laporan faal hati ferlim

Upload: ferliem-halim

Post on 18-Jul-2015

602 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

LABORATORIUM KIMIA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI FUNGSI HATI

OLEHNAMA NIM KELOMPOK GOLONGAN ASISTEN : FERLIEM : N 111 08 274 : II (DUA) : JUMAT : MUSYARRAFAH

MAKASSAR 2011

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr atau 2,5 % berat badan pada orang dewasa normal. Hati merupakan organ platis lunak yang tercetak oleh stujtur sekitarnya. Selain merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati juga menduduki urutan pertama dalam hal banyaknya, kerumitan dan ragam dan fungsinya. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan khususnya bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas berbeda. Untunglah, hati memiliki kapasitas cadangan yang besar, dan hanya dengan 10-20% jaringan berfungsi, hati mampu mempertahankan kehidupan. Dekstruksi total atau pembumbuangan hati mengakibatkan kematian dalam 10 jam. Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang memngagumkan. Pada kenyakan kasus, pengangkatan sebagian hati, baik karena sel sudah mati atau sakit, akan diganti dengan jaringan baru Hati merupakan organ tubuh yang berkaitan erat dengan metabolisme protein dan asam amino, lemak, dan karbohidrat. Hati juga berfungsi mensintetis protein plasma, faktor pembekuan, asam empedu, katabolisme hormon dan sebagai organ detoksifikasi.

Beberapa macam fungsi hati yaitu fungsi pengolahan zat makanan yang diserap usus, fungsi penyimpanan & pembentukan zat yang diperlukan tubuh, dan penetralan obat/racun. Beberapa orang yang suka mengkonsumsi alkohol, dapat megalami gangguan fungsi hati, sehingga memeliharakan pantauan jika pasien sedang menjalani masa perawatan dan penyembuhan akan suatu penyakit. Selain itu, kebanyakan obat-obat yang beredar di dunia kedokteran, memiliki efek samping hepatotksik yang memerlukan perhatian khusus dan evaluasi. Untuk beberapa kasus pada tubuh manusia, tidak sedikit yang mengalami gangguan fungsi hati seperti hepatitis virus, perlemakan hati, obat-obatan, infeksi lain, alkohol dan lain-lain. Sering juga terdapat penyakit dalam yang disebabkan oleh gangguan fungsi hati, dimana terkadang penyakit tersebut bisa juga disebabkan oleh gangguan organ lain. Oleh karena itu, dalam dunia medis diperlukan beberapa tes dan pemeriksaan untuk mempertegas diagnosa adanya gangguan fungsi hati yang dialami oleh pasien I.2. Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara pemeriksaan fungsi hati dengan beberapa parameter dengan menggunakan spesimen darah.

I.3. Tujuan Percobaan Untuk mengetahui dan memahami cara pemeriksaan fungsi hati pada spesimen/sampel serum darah berdasarkan metode enzimatis secara fotometrik.

I.4. Prinsip Percobaan 1. ALP (Alkali Fosfatase) Reaksi didasarkan pada prinsip p-Nitrophenylphosphatase + AMP yang dikatalisis oleh ALP akan menghasilkan AMP, PO4 dan p-nitrofenol. Diukur pasa panjang gelombang Hg 405 nm, 400-420 nm pada suhu 300C atau 370C. 2. Bilirubin T & D Reaksi didasarkan pada prinsip bilirubin bereaksi dengan diazotased sulphanilic acid (DSA) membentuk warna merah azo. Serapan pada 546 nm sebanding dengan konsentrasi bilirubin dalam sampel. Glucuronides bilirubin yang larut dalam air bereaksi langsung dengan DSA yang mana albumin yang terkonjugasi dalam bilirubin indirect hanya akan bereaksi dengan DSA dibantu adanya accelerator (zat pemercepat):bilirubin total = direct + bilirubin indirect. 3. SGOT Reaksi didasarkan pada prinsip 2-Oxoglutarate + L-aspartate dikatalis oleh GOT akan menghasilkan L-glutamate + oxaloacetate.

