laporan ekologi di tntn

31
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN EKOLOGI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PELALAWAN-RIAU OLEH: MAHASISWA/I PENDIDIKAN BIOLOGI SEMESTER VI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2015

Upload: sharaasandra

Post on 13-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN EKOLOGI

    KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO

    PELALAWAN-RIAU

    OLEH:

    MAHASISWA/I PENDIDIKAN BIOLOGI SEMESTER VI

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS RIAU

    PEKANBARU

    2015

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

    Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kuliah

    Lapangan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo-Provinsi Riau.

    Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

    1. Dr. Suwondo, M.Si, Dr. Yustina, M.Si, Drs. Nursal, M.Si dan Dra. Yuslim

    Fauziah, MS selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi yang telah

    memberikan bimbingan dan arahan dalam melakukan pengamatan dan

    menyelesaikan laporan ini.

    2. Pihak pengelola Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo yang telah memberi

    izin untuk melaksanakan kegiatan praktikum, membimbing dan memberi

    arahan di lapangan.

    3. Asisten mata kuliah Ekologi Tumbuhan yang telah memberikan

    bimbingan dalam melakukan pengamatan dan menyelesaikan laporan ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari

    kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang

    bersifat membangun untuk menyempurnakan penulisan dalam laporan ini.

    Pekanbaru, Juni 2015

    Penulis

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 3

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ................................................................................................... 2

    Daftar Isi .............................................................................................................. 3

    Daftar Tabel ......................................................................................................... 4

    Daftar Lampiran ................................................................................................. 6

    Bab I Pendahuluan

    A. Latar Belakang ................................................................................... 7 B. Tujuan Praktikum ............................................................................... 8

    Bab II Bahan Dan Metode

    A. Alat Dan Bahan .................................................................................. 9 B. Prosedur Kerja .................................................................................... 10 C. Analisis Data ...................................................................................... 13

    Bab III Hasil Dan Pembahasan

    A. Deskripsi Area Studi Secara Umum................................................... 20 B. Ekologi Hewan di Area Studi............................................................. 21 C. Ekologi Tumbuhan di Area Studi....................................................... 21 D. Ekologi Perairan di Area Studi........................................................... 23

    Bab IV Penutup

    A. Kesimpulan......................................................................................... 27 B. Saran ................................................................................................... 27

    Daftar Pustaka .................................................................................................... 28

    Lampiran ............................................................................................................. 29

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 4

    DAFTAR TABEL

    Tabel halaman

    2.1. Data hasil pencacahan vegetasi pohon menggunakan metode jarak ........... 15

    2.2. Rangkuman data pencacahan vegetasi pohon menggunakan metode

    jarak pada lima titik pengamatan ................................................................. 15

    2.3. Perhitungan K dan KR (cara I) .................................................................... 16

    2.4. Perhitungan K dan KR (cara II) ................................................................... 16

    2.5. Perhitungan F dan FR ................................................................................. 17

    2.6. Perhitungan D dan DR ................................................................................ 17

    2.7. Perhitungan nilai penting ............................................................................. 18

    3.1. Hasil Analisa Pengamatan Burung di Kawasan Taman Nasional Tesso

    Nilo .............................................................................................................. 20

    3.2. Hasil Analisis vegetasi strata pohon pada 12 titik pengamatan di

    kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau ................................... 21

    3.3. Hasil pengukuran faktor fisika kimia lingkungan perairan Sungai

    Perbekalan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau ............ 23

    3.4. Hasil Analisis data pencuplikan plankton di Sungai Perbekalan

    kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau ................................... 24

    3.5. Hasil Analisis data pencuplikan benthos di Sungai Perbekalan

    kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau ................................... 25

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 5

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran halaman

    1. Fenologi vegetasi Hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo .................. 29

    2. Jejak Hewan yang terdapat di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo .............. 31

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 6

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Suatu sistem di bumi yang berkaitan dengan interaksi antara makhluk hidup

    dengan lingkunggannya dalam ekologi dikenal sebagai ekosistem bumi. ekosistem

    terjadi dengan adanya aliran energi dan daur biogeokimia. Adanya perbedaan

    lokasi geografis, ketinggian, iklim, sumberdaya, kondisi lingkungan mikro dan

    habitatnya menyebabkan terjadinya keanekaragaman yang sangat tinggi di bumi.

    Secara alami ekosistem bersifat seimbang, namun dengan adanya gangguan

    pada komponen biotik dan abiotik dapat mengganggu keseimbangan ekosistem

    tersebut. Gangguan pada suatu ekosistem sering mengakibatkan kepunahan

    berbagai jenis makhluk hidup sehingga menurunkan keanekaragamannya.

    Manusia sebagai makhluk hidup yang paling sempurna berpotensi terhadap

    kesejahteraan suatu ekosistem. Pemanfaatan alam dengan menjaga kelestariannya

    merupakan potensi baik yang dapat dilakukan manusia, namun potensi buruk

    yang juga dapat dilakukan seperti melakukan eksploitasi alam tanpa

    mempedulikan dampaknya terhadap kerusakan lingkungan. Kerusakan

    lingkungan menyebabkan gangguan pada ekosistem yang mempengaruhi

    kehidupan, termasuk kehidupan manusia itu sendiri.

    Ekologi merupakan mata kuliah yang mengkaji interaksi (hubungan timbal

    balik) antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Seiring dengan

    berkembangnya ilmu pengetahuan, ekologi menjadi disiplin ilmu yang dibutuhkan

    karena erat kaitannya dengan perubahan ekosistem yang sangat menurun

    signifikan dan berdampak buruk baik bagi manusia maupun makhluk hidup

    lainnya yang ada di bumi.

