laporan distribusi( kf 1) - chandra

22
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I Judul : Distribusi Zat Terlarut antara Dua Pelarut yang Tidak Saling Campur Asisten : Juli Elmariza Nama : Chandra Wijaya NIM : H13110021 Kelompok : 3 (Tiga) Anggota : 1. Riska K 2. Sri Mulyati 3. Anita Imawati 4. Dwiyono 5. Fitri Anggrenistia 6. Sumarni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2011

Upload: chandra-cesc-wijaya

Post on 04-Aug-2015

839 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA I

Judul : Distribusi Zat Terlarut antara Dua Pelarut yang TidakSaling Campur

Asisten : Juli Elmariza

Nama : Chandra WijayaNIM : H13110021Kelompok : 3 (Tiga)Anggota : 1. Riska K

2. Sri Mulyati3. Anita Imawati4. Dwiyono5. Fitri Anggrenistia6. Sumarni

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK2011

Page 2: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena distribusi merupakan salah satu hal yang penting bagi seseorang

kimiawan, ditambah berbagai faktor yang mempengaruhi cabang ilmu tersebut. Lebih

khusus pengaruhnya terhadap distribusi zat terlarut pada dua pelarut yang tidak saling

campur. Contoh hal-hal yang termasuk di dalam koefisien partisi ialah kerja obat pada

tempat / organ target serta distribusi dan absorbsinya ke seluruh bagian tubuh sampai

memberikan efek terapeutik. Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu

perbandingan kelarutan suatu zat (sampel) di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak

saling bercampur, serta merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu.

Pada percobaan ini dilakukan penentuan harga konstanta distribusi dengan cara

mencampur dua zat yang bersifat saling bertolak belakang/tidak saling bercampur.

Dengan percobaan ini, diharapkan dapat mamahami kelarutan suatu zat dari dua pelarut

yang tidak saling campur.

1.2 Prinsip dan Aplikasi Percobaan

Penentuan konstanta distribusi berdasarkan pada perbandingan kelarutan suatu zat

dalam dua pelarut yang tidak saling campur yakni pelarut air dan pelarut organik. Ke

dalam dua pelarut yang tidak saling campur, ditambahkan suatu pelarut yang dapat larut

pada pelarut tersebut, maka pelarut tersebut akan terdistribusi atau terbagi antara kedua

lapisan zat cair dengan perbandingan tertentu. Lalu dilakukan penitrasian dari lapisan air

dengan larutan standar menggunakan indikator PP. Sehingga nanti akan diperoleh data

dan pada akhirnya diperoleh harga konstanta distribusi. Aplikasi distribusi zat terlarut,

yaitu pada sifat senyawa obat agar dapat melalui membran sel yang terdiri dari lipo

protein atau suatu lapisan hidrofil dan hidrofob.

1.3 Tujuan Percobaan

Mempelajari kelarutan suatu zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling campur dan

menentukan harga konstanta distribusinya.

Page 3: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan

Larutan adalah campuran homogen dari molekul atom ataupun ion dari dua zat

atau lebih. Dikatakan campuran karena susunannya dapat berubah-ubah dan dikatakan

homogen karena susunannya seragam sehinggabsulit diamati adanya bagian-bagian yang

berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Suatu larutan terdapat dua medium,

yaitu medium pelarut (cairan) dan zat terlarut yang mana kuantitas zat terlarut lebih kecil

daripada pelarut (Keenan, dkk, 1984).

Pada sebagian besar larutan terdapat batas tertentu tentang berapa zat terlarut yang

akan melarut dalam kuantitas pelarut tertentu pada suhu yang telah ditentukan. Kelarutan

zat terlarut adalah konsetrasi maksimum zat terlarut berlebih yang akan melarut. Para

kimiawan juga melakukan pembedaan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan

zat terlarut. Larutan yang mempunyai jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut,

pada suhu tertentu disebut larutan jenuh. Pada saat titik jenuh belum tercapai disebut

larutan tak jenuh dimana larutan ini mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan

pelarutnya. Ada juga larutan lewat jenuh yang mana zat terlarutnya lebih banyak

dibanding pelarutnya atau kemampuan untuk melarutkan (Goldberg, 2004; Chang, 2005).

Larutan juga dapat dibedakan menjadi larutan gas, larutan padatan, dan larutan

cairan. Larutan gas adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan satu gas dengan

gas lainnya. Dikarenakan semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap

campuran gas adalah homogen dan merupakan larutan. Larutan padatan adalah padatan-

padatan yang mana satu komponennya terdistribusi tak beraturan pada atom molekul dari

komponen lainnya. Larutan padatan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari yang

dikenal dengan nama alloy. Alloy dapat diartikan sebagai campuran dua unsur atau lebih

yang mempunyai sifat-sifat logam. Sebagai contoh baja yang merupakan alloy dari besi

atau karbon. Larutan cairan adalah larutan yang dibuat dengan melarutkan gas, cairan,

atau padatan dalam suatu cairan. Jika cairannya adalah air, maka larutan disebut larutan

berair (sastrohamidjojo, 2005; Bloomfield dan Karen, 2002; Tang, 1997).

Page 4: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

2.2 Hukum Distribusi

Hukum ditribusi atau partisi dapat dirumuskan, bila suatu zat terlarut terdistribusi

antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan

untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua

pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain.

Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan

temperatur (Shevla, 1990).

Distribusi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur menawarkan

banyak kemungkinan untuk pemisahan analitis. Bila suatu zat terlarut terbagi antara dua

cairan yang tidak dapat campur, ada suatu hubungan antara konsetrasi zat terlarut dalam

dua fasa pada kesetimbangan. Angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah

konstanta pada temperatur tertentu. KDA disebut koefisien distribusi dari spesies A,

dengan D adalah distribusi (Bassett, dkk, 1994; Day dan Underwood, 2001).

Perbandingan fraksi mol untuk larutan encer dapat diganti dengan perbandingan

konsentrasi. Jika C1 dan C2 adalah konsetrasi kesetimbangan zat dalam pelarut 1 dan 2,

persamaan kesetimbangan menjadi: = /dengan k adalah tetapan koefisien distribusi atau partisi. Angka banding / akan

mencapai nilai konstanta apabila zat terlarut memiliki massa molekul relatif yang sama

untuk kedua pelarut tersebut (Martin, 1993).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam larutan, yaitu

(Cammarata, 1995):

1. Temperatur

2. Kekuatan ion

3. Konstanta dielektrik

4. Katalis

5. Katalis Asam-Basa Spesifik

6. Cahaya energi

2.3 Titrasi

Titrasi adalah penentuan konsentrasi suatu larutan dimana volume dan konsetrasi

larutan yang sudah diketahui. Dalam penentuan kapan titrasi harus dihentikan dapat

digunakan suatu indikator, yaitu senyawa yang mempunyai satu warna berwarna dalam

Page 5: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

suatu larutan yang bersifat basa dan tidak berwarna dalam suatu larutan yang bersifat

asam, begitu juga sebaliknya (Goldberg, 2004).

Pada saat titrasi akan ditemukan dua titik yang sangat berperan, yaitu titik

ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen dapat dikatakan apabila jumlah pereaksi

secara kimiawi sama dengan yang telah ditambahkan kepada analit. Titik akhir dapat

ditentukan apabila indikator berubah warna. Perubahan warna pun bisa terjadi persis pada

titik ekuivalen, tetapi bisa juga tidak. Hasil yang diharapkan tentunya titik akhir sedekat

mungkin dengan titik ekuivalen (Day dan Underwood, 2001).

Page 6: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret 25 ml 2 buah, corong

pisah 250 ml 2 buah; 100 ml 1 buah, erlenmeyer 250 ml 1 buah; 100 ml 4 buah,

gelas kimia 100 ml 2 buah, labu ukur 250 ml 1 buah; 50 ml 2 buah, pipet ukur 10 ml

3 buah; 5 ml 1 buah, pipet volume 2 ml 1 buah, dan statif 2 buah.

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades, larutan asam

asetat, larutan asam oksalat, larutan NaOH standar, pelarut organik (eter), dan

indikator PP.

3.2 Analisis Bahan

3.2.1 Akuades (H2O)

Akuades merupakan senyawa yang dimurnikan dengan penyulingan sehingga

bebas dari garam terlarut dan senyawa lain. Air suling mempunyai konduktivitas

sebesar 0,8 x 10-6 slemens cm-1, massa jenis maksimal pada 40oC memiliki panas

jenis, t.b. 0oC, t.d. 100oC pada tekanan 1 atm. Berdaya hantar listrik buruk, tak

berwarna, tak berasa, tak berbau, dan sebagai pelarut universal (Kusuma, 1983).

3.2.2 Indikator PP (Fenolftalein) pH 8-9,6

Zat warna yang digunakan sebagai indikator asam-basa. Tidak berwarna

dibawah pH 8 dan berwarna merah di atas pH 9,6. Digunakan dalam titrasi yang

melibatkan asam lemah dan basa kuat, juga digunakan sebagai pencahar (Daintith,

1994).

3.2.3 Larutan Asam Asetat (CH3COOH)

Asam karboksilat berwujud cairan kental jernih atau padatan mengkilap,

dengan bau tajam khas cuka, t.l. 16,7oC, t.d. 118,5oC. Dibuat dengan mengoksidasi

etanol atau dengan mengoksidasi butana dengan bantuan mangan (II) atau kobalt

Page 7: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

(II) etanoat terlarut pada suhu 200oC. Digunakan dalam pembuatan anhidrrola

etanoat untuk menghasilkan etenil etanoat (untuk polivinil asetat). Dapat juga dibuat

dari hasil fermentasi alkohol, fermentasi bir atau cuka makan, anggur atau air

kelapa. Larutan ini apabila terkena terkena kulit akan menyebabkan gatal-gatal.

Cara menanggulanginya, yaitu dicuci dengan air dan menggunakan sabun (Daintith,

1994).

3.2.4 Larutan Asam Oksalat (C2H2O4)

Asam oksalat merupakan padatan kristal yang sedikit larut dalam air, asam

yang sangat kuat dan beracun. Senyawa ini ada dalam tumbuhan tertentu, daun

kelembak. Karena merupakan asam yang sangat kuat dan beracun hindari kontak

langsung, seperti langsung menghirup karena tidak bagus untuk pernapasan dan

dapat merusak paru-paru (Daintith, 1994).

3.2.5 Larutan NaOH Standar

Larutan bening tanpa warna, t.l. 318oC, t.d. 1390oC. Sifat-sifat sangat basa

dan digunakan dalam industri kimia, terutama untuk membuat sabun dan kertas.

Larutan NaOH sangat korosif terhadap tubuh dan terutama membahayakan mata

(Daintith, 1994).

3.2.6 Pelarut Organik (Eter)

Pelarut organik sebagian besar mempunyai berat jenis dan kekentalan tinggi,

maka menyebabkan sukarnya proses pemindahan solute dari fasa air ke fasa

organik. Untuk mempermudah proses tersebut kekentalan fasa organik harus

diturunkan dengan cara menambahkan pengencer organik. Salah satu pengencer

organik yang sering digunakan adalah kerosin. Eter adalah suatu senyawa organik

yang sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini

merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin (Daintith,

1994; Purwani, dkk, 2008)

3.3 Prosedur Percobaan

Mula-mula dibuat masing-masing larutan asam asetat dan asam oksalat dalam

beberapa konsentrasi yang berbeda. Diambil 20 ml salah satu konsentrasi asam,

dimasukkan dalam corong pisah lalu ditambahkan 20 ml pelarut organik nonpolar dan

Page 8: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

dikocok-kocok sampai terjadi kesetimbangan selama ±15 menit. Kemudian didiamkan

sehingga terjadi pemisahan antara pelarut air dan pelarut organik, setelah itu dilakukan

pemisahan. Diambil 5 ml dari lapisan air hasil pemisahan di atas dan titrasi dengan

larutan standar NaOH dengan menggunakan indikator fenolftalein (PP). Dilakukan duplo

kemudian dilakukan lagi tahapan diatas untuk konsetrasi asam yang berbeda, diamati

hasilnya.

