laporan buku
TRANSCRIPT
LAPORAN BUKU
PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK
Disusun dalam rangka memenuhi tugasMata kuliah Metode Riset
Dosen :
Ir. H. Muh. Yusan Naim, M.Sc
Oleh :
Zainuddin
033 290 033
PROGRAM STUDI TEKNIK TENAGA LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
M A K A S S A R
2 0 1 2
1
IDENTITAS BUKU
Judul Buku
PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK
Pengarang
Ir. Djiteng Marsudi
Edisi Pertama
Tebal 239 halaman
Penerbit
Erlangga
Jakarta
Tahun Penerbitan
2005
2
BAB I
PENDAHULUAN
Buku berjudul “Pembangkitan Energi Listrik” edisi pertama ditulis oleh Ir.
Djiteng Marsudi yang diterbitkan oleh Erlangga Jakarta tahun 2005 setebal 239
halaman.
Ada empat bagian pembahasan utama di dalam buku ini, yaitu :
1. Presage, yaitu berisi paparan secara singkat proses pebangkitan enenrgi
listrik, jenis-jenis pusat listrik, permasalahan dalam pembangkitan energi
listrik, dan instalasi yang menyalurkan energi listrik serta mutu energi listrik.
Hal berikutnya yang dibahas dalam bagian ini adalah menguraikan instalasi
listrik dari pusat lustrik yang berhubungan dengan stator generator, system
eksitasi generator serta menyalurkan energi listrik yang dibangkitkan dari
pusat listrik, serta alat-alat utama yang berkaitan dengan pembangkitan energi
listrik: generator, pengatur tegangan otomatis, governor, dan sakelar-sakelar
tegangan tinggi.
Pembahasan ketiga dari bagian pertama ini adalah penguraian masalah-
masalah proses konversi energi dan operasi yang timbul PLTA, PLTU,
PLTG, PLTGU, PLTP, PLTD, PLTN, dan init- unit pembangkitan khusus.
Masalah pelestarian hutan dalam kaitannya dengan operasi PLTA dan PLTP.
Masalah pengaadaan dan penyimpanan bahan bakar untuk pusat-pusat listrik
termis, macam-macam bahan bakar serta spesifikasinya seperti nilai kalori
dan kandungan unsur yang tidak dikehendaki.
2. Proses, berisi paparan tentang persoalan-persoalan pembangkitan dalam
sistem interkoneksi dalam kaitannya dengan interaksi yang terjadi antara
pusat-pusat listrik yang beroperasi dalam sistem interkoneksi. Persoalan ini
meliputi koordinasi pemeliharaan, neraca dayan neraca energi, cadangan
berputar, pelepasan beban, konfigurasi jaringan, dan prosedur pembebasan
tegangan dengan memperhatikan masalah keselamatan kerja.
3
3. Product, berisi paparan tentang pengembangan penyediaan atau
pembangkitan energi listrik yang menyangkut analisa kebutuhan energi,
survei dan studi kelayakan serta perencanaan teknik dari pusat-pusat listrik.
4. Programming, berisi paparan tentang manajemen pemeliharaan yang terutama
menyangkut pengadaan suku cadang, pelaksanaan pemeliharaan, manajemen
operasional, bahan bakar dan aplikasi peralatan dan metode kerja peralatan
yang baru.
4
BAB II
DESKRIPSI ISI BUKU
BAGIAN 1 : PRESAGE
Dalam bagian ini memaparkan secara singkat proses pebangkitan enenrgi
listrik, jenis-jenis pusat listrik, permasalahan dalam pembangkitan energi listrik, dan
instalasi yang menyalurkan energi listrik serta mutu energi listrik. Hal berikutnya
yang dibahas dalam bagian ini adalah menguraikan instalasi listrik dari pusat lustrik
yang berhubungan dengan stator generator, system eksitasi generator serta
menyalurkan energi listrik yang dibangkitkan dari pusat listrik, serta alat-alat utama
yang berkaitan dengan pembangkitan energi listrik: generator, pengatur tegangan
otomatis, governor, dan sakelar-sakelar tegangan tinggi. Pembahasan ketiga dari
bagian pertama ini adalah penguraian masalah-masalah proses konversi energi dan
operasi yang timbul PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, PLTD, PLTN, dan init-
unit pembangkitan khusus. Masalah pelestarian hutan dalam kaitannya dengan
operasi PLTA dan PLTP. Masalah pengaadaan dan penyimpanan bahan bakar untuk
pusat-pusat listrik termis, macam-macam bahan bakar serta spesifikasinya seperti
nilai kalori dan kandungan unsur yang tidak dikehendaki.
BAB I
Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan bahwa pembangkitan tenaga listrik sebagian besar
dilakukan dengan cara memutar generator sinkron sehingga didapat tenaga listrik
dengan tegangan bolak-balik tiga fasa. Energi mekanik yang diperlukan untuk
memutar generator sinkron didapat dari mesin penggerak generator atau biasa
disebut penggerak mula (prime mover). Mesin penggerak generator yang banyak
digunakan dalam praktik, yaitu: mesin diesel, turbin uap, turbin air, dan turbin gas.
Mesin-mesin penggerak generator ini mendapat energi dari:
• Proses pembakaran bahan bakar (mesin-mesin termal).
• Air terjun (turbin air).
Jadi, sesungguhnya mesin penggerak generator melakukan konversi energi
primer menjadi energi mekanik penggerak generator. Proses konversi energi primer
5
menjadi energi mekanik menimbulkan “produk” sampingan berupa limbah dan
kebisingan yang perlu dikendalikan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan.
Dari segi ekonomi teknik, komponen biaya penyediaan tenaga listrik yang
terbesar adalah biaya pembangkitan, khususnya biaya bahan bakar. Oleh sebab itu,
berbagai teknik untuk menekan biaya bahan bakar terus berkembang, baik dari segi
unit pembangkit secara individu maupun dari segi operasi sistem tenaga listrik secara
terpadu.
Dalam pusat listrik umumnya terdapat:
- Instalasi Energi Primer
- Instalasi Mesin Penggerak Generator
- Instalasi Pendingin
- Instalasi Listrik
Berdasarkan uraian di atas, di dalam praktik terdapat jenis-jenis pusat listrik
sebagai berikut:
- Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
- Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
- Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)
- Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
- Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
- Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
- Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Boleh dikatakan bahwa semua pusat listrik di atas membangkitkan arus bolak-
balik tiga fasa dengan menggunakan generator sinkron.
6
Gambar diagram satu garis instalasi tenaga listrik sebuah pusat listrik sederhana
Pusat listrik yang sudah dioperasikan secara komersial saat ini seperti yang
digambarkan oleh gambar di atas yaitu tegangan dari generator dinaikkan dahulu
dengan menggunakan transformator, baru kemudian dihubungkan ke rel melalui
pemutus tenaga (PMT). Pemutus tenaga adalah sakelar tegangan tinggi yang mampu
memutus arus gangguan. Arus gangguan besarnya dapat mencapai beberapa ribu kali
besarnya arus operasi normal.
Di depan dan di belakang setiap pemutus tenaga harus ada pemisah (PMS),
yaitu sakelar yang hanya boleh dioperasikan (ditutup dan dibuka) dalam keadaan
tidak ada arus yang melaluinya, tetapi posisi pisau sakelar harus jelas terlihat. Semua
generator sebagai penghasil energi dihubungkan dengan rel (busbar). Begitu pula
semua saluran keluar dari pusat listrik dihubungkan dengan rel pusat listrik.
Dalam pusat listrik juga ada instalasi listrik arus searah. Arus searah diperlukan
untuk menggerakkan mekanisme pemutus tenaga (PMT) dan untuk lampu
penerangan darurat. Sebagai sumber arus searah digunakan baterai aki yang diisi oleh
penyearah.
Proses pembangkitan tenaga listrik pada prinsipnya merupakan konversi energi
primer menjadi energi mekanik penggerak generator yang selanjutnya energi
mekanik ini dikonversi oleh generator menjadi tenaga listrik. Proses yang demikian
ini menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut:
- Penyediaan energi primer untuk pusat listrik termal adalah bahan bakar.
- Penyediaan Air Pendingin
- Masalah Limbah
- Masalah Kebisingan
- Pemeliharaan
- Gangguan dan Kerusakan
- Pengembangan Pembangkitan
- Perkembangan Teknologi Pembangkitan.
7
Dengan makin pentingnya peranan tenaga listrik dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya bagi keperluan industri, maka mutu tenaga listrik juga menjadi tuntutan
yang makin besar dari pihak pemakai tenaga listrik.
Mutu tenaga listrik ini meliputi:
a. Kontinuitas penyediaan; apakah tersedia 24 jam sehari sepanjang tahun.
b. Nilai tegangan; apakah selalu ada dalam batas-batas yang diijinkan.
c. Nilai frekuensi; apakah selalu ada dalam batas-batas yang diijinkan.
d. Kedip tegangan; apakah besarnya dan lamanya masih dapat diterima.
e. Kandungan harmonisa; apakah jumlahnya dalam batas-batas yang dapat
diterima oleh pemakai tenaga listrik.
BAB II
Instalasi Listrik dari Pusat Listrik
Pada bab ini dijelaskan bahwa generator yang umumnya digunakan dalam
pusat listrik adalah generator sinkron tiga fasa. Ujung-ujung kumparan stator dari
generator sinkron dihubungkan pada jepitan generator sehingga ada enam jepitan.
Jepitan-jepitan ini umumnya diberi kode R S T dan U V W. Jepitan R dan U
merupakan ujung-ujung kumparan pertama, jepitan S dan V dari kumparan ke-2,
sedangkan dari kumparan ke- 3 adalah T dan W. Karena umumnya generator sinkron
dihubungkan dalam hubungan Y, maka ketiga jepitan U V W dihubungkan jadi satu
sebagai titik netral.
Saluran tenaga listrik dari generator sampai dengan rel harus rapi dan bersih
agar tidak menimbulkan gangguan. Gangguan di bagian ini akan menimbulkan arus
hubung singkat yang relatif besar dan mempunyai risiko terganggunya pasokan
tenaga listrik dari pusat listrik ke sistem, bahkan apabila generator yang digunakan
dalam sistem berukuran besar, maka ada kemungkinan seluruh sistem menjadi
terganggu.
Bagian lain dari instalasi listrik generator adalah instalasi arus (medan)
penguat. Arus penguat ini didapat dari generator arus searah yang umumnya
terpasang satu poros dengan generator utama. Hubungan listrik antara generator
8
utama dengan generator arus penguat dilakukan melalui cincin geser dan pengatur
tegangan otomatis. Pengatur tegangan otomatis ini berfungsi mengatur besarnya arus
medan magnet agar besarnya tegangan generator utama konstan. Pada generator yang
besar, di atas 100 MVA, seringkali digunakan generator penguat secara bertingkat.
Ada generator penguat pilot (pilot exciter) dan generator penguat utama (main
exciter). Generator penguat utama cenderung berkembang menjadi generator arus
bolak-balik yang dihubungkan ke generator sinkron melalui penyearah yang berputar
di poros generator sehingga tidak diperlukan cincin geser.
Titik netral generator kebanyakan tidak ditanahkan. Apabila ditanahkan
umumnya melalui impedansi untuk membatasi besarnya arus gangguan hubung tanah
agar cukup untuk menggerakkan relai proteksi.
Semua generator dalam pusat listrik menyalurkan energinya ke rel pusat listrik.
Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim energi
dihubungkan ke rel ini, antara lain:
- Rel Tunggal
- Rel Ganda dengan Satu PMT
- Rel Ganda dengan Dua PMT
- Rel dengan PMT 112
Hubungan antara generator dengan rel umumnya dilakukan dengan
menggunakan kabel yang diletakkan pada saluran khusus dalam tanah dan apabila
berada di atas tanah diletakkan pada rak penyangga kabel yang melindungi kabel
secara mekanis.
Perlindungan mekanis tersebut di atas dimaksudkan untuk mencegah
kerusakan kabel yang dapat menimbulkan gangguan. Gangguan pada kabel antara
generator dengan rel dapat merusak generator. Kerusakan generator sangat tidak
dikehendaki karena kerusakan generator memerlukan biaya perbaikan yang mahal
dan juga waktu perbaikannya lama sehingga dapat menimbulkan pemadaman
pasokan daya listrik.
Kabel yang digunakan sebaiknya kabel 1 fasa sehingga didapat 3 buah kabel
untuk 3 fasa. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemasangan, terutama
9
dengan adanya transformator arus dan transformator tegangan serta untuk
memudahkan perbaikan apabila terjadi kerusakan pada kabel tersebut.
Dalam rangkaian listrik dengan tegangan diatas 1,5 kV, saklar dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu:
- Pemutus tenaga (PMT)
- Pemutus Beban (PMB)
- Pemisah (PMS)
Perkembangan kontruksi pemutus tenaga adalah sebagai berikut:
- Pemutus tenaga udara
- Pemutus tenaga minyak banyak
- Pemutus tenaga minyak sedikit
- Pemutus tenaga gas SF6
- Pemutus tenaga vakum
- Pemutus tenaga medan magnet
- Pemutus tenaga udara tekan
Selain pemutus tenaga setiap pusat listrik juga memerlukan energi listrik untuk
pemakaian (di dalam pusat listrik) sendiri, yaitu untuk:
- Lampu penerangan.
- Penyejuk udara.
- Menjalankan alat-alat bantu unit pembangkit, seperti: pompa air pendingin,
pompa minyak pelumas, pompa transfer bahan bakar minyak, mesin
pengangkat, dan lain-lain.
- Alat-alat dan mesin perbengkelan yang merupakan unsur pendukung
pemeliharaan dan perbaikan pusat listrik.
- Pengisian baterai aki yang merupakan sumber arus searah bagi pusat listrik.
Pusat listrik juga selalu memerlukan sumber arus searah, terutama untuk:
- Menjalankan motor pengisi (penegang) pegas PMT
- Men-trip PMT apabila terjadi gangguan.
- Melayani alat-alat telekomunikasi.
- Memasok instalasi penerangan darurat.
10
Baterai aki merupakan sumber arus searah yang digunakan dalam pusat listrik.
Baterai aki harus selalu diisi melalui penyearah (nectifier). Kutub negatif dari baterai
sebaiknya ditanahkan untuk memudahkan deteksi gangguan hubung tanah pada
instalasi arus searahnya. Ada 2 macam baterai aki yang dapat digunakan di pusat
listrik, yaitu baterai asam dengan kutub timah hitam dan baterai basa yang
menggunakan nikel cadmium sebagai kutub.
Dalam pusat listrik yang besar (di atas 100 MW) biasanya terdapat banyak
transformator yang digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tenaga listrik,
seperti berikut:
- Transformator Penaik Tegangan Generator
- Transformator Unit Pembangkit
- Transformator Pemakaian Sendiri
- Transformator antar-rel
BAB III
Masalah Operasi Pada Pusat-Pusat Listrik
Pada bab ini dijelaskan bahwa ada beberapa masalah yang terjadi pada
operasi pusat-pusat listrik dan masalah-masalah tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
Pusat Listrik Tejnaga Air (PLTA)
Dalam PLTA, potensi tenaga air dikonversikan menjadi tenaga listrik. Mula-mula
potensi tenaga iu: dikonversikan menjadi tenaga mekanik dalam turbin air.
Kemudian turbin air memutar generator yar: membangkitkan tenaga listrik.
Daya yang dibangkitkan generator yang diputar oleh turbin air adalah:
P=k ∙η ∙ H ∙q ∙ [ kW ]
Dimana: P = daya [kW]
H = tinggi terjun air [meter]
q = debit air [m3/detik]
η = efisiensi turbin bersama generator
k = konstanta
11
Ditinjau dari teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik
pada roda air turbin, ada tiga macam turbin air yaitu :
- Turbin Kaplan
- Turbin Francis
- Turbin Pelton
Ada kalanya PLTA yang mempunyai kolam tando besar mempunyai fungsi serba
guna di mana artinya selain berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik, PLTA ini
juga berfungsi untuk menyediakan air irigasi, pengendalian banjir, perikanan,
pariwisata, dan penyedia air bagi lalu lintas pelayaran sungai.
Masalah utama yang timbul pada operasi PLTA adalah timbulnya kavitasi
pada turbin air. Kavitasi adalah peristiwa terjadinya “letusan” kecil dari
gelembung uap air yang sebelumnya terbentuk di daerah aliran yang tekanannya
lebih rendah dari pada tekanan uap air di tempat tersebut; kemudian gelembung
uap air ini akar menciut secara cepat (“meletus”) ketika uap air ini melewati
daerah aliran yang tekanannya lebih besar dari pada tekanan uap air tersebut,
karena jumlahnya sangat banyak sekali (ribuan per detik) dan 1 letusan itu sangat
cepat maka permukaan turbin yang dikenai oleh letusan ini akan terangkat
sehingga terjadi burik yang menyebabkan bagian-bagian turbin air (setelah waktu
tertentu, kira-kira 40.000 jam) menjadi keropos dan perlu diganti Kavitasi terjadi
di bagian-bagian turbin yang mengalami perubahan tekanan air secara mendadak,
misalnya pada pipa buangan air turbin. Kavitasi menjadi lebih besar apabila beban
turbin makin kecil. Oleh karena itu, ada pembatasan beban minimum turbin air
(kira-kira 25%). Bagian terbesar dari biaya pemeliharaan PLTA adalah biaya
perbaikan atau penggantian bagian-bagian turbin air yang menjadi keropos akibat
kavitasi.
Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Dalam PLTU, energi primer yang dikonversikan menjadi energi listrik
adalah bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan dapat berupa batubara
(padat), minyak (cair), atau gas. Ada kalanya PLTU menggunakan kombinasi
beberapa macam bahan bakar.
12
Untuk setiap macam bahan bakar, komposisi perpindahan panas berbeda,
misalnya bahan bakar minyak jaling banyak memindahkan kalori hasil
pembakarannya melalui radiasi dibandingkan bahan bakar lainnya.
Disamping itu Gas buang yang keluar dari cerobong PLTU mempunyai
potensi mencemari lingkungan. Oleh karena itu, ada penangkap abu agar
pencemaran lingkungan dapat dibuat minimal. Selain abu halus yang ditangkap di
cerobong, ada bagian-bagian abu yang relatif besar, jauh dan ditangkap di bagian
bawah ruang bakar. Abu dari PLTU, baik yang halus maupun yang kasar dapat
dimanfaatkan untuk bangunan sipil. Walaupun abunya telah ditangkap, gas buang
yang keluar dari cerobong masih mengandung gas-gas yang kurang baik bagi
kesehatan manusia, seperti S02, NOx, dan C02. Kadar dari gas-gas ini tergantung
kepada kualitas bahan bakar, khususnya batubara yang digunakan. Bila perlu,
harus dipasang alat penyaring gas-gas ini agar kadarnya yang masuk ke udara
tidak melampaui batas yang diizinkan oleh pemerintah.
Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
PLTGU merupakan kombinasi PLTG dengan PLTU. Gas buang dari
PLTG yang umumnya mempunyai suhu di atas 400°C, dimanfaatkan (dialirkan)
ke dalam ketel uap PLTU untuk menghasilkan uap penggerak turbin uap.
Dengan cara ini, umumnya didapat PLTU dengan daya sebesar 50% daya
PLTG. Ketel uap yang digunakan untuk memanfaatkan gas buang PLTG
mempunyai desain khusus untuk memanfaatkan gas buang di mana dalam
bahasa Inggris disebut Heat Recovery Steam Generator (HRSG).
Dari segi operasi, unit PLTG tergolong unit yang masa startnya pendek,
yaitu antara 15-30 menit, dan kebanyakan dapat distart tanpa pasokan daya dari
luar (black start), yaitu menggunakan mesin diesel sebagai motor start.
Dari segi masalah lingkungan, yang perlu diperhatikan adalah masalah
kebisingan, jangan sampai melampaui ketentuan yang dibolehkan.
Seperti halnya pada PLTU, masalah instalasi bahan bakar, baik apabila
digunakan BBM maupun apabila digunakan BBG, perlu mendapat perhatian
khusus dari segi pengamanan terhadap bahaya kebakaran.
Dari segi efisiensi pemakaian bahan bakar, unit PLTG tergolong unit
13
termal yang efisiensinya paling rendah, yaitu berkisar antara 15-25%.
Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
PLTP sesungguhnya adalah sebuah PLTU, hanya saja uapnya didapat dari
perut bumi. Oleh karena itu, PLTP umumnya terletak di pegunungan dan di
dekat dengan gunung berapi.
Operasi PLTP lebih sederhana daripada operasi PLTU karena pada PLTP
tidak ada ketel uap. Biaya operasinya lebih kecil dibanding biaya operasi PLTU
karena tidak ada pembelian bahan bakar. Tetapi biaya investasinya lebih tinggi
karena penemuan kantong uap dalam perut bumi memerlukan biaya eksplorasi
dan pengeboran tanah yang tidak kecil.
Seringkali pengeboran dan penyediaan uap dilakukan oleh perusahaan
pertambangan, misalnya PERTAMINA, kemudian uap dibeli oleh perusahaan
listrik, misalnya PLN. Dalam hal demikian, perusahaan listrik harus
memperhitungkan biaya uap sebagai biaya operasi yang belum tentu lebih
murah daripada biaya bahan bakar PLTU.
Masalah lingkungan PLTP yang memerlukan perhatian adalah masalah
kebisingan dan masalah uap yang mengandung belerang yang dalam udara
dapat menghasilkan gas H2S yang baunya busuk. Bahan ikutan pada uap yang
berasal dari perut bumi ini dapat juga diproses untuk dipisahkan sehingga PLTP
dapat mempunyai produk sampingan seperti belerang.
Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
PLTD mempunyai ukuran mulai dari 40 kW sampai puluhan MW. Untuk
menyalakan listrik di daerah baru umumnya digunakan PLTD oleh PLN. Di
lain pihak, jika perkembangan pemakaian tenaga listrik telah melebihi 100
MW, penyediaan tenaga listrik yang menggunakan PLTD tidak ekonomis lagi
sehingga harus dibangun Pusat Listrik lain, seperti PLTU atau PLTA. Untuk
melayani beban PLTD dengan kapasitas di atas 100 MW akan tidak ekonomis
karena unitnya menjadi banyak, mengingat Unit PLTD yang terbesar di pasaran
sekitar 12,5 MW.
Umumnya semua unit pembangkit Diesel dapat distart tanpa memerlukan
14
sumber tenaga listrik dari luar (dapat melakukan black start). Menstart mesin
Diesel dengan daya di bawah 50 kW dapat dilakukan dengan tangan melalui
engkol. Untuk daya di atas 50 kW sampai kira-kira 100 kW, umumnya distart
dengan menggunakan baterai aki. Sedangkan untuk mesin diesel dengan daya
di atas 100 kW, umumnya digunakan udara tekan.
Dari segi pemeliharaan dan perbaikan, unit pembangkit Diesel tergolong
unit yang banyak menimbulkan masalah, khususnya yang menyangkut mesin
Dieselnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya bagian-bagian yang bergerak
dan bergesek satu sama lain sehingga menjadi aus dan memerlukan
penggantian secara periodik. Untuk itu, diperlukan manajemen pemeliharaan
beserta penyediaan suku cadang yang teratur.
Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
PLTN pada dasarnya sama dengan PLTU hanya saja ruang bakar PLTU
diganti dengan reaktor nuklir yang menghasilkan panas (kalor). Dalam reaktor
nuklir, terjadi proses fission (fisi), di mana bahan bakar nuklir uranium U. 235
mengalami fission menjadi unsur-unsur lain. Pada proses fission ini, timbul panas
yang digunakan untuk menghasilkan uap.
Proses fission adalah proses di mana suatu unsur diuraikan menjadi unsur-
unsur lain yang jumlah massanya lebih kecil daripada massa uranium-235 yang
diuraikan. Selisih massa ini (ada massa yang hilang) adalah massa yang berubah
menjadi energi panas (kalor) dalam reaktor nuklir (sesuai dengan rumus E = mc2).
Gambar 3.15 menggambarkan proses fission: Inti uranium-235 ditembak dengan
neutron sehingga pecah menjadi inti xénon dan inti strontium, selain itu terjadi
pula pelepasan neutron dari inti uranium-235 yang ditembak tersebut.
Ada 2 macam reaktor nuklir:
- Reaktor Thermal Fission.
Dalam reaktor ini, neutron bebas yang terjadi karena proses fission,
sebagian besar energinya diubah menjadi panas oleh moderator yang
berfungsi mengurangi kecepatan neutron yang memancar. Moderator bisa
juga berfungsi sebagai pendingin.
- Reaktor Fast Breeder.
15
Dalam reaktor ini, neutron yang memancar tidak dihambat/dikurangi
kecepatannya sehingga tidak banyak energi neutron yang diubah menjadi
panas. Tetapi neutron-neutron ini kemudian menghasilkan plutonium (Pu)-
239 dan uranium (U)-238. Dalam praktik, uranium alami terdiri dari
99,3% U-238. Plutonium yang didapat bisa digunakan sebagai bahan
fission. Ditinjau dari teknik memindahkan kalori yang dihasilkan reaktor
nuklir ke sirkuit uap PLTU, ada 4 macam PLTN:
- PLTN dengan Air Bertekanan (Pressurized Water Reactor/PWR)
- PLTN dengan Air Mendidih (Boiling Water Reactor/BWR)
- PLTN dengan Pendinginan Gas (Gas Cooled Reactor/GCR)
- PLTN dengan Air Berat (Pressurezed Heavy Water Reactor/PHWR)
Dalam operasi PLTN, bebannya sebaiknya konstan, karena perubahan beban
PLTN memerlukan perubahar proses fission yang tidak mudah dilakukan.
Dari segi lingkungan, perlu perhatian khusus terhadap kebocoran reaktor nuklir
yang dapat menimbulkan pancaran sinar radio aktif yang membahayakan
keselamatan manusia. Selain itu, perlu pemikiran mengena: tempat pembuangan
limbah nuklir. Karena adanya bahaya terhadap lingkungan seperti tersebut di atas,
maka dalam perkembangannya banyak tuntutan di negara maju yang
menghendaki agar PLTN ditutup.
Unit Pembangkit Khusus
Ada beberapa macam pemakai tenaga listrik yang sangat
tergantung/memerlukan pasokan daya yang kontinu andal. Suatu interupsi
pasokan daya akan merusak proses produksi, seperti halnya pada pengecoran baja,
proses kimia, atau pemintalan. Demikian pula halnya untuk gedung-gedung
tertentu yang sering digunakan untuk peristiwa kenegaraan, sangat tidak
dikehendaki terjadinya interupsi pasokan daya listrik.
Untuk mendapatkan pasokan daya yang tinggi kehandalannya, digunakan
unit pembangkit khusus yang berupa:
- Uninterrupted Power Supply Electronic
- Short Break Diesel Generating Set
16
- No Break Diesel Generating Set
Pembangkit Listrik Nonkonvensional
Pembangkit listrik nonkonvensional umumnya masih dalam tahap riset
sehingga belum merupakan pusa: listrik. Khusus untuk pembangkit listrik tenaga
surya, sudah banyak dibangun di tempat-tempat yang jauh dan jaringan PLN
dengan memanfaatkan energi matahari. Pembangkit-pembangkit listrik
nonkonvensional ini adalah:
- Fuel Cell (Sel Bahan Bakar).
- Pembangkit Listrik Tenaga Angin.
- Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
BAGIAN 2 : PROSES
Bagian ini memaparkan tentang persoalan-persoalan pembangkitan dalam
sistem interkoneksi dalam kaitannya dengan interaksi yang terjadi antara pusat-pusat
listrik yang beroperasi dalam sistem interkoneksi. Persoalan ini meliputi koordinasi
pemeliharaan, neraca dayan neraca energi, cadangan berputar, pelepasan beban,
konfigurasi jaringan, dan prosedur pembebasan tegangan dengan memperhatikan
masalah keselamatan kerja.
BAB IV
Pembangkitan Dalam Sistem Interkoneksi
Sistem interkoneksi adalah sistem tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pusat
listrik dan gardu induk (GI) yang diinterkoneksikan (dihubungkan satu sama lain)
melalui saluran transmisi dan melayani beban yang ada pada seluruh Gardu Induk
(GI).
Gambar dibawah menggambarkan sebuah sistem interkoneksi yang terdiri dari
sebuah PLTA, sebuah PLTU, sebuah PLTG, dan sebuah PLTGU serta 7 buah GI
yang satu sama lain dihubungkan oleh saluran transmisi. Di setiap GI terdapat beban
berupa subsistem distribusi. Secara listrik, masing-masing subsistem distribusi tidak
terhubung satu sama lain. Dalam sistem interkoneksi, semua pembangkit perlu
dikoordinir agar dicapai biaya pembangkitan yang minimum, tentunya dengan tetap
memperhatikan mutu serta keandalan. Mutu dan keandalan penyediaan tenaga listrik
17
menyangkut frekuensi, tegangan, dan gangguan. Demikian pula masalah penyaluran
daya yang juga perlu diamati dalam sistem interkoneksi agar tidak ada peralatan
penyaluran (transmisi) yang mengalami beban lebih.
Sebuah sistem interkoneksi yang terdiri dari 4 buah pusat listrik dan 7 buah gardu induk (GI) dengan
tegangan transmisi 150 kV.
Operasi pembangkitan, baik dalam sistem interkoneksi maupun dalam sistem
yang terisolir, memerlukan perencanaan pembangkitan terlebih dahulu yang di
antaranya adalah:
- Perencanaan Operasi Unit-unit Pembangkit.
- Penyediaan Bahan Bakar.
- Koordinasi Pemeliharaan.
- Penyediaan Suku Cadang.
- Dan lain, lain.
Dalam sistem interkoneksi bisa terdapat puluhan unit pembangkit dan juga
puluhan peralatan transmis: seperti transformator dan pemutus tenaga (PMT). Semua
unit pembangkit dan peralatan ini memerlukan pemeliharaan dengan mengacu
kepada petunjuk pabrik.
Tujuan pemeliharaan Unit Pembangkit dan Transformator adalah:
18
PLTU Subsistem Subsistem PLTGU
- Mempertahankan efisiensi
- Mempertahankan keandalan
- Mempertahankan unsur ekonomis
Dalam bab ini terdapat beberapa faktor dalam pembangkitan yaitu:
- Faktor Beban
- Faktor Kapasitas
- Faktor Utilitas (Penggunaan)
- Forced Outage Rate
Dalam pembangkitan, neraca energi perlu dibuat karena neraca energi ini
merupakan dasar untuk menyusun anggaran biaya bahan bakar yang merupakan
unsur biaya terbesar dari biaya operasi sistem tenaga listrik.
Neraca energi umumnya disusun untuk periode 1 bulan; misalnya untuk bulan
Maret diperlukan data dan informasi sebagai berikut:
- Faktor Beban Bulan Maret
- Perkiraan Produksi PLTA Bulan Maret.
- Biaya Bahan Bakar Unit Pembangkit Termis.
Dalam proses pembangkitan tenaga listrik, khususnya dalam pusat-pusat listrik,
banyak hal yang dapat menimbulkan kecelakaan, baik dari segi mekanis maupun dari
segi listrik. Dari segi mekanis, yang dapat menimbulkan kecelakaan dan memerlukan
langkah-langkah pencegahannya adalah:
- Bagian-bagian yang berputar atau bergerak, seperti: roda gila (roda daya),
roda penggerak, ban beijalar. dan rantai pemutar, harus secara mekanis
diberi pagar sehingga tidak mudah disentuh orang seru diberi tanda
peringatan.
- Bejana-bejana berisi udara atau gas yang bertekanan yang dapat
menimbulkan ledakan berbahaya seperti: ketel uap dan botol angin, harus
dilengkapi dengan katup pengamanan serta dilakukan pengu periodik.*
- Tempat, tempat yang licin harus dihindarkan keberadaannya, seperti: lantai
yang ada tumpahan minyak pelumas.
- Personil yang bekerja harus menggunakan topi pelindung kepala untuk
melindungi kepala terhadap benda-benda keras yang jatuh dari atas dengan
19
mengingat bahwa lantai-lantai di pusat listrik bany n yang dibuat dari lantai
besi yang berlubang.
- Personil yang melakukan pekerjaan di ketinggian yang berbahaya harus
menggunakan sabuk pengamai
- Tempat-tempat yang rawan terhadap kebakaran, seperti: instalasi bahan
bakar, tangki minyak pelumas dan instalasi pendingin generator yang
menggunakan gas hidrogen, harus dilengkapi dengan instalasi pemadam
kebakaran. Selain itu, harus ada latihan rutin bagi personil untuk
menghadapi kebakaran
- Kolam air dan saluran air yang dapat menenggelamkan orang harus dipagar
atau dijadikan daerah terlarang bagi umum untuk menghindarkan
kecelakaan berupa tenggelamnya orang atau binatara ternak.
- Personil yang mengerjakan pekerjaan gerinda, bor, dan bubut harus
dilengkapi dengan kacamata yara menjadi pelindung mata terhadap percikan
logam atau bahan lainnya yang dikerjakan yang mungkin memercik ke
dalam mata personil.
- Mesin-mesin pengangkat termasuk lift, harus diperiksa secara periodik
keamanannya, khususnya yara menyangkut sistem rem, sistem kabel baja,
dan pintu darurat lift.
- Personil yang mengerjakan pekerjaan las harus menggunakan tameng las
untuk melindungi mata
- wajah agar matanya tidak rusak karena sinar las yang menyilaukan dan
wajahnya tidak “terbakar- oleh sinar ultraviolet busur las.
Dari segi listrik, hal-hal yang memerlukan perhatian dari segi keselamatan
kerja adalah:
- Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (bukan instalasi listrik),
harus dibumikan/ditanahtaa dengan baik sehingga potensialnya selalu sama
dengan bumi dan tidak akan timbul tegangan sentuh yang membahayakan
manusia. Bagian instalasi yang dimaksud dalam butir ini, misalnya: lemari
panel dan pipa-pipa dari logam.
20
- Titik-titik pentanahan/pembumian harus selalu dijaga agar tidak rusak
sehingga pentanahan/pembumiar tersebut dalam butir 1 di atas berlangsung
dengan baik.
- Pekerjaan las listrik yang dilakukan pada instalasi yang terbuat dari logam,
misalnya: instalasi ketel uap PLTU, harus menggunakan tegangan yang
cukup rendah sehingga tidak timbul tegangan sentuh yang membahayakan.
- Bagian dari instalasi yang bertegangan, khususnya tegangan tinggi, harus
dibuat sedemikian hingga tidak mudah disentuh orang.
Dalam menyusun konfigurasi jaringan pusat listrik yang beroperasi dalam
sistem interkoneksi, umumnya digunakan prinsip sebagai berikut (pada pusat listrik
dengan rel ganda):
- Generator dan transformator pemakaian sendiri dihubungkan pada rel yang
sama.
- Saluran keluar atau penghantar yang keluar dari pusat listrik dibagi dalam 2
kelompok:
o Saluran untuk mengirim tegangan apabila terjadi gangguan dalam sistem.
Saluran ini dihubungkan pada rel yang sama dengan rel generator.
o Saluran untuk menerima tegangan apabila terjadi gangguan dalam sistem.
Saluran ini dihubungkan pada rel yang berbeda dari rel generator.
- Dalam keadaan operasi normal, rel 1 dan rel 2 dihubungkan melalui PMT
Kopel.
- Dalam keadaan gangguan, tegangan dari sistem hilang, PMT kopel dibuka,
dan selanjutnya menunggu perintah manuver dari pusat pengatur beban:
o Apabila pusat listrik diminta mengirim tegangan ke sistem, pengiriman
tegangan ini dilakukan melalui saluran/penghantar yang dihubungkan
pada rel generator.
o Apabila pusat listrik mengharapkan kiriman tegangan dari sistem, maka
tegangan ini akan dikirim dari sistem melalui saluran/penghantar yang
terhubung dengan rel 2.
o Sinkronisasi kembali sistem dilakukan melalui PMT kopel.
21
Dalam sistem interkoneksi pembangkitan energi dari pusat-pusat listrik perlu
dikoordinasikan oleh pusat pengatur beban agar dicapai pembangkitan energi listrik
yang ekonomis dengan memperhatikan mutu dan keandalan.
BAGIAN 3 : PRODUCT
Bagian ini menerapkan tentang pengembangan penyediaan atau pembangkitan
energi listrik yang menyangkut analisa kebutuhan energi, survei dan studi kelayakan
serta perencanaan teknik dari pusat-pusat listrik.
BAB V
PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN
Pembangunan pusat listrik dalam sistem interkoneksi maupun dalam sistem
yang berdiri sendiri / terisolir (isolated) haruslah didasarkan atas analisis kebutuhan
energi listrik.
Analisis kebutuhan energi ini meliputi:
- Analisis kebutuhan energi dalam kurun waktu tertentu, misalnya kebutuhan
tahunan sampai 10 tahun yang akan datang.
- Analisis kebutuhan daya dalam bentuk kurva beban harian.
- Analisis tingkat keandalan yang dibutuhkan, lalu dikaitkan dengan peran
energi listrik yang harus disediakan (harga kWh terputus).
- Peran pusat listrik yang akan dibangun dalam operasi pembangkitan apakah
sebagai penyedia beban dasar, penyedia beban semi-dasar, penyedia beban
puncak, atau sebagai unit cadangan.
Dalam perencanaan suatu pembangkit maka dilakukan survei terlebih dahulu
kemudian dilakukan studi kelayakan untuk membangun pusat listrik yang dipilih.
Studi kelayakan harus mempertimbangkan segi-segi ekonomis selain segi-segi
teknik.
Studi kelayakan harus menyimpulkan jenis pusat listrik yang akan dibangun,
kapasitasnya, letaknya, beserta perkiraan biaya pembangunannya, disertai
rekomendasi-rekomendasi yang diperlukan.
22
Berdasarkan hasil survei dan studi kelayakan tersebut dan setelah ditentukan
macam pusat listrik yang akan dibangun, langkah berikutnya adalah perencanaan
teknik dari pusat listrik yang akan dibangun tersebut. Masalah perencanaan teknik
tergantung kepada macam dan tempat pusat listrik yang akan dibangun.
- Perencanaan Teknik PLTA
Perencanaan teknik PLTA lebih banyak bersifat “tailored made" karena
tergantung kepada kondisi tempat PLTA dibangun (sulit dibuat produk standar):
a. Bendungan harus direncanakan terlebih dahulu dengan memperhitungkan:
• Macam: rock fill, beton, atau kombinasi.
• Tinggi dan lebar bendungan sehingga dapat dihitung luas lahan yang akan
tergenang dan berapa banyak air yang tersedia untuk operasi.
b. Letak gedung PLTA beserta konstruksi gedungnya dengan mempertimbangkan
tempat air masuk ke gedung PLTA dari pipa pesat dan di mana air keluar dari
PLTA untuk kemudian masuk kembali ke sungai.
c. Tinggi terjun air PLTA dihitung berdasarkan butir a dan butir b yang
selanjutnya digunakan untuk menghitung butir d.
d. Daya terpasang PLTA beserta jumlah unit pembangkitnya dan perkiraan
produksinya per tahun
e. Berdasarkan butir-butir b, c, dan d kemudian ditentukan:
• Macam turbin yang akan digunakan: Pelton, Francis atau Kaplan, horizontal
atau vertikal
• Daya dan jumlah putaran turbin.
• Jumlah unit pembangkit PLTA.
• Macam katup utama turbin yang akan digunakan: kupu-kupu, sorong, atau
bola
• Sistem pendinginan generator.
f. Berdasarkan butir a, direncanakan instalasi tenaga air antara kolam tando
dengan turbin dalam gedung PLTA yang meliputi: pintu-pintu air, saluran
terbuka, saluran tertutup (terowongan), sun- tank, dan pipa pesat.
g. Karena PLTA umumnya terletak jauh dari pusat beban (kota kawasan
industri, dan lain-lain), maka berdasarkan butir d, direncanakan tegangan
23
transmisi yang akan digunakan. Hal ini selanjutnya digunakan sebagai dasar
perencanaan instalasi tegangan tinggi PLTA.
- Perencanaan Teknik PLTU
Berdasarkan survei dan studi kelayakan tersebut, kemudian ditentukan
tempat dan kapasitas PLTU yang akan dibangun, termasuk penentuan ukuran
unit pembangkitnya. Setelah jumlah dan kapasitas unit pembangkit ditentukan,
kemudian perlu direncanakan hal-hal sebagai berikut:
a. Instalasi bahan bakar, meliputi perencanaan transportasi, tempat
pembongkaran, dan penyimpanannya.
b. Instalasi air pendingin, meliputi perencanaan pembuatan saluran air beserta
pompanya.
c. Gedung PLTU, meliputi perencanaan ruang ketel uap, ruang turbin uap
beserta kondensornya, dan ruang untuk instalasi listriknya.
d. Ketel uap, walaupun kapasitas unit pembangkitnya sudah disebutkan, masih
perlu direncanakan hal- hal sebagai berikut:
• Macam tekanan ruang bakar, balanced draft, atau pressurized.
• Package boiler di mana drum disangga oleh pipa air, atau hang type di mana
drum dan pipa air dipasang pada sebuah kerangka baja.
• Batas transfer energi kalor dalam kcal/cm2 luas permukaan
pemanasan/detik. Hal ini berkait: dengan nilai cal/kg dan bahan bakar yang
digunakan dengan ukuran ruang bakar ketel uap.
• Kapasitas drum, berapa kalori (enthalpy) uap yang tersedia dalam drum
dalam kaitannya dengss kecepatan perubahan beban yang harus
dihadapinya. Hal ini penting kalau moda operasi unr pembangkit akan ikut
mengatur frekuensi dalam sistem.
e. Turbin uap, apakah perlu ada by pass atau tidak. Kalau ada by pass, perlu
direncanakan persentasenya.
f. Kondensor, apakah akan menggunakan pipa tembaga atau titanium atau
tembaga bercampur nikel.
- Perencanaan Teknik PLTG
24
Perencanaan teknik PLTG lebih banyak harus mengikuti produk standar dari
pabrik jika dibandingkan dengan perencanaan teknik PLTU, karena unit PLTG
umumnya berbentuk kompak (suatu kesatuan) dengan ukuran standar mulai dari 1
MW sampai dengan 130 MW.
Walaupun menggunakan produk standar dari pabrik, masih ada hal-hal yang harus
direncanakan, antara lain:
a. Bahan bakar yang akan digunakan, gas atau minyak, bagaimana pengadaannya,
termasuk transportasinnya
b. Instalasi penyimpanan bahan bakar, terutama keamanannya terhadap
kebakaran.
c. Pondasi unit pembangkit.
d. Instalasi listrik tegangan tinggi maupun tegangan rendah, termasuk untuk
baterai aki.
e. Apakah unit pembangkit bisa black start atau untuk start memerlukan daya dari
luar.
- Perencanaan Teknik PLTD
Perencanaan teknik PLTD sama dengan perencanaan teknik PLTG seperti
tersebut dalam butir 3, hanya ada tambahan tentang jumlah putaran per menit
(rpm) dari unit pembangkit diesel yang direncanakan.
Jika unit pembangkit akan mengambil beban dasar dalam arti akan mempunyai
beban tinggi secara kontinu sampai berbulan-bulan, maka harus dipilih unit
pembangkit Diesel dengan putaran rendah yang tidak melebihi 500 rpm. Jika
unitnya hanya akan beroperasi beberapa jam per hari, maka dapat dipilih unit
dengan putaran sedang, yaitu mulai 500 rpm sampai dengan 750 rpm.
Bila unit dimaksud akan digunakan sebagai unit cadangan yang hanya beroperasi
jika ada gangguan pada unit lain, maka dapat dipilih unit dengan putaran tinggi,
yaitu mulai 1.000 rpm sampai dengan 1.500 rpm. Makin tinggi putaran unit,
makin murah harga per kW terpasang, tetapi keandalannya makin rendah. Oleh
karena itu unit dengan putaran tinggi sebaiknya digunakan sebagai unit cadangan
saja atau sebagai unit beban puncak (peaking unit) yang beroperasi beberapa jam
saja per hari.
25
- Perencanaan Teknik PLTP
Hal-hal khusus dalam perencanaan teknik PLTP yang harus mendapat di
perhatikan adalah:
a. Kualitas uap yang didapat dari dalam bumi, tekanan, suhu, dan kandungan
mineralnya, khususnya kandungan belerang.
b. Kondensor yang digunakan umumnya adalah tipe kontak langsung (direct
contact type) karena terbatasnya air pendingin yang bisa didapat.
c. Penyuntikan kembali air dari kondensor ke dalam perut bumi.
d. Penampungan limbah, yaitu belerang.
- Perencanaan Teknik PLTGU
Perencanaan teknik PLTGU merupakan kombinasi dari Perencanaan teknik
PLTG dan perencanaan teknik PLTU. Pemanfaatan gas buang PLTG dapat
menghasilkan daya pada PLTU sebesar 50% daya yang dibangkitkan PLTG. Ketel
uap yang digunakan untuk memanfaatkan gas buang PLTG yang dalam bahasa
Inggris disebut Heat Recovery Steam Generator (HRSG)), melakukan
perpindahan panasnya melalui proses sentuhan (convection) dengan gas buang
PLTG. HRSG umumnya mempunyai 2 drum uap, sebuah untuk tekanan tinggi
dan sebuah lagi untuk tekanan rendah. Drum tekanan tinggi mendapat uap dari
bagian HRSG sisi hulu, sedangkan untuk drum tekanan rendah uapnya berasal
dari bagian HRSG sisi hilir. Perkembangan terakhir, sudah ada HRSG dengan 3
drum uap.
Untuk mengetahui berapa besarnya biaya untuk membangkitkan tenaga
listrik per kWh, perlu diketahui terlebih dahulu jumlah biaya yang telah
dikeluarkan atau diperkirakan akan dikeluarkan untuk kurun waktu tertentu,
misalnya satu tahun. Kemudian jumlah biaya pembangkitan satu tahun ini dibagi
dengan produksi atau jumlah tenaga listrik yang dibangkitkan selama satu tahun.
Untuk mengetahui biaya pembangkitan selama satu tahun, bisa didapat melalui
laporan keuangan yang biasa disebut sebagai laporan rugi laba periode (tahun)
tertentu.
26
Disampin itu Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang berlimpah ruah yang
tersebar di belasan ribu pulau. Di antara kekayaan alam itu, terdapat sumber-
sumber energi primer dengan potensi yang cukup besar antara lain tenaga air, batu
bara, minyak bumi, gas alam, panas bumi, dan lain-lain. Menurut penyelidikan,
potensi sumber-sumber energi primer Indonesia adalah sebagai berikut:
Jenis Energi Satuan JumlahTenaga Air MW 74.976,0Batubara Juta Ton 36.175,0Minyak Bumi Juta Barrel 9.097,0Gas Alam Triliun ft3 123,6Panas Bumi MW 19.658,0
Tabel Potensi Energi Primer
Pengembangan pembangkitan energi listrik menyangkut pemilihan energi primer
yang akan dipakai, perencanaan teknis dari pusat listrik, mengatasi kendala yang
timbul, serta menghitung biaya produksi yang akan didapat.
BAGIAN 4 : PROGRAMMING
Bagian ini memaparkan tentang manajemen pemeliharaan yang terutama
menyangkut pengadaan suku cadang, pelaksanaan pemeliharaan, manajemen
operasional, bahan bakar dan aplikasi peralatan dan metode kerja peralatan yang
baru.
BAB VI
Manajemen Pembangkitan
Penyediaan tenaga listrik harus bersifat kontinu 24 jam sehari. Hal ini
memerlukan manajemen operasi yang tertib di mana sekurang-kurangnya ada
petugas-petugas operasi yang bekerja 24 jam sehari. Untuk itu, diadakan regu-regu
kerja yang bekerja bergantian dalam shift. Umumnya ada lima shift sehingga dapat
diberikan istirahat sekali dalam satu minggu untuk setiap shift selama 24 jam penuh.
Dalam melaksanakan operasi, terlebih dahulu dibuat rencana operasi
berdasarkan perkiraan beban yang akan dihadapi. Untuk pusat listrik yang beroperasi
dalam sistem yang terisolir (berdiri sendiri), misalnya sebuah PLTD yang memasok
tenaga listrik ke sebuah pabrik, perkiraan beban dibuat atas dasar rencana operasi
27
pabrik yang memerlukan pasokan tenaga listrik tersebut. Apabila pusat listrik
beroperasi dalam sistem interkoneksi dengan pusat-pusat listrik yang lain, perkiraan
beban sistem interkoneksi harus dibuat oleh pusat pengatur beban sistem. Kemudian
pusat pengatur beban membagikan jatah perkiraan beban ke setiap pusat listrik.
Setiap pusat listrik kemudian merencanakan bagaimana unit-unit pembangkit yang
ada dalam pusat listrik akan dioperasikan untuk melayani beban yang diperkirakan.
Dalam melaksanakan operasi, besaran-besaran yang perlu dicatat adalah:
- Besaran-besaran yang berhubungan dengan keamanan peralatan, yaitu: arus,
tegangan, daya, suhu, tekanan, dan getaran.
- Besaran-besaran yang berhubungan dengan kinerja peralatan, yaitu: energi (kWh)
dan pemakaiar bahan bakar atau air pada PLTA.
Dalam pengoperasian diperlukan adanya pemeliharaan, tujuan dari
pemeliharaan suatu alat atau mesin adalah:
- Mempertahankan Umur Ekonomis
- Mempertahankan Keandalan
- Mempertahankan Efisiensi
Dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan unit pembangkit ataupun salah
satu bagiannya, umumnya diperlukan penggantian bagian-bagian (suku-suku)
tertentu sehingga diperlukan suku cadang.
Suku cadang sesungguhnya dibagi atas dua kategori besar:
- Consumable parts adalah suku-suku yang pasti akan digunakan atau
dikonsumsikan setelah waktu tertentu.
- Spare parts adalah suku yang dicadangkan untuk menggantikan suku yang
mengalami kerusakan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya kapan akan
terjadi.
Material-material yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembangkitan
tenaga listrik adalah:
• Bahan bakar dan minyak pelumas.
• Bahan-bahan kimia serta alat-alat pembersih yang terpakai habis, seperti: kertas
gosok (amplas), lap, dan lain-lain.
• Consumable Parts
28
• Spare Parts
• Alat-alat kerja, seperti: katrol, alat ukur, dan lain-lain.
• Barang bekas atau limbah, merupakan hasil/akibat sampingan dari proses
pembangkitan tenaga listrik.
Kepada personil yang bekerja dalam shift, pihak manajemen harus memberikan
perlakuan yang lebih baik dibandingkan personil dengan tingkat yang sama tetapi
tidak bekerja dalam shift. Alasan mengenai mengapa personil yang bekerja dalam
shift perlu mendapat perlakuan lebih baik adalah:
Orang yang bekerja dalam shift, siklus hidupnya terganggu karena waktu
istirahatnya (tidurnya) tidak tetap, kadang-kadang malam, kadang-kadang siang.
Tarif upah bagi orang yang bekerja malam, hari libur, bahkan malam di hari libur
lebih tinggi daripada
tarif upah bagi orang yang bekerja pada jam kerja normal. Maka orang yang
bekerja dalam shift harus mendapat gaji yang lebih tinggi.
Orang yang bekerja dalam shift dirugikan dalam kehidupan keluarganya karena
jam kerjanya yang
tidak menentu setiap harinya, kadang-kadang bekerja malam hari, kadang-kadang
juga bekerja di hari libur.
Pembangkitan energi listrik menelan biaya terbesar dalam proses penyediaan
energi listrik sehingga memerlukan manajemen yang sebaik mungkin. Manajemen
pembangkitan energi listrik terutama meliputi:
Manajemen operasi
Manajemen pemeliharaan
Manajemen bahan bakar
Manajemen suku cadang
Aplikasi peralatan dan metode kerja yang baru
29