    Meningkatnya populasi manusia maka berdampak pula pada peningkatan

    sarana dan prasarana kehidupan seperti perluasan pemukiman, jalan-jalan raya,

    industri, pembukaan dan perusakan hutan untuk berbagai kepentingan lain,

    berbagai produk yang mencemari kualitas lingkungan serta isu global dan bencana

    alam. Oleh karena itu, dengan ekologi dapat membangkitkan pemahaman dan

    kesadaran manusia untuk memelihara alam agar tetap asri dan lestari. Sehubungan

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 7

    dengan upaya pentingnya meningkatkan pemahaman dan kesadaran mahasiswa

    tentang keseimbangan dan keanekaragaman ekosistem alami, keanekaragaman

    hayati serta kemampuan melalukan pengamatan keberadaan satwa dan analisis

    vegetasi, maka perlu dilakukan Kuliah Lapangan Ekologi. Kegiatan ini

    memberikan pengalaman langsung di alam hal melakukan eksplorasi dan

    observasi ekosistem, keanekaragaman hayati, pengumpulan dan analisis data

    lapangan untuk bahan kajian ekologis, serta kajian umum tentang struktur dan

    fungsi ekosistem.

    Alam merupakan laboratorium yang sangat baik dan lengkap, maka

    pengetahuan keanekaragaman persebaran dan kelimpahan hewan, tumbuhan dan

    interaksi dengan lingkungannya akan lebih bermakna jika disertai dengan

    pengamatan secara langsung. oleh karena itu, Kuliah Lapangan merupakan

    wahana mahasiswa untuk memperdalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor

    serta dapat melakukan perivikasi berbagai teori dalam ekologi.

    Kegiatan Kuliah Lapangan Ekologi 2015 ini dilakukan di kawasan hutan

    Taman Nasional Tesso Nilo yang berada di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.

    Taman Nasional Tesso Nilo merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah

    terluas di Pulau Sumatera. Selain itu, di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo

    terdapat keanekaragaman flora dan fauna yang cukup tinggi.

    B. TUJUAN PRAKTIKUM

    1. Memberikan pengalaman dalam melakukan pengamatan mengenai

    ekosistem hutan primer sehingga mahasiswa lebih memahami teori tentang

    ekosistem dan keanekaragaman hayatinya.

    2. Mengenal habitat, struktur komunitas, spesies endemik serta langka di

    kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan Provinsi

    Riau

    3. Melakukan analisis vegetasi, inventarisasi jenis-jenis flora sehubungan

    dengan keberadaan berbagai hewan serta kondisi habitatnya.

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 8

    BAB II

    BAHAN DAN METODE

    A. ALAT DAN BAHAN

    Ekologi tumbuhan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan palam pengamatan ini adalah

    a) Alat tulis

    b) Kertas koran

    c) Kompas

    d) Label gantung

    e) Label tempel

    f) Lembar data

    g) Meteran

    h) Pancang

    i) Parang

    j) Plastik

    k) Press herbarium

    l) Tali plastik

    m) Termometer

    Ekologi perairan

    Pencuplikan

    a) plankton net

    b) eckman grab

    c) botol koleksi

    d) plastik sampel

    e) alkohol

    f) pipet tetes

    g) keping sechi

    h) bola pimpong

    i) benang/tali

    j) termometer Hg

    k) indikator pH

    l) alat tulis

    Identifikasi

    a) hasil pencuplikan biota hewan

    (plankton dan benthos)

    b) saringan benthos

    c) air

    d) botol koleksi

    e) mikroskop

    f) lup

    g) object glass

    h) cover glass

    i) pipet tetes

    j) buku identifikasi plankton dan

    benthos

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 9

    B. PROSEDUR KERJA

    Ekologi Hewan

    Hewan yang diamati dalam praktikum ini adalah burung. Pengamatan burung

    dilakukan dengan metoda Indices Point of Abundance (IPA) yang ditunjang

    dengan metoda distance. Pengumpulan data dengan metoda IPA dilakukan dengan

    membuat titik pengamatan stasioner sejumlah minimal 10 titik dalam satu jalur,

    dengan jarak antar titik 100 m. Pengamatan di setiap titik dilakukan selama 15

    menit, pencatatan dilakukan terhadap burung yang terlihat maupun terdengar dan

    data yang dicatat meliputi jenis burung dan jumlah individu.

    Ekologi Tumbuhan

    Pengamatan ini menggunakan metode quadran (Point Centre Quarter

    Methode), dengan prosedur kerja sebagai berikut :

    a) Pelajari dan kenalilah terlebih dahulu kawasan hutan yang akan diamati

    melaalui survey / observasi awal, peta lokasi dan / atau peta topografi

    yang tersedia atau informasi dari petugas dan penduduk setempat yang

    mengenali kawasan hutan tersebut.

    b) Tentukan lokasi pengamatan dan arah jalur pengamatan ( transek )

    menggunakan kompas. Transek dibuat tegak lurus memotong garis

    kontur yaitu gradien perubahan lingkunganyang nyata pada permukaan

    bumi.

    c) Tentukan titik pengamatan pertama pada jarak minimal 10 m dari tepi

    hutan. Pada titik pengamatan tersebut dibuat garis tegak lurus terhadap

    arah transek sehingga membagi daerah pengamatan menjadi empat

    bagian (quadran).

    d) Pada setiap quadran dilakukan pengamatan, pengukuran dan pencatatan

    terhadap sattu individu (satu batang) pohon yang mempunyai dimeter

    lebih dari 10 cm atau keliling batang setinggi dada adalah 30 cm yang

    terletak paling dekat dengan titik pengamatan, meliputi,

    1) Jarak pohon ke titik pengamatan

    Ukur jarak pohon terdekat ke titik pengamatan, tuliskan data hasil

    pengukuran pada tabelyang disediakan.

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 10

    2) Nama jenis (spesies), nama lokal atau nomor/ kode sample

    Tuliskan nama jens pohon pada tabel yang telah disediakan

    Apabila nama jenis belum diketahui, diambilsample beberaapa

    ranting sepanjang kurang lebih dari 30 cm beserta 3 6 helai daun

    yang masih melekat. Apabila terdapat bunga dan buah yang terlalu

    besar,cukupdiambil ranting berdaun yang masih utuh,sedangkan

    bunga dan buah yang berukuran besar dan tebal dapat dikoleksi dan

    dibuat awetan buah.

    Pada spesimen diikatkan tabel gantung yang ditulis dengan

    nomor/ kode sample yang saama dengan nomor sample yang ada

    padaa tabel lembar data.

    Untuk setiap pohon usahakan dibuat lebih dari satu spesimen

    Spesimen disimpan sementara didalam kantong plastik besar dan

    diiikat untuk menghindari penguapan air yang berlebihan

    Spesimen yang terkumpul dibuat herbarium kering setelah sampai

    di base camp, untuk selanjutnya diidentifikasi di laboratorium

    untuk mengetahui nama jenis / nama ilmiahnya.

    3) Diameter batang setinggi dada atau keliling batang setinggi

    dada,diukur keliling batang pada posisi setinggi dada atau pada

    keyinggian kurang lebih 130 cm darri permukaan tanah, bagi batang

    yang mempunnyai akar tunjang atau akar banir, keliling batang diukur

    pada posisi sekitar 30 cm diatas paapan banir atau akar tunjang

    terakhir.

    4) Perkirakan tinggi pohon dari permukaan tanah hingga tajuk tertinggi.

    5) Perkirakan tinggi batang bebas cabang, yaitu tinggi pohon sampai

    cabang tersendah.

    6) Fenologi, yaitu penampakan tumbuhan pada saat pengamatan (sedang

    berbunga,berbuah,berdaun muda, atau menggugurkan daun)

    e. Lakukan pengamatan pada titik sampling ke dua, ke tiga, dst dengan cara

    yang sama seperti pada titik pengamatan pertama ke titik kedua dst

    dengan jarak minimal 20 m.

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 11

    f. Catat data hasil pengamatan pada tabel data, selanjutnya data dianalisis

    untuk mengetahui/menghitung nilai masingmasing parameter,

    kerapatan, kerapatan relatif, dominansi dominansi relatif, frekuensi,

    frekuensi relatif,nilai penting dan indeks keanekaraman.

    Ekologi Perairan

    Pengukuran faktor fisika kimia lingkungan meliputi pengukuran suhu dengan

    menggunakan termometer Hg, pengukuran kecerahan dengan menggunakan

    keping sechi, pengukuran pH dengan menggunakan indikator pH, pengukuran

    oksigen terlarut dengan titrasi winkler dan pengukuran kecepatan arus dengan

    menggunakan bola pimpong yang telah diikat benang.

    Pencuplikan plankton menggunakan plankton net dapat dilakukan dengan cara

    sebagai berikut: (1) Botol koleksi dipasangkan dengan erat ke bagian ujung

    kerucut jala plankton, (2) Dengan memegang ujung talinya, kerucut jala berikut

    botol dan lilitan tali dihimpun di sebelah dalam rangka logam. Seluruhnya

    dilemparkan atau dilepaskan dari seberang tepi kolam. Lalu talinya segera ditarik.

    Tarikan yang terlalu lambat akan menyebabkan jala itu tenggelam, sedangkan bila

    terlalu cepat akan meloncat-loncatkan ke luar permukaan, (3) Apabila tarikan

    sudah dilakukan, jala dibasuh agar semua organisme plantok masuk dalam botol

    koleksi, lakukan pembasuhan dengan mencelup-celupkan secara vertikal jala itu

    berkali-kali ke dalam air, tanpa melewati batas rangka logam dari mulut jala.

    Pencuplikan dengan tarikan vertikal dilakukan dengan menurunkan jala ke lapisan

    dalam yang dikehendaki dan kemudian ditarik ke atas secara perlahan-lahan, (4)

    Botol koleksi kemudian dilepaskan dari jala dan tetesi alkohol ke dalam botol

    koleksi sebagai pengawet, (5) Setelah ditutup rapat, botol koleksi diberi label, (6)

    Cuplikan planton yang sudah diberi alkohol dapat disimpan lama hingga waktu

    pengerjaan identifikasi, (7) Identifikasi plankton dilakukan di laboratorium

    dengan menggunakan mikroskop. Sebelum diidentifikasi, air yang berada didalam

    botol koleksi dikocok agar populasi plankton tersebar merata, kemudian sampel

    diambil dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 0,05 ml dari 25 ml secara acak

    agar kesempatan terambilnya plankton sama. Selanjutnya dilakukan pengamatan

    dengan mikroskop.

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 12

    Sedangkan pencuplikan benthos dengan menggunakan eckman grab adalah: (1)

    Eckman grab dibuka dengan hati-hati, sementara tali beserta logam pemacunya

    dipegang, pencuplik itu diturunkan secara vertikal ke dasar perairan dengan

    perlahan-lahan, (2) Setelah menyentuh dasar, logam pemacunya dilepas meluncur

    sepanjang jala yang terentang lurus. Logam itu akan menyebabkan kedua belahan

    pengeruk menutup dan substrat perairan berikut semua hewan benthos yang

    ditumpahkan ke dalam benjana atau kantong plastik. Kemudian, tetesi alkohol ke

    dalam kantong plastik yang telah berisi cuplikan tersebut, (3) Identifikasi benthos

    dilakukan dengan cara membilas sebagian demi sebagian isi kerukan tersebut

    dengan air sekaligus disaring. Semua hewan (sampai ukuran terkecil)

    dikumpulkan kedalam suatu wadah dan diberi label. Setelah hewan-hewan

    diidentifikasi dan dihitung akan didapatkan informasi kualitatif maupun

    kuantitatif (kerapatan) mengenai hewan-hewan benthos perairan yang diteliti.

    C. ANALISIS DATA

    Ekologi hewan

    Hasil pengamatan dinyatakan dalan satuan individu per luasan areal dengan

    perhitungan sebagai berikut :

    P = Z.A

    X.Y

    Dimana : P = dugaan populasi

    Z = jumlah individu satwa yang teramati

    A = luas areal yang terwakili

    X = panjang jalur

    Y = jarak terjauh yang masih dapat diamati dengan baik

    Hasil pengamatan dapat pula dinyatakan secara kualitatif berdasarkan

    frekwensi perjumpaan dan jumlah atau dugaan jumlah individu yang tercatat yaitu

    sering/banyak, sedang, jarang, sangat jarang, hampir tidak pernah dijumpai.