Kemudian oxaloacetate + NADH +H+ yang dikatalis oleh MDH menghasilkan L-malate + NAD+. Serapan pada panjang gelombang Hg 365 n, 340 nm atau 334 nm. 4. SGPT Reaksi didasarkan pada prinsip 2-Oxoglutarate + L-alanine dikatalis oleh GPT akan menghasilkan L-glutamate + pyruvate. Kemudian pyruvate + NADH +H+ yang dikatalis oleh LDH menghasilkan L-lactate + NAD+. Serapan pada panjang gelombang Hg 365 n, 340 nm atau 334 nm.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum Fosfatase alkali merupakan kelompok enzim yang

mengkatalisis sejumlah besar substrat pada pH alkali untuk melepaskan fosfat. Konsentrasi tinggi ALP ditemukan pada tulang (osteoblast), hati, plasenta, dan intestine. Pada orang dewasa, sekitar setengah dari aktivitas serum ALP berasal dari hati dan setengah lainnya dari tulang. Selama kehamilan, ALP secara total meningkat akibat kontribusi plasenta. Aktivitas total ALP serum menunjukkan variasi yang ditandai dengan usia akibat peningkatan aktivitas osteoblastik selama pertumbuhan. ALP 2-3 kali diatas nilai batas normal (ULN) untuk bayi dan meningkat lagi selama masa remaja. Peningkatan ini lebih dulu terjadi pada wanita dibanding pria. Aktivitas menurun pada dewasa ketika pertumbuhan berhenti dan sedikit meningkat pada wanita dibanding pria. ALP meningkat pada penyakit tulang dan system hepatobiliari. Peningkatan ALP pada kolestasis, khususnya pada obstruksi ekstrahepatik dapat mencapai 5 kali ULN. Pada penyakit hati parecimatous, seperti hepatitis akut, ALP nmeningkat akibat biliari statis tetapi biasanya nilai tidak lebih dari 3 kali ULN. Derajat elevasi ALP berguna dalam menentukan antara

penyakit kuning akibat kerusakan parensimal atau penyakit kuning akibat kolestasis. Pengukuran enzim ini dilakukan berdasarkan dari IFCC

(International Federation of Clinical Chemistry) yaitu dengan prinsip reaksi sebagai berikut : ALP p-nitrophenyl phosphate + AMP AMP + PO4 + p-nitrophenol

Albumin merupakan protein plasma yang ditemukan tinggi pada proses kehamilan dan menjelang kematian. Jumlahnya berkisar 50% total protein plasma. Albumin adalah polipeptida dengan berat molekul kecil sehingga dapat melintasi vaskuler dan gromerulus. Albumin adalah hasil sintesis oleh hati. Pada sindrom hepatic sintesis albumin dapat menjadi 3 kali lipat, bahkan bertambah menjadi 80% pada tekanan plasma koloid. Konsentrasi albumin dapat menjadi tinggi pada venous statis dam dehidrasi. Penurunan konsentrasi albumin ditemukan dalam berbagai kondisi seperti artefaktual, fisiologis, patilogis, peningkatan distribusi, peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan kehilangan dan peningkatan katabolisme. Penurunan kadar albumin sebanding dengan tingkat inflamasi dan luka. Pada penyakit hepatic seperti sirosis, albumin yang disintesis rendah. Pada sindrom hepatic dapat ,menimbulkan hipoalbuminemia. Pengukuran albumin dilakukan dengan prinsip yaitu bromkresol hijau dengan albumin dalam buffer sitrat membentuk warna kompleks.

Absorbansi warna kompleks ini sebanding dengan konsentrasi albumin dalam sampel. Komposisi reagen 1) 1000 ml reagen warna Buffer sitrat (pH 4,2) Bromkresol green 2) 3 ml standard albumin Albumin Natrium azida 4g/dl atau 40 g/l 0,095% 30 mmol/l 260 mol/l

Eritrosit pada akhir masa hidupnya dirusak didalam system retikulo endothelial. Globulin dipisahkan dari hem dan cincin forfirin dibuka. Besi dilepaskan dan menjadi terikat ke transferin dan selanjutnya digunakan untuk sintesis haemoglobin baru. Bagian terbesar dari hemoglobi menjadi bilirubin. Bilirubin yang tersirkulasi didalam plasma terikat ke albumin. Bilirubin (tak terkonyugasi) dan bilirubin dikonyugasi, yang keduanya terikat ke protein terutama albumin dalam plasma dapat dibedakan secara kimia oleh kecepatan reaksinya dengan asam sulfanilat yang didiazotiasiasi untuk membentuk azobilirubin (reaksi Van Den Berg : VDB). Bilirubin dikonyugasi bereaksi cepat dan warna merah muda timbul (VDB positif) dalam beberapa menit. Bilirubin tak dikonyugasi tidak memberikan warna yang segera (VDB negative), tetapi warna timbul setelah penambahan alcohol atau kafein (VDB indirect), biliverdin tidak bereaksi.

Prinsip pengukuran yaitu bilirubin bereaksi dengan diazotized sulphaniic acid (DSA) membentuk warna zat merah azo. Serapan pada 546 nm sebanding dengan konsentrasi bilirubin dalam sampel. Glucoronida bilirubin yang larut dalam air bereaksi langsung dengan DSA sedang albumin terkonjugasi dalam bilirubin indirect hanya akan bereaksi dengan DSA dibantu akselerator (zat pemercepat). Prinsip reaksi : Asam sulfanilic + natrium nitrit Bilirubin + DSA Bilirubin + DSA + akselerator DSA Direct azobilirubin Total bilirubin

BAB III METODE PERCOBAAN

III.1 ALat Percobaan Alat alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah tabung sentrifuge, sentrifuge, fotometer, dan Humalyzer Junior, jarum/spoit,

torniquet, kuvet, pipet mikron. III.2 Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan yaitu alkohol 70 %, plester, serum, reagen enzim dan reagan subtrat. III.3 Cara Kerja 1. Penyiapan sampel Alat dan bahan disiapkan.Spesimen darah diambil 3 cc dengan teknik flebotomi menggunakan spoit. Hasil speimen darah ditampung di tabung sentrifige Spesimen darah sentrifuge dengan alat sentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Darah / spesimen serum diambil untuk diperiksa 2. Pemeriksaan dengan humalyzer Reagen dan kuvet dihangatkan pada suhu yang dikehendaki. Suhu harus dijaga konstan selama pemeriksaan. Spesimen sebanyak 100 L dimasukkan ke dalam kuvet dengan menggunakan mikropipet. Reagen enzim ditambahkan sebanyak 1000 L. Masukkan dalam kuvet, campur dan

inkubasi selama 5 menit pada suhu 37 derajat celcius. Reagan strarting ditambahkan sebanyak 250 L dan dicampur. Kemudian absorbansi dibaca setelah 1 menit dan dijalankan stopwatch. A. Pengukuran bilirubin 1. Bilirubin total Alat dan bahan disiapkan. Kondisi diatur pemeriksaan suhu 20-25C. Ke dalam kuvet dipipet reagen bilirubin total pada blanko sampel 1000 l dan sampel 1000 l. Ke dalam kuvet dipipet reagen T-nitrit pada sampel 1 tetes (40l), dicampur dengan baik dan ditambahkan sampel dalam 2 menit. Kemudian ke dalam kuvet dipipet sampel 100 l dan blanko sampel 100 l. Dicampur dengan baik dan diinkubasi pada suhu kamar 10-30 menit. Diukur absorbansi sampel terhadap blanko sampel (A546) 2. Bilirubin direct Alat dan bahan disiapkan. Kondisi diatur pemeriksaan suhu 20-25C. Ke dalam kuvet dipipet reagen bilirubin direct pada blanko sampel 1000 l dan sampel 1000 l. Ke dalam kuvet dipipet reagen D-nitrit pada sampel 1 tetes (40l), dicampur dengan baik dan ditambahkan sampel dalam 2 menit.. Kemudian ke dalam kuvet dipipet sampel 100 l dan blanko sampel 100 l. Dicampur dengan baik dan diinkubasi pada suhu kamar 10-30 menit. Diukur absorbansi sampel terhadap blanko sampel (A546).

B. Pengukuran ALP Alat dan bahan disipkan.Setelah itu kondisi pemeriksaan diatur dengan celah optic 1cm, suhu 30C atau 37C, panjang gelombang Hg 405 nm, 400-420 nm dan pengukuran terhadap udara (kenaikan

absorbansi).Kemudian reagen dan kuvet dihangatkan sampai pada suhu yangb dikehendaki dan suhu dijaga konstan (0,5C) selama tes. Dilakukan percobaan dengan metode start reagen dimana dipipet kedalam kuvet sampel 20 l dan larutan buffer 1000 l,lalu dicampur dan diinkubasi selama 1 menit pada suhu 30C atau 37C. Kemudian dipipet ke dalam kuvet substrat 250 l. Ke dalam sampel dicampur dan larutan buffer tadi yang diinkubasi. Absorbansi dibaca setelah 1 menit dan dijalankan stopwatch, baca lagi absorban tepat setelah 1,2, dan 3 menit. Percobaan dilakukan dengan metode starf sampel dimana dipipet ke dalam kuvet sampel 20 l dan reagen kerja 1000 l. Campur dan baca absorbansi setelah 1 menit dan dijalankan stopwatch. Baca lagi absorbansi tepat setelah 1, 2, 3 menit.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Pengamatan

KELOMPOK 1

PEMERIKSAAN ALP BILIRUBIN T

HASIL (U/L) Out of Range 0,7 0,6 Out of Range 20,9 24,4 20,9 19,1 45,3 6,9

2 BILIRUBIN D 3 ALP SGOT 4 SGPT SGOT 7 SGPT SGOT 9 SGPT

BAB V PEMBAHASAN

Hati berfungsi mensintesis protein plasma, faktor pembekuan asam empedu, katabolime hormon dan sebagai organ detoksifikasi. Adapun fungsi lainnya yaitu fungsi untuk pengolahan zat makanan yang disrap usus, fungsi penyimpanan dan pepembentukan zat yang doperlukan tubuh dan penetralan obat. Hati yang juga mengalami gangguaan fungsi yang biasa saja disebabkan oleh virus hepatitis, perlemakan hati dapat melalui berbagai pemeriksaan seperti pemeriksaan SGPT dan SGOT, bilirubin direct dan indirec, fosfatase alkali, kolesterol total, albumin, globulin dan globulin gamma. Kali ini hanya akan dibatasi mengenai pemerikaan SGPT ( serum Glutamic piruvat Transferase) SGPT juga disebut ALT (Alanin aminotransferase) mampu

mengkatalisis kelompok amino dalam siklus krebs, untuk mengkatalisis energi dijaringan. Terdapat terutama disitoplasma sel hati dan edikit disel ginjal, sel jantung dan sel otot skelet. GPT merupakan salah satu indikator kerusakan hati. Tujuan ter GPT adalah diagnosa dan evaluasi penyakit hati, memantau efek obat yang hepatotoksik, membedakan ikterus hemolitik dengan ikterus karena penyakit hati.

Pada percobaan kali ini, kelompok kami melakukan pengukuran bilirubin direct, bilirubin total. Untuk bilirubin total mulanya kondisi pemeriksaan diatur pada suhu 20-25C. Dipipet ke dalam kuvet reagen bilirubin total pada blanko sampel 1000 l dan sampel 1000 l. Kemudian dipipet ke dalam kuvet reagen T-nitrit pada sampel 1 tetes (40l). dicampur dengan baik dan diinkubasi selama 5 menit. Setelah itu dipipet ke dalam kuvet sampel 100 l dan blanko sampel 100 l kemudian dicampur dengan baik dan diinkubasi pada suhu kamar 10-30 menit serta terakhir diukur absorbansi sampel terhadap blanko sampel. Dari hasil pengukuran diperoleh kadar bilirubin total 0,7 mg/dl. Hasil ini normal ( 0,2-0,9 mg/ml) Selanjutnya untuk bilirubin direct mulanya kondisi pemeriksaan diatur pada suhu 20-25C. Dipipet ke dalam kuvet reagen bilirubin total pada blanko sampel 1000 l dan sampel 1000 l. Kemudian dipipet ke dalam kuvet reagen D-nitrit pada sampel 1 tetes (40l). dicampur dengan baik kemudian ditambahkan sampel dalam 2 menit. Setelah itu dipipet ke dalam kuvet sampel 100 l dan blanko sampel 100 l kemudian dicampur dengan baik dan diinkubasi pada suhu kamar 10-30 menit serta terakhir diukur absorbansi sampel terhadap blanko sampel. Dari hasil pengukuran diperoleh kadar bilirubin direct 0,6 mg/dl. Nilai ini tidak normal untuk bilirubin direct,dimana nilai normal bilirubin direct serum adalah 0,1-0,4 mg/dl (dewasa), Untuk ALP mulanya kondisi pemeriksaan diatur dengan celah optic 1cm, suhu 30C atau 37C, panjang gelombang Hg 405 nm, 400-420 nm dan

pengukuran terhadap udara (kenaikan absorbansi). Kemudian reagen dan kuvet dihangatkan sampai pada suhu yangb dikehendaki dan suhu dijaga konstan (0,5C) selama tes. Dilakukan percobaan dengan metode start reagen dimana dipipet kedalam kuvet sampel 20 l dan larutan buffer 1000 l,lalu dicampur dan diinkubasi selama 1 menit pada suhu 30C atau 37C. Kemudian dipipet ke dalam kuvet substrat 250 l. Ke dalam sampel dicampur dan larutan buffer tadi yang diinkubasi. Absorbansi dibaca setelah 1 menit dan dijalankan stopwatch, baca lagi absorban tepat setelah 1,2, dan 3 menit. Percobaan dilakukan dengan metode starf sampel dimana dipipet ke dalam kuvet sampel 20 l dan reagen kerja 1000 l. Didapatkan hasil sebesar 65 u/l. Hasil ini masuk dalam nilai rujukan normal yaitu sekitar 42-98 u/l. Perbedaan antara blanko dan standard dimana blanko hanya berisi aquadest dan reagen untuk membandingkan antara sampel yang akan diuji (sudah mengandung reagen) dengan larutan yang hanya berisi reagen dan aquadest sehingga terukur nantinya adalah zat dalam sampel tanpa reagen. Sedangkan larutan standard berisi larutan sampel standard dan eagen untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari sampel yang akan diuji dengan kadar normal pada larutan standard. Perbedaan bilirubin direct dan indirect dimana bilirubin direct adalah bilirubin yang terkonjugasi dengan satu atau dua molekul glukoronat membentu mono / di-glukoronat. Bilirubin dengan adanya enzim LIDDA-

transferasi. Bilirubin terkonjugasi ini bersifat larut air sehingga dikeluarkan melalui urin. Sedangkan indirect adalah bilirubin yang tidak terkonjugasi dan berada dalam bentuk bebas yang tidak larut. Penyebab meningkatnya bilirubin direct-indirect dan akibatnya yang ditimbulkan oleh perubahannya yaitu terjadi ikterus dimana

mekanismenya : 1. Produksi bilirubin unconjugated yang berlebihan karena haemoglobin. 2. Gangguan uptake bilirubin unconjugated oleh sel hati yang tidak sempurna. 3. Konjugasi dan bilirubin unconjugated yang tidak sempurna oleh hati. 4. Ekskresi bilirubin conjugated oleh sel hati yang tidak sempurna. 5. Obstruksi aliran limpa empedu dalam hati sering karena peradangan yang menyebabkan pembengkakan sel. 6. Obstruksi aliran empedu diluar hati karena adanya sumbatan atau tekanan pada duktus empedu. Akibat yang ditimbulkan oleh perubahan dalam bilirubin 1. Kolestatis : Gangguan aliran empedu baik intra maupun ekstra hepatik dengan atau tanpa adanya penyumbatan 2. Hepatitis akut : Penyakit peradangan akut yang mengenai jaringan hati.

3. Hepatitis kronis : Keadaan

dimana

proses

hepatitis

berlangsung

melampaui masa 6 bulan yang dinyatakan dengan peradangan. 4. Sirosis hati : Keadaan kerusakan struktur hati, penimbunan jaringan ikat dengan pembentukan nodul. 5. Neoplasma (primer dan sekunder) 6. Anemia pernisiosa, anemia hemolitik, eritroblastatis foetalis.

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan Dari data pengamatan diperoleh : 1. Kadar bilirubin total adalah 0,7 mg/dl dimana nilai normal bilirubin total dewasa adalah 1,1 mg/dl. Data ini termasuk kategori normal. 2. Kadar bilirubin direct adalah 0,6 mg/dl dimana nilai normal bilirubin total dewasa adalah 0,1 - 0,4 mg/dl. Data ini termasuk kategori tidak normal. 3. Kadar ALP yaitu 65 u/l, dimana nilai ini normal. Nilai normal untuk ALP adalah 42- 98 u/l.

V.2 Saran Alat-alat serta bahan-bahan dapat dilengkapi lagi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasim, Syahruddin. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Klinik. Makassar : Fakultas Farmasi Unhas 2. Sacher, Ronald dan Richard AM. 2002. Tinjauan Klinis Hasil

Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC 3. Kee, Joyee e Fever. 2002. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta : EGC 4. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis. 2007. Pharmaceutical care untuk penyakit hati. Dpertemen Kesehatan RI : Jakarta 5. A. Price Sylvia dan Wilson M Lorraine. 2002. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta