laporan biodas ekosistem

46
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR PERCOBAAN V POPULASI, KOMUNITAS DAN EKOSISTEM NAMA : FIKA FIKRIA NIM : G41112252 KELOMPOK : II ( DUA ) HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SENIN/ 15 APRIL 2013 ASISTEN : A. ADRIANI IDRIS UNIT PELAKSANA MATA KULIAH UMUM LABORATORIUM BIOLOGI DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: fika-fikria

Post on 11-Dec-2014

134 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

PERCOBAAN V POPULASI, KOMUNITAS DAN EKOSISTEM

NAMA NIM KELOMPOK

: FIKA FIKRIA : G41112252 : II ( DUA )

HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SENIN/ 15 APRIL 2013 ASISTEN : A. ADRIANI IDRIS

UNIT PELAKSANA MATA KULIAH UMUM LABORATORIUM BIOLOGI DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Pada kenyataannya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup (abiotik). Dengan interaksi antara kedua komponen tersebut, ekosistem akan selalu tumbuh berkembang sehingga menimbulkan perubahan ekosistem (Sulistyorini, 2009 ). Di dalam lingkungan terjadi interaksi kisaran yang luas dan kompleks. Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis (Campbell, 2000). Ekologi mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsure biotik dan abiotik. Lingkungan meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan nutrient. Yang juga penting pengaruhnya kepada organisme adalah komponen biotik yakni semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu (Campbell, 2000). Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan antara komponen komponen tersebut terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi, dan produktivitas (Sativani, 2010). Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau komunitas. Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor

kelinci,seekor serigala, atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis (satu species) pada tempat tertentu akan membentuk Populasi. Contoh : di padang rumput hidup sekelompok kelinci dan sekelompok srigala. Jumlah anggota populasi dapat mengalami perubahan karena kelahiran, kematian, dan migrasi ( emigrasi dan imigrasi). Sedangkan komunitas yaitu seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di suatu daerah tertentu dan diantara satu sama lain saling berinteraksi. Contoh: di suatu padang rumput terjadi saling interaksi antar populasi rumput, populasi kelinci dan populasi serigala. Setiap individu, populasi dan komunitas menempati tempat hidup tertentu yang disebut habitat (Andri, 2011). Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan. Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan manusia (Andri, 2011). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah percobaan populasi, komunitas dan ekosistem. I.2 Tujuan Percobaan Tujuan percobaan dari praktikum Populasi, Komunitas, dan Ekosistem adalah : 1. Menggunakan model untuk meneliti bagaimana suatu populasi dapat tumbuh.

2. Mempelajari suatu komunitas dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin dan memeriksa hubungan antara masing-masing spesies agar dapat mengetahui ukuran mana yang paling penting untuk mengetahui struktur komunitas. I.3 Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan mengenai Populasi, Komunitas, dan Ekosistem dilakukan pada hari Senin, 15 April 2012, pukul 11.50-14.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Sedangkan pengambilan data dilaksanakan di Canopy, Biologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-komponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem (Bonari, 2011). Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu. Contoh populasi dapat berupa populasi rumput, populasi ikan, populasi kepiting, popuasi kerang, populasi padi, populasi tikus, populasi ular, dan lain-lain. Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam komunitasnya (Riza, 2009). Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut (Sativani, 2010): 1. Alelopati Merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. 2. Kompetisi Merupakan interaksi antarpopulasi, bila antar populasi terdapat

kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang

diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput. Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut (Sativani, 2010): 1. Netral Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi. 2. Predasi Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa, dan burung hantu dengan tikus. 3. Parasitisme Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.