    Keanekaragaman satwa liar

    Analisis keanekaragaman dilakukan dengan menggunakan indeks

    keanekaragaman jenis Shannon-Wiener dengan formula sebagai berikut :

    H = - pi ln pi

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 13

    Dimana : H = indeks keanekaragaman jenis

    Pi = ni/N

    Ni = jumlah individu dari jenis ke-i

    N = jumlah total individu dari semua jenis

    Kelimpahan relatif jenis burung

    Hasil pengamatan jenis burung dengan menggunakan metode IPA dinyatakan

    dalam bentuk kelimpahan relatif dengan rumus :

    KR = Ni

    N

    Dimana : KR = kelimpahan relatif

    Ni = jumlah individu jenis ke-i

    N = jumlah individu seluruh jenis

    Kualitas habitat

    Untuk mengetahui kualitas habitat satwa liar dilakukan pengamatan secara

    kualitatif terhadap komponen-komponen habitat (vegetasi sebagai cover dan

    sumber pakan, sumber air, keberadaan predator dan lain-lain) selanjutnya

    dilakukan analisis kepustakaan.

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 14

    Ekologi tumbuhan

    Tabel dibawah ini merupakan contoh data hasil pencacahan vegetasi pohon

    menggunakan metode jarak POINT CENTER QUARTER METHODS pada

    lima titik pengamatan

    Tabel 2.1. Data hasil pencacahan vegetasi pohon menggunakan metode jarak

    PC Q Spesies d(m) D(cm) BA(cm2)

    1 Dipterocarpus sp 2,7 40 1256,00

    1 2 Quercus sp 3,1 38 1133,54

    3 Shorea sp 2,1 85 5671,63

    4 Quercus sp 2,0 37 1074,67

    1 Quercus sp 1,5 65 3316,63

    2 2 Eugenia sp 1,3 70 3846,50

    3 Dipterocarpus sp 3,1 90 6358,50

    4 Quercus sp 2,4 80 5024,00

    1 Alstonia sp 3,7 67 3523,87

    3 2 Dipterocarpus sp 3,0 97 7386,07

    3 Shorea sp 1,0 81 5150,39

    4 Shorea sp 0,5 46 1661,06

    1 Quercus sp 0,7 37 1074,67

    4 2 Dipterocarpus sp 1,3 88 6079,04

    3 Shorea sp 2,3 94 6936,26

    4 Eugenia sp 1,6 39 1193,99

    1 Shorea sp 1,5 71 3957,19

    5 2 Dipterocarpus sp 2,3 61 2920,99

    3 Dipterocarpus sp 1,5 97 7386,07

    4 Shorea sp 0,7 48 1808,64

    Jumlah 38,30 1331,0 76759,66

    Rata-rata 1,92 66,55 3837,98

    Tabel 2.2. Rangkuman data pencacahan vegetasi pohon menggunakan metode

    jarak pada lima titik pengamatan

    No Jenis Jlh Ind Jlh TP Jlh BA

    (cm2)

    Rerata BA

    1 Dipterocarpus sp 6 5 31386,66 5231,11

    2 Quercus sp 5 3 11623,50 2324,70

    3 Shorea sp 6 4 25185,16 4197,53

    4 Eugenia sp 2 2 5040,49 2520,24

    5 Alstonia sp 1 1 3523,87 3523,87

    Jumlah 20 76759,66

    Rata-rata 3837,98

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 15

    Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai masing-masing parameter

    adalah sebagai berikut :

    1. Rata-rata jarak (d) = 38,30/20= 1,92 m

    2. Kerapatan total seluruh jenis (densitas mutlak) :

    Unit area/(d)2= 10.000/(1,92)

    2 = 2726,86 pohon/ha

    3. Menghitung K dan KR masing-masing jenis :

    (ada dua cara)

    KR = jumlah individu suatu jenis

    jumlah individu seluruh jenis

    K = KR suatu jenis

    100

    Tabel 2.3. Perhitungan K dan KR (cara I)

    Jenis KR(%) K (pohon/ha)

    Dipterocarpus sp 6/20x100 = 30% 30/100x2726,86 = 818,06

    Quercus sp 5/20x100 = 25% 25/100x2726,86 = 681,71

    Shorea sp 6/20x100 = 30% 30/100x2726,86 = 818,06

    Eugenia sp 2/20x100 = 10% 10/100x2726,86 = 272,69

    Alstonia sp 1/20x100 = 5% 5/100x2726,86 = 136,34

    Jumlah = 100% = 2726,86

    Cara lain menghitung K dan KR masing-masing jenis :

    K = jumlah individu dalam kuarter

    jumlah kuarter

    KR = K suatu jenis

    K seluruh jenis

    Tabel 2.4. Perhitungan K dan KR (cara II)

    Jenis KR(%) K (pohon/ha)

    Dipterocarpus sp 30/100x2726,86 = 818,06 818,06/2726,86x100=30%

    Quercus sp 25/100x2726,86 = 681,71 681,71/2726,86x100=25%

    Shorea sp 30/100x2726,86 = 818,06 818,06/2726,86x100=30%

    Eugenia sp 10/100x2726,86 = 272,69 272,69/2726,86x100=10%

    Alstonia sp 5/100x2726,86 = 136,34 136,34/2726,86x100 = 5%

    Jumlah = 2726,86 = 100%

    Catatan :

    Faktor koreksi untuk menghitung densitas (kerapatan) :

    Metode individu terdekat

    Metode tetangga terdekat

    x K total seluruh jenis

    x 100

    x 100

    x K total seluruh jenis

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 16

    Metode pasangan acak

    Metode kuadran

    4. Menghitung F dan FR masing-masing jenis F = jenis titik pengamatan yang ditempati suatu jenis

    Jumlah seluruh titik pengamatan

    FR = F suatu jenis

    F seluruh jenis

    Tabel 2.5. Perhitungan F dan FR

    Jenis F (%) FR (%)

    Dipterocarpus sp 5/5x100% = 100% 100/300x100%=33,333%

    Quercus sp 3/5x100% = 60% 60/300x100% =20,000%

    Shorea sp 4/5x100% = 80% 80/300x100% =26,667%

    Eugenia sp 2/5x100% = 40% 40/300x100%=13,333%

    Alstonia sp 1/5x100% = 20% 20/300x100% = 6,667%

    Jumlah = 300 = 100%

    5. Menghitung D dan DR masing-masing jenis D = kerapatan suatu jenis x rata-rata Basal Area

    DR = D suatu jenis

    D seluruh jenis

    Tabel 2.6. Perhitungan D dan DR

    Jenis D (m2/ha) DR (%)

    Dipterocarpus sp 818,06x5231,11= 427,93 40,89%

    Quercus sp 681,71x2324,70= 158,48 15,14%

    Shorea sp 818,06x4197,53= 343,38 32,81%

    Eugenia sp 272,69x2520,24= 68,72 6,57%

    Alstonia sp 136,34x3523,87= 48,05 4,59%

    Jumlah = 300 = 100%

    x 100

    x 100

    x 100

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 17

    6. Menghitung Nilai Penting masing-masing jenis NP = KR + FR + DR

    Tabel 2.7. Perhitungan nilai penting

    No Jenis FR

    (%)

    KR

    (%)

    DR

    (%) NP

    pi ln

    pi

    1 Dipterocarpus sp 33,33 30,00 40,89 104,22 -0,37

    2 Quercus sp 20,00 25,00 15,14 60,14 -0,32

    3 Shorea sp 26,67 30,00 32,81 89,48 -0,36

    4 Eugenia sp 13,33 10,00 6,57 29,90 -0,23

    5 Alstonia sp 6,67 5,00 4,59 16,26 -0,16

    Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00 -1,44

    Indeks keanekaragaman (H) 1,44

    Ekologi perairan

    Kelimpahan

    Kelimpahan plankton dapat dihitung berdasarkan rumus Sachlan (1980)

    dengan rumus sebagai berikut: F = NWPVi

    Vo

    L

    T

    11

    Dimana, T = Luas cover glass (484 mm2)

    L = Luas laang pandang mikroskop (2,4 mm2)

    Vo = Volume air yang tersaring dalam bucket (25 ml)

    Vi = Volume 1 tetes air sampel (0,05 ml)

    W = Volume air yang disaring (10 liter)

    N = Jumlah plankton diseluruh lapang padang.

    P = Jumlah lapang pandang yang diamati (10 kali).

    Untuk menentukan kualitas lingkungan perairan berdasarkan indeks

    kelimpahan plankton digunakan kriteria pencemaran sebagai berikut

    (Goldman dalam Ahmadi, 2008):

    Kelimpahan < 104

    sel/1 : Kesuburan rendah

    Kelimpahan 104-10

    7 sel/1 : Kesuburan sedang

    Kelimpahan 107sel/1 : Kesuburan tinggi

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 18

    Keanekaragaman jenis

    Untuk melihat keanekaragaman jenis fitoplankton digunakan indeks

    keanekaragaman Shannon Winner (H) (dalam Odum,1993) dengan rumus

    sebagai berikut : H' = -

    s

    i

    piLnpi1

    Dimana : H' = Indeks keanekaragaman jenis

    Pi = ni/N

    Ni = Jumlah individu dalam setiap jenis

    N = Jumlah total individu.

    Untuk menentukan kualitas lingkungan perairan berdasarkan

    keanekaragaman fitoplankton digunakan kriteria pencemaran perairan sebagai

    berikut :

    H' =

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 19

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. DESKRIPSI AREA STUDI SECARA UMUM

    Tesso Nilo merupakan salah satu kawasan hutan alam yang masih terdapat di

    Provinsi Riau. Sebagian dari Kawasan Hutan Produksi Terbatas di kelompok

    hutan Tesso Nilo ditetapkan sebagai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)

    berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 255/Menhut-II/2004

    tanggal 19 Juli 2004 dengan luas 38.576 ha. Lokasi mempunyai ketinggian 50-

    175m dpl dengan topografi datar, landai, bergelombang dan berbukit. Kawasan ini

    memiliki tipe iklim sangat basah dengan jumlah curah hujan tahunan 2.000-3.000

    mm. Menurut hasil penelitian Pisat Penelitian Biologi-LIPI & WWF Indonesia

    (2003) berdasarkan tipe vegetasinya termasuk hutan hujan tropis dataran rendah

    (Nursal, dkk., 2005)

    Keberadaan Taman Nasional Tesso Nilo sebagai salah satu kawasan

    pelestarian alam yang terdapat di Riau mempunyai peranan ekologi yang penting

    bagi kelestarian flora dan fauna yang terdapat di daerah ini. Salah satu jenis satwa

    yang masih terdapat di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo yang dilindungi

    berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1999 adalah gajah sumatera

    (Elephas maximus sumatranus Temminck). Menurut Qomar, dkk. (2004), di

    kawasan TNTN gajah ternyata lebih banyak dijumpai kawasan hutan mosaik,

    yaitu kawasan hutan dengan tutupan tajuk hutan 30-40%.

    Hasil penelitian tentang struktur komunitas pohon pada dua tipe vegetasi hutan

    di kawasan Tesso Nilo Riau (Nursal, dkk., 2005) diketahui bahwa pada hutan

    yang terfragmentasi dengan kerapatan tajuk hutan (th) 60% terdapat sebanyak

    176 jenis pohon dengan kerapatan 244,1 pohon/ha, dan dominansi berdasarkan

    Basal Area 26,15 m2/ha. Pada hutan mosaik dengan kerapatan tajuk hutan 30-40%

    terdapat 151 jenis pohon dengan kerapatan 169,2 pohon/ha, dan dominansi 16,22

    m2/ha.

    Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo memiliki dua sungai yaitu Sungai

    Tesso dan Sungai Nilo. Selain itu, kawasan tersebut juga memiliki anak sungai

    yang salah satunya adalah Sungai Perbekalan. Sungai Perbekalan memiliki

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 20

    kedalaman 2 meter dengan kondisi air sungai berwarna merah kekuningan dan

    substrat pada dasar sungai ini secara keseluruhan adalah pasir berlumpur serta

    terdapat serasah.

    B. EKOLOGI HEWAN DI AREA STUDI

    Hewan yang diamati di kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo adalah

    jenis burung (aves). Pengamatan lokasi pengamatan burung ini dilakukan sama

    dengan titik sampling vegetasi dengan teknik purposif random sampling yaitu

    mempertimbangkan tipologi ekosistem dan kondisi vegetasi. Ekosistem dan

    vegetasi akan memberikan karakteristik pada habitat burung. Adapaun hasil

    analisa pengamatan burung di Taman Nasional Tesso Nilo dapat dilihat pada

    Tabel 3.1. berikut.

    Tabel 3.1. Hasil Analisa Pengamatan Burung di Kawasan Taman Nasional Tesso

    Nilo

    Parameter Stasiun

    Total I II III IV V VI VII VIII

    Jumlah () 14 6 6 12 10 6 13 8 75

    Dugaan populasi (P) 21 9 9 18 15 9 19,5 12 112,50

    Kelimpahan relatif (KR) 0,19 0,08 0,08 0,16 0,13 0,08 0,17 0,11 1

    Indeks keanekaragaman (H') 0,31 0,20 0,20 0,29 0,27 0,20 0,30 0,24 2,02

    Berdasarkan Tabel 3.1., pengamatan jumlah spesies burung yang diperoleh

    paling tinggi terdapat pada stasiun I sebesar 14 individu, sedangkan spesies

    burung yang paling rendah terdapat pada stasiun II, III, dan VI masing-masing

    sebesar 6 individu. Secara umum, jumlah individu burung pada masing-masing

    stasiun berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan perbedaan vegetasi, sumber pakan

    burung, sumber air, keberadaan predator pada masing-masing stasiun.

    Indeks keanekaragaman burung yang diperoleh di kawasan Taman Nasional

    Tesso Nilo adalah sebesar 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman

    burung di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo termasuk dalam kategori sedang.

    C. EKOLOGI TUMBUHAN DI AREA STUDI

    Hutan Hujan Tropis (Tropical rain forest) dikenal sebagai bioma yang

    mempunyai keanekaragaman vegetasi paling tinggi dibandingkan dengan bioma

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 21

    lainnya di permukaan bumi. Tingginya keanekaragaman vegetasi di hutan hujan

    tropis ditunjang oleh kesesuaian iklim dan tanah yang memungkinkan tumbuhan

    dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di sepanjang tahun. Hasil analisis

    vegetasi di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dapat dilihat pada Tabel 3.2.

    berikut.

    Tabel 3.2. Hasil Analisis vegetasi strata pohon pada 12 titik pengamatan di

    kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau

    No Spesies FR (%) KR (%) DR(%) NP pi ln pi

    1 Medang (Litsea frima Hook f) 7,69 8,33 7,50 23,53 -0,20

    2 Pasir-pasir (Stemonurus

    scorpiodes) 2,56 2,08 2,23 6,88 -0,09

    3 Spesies A 2,56 2,08 1,21 5,86 -0,08

    4 Spesies B 2,56 2,08 0,93 5,57 -0,07

    5 Spesies C 2,56 2,08 0,41 5,06 -0,07

    6 Spesies D 2,56 2,08 26,38 31,03 -0,23

    7 Mahang (Macaranga hosel) 7,69 14,58 3,51 25,78 -0,21

    8 Spesies E 2,56 2,08 0,28 4,93 -0,07

    9 Spesies F 2,56 2,08 1,27 5,91 -0,08

    10 Spesies G 2,56 2,08 0,75 5,40 -0,07

    11 Spesies H 2,56 2,08 3,83 8,48 -0,10

    12 Spesies I 2,56 2,08 0,65 5,30 -0,07

    13 Spesies J 2,56 2,08 0,30 4,95 -0,07

    14 Spesies K 2,56 2,08 1,10 5,75 -0,08

    15 Spesies L 2,56 2,08 3,90 8,55 -0,10

    16 Terpis (Polyalthia hypoleuca) 2,56 2,08 1,89 6,54 -0,08

    17 Spesies M 2,56 2,08 0,40 5,05 -0,07

    18 Kempas (Koompassia

    malaccensis) 2,56 2,08 1,06 5,71 -0,08

    19 Spesies N 2,56 2,08 3,97 8,62 -0,10

    20 Spesies O 2,56 2,08 1,17 5,82 -0,08

    21 Spesies P 2,56 2,08 19,49 24,14 -0,20

    22 Spesies Q 2,56 2,08 0,27 4,91 -0,07

    23 Marpoyan (Rodhamnia

    cenerea) 2,56 2,08 1,75 6,40 -0,08

    24 Spesies R 2,56 2,08 0,83 5,48 -0,07

    25 Spesies S 2,56 2,08 2,18 6,83 -0,09

    26 Spesies T 2,56 2,08 3,51 8,15 -0,10

    27 Spesies U 2,56 2,08 0,30 4,95 -0,07

    28 Spesies V 2,56 2,08 0,52 5,17 -0,07

    29 Spesies W 2,56 2,08 4,11 8,76 -0,10

    30 Spesies X 2,56 2,08 1,17 5,82 -0,08

    31 Bintagur (Calophyllum

    inophyllum) 2,56 2,08 0,28 4,93 -0,07

    32 Spesies Y 2,56 4,17 0,67 7,40 -0,09

    33 Spesies Z 2,56 2,08 0,27 4,91 -0,07

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 22

    34 Spesies ZA 2,56 2,08 0,34 4,99 -0,07

    35 Spesies ZB 2,56 8,33 1,55 12,45 -0,13

    Jumlah -3,34

    Indeks Keanekaragaman (H') 3,34

    Berdasarkan Tabel 3.2., terlihat bahwa indeks nilai penting tertinggi dari 12

    titik pengamatan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo adalah Spesies D

    dengan nilai 31,03%. Indeks nilai penting terendah dari 12 titik pengamatan di

    jumpai pada spesies Q dan spesies Z dengan nilai 4,91 %. Indeks keanekaragaman

    vegetasi strata pohon memiliki nilai 3,34. Hal ini menunjukkan bahwa indeks

    keanekaragaman vegetasi strata pohon di kawasan Hutan Tesso Nilo termasuk

    dalam kategori tinggi.