3.4 Rangkaian Alat

Statif

Buret

Erlenmeyer

Gambar 1. Rangkaian Alat Titrasi

Statif Corong Pisah

Gambar 2. Rangkaian Alat Pemisahan Dua Pelarut

Page 9: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Larutan CH3COOH

Konsentrasi Volume NaOH yang diperlukan Perubahan Warna

0,5 M 17,1 ml Merah Muda

0,25 M 9,7 ml Merah Muda0,125 M 1 ml Merah Muda0,0625 M 2,3 ml Merah Muda

4.1.2 Larutan H2C2O4

Konsentrasi Volume NaOH yang diperlukan Perubahan Warna

0,5 M 47,7 ml Merah Muda

0,25 M 68,6 ml Merah Muda0,125 M 22,8 ml Merah Muda0,0625 M 10,8 ml Merah Muda

4.1.3 Standarisasi Larutan NaOH

Volume H2C2O4 Volume NaOH yang diperlukan Perubahan Warna

5 ml 48,2 ml Merah Muda

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Prosedur

Prinsip dari percobaan ini adalah menetukan konstanta distribusi berdasarkan

pada perbandingan kelarutan suatu zat dalam dua pelarut yang tidak saling campur,

dalam percobaan ini dilakukan dengan cara penambahan suatu zat terlarut yaitu

berupa asam asetat atau asam oksalat dengan variasi konsentrasi ke dalam dua

pelarut yang tidak saling campur, sehingga terjadi distribusi dari senyawa zat

terlarut ke dalam masing-masing pelarutyang sesuai dengan tingkat kepolarannya

hingga mencapai kesetimbangan dan selanjutnya dilakukan pemisahan antara

pelarut air dan pelarut organik. Setelah itu dilanjutkan dengan titrasi dengan larutan

standar NaOH.

Page 10: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

NaOH merupakan larutan standar dalam percobaan ini. Standarisasi

bertujuan mengetahui konsentrasi larutan standar sehingga konsentrasi larutan titran

dapat diketahui. Namun dalam percobaan ini tujuan standarisasi NaOH adalah

untuk memastikan konsentrasi larutannya karena NaOH bersifat higroskopis.

Prosedur standarisasi larutan primer telah sering dilakukan pada percobaan

sebelumnya, yaitu dengan menimbang sejumlah tertentu zat, kemudian dilarutkan

dengan sejumlah tertentu pelarut dan dihitung konsentrasinya. Adapun konsetrasi

larutan standar primer yang dipakai adalah 0,1 M.

Larutan standar dibagi menjadi dua, yaitu larutan standar primer dan larutan

standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang dibuat langsung

dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan

sampai diperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan standar sekunder adalah

larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat

kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat

distandarisasikan dengan larutan standar primer. Pada percobaan ini larutan NaOH

sebagai larutan standar primer karena menstandarisasi air sebagai larutan standar

sekunder.

Percobaan ini menggunakan air dan eter sebagai pelarut. Air merupakan

pelarut polar, sedangkan eter merupakan pelarut nonpolar, sehingga kedua pelarut

ini tidak akan saling bercampur. Sedangkan zat terlarut yang dipakai adalah asam

asetat dan asam oksalat.. Asam asetat dan asam oksalat merupakan dua asam lemah

yang bersifat semipolar. Apabila kedua asam lemah ini dilarutkan dalam pelarut

polar ataupun pelarut nonpolar, keduanya akan dapat terdistribusi pada pelarut yang

berbeda kepolaran.

Larutan yang akan dibandingkan, dimasukkan dalam corong pisah dengan

perbandingan volume yang sama. Ini bertujuan agar terjadi kesetimbangan dan zat

terlarut akan terdistribusi secara merata dalam larutan. Setelah dimasukkan dalam

corong pisah, larutan dikocok selama ± 15 menit agar terdistribusi secara sempurna,

kemudian didiamkan untuk memisahkan antara pelarut air dan eter. Setelah

beberapa menit larutan terpisah menjadi dua lapisan, air yang massa jenisnya lebih

besar berada pada lapisan bawah, sedangkan eter yang massa jenisnya lebih ringan

berada di atas.

Air yang berada di lapisan atas dipisahkan dan dititrasi dengan larutan standar

NaOH.Titrasi adalah penentuan konsentrasi suatu larutan dimana volume dan

Page 11: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

konsetrasi larutan yang sudah diketahui. Dalam penentuan kapan titrasi harus

dihentikan dapat digunakan suatu indikator, yaitu senyawa yang mempunyai satu

warna berwarna dalam suatu larutan yang bersifat basa dan tidak berwarna dalam

suatu larutan yang bersifat asam, begitu juga sebaliknya. Air dititrasi karena untuk

mengetahui seberapa besar konsentrasi zat terlarut zat terlarut yang ditambahkan

sebelumnya. Sebelum dititrasi, larutan standar sekunder ditambahkan indikator,

yaitu fenolftalein. Indikator Fenolftalein (PP) yang mempunyai rentang pH 8-9,6.

Penggunaan indikator ini dalam Daintitih, 1994, dikarenakan indikator tidak

berwarna di bawah pH 8 dan berwarna merah di atas pH 9,6 serta digunakan dalam

titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat. Pada percobaan ini titrasi yang

dilakukan melibatkan asam lemah dan basa kuat. Jadi indikator yang pantas

digunakan adalah indikator PP. Berikut struktur indikator PP dari tanpa warna

sampai berwarna:

larutan belum berubah warna larutan menjadi merah muda

saat terjadi perubahan warna inilah menandakan titik akhir titrasi dan terjadi

titik ekivalen, yaitu jumlah mol pentiter sama dengan jumlah mol titrat. Adapun reaksi

yang terjadi adalah: H C O . 2H O + 2NaOH → Na C O + 4HCH COOH + NaOH → CH COONa + H OSetelah proses titrasi ini selesai, asam asetat dan asam oksalat diencerkan dengan

berbagai konsentrasi dan dilanjutkan sesuai prosedur diatas untuk mengetahui

pengaruh konsentrasi terhadap konstanta distibusi.

4.2.2 Analisis Hasil

Hal yang pertama dilakukan adalah pembutan larutan NaOH.0,1 M. Larutan

ini dibuat dengan melarutkan 2 gram NaOH padatan dengan akuades dengan

volume 50 ml. Selanjutnya dibuat larutan CH3COOH dengan konsentrasi

bertingkat, yaitu 0,5 M, 0,25 M, 0,125 M, dan 0,0625 M. Langkah yang dilakukan

yaitu dengan membadingkan volume dan konsentrasi larutan. Sehingga didapat

Page 12: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

volume CH3COOH pekat sebesar 1,43 ml. Didapatlah volumenya masing-masing

25 ml untuk larutan pekat yang diencerkan.

Selanjutnya dibuat larutan H2C2O4 ∙ 2H2O dengan konsentrasi bertingkat, yaitu

0,5 M, 0,25 M, 0,125 M, dan 0,0625 M. Langkah yang dilakukan yaitu dengan

membandingkan massa dan konsentrasi larutan. Sehingga didapat massa H2C2O4 ∙

2H2O sebesar 3,15 gr. Didapatlah volumenya masing-masing 25 ml untuk larutan

pekat yang diencerkan dengan berbagai konsentrasi di atas.

Adapun konstanta distibusi diperoleh dengan membandingkan nilai

konsentrasi pelarut yaitu konsentrasi air dan eter. Pada CH3COOH, konstanta

distribusi rata-rata adalah 0,274, diperoleh dengan melarutkan zat terlarut dengan

empat konsentrasi yang berbeda. Sedangkan nilai konstanta distribusi rata-rata

untuk H2C2O4 adalah 0,144, diperoleh dengan cara yang sama, yaitu melarutkan zat

terlarut dengan empat konsentrasi yang berbeda.

Page 13: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Nilai konstanta distribusi sangat dipengaruhi oleh kelarutan dan konsentrasi zat

terlarut dalam pelarut yang tak saling campur. Adapun nilai konstanta distribusi larutan

CH3COOH yang diperoleh dalam percobaan ini adalah 0,274 dan nilai konstanta

distribusi larutan H2C2O4 adalah 0,144.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah pada praktikum selanjutnya dipakai pelarut tak

camcur yang lain dan percobaan hendaknya diduplo supaya tampak perbandingan hasil.

Page 14: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J.R.C., Danney, G.H., Jeffrey, 1994, “Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik”, Edisi

4, Alih Bahasa: Pudjaatmaka, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Bloomfield, V.A., dan Karen, E.S., 2002, “Assesing Accumulated Solvent Near a

Macromolecular Solute by Preferential Interaction Coefficients”, Biophysical

Journal, Vol. 82, 2876-2891, hal 2876.

Cammarata, S., 1995, “Farmasi Fisika”, UI-Press, Jakarta, hal 778, 779, 792.

Chang, R., 2005, “Kimia Dasar Konsep-konsep Inti”, Edisi 3, Jilid 2, Alih Bahasa: Muhamad

A.M, Ph.D, dkk., Erlangga, Jakarta

Daintith, J., 1994, “Oxford: Kamus Lengkap Kimia”, Alih Bahasa: Suminar Achmadi,

Erlangga, Jakarta.

Day, R.A., J.R. dan AL, Underwood, 2001, “Analisis Kimia Kuantitatif”, Edisi 6, Erlangga,

Jakarta.

Goldberg, D.E., 2004, “Kimia untuk Pemula”, Alih Bahasa: Ir. Sherly Affandy, Erlangga,

Jakarta.

Keenan, Kleifelter, Wood, A., 1984, “Kimia untuk Universitas”, Edisi 6, Jilid 1, Alih Bahasa:

Hadyana Pudjaatmaka, Ph.D, Erlangga, Jakarta.

Martin, A., 1993, “Farmasi Fisik”, Edisi 3, Jilid 2, UI-Press, Jakarta.

Purwani, M.V., Suyanti, Muhadi, A.W., 2008, “Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai

Asam di-2-etil Heksil Fosfat, ISSN 1978-0176, hal 440.

Sastrohamidjojo, H., 2005, “Prinsip-prinsip Kimia Modern”, Edisi 4, Jilid 1, Erlangga,

Jakarta.

Shevla, G., 1985, “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro, PT.

Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Sukardjo, 2002, “Kimia Fisika”, Rineka Cipta, Jakarta.

Tang, I.N., 1992, “Thermodynamic and Optical Properties of Mixed-Salt Aerosols of

Atmospheric Importance”, Journal of Geophysical Research, Vol. 102, No. D2,

Pages 1883-1893, hal 1883.

Page 15: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

Perhitungan Data1. Pembuatan Larutan NaOH

Dik: M = 0,1 M

Mr NaOH = 40 gr/mol

V NaOH = 50 ml

Dit: gr NaOH = ?

Jawab:= × 10000,1 = 40 / × 100050= 2

2. Pembuatan Larutan CH3COOH

a.) M = 0,5 M

Dik: M1 = 17,49 M

M2 = 0,5 M

V2 = 50 ml

Dit: V1 = ?

Jawab:∙ = ∙∙ 17,49 = 50 ∙ 0,5= 2517,49 = 1,43b.) M = 0,25 M

Dik: M1 = 0,5 M

M2 = 0,25 M

V2 = 50 ml

Dit: V1 = ?

Jawab:∙ = ∙∙ 0,5 = 50 ∙ 0,25

= 12,50,5 = 25c.) M = 0,125 M

Dik: M1 = 0,25 M

M2 = 0,125 M

V2 = 50 ml

Dit: V1 = ?

Jawab:∙ = ∙∙ 0,25 = 50 ∙ 0,125= 6,250,25 = 25d.) M = 0,0625 M

Dik: M1 = 0,125 M

M2 = 0,0625 M

V2 = 50 ml

Dit: V1 = ?

Jawab:

Page 16: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

∙ = ∙∙ 0,125 = 50 ∙ 0,0625 = 3,1250,125 = 253. Pembuatan Larutan H2C2O4 ∙ 2H2O

a.) M = 0,5

Dik: M = 0,5 M

V = 50 ml = 0,05 L

Mr = 126 gr/mol

Dit: m H2C2O4 ∙ 2H2O = ?

Jawab:= ∙= 0,5 ∙ 0,05= 0,025∙ = ∙= 0,025 ∙ 126= 3,15b.) M = 0,25 M

Dik: M1 = 0,5 M

M2 = 0,25 M

V2 = 50 ml

Dit: V1 = ?

Jawab:∙ = ∙∙ 0,5 = 50 ∙ 0,25

c.) M = 0,125 M

Dik: M1 = 0,25 M

M2 = 0,125 M

V2 = 50 ml

Dit: V1 = ?

