerintah. “Titipan” ini merupakan

bagian dari pendapatan operator dari usahanya untuk berkontribusi

dalam membangun ekonomi. Sedangkan sekarang, dana USO didapatkan

dari iuran PNBP yang wajib dibayarkan oleh operator kepada Pemerintah.

Hal ini yang dapat memicu kesenjangan antara pemerintah dan operator

sehingga dapat menyebabkan pemerintah dan operator “jalan sendiri-

sendiri”. Saat ini Kemkominfo telah menyelesaikan naskah akademis “ICT

Fund” yang akan dibahas bersama-sama Stakeholder ICT di Indonesia.

Diharapkan melalui partisipasi semua pihak agar tersusun suatu

peraturan yang baik dan menduklung pembangunan infrastruktur ICT,

termasuk Broadband.

1. Pemerintah diharapkan membangun Research and Development

Center sebagai pusat basis teknologi untuk mengumpulkan SDM

yang berkualitas di bidang TIK baik dari dalam maupun luar negeri.

Kebijakan ini dapat dikoordinasikan bersama dengan BPPT sebagai

pusat penelitian teknologi nasional. BPPT agar difungsikan kembali

sebagai lembaga standardisasi teknologi nasional. Jadi setiap

teknologi yang akan diterapkan di Indonesia harus memenuhi

standar yang telah ditetapkan oleh BPPT, seperti pada kurun waktu

15 tahun lalu.

2. Selain itu juga perlu dibentuk konsorsium antara industri dan

pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang baik terutama

ICT FUND

Page 12: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 9

dalam pemilihan teknologi untuk meningkatkan pertumbuhan

perekonomian Indonesia.

3. Penyelenggara telekomunikasi dan Pemerintah dihimbau untuk

mencermati penerapan sistem “right of way”, yang merupakan

integrasi antara infrastruktur jalan, listrik, telekomunikasi dan

lain-lain. Hal ini untuk menumbuhkan efektivitas dan efisiensi

untuk sistem yang bisa dibangun pada irisan ketiga area tersebut.

Misalnya dengan sistem Power Line Communication, fiber optik

dapat digelar pada sepanjang jalur kabel listrik secara bersamaan

sehingga tidak perlu lagi membangun infrastruktur fiber optik dari

awal.

4. Sebaiknya segera direalisasikan program strategis dari DETIKNAS

(flagship DETIKNAS) antara lain National Single Window, e-

Pendidikan, Palapa Ring, Software Legal, e-Procurement, e-

Anggaran, Nomor Identitas Nasional, e-Health, e-Cultural Heritage,

e-Agriculture.

5. Perlu dipercepat penyusunan Roadmap Broadband economy sebagai

salah satu pedoman untuk mewujudkan domestic connectivity yang

pada akhirnya dapat menciptakan Knowledge Based Economy

(KBE).

Menindaklanjuti hasil diskusi maka dibentuk tim/kelompok

kecil yang berfungsi sebagai penanggung jawab dalam Broadband

economy yang bertugas mengkoordinasikan penyusunan dan

pelaksanaan program serta memiliki kewenangan dan anggaran.

Disamping itu juga, akan disiapkan perumusan langkah tindak

lanjut untuk penyusunan Rencana Broadband Tingkat Nasional

(National Broadband Plan). Seluruh pemangku kepentingan/ stake

holders akan dilibatkan seoptimal mungkin guna kolaborasi dan

kinerja yang lebih baik.

VI. TINDAK LANJUT

DISKUSI

Page 13: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

BROADBAND ECONOMY INDONESIA | 10

LAMPIRAN

Page 14: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-UNDANGAN- | i

Lampiran 1. Undangan dan Daftar Undangan

Page 15: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-UNDANGAN- | ii

DAFTAR LAMPIRAN UNDANGAN

NO. UND. 99 /D.V.M.EKON/08/2010

Tanggal, 19 Agustus 2010

Kepada Yth. Bapak / Ibu/ Saudara:

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

1. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2. Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan 3. Staf Ahli Bidang Inovasi Teknologi dan Lingkungan Hidup 4. Asdep Bidang Telematika dan Utilitas 5. Kepala Bidang Telematika dan Utilitas

Kementerian Keuangan

6. Kepala Badan Kebijakan Fiskal 7. Kepala Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan

BAPPENAS

8. Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional 9. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana 10. Deputi Bidang Ekonomi 11. Direktur Energi, Telekomunikasi dan Informatika 12. Kasubdit Pos dan Telematika

Kementerian Negara Riset dan Teknologi

13. Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi 14. Asisten Deputi Data dan Informasi IPTEK

Kementerian Komunikasi dan Informasi

15. Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional dan Kesenjangan Digital 16. Dirjen Aplikasi Telematika 17. Dirjen Pos dan Telekomunikasi 18. Direktur Telekomunikasi 19. Direktur Standardisasi Postel 20. Direktur Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio 21. Direktur Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten 22. Kepala Biro Perencanaan 23. Kepala Puslitbang Aplikasi Informatika

Kementerian Perindustrian

24. Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika 25. Direktur Industri Telematika

Page 16: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-UNDANGAN- | iii

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

26. Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi

Komite Inovasi Nasional

27. Prof. Dr. Zuhal 28. Amir Sambodo 29. Rachmat Gobel

DETIKNAS

30. Zainal A. Hasibuan 31. Rudi Lumanto 32. Adi Seno

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI)

33. Moh. Ridwan Effendi 34. Nonot Harsono 35. Heru Sutadi

Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL)

36. Setyanto P. Santosa, Ketua Umum 37. Mas Wigrantoro, Sekjen 38. Teguh Anantawikrama, Wakil Sekjen 39. Eddy Thoyib, Direktur Eksekutif 40. Taufik Hasan, Ketua Pokja Broadband

Habibie Centre

41. Ilham Habibie 42. Dewi Fortuna Anwar 43. Santhi Serad

KADIN

44. Anindya N. Bakrie 45. Johnny Swandi Syam 46. Fofo Suriaatmadja 47. Sylvia Sumarlin 48. Erick Thohir 49. Elisa Lumbantorun 50. Chris Kanter 51. Pandji Choesin

Page 17: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-UNDANGAN- | iv

Penyelenggara dan Praktisi Telematika

52. Dirut PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 53. Dirut PT. Indosat, Tbk. 54. Dirut PT. Telkomsel 55. Dirut PT. XL Axiata 56. Dirut PT. Bakrie Telecom 57. Dirut PT. Smart Telecom 58. Dirut PT. Hutchison CP Telecommunications 59. Dirut PT. Natrindo Telepon Seluler 60. Dirut PT. Inti 61. Dirut PT. Posindo 62. Dirut PT. Lintas Arta 63. Dirut PT. Citra Sari Makmur 64. Dirut PT. LEN 65. Dirut TVRI 66. Dirut RRI 67. Harianda Noerlan, PT. First Media 68. Dirut RCTI 69. Dirut SCTV 70. Dirut TV-One 71. Dirut Global TV 72. Dirut Trans TV 73. Dirut Metro TV 74. Dirut PT. Indovision 75. Dirut PT. Yes TV 76. Dirut Biznet Networks 77. Dirut PT. Jasnita Telekomindo 78. Dirut PT. Berca Global Access 79. Dirut PT. Transmedia Indonesia 80. Dirut PT. Indosat Mega Media (IM2) 81. Dirut PT. Intel Indonesia Coorporate 82. Imelda Adhisaputra, PT. Intel Indonesia Coorporate 83. Bismo Abiyoso, PT. Astratel Nusantara 84. Teguh Trianung Djoko, PT. Cakra Mitra Pandawa 85. Nies Purwati, PT. XL Axiata 86. Ann Gusnayanti, PT. Natrindo Telepon Seluler 87. Ubaidillah Fatah, PT. Smart Telecom 88. Rudy Rusdiah, PT. Asricitra Pratama 89. Sumitro Rustam 90. Sutrisman 91. Onno W. Purbo 92. Ventura Elisa 93. Iwan Piliang 94. Hemat Nuryanto 95. Barata Wardhan, FKBWI

Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan lain - lain

96. Kepala Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK), ITB 97. Kepala Divisi Inovasi Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK), ITB 98. Kepala LPEM, UI

Page 18: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-UNDANGAN- | v

99. Riri Fitri Sari, UI 100. Jonanthan Parapak, UPH 101. Kho I Eng, SGU 102. Destry Damayanti, Mandiri Sekuritas 103. Hartojo Wignjowijoto, Institute of National Capacity Studies - LSKN 104. Yanuar Rizky, Aspirasi Indonesia Research Institute 105. Dewie Pelitawati, Bahar and Partners 106. Susiana Suhendra, FBAI

Pers

107. Arif Budi Susilo, Bisnis Indonesia 108. Arif Pitoyo, Bisnis Indonesia 109. Redaksi Sinar Harapan 110. Rene L.P, Kompas 111. Muhammad Ikhsan, Warta Ekonomi 112. Redaksi Detik.com 113. Rina Garmina, Media Indonesia 114. Doni Ismanto Darwin, Koran Jakarta 115. Sri Kadarwati, Selular 116. Hardy Hermawan, Majalah Trust 117. Andi Reza Rohadian, Majalah Trust

Page 19: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-UNDANGAN- | vi

AGENDA

Round Table Discussion “Broadband economy Indonesia”

Ruang Rapat Sumba B Lt. 3, Hotel Borobudur, 24 Agustus 2010

14.30 – 14.45 WIB

14.45 – 16.00 WIB

16.00 – 16.10 WIB

16.10 – 17.45 WIB

17.45 – 19.00 WIB

Pembukaan Oleh Bp. Luky Eko Wuryanto, Deputi Bidang

Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Diskusi Broadband economy Indonesia

Istirahat

Diskusi Broadband economy Indonesia (lanjutan)

Buka Puasa Bersama

NB : Pelaksanaan Sholat Ashar agar dapat dilakukan masing-masing peserta di sela-sela diskusi

mengingat waktu yang terbatas

Lampiran 2. Agenda

Page 20: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 1

NOTULEN

Roundtable discussion Broadband economy

Rabu, 24 Agustus 2010, Pukul 14.30 – 17.50 WIB

Ruang Sumba B Lt.2, Hotel Borobudur

Acara Roundtable discussion Broadband economy dibuka oleh

Deputi V Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah,

Luki Eko Wuryanto. Bp. Luki menyampaikan mengenai pentingnya

domestic connectivity dan broadband adalah salah satu “jalan virtual”

yang bisa mendukung tercapainya hal tersebut. Saya atas nama kantor

Menko, mewakili pak Eddy juga mengucapkan banyak terimakasih atas

kehadirannya. Mudah-mudahan kita mendapat banyak manfaat, kesamaan dalam usulan

hal-hal apa yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi khususnya berkaitan dengan

pembangunan broadband di Indonesia. Dorongan-dorongan apa yang perlu dlakukan dalam

rangka mempercepat program-program yang harus dilakukan sedemikian sehingga

terwujudnya suatu peningkatan kapasitas dari ekonomi atau yang lain bisa segera

Lampiran 3. Notulen

Page 21: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 2

diwujudkan. Disini diharapkan partisipasi aktif dari seluruh peserta dapat berlangsung dan

memberikan masukan khususnya dalam hal komitmen dalam menyusun agenda yang

berkaitan dengan regulasi, teknologi, konten, industri dan juga yang tidak kalah pentingnya

yang berkaitan dengan pendanaan. Selamat berdiskusi, semoga Tuhan Yang Maha Esa

memberikan limpahan rahmat kepada kita semua dan memberikan manfaat terhadap apa

yang kita lakukan siang ini. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum

warahmatullahi wabarakatuh.

Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi terbuka yang dipandu oleh Bp. Eddy

Satriya, Asdep 5 Urusan Telematika dan Utilitas.

1. Bp. Engkos Koswara, Staf Ahli Kementerian Riset dan Teknologi

a) Menyarankan agar pembahasan topik dalam diskusi

dilakukan satu persatu, misalnya pendanaan saja atau

teknologi saja baik itu yang fix atau wireless. Harapannya

agar diakhir ada rekomendasi dari Kemenko

Perekonomian bagaimana dengan nasib broadband

economy Indonesia ini.

b) Apakah dalam industri Broadband ini kita hanya akan

menjadi user saja dan bukan menjadi player?

c) Apakah nantinya pembahasan akan diarahkan pada bagaimana membangun industri

broadband Indonesia sehingga kita tidak hanya menjadi pasar saja.

d) Diharapkan ada suatu wadah untuk melakukan sinergi antara pelaku industri,

akademisi, peneliti dan pemerintah.

e) Lahan seluas 460 Ha di Serpong dengan 32 lab nya, salah satu digunakan sebagai lab

uji untuk broadband sejak 2008 dimulai dengan 16.d dan baru-baru ini Xirka menguji

untuk mobile dengan hasil cukup baik, kemudian apa tindakan berikutnya, peranan

government dalam hal tersebut, what next?

2. Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua Umum MASTEL

a) Menyampaikan terimakasih atas diselenggarakannya forum

ini, menyinggung sedikit mengenai kata-kata Bp. Menko

“broadband for all” sehingga semestinya portofolio dibawah

Kemenko Perekonomian semua bergerak untuk

mewujudkan hal tersebut.

Page 22: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 3

b) RPJMN menyebutkan bahwa pemerintah hanya bisa memberikan dukungan

dana sebesar 20% dan sisanya 80% diserahkan kepada non pemerintah atau

dunia usaha. Kaitannya dengan broadband economy, kita harus bisa benar-benar

fokus dalam membangun infrastrukturnya, jangan hanya jalan tol saja yang

diperhatikan namun juga “jalan tol virtual”.

c) Studi kasus di Negara maju mereka melewatkan 60% trafik melalui wireline

sehingga tidak membebani wireless. Yang terjadi di Indonesia selama ini adalah

95% trafik dilewatkan melalui wireless akibatnya bandwith yang diterima

menjadi sangat kecil dan kurang ideal.

d) Pemerintah diharapkan bisa memberikan insentif kepada pihak yang mau

melakukan pembangunan broadband Wireline, karena tidak bisa mencakup

keseluruhan wilayah Indonesia maka pembangunan di prioritaskan kepada

pihak-pihak yang membutuhkan.

e) Berkaitan dengan regulasi (UU No. 36 1999, UU Konvergensi) pelaku usaha

seharusnya ikut memberikan masukan.

f) Ada kemapanan dalam teknologi dan agar difungsikan kembali peran BPPT

dalam hal standardisasi teknologi.

g) USO adalah titipan operator kepada pemerintah untuk membangun fasilitas di

wilayah yang secara ekonomi tidak viable. Namun sekarang dimasukkan kedalam

anggaran pemerintah jenis PNBP sehingga menjadi sedikit sulit untuk digunakan

lagi untuk membangun karena harus melalui proses tender dll.

3. Bp. Benny Rahadi, KADIN

Kebetulan tadi bagian terakhir yang ingin saya sampaikan sudah di

ulas pak Setyanto masalah funding, mengenai mekanismenya saya

sepakat saja mau bagaimana. Saya teringat begini tadi pak Eddy

mengatakan sudah dapat dari Kominfo sehingga dengan pertemuan

kita di KADIN dengan Intel waktu kita bicara mengenai ICT Fund, Jadi

bagi kita serius sekali masalah ICT Fund bagaimana penggunaannya

selama ini karena itu di dunia usaha menjadi masalah karena

dipajakin kiri kanan kayanya isu ini udah lama kita bicarakan apakah isu ini bisa kita

selesaikan kalo bisa kami juga ingin melihat dokumen, apakah itu bisa dilakukan

diberikan oleh KemKominfo, karena kalo dibicarakan dengan Kominfo nanti ke Menko

Perekonomian, Menko ke Kominfo lagi, jadi khusus mohon benar-benar masalah ICT

Fund itu selesai, motongnya kan selesai, apakah tiap bulan atau tiap tahun, nah

penggunaannya itu apakah seperti tadi pak Setyanto katakan khusus untuk ekspansi

yang secara ekonomis tidak bisa atau untuk pendanaan yang lain mungkin misalnya kalo

masih ada, jadi kami berharap dari KADIN itu bisa segera diselesaikan.

Page 23: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 4

4. Bp. Mas Wigrantoro, MASTEL

a) Kesimpulan apa saja yang ingin dicapai hari ini?

b) Progress apa yang bisa dicapai oleh broadband economy,

supaya tidak terkesan hanya jalan di tempat?.

c) Menyarankan ada penanggung jawab dalam broadband

economy yang mengkoordinasikan, memiliki kewenangan dan

anggaran.

d) Masalah aspek operasional teknologi antara standar 16.d dan

16.e sebaiknya dua-dua nya dijalankan.

5. Bp. Muhammad Mustofa Sarinanto, BPPT

a) Dari BPPT ikut terlibat dalam aktifitas terkait BWA baik di

postel maupun ristek bagian pentingnya adalah pemerintah

mestinya seperti yang dikatakan Bp. Mas Wig sebaiknya

memiliki forum tersendiri mungkin ada baiknya berkumpul

bersama ramai-ramai tetapi saya pikir sebelum sampai

bersama sama pemerintah perlu konsolidasi antar

pemerintah itu sendiri karena keluar dari itu sepertinya

belum ada, sehingga artinya seperti kita lihat postel dibawah kominfo mengadakan

aktifitas yang mendukung industri dalam negeri dalam bentuk litbangnya,..

sumberdaya yang ada di tempat lain seperti ristek maupun perindustrian atau

misalnya yang kadang-kadang terlupakan tapi mestinya sangat berpengaruh yaitu

perdagangan mestinya berada dalam wadah yang sama menyelesaikan masalah yang

dikatakan broadband economy Indonesia, karena kalau tidak pak Mas Wig sampai

kapanpun akan tetap mengatakan hal yang sama kira-kira begitu, artinya adalah

pemerintah memang perlu duduk bersama untuk menyelesaikan masalah yang

memang perlu untuk diselesaikan bersama-sama itu saya pikir hal yang penting

karena kami sendiripun memposisikan diri BPPT berada di tengah-tengah antara

peneliti dan industri tapi juga berada di tengah antara institusi pemerintah yang

lainnya dimana kita perlu mengkolaborasikan semua termasuk juga mendorong agar

yang di Serpong itu juga bisa turut diberdayakan karena industri dalam negeri perlu

wadah tempat untuk bermain dan itu bisa diwujudkan di Serpong karena untuk

terakhir ini kita fokuskan ada suatu tempat yang bisa menjadi areal uji coba secara

bebas frekuensi.

b) Tidak hanya itu saja jika kita ingin berbicara mengenai broadband teknologinya

apakah bisa kita ambil sedikit demi sedikit dengan memanfaatkan skema TKDN yang

sudah kita tetapkan tapi tentunya pengembangannya itu juga perlu memikirkan

Page 24: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 5

skema yang seperti apa yang perlu kita ambil nah yang saat ini sedang muncul adalah

bagaimana kita memanfaatkan konsorsium artinya kalo kita kemarin, terus terang

seperti mendorong industri dalam negeri tapi lebih di perangkat, padahal sebetulnya

perangkat tanpa ada yang beli dan tanpa ada ekosistem yang terbentuk baik tidak

akan bisa sustain, paling hanya 2 tahun 3 tahun trus ada teknologi baru LTE atau

mobile wimax kemudian hilang terlupakan, padahal ini maunya menyiapkan suatu

industri yang bukan membikin jumlah industrinya banyak, artinya terolah kemarin

yang berkembang awalnya dua tapi kemudian berkembang 8 banyak merk lain yang

kemudian ditotalkan menjadi 10 menurut saya tidak efektif kalo akhirnya kita hanya

dapat 2 seperti China, Huawei, ZTE kemudian Korea, Samsung, LG, cukup ga usah

banyak banyak. Kalo punya resource ya dikumpulkan tadi industri yang sedikit itu

saja. Karena yang penting bukan hanya menurunkan industri sebanyak banyaknya

tapi menurunkan ekonomi broadband ekonominya itu sehingga tahap kepemilikan

bersama teknologi diperlukan kita produk bersama tidak hanya pemerintah

berikutnya industri dan pemerintah dalam suatau wadah konsorsium, nah konsep ini

mungkin bisa dijadikan suatu topik berikutnya termasuk cara kita membentuk

ekosistem yang tidak pernah kita bangun-bangun dengan baik sebelum kita dapat

contoh sukses industri dalam negeri dan karena itu sekarang fokus di tim yang

kebetulan eee… terlibat di .. tim postel maupun di ristek itu adalah kita bagaimana

menyiapkan roadmap yang diatasnya dibutuhkan baik oleh pemerintah maupun

industri. Roadmap teknologi roadmap pemanfaatan termasuk disitu antisipasinya

bagaimana dengan teknologi berikutnya. Kalau misalnya kita kosongan aja semua

tidak ada yang tertulis dan tidak ada bentuk roadmap. Saya pikir sampai kapanpun

kita akan ketemu-ketemu begitu begitu saja.

c) Dan juga TKDN juga perlu berhati-hati karena konsep bahwa kita meningkatkan

konten teknologi di dalamnya, kan kemarin kita tambahkan yang namanya TKDN

bukan hanya ngitung berat tapi juga software dan HKI desain tapi kalo kita tidak

punya metoda atau lembaga yang mampu mengukur dengan baik tentunya

dipertanyakan apakah benar standar itu diterapkan ada maksudnya oleh karena

itu kita berhati-hati dan BPPT sendiri telah kita perjelas kewenangan dan

kewajiban audit teknologi yang dijaman dulu sebagai mandatory namun sekarang

voluntary. Audit teknologi akan support lab di Serpong termasuk pengembangan

dan perbaikan cara penelitian TKDN. Itu beberapa yang bisa kami sampaikan disini

semoga menjadi masukan

6. Bp. Zaenal Hasibuan (Ucok), DETIKNAS

a) Menyampaikan presentasi mengenai DETIKNAS

Page 25: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 6

b) Keppres 20 2006 diperpanjang sampai 2009 dengan hasil, ya tulisan ini. Yang

pertama kebijakan, membuat arahan strategis ICT Nasional, yang kedua

menyelesaikan permasalahan ICT yang dihadapi secara nasional, kemudian

kordinasi nah ini gampang diomongin sulit dilaksanakan, yang terakhir bahkan

ada poin ke 4 kita itu memberikan approval terhadap ICT investment yang

sifatnya lintas departemen, lintas instansi tapinya kalo ini tidak dilakukan ini

melanggar kepres.

c) Tadinya saya terkagum kagum melihat kepres ini, tapi setelah saya diskusi sama

teman ICT konsul dari Jepang, dari Korea, dari Singapura.. oo sedikit banyak kita

rupanya meniru mereka namun pelaksanaannya tidak seperti mereka.

d) Kita lihat disini, tim pengarah Bp. Presiden, wakil Menko Perekonomian, tim

pelaksana harian Menkominfo.

e) Palapa Ring adalah nasional backbone kita, jadi memang sudah masuk tanpa

saya masuk disini pun itu sudah dicanangkan tapi kita lihat sekarang ini agak

mandeg. Kita bicara tadi mengenai ICT Fund, USO Fund dan segala macem nah

ini kita mungkin nanti bisa rame-rame bagaimana mendorongnya agar itu juga

bisa di stimulir oleh ICT Fund dsb. Walaupun ini perdebatanya masih panjang

terakhir kita ketahui bahwa belum ada PP dari penggunaan ICT Fund itu. Nah ini

mungkin daripada kita ngomong panjang lebar coba rame-rame kita rumuskan

apa ini PP nya.

f) CMIIW, jadi katanya PP penggunaan USO Fund itu belum ada jadi debatable jadi

tidak heran Depkeu menganggap hal itu sebagai PNBP seperti kata pak Setyanto

tadi.

g) Ini udah canggih banget, kalo ini kita jadikan lokomotif luar biasa, ordernya

trilyunan proyek ini. 10 program strategis ini.

h) Permasalahan ini dari tahun-tahun lalu, permasalahannya sama yaitu seperti

yang dianalogikan pak Mas Wig, jalan di tempat, 30, 20 10 tahun yg lalu, hari ini

permasalahannya sama.

i) Kita lihat lagi 10 program strategis tadi, semuanya luar biasa. Kita punya

misalnya e-health presiden beberapa kali mencanangkan di kabinet ke dua ini

untuk meningkatkan layanan kesehatan. Data mengenai kesehatan sangatlah

kompleks dan data kesehatan Indonesia selalu tertinggal 2 tahun dari negara-

negara yang lain. WHO memarahi presiden, presiden memarahi menteri,

menteri memarahi dirjen dst.

j) Yang berikutnya mengenai Nasional Single Window (NSW) terakhir kita tangkap

ada sekitar 18 instansi yang terlibat. Banyak bisnis proses yang mesti di align,

siapa yang mesti mengambil keputusan. Sekarang ini yang sering hadir,

seringnya eselon 1 paling tinggi, paling lazim, paling juga eselon 2. Beranikah

kira-kira meng align bisnis proses dari 18 instansi pemerintah?

k) Akhirnya kita sampai pada kesimpulan ini sebenarnya permasalahan kita,

apapun yang kita omongin mengenai kebijakan ini sinkronisasi investasi TIK, sulit

Page 26: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 7

sekali kita mencari dana ICT itu berapa sebenarnya, bagaimana mengukur

kontribusinya dalam ekonomi apalagi broadband ekonomi yang merupakan

subset dari itu. Kebijakan fiscal multi years, ini pemahaman multi years di ICT

tidak sama dengan pemahaman multi years dalam gedung, tahun ini provider A

yang menang, tahun depan provider B belum sempat kita menikmati servisnya

sudah berganti provider. Ini terjadi di beberapa tempat, mengapa kita tidak bisa

multi years kontrak disitu.

l) Komponen local kita berusaha keras di 10 komponen strategis ada keberpihakan

saja sebagai lokomotif pengembangan industri ICT kita. Kemudian kelembagaan

di NSW siapa Imamnya di NSW, jika kita berbicara di align bisnis proses sudah

sulit kita mengatasinya. Cyber security Alhamdulillah timnya sudah di bentuk.

Universitas pertahanan sudah mulai mengkaji cyber war. Yang terakhir SDM,

kita menghasilkan 60 ribu sarjana IT, namun kita kurang merasakan kualitasnya.

Kita berusaha lokomotif strategik program tadi bisa ditandem dengan potensial

SDM IT kita.

7. Bp. Hartojo Wignjowijoto, Institute of National Capacity Studies

a) Maaf pak Eddy saya datang terlambat,

undangannya itu tidak begitu jelas, jam 1, jam 2

atau jam 3. Karena di Indonesia itu kalo jelas

malah tidak jelas kalo tidak jelas malah jelas.

b) Saya berkomentar sederhana sekali tadi saya

denger karena saya baru dateng, ada roadmap,

wacana, poco-poco, itu lagu yang sudah basi,

sedangkan saya komunikasi dengan dunia sambil tiduran dan dengan mudah

mentransfer duit baik yang money laundering maupun yang resmi, nah yang

saya heran di Indonesia ini , menteri-menteri nya kalo dikirimi sms ga ada yang

jawab mungkin karena saking perlunya. Jadi kita itu gapteknya tidak terbatas

menteri sama presidennya tapi setelah dia tidak berkuasa, saya kemarin ketemu

Jusuf Kalla pak Hartoyo saya minta dikirim sms lagi begitu katanya. Jadi

sebenernya sms ini sangat powerfull, saya adu domba antara Ical sama SBY

masalah dia mau jadi presiden, ga bisa tidur, saya adu lagi, hari ini ada di kompas

kalo ga salah, itu merespon sms saya. Jadi sebenarnya bangsa ini gapteknya luar

biasa, saya kemarin ketemu orang desmon atau apa, Surya Paloh minta saya

supaya bongkar pake hacker untuk kasus bank Century, saya bilang hacker itu di

Indonesia itu gudangnya dan anak-anak muda hacker itu kalo dibayar dengan

bagus dia bisa hari ini juga realtime buka rekeningnya mulai dari SBY sampai

rekeningnya siapa aja termasuk Eddy kalo yu punya rekening, kalo rekening saya

nol semua.

Page 27: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 8

c) Jadi maksud saya omongan-omongan ini kita praktekkan aja langsung buka

hacker, karena hacker itu tidak software lagi tapi hardware, jadi kalo yu mau

dijadikan agennya siapa aja itu hardwarenya itu udah hacker. Udah bisa

mengidentifikasi semua itu ga software lagi.

d) Saya kelamaan di MIT tau banyak lah mengenai hal itu tapi saya sudah ga update

lagi yang saya maksudkan banyak orang pinter Indonesia yang hadir disini semua

tapi tidak ada jalan masuk karena yang jaga jalan itu monyet-monyet yang

melarang jangan sampai orang-orang ini masuk dalam sistem itu, tapi ternyata

dengan ini bisa dibongkar semua, very easy. Jadi yang ingin saya kemukakan kalo

nanti anda punya HP informasikan ke saya nanti saya forward segala macam

informasi sehingga anda bisa bertindak berdasarkan informasi yang saya peroleh

karena e-lead nya Indonesia itu ada disini semua bukan hanya Indonesia tapi

dunia.

e) Seperti Soros kemarin dateng kesini urusan iklim, you Soros ngapain ikut-ikutan

iklim, karena dia pernah invest disini dia mau ambil lagi uangnya dia bilang tanah

gambut itu menyebabkan CO2 , omong kosong, you mau nutup Sinar Mas sama

Riau Pulp and Paper. Kita itu di level industrialisasi jadi kalo tadi ada yang

mengatakan roadmap, kita banyak roadmap banyak polisi namun polisinya tidur

semua. Bukan hanya kementerian yang tidur, tapi makin tidur kementerian

makin bagus kita bisa bertindak banyak. Saya bisa bantuin.

f) Kebetulan saya mengajak anak muda disini Argon ini ahli kokpit pesawat

terbang. Jadi kalo kita ngomong poco-poco itu karena kita tidak punya kokpit

dan tidak punya dashboard. Nanti kita bicara secara kongkrit. Ya gon tolong you

ngomong dikit mengenai kokpit. Memang saya tidak tahu apa apa saya bukan

ahli pesawat terbang.

g) Jadi apa yang ingin saya kemukakan daripada nunggu pemerintah, apalagi

nunggu Ekuin, nunggu Ekuin itu seperti nunggu orang tidur.

h) Provoke saya pertama, makin xxxin tidur makin bagus, makin xxxxono tidur,

apalagi dia tiduran sama xxx makin bagus. Karena dunia ini sekarang, bisa

mengadukan macem macem.

i) Saya berkomunikasi dengan ITU di Jenewa sana, dia bilang Mr. Hartoyo jangan

communicate dengan saya dengan Indonesia aja, Indonesia penemuannya kan

ada, iya tapi bagaimana ini Indonesia itu tidak ada representasi di ITU.

j) Tapi saya bantu lah pemikirannya saya ini kan sudah tua, saya umurnya 74 kalo

pagi, kalo sore 47. Saya ini jam terbangnya banyak, hidup saya mewah. Ed, you

kan pernah saya ajak ke Kalimantan waktu itu. Orang Kalimantan suka Malandau

(bangun kesiangan). Dalam rangka membangun Palangkaraya kita harus bisa

mengatasi kebiasaan malandau karena jika tidak rejekinya akan diambil orang

dari daerah luar (moderator).

k) Jadi saya bantu pemikiran saya, saya ini old dog, anjing yg sudah tua yang sudah

tau trik ini itu dan macam-macam. Maksud saya mumpung saya masih hidup trik

Page 28: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 9

trik dunia ini saya kasi tau. Jangan anda menjadi pelacur intelektual, you harus

jadi germo, saya ini germo nya germo. Nanti ada rahasianya supaya jadi germo

nya germo.

l) Listrik sering mati produksi tidak jalan, sparepart rusak dan tidak ada, elektronik

dikuasai asing.

m) Sekarang punya presiden yang cinta Amerika lebih cinta dari saya yang tinggal

disana 20 tahun. You kalo saya makin ngomong you ntar dikeluarin dari Ekuin.

n) Kesimpulannya you ngomong apa saja nanti saya catat, saya dibantu oleh Argon.

o) Saya punya network yang efektif untuk broadband, broadband ini seperti mulut

Indonesia Broad aja.

p) Kita punya garis pantai terpanjang di dunia, kita punya coast tapi ga ada

guardnya.

q) Tadi malam saya diwawancara TV One mengenai uang palsu, saya bilang uang

palsu itu karena nilai tukarnya merosot sehingga buat uang palsu lebih murah.

Jadi harga dolar kan dua ratus dua sen kalo 100 ribu itu kan lebih murah bikin

jadi lebih baik uang palsu, zakatnya palsu, doanya palsu, semua palsu. Dengan

adanya broadband ini kita pecahkan semua masalah kepalsuan Indonesia.

Roundtable discussion Bagian 2

8. Bp. Teguh Prasetya, PT. Indosat, Tbk

a) Saya melihat diskusi kita mengenai broadband ekonomi sudah

panjang lama, mungkin teman-teman Mastel juga sudah

mengeluarkan beberapa rekomendasi cuma sepertinya dari

pemerintah belum ada kesatuan kata, kesatuan pandang,

kesatuan langkah kalo analisnya sudah jelas MC20203. Nah

kita mau ngapain, kita tahun berapa mau ngapain, mau

kemana. Visinya dulu kan gitu ya. Visi disatukan kebawah kita

tinggal melaksanakan. Siapa nanti yang ditunjuk oleh pemerintah dalam hal ini

mungkin inisiasinya harus dari presiden atau dari siapapun. Atau kalau sudah ada

DETIKNAS ya DETIKNAS inilah yang di empower menjadi suatu sumber yang bisa

berbicara mewakili kita semua. Kemudian kebawahnya lagi adalah bagaimana

mensikapi hasil-hasil yang sudah dibukukan oleh teman-teman semua apakah itu

dari sisi infrastrukturnya apakah dari sisi aplikasinya dari sisi regulasinya.

b) Bagaimana memberikan pemanis-pemanis dalam berinvestasi di 3 sektor

tersebut. Nah ini yang mungkin harus segera dijalankan. Berdasarkan berbagai

macam studi hasilnya positif dibandingkan berinvestasi dalam infrastruktur riil

Page 29: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 10

infrastruktur broadband ini sangat-sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

secara positif. Sekarang aja tanpa ada subisidi dan apa apa masyarakat

perekonomian kita tumbuh dengan adanya broadband yang sudah dilakukan

teman-teman semua. Ini merupakan suatu bukti nyata, apalagi jika dilakukan

gerakan secara menyeluruh dalam hal ini holistic dari sisi pemerintah segala segi

segala sisi. Kalau tadi dibilang bagaimana NSW bisa menjadi Asean Single Window

dengan karya bangsa sendiri bisa kesana itu kan merupakan suatu hal yang sangat

postif dari teman teman disini. Nah mungkin itu tadi terkait dengan masalah

bagaimana broadband yang ada dirumah yang ada di tempat yang fix gitu ya

bagaimana broadband mobile juga seperti itu ini dari pihak operator juga

sebenarnya bingung nih. Bingungnya kenapa kalo semua dikumpulkan dengan

mobile persis seperti yang dibilang pak Setyanto mau ada backbone sebesar

apapun tidak akan cukup. Kita aja sudah pake dual carriernya yang dikasih oleh

pemerintah juga mpot-mpotan terus gitu ya pelanggan nambah terus dan itu pun

belum mencakupi 45 juta pelanggan pengguna internet kita aja kalo dihitung kita

sendiri kurang dari 2 juta yang lain lain juga sama keterbatasan pita frekuensi

adalah bawaan dari sananya. Nah ini juga menjadikan suatu challenge buat

operator yang ada di domestic teman-teman di Telkom misalnya suruh mereka

menarik fiber to the home dan secepatnya untuk gantiin tembaga kok ga diganti-

ganti gitu pak. Nah itu mungkin suatu tindakan real yang jika mereka tidak mampu

sendirian di pemerintah kan itu BUMN punya pemerintah silakan dikucurkan

dananya kesana. Itupun untuk investasi jangka panjang 30 tahun masih ada disana

terus aplikasinya mau dipakai apa saja silakan. Nah tentunya hal yang seperti ini

Telkom tidak bisa sendiri ya yang lain dikasi kesempatan. Unbundle to the whole.

Silakan di unbundle. Kan ada porsi akses, backbone, backhaul ada porsi yang lain

lagi yang bisa dilakukan. Jadi saya rasa dari sisi operator juga sama butuh

kejelasan mau dikasih lebih lagi bandwithnya disuruh bayar lebih mahal lagi ya

kita sama aja kapan baliknya mas. Ini kan dunia bisnis, LTE juga gitu kan butuhnya

20 MHz, kalo 20 MHz disuruh bayar seharga 5 x 4 ya bisa dikatakan operator

blenek dalam artian ga balik-balik ini investasi karena kita dituntut oleh pemegang

saham dan stakeholder kita untuk jadi perusahaan yang menguntungkan, kecuali

ada insentif dari pemerintah untuk melakukan hal ini uneg-uneg nya operator itu

aja.

c) Kemudian uneg-uneg nya operator yang kedua adalah mengisi kalo kita sudah

ada, kita jangan terlena dengan akses untuk mengisi kita butuh konten kita butuh

aplikasi kita butuh menstipulate teman-teman yang membuat aplikasi dan konten

untuk membuat disini dan untuk mengisi disini dengan insentif yang ada bukan

mereka mengisi buat Waltdisney bukan mengisi yang buat ipin dan upin begitu

yang dibikin temen-temen disini dan di export kesana. Ini yag harus ditumbuhkan

juga jadi menumbuhkan bisnis. Dan yang tidak kalah pentingnya disamping itu

Page 30: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 11

adalah bagaimana kita mengawasinya bagaimana kita melakukan cek dan ricek

lagi terhadap pelaksanaan itu semua. Manusia Indonesia biasanya begitu suruh

membangun jadi dan bagus tapi disuruh maintain suruh ini nah itu lain urusan

orang lain tuh kalo disuruh yang begituan. Nah ini yang harus terus menerus

menjadi suatu circle loop yang tidak berhenti dan menjadi suatu feedback terus

menerus untuk siapapun nanti yang ditunjuk menjadi penjaga gawang untuk

kelanjutan broadband ekonomi Indonesia di segala aspeknya. Jadi itu kita dari sisi

operator appreciate hal ini bisa digulirkan kembali dan mudah mudahan kita

diruangan ini tidak menjadi ya setelah ini sudah tapi benar-benar menjadi suatu

langkah nyata yang bisa kita wujudkan untuk mendukung demi kemajuan

ekonomi Indonesia ke depan.

9. Bp. Eddy Satriya, Moderator, Asdep 5 Kemenko Perekonomian

Terimakasih pak Teguh mungkin saya infokan disini juga hadir Ibu

Mira dari Bappenas, dulu pernah kita membikin matriks-matriks

semua, kalo ICT dulu kita bagi infrastruktur, regulasi ya hampir

sama dengan ini dan itu sangat terdeteksi terus pak sampai

masing-masing mengerjakan apa, siapa dan schedule nya harapan

saya nanti dengan bantuan temen-temen dari Bappenas kita

sendiri endorse lewat Bappenas juga bukan hanya lewat kantor

Menko, Menko ini kan hanya mengumpulkan bapak-bapak kemudian kita coba

pantau berkala, kita rapatkan dan kita tindak lanjuti. Kita juga kalo responnya sangat

positif seperti ini ya tentu saya tidak hanya akan sampai disitu aja bapak ibu sekalian.

10. Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua Umum MASTEL

Pak eddy saya ingin menambahkan penghargaan kepada bu

Mira, terusterang Bappenas itu sudah berbeda sekali kalo kita

baca PP No. 05 tahun 2010 yaitu tentang RPJMN bab 5 disitu

infrastruktur itu kelihatan apa yang kita bahas disitu sudah

ditampung oleh bu Mira yang tanda tangan pak SBY. Jadi satu

hal sebenarnya arahnya sudah jelas hanya bu Mira waktu itu kita

lupa adalah lampirannya di lampiran bu Mira yang kedua itu

tidak sampai detail nah disitulah yang sebenarnya sekarang dikerjakan oleh Kominfo

apa yang dibicarakan di batang tubuhnya begini di Kominfonya beda. Ini mungkin

satu hal yang harus dicocokkan kembali untuk mengarah kesana. Ini gambaran-

gambaran ini dan berkali-kali juga kami sampaikan perlunya adanya roadmap tadi

disampaikan oleh kawan-kawan dari BPPT kita insist roadmap itu untuk jadi battlecry

nya mastel karena apa, industri memerlukan itu tapi roadmap yang kami maksudkan

adalah roadmap yang dipaparkan oleh Bp. Menkominfo atau Bp. Menko

Perekonomian dihadapan kabinet. Di endorse oleh kabinet sehingga lapangan

Page 31: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 12

Banteng itu mengucurkan dananya itu yang kami inginkan. Sebab kalo Kominfo saja

uang ga akan keluar dari lapangan Banteng ini yang selalu saya ambil contoh adalah

apa yang disampaikan oleh bu Mary Pangestu. Bu Mary menerbitkan dua buku

ekonomi kreatif itu dipaparkan di sidang kabinet di endorse woenak sekarang

ekonomi kreatif begitu cepat. Ini contohnya di dalam aplikasi. Nah ini saya

sampaikan juga kepada pak Tif juga pak Menteri. Pak ini harus begini cara birokrat.

Tidak ditandatangan Menteri lalu berlaku tapi tandatangan Presiden juga Inpres atau

PP atau apapun namanya itu yang akan dipatuhi oleh semua, ini sekedar masukan

saja mungkin Menko bisa juga membantulah supaya hal itu bisa terealisir.

11. Bp. Indar Afrianto, PT. Indosat Mega Media

Mungkin sejalan dengan pak Setyanto di MASTEL juga ada pak

Taufik pokja roadmap broadband itu juga. Broadband itu ujung

end gear nya sebenarnya adalah fix broadband gitu nah dalam

konteks ini sebenarnya wireless itu adalah antara nah visi ini

yang perlu sebenarnya pak perlu sekali untuk dipahami oleh

seluruh stakeholder bahwa tujuan akhirnya adalah broadband ke

arah fix nanti akan ada banyak sekali investasi atau resource

yang dibutuhkan dan kemudian didukung oleh segala peraturan – peraturan yang

mendukungnya sebenernya operator sendiri kalo dibilang mau fix atau engga, mau

pak. Karena kalo fiber itu murah saya rasa pak kabelnya itu lalu kenapa ga mau

bangun kan gitu kan. Operand mahal yang kita rasakan sebenarnya ada dua

komponen, untuk di Jakarta yaitu “right of way” yang dimaksud mungkin satu adalah

gorong-gorong dua tiang-tiang kemudian jalan tol itu right of way ga ada yang ngatur

pak dan ga ada peraturan yang mendukung itu. Jadi kalo mau masuk itu harus nego

sendiri itu dan ga ada tarif standar jadi komponen itu menjadi komponen yang

sangat variable. Trus yang kedua kalo masuk ke dalam billing manajemen ke gedung-

gedung apapun gedungnya itupun juga ga ada yang ngatur nah itu monopoli,

monopoli disitu kalo temen-temen di operator tau itu gedung itu berapa harganya

kalo naruh perangkat dan harga itu sama atau bahkan lebih besar dari harga

perangkatnya jadi bisa dibayangkan kalo itu dikapitalisasi langsung harganya jadi ga

make sense ke end usernya, nah ini barangkali yang perlu juga di dalam hadron-

hadron tidak hanya menyalur pada teknologi itunya tapi juga jalur teknologi

komunikasi tapi juga perangkat-perangkat yang berkaitan dengan pengaturan

katakanlah yang harus sampai ke akses ke end user dalam hal ini contoh mungkin

billing harus ada yang ngatur, kalo ga ada yang ngatur namanya monopoli terserah

aja kalo mau mau kalo engga ya engga gitu aja kalo mau bayar ya masuk kalo engga

ya udah selesai aja urusan kita sampai disini sehingga apa sehingga tidak terjadi apa

yang dicita-citakan sebagai penetrasi fix karena itu adalah cita-cita kita dan wireless

itu memang seperti tadi pak Setyanto sampaikan 60% fix 40% wireless. Sebenarnya

Page 32: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 13

yang paling ideal seperti itu. Di Indonesia sekarang ini kondisi nya tidak begitu

sehingga apa wireless dipakai di rumah. Akibatnya seperti tadi kalo lagi bagus ya

dapetnya bagus tergantung populasi yang ada di daerah tersebut. Barangkali penting

sekali untuk menangkap visi dari seluruh jajaran stakeholder dan resource nya kita

sama dan sepakati. Saya kira itu saja pak dan mudah-mudahan satu ini saja bisa

diakomodasi barangkali selebihnya masalah ekslusi saja pak. Saya kira itu

terimakasih.

12. Ibu Nies Purwati, PT. XL Axiata

Terimakasih banyak pak, Assalamualaikum wr. wb.

Menyambung usul pak Indar hari ini kalo ga salah saya dapet

informasi bahwa pemerintah sedang menyusun RUU tentang

pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur. Tapi

maksud saya gini apakah memungkinkan jika usur untuk

rentokmi (suara kurang jelas) itu dimasukkan dalam RUU itu

saya rasa ini waktunya mungkin kalo berita yang saya terima itu

sebenarnya RUU nya itu ketika selesai di pemerintahan bisa di lempar ke parlemen.

Jadi mungkin harus dibahas di DPR untuk memasukkan satu pasal itu, sebagai contoh

di Australia itu untuk rekapital telekomunikasi itu memperoleh prioritas untuk

membangun jadi untuk telekomunikasi itu kalo mau membangun kabel, membangun

tower, mau lewat tanah publik atau privat itu selalu dapat prioritas karena ditulis di

undang-undangnya, jadi alangkah baiknya kalo hal ini juga dimasukkan dalam RUU

kita. Kemudian yang kedua soal Broadband, soal broadband ini kalo kita cuma

mengandalkan wireless saja seperti yang disampaikan oleh pak Teguh mungkin ga

akan mencukupi apalagi dengan ekspektasi bahwa operator harus membayar dengan

BHP frekuensi yang sangat tinggi. Nah kembali mengambil contoh dari Australia

kebetulan mereka saat ini melakukan inisiatif yang namanya National Broadband

Network nah disini pemerintahnya turun tangan untuk mengeluarkan atau

menganggarkan dana yang cukup besar untuk membangun NBN ini. Target mereka

membangun fiber optic sebanyak 3% dari premises tempat, rumah, sekolah ataupun

gedung itu terkonek dengan fiber optic dengan kecepatan 100 MBps tapi ini janji dari

pemerintah yang lalu karena pemerintahnya ganti mungkin ganti lagi. Tapi intinya

niat pemerintah waktu itu adalah bahwa untuk menyediakan broadband ini

pemerintah harus turun tangan sehingga pemerintah mengeluarkan anggaran untuk

membiayai fiber optic ini di luar dana USO benar-benar dana milik pemerintah bukan

dana talangan dari operator. Mungkin contoh-contoh itu bisa kita pertimbangkan

atau bisa kita implementasikan di Indonesia dalam mewujudkan broadband ekonomi

di Indonesia ini.

Page 33: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 14

13. Bp. Yohan, PT. Citra Sari Makmur

Saya punya bayangan, jadi kalo ICT itu kan ada tiga komponen utama

Information, Computer dan Telecommunication jadi kaitannya

dengan Broadband economy, ICT adalah salah satu komponennya

jadi kalo kita benar-benar mengarah ke broadband economy itu

selain ICT itu yang harus kita pertimbangkan adalah bagaimana kita

mengempower pos tersebut. Karena ICT pemainnya sudah bagus,

jalannya sudah bagus tapi kita tidak berhenti di dunia maya saja

karena kita tetap bangun sesuatu, jadi barang itu harus tetep kita distribusikan jadi pos

harus kita empower kemudian yang kedua adalah dulu ketika di Amerika ketika muncul

internet pertama kali yang memicu pertama kali ada suatu loop besar itu yang

menumbuhkan ada pertukaran informasi, jadi kalo di Jepang mungkin ada super

computer nah kita dalam pembahasan ICT ini kita lihat sejauh pengamatan saya itu

belum ada keinginan kita untuk membangun suatu super computer dan itu jadi data

center dan itu akan mengempower semua resource informasi government maupun

university. Kemudian yang ketiga kaitannya dengan fiber optik dari temen-temen

operator kesulitannya ada di right of way pak jadi sangat penting sekali ketika kita

membangun fiber optic dimanapun di seluruh kota Indonesia adalah harus terintegrasi

dengan infrastruktur lainnya yaitu jalan, listrik, gas maupun jalan kereta api. Apapun

fiber optic di bangun departemen informasi harus diinformasikan. Yang keempat

resource frekuensi harus semurah mungkin maka BHP sebaiknya kalo memang

departemen perekonomian ingin Indonesia mencapai broadband dengan biaya seefektif

mungkin maka bagaimana caranya dalam hal ini postel dibawah kominfo tidak dibebani

dengan pendapatan PNBP yang harus selalu naik dari tahun ke tahun.

14. Bp. Eddy Satriya, Moderator, Asdep 5 Kemenko Perekonomian

Pak Yohan dari CSM ya pak harusnya tidak pusing dengan “right of

way” pak satelit kita ga diapa-apain saya kaget juga CSM kok tidak

mau mengembangkannya makanya KU Band Malaysia masuk sinikan .

Sebentar saya stop dulu karena ternyata pak Lukita Wakil Menteri

Perencanaan dan Pembangunan Nasional sudah hadir di depan kita

saya tadi ga liat. Ok Pak Lukita terimakasih sudah hadir jadi kita tadi

sudah memulai acara di buka oleh pak Luki Eko, jadi intinya kita

mengumpulkan teman-teman disini terkait bagaimana memanfaatkan secara maksimum

semua perangkat hardware serta infrastruktur yang kita miliki sampai saat ini ada sekitar

190 juta satuan sambungan telepon dikurangi churn dan nomer yang gagal namun

optimistik sampai 160 juta itu sudah ada, artinya kita diatas rata-rata dunia terutama

untuk mobile nah bagaimana memanfaatkan semua fasilitas ini untuk produktifitas dan

meningkatkan daya saing dan prestasi kita, tadi disebutkan juga ada, kalo bisa postel

ataupun pemerintah jangan terlalu dibebani yang terlalu tinggi target PNBP dan pajak

Page 34: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 15

dan mungkin dalam kaitan semua itu pak Lukita bisa memberikan pandangan

bagaimanapun juga kita harus menyiapkan diri menuju Knowledge Based Economy

dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Poin saya adalah bagaimana

hal-hal yang kita rasakan sekarang itu bisa diaplikasikan bukan hanya sekedar pasar

namun juga dengan teknologi bisa menyalurkan sampai kecamatan dulu lah. Kalau

berbicara desa mungkin terlalu jauh kita fokuskan di kota-kota besar atau kabupaten

yang produktif. Kita minta komentar ataupun saran dari pak Lukita terkait dengan ICT,

Knowledge Based Economy, dan sekarang lebih khusus lagi kita membicarakan mengenai

Broadband economy dimana yang dimaksudkan adalah penggunaan infrastruktur dasar

seperti internet berkecepatan tinggi dan kapasitas yang besar.

15. Bp. Lukita Dinarsyah Tuwo, Wamen Badan Perencanaan dan Pembangunan

Nasional

Pak Eddy terimakasih, Pak Setyanto terimakasih, ass wr. wb. Saya

sebenarnya ingin mendengarkan lebih dulu karena saya sejujurnya

bukan ahli dalam soal broadband ekonomi dan telekomunikasi, tapi

saya menganggap pertemuan ini penting dalam kaitannya dengan

knowledge based economy dan saya sangat meyakini dan itu

tertuang dalam RPJMN dan RPJP bahwa membangun daya saing itu

sangat penting jika kita ingin melihat Indonesia menjadi negara

maju kompetisi semakin kuat kita tidak bisa lagi mengandalkan sumberdaya-

sumberdaya fisik kita aja maka knowledge itu menjadi sama penting untuk

meningkatkan daya saing kita nah broadband ekonomi kita anggap merupakan

backbone kalo kita ingin membangun yang namanya daya saing ini knowledge based

economy secara meluas ke seluruh rakyat Indonesia karena dengan ini bisa menjangkau

lebih mudah masyarakat secara luas ini saya kira memang. Ada kendala kendala kita

perlu bisa atasi kendala-kendala ini secara sistematis ya tadi ada beberapa yang

kelihatan PNBP dsb. Nah saya mengharapkan Pak Eddy dari forum ini ada semacam

identifikasi masalah kemudian kita bahas lagi bagaimana rencana aksi mengatasi

permasalahan tersebut dikaitkan juga dengan sekarang mungkin pemerintah sedang

secara giat menjalankan domestic connectivity. domestic connectivity tidak hanya

bicara tentang infrastruktur fisik tetapi kita mengharapkan di dalam domestic

connectivity ini ada 3 komponen besar yang penting, pertama adalah SISLOGNAS yang

kedua adalah SISTRANAS (Sistem Transportasi Nasional, multimoda) lalu yang ketiga

adalah region development yang didalamnya terkandung wilayah wilayah yang akan

menjadi pusat pertumbuhan yang kita sebut Economic Corridor dan Special Economic

Zone. Nah di dalam SISLOGNAS dan SISTRANAS tadi saya kira ICT akan sangat penting

untuk mencapai tadi SISLOGNAS tadi, jadi kami harapakan pembicaraan hari ini dari

masukan masukan bapak ibu sekalian untuk mengembangkan lebih lanjut ICT yang lebih

luas kepada masyarakat kita ke berbagai daerah itu yang bisa kita hasilkan di dalam

Page 35: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 16

pertemuan ini disamping masalah-masalah tadi dan bagaimana kita bisa menyusun

suatu rencana aksi mengaddress masalah itu dalam kaitannya juga tadi dengan domestic

connectivity kemudian lebih besar lagi. Karena domestic connectivity ujungnya adalah

peningkatan desa. Itu mungkin sebagai pengantar dari depan, saya mungkin ingin

mendengar lebih lanjut komentar-komentar bapak-bapak sekalian. Kebetulan kami

diminta mengkordinasikan mengenai domestic connectivity ini jadi kami ingin

mendengarkan apa isu-isu yang terkait dengan pengembangan ICT. Oiya satu lagi

pemanfaatan ICT di pemerintahpun akan kita dorong yang pasti e-procurement kita

akan selesaikan di seluruh kementerian lembaga dan daerah itu 2012 kita harapkan bisa

memanfaatkan e-proc ini. Kemudian tentunya kita tahu juga kita akan menuju kepada

sistem informasi kependudukan tunggal NIK tentunya ini juga akan merupakan suatu

link yang kuat diantara infrastruktur ICT dan kalo dari sisi planning kami di Bappenas dan

juga Bappeda akan mengembangkan e-monitoring evolution dan e-planning jadi ini

kaitannya dengan e-Gov tadi. Saya kira itu sebagai pengantar diskusi dan saya ingin

mengenalkan isu isu yang dihadapi dalam kita mengembangkan broadband economy

sekali lagi terimakasih Pak Eddy atas kesempatan yang diberikan.

16. Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua umum MASTEL

Dari seminar yang dilaksanakan MASTEL sebelumnya dimana pak

Hatta Rajasa hadir, itu pak Sarwoto sebagai Dirutnya katakanlah

operator GSM terbesar disampaikan kalo operator GSM ini tidak lari

ke konten dia akan mati karena dia tahu terutama dalam broadband

ini bisa dikatakan 30-40 pendapatan akan lari ke konten jadi ini

sebelumnya bikin jalan capek tapi kemudian katakanlah orang lain

yang kemudian meraup keuntungannya oleh karena itu tadi yang

saya kira pak teguh sudah ke arah sana tiap tiap operator itu sekarang dalam rangka

membina untuk itu. Telkomsel mengatakan dia akan membina katakanlah 1000 konten

provider nanti Indosat dua ribu, XL berapa ribu silahkan. Pertumbuhan ini perlu untuk

ekonomi jadi pak Hartoyo saya menganggap istilah saya wireline atau fix broadband itu

ini merupakan infrastruktur ekonomi. Yang bisa menggerakkan industri perumahan dan

anak-anak yang bekerja di konten sekarang bagaimana kita bisa bekerja di konten kalo

dirumah kita nunggu muncul pake kartu akses tinggal ke kamar mandi pun ga pernah

muncul karena memang fiber optic belum masuk ke rumah nah ini mungkin satu hal

yang saya mohon pak Lukita ini suatu hal yang kami mendukung penuh palapa ring

sudah ada tapi feedernya ke rumah-rumah belum ada bayangkan saja rumah saya di

belakang bappenas itu fiber optic pun ga ada pak yang ada kabel – kabel tembaga yang

cukup lama apalagi yang katakanlah daerah lain oleh karena itu saya mohonkan lakukan.

2 operator yang berhak itu 1 operatornya pak Teguh, indosat itu berhak lho pak Teguh

anda punya lisensi untuk Fix line jangan Telkom aja. Telkom juga punya fix line tapi

karena ini bangunnya mahal mbok yo pemerintah memberikan insentif gitu lo pak. Ini

Page 36: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 17

insentif bentuknya terserah bahwa misalnya dibantu Indosat misalnya 40% Telkom sama

dia akan senang gitu lho pak. Atau silakan pemerintah membentuk the third operator

untuk ini seperti singapura. Nah kami juga pak Eddy mohon diatur waktu MASTEL

melayangkan surat kepada Menko Perekonomian tentang keberatan – keberatan

operator terhadap besarnya pungutan-pungutan saya kira suratnya sudah saya

sampaikan ke pak Eddy nah karena ini adalah suatu hal yang membebani seperti yang

kata pak Yohan tadi sampaikan dan ini mungkin harus dengan menteri keuangan pak

disampaikan kalo tidak mereka akan jadi korban pungutan terus pak.

17. Bp. Adi Seno, Kemenkominfo

Saya akan memberikan sedikit apa yang sebenarnya ada dalam benak

kawan-kawan di kominfo terhadap masalah Broadband economy ini.

Jadi dari paham kami, kami sepakat bahwa ini perlu. Sebagai contoh

dari hasil selama ini kita lakukan studi di berbagai negara penetrasi 10

persen broadband laju pertumbuhan ekonomi suatu negara itu naik

1.27 persen bandingkan dengan seluler yang cuma 0.5 sampai 0.6

persen. Dan kita juga cukup memahami ada empat pemangku

kepentingan disini yang pertama operator, ada vendor dan yang ketiga Masyarakat

sebagai User dan Keempat tentunya negara. Kami menginginkan 4 stakeholder ini

optimal. Kalo seperti 20 tahun yang lalu operator terlalu untung berbeda dengan

sekarang tapi saya pikirmasih untung pak EBITDA nya masih tinggi. Jadi kalo PNBP nya

masih ga bener. Laporannya pak EBITDA nya masih terlalu tinggi.. yaa so what gitu. Itu

yang pertama, jadi kalo misalnya terlalu untung di operatornya yang seneng cuma

operatornya tentunya stakeholder operator kan … tapi masyarakat penggunanya ga

kepikiran dan pasti yang rugi nanti ujung ujungnya negara juga. Jadi kita inginnya 4

stakeholder itu tetap win-win solution kali misalnya ada yang terlalu tinggi kita

melihatnya dari mana. Konon kabarnya dari retain sekitar 20% sampai 27 %, 25% sampai

35% dari opex nya tapi begitu saya melihat ke EBITDA nya rasionya kok masih diatas

50%. Nah ini untuk kelola departemen keuangan ini ga make sense kalo diturunin gitu

tapi disisi lain kita juga memahami jika EBITDA kita tinggi ntar jadi bagusin(?) yang kecil

itu yang pertama. Jadi kita mengatakan kita demikian itu betul bahkan ICT Fund yang

sekarang lagi kita godok yang sampai detik ini kebijakannya belum keluar dari tempatnya

saya tidak akan menyalahkan pihak manapun tidak masalah dari kami. ICT Fund yang

kita endorse rancangannya kita punya visi sampai 2018 walaupun itu bukan masa

kepemimpinan menteri yang sekarang itu setiap ibu kota kabupaten terhubung dengan

fiber optic bagaimana caranya ICT Fund itu kita gunakan dalam bentuk apa? Nah ini yang

belum kita sepakat dengan lembaga pemerintah yang lainnya. Kalo kita sih ngusulkan

begini ICT Fund itu kita gunakan untuk pendanaan 10 persen dari sebuah vendor dari

sebuah proyek misalkan dari A – B katakan habisnya, dengan dana yang paling bagus

habisnya 18 Trilyun nah 10 persen dari dana itu kita kasih nah pengennya begitu tapi

Page 37: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 18

kajian buku belum selesai itu duit, duit darimana. Kalo misalnya dari APBN dan itu

kemudian ujung-ujungnya itu dioperasikan oleh operator kalo perlu semua operator

boleh make dst. Itu pemilik obligasi(?) siapa? Kekayaan Negara apa boleh, tapi inginnya

kita begitu pak. Mimpinya kami di Kominfo itu ibukota polkabes(?) sekitar 400 –an

sekian terhubung dengan broadband fiber optic. Namun saya lebih senang jika tepuk

tangannya nanti jika terbukti. Bahwa kita sedang mengarah ke arah sana itu betul. Kita

sampai pernah menjanjikan bahwa 1/3 keuntungan ekonomi di akhir tahun 2014 itu

datangnya dari ICT. Bagaimana caranya kita push disitu. Kemarin itu ada desa berdering,

setelah di implementasikan, dalam 4 bulan 8 kali perdagangan keluar dari daerah itu

naik. Walaupun masuk ke arah sana tidak ada jalan jadi lewat laut, jadi infrastruktur ICT

mendahului daripada infrastruktur fisik, jadi saya katakan infrastruktur ICT itu yang

menyatukan negara ini. Demikian yang dapat kami sampaikan.

18. Bp. Noor Iza, Kemenkominfo

Karena pak Eddy memberikan kesempatan maka harus dimanfaatkan

dengan sebaik-baiknya, selain yang disampaikan pak Dirjen tadi kami

dari Kominfo pak Adi Seno memang bisa menyampaikan karena

beliau yang memang lebih tahu kami mencoba menyampaikan hal

yang lebih spesifik pak karena kami di direktorat jendral APTEL

kebetulan hal yang terkait dengan broadband economy ini kita lihat

dari sisi broadbandnya nah kalo kita lihat ini sebenarnya negara-

negara di dunia ini bagaimana memanfaatkan digital ini dalam kemudahan

melaksanakan perekonomian dan pelaksanaan kehidupan sehari hari misalnya yang

terkait dengan perdagangan dan juga pemerintah kita lihat singapura, mereka memiliki

program pemerintah membiayai fully jaringan fiber ke rumah-rumah jadi rupanya di

Singapura juga sama fiber itu ke rumah rumah, jadi singapura merasa jika mereka tidak

bisa melakukan sekarang mereka tidak akan bisa mengikuti racing. Dari situ

pemerintahnya akan mendapat sebagian dari pelaksanaan e-government misalnya untuk

taxing untuk parking ERP dsbnya. Kemudian demikina juga Australia mereka memiliki

target 90 persen household terhubunga dengan fiber optic. Nah ini betul betul di funded

oleh pemerintah dan kemudian nanti akan di share dengan operator. Kenapa Singapura

seperti itu dan Australia seperti itu mereka memanfaatkan digital prosperity itu karena

itu akan mendukung economy efisiensi dsb. Tentu ini semua berkaitan dengan insentif

yang mana kalo Kominfo boleh dibilang tidak bisa mengembangkan isu-isu seperti itu

Kominfo itu we are sektoral ibaratnya hanya mengawasi operator mau ngasi insentif aja

berat malah disuruh membebani BHP. Disini memang the father of incentive itu

Bappenas sama Menko Perekonomian sebenarnya bagaimana mengolah itu semua kita

perlu sadari bahwa untuk mengolah itu tidak mudah karena pemerintah memerlukan

side pocket lah untuk itu, untuk misalnya insentif kepada masyarakat saja belum tentu

bisa barangkali memang tidak mudah tapi perlu juga dipikirkan mulai sekarang

Page 38: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 19

barangkali bagaimana sebagai masukan. Nah kalo tadi kita bicara membangun fiber

kemudian jaringan ke rumah rumah itu kita masih dalam level e-readiness, bagaimana

ketersediaan jaringan itu ada. Bagaimana mentransfromasikan manual bisnis menjadi e-

bisnis. Kita harus mulai memikirkan masyarakat dari level manapun itu dia bisa memulai

sejak sekarang. Di dirjen APTEL kita memiliki 2 muara yang satu adalah e-Government

nah bagaimana supaya adoption ICT broadband ini di dalam government, kemudian

yang kedua e-bisnis bagaimana penyerapan broadband ini dalam sektor non

government. Cukup membina UKM jika UKM ini jalan maka yang gede gede akan segera

jalan. Nah ini menjadi salah satu konsern kami pak bagaimana mentransformasi UKM ke

e-UKM. Mungkin memerlukan program-program yang jitu yang kita perlu dapat

dukungan dari instansi lain, bagaimana kita bisa membantu UKM. Itu saja pak

terimakasih.

19. Bp. Eddy Satriya, Moderator, Asdep 5 Kemenko Perekonomian

Bp. Adi Seno terus terang saya sangat menghargai pak saran bapak

tadi dan terus terang kami di kantor Menko dan yang lain rasanya

akan mendiskusikan Blueprint ICT Fund, kalau itu timingnya sudah bisa

kita buka, kita buka. Tapi ngomong-ngomong EBITDA tadi pak

singkatannya apa ya? Kalo di saya itu singkatannya “Earning Before

Irregularity Tampering and Dubious Accounting” jadi karena itu nama

kementeriannya, kementerian pemanfaatan BUMN jadi boleh

dimanfaatkan BUMN nya. Nah dalam kaitan itu mungkin ada pak Lukita kami mohon

juga nanti concern yang disampaikan pak Adi Seno dan pak Noor Iza dan teman-teman

tadi tentang beban pajak yang dikenakan pada mereka itu perlu dipertimbangkan,

artinya kalo itu sampai menekan growth dari operator dan industri. Merubah paradigma

ga boleh turun pajak itu kan agak repot juga tapi memang that’s the way it is pak untuk

orang keuangan, mungkin bisa diakali, tapi memang agak sulit merubahnya dan itu harus

kita pahami bapak dan ibu sekalian.

20. Ibu Silvya W. Sumarlin, KADIN

Termakasih pak Eddy, Ekonomi tdk dilihat dari pengguna saja tp

roda ekonomi itu sendiri seperti apa dan industri termasuk

kedlmnya, saya punya konsern, pak ucok tadi mengatakan ada

puluhan ribu SDM IT tidak terserap, Pak kos melalui Ristek tadi

mengatakan eh ristek melalui bppt menyediakan lahan luas bagi

industri untuk berkarya dan itu kita lakukan keduanya jadi misalnya

industri itu kita menyerap tenaga kerja ahli ahli enjineer yang

pandai-pandai kemudian Ristek memberikan lahan utk uji coba/research wimax yang

mobile. Konsern kami adalah OK pak, bapak ingin industri itu jalan kita sudah jalankan

kita ikuti itu semua jadi tenaga kerja itu ada kita tampung terus penelitian kita jalankan

Page 39: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 20

terus kemudian produksi kita diakui di diluar negeri jadi sebenarnya standarnya sudah di

akui tapi kalo di Indonesia nya sendiri ga dimanfaatkan itu menjadi suatu pertanyaan

karena justru kita tidak dimanfaatkan bukan karena kita tidak mau dan bermanfaat bagi

masyarakat tapi kita dilarang untuk bermanfaat. Nah itu kasusnya sekarang ini mau

menyalahkan siapa ya, beberapa kali kita lihat banyak yang berkomentar habis masa si

ga mau invesatasi di Indonesia, Habis setelah investasi, hasil investasinya ga bisa dipake,

bisanya di pake di luarnegeri. Ya saya minta pak ada keadilan dan kesetaraan. Kalo

misalnya teknologi itu sendiri sudah mulai maju kenapa kita mempertahankan teknologi

yang lama hanya dengan alasan mau melindungi investasi dari beberapa pihak soalnya

begini pak teknologi itu pak kalo saya merasa ga adil selular boleh pake teknologi dari

AMPS berevolusi jadi edge – HSDPA berevolusi lagi menjadi LTE, nah kenapa kita yang

berangkat dari jalur IP Internet Protokol tidak boleh berevolusi hanya terpatok di satu

teknologi saja bahwa mungkin lupa bagi bapak bahwa teknologi lama ini membuat kita

menjadi lahan pembelian bagi sampah-sampah orang luar negeri artinya base station

tidak dipake, standar luar juga bukan itu kita satu satunya yang mau pake dan kita satu –

satunya yang mau menjalankan teknologi tersebut. Kalo kita ingin menjadi seperti yang

dikatakan menkominfo bulan november dia mau meng invite 20 menteri-menteri ICT di

Bali mengatakan kita bisa menjadi negara yang bisa internasional roaming kenapa

standar kita memake yang bukan standar internasional itu pertanyaannya pak

terimakasih.

21. Bp. Barata Wardhan, FKBWI

Prinsip saya cuma satu saya tidak mau adanya TKDN yang itu jadi

tingkat kebohongan dalam negeri BTS sebanyak 40%, 40% BTS

tersebut banyaknya dari TEX, 25% software dari 10% tex dan 15%

leason tex untuk dibeberapa perusahaan komponen hanya 5-10%

ini yang saya lihat jika kondisinya seperti ini maka kasus

membohongi Indonesia terutama PT. Inti yaitu dengan adanya

central telepon digital yang waktu itu barang pure saya bawa dari

Siemen dan mengklaim itu adalah produk Indonesia apakah kita

akan seperti itu lagi, yang saya inginkan adalah transfer teknologi enjiner-enjiner kita

yang bisa memproduksi itu semuanya, dan selama era globalisasi jangan hanya dibuat

Indonesia ini Negara terkecil, kita adalah no 3 yang terbesar di Asia sebagai pasar namun

sekarang ini para investor-investro lari lebih mending investasi di Vietnam atau atau

Birma Indonesia tdk dilirik lagi oleh para investor dan saya mengusulkan agar internet

tidak hanya mengundang facebook saja tetapi pemerintah/operator dapat membuat

satu email menjadi lokal email.

Page 40: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 21

22. Bp. Rudi Rusdiah, PT. Asricitra Pratama

Sangat menarik sekali dari judul roundtablenya, broadband dan

ekonomi ada dua keyword. Dari broadband sendiri kita banyak,

fokus teknologi dimana, kebanyakan emang pada fokus di

penetrasi padahal yang penting juga adalah kualitas. Karena kalo

kita bicara mengenai aplikasi tadi ada SISLOGNAS, SISTRANAS

kemudian e-proc itu kualitasnya itu sangat-sangat penting kalo

tanpa kualitas yang baik juga percuma jadi regulasi itu sangat

penting sekali untuk juga mementingkan kualitas. Kualitasnya juga adalah kepentingan

dari customer sedangkan kalo dari sisi operator kualitasnya itu menjadi inputan

sehingga penetrasi cuma lebih visible kepada operator sehingga kualitas itu kurang

sekali dibicarakan sedangkan kualitas ini amat penting jika kita akan mengarah pada

aplikasi-aplikasi tanpa kualitas dari broadband ini ga akan ada gunanya. Kemudian

keyword kedua ekonomi, ekonomi itu kita bicara mengenai efisiensi efektifitas output

based sepertinya dari suatu market pasar supply dan demand untuk itu penting sekali

jika kita mempunyai mapping nanti kita bicara apakah kita harus pake fiber atau pake

wireless, wireline padahal kalo kita mapping nya jelas. Harusnya memang teknologi yang

cocok fiber to home. Dimana regulasinya itu “right of way” harus jelas dulu. Kita harus

mapping yang jelas mana desa yang memang butuh wireless, wireless nya juga harus

jelas apakah wireless VSAT atau yang lainnya. Kalo saya lihat proyek2 USO itu dari

semacam handphone yang ditempatkan di tempat yang juga banyak handphone

sehingga tidak dapet sinyal itu telpon. Kemudian kalo kita bicara masalah ekonomi kita

juga bicara mengenai supply chain industrinya nah tadi isu mengenai TKDN itu sangat

penting, TKDN dan standardisasi. Semestinya TKDN dan standardisasi itu empowering

local industri, kalo di luar negeri itu mereka memproteksinya dalam negerinya dengan

standardisasi kalo kita tidak, TKDN ini misalnya saya beberapa kali mencoba membuat

TKDN itu misalnya CSR itu minimum harus 2 Milyar. Sehingga perusahaan besar saja

yang bisa masuk TKDN. Jadi kita menghambat UKM kita sendiri untuk memperoleh

TKDN, kemudian ISO 18001, ISO 14001 Yang bicara mengenai environment padahal yang

penting itu ISO 9001 yang bicara kualitas dan itu malah tidak dipakai. Jadi TKDN ini

malah menghambat industri dalam negeri. Standardisasi juga banyak sekali yang

menghambat, jadi kalo kita ingin seperti China sebelum bisa maju mereka melakukannya

dengan memberikan insentif-insentif empowering. Jadi regulasi kita jangan sampai

menghambat. TKDN ini justru menghambat dan mempersulit terutama UKM untuk bisa

ikut dalam pembangunan. Terimakasih.

20. Bp. Frans Thamura, Managing Programmer Java

Kita lagi coba masuk ke Korea yang tingkat ekonominya lebih tinggi,

saya juga mulai bantuin Malaysia sama singapur dan mostly kita

Page 41: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 22

punya komuniti di Malaysia native programmer. Kita punya SDM bagus tapi lulusannya

dari kampus biasanya ancur ancuran jadi harus kita kelola dan saya punya yayasan untuk

mengelola anak anak dan kita bantuin bikin perusahaan jadi sekarang yang saya dapet

negara ini unfriendly dan mostly dari mereka miskin malah ada beberapa dari mereka

belum pernah kuliah kalau bapak sudah S3 dan professor mereka bisa kekampus juga

udah hebat. Itu yang saya dapet, kalo saya lihat mostly kita punya produk pre-konten

kita punya android kurikulum kita punya beasiswa, kita punya enterprise solution, it’s

free. Tapi sampai hari ini IGOS kita ga masuk, kominfo bukan kita punya area, saya harus

bikin e-government pustek baru bisa masuk. Yang lucu kita punya competitor di

Malaysia punya acara didepartemen perdagangan dikasi 2 Milyar, 5 tahun pertama ga

bayar pajak ongkos-ongkos ke lur negerinya selalu dibayarkan oleh negara. Kita harus

bayar pajak dan kantor pertama saya, orang pajak nungguin di depan kantor trus saya

bilang bapak ngapain, ini saya udah bayar 10 persen yang seharusnya 6 persen. Semoga

ini bisa menjadi masukan bagi semua pihak itu saja. Yang saya lihat kita yang di depan

bikin konten yang di peres yang mikir yang dapat 90% tapi dia tidak pernah melakukan

siasat yang benar dan tidak pernah mengenyam pendidikan juga. Beberapa orang

telekom mobile cuma seremonial terimakasih dapet 60%. Karena itu para programmer

mobile pada bangkrut barangnya tidak bisa laku tapi ada beberapa yang laku dengan

dijual sahamnya ke luar. Kita lihat itu dilakukan dan kita juga lagi prepare kayanya saya

punya barang dijual saja ke negara sebelah malingsia tapi berani ngasi 5 milyar per

brand itu yang menarik. Nah ini mungkin bisa jadi masukan kalo anda mau menjual

koneksi udah byar pet ya, bagi yang pake Telkom speedy ga nyala seminggu, kabelnya

sori pak lama bisa seminggu, padahal kita harus tetap jualan dan bayar pajak. Nah saya

hanya konsern diujung saya tidak didepan saya tidak peduli dengan infrastruktur tapi

yang pasti kemarin saya sama bung Roni ngomongin ketemu bu Sri Mulyani, saya

ngomong bisa ga kita punya multimedia super corridor kata bu Sri Mulyani ga perlu

orang IT mah kaya kaya. Jadi saya mikir nih bisa jadi forum masukan karena mostly kita

punya SDM di Malaysia jadi chief kebanyakan, Korean Telkom juga orang sini, orang –

orang di forum juga rata rata orang sini. Ok itu saja.

21 Bp. Hartojo Wignjowijoto, Institute of National Capacity Studies

Saya singkat saja jadi dari kominfo tadi mengatakan kalo dibedakan

ekonomi sama broadband ekonomi Indonesia ini ekonomi colong

jadi tidak meningkatkan nilai tambah jadi broadband memiliki

peranan untuk kegiatan ekonomi itu harus menciptakan nilai

tambah saya lihat dimana – mana colong. Sehingga saya heran kita

bicara ekonomi tadi dari putrinya Sumarlin, saya kan kenal

bapaknya. Jadi maksud saya kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia

adalah ranseeking caloan. Pekerjaan pemerintah switching ini bagian siapa ini bagian

siapa. Sekarang bagaimana si switching ini dirusak sama email atau SMS saya. Sekarang

Page 42: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 23

udah rusak dikit-dikit. Jadi Eddy kalo mengundang saya untuk mengacau, bentar lagi

Menko Ekuin saya kacau bentar lagi you akan kaget yang saya akan kacau lagi adalah

yang arisan KKN ini. Itu juga saya buka dengan saya kerahkan orang-orang hacker ini

dengan saya bukain rekening mereka semua bener mas saya bukain rekening mereka

semua, arisan nyaloan itu kebuka semua saya bilang SP, saya bilang I, saya bilang YK OK

kita buka rekeningnya semua jangan satu aja datangnya darimana ngelipatnya darimana

karena ini menciptakan broadband karena ekonomi kedua itu, ekonominya ekonomi

trafficking broadbannya yang tadi itu yang broad saja mulutnya.

22. Bp. Teguh Prasetya, PT. Indosat, Tbk.

a) Terimakasih pak Eddy saya ringkas saja saya hanya

mengingatkan jika infrastruktur sudah tersedia jika konten

terdevelop maka ada satu komponen lagi yang harus kita

perhatikan yaitu transaction saya rasa ini akan menjadi istu jika

kita tidak address dari sekarang karena setahu saya mobile

payment sampai sekarang belum menjadi kenyataan padahal

harusnya itu bisa take off ada apa dibalik itu, itu yang harus kita

kaji bersama sama sehingga tidak hanya menjadi broadband infrastruktur sekedar

infrastruktur tapi juga dia membawa manfaat.

b) Saya juga me remind kita semua agar kita tidak lupa membuat R&D center mengapa

itu tetap saya anggap penting, faktanya sebagian besar teknologi yang datang itu kita

terima sudah gelondongan dari vendor tetapi juga ada laporan bahwa teman-teman kita

yang sangat pandai-pandai itu bekerja di vendor-vendor di luar negeri dan lebih pinter.

Yang menyedihkan adalah teman-teman kita di luar negeri itu tidak punya kesadaran

bersama untuk mengait teman-temannya dan yang kedua tidak berusaha

mengembalikan itu ke Indonesia nah bagaimana caranya kita membangun semangat

yang sama biar kita bisa punya R&D center meskipun hanya virtual tapi setidaknya sudah

connected to each other itu sudah sesuatu terakhir pak yang saya hendak remind adalah

siapa yang akan take a lead inisiatif ini, sehingga benar – benar bisa terealisasikan.

23. Ibu Imelda Adhisaputra, PT. Intel Indonesia Coorporate

Terimakasih pak Eddy kami dari intel berpendapat bahwa broadband

infrastructure ini sudah harus diberlakukan di Indonesia dan ICT

corporate ini memang sudah sangat mendesak untuk diberlakukan

atau diterapkan karena menurut pengalaman kami dari negara-

negara lain seperti Vietnam dan Korea atau Malaysia broadband itu

sangat-sangat penting sekali demi kemajuan pendidikan karena

Page 43: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 24

dampaknya kemana-mana pak kami bisa share dengan disini mengenai sukses dari

negara negara tetangga karena ini memang sudah sangat-sangat tidak bisa di tunda lagi

jadi dari intel kami mengharapkan bahwa pemerintah bisa dengan segera

mencanangkan atau menyusun sebuah ICT roadmap yang terintegrasi dan tidak

fragmented pak karena dari segi industri kami juga bingung bagaimana menerapkan

secara keseluruhan broadband plan tersebut.

24. Bp. Elisa Lumbantoruan, KADIN

a) Saya kira karena tema dari diskusi kita hari ini adalah

broadband ekonomi Indonesia dan saya amati dari tadi

banyak diskusi dari sisi infrastruktur nah ini mungkin kita

jangan memulai kesalahan kesalahan dimasa lalu dimana

kita membangun infrastruktur tanpa kita memikirkan

mengenai kreatif yang ada diatasnya dulu kita

membangun jalan tol tapi pada akhirnya itu ga banyak

yang jalan diatasnya karena traffic dari ujung ke ujung tidak tersedia tetapi

sebaliknya kalo trafiknya sudah ada maka siapapun yang akan invest pada

infrastrukturnya akan datang sendiri nah konsep berpikir kalo dari sisi sistem

ekonomi barangkali yang harus kita lihat adalah kontennya yang pertama nah kalo

kita lihat dari sisi konsep digital divide maka kita mengalami 3 hal dari digital divide,

satu adalah dari sisi economic divide yaitu masalah affordability nah ini dari tadi

dibicarakan mengenai komponen daripada cost apakah itu biaya frekuensi dsb.

b) Yang mengakibatkan affordability di Indonesia ini menjadi sangat mahal tetapi

seandainya pun pemerintah bisa menyediakan dana keuangan apakah itu dana

palapa ring atau dengan USO dan sebagainya maka yang berikutnya yang juga kita

alami di Indonesia adalah usability divide dimana sekarang ini kalo kita lihat dari

tingkat literacy saja misalnya kalo kita mengandalkan serisu secara global berarti

yang lebih banyak adalah yang berbahasa inggris maka tingkat literacy terhadap

bahasa inggris di Indonesia itu masih sangat rendah nah barangkali mungkin yang

kita sitir adalah apakah kita memang sudah memiliki economical scale untuk konten

yang mudah dimengerti oleh masyarakat Indonesia nah ini mungkin harus dicarikan

apakah itu harus berbahasa Indonesia atau mungkin dicarikan suatu killer apps untuk

bisa mendorong ini dulu beberapa tahun yang lau sebenarnya saya mengusulkan

adalah tanpa membangun infrastrukturnya kalo kita pick satu killer apps waktu itu

yang saya usulkan dalam bidang pendidikan sebenarnya, kalo kita lihat di Indonesia

ini ada lebih dari 400 ribu sekolah dari SMP sampai SMA itu sebenarnya memiliki

ekonomical scale yang sangat besar yang bisa kita pilih sebagai killer apps dan itu

kalo kita wajibkan seluruh pelajar harus memiliki akses ke internet dan juga metoda

Page 44: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 25

pengajarannya berlajar dan mengajar menggunakan internet maka itu domino

effectnya akan sangat besar dampaknya tetapi sayangnya ini sekarang dijalankan

secara sylo oleh masing masing departemen.

c) Yang ketiga adalah yang disebut dengan empowerment divide andaikan kita punya

infrastruktur punya akses devais dan punya konten yang ketiga problem kita adalah

masalah participation, jadi partisipasi daripada pengguna itu nah ini barangkali kalo

kita hanya berada pada level 1 dan 2 maka kita hanyakan menjaid market.

Bagaimana mendorong masyarakat menjadi innovator dan pencipta dari konten. Nah

mungkin itu yang harus dilihat secara tersetruktur dan tiga-tiganya harus di address

dengan baik.

d) Karena ini merupakan suatu sistem ekonomi. Maka yang perlu dipertanyakan adalah

Do we have the economical scale? Apakah ini akan menjadi ekonomi yang mahal?

Untuk bisa menjawab ini maka beberapa pilar F harus dipilih, saya tidak tahu apakah

dari flagship application dari depdiknas, memang diperlukan disini inisiatif yang

terintegrasi jadi dari economic divide, usability divide, dan empowerment divide saya

kira tiga-tiganya harus di address secara bersama sama.

25. Ibu Risargati, Indosat

a) Mungkin ada 2 masukan saja yang pertama perlu adanya

integrasi membangun broadband integrasi dengan kelistrikan

dan infrastruktur jalan karena ini menimbulkan biaya yang tidak

sedikit untuk menyediakan listrik kita perlu solar kita juga perlu

sarana untuk mengatur. Mungkin kita bisa fokus broadband

yang kita bicarakan sore ini lebih kepada broadband level

kabupaten kebawah. Kalo di kota2 besar itu mungkin

masalahnya sudah tidak terlalu banyak infrastrukturnya sudah cukup bagus

masyarakat sudah bisa menikmati dengan baik mungkin yang kita perlu bicarakan

secara nasional adalah pada level corporate.

b) Berkaitan dengan di level daerah paling tidak adanya program pendidikan untuk level

gubernur ke bawah sehingga dengan pemahaman yang baik dari mereka, mereka

akan membantu pertumbuhan dari broadband ini untuk bisa mereka gunakan untuk

membangun daerahnya sehingga otonomi daerah ini tidak semata mata ke arah

retribusi dan lain-lain tapi dia lebih bisa memberdayakan sarana yang ada dengan

ilmu yang mereka punya mereka akan membuat fasilitas broadband ini menjadi

suatu transaksi. Bisa digunakan untuk promosi pertanian misalnya itu yang produktif

sifatnya.

Page 45: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 26

26. Bp. Iwan Pilliang, Konten Developer

Saya ingin komen aja untuk bu Silvi jangan berkecil hati di negeri

ini saya sepakat dengan pak Hartoyo orang R&D yang spending

waktu dan segalanya tidak akan sia sia. Sekarang begini aja kita

berkelahi, kami development terus di Java di aplikasi mobile

kami sudah bisa menemukan aplikasi yang cross platform, untuk

aplikasi enkripsi sekalipun bahkan kita bisa yang membuat

namanya messenger yang bisa cross platform jadi kita berkelahi

aja dengan operator jadi ini memang negeri yang mengajak kita barbar yang tidak

menghargai R&D kita juga mau kelahi dengan kominfo saya menggugat UU ITE, saya

berkelahi sendiri media belum ngeh walaupun kalah community menyambut baik

dan saya rasa saya kalah dengan terhormat. Saya mengajak kita berkelahi karena

memang keadaannya demikian kalo misalnya operator nanti tergerus oleh aplikasi

messenger yang cross platform bahkan android sekalipun otomatis pendapatannya

akan berkurang jadi saya rasa begitu, jadi saya hadir kemarin untuk mengajak

berkelahi, mari berkelahi dan membangun community. Dan saya berhenti sebagai

pokja konten dan aplikasi tanya pak Teguh minta pamit di Kadin. Sekarang saya di

desktop untuk menggerakkan 30 ribu orang prita dan lain-lain bisa kok.

27. Bp. Lukita Dinarsyah Tuwo, Wamen Badan Perencanaan dan Pembangunan

Nasional

Terimakasih pak Eddy jadi saya tadi cukup banyak mendengarkan

perkelahian tadi ya, tapi sebetulnya saya melihat bahwa kita semua

ini adalah memiliki mimpi yang sama yaitu membangun Indonesia

yang lebih baik itu saya kira tadi intinya dari sana nah memang

dalam konteks seperti itu ini pak Eddy saya kira menyusun

roadmap, stakeholdernya sudah ada semua disini nah bagaimana

tadi tujuan kita yang bersama sebetulnya kita sadari pembangunan

broadband untuk membangun perekonomian kita yang lebih baik membangun

kesejahteraan yang lebih baik itu dengan broadband ini bisa nah ini saya kira bahwa

stakeholder ini semua tentunya harus bisa mendapatkan fairness tadi kewajaran dari

setiap kerja keras yang dibuat oleh masing masing. Kami harapkan roadmap itu

dibangun dengan basis kebersamaan bahwa semua pihak mendapatkan kewajaran

sesuai dengan kontribusi yang diberikan. Tentunya disini peran pemerintha menjadi

sangat penting, menyusun regulasi, memberikan insentif, mengenakan pajak dsb.

Harusnya bisa melihat kepentingan yang lebih besar tadi, broadband perlu dibangun

untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar sehingga pajaknya itu

Page 46: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

-NOTULEN- | 27

sebetulnya bisa dikeluarkan dengan melihat kalo ekonominya besar pasti pajaknya

besar bukan tarifnya yang diperbesar. Nah regulasi pun harus mendukung itu supaya ini

berkembang ekonomi besar tentunya manfaat besar. Saya kira roadmap harus

dibangun dengan komponen-komponen yang tadi saya kira ahli-ahlinya ada disini

bagaimana tadi membangun infrastrukturnya bagaimana tadi konten dan sebagainya

itu perlu saya kira, kalo kita bicara domestic connectivity ICT menjadi satu. ICT roadmap

produknya kita sudah punya logistic nasional sudah ada blue printnya, sudah ada

blueprint multi moda transportation, nah kalo ditambah dengan ini jadi lengkaplah apa

yang dimaksud dengan dosmetic connectivity untuk membangun knowledge based

economy.

28. Bp. Setyanto P. Santosa, Ketua umum MASTEL

Kita seolah – olah di luar ruangan ini sama dengan kita, saya pake

datanya pak Lukita, 63.4% rakyat Indonesia adalah hanya sekolah

dasar yang semacam kita hanya 3.7% jadi saya kira yang 3.7 ini

harus digerakkan supaya 63,4 ini bisa jalan. Saya kira itu, jangan

mengharap seluruh rakyat Indonesia, saya kira itu pak Eddy

terimakasih.

Mohon maaf jika ada kekurangan dan kesalahan penyebutan nama/institusi.

Komentar/tanggapan dapat dikirim ke email:

1. [email protected]

2. [email protected]

Jakarta, 8 September 2010

Notulis,

1. Riska Ana Gulang

2. Nur Sobariyatun

Page 47: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

i |DAFTAR HADIR

Lampiran 4. Daftar Hadir

Page 48: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

ii |DAFTAR HADIR

Page 49: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

iii |DAFTAR HADIR

Page 50: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

iv |DAFTAR HADIR

Page 51: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

v |DAFTAR HADIR

Page 52: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

vi |DAFTAR HADIR

Page 53: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

vii |DAFTAR HADIR

Page 54: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

viii |DAFTAR HADIR

Page 55: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

ix |DAFTAR HADIR

Page 56: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

x |DAFTAR HADIR

Page 57: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

xi |DAFTAR HADIR

Page 58: Laporan Final RTD Broadband Economy_rev1

xii |DAFTAR HADIR