4. Komensalisme Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya. 5. Mutualisme Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan. Populasi organisme pada suatu ekosistem senantiasa mengalami perubahan. Populasi organisme pada suatu daerah tidak akan tetap dari waktu ke waktu. Jika jumlah populasi suatu jenis berubah, kepadatan populasinya juga akan berubah. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perubahan kepadatan populasi organisme pada suatu daerah yaitu (Riza, 2009) : 1. Natalitas ( Angka Kelahiran) Natalitas atau angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan jumlah individu baru yang menyebabkan populasi bertambah per satuan waktu. Dengan demikan, meningkatnya natalitas merupakan faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan populasi. 2. Mortalitas Mortalitas atau angka kematian adalah angka yang menunjukkan jumlah pengurangan individu per satuan waktu. Terjadinya kematian merupakan salah satu faktor utama yang mengontrol ukuran suatu populasi. Apabila natalitas lebih

kecil dari pada mortalitas, pertumbuhan populasinya menurun dan apabila natalitas lebih besar dari pada mortalitas, pertumbuhan populasinya meningkat. 3. Migrasi (Imigtasi dan Emigrasi) Migrasi adalah kedatangan individu baru dari tempat lain, sedangkan emigrasi adaalah kepergian/ pindah ke tempat lain. Apabila luas suatu daerah tetap dan jumlahnya individu yang datang lebih besar daripada yang pergi maka kepadatan populasi akan mengecil. Pada suatu daerah yang tersedia cukup ruang dan makanan akan cenderung mendorong bertambahnya jumlah individu. Hal itu akan meningkatkan jumlah populasi sekaligus meningkatkan kepadatan populasi. Meningkatnya jumlah populasi organisme pada suatu daerah akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi akan terus berlangsung selama lingkungan mampu menunjang kehidupan. Apabila populasi sudah mencapai titik maksimum atau melebihi daya dukung lingkungan akan menurun (Zainal, 2007) : Perubahan popilasi ada yang tampak jelas dan ada pula yang tidak jelas. Pada ekosistem darat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan populasi, di antaranya adalah (Zainal, 2007) : 1. Perubahan suhu Setiap organisme hanya dapat hidup dengan baik pada suhu tertentu. Apabila suhu lingkungannya berubah lebih tinggi atau lebih rendah dari pada suhu yang diperlukan, akan menimbulkan gangguan kehidupan organisme tersebut. 2. Kadar air tanah dan curah hujan Kadar air tnah dan curah hujan akan berpengaruh tehadap perubahan

Jumlah populasi. Tidak ada satu pun jenis makhluk hidup yang tidak memerlukan air untuk aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu, perubahan kadar air dalam tanah akan mempengaruhi peri kehidupan tumbuhan dan organisme lain yang hidup di atasnya. Hal itu dapat kita perhatikan pada alam sekitar kita, yaitu pada musim kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau daun-daun pohon berguguran dan rumput-rumput mati. Pada musim hujan daun-daun pohon tumbuh subur dan rerumputan pun tampak menghijau. Perubahan populasi tumbuhan tersebut akibatnya juga akan berpengaruh pada perikehidupan serta populasi hewan yang ada di tempat tersebut. Sekolompok populasi dari berbagai jenis yang hidup pada suatu daerah tertentu disebut komunitas. Komunitas dapat mencakup semua populasi di daerah tertentu, misalnya semua tumbuhan, hewan, dan jasad renik atau suatu kelompok tertentu seperti komunitas paku atau komunitas burung pemakan biji (Yanney, 1990). Komunitas mengacu kepada suatu kumpulan populasi yang terdiri dari spesies yang berlainan yang menempati daerah tertentu. Komunitas tidak harus merupakan daerah yang luas dengan beraneka dengan spesies hewannya yang sama-sama beragam. Pada kenyataannya, komunitas dapat mempunyai ukuran berapapun, bahkan sekecil sebuah stoples laboratorium berisi air yang mengandung bakteri, jamur atau protozoa. Bahkan tanahnya sendiri mendukung suatu komunitas (Yanney, 1990). Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi, ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Ekosistem adalah suatu

komunitas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang dinamis dan kompleks, serta saling berinteraksi sebagai suatu unit yang fungsional (Caudill, 2005). Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibedakan atas dua macam (Anonim, 2012): Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur

tangan manusia. Contoh : padang rumput, gurun,laut. Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang terjadi karena buatan manusia.

Contoh : kolam, sawah, waduk, kebun. Ekosistem tersusun atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup Sebagai contoh, ekosistem sawah terdiri atas hewan dan tumbuhan yang hidup bersamasama. Pada ekosistem sawah tersebut, terdapat rumput, tanaman padi, belalang, ulat, tikus, burung pemakan ulat, burung elang,dan masih banyak lagi. Dalam ekosistem, terdapat satuan-satuan makhluk hidup. Individu, populasi, komunitas, biosfer yang merupakan satuan makhluk hidup dalam satu ekosistem, dan sinar matahari sangat berperan terhadap kelangsung-an hidup satuan-satuan ekosistem tersebut ( Sowarno, 2009 ). Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan. Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan manusia (Anonim, 2012). Ekosistem disusun oleh dua komponen, yaitu lingkungan sik atau tidak

tidak hidup (komponen abiotik) dan berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik). Berbagai jenis makhluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi satuan-satuan makhluk hidup dan ekosistem : 1. Komponen Abiotik Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, kompo-nen abiotik merupakan keadaan sik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topogra , dan iklim (Anonim, 2012). Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan sik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topogra , dan iklim (Anonim, 2012). Hampir semua makhluk hidup membutuhkan air. Karena itu, air

merupakan komponen yang sangat vital bagi kehidupan. Sebagian besar tubuh makhluk hidup tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air. Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak sama antara daerah satu dengan yang lainnya. Komponen abiotik lainnya adalah udara. Kita tidak bisa menyangkal bahwa peranan udara

sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Oksigen yang kita gunakan untuk bernapas atau CO2 yang diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis juga berasal dari udara. Bahkan bumi kita pun dilindungi oleh atmosfer yang merupakan lapisan-lapisan udara (Anonim, 2012). Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari, kelembaban, dan juga temperatur (suhu). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu, cahaya matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara. Adanya perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya memberikan pengaruh bagi organisme (Budiati, 2006). Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk hidup, karena dengannya tumbuhan dapat berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di udara akan mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh organisme. Organisme yang hidup di dae-rah panas (suhu udara tinggi dan kelembaban rendah) akan berupaya untuk mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya onta yang merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub, karena hidup di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi dengan memiliki bulu yang tebal. Selain itu, perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan angin, yaitu aliran udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga organisme akan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Contohnya pada tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah dengan angin yang kencang, daerah pantai misalnya, membentuk sistem perakaran yang kuat dan batang yang elastis

supaya tidak mudah patah ketika diterpa angin. Contohnya jenis tumbuhan tersebut adalah cemara udang (Anonim, 2012). Selain air, udara, dan cahaya matahari, keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis organisme, terutamatumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang me-makan pemakan tumbuhan tersebut. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur haranya (Budiati, 2006 ). Komponen abiotik yang juga tidak kalah penting adalah topogra dan iklim. Topogra adalah letak suatu tempat dipandang dari ketinggian di atas permukaan air laut (altitude) atau dipandang dari garis bujur dan garis lintang (latitude). Topogra yang berbeda menyebabkan perbedaan penerimaan intensitas cahaya, kelembaban, tekanan udara, dan suhu udara, sehingga topogra dapat menggambarkan distribusi makhluk hidup. Sedangkan iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata di suatu tempat yang luas dalam waktu yang lama (30 tahun), terbentuk oleh interaksi berbagai komponen abiotik seperti kelem baban udara, suhu, curah hujan, cahaya matahari, dan lain sebagainya (Sulistyorini, 2009 ). Iklim mempunyai hubungan yang erat dengan komunitas tumbuhan dan kesuburan tanah. Contohnya adalah di daerah yang beriklim tropis, seperti Indonesia, memiliki hutan yang lebat dan kaya akan keanekaragaman hayati yang disebut hutan hujan tropis sedang kan di daerah subtropis hutan seperti itu tidak dijumpai (Kistinnah, 2009 ).

2. Komponen Biotik Komponen biotik meliputi semua jenis makhluk hidup yang ada pada suatu ekosistem. Contoh komponen biotik adalah manusia,hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Menurut peranannya dalam ekosistem, komponen biotik dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu produsen, konsumen, dan pengurai. Organisme yang berperan sebagai produsen adalah semua organisme yang dapat membuat makanan sendiri. Organisme ini disebut organisme autotrof, contohnya adalah tumbuhan hijau. Sedangkan organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri (heterotrof ) berperan sebagai konsumen ( Sowarno, 2009 ). Tumbuhan merupakan organisme autotrof karena dapat membuat makanan sendiri melalui fotosintesis. Dalam proses ini, bahan anorganik diubah menjadi senyawa organik dengan bantuan sinar matahari. Melalui proses fotosintesis, gas hasil buangan organisme lain diubah oleh tumbuhan menjadi zat gula, oksigen, dan energy ( Sowarno, 2009). Selain mampu mencukupi kebutuhannya akan energi, produsen juga berperan sebagai sumber energi bagi organisme lain. Energi yang dihasilkan produsen akan dimanfaatkan oleh organisme lain melalui proses makan dan dimakan. Hewan pemakan tumbuhan memperoleh energi dari tumbuhan yang dimakannya. Sedangkan hewan pemakan tumbuhan tersebut juga bisa dijadikan sumber energi bagi hewan lain yang memakannya. Organisme yang memperoleh makanan dengan cara demikian disebut konsumen. Jadi, organisme yang berperan sebagai konsumen adalah organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri atau disebut organisme heterotrof ( Subardi, 2009 ).

Berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsinya, konsumen dibedakan menjadi tiga macam yaitu ( Subardi, 2009): 1. Herbivora adalah organisme pemakan tumbuhan. Contohnya adalah kerbau, sapi, kambing, kelinci, dan zebra. 2. Karnivora adalah organisme pemakan hewan (daging). Misalnya singa, serigala, harimau, kucing, dan elang. 3. Omnivora adalah organisme pemakan segala jenis makanan, baik tumbuhan maupun hewan. Contoh omnivora adalah ayam, itik, dan manusia. Selain produsen dan konsumen, terdapat pula organisme yang berperan sebagai pengurai. Hilangnya tumbuhan dan hewan yang telah mati ini disebabkan oleh aktivitas organisme pengurai atau dekomposer. Mereka berperan

menguraikan (melakukan dekomposisi) sisa-sisa organisme yang sudah mati (detritus). Karena memakan detritus, organisme ini disebut juga detritivora (Budiati, 2006). Organisme pengurai memperoleh makanan dengan cara mserombak sisa produk organisme dan organisme yang mati dengan enzim pencernaan yang dimilikinya. Hasil perombakan ini kemudian diserap sebagai makanan. Kegiatan pengurai memungkinkan senyawa sederhana didaur ulang, sehingga dapat digunakan kembali oleh organisme autotrof atau produsen. Contoh organisme yang termasuk pengurai adalah cacing tanah, jamur, dan bakteri, lipan, luing, kutu kayu, rayap, nematoda, dan larva serangga (Budiati, 2006). Semua rantai makanan mulai dengan organism autrofik, yaitu organism yang melakukan fotosintesis seperti tumbuhan hijau. Organism ini disebut

produsen karena hanya mereka yang dapat membuat makan daari bahan mentah anorganik. Setiap organism, misalnya sapi atau belalang, yang langsung memakan tumbuhan disebut konsumen primer atau herbivora. Karnivora seperti katak, yang memakan herbivore disebut konsumen sekunder. Karnivora sebagaimana ular, yang memakan komponen sekunder dinamakan konsumen tersier dan seterusnya. Kebanyakan hewan mengonsumsi makan yang beragam dan pada gilirannya, menyediakan makan untuk berbagai makhluk lain yang memangsanya. Jadi energy yang terdapat dari hasil bersih dari produsen itu berlalu kedalam jaringjaring makanan. Jaring-jaring makanan adalah kumpulan berberapa rantai makanan yang membentuk skema (Kimball, 1983). Kumpulan dari berbagai komunitas pada suatu zona habitat disebut bioma. Bioma di bumi bisa dikelompokkan menjadi bioma darat (terestrial) dan bioma perairan (akuatik). Bioma terestrial terjadi karena daratan memiliki variasi geogra seperti ketinggian di atas permu-kaan laut dan garis lintang. Di daratan terdapat 6 bioma yaitu bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan hujan tropis, bioma hutan 4 musim, bioma taiga, dan bioma tundra. Contoh bioma yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis (Budiati, 2006 ). Kesemua bioma yang ada di bumi atau semua zona kehidupan di bumi disebut biosfer (lapisan kehidupan). Biosfer meliputi semua lapisan kehidupan, dari dasar laut yang dalam sampai lapisan udara di mana masih terdapat kehidupan. Biosfer merupakan kumpulan semua komunitas dan ekosistem yang ada di planet bumi, meliputi semua bagian dari lapisan bumi yang paling atas yaitu, ait, kulit bumi dan atmosfer (Budiati, 2009).

Terdapat dua model pertumbuhan yaitu model eksponensial dan model logistic (Campbell, 2000): 1. Model eksponensial pertumbuhan populasi menjelaskan suatu populasi ideal dalam lingkungan yang tidak terbatas. Model ini memprediksi bahwa semakin besar suatu populasi akan semakin cepat populasi itu akan tumbuh. 2. Model logistic pertumbuhan populasi menyertakan konsep daya tampung. Pertumbuhan eksponensial tidak dapat dipertahankan tanpa batas dalam populasi apapun. Suatu model yang lebih nyata (realistis) membatasi pertumbuhan dengan menyertakan daya tampung.

BAB III METODE PERCOBAAN

III. 1 Alat Alat yang digunakan pada percobaan populasi, komunitas, dan ekosistem adalah kalkulator dan alat tulis menulis.III. 2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas grafik biasa berukuran A3 sebanyak dua lembar. III.3 Prosedur kerja Prosedur percobaan ini yaitu : 1. Memilih daerah penelitian Dalam hal ini, pilihlah daerah penelitian dimana memungkinkan semua makhluk hidup tumbuh dan berkembang sehingga memudahkan kita untuk mendapatkan data yang diinginkan. 2. Mengumpulkan data sebanyak mungkin baik data berupa lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik 3. Memilah-milah sesuai dengan trofiknya Dalam hal ini, kita mengelompokkan data berdasarkan trofiknya dalam ekosistem. Misalnya, kita mengelompokkan semua data berupa tumbuhan ke dalam produsen dan hewan- hewan ke dalam konsumen I, konsumen II ataupun konsumen III seseuai dengan kedudukannya dalam ekosistem. 4. Membuat rantai makanan beradasarkan data yang diperoleh.

5. Membuat jarring-jaring makanan berdasarkan data yang diperoleh. 6. Membuat piramida makanan berdasarkan pengelompokkan tadi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan A. Komponen Abiotik dan Biotik a. Abiotik 1. Batu 2. Tanah 3. Air 4. Cahaya 5. Suhu 6. Udara 7. sampah b. Biotik 1. Pohon bungur Lagerstroemia speciosa 2. Tumbuhan paku Pteridophyta 3. Jamur Fungi 4. Lumut Bryophyte 2. Rumput betung Equisetum debile 3. Lalat Musca domestica 4. Laba-laba Arachnida 5. Siput Lymnea javanica 6. Semut merah Formica ruva

7. Semut hitam Camponotus caryae 8. Ulat bulu Lymantridae 9. Belalang Valanga sp 10. Burung Aves B. Model Perhitungan a. Model 1 Tahun 2012 terdapat 10 ekor ( 5 pasang) burung Asumsi I : 5 10 = 50 ekor ( 25 pasang ) 50 + 10 = 60 ekor ( 25 pasang ) Asumsi II Asumsi III Asumsi IV : 60 - 10 = 50 ekor ( 25 pasang ) : 50 ekor ( 25 pasang ) : 50 ekor ( 25 pasang )

Tahun 2013 terdapat 50 ekor (25 pasang) burung Asumsi I : 25 10 = 250 ekor ( 125 pasang ) 250 + 50 = 300 ekor ( 150 pasang ) Asumsi II Asumsi III Asumsi IV : 300 - 50 = 250 ekor ( 125 pasang ) : 250 ekor ( 125 pasang ) : 250 ekor ( 125 pasang )

Tahun 2014 terdapat 250 ekor ( 125 pasang) burung Asumsi I : 125 10 = 1250 ekor ( 625 pasang ) 1250 + 250 = 1500 ekor ( 750 pasang ) Asumsi II Asumsi III : 1500 - 250 = 1250 ekor ( 625 pasang ) : 1250 ekor ( 625 pasang )

Asumsi IV

: 1250 ekor ( 625 pasang )

Tahun 2015 terdapat 1250 ekor ( 625 pasang) burung Asumsi I : 625 10 = 6250 ekor ( 3125 pasang ) 6250 + 1250 = 7500 ekor ( 3750 pasang ) Asumsi II Asumsi III Asumsi IV : 7500 - 1250 = 6250 ekor ( 3125 pasang ) : 6250 ekor ( 3125 pasang ) : 6250 ekor ( 3125 pasang )

Tahun 2016 terdapat 6250 ekor ( 3125 pasang) burung Asumsi I : 3125 10 = 31250 ekor ( 15625 pasang ) 31250 + 6250 = 37500 ekor ( 18750 pasang ) Asumsi II Asumsi III Asumsi IV b. Model 2 Tahun 2012 terdapat 10 ekor ( 5 pasang ) Asumsi I : 5 10 = 50 ekor ( 25 pasang ) 50 + 10 = 60 ekor ( 30 pasang ) Asumsi II : 2/5 10 = 4 ekor ( 2 pasang ) 60 6 = 54 ekor ( 27 pasang ) Asumsi III Asumsi IV : 54 ekor ( 27 pasang ) : 54 ekor ( 27 pasang ) : 37500 - 6250 = 31250 ekor ( 15625 pasang) : 31250 ekor ( 15625 pasang ) : 31250 ekor ( 15625 pasang )

Tahun 2013 terdapat 54 ekor ( 27 pasang ) Asumsi I : 27 10 = 270 ekor ( 135 pasang )

54 - 4 = 50 ekor ( 25 pasang ) 270 + 50 = 320 ekor ( 160 pasang ) Asumsi II : 2/5 50 = 20 ekor ( 10 pasang ) 320 30 = 290 ekor ( 145 pasang ) Asumsi III Asumsi IV : 290 ekor ( 145 pasang ) : 290 ekor ( 145 pasang )

Tahun 2014 terdapat 290 ekor ( 145 pasang ) Asumsi I : 145 10 = 1450 ekor ( 725 pasang ) 290 20 = 270 ekor ( 135 pasang ) 1450 + 270 = 1720 ekor ( 860 pasang ) Asumsi II : 2/5 270 = 108 ekor ( 54 pasang ) 1720 162 = 1558 ekor ( 779 pasang ) Asumsi III Asumsi IV : 1558 ekor ( 779 pasang ) : 1558 ekor ( 779 pasang )

Tahun 2015 terdapat 1558 ekor ( 779 pasang ) Asumsi I : 779 10 = 7790 ekor ( 3895 pasang ) 1558 + 108 = 1450 ekor (7250 pasang ) 7790 + 1450 = 9240 ekor ( 4620 pasang ) Asumsi II : 2/5 1450 = 580 ekor ( 290 pasang ) 9240 870 = 8370 ekor ( 4185 pasang ) Asumsi III Asumsi IV : 8370 ekor ( 4185 pasang ) : 8370 ekor ( 4185 pasang )

Tahun 2016 terdapat 8370 ekor ( 4185 pasang )

Asumsi I

: 4185 10 = 41850 ekor ( 20925 pasang ) 8370 580 = 7790 ekor ( 3895 pasang) 41850 + 7790 = 49640 ekor ( 24820 pasang )

Asumsi II

: 2/5 7790 = 3116 ekor ( 1558 pasang ) 49640 4674 = 44966 ekor ( 22483 pasang )

Asumsi III Asumsi IV c. Grafik Model 1

: 44966 ekor ( 22483 pasang ) : 44966 ekor ( 22483 pasang )

Grafik Model I35000 30000

25000

Populasi

20000

15000

jumlah populasi

10000

5000

0 2013 2014 2015 2016 Tahun

Model 2

Grafik Model II9000 8000 7000 6000 populasi 5000 4000 3000 2000 1000 0 2013 2014 Tahun 2015 2016 jumlah populasi

IV. Pembahasan a. Rantai makanan

Pohon Bungur

Ulat Bulu

Jamur (Pengurai)

Burung

Pada rantai makanan, proses makan dan dimakan hanya berlangsung dalam satu arah, sehingga tidak ada kompunen di dalamnya yang memiliki dua fungsi sekaligus, karena mereka telah menempati peran masing masing tanpa ada saling singgung. Sewaktu tumbuhan hijau dimakan herbivora, energi kimia yang tersimpan dalam tumbuhan berpindah ke dalam tubuh herbivora dan sebagian energi hilang berupa panas. Demikian juga sewaktu herbivora dimakan karnivora. Oleh karena itu, aliran energi pada rantai makanan jumlahnya semakin berkurang. Pergerakan energi di dalam ekosistem hanya satu jalur, berupa aliran energy. Semua rantai makanan dimulai dengan organisme autrofik, yaitu organisme yang melakukan fotosintesis seperti tumbuhan hijau.organisme ini

disebut produsen karena hanya mereka yang dapat membuat makan dari bahan mentah anorganik. Dengan demikian, pada rantai makanan tersebut dapat dijelaskan bahwa : Rumput dan pohon bungur bertindak sebagai produsen, ulat bulu sebagai konsumen I (herbivora) dan burung sebagai konsumen II (karnivora). b. Jaring-jaring makanan

Pohon Bungur

Laba-laba

Ulat Bulu

Rumput

Belalang

Jamur (Pengurai)

Burung

Jaring-jaring makanan merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan. Pada jaring-jaring makanan terdapat dua atau lebih produsen dan konsumen. Seperti pada jaring-jaring makanan yang ada di atas, jumlah produsen ada dua, yaitu rumput dan pohon bungur, konsumen I terdapat dua hewan, yaitu ulat, dan belalang, pada konsumen II terdapat laba-laba dan burung. Dalam hal ini, burung berperan sebagai konsumen tingkat II dan III. c. Piramida makanan

Trofik IV

Trofik III

Trofik II

Trofik I

Sebuah ekosistem akan seimbang dan terjaga kelestariannya apabila jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen I, jumlah konsumen I harus lebih banyak daripada konsumen II, dan seterusnya. Apabila kondisi tersebut digambarkan maka akan terbentuk suatu piramida makanan. Pada gambar piramida yang ada di atas, tingkat trofik I di tempati oleh prosdusen yaitu rumput dan pepohonan, tingkat trofik II di tempati oleh konsumen

primer yaitu ulat, dan belalang, tingkat trofik III di tempati oleh laba-laba, dan tingkat trofik IV di tempati oleh konsumen puncak yaitu burung. d. Model perhitungan Model I Pada model I, diumpamakan di suatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantang dan betina), selanjutnya kita akan menghitung besarnya populasi setiap permulaan musim bertelur. Sesuai dengan asumsi I bahwa setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina sehingga jumlah seluruh burung gereja adalah 60 ekor. Selanjutnya, setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya sehingga jumlah burung seluruhnya kembali menjadi 50 ekor. Pada tahun 2013 dengan jumlah induk 50 ekor ( 25 pasang ) sehingga jumlah akhir pada tahun 2013 adalah 250 ekor ( 125 pasang ). Begitu pula pada tahun 2014 dengan jumlah akhir 1250 ekor ( 625 pasang ), pada tahun 2015, terhitung 6250 ekor ( 3125 pasang ) dan tahun 2016 yaitu 31250 ekor ( 15625 pasang ). Model II Pada model II diumpamakan di suatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantang dan betina). Sesuai asumsi I bahwa setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan keturunan sehingga dihasilkan total burung gereja ditambah induknya sebanyak 60 ekor. Selanjutnya, Setiap tahun 2/5 dari tetua jantan dan betina masih dapat mempunyai keturunan untuk kedua kalinya, baru kemudian mati sehingga tersisa 54 ekor. Pada tahun

2013 dengan jumlah induk 54 ekor ( 27 pasang ) sehingga jumlah akhir pada tahun 2013 adalah 290 ekor ( 145 pasang ). Begitu pula pada tahun 2014 dengan jumlah akhir 1558 ekor ( 779 pasang ), pada tahun 2015, terhitung 8370 ekor ( 4185 pasang ) dan tahun 2016 yaitu 44966 ekor ( 22483 pasang ).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pertumbuhan populasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan imigrasi. 2. Di dalam suatu ekosistem terdapat komponen biotik (mahkluk hidup) dan komponen abiotik (lingkungan) yang saling berhubungan untuk menjaga kesimbangan ekosistem. V.2 SARAN Saran yang praktikan sampaikan pada percobaan kali ini adalah agar laboratorium di jaga kebersihannya agar proses praktikum berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Andri, 2011. Laporan Tetap Ekologi Pertanian. http://andriecaale.blogspot.com. Diakses tanggal 21 April 2013, pukul 18.12 WITA Anonim, 2012. Pengaruh Faktor Biotik Ekosistem. http://novyjuli.blogspot.com. Diakses tanggal 21 April 2013, pukul 18.00 WITA Budiati, Herni, 2009. Biologi SMA. Gema Ilmu. Bandung. Bonari, Mega, 2011. Keragaman Komunitas. http://megabohari.blogspot.com. Diakses tanggal 20 April 2013, pukul 08.00 WITA Campbell, Neil A. dkk., 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta. Caudill, Herb, 2005. Ekosistem dan Kesejahteraan Manusia:Suatu Kerangka Pikir untuk Penilaian. Millennium Ecosystem Assessment. Jakarta. Kimball, John W., 1983. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Kistinnah, Idun, 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya, Putra Nugraha. Jakarta. Riza, 2009. Ekosistem. http://oryza-sativa.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 April 2013, pukul 10.50 WITA Sulistyorini, Ari, 2009. Biologi 1. Balai Pustaka. Jakarta. Sativani, Risa, 2010. Ekologi Populasi. http://oryza-sativa135rsh. blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 April 2013, pukul 11.00 WITA Subardi, 2009. Biologi. Usaha Makmur. Jakarta. Suwarno, 2009. Panduan Pembelajaran Biologi. Karya Mandiri Nusantara. Jakarta. Yanney, J.E., 1990. Ekologi Tropika. ITB. Bandung. Zainal, Abidin, 2007. Ekologi. http://www.masbiet.com. Diakses pada tanggal 19 April 2013, pukul 23.00 WITA