Jawab:∙ = ∙∙ 0,25 = 50 ∙ 0,125= 6,250,25 = 25d.) M = 0,0625 M

Dik: M1 = 0,125 M

M2 = 0,0625 M

V2 = 50 ml

Dit: V1 = ?

Jawab:∙ = ∙∙ 0,125 = 50 ∙ 0,0625= 3,1250,125 = 25= 12,50,5 = 25

4. Standarisasi NaOH

Reaksi : ∙ 2 + 2 → + 4Dik: M ∙ 2 = 0,5

V ∙ 2 = 5

Page 17: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

V NaOH = 50 ml

Dit: M NaOH = ?

Jawab : ∙ 2 = ∙= 0,5 ∙ 5= 2,5= 2 ∙ ∙ 2= 2 ∙ 2,5= 5== 550 = 0,1

5. Konstanta Distribusi

5.1 Konstanta Distribusi CH3COOH

Reaksi : + → +Dik: M = 0,1

V = 5Dit: a.) = 0,5 ; = 20,4

b.) = 0,25 ; = 10c.) = 0,125 ; = 5,2d.) = 0,0625 ; = 2,2

Jawab:

a.) = ∙= 0,1 ∙ 20,4= 2,04== 2,04== 2,045 = 0,408= ( − )= (0,5 − 0,408)

Page 18: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

= 0,092= ( − ∙ )= (0,5 − 0,092)= 0,408 = = 0,0920,408 = 0,225b.) = ∙= 0,1 ∙ 10= 1== 1=

= 15 = 0,2= ( − )= (0,25 − 0,2)= 0,05= ( − ∙ )= (0,25 − 0,05)= 0,2 = = 0,050,2 = 0,25c.) = ∙= 0,1 ∙ 5,2= 0,52== 0,52 = = 0,525 = 0,104= ( − )= (0,125 − 0,104)= 0,021= ( − ∙ )= (0,125 − 0,021)

Page 19: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

= 0,104 = = 0,0210,104 = 0,202d.) = ∙= 0,1 ∙ 2,2= 0,22== 0,22=

= 0,225 = 0,044= ( − )= (0,0625 − 0,044)= 0,0185= ( − ∙ )= (0,0625 − 0,0185)= 0,044 = = 0,01850,044 = 0,420= + + +4 = 0,225 + 0,25 + 0,202 + 0,4204 = 1,0974 = 0,274

5.2 Konstanta Distribusi H2C2O4

Reaksi : + 2 → + 2Dik: = 0,1= 5Dit: . ) = 0,5 ; = 27,2. ) = 0,25 ; = 23,1. ) = 0,125 ; = 8,8. ) = 0,0625 ; = 4,4

Page 20: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

Jawab:

a.) = ∙= 0,1 ∙ 27,2= 2,72= 12 ×= 12 × 2,72 = 1,36== 1,365 = 0,272= ( − )= (0,5 − 0,272)= 0,228= ( − ∙ )= (0,5 − 0,228)= 0,272 = = 0,2280,272 = 0,838

b.) = ∙= 0,1 ∙ 23,1= 2,31= 12 ×= 12 × 2,31 = 1,155== 1,1555 = 0,231= ( − )= (0,25 − 0,231)= 0,019= ( − ∙ )= (0,25 − 0,019)= 0,231

Page 21: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

= = 0,0190,231 = 0,082c.) = ∙= 0,1 ∙ 8,8= 0,88= 12 ×= 12 × 0,88 = 0,44=

= 0,445 = 0,088= ( − )= (0,125 − 0,088)= 0,037= ( − ∙ )= (0,125 − 0,037)= 0,088 = = 0,0370,088 = 0,420d.) = ∙= 0,1 ∙ 4,4= 0,44= 12 ×= 12 × 0,44 = 0,22=

= 0,225 = 0,044= ( − )= (0,0625 − 0,044)= 0,0185= ( − ∙ )

Page 22: Laporan Distribusi( Kf 1) - Chandra

= (0,0625 − 0,0185)= 0,044 = = 0,01850,044 = 0,420= + + +4 = 0,838 + 0,082 + 0,420 + 0,4204 = 1,764 = 0,44