    Tergolong kategori tingginya nilai indeks keanekaragaman di kawasan hutan

    Taman Nasional Tesso Nilo disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya

    dikarenakan Hutan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo merupakan hutan

    hujan tropis dataran rendah. Selain itu, kawasan ini merupakan kawasan yang

    memiliki tipe iklim sangat basah dengan jumlah curah hujan tahunan 2.000-3.000

    mm. Hal ini akan berpengaruh terhadap derajat keasaman tanan dan kelembapan

    tanah, sehingga keanekaragaman vegetasi strata pohon yang ditemukan tergolong

    tinggi.

    D. EKOLOGI PERAIRAN DI AREA STUDI

    Pertumbuhan dan kelangsungan hidup makhluk hidup sangat dipengaruhi oleh

    faktor lingkungan. Keterkaitan faktor lingkungan baik fisika maupun kimia

    menentukan keberadaan kelompok biota akuatik, begitu juga sebaliknya. Faktor

    lingkungan yang mempengaruhi kehidupan biota akuaitk adalah kecerahan, suhu,

    oksigen terlarut, pH dan arus. Hasil pengukuran faktor fisika kimia lingkungan

    perairan Sungai Perbekalan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau

    yang telah dilakukan tersaji pada Tabel 3.3. berikut.

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 23

    Tabel 3.3. Hasil pengukuran faktor fisika kimia lingkungan perairan Sungai

    Perbekalan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau

    Parameter Stasiun

    I II III

    Kecerahan (cm) 78 78 52

    Suhu air (C) 25.8 26 25.8 DO (mg/L) 3.5 3.3 2.1

    pH 6 6 5

    Arus air (m/s) 4 2.2 2.7

    Berdasarkan Tabel 3.3., diperoleh nilai kecerahan pada Stasiun I sebesar 78

    cm, Stasiun II sebesar 78 cm dan Stasiun III sebesar 52 cm. Kecerahan pada

    Stasiun I dan Stasiun II memiliki nilai yang sama, namun pada Stasiun III

    memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan stasiun lainnya. Hal ini disebabkan

    oleh penetrasi cahaya matahari yang kurang dan banyaknya zat-zat terlarut yang

    terdapat pada Stasiun III. Effendi (2003) menyatakan bahwa kecerahan perairan

    berlawanan dengan kekeruhan yang juga disebabkan adanya bahan organik dan

    anorganik baik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan anorganik dan

    organik yang berupa plankton dan mikrooganisme lainnya. Tingginya tingkat

    kekeruhan di perairan dapat mengakibatkan terganggunya sistem pernafasan dan

    daya lihat organisme akuatik dan dapat menghambat penerasi cahaya ke dalam

    air.

    Suhu pada Stasiun I sebesar 25,80C, Stasiun II sebesar 26

    0C dan Stasiun III

    sebesar 25,80C. Secara keseluruhan, suhu di perairan Sungai Perbekalan ini relatif

    sama dan tergolong optimum karena sesuai dengan kriteria suhu optimum

    menurut Effendi (2003) yaitu sebesar 200C-30

    0C.

    Berkurangnya oksigen terlarut mengakibatkan masalah yang cukup serius pada

    kehidupan hewan makrobenthos (Odum, 1971). Kandungan oksigen terlarut yang

    optimum dalam suatu perairan yaitu lebih 5 mg/L (Kep. Men LH 51/2004). Hasil

    pengukuran kandungan oksigen terlarut pada Stasiun I sebesar 3,5 mg/L, Stasiun

    II sebesar 3,3 mg/L dan Stasiun III sebesar 2,1 mg/L. Secara keseluruhan, hasil

    pengukuran kandungan oksigen terlarut di Sungai Perbekalan ini tergolong tidak

    optimum dikarenakan memiliki kandungan oksigen terlarut dibawah 5 mg/L.

    Derajat keasaman (pH) merupakan suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen.

    Nilai pH berkisar mulai dari angka 0 hingga 14, nilai 7 menunjukkan kondisi

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 24

    bersifat netral. Nilai pH di bawah 7 menunjukkan kondisi bersifat asam dan nilai

    di atas 7 bersifat basa (Boyd, 1991). Nilai pH yang diperoleh pada percobaan ini

    berada dibawah 7, sehingga perairan ini dapat dinyatakan bersifat asam.

    Kecepatan arus setiap aliran sungai berbeda-beda. Hal ini dikarenakan kondisi

    fisik dan lokasi sungai yang berbeda. Hasil pengukuran arus air dari yang tertinggi

    yaitu pada Stasiun I sebesar 4 m/s, Stasiun III sebesar 2,7 m/s dan Stasiun II

    sebesar 2,2 m/s.

    Secara keseluruhan, berdasarkan pengukuran faktor fisika kimia lingkungan

    yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi perairan tergolong tidak optimum.

    Faktor fisika kimia lingkungan akan mempengaruhi keberadaan biota hewan

    termasuk plankton dan benthos. Pada Tabel 3.4. dapat dilihat hasil analisis

    pencuplikan plankton.

    Tabel 3.4. Hasil Analisis data pencuplikan plankton di Sungai Perbekalan

    kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau

    Parameter Stasiun

    I II III

    Jumlah () 400 362 291

    Komposisi Jenis (Pi) 0,38 0,34 0,27

    Kelimpahan (F) 403,33 365,01 292,41

    Indeks Keanekaragaman (H) 0,36 0,36 0,35

    Dominansi Jenis (C) 0,14 0,11 0,07

    Berdasarkan Tabel 3.4., jumlah plankton dari yang tertinggi yang diperoleh di

    Sungai Perbekalan berturut-turut adalah Stasiun I sebesar 400 ind, Stasiun II

    sebesar 363 ind dan Stasiun III 291 ind. Kelimpahan plankton tertinggi berturut-

    turut pada pengambilan sampel yaitu pada Stasiun I dengan kelimpahan

    511.233,45 ind/L, Stasiun II sebesar 437.623,9 ind/L, dan Stasiun III sebesar

    299.479,95 ind/L.

    Indeks keanekaragaman pada Stasiun I dan Stasiun II memiliki nilai yang

    relatif sama yaitu 0,36, pada Stasiun III juga memiliki nilai indeks

    keanekaragaman sebesar 0,35 yang tidak berbeda signifikan dengan stasiun

    lainnya. Secara keseluruhan, masing-masing stasiun menunjukkan indeks

    keanekaragaman kurang dari 1. Nilai indeks keanekaragaman yang kurang dari 1

    menunjukkan kondisi komunitas plankton yang terdapat di perairan tersebut

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 25

    dalam komunitas rendah. Rendahnya komunitas plankton ini dapat disebabkan

    oleh faktor lingkungan yang tidak mendukung, seperti tingginya bahan organik di

    perairan yang berasal dari serasah. Nilai dominansi jenis plankton di Sungai

    Perbekalan berkisar antara 0-0,5. Hal ini menunjukkan bahwa di perairan tersebut

    tidak terdapat jenis plankton yang mendominasi.

    Selain plankton, keberadaan benthos juga dapat dijadikan sebagai indikator

    pencemaran perairan. Hasil analisis pencuplikan benthos dapat dilihat pada Tabel

    3.5. berikut ini.

    Tabel 3.5. Hasil Analisis data pencuplikan benthos di Sungai Perbekalan

    kawasan Taman Nasional Tesso Nilo Provinsi Riau

    Parameter Stasiun

    I II III

    Jumlah () 10 4 13

    Komposisi Jenis (Pi) 0,37 0,14 0,48

    Kepadatan (K) 444,44 177,77 577,77

    Indeks Keanekaragaman (H) 0,36 0,28 0,35

    Dominansi Jenis (C) 0,13 0,02 0,23

    Berdasarkan Tabel 3.5., jumlah benthos yang diperoleh pada Stasiun I sebesar

    10 spesies, Stasiun II sebesar 4 spesies dan Stasiun III sebesar 13 spesies. Hal ini

    menunjukkan bahwa pada Stasiun III memiliki jumlah spesies paling banyak.

    Komposisi jenis pada Stasiun I sebesar 0,37, Stasiun II sebesar 0,14 dan Stasiun

    III sebesar 0,48. Kepadatan benthos tertinggi berturut-turut pada pengambilan

    sampel yaitu pada Stasiun III, Stasiun I dan Stasiun II dengan kepadatan sebesar

    577,77 ind/m2, 444,44 ind/m

    2, 177,77 ind/m

    2.

    Indeks keanekaragaman tertinggi berturut-turut yaitu terdapat pada Stasiun I

    sebesar 0,36, Stasiun III sebesar 0,35 dan Stasiun II 0,28. Keseluruhan stasiun

    menunjukkan indeks keanekaragaman kurang dari 1. Sama halnya dengan indeks

    keanekaragaman plankton, indeks keanekaragaman benthos juga menunjukkan

    bahwa kondisi memiliki komunitas benthos di perairan tersebut tergolong rendah.

    Nilai dominansi jenis pada Stasiun I sebesar 0,13, Stasiun II sebesar 0,02 dan

    Stasiun III sebesar 0,23. Secara keseluruhan, nilai dominansi benthos berkisar

    antara 0-0,5. Hal ini menunjukkan bahwa di perairan tersebut tidak terdapat jenis

    benthos yang mendominasi. Kemerataan benthos dari nilai yang paling tinggi

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 26

    yaitu pada Stasiun II sebesar 0,20, Stasiun I sebesar 0,16 dan Stasiun III sebesar

    0,13.

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 27

    BAB IV

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil pengamatan di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, dapat

    disimpulkan bahwa keanekaragaman hewan (burung) yang terdapat di kawasan

    tersebut termasuk ke dalam kategori sedang. Hal ini didukung dengan hasil

    vegetasi strata pohon yang menunjukkan hasil keanekaragaman yang tinggi.

    Tingginya keanekaragaman di kawasan tersebut dapat menunjang kehidupan

    fauna-fauna yang terdapat di dalamnya. Selain itu, ekosistem perairan Sungai

    Perbekalan menunjukkan komunitas organisme akuatik yang rendah karena

    tingginya kadar organik yang terdapat di perairan.

    B. SARAN

    Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo ini disarankan agar dapat dikelola

    sebaik-baiknya dengan perencanaan matang oleh pihak pemerintah dan

    masyarakat agar dapat menjadi habitat alami dan sebagai perlindungan bagi flora

    dan fauna yang mulai sulit ditemukan di wilayah lain.

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 28

    DAFTAR PUSTAKA

    Boyd, C. E. 1991. Water Quality Management for Pond Fish Culture.

    Departement of Fish and Allied Aquaculture, Agricultur Experiment

    station Auburn University. Alabama

    Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber daya dan

    Lingkungan Perairan. Kanisius.Yogyakarta.

    Menteri Negara Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan

    Hidup Republik Indonesia Nomor 51/2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.

    Jakarta (ID): Kementerian Lingkungan Hidup.

    Nursal, Qomar, N., Muhammad, A. 2005. Struktur komunitas pohon dalam dua

    tipe vegetasi hutan di kawasan tesso nilo Riau. Jurnal Nature. 9(1): 48-51.

    Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company, Toronto.

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 29

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Fenologi vegetasi Hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 30

  • EKOLOGI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO PROVINSI RIAU | 31

    Lampiran 2. Jejak Hewan yang terdapat di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo