laporan farmakologi uji fitokimia

17
Materi Uji I : Pengujuan Komponen Fitokimia Avicenna marina BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi dan sains, penelitian mengenai manfaat dari semua bahan hayati yang ada, gencar dilakukan. Banyak sumber hayati yang terbukti mengandung bahan yang berguna untuk kehidupan manusia. Salah satu uji yang dilakukan adalah dengan menguji komponen fitokimia pada bahan hayati. Dengan melakukan pengujian ini, maka bahan hayati tersebut dapat digunakan untuk kepentingan farmakon atau bahan obat. Tidak hanya bahan hayati darat yang mengandung komponen fitokimia, bahan hayati laut pun mengandung banyak komponen fitokimia. Salah satunya adalah pohon api-api jenis Avicennia marina Avicennia marina diyakini mengandung komponen fitokimia yang berguna untuk bahan obat. Oleh karena itu, pengujian komponen fitokimia pada bahan hayati laut ini perlu dilakukan untuk mengetahui komponen fitokimia apa saja yang terkandung pada Avicennia marina. 1.2. Tujuan Praktikum Melakukan beberapa pengujian untuk sampel daun mangrove (avicennia marina) Mengetahui kandungan senyawa metabolit yang ada di dalam daun mangrove.

Upload: shendy-aditya

Post on 04-Jan-2016

113 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan farmakologi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

Materi Uji I : Pengujuan Komponen Fitokimia Avicenna marina

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Dengan berkembangnya teknologi dan sains, penelitian mengenai manfaat dari semua bahan hayati yang ada, gencar dilakukan. Banyak sumber hayati yang terbukti mengandung bahan yang berguna untuk kehidupan manusia. Salah satu uji yang dilakukan adalah dengan menguji komponen fitokimia pada bahan hayati. Dengan melakukan pengujian ini, maka bahan hayati tersebut dapat digunakan untuk kepentingan farmakon atau bahan obat.

Tidak hanya bahan hayati darat yang mengandung komponen fitokimia, bahan hayati laut pun mengandung banyak komponen fitokimia. Salah satunya adalah pohon api-api jenis Avicennia marina

Avicennia marina diyakini mengandung komponen fitokimia yang berguna untuk bahan obat. Oleh karena itu, pengujian komponen fitokimia pada bahan hayati laut ini perlu dilakukan untuk mengetahui komponen fitokimia apa saja yang terkandung pada Avicennia marina.

1.2. Tujuan Praktikum

Melakukan beberapa pengujian untuk sampel daun mangrove (avicennia marina) Mengetahui kandungan senyawa metabolit yang ada di dalam daun mangrove.

Page 2: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

BAB IITinjauan Pustaka

2.1 Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komponen-

komponen bioaktif yang terdapat pada sampel uji. Uji fitokimia meliputi uji

alkaloid, uji steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, Molisch,

Benedict, Biuret dan Ninhidrin. Metode uji ini berdasarkan Harborne (1984).

2.2 Komponen Fitokimia Bahan Alam

a. Alkaloid

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini.

Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.

b. Flavonoid

Flavonoid adalah jenis senyawa bahan alam yang merupakan bagian dari senyawa fenolik, yang banyak membentuk pigmen tumbuhan. Bagi tubuh manusia, flavonoid adalah zat yang dibutuhkan untuk diet kesehatan. Tubuh membutuhkan flavonoid sebagai antioksidan yang sangat berguna mencegah kanker. Dengan adanya flavonoid di dalam tubuh, banyak struktur sel terlindungi. Bila dipadukan dengan vitamin C, flavonoid bermanfaat untuk meningkatkan kinerja vitamin C, mencegah keropos tulang, berfungsi sebagai antibiotic dan antiinflamasi. Flavonoid juga terbukti dapat mengganggu efektivitas mikroorganisme, sehingga dapat dijadikan sebagai antivirus, seperti virus HIV (penyebab penyakit AIDS) dan herpes. Flavonoid juga dapat mencegah dan mengobati asma, katarak, diabetes, encok (rematik), migren, wasir, dan radang jaringan ikat penyangga akar gigi, serta sebagai pencegah dan mengobati kanker.

Page 3: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

c. Fenolik

Senyawa ini terdistribusi luas dalam berjuta spesies tumbuh-tumbuhan dan sejauh ini telah tercatat lebih dari 8000 struktur senyawa fenolik diketahui. Komponen fenolik merupakan bagian integral dari diet makanan manusia, terkandung dalam sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, dan sebagainya.

d. Triterpenoid

Senyawa triterpenoid, pada hewan dan studi laboratorium, senyawa ini membantu menyembuhkan luka. Sebagai contoh, beberapa studi menunjukkan bahwa senyawa triterpenoid memperkuat kulit, meningkatkan antioksidan dalam luka, dan meningkatkan aliran darah ke daerah tersebut.

e. Steroid

Steroid berasal dari kolesterol dan berstruktur inti perhidrosiklopentanol fenantren yang terbagi atas tiga cincin sikloheksana. Senyawa steroid terdapat pada hewan, tanaman tingkat tinggi bahkan terdapat pula pada beberapa tanaman tingkat rendah seperti jamur (fungi).

Steroid ini di dalam dunia olahraga sering menimbulkan kontroversi, mengingat prestasi seseorang dapat meningkat dengan mengkonsumsinya, sementara di pihak lain, konsumsi steroid dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia. Baik yang terdapat di tumbuhan maupun di hewan, merupakan hormon yang larut dalam lemak, dan mempunyai struktur basa tetrasiklo. Struktur basa memiliki empat cincin yang saling terpaut dan terdiri dari tiga cincin sikloheksan dan dan siklopentan tersintesis dari asetil CoA melalui jalur asam mevalonik di dalam metabolisme sel tumbuhan. Perbedaan pre-kursor di jalur asam mevalonik, dalam biosintesis steroid pada tumbuhan dan hewan menghasilkan produk steroid yang berbeda, pada tumbuhan menghasilkan brassinolide dan pada hewan menghasilkan kolesterol, dan yang lain lagi pada cendawan menghasilkan ergosterol.

Secara rinci beberapa fungsi steroid adalah sebagai berikut : meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan menghambat penuaan daun (senescence) mengakibatkan lengkuk pada daun rumput-rumputan menghambat proses gugurnya daun menghambat pertumbuhan akar tumbuhan meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan merangsang diferensiasi xylem tumbuhan

Page 4: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

menghambat pertumbuhan pucuk pada saat kahat udara dan endogenus karbohidrat.

f. Saponin

Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan membui bila dikocok. Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid.

Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Saponin yang berpotensi keras atau beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin.

Sifat-sifat Saponin adalah:1. Mempunyai rasa pahit2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil3. Menghemolisa eritrosit4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati.

2.3 Tinjauan Umum Sampel

a. MorfologiPohon kecil atau besar, tinggi hingga 30 m, dengan tajuk yang agak

renggang. Dengan akar napas (pneumatophores) yang muncul 10-30 cm dari substrat, serupa paku serupa jari rapat-rapat, diameter lk. 0,5-1 cm dekat ujungnya. Pepagan (kulit batang) halus keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan retak-retak. Ranting dengan buku-buku bekas daun yang menonjol serupa sendi-sendi tulang.

Daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau membulat; helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu atau keputihan di sisi bawahnya, sering dengan kristal garam yang terasa asin;

Page 5: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

pertulangan daun umumnya tak begitu jelas terlihat. Kuncup daun terletak pada lekuk pasangan tangkai daun teratas.

Perbungaan dalam karangan bertangkai panjang bentuk payung, malai atau bulir, terletak di ujung tangkai atau di ketiak daun dekat ujung. Bunga-bunga duduk (sessile), membulat ketika kuncup, berukuran kecil antara 0,3-1,3 cm, berkelamin dua, kelopak 5 helai, mahkota kebanyakan 4 (jarang 5 atau 6) helai, kebanyakan kuning atau jingga kekuningan dengan bau samar-samar, benang sari kebanyakan 4, terletak berseling dengan mahkota bunga. Buah berupa kapsul yang memecah (dehiscent) menjadi dua, 1-4 cm panjangnya, hijau abu-abu, berbulu halus di luarnya; vivipar, bijinya tumbuh selagi buah masih di pohon.

b. EkologiApi-api menyukai rawa-rawa mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau

di sepanjang tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya, seperti A. marina, memperlihatkan toleransi yang tinggi terhadap kisaran salinitas, mampu tumbuh di rawa air tawar hingga di substrat yang berkadar garam sangat tinggi.

Kebanyakan jenisnya merupakan jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh kembali. Pohon-pohon api-api yang tumbang atau rusak dapat segera trubus (bersemi kembali), sehingga mempercepat pemulihan tegakan yang rusak.

Akar napas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk menangkap dan menahan lumpur serta pelbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan perakaran ini juga menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput dan teritip. c. Sebaran

Avicennia marina tumbuh tersebar di sepanjang pantai Afrika Timur dan Madagaskar hingga menuju India, Indo-Cina, Cina Selatan, Taiwan, Thailand, seluruh kawasan Malesia, Kepulauan Solomon, New Caledonia, Australia dan bagian utara New Zealand.

d. Manfaat Avicenia kayunya dapat dipakai untuk bangunan rumah (pilar, atap dll.),

selain itu juga digunakan untuk membuat mebel, perahu. Kayunya juga digunakan untuk membuat kayu bakar, dan juga pulp. Kayunya yang keras sangat tahan terhadap serangan rayap. Pohon Avicennia marina mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat yang tinggi. Pohon ini memiliki sistem penanggulangan materi toksik dengan cara melamahkan efek racun melalui

Page 6: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

pengenceran (dilusi) yaitu dengan menyimpan banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga mengurangi toksisitas logam tersebut.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Jumat, 27 April 2012

Tempat : Dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Kelautan, lantai 3, Gedung 4. Fakultas Perikanan dan Teknologi Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1. Alat Gunting Mortar Tabung reaksi Gelas Ukur Kaca Arloji Neraca Analitis Pipet tetes Saringan

3.2.2. Bahan

Amonia 10 % CHCl3

FeCl3

HCl 1N HCl 2 % H2SO4 pekat Pereaksi Meyer (KI+HgCl2) Daun Mangrove

Page 7: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

3.3. Prosedur

3.3.1. Uji Alkaloid

- Timbang sample sebanyak 1 gram ekstrak (Halimeda gracilis ),tumbuk hingga halus, kemudian larutkan dalam kloroform.

- Tambahkan beberapa tetes amoniak (NH4OH). - Larutan ekstrak disaring menggunakan kertas saring dalam tabung reaksi

tertutup. - Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 10 tetes H2SO4

2M. - Lapisan asam dipisahkan dalam tabung reaksi lain. - Ambil masing- masing 3 tetes lapisan/ fraksi asam kedalam lempeng

tetes (spot plate). - Jika ditetesi dengan dragendroff poditifnya berwarna endapan merah

jingga (3 tetes drgendroff). - Jika ditetesi oleh pereaksi meyer positifnya berwarna endapan putih (3

tetes pereaksi meyer ).

3.3.2. Uji Flavonoid

- Sample sebanyak 1 gram (Halimeda gracilis) dirajang halus dengan mortar dan penumbuk dan didihkan dengan 25 ml methanol selama kurang lebih 10 menit.

- Disaring menggunakan kertas saring, dalam keadaan panas, kemudian pelarut diupkan sampai kering.

- Ditambah kloroform dan air suling (1:1) sebanyak 5 ml, dikocok (divortex) dan biarkan sejenak hingga terbentuk dua lapisan kloroform-air. (lapisan kloroform di bagian bawah, lapisan air di bagian atas ).

- Sebagian lapisan air diambil dan dipindahkan dengan pipet kedalam tabung reaksi.

- Masukkan 0,1 gram bubuk magnesium dan beberapa tetes asam klorids pekat dan amil alcohol.

- Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna orange merah.

3.3.3. Uji Fenolik

Page 8: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

- Sebagian lapisan air dari uji flavonoid dimasukkan ke dalam plat tetes dan kemudian ditambah perekasi FeCl3 1%.

- Adanya kandungan senyawa fenolik ditandai dengan terbentuknya warna biru- ungu.

3.3.4. Uji Triterpenoid dan Steroid

- Lapisan kloroform dari uji flavonoid diambil sedikit kemudian dimasukkan ke dalam plat tetes dan biarkan hingga kering.

- Tambahkan satu tetes asam asetat anhidrida dan satu tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann burchard ).

- Terbentuknya warna merah menandakan positif untuk senyawa triterpenoid dan terbentuknya warna biru atau ungu positif untuk senyawa steroid.

3.3.5. Uji Saponin

- Sebanyak 1 gram sampel (Halimeda gracilis) dimasukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 100 ml air panas.

- Didihkan selama 5 menit, kemudian saringdalam keadaan panas. - Larutan diambil sebanyak 10 ml, kemudian di vortex kuat secara vertical

selama 10 detik. - Adanya saponin ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil tidak

kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm dan tidak hilang pada penamabahan satu tetes HCl 2N.

3.3.6. Uji Tannin

- Sebanyak 1 gram sample (Halimeda gracilis) ditambahkan air, didihkan selama beberapa menit dan saring dengan kertas filter.

- Ambil 2 ml hasil penyaringan (filtrat) dan tambahkan 1-2 tetes pereaksi FeCl3 1 %

- Terjadi warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tannin

Page 9: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui bahwa sample Halimeda gracilis (rumput laut) yang telah diekstraksi itu mengandung senyawa kimia sebagai berikut :

KEL UJI HASIL KETERANGAN1 Alkaloid (+) pada perekasi meyer Ada endapan putih2 Flavonoid (-) negatif Endapan putih

seharusnya warna merah atau orange

3 Tripterpenoid (-) negatif Tidak ada perubahan warna (hijau di kloroform flavonoid)

3 Steroid (-) negatif Tidak ada perubahan warna

4 Fenolik (-) negatif Tidak ada perubahan warna namun kuning dari FeCl3

5 Saponin (+) namun lemah Ada sedikit basa sekitar 0,5 cm

6 Tannin (-) negatif Tidak ada perubahan warna namun kuning dari FeCl3

7 Alkaloid (+) pada peraksi meyer Ada endapan putih

8 Flavonoid (-) negatif Endapan putih seharusnya warna merah atau orange

9 Tripterpenoid (-) negatif Tidak ada perubahan warna (hijau di kloroform flavonoid)

9 Steroid (-) negatif Tidak ada perubahan warna

Page 10: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

10 Fenolik (+) positif Tidak ada perubahan warna namun kuning dari FeCl3

11 Saponin (+) namun lemah Ada sedikit basa sekitar 0,5 cm

12 Tannin (-) negatif Tidak ada perubahan warna namun kuning dari FeCl3

Jadi, hasil yang didapat pada praktikum kali ini adalah terdapatnya senyawa alkaloid pada pereaksi meyer, pada saponin juga terlihat positif namun lemah sekali dan fenolik positif namun juga terlihat sangat lemah. Jadi Halimeda gracilis memilik kandung alkaloid yang paling kuat.

4.2. Pembahasan

Dalam praktikum kali ini, akan menguji senyawa kimia yang terkandung dalam sample Halimeda gracilis yang sudah diekstraksi. Ada beberapa senyawa kimia yang akan kita uji seperti alkaloid, flavonoid, tripternoid, steroid, fenolik, saponin, dan tannin. Namun dari tabel diatas menunjukan bahwa pada uji flavonoid, tritrepenoid, steroid, dan tannin hasilnya negatif, ini menandakan bahwa pada daun A.marina tidak mengandung senyawa metebolit tersebut. Sedangkan pada uji Alkaloid hasilnya positif, artinya bahwa alkaloid terkandung dalam daun mangrove. Kemudian pada uji fenolik dan saponin hasilnya negatif dan positif, ini menunjukan bahwa pada daun mangrove hanya sedikit mengandung dua senyaw ini.

Indikator adanya senyawa Alkaloid adalah pada ektrak akan terbentuk endapan berwarna putih setelah ditambahkan H2SO4. Namun senyawa metabolit ini belum dapat diketahui apakah memilki dampak negatif atau positif jika masuk kedalam tubuh manusia. Oleh karena itu perlu adanya praktikum kembali mengenai uji fitokimia.

Kemudian indikator untuk senyawa saponin dilihat dari munculnya busa. Namun sennyawa saponin yang terkandung hanya sedikit dapat dilihat dari busa yang terbentuk hanya sebesar 0,5 cm. Senyawa saponin dapt diakatakan banyak jika busa yang tebentuk sebesar 2-10cm. Sama halnya pada uji fenolik, hasilnya positif mengandung fenolik, akan tetapi hanya sedikit. Dapat dilihat terjadi perubahan warna menjadi kuning.

Page 11: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

Selain dari tiga uji senyawa tersebut hasilnya negatif, pada uji flavonoid terbentuk warna putih, warna putih ini artinya tidak ada senyawa flavonoid di daun mangrove. Kemudia pada ujitritrepenoi, tannin dan steroid tidak terjadi perubahan.

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari praktikum ini bahwa pada daun magrove (Avicenna marina) terkandung senyawa metabolit yaitu Alkaloid, fenolik dan saponin. Senyawa yang mendominasi adalah Alkaloid sedangkan fenolik dan saponin hanya sedikit.

5.2 Saran

Senyawa Alkaloid masih banyak yang peneliti menduga bersifat toksik, namun juga ada yang bersifat positif. Oleh karena itu perlu adanya tinjauan labih lanjut mengenai senyawa metabolit yang ada di dalam daun mangrove (Avicenna marina).

http://ceriyaholic.multiply.com/journal/item/7?&show_interstitial=1&u=

%2Fjournal%2FitemSitus dian rachma'sSitus dian rachma's. Dec 17, 2010

http://maswira.wordpress.com/2009/02/01/hormon-steroid-2/

Past is A History, Future is A Mistery and Today is A Gift

Hormon steroidFebruary 1, 2009

Page 12: Laporan Farmakologi Uji Fitokimia

http://nadjeeb.wordpress.com/tag/triterpenoid/

Oktober 31, 2009

Saponin

http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid