laporan banyu urip kelompok erik newest 31 januari 2013
DESCRIPTION
asTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kedokteran merupakan ilmu yang selalu berkembang secara dinamis. Pada
awalnya, ilmu kedokteran berdasarkan pengalaman empiris saja dimana keahlian
pengobatan didapatkan secara turun menurun dari generasi sebelumnya atau berdasarkan
pengalaman yang pernah didapat. Namun dengan hadirnya para ilmuwan dan
cendekiawan di akhir era 1900-an, pengobatan yang dilakukan mulai berdasar atas
penelitian klinis dan trial yang dilakukan di rumah-rumah sakit. Akibat perawatan di
rumah sakit yang cukup mahal dan jumlah penyakit di masyarakat yang masih tinggi,
maka pengobatan yang bersifat kuratif atau hanya mengobati pasien tanpa memperhatikan
hal-hal lain dianggap belum cukup. Oleh sebab itu, mulai berkembanglah konsep Era
Kesehatan Masyarakat atau Public Health Era, Menurut konsep ini, tenaga kesehatan
tidak hanya melakukan tindakan kuratif saja, melainkan juga tindakan promotif,
preventif, dan rehabilitatif. Untuk Menjalankan konsep ini maka pemerintah membentuk
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang bisa disebut dengan Puskesmas.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah.
Yang dimaksud dengan unit pelaksana teknis adalah puskesmas menyelenggarakan
sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan
unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Penanggung jawab utama
penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota
adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab
hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional standar
wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, bila satu kecamatan terdapat lebih dari
satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antarpuskesmas dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Puskesmas secara
operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
secara administratif bertanggung jawab kepada camat (SK MENKES RI
no.128/Menkes/SK/II/2004).
Fungsi pertama Puskesmas adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan
berwawasan kesehatan. Puskesmas menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha, memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan,
menguramakan promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Fungsi kedua puskesmas adalah pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas berupaya
agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia
usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaan. Puskesmas juga memperhatikan kondisi dan
situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. Fungsi ketiga puskesmas adalah
sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas melakukan pelayanan
kesehatan baik bagi perorangan maupun masyarakat (SK MENKES RI
no.128/Menkes/SK/II/2004).
Pelayanan kesehatan di Puskesmas dilaksanakan secara menyeluruh (paripurna
dan komprehensif) berarti Puskesmas adalah tempat yang menyelenggarakan upaya
kesehatan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan), sejak pembuahan hingga lanjut usia. Keempat jenis
pelayanan tersebut dikenal sebagai pelayanan medis paripurna dasar.
Pelayanan kesehatan terpadu yang dilakukan Puskesmas artinya dalam
melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya harus melakukan
kerjasama dengan berbagai pihak, bermitra dengan Badan Peduli Kesehatan Masyarakat
(BPKM) atau Badan Penyantun Puskesmas (BPP) dan organisasi masyarakat lainnya,
berkoordinasi dengan lintas sektor, agar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan, sehingga
lebih berhasil guna dan berdaya guna (Depkes, 2002).
Tugas dan peran sebagai dokter Puskesmas tidaklah semudah yang dilihat. Dokter
sebagai kepala Puskesmas, harus memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang
struktur organisasi, manajemen dan tata laksana kerja Puskesmas agar program-program
Puskesmas dapat terlaksana dengan baik dan visi misinya pun terlaksana. Hal ini
memerlukan latar belakang pendidikan yang telah diperoleh saat kuliah serta pengalaman
kerja. Berbekal dengan modal dasar berupa ilmu administrasi kesehatan masyarakat dan
teori tentang manajemen Puskesmas yang didapatkan saat kuliah, pada Clinical Posting
Senior (CPS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat - Kedokteran Pencegahan para
dokter muda diberikan kesempatan untuk menimba secara langsung pengalaman bekerja
di Puskesmas, untuk menerapkan pengetahuan dan mencocokkan dengan keadaan
sesungguhnya di lapangan, yang dalam hal ini adalah Puskesmas Banyu Urip Surabaya.
Disini diharapkan CPS KBK akan mendapat kesempatan untuk melihat secara langsung
bagaimana mekanisme manajemen Puskesmas dan ke depan dapat mengaplikasikan
dengan benar saat sudah menjadi dokter.
Melalui pengamatan dan pengaplikasian langsung serta analisis hasil kegiatan
yang dilakukan, diharapkan para CPS KBK mendapatkan gambaran mengenai situasi dan
permasalahan yang sering ada di Puskesmas. Diharapkan dengan kegiatan ini pula, CPS
KBK dapat memperkirakan serta memberi solusi terhadap masalah dan hambatan yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang.
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Memahami kinerja Puskesmas dan masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas serta sistem administrasinya sebagai unit organisasi fungsional
yang melaksanakan upaya kesehatan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu
kepada masyarakat.
1.2.2. Tujuan khusus
1. Memahami keadaan wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.
2. Mempelajari struktur organisasi Puskesmas Banyu Urip.
3. Mengetahui manajemen Puskesmas Banyu Urip.
4. Mengetahui program-program Puskesmas Banyu Urip dan
pelaksanaannya.
5. Mengetahui bentuk pencatatan dan pelaporan Puskesmas Banyu Urip.
6. Mengetahui permasalahan yang ada di Puskesmas Banyu Urip dan
menentukan solusi terbaik yang dapat dilakukan
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat bagi Puskesmas
Menjalin kerjasama antara pihak Puskesmas dengan CPS KBK. Adanya
masukan bagi Puskesmas dari adanya laporan dan saran dari CPS KBK yang
dapat digunakan untuk perbaikan serta peningkatan upaya kesehatan di
wilayah Puskesmas Banyu Urip.
1.3.2. Manfaat bagi CPS KBK
1. CPS KBK memperoleh pengetahuan tentang struktur organisasi dan
manajemen Puskesmas Banyu Urip.
2. CPS KBK memperoleh pengetahuan tentang sarana dan lingkungan
Puskesmas Banyu Urip.
3. CPS KBK memperoleh pengetahuan tentang program-program Puskesmas
Banyu Urip berikut penatalaksanaannya.
4. CPS KBK memperoleh pengalaman bersosialisasi dengan masyarakat
secara langsung di wilayah kerja Puskesmas.
5. CPS KBK dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di perkuliahan
6. CPS KBK mendapat pengalaman kerja yang dapat digunakan saat menjadi
dokter
BAB II
METODE KEGIATAN
2.1 Waktu Kegiatan
Kegiatan Kepaniteraan IKM-KP di Puskesmas Banyu Urip Surabaya
dilaksanakan sejak tanggal 21 Januari 2013 hingga 1 Februari 2013.
2.2 Tempat Kegiatan
Kegiatan Kepaniteraan IKM-KP dilaksanakan di Puskesmas Banyu Urip
Surabaya.
2.3 Pelaksana Kegiatan
Pelindung : Ketua Departemen IKM-KP Fakultas Kedokteran Unair
Pembimbing : Sawitri Retno Hadiati, dr., MQHC
Hj. Tenny Septania, dr.
Anggota : Lyndon Darwin 010810504
Desy Christianti 010810505
Irsa Rahardjo 010810506
Erik Jaya Gunawan 010810507
Hanindiya Irianti R. 010810482
2.4 Mekanisme Kegiatan
Kegiatan Kepaniteraan IKM-KP di Puskesmas Banyu Urip dilaksanakan
selama 12 hari mulai tanggal 21 Januari 2013 hingga 1 Februari 2013, diikuti oleh
lima CPS KBK semester 9 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan
bimbingan Kepala Puskesmas Banyu Urip Surabaya beserta dosen pembimbing dari
Departemen IKM-KP Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. CPS KBK dibagi
dalam enam UPK (KIA-KB, BP, gizi, kesehatan lingkungan, dan P2M, promosi
kesehatan) secara bergantian sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selain mengikuti
kegiatan di UPK, CPS KBK juga diberi pengarahan mengenai beberapa program,
mengadakan beberapa penyuluhan kesehatan, dan homevisit pasien. Topik
pengarahan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. CPS KBK diberi kesempatan
untuk berdiskusi dengan masing-masing pengelola program dan kegiatan.
Input Proses Output Outcome Impact
Kepaniteraan ini dilakukan dengan metode praktik kerja secara langsung di
lapangan yang dititikberatkan pada pengetahuan administrasi Puskesmas.
Secara garis besar kegiatan kepaniteraan IKM-KP di Puskesmas Banyu Urip
Surabaya meliputi:
1. Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Banyu Urip
2. Wawancara / diskusi dengan kepala / pegawai Puskesmas (21/1/2013)
3. UPK inovatif :
a. Kegiatan poli TB Paru: anamnesa, pemeriksaan fisik, tes mantoux.
b. Kegiatan poli lansia : melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik,
diagnosis, dan terapi.
4. UPK pengobatan dasar:
Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosis, dan terapi (21/1/2013-
31/1/2013)
5. UPK KIA:
Anamnesa, pemeriksaan fisik, dan imunisasi. (22-25/1/2013)
6. UPK KB:
Anamnesis, pemilihan KB, aff IUD (23/1/2013)
7. UPK Gizi:
Anamnesa, pemeriksaan fisik dan KIE (28/1/2013)
8. UPK Promkes:
Penyuluhan diare, demam berdarah, antenatal care, ibu hamil-KEK, dan
tumbuh kembang balita (26-31/1/2013)
9. UPK P2M:
Imunisasi di poli KIA (22/1/2013 dan 25/1/2013)
10. UPK kesehatan lingkungan:
Home visit pasien (26/1/2013)
Dalam laporan Puskesmas kali ini, kelompok kami fokus membahas mengenai
kinerja Puskesmas dalam program KIA terutama poli DDTK, Deteksi Dini Tumbuh
Kembang. Dalam mengevaluasi poli DDTK ini, kami membuat logic model untuk
memudahkan evaluasi. Logic model yang dimaksud terdiri dari :
Input terdiri dari man, money, method, market, management, dan machine.
Input dibutuhkan sebelum menjalankan proses/kegiatan. Tanpa input yang baik,
proses tidak akan berjalan baik. Proses yang dimaksud adalah segala kegiatan yang
dilakukan untuk dapat mencapai output dan outcome. Output bisa merupakan angka
cakupan dari yang ditargetkan. Outcome merupakan kualitas yang diharapkan.
Outcome merupakan target yang dicapai dalam jangka pendek, sedangkan impact
merupakan target akhir yang ingin dicapai dalam jangka yang lebih panjang. Logic
model digunakan untuk memudahkan dalam pencarian sumber masalah yang dapat
menyebabkan kegagalan dalam pencapaian target.
Sistem evaluasi yang kami gunakan untuk menganalisa program adalah CDC
framework evaluation dengan langkah sebagai berikut :
(CDC, 2012)
1. Menjalin kerja sama yang baik dengan perangkat Puskesmas
2. Mengidentifikasi program yang akan dievaluasi
3. Menentukan metode analisa program, yaitu dengan logic model.
4. Mengumpulkan data dari perangkat Puskesmas
5. Mengambil kesimpulan dari analisis yang dilakukan
6. Mengusulkan pemecahan masalah terkait program yang telah dievaluasi
BAB III
KEBIJAKAN DAN KONSEP DASAR PUSKESMAS
3.1 Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan
penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia. Untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu. Puskesmas adalah penanggung
jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Sejak
diperkenalkan konsep Puskesmas pada tahun 1968, banyak hasil yang telah dicapai.
Indikator keberhasilan derajat kesehatan masyarakat antara lain adalah menurunnya
angka kematian ibu, menurunnya angka kematian bayi, dan meningkatnya umur harapan
hidup (Lilik Djuari, 2008).
3.2 Konsep Dasar Puskesmas
3.2.1 Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Konsep dasar Puskesmas terdiri dari:
1. Unit pelaksana teknis
2. Pembangunan kesehatan
3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
4. Wilayah kerja (Depkes RI, 2002)
3.2.2 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.
Indikator utama kecamatan sehat ada empat:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Depkes RI, 2002)
3.2.3 Misi
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas sesuai dengan standar
dan memuaskan masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan
masyarakat beserta lingkungannya (Depkes RI, 2002).
3.2.4 Fungsi Puskesmas
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi :
a. Upaya pelayanan kesehatan perorangan (private goods) berupa rawat jalan
ditambah dengan rawat inap di Puskesmas tertentu.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods) antara lain pemberantasan
penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, kesehatan jiwa
masyarakat, dan lain-lain (Depkes RI, 2002).
3.3 Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja
3.3.1 Kedudukan Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan nasional adalah sebagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota sebagai UPTD
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
c. Kedudukan Puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah sebagai unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit
struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat
kecamatan.
d. Kedudukan Puskesmas antar pelayanan kesehatan strata pertama adalah
sebagai mitra dengan lembaga dan swasta (dokter praktek swasta, praktek
dokter gigi, bidan praktek swasta, poliklinik swasta, balai kesehatan swasta) di
wilayah kerja Puskesmas sebagai pembina Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu Balita, Pos UKK (Upaya Kesehatan
Kerja), dan Posyandu Lansia (Depkes RI, 2002).
3.3.2 Struktur Organisasi
Penyusunan organisasi Puskesmas di suatu kabupaten/kota dilakukan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota dan penetapannya dilakukan oleh peraturan
daerah. Sebagai acuan digunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai
berikut:
a. Kepala Puskesmas
b. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala Puskesmas dalam
pengelolaan data dan informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan,
umum, dan kepegawaian.
c. Unit pelaksana teknis fungsional di Puskesmas, yaitu upaya kesehatan
masyarakat termasuk UKBM dan upaya kesehatan perorangan.
d. Jaringan pelayanan Puskesmas: unit Puskesmas pembantu, unit Puskesmas
keliling, dan unit bidan desa/komunitas (Depkes RI, 2002).
3.3.3 Tata Kerja Puskesmas
a. Dengan kantor Kecamatan, berkoordinasi melalui pertemuan berkala.
b. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sebagai unit pelaksana teknis yang
bertanggung jawab kepada Dinas Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas
Kabupaten/Kota bertanggung jawab membina dan memberikan bantuan
administratif dan teknis kepada Puskesmas.
c. Dengan jaringan pelayanan kesehatan strata pertama, sebagai mitra pelayanan
kesehatan yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta.
d. Dengan jaringan pelayanan kesehatan rujukan, dalam bidang upaya kesehatan
perorangan bekerjasama dengan RS kabupaten/kota. Dalam bidang upaya
kesehatan masyarakat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau Balai Laboratorium Kesehatan.
e. Dengan lintas sektor, penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus
berkoordinasi dengan berbagai sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan.
f. Dengan masyarakat, Puskesmas memerlukan dukungan masarakat yang
diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
(Depkes RI, 2002).
3.4 Upaya dan Asas Penyelenggaraan
3.4.1.a Upaya Kesehatan Wajib, terdiri dari:
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu anak serta keluarga berencana
4. Upaya perbaikan gizi
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
3.4.1.b Upaya Kesehatan Pengembangan, terdiri dari:
1. Upaya kesehatan sekolah
2. Upaya kesehatan olahraga
3. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
4. Upaya kesehatan kerja
5. Upaya kesehatan gigi dan mulut
6. Upaya kesehatan jiwa
7. Upaya kesehatan mata
8. Upaya kesehatan Lansia
9. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
3.4.1.c Pelayanan Penunjang, terdiri dari :
1. Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat.
2. Upaya pencatatan pelaporan (Depkes RI, 2002).
3.4.2 Asas Penyelenggaraan
1. Asas pertanggungjawaban wilayah
2. Asas pemberdayaan masyarakat
3. Asas keterpaduan: keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas sektor
4. Asas rujukan: rujukan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat (Depkes RI, 2002).
3.4.3 Manajemen dan Organisasi Puskesmas
3.4.3.1 Manajemen Puskesmas terdiri dari:
a.P1. Perencanaan :
Membuat usulan kegiatan berupa Gantt Chart (RUK).
Mengajukan usulan kegiatan.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau yang disebut
Plan Of Action (POA) dalam bentuk gantt chart.
b.P2. Pelaksanaan dan Pengendalian
Pengorganisasian: menyusun tim perencanaan Puskesmas
Penyelenggaraan
Pemantauan melalui mini lokakarya bulanan
c.P3. Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (Monitoring dan
Evaluasi/MONEV) diaplikasikan melalui P2KPus (Depkes, 2002).
3.5 Dasar Hukum
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004
2. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas 2006
3. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas 2006
BAB IV
ANALISIS SITUASI
4.1 Identitas Puskesmas
1. Nama Puskesmas : Banyu Urip
2. Nomor kode Puskesmas : 13.30.07.00.01.32
3. Alamat
- Jalan : Banyu Urip Kidul 6 / 8 Surabaya
- Kecamatan : Sawahan
- Kode pos : 60254
4. No. telepon/Fax/Email :
(031)5685424/(031)5615292/[email protected]
5. Tahun berdiri : 1978
6. Tipe Puskesmas : Rawat Inap Bersalin
7. Visi :
Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat
8. Misi :
1. Mengutamakan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh masyarakat.
2. Meningkatkan profesionalisme SDM yang berkesinambungan.
3. Memanfaatkan sarana yang ada sesuai standar dan kebutuhan masyarakat.
4. Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan mandiri.
9. Kebijakan mutu :
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu, professional, terkini, inovatif
untuk memenuhi harapan dan kepuasan masyarakat menuju masyarakat sehat secara
mandiri.
10. Tujuan Puskesmas :
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang
ditandai dengan meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat, meningkatnya umur
harapan hidup, menurunnya prevalensi penyakit, menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian bayi, dan menurunkan prevalensi gizi buruk
11. Struktur organisasi (lampiran 1)
12. Rencana jangka pendek dan panjang Puskesmas
Jangka pendek:
1. Renovasi fisik ruangan
Mengadakan komputer baru khusus untuk sekretariat ISO
Mengadakan ruang perpustakaan (di ruang tunggu poli gigi)
2. Peningkatan SDM
Membuat jadwal kegiatan ilmiah satu kali perbulan yang disusun oleh
penanggung jawab diklat
Mengaktifkan dokter jaga on call
Training pembekalan diri
Outbond
Arisan, kegiatan spiritual
Seminar
Kuliah tujuh menit (Kultum)
Jangka panjang:
1. Renovasi fisik
Membuat surat permohonan ke DKK untuk perbaikan lantai ruangan yang
pecah-pecah dan bocor
Mengaktifkan poli DDTK
Permohonan alih fungsi rumah dinas dokter
2. Peningkatan SDM
Mengajukann pelatihan PPGD, ATLS, ACLS/ PONED (Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Dasar) bagi tenaga medis dan perawat ke DKK
Mengajukan TKHI dokter umum dan perawat
Mengajukan koperasi dan kantin Puskesmas
Studi pembelajaran
13. Unit Kesehatan Perorangan (UKP):
1. Unit pendaftaran dilengkapi dengan mobile folder, family folder, menggunakan
nomor antrian, computerize, visi, misi, tata tertib dan jam buka pelayanan
2. Poli umum dilengkapi dengan ECG
3. Pemberian pelayanan sore
4. Khusus penderita TB dilayani di poli paru
5. Poli anak dan MTBS yang bertujuan mencegah transmisi dari Balita yang sakit
ke Balita yang sehat serta dilengkapi pojok oralit untuk penderita diare
6. KIA-KB memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi,
pemasangan tindik, pemasangan pelepasan KB, dan melaksanakan DDTK
7. Poli gizi
8. Pemberian PMT bagi Balita di bawah garis merah (BGM)
9. Poli gigi
10. Poli (Pengobat Tradisional) Battra
14. Keunggulan Puskesmas Banyu Urip:
1. Poli Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)
2. Poli anak
3. Poli paru
4. Poli umum dengan pemberian ECG
5. Pelayanan KB
6. Poli lansia
7. Klinik sanitasi lingkungan
8. Poli Battra
15. Alur Pelayanan Puskesmas Banyu Urip (lampiran 2)
4.2 Wilayah Kerja Puskesmas
4.2.1 Data geografis
a. Batas wilayah kerja:
Sebelah utara : Kelurahan Petemon
Sebelah selatan : Kelurahan Putat Jaya
Sebelah timur : Kelurahan dr. Soetomo
Sebelah barat : Kelurahan Simo Mulyo
b. Posisi Geografis:
Lokasi Puskesmas Banyu Urip tepatnya berada pada wilayah Surabaya bagian
Selatan. Transportasi Mudah dan sebagian besar wilayahnya berupa daratan.
c. Luas wilayah kerja:
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Urip 156 Km2 yang terdiri dari 70%
dataran rendah dan 30% dataran tinggi dan terbagi atas 2 wilayah Kelurahan
yaitu Kelurahan Banyu Urip dan Kelurahan Kupang Krajan dengan jumlah
RT /RW :154 RT/16 RW
d. Peta wilayah kerja: (lampiran 3)
e. Kondisi secara umum:
Wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip sebagian besar terdiri dari daratan yang
rawan banjir pada musim penghujan. Pemukiman penduduk berupa rumah bata,
berdempetan, padat, dan ventilasi kurang, tingkat polusi juga tergolong tinggi
karena merupakan jalur padat lalu lintas, terbatasnya Saluran Pembuangan Air
Limbah (SPAL) dan masyarakatnya sudah menggunakan air PDAM.
4.2.2 Data Demografis
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin (Riil)
Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin (riil) di
wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.
No Status Jumlah
1 Laki laki 26.079 orang
2 Perempuan 25.887 orang
3 Kepala keluarga 13.835 KK
Sumber: Puskesmas Banyu Urip 2012
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Urip Berdasarkan Jenis
Kelamin (Riil) tahun 2011
b. Jumlah Penduduk (BPS) : 51.966
Jumlah laki-laki : 26.079
Jumlah perempuan : 25.887
c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan usia di wilayah kerja
Puskesmas Banyu Urip tahun 2012.
UMUR LAKI – LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
0 Tahun 469 448 917
0 – 1 Tahun 950 911 1861
0 – 3 Tahun 1448 1390 2838
1 – 5 Tahun 2035 1959 3994
5 – 6 Tahun 1136 1095 2231
7 – 12 Tahun 3161 3032 6193
13 – 15 Tahun 1419 1350 2769
16 – 19 Tahun 1821 1736 3557
Remaja (10 – 19 tahun)
4742 45259277
WUS 16186 16186
PUS 10051
PUS miskin 3150
Bumil 1009 1009
Bulin/Bufas 927 927
Buteki 1860 1860
Pralansia (45 – 59 tahun)
5727 540811135
Lansia (>= 60 tahun) 2569 2272 4841
Usia lanjut (> 65 tahun)
1433 16533086
Total 33836 33239 67075
Sumber: Puskesmas Banyu Urip 2012
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Banyu
Urip Tahun 2012
4.2.3 Data Sosial Ekonomi
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di
wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.
No
.
Keterangan Jumlah
1. Penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta huruf 0 orang
2. Penduduk tidak tamat SD / sederajat 3.505 orang
3. Penduduk tamat SD / sederajat 11.872 orang
4. Penduduk tamat SLTP / sederajat 10.978 orang
5. Penduduk tamat SLTA / sederajat 18.295 orang
6. Penduduk tamat D-1 885 orang
7. Penduduk tamat D-2 878 orang
8. Penduduk tamat D-3 995 orang
9. Penduduk tamat S-1 2.666 orang
10. Penduduk tamat S-2 301 orang
11. Penduduk tamat S-3 28 Orang
Jumlah 50.403 Orang
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Banyu Urip Tahun 2010
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di wilayah
kerja Puskesmas Banyu Urip.
No Status Jumlah (orang)
Pemilik pekerja
1. Jasa pemerintahan/non pemerintahan
a. Pegawai kelurahan 22
b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 270
1.Pegawai kelurahan 22
2.PNS 1.604
3.ABRI 413
4.Guru 1.516
5.Dokter 6
6.Bidan 7
7.Mantri kesehatan/perawat 57
8.Lain-lain 16.035
c. Pensiunan ABRI/Sipil 2.800
d. Pegawai Swasta 16.055
e. Pegawai BUMN/BUMD 1.033
f. Pensiunan Swasta 375
2. Jasa Lembaga Keuangan
Perbankan 107
Perkreditan Rakyat 12
Pegadaian 3
Asuransi 38
3. Jasa Perdagangan
Pasar Kelurahan 8
Warung 89
Kios 68
Toko 129
4. Jasa Penginapan
Losmen 9
Hotel 46
Wisma/Mess 2
5. Jasa angkutan dan transportasi
Angkutan tidak bermotor 75
Angkutan bermotor 3
Mobil kendaraan umum 16
6. Jasa hiburan/tontonan
Bioskop 8
Billyard 14
7. Jasa pelayanan hukum dan nasihat
Notaris 38
Pengacara 48
Konsultane 9
8. Jasa ketrampilan
Listrik, gas dan air 16
Konstruksi 14
Persewaan 23
Jumlah 40.968
Sumber: Puskesmas Banyu Urip 2011
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Wilayah Kerja
Puskesmas Banyu Urip Tahun 2010
4.2.4 Data Sarana Tempat-Tempat Umum
a. Sarana Industri dan Perekonomian
Berikut adalah tabel jumlah sarana industri dan perekonomian di wilayah kerja
Puskesmas Banyu Urip.
No Jenis Industri/Perekonomian Jumlah
1 Pasar 2
2 Toko obat 2
3 Depot isi ulang 2
4 Jasa boga 0
5 Klinik kecantikan 13
6 Pangkas rambut 7
7 Panti pijat 6
8 Rumah makan 2
9 Kios jamu tradisional 6
10 Produsen jamu tradisional 1
11 Salon 38
12 Industri Kecil 5
Tabel 4.5 Jumlah Sarana Industri dan Perekonomian di Wilayah Puskesmas Banyu
Urip Tahun 2010
b. Sarana Pendidikan di Wilayah Puskesmas Banyu Urip
Tabel 4.6. Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Puskesmas Banyu Urip Tahun
2010
c. Sarana Hiburan dan Wisata
Berikut adalah tabel sarana hiburan dan wisata di wilayah kerja Puskesmas
Banyu Urip.
No Tingkat
Pendidikan
Negeri Swasta Jumlah Jumlah
Murid
1 TK 27 27 638
2 SD 9 8 17 2413
3 SLTP/ MTs 0 3 3 179
4 SMU/MA 4 4 558
5 Akademi 0 0 0 0
6 Perguruan Tinggi 0 0 0 0
7 Ponpes 0 0 0 0
JUMLAH 51 51 3788
No Sarana Hiburan Dan Wisata Jumlah
1 Gedung Bioskop 0
2 Kolam Renang 0
3 Hotel Melati 5
Tabel 4.7 Jumlah Sarana Hiburan dan Wisata di Wilayah Puskesmas Banyu Urip Tahun
2010
d. Sarana Tempat Ibadah
Berikut adalah tabel sarana tempat ibadah di wilayah kerja Puskesmas Banyu
Urip.
No Sarana Tempat Ibadah Jumlah
1 Musholla 29
2 Masjid 23
3 Gereja 5
4 Pura 0
5 Wihara 0
6 Kelenteng dll 0
JUMLAH 57
Tabel 4.8 Jumlah Sarana Tempat Ibadah di Wilayah Puskesmas Banyu Urip Tahun
2010
e. Sarana yang lain
No Public Area Jumlah
1 Bandara 0
2 Stasiun Kereta Api 0
3 Terminal 0
4 Pelabuhan 0
5 Dan lain-lain 0
JUMLAH 0
Tabel 4.9 Jumlah Public Area di Wilayah Puskesmas Banyu Urip Tahun 2010
f. Data Sarana Kesehatan
Berikut adalah tabel sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.
No Jenis Pelayanan Pemerintah Swasta Jumlah
1 Rumah sakit umum 0 0 0
2 Rumah bersalin 0 0 0
3 Puskesmas pembantu 1 0 1
4 Poliklinik / balai pengobatan 0 3 3
5 Praktek Dokter Umum 0 11 11
6 Praktek Dokter Gigi 0 4 4
7 Bidan Praktek Swasta (BPS) 0 5 5
8 Apotek 0 6 6
9 Laboratorium. Klinik 0 2 2
10 Optik 0 3 3
11 Klinik kecantikan 0 13 13
JUMLAH 1 47 48
Sumber data: Puskesmas tahun 2011
Tabel 4.10 Sarana Kesehatan di Wilayah Puskesmas Banyu Urip tahun 2010
4.3 Kondisi Internal Puskesmas
4.3.1 Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga 56 orang terdiri dari :
Dokter umum : 6 orang
Dokter gigi : 3 orang
Bidan : 11 orang
Perawat : 7 orang
Tenaga Battra : 1 orang
Sanitarian : 2 orang
Petugas gizi : 1 orang
Analis Laboratorium : 1 orang
tenaga laborat : 1 orang
Asisten Apoteker : 2 orang
Apoteker : 1 orang
Sarjana kesehatan masyarakat : 1 orang
Tenaga administrasi tata usaha : 2 orang
Tenaga IT : 1 orang
Penyuluh kesehatan : 1 orang
Perawat gigi : 1 orang
Pembantu bidan : 5 orang
Rekam medis : 1 orang
Pengemudi : 1 orang
Tukang kebun/penjaga : 1 orang
Cleaning service : 2 orang
Petugas Unit Pendaftaran : 3 orang
4.3.2 Keuangan
Sumber dana / keuangan Puskesmas antara lain berasal dari :
1. APBN (Jamkesmas Kuota, Jamkesda, Jamkesmas Non Kuota, BOK)
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Adalah bantuan dana dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam
membantu pemerintahan kabupaten/kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan menuju Millennium
Development Goals (MDGs) dengan meningkatkan kinerja Puskesmas dan
jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan promotif dan preventif.
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) utamanya digunakan untuk kegiatan
upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif di Puskesmas dan jaringannya
termasuk Posyandu dan Poskesdes, dalam rangka membantu pencapaian target SPM
Bidang Kesehatan di kabupaten/kota guna mempercepat pencapaian target MDGs.
Ruang lingkup kegiatan tersebut meliputi:
A. Upaya Kesehatan di Puskesmas
Dari sekian banyak upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas, dana
BOK utamanya digunakan untuk mendukung upaya kesehatan yang bersifat promotif
dan preventif yang meliputi:
1. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
2. Imunisasi
3. Perbaikan Gizi Masyarakat
4. Promosi Kesehatan
5. Kesehatan Lingkungan
6. Pengendalian Penyakit
B. Penunjang Pelayanan Kesehatan
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif dalam upaya
kesehatan perlu didukung oleh kegiatan penunjang yang meliputi:
a. Bahan kontak
b. Refreshing/penyegaran/orientasi kader kesehatan
c. Rapat koordinasi dengan lintas sektor/tokoh masyarakat/tokoh agama/kader
kesehatan
d. Operasional Posyandu dan Poskesdes
C. Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas
Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan di Puskesmas secara
optimal, tepat sasaran, efisien, dan efektif perlu dilaksanakan manajemen Puskesmas
yang mencakup:
1. Perencanaan Tingkat Puskesmas
Kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas yang dimaksud adalah penyusunan
perencanaan kegiatan Puskesmas yang akan dilaksanakan selama satu tahun dari
berbagai sumber daya termasuk salah satunya adalah BOK.
2. Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakaryua mini puskesmas merupakan proses penyusunan rencana kegiatan yang
telah direncanakan selama satu tahun menjadi kegiatan bulanan yang disepakati
(POA bulanan) untuk dilaksanakan, termasuk kegiatan-kegiatan yang akan dibiayai
dari BOK.
3. Evaluasi
Penilaian pencapaian program dan kegiatan Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun dari yang direncanakan tersebut di atas.
D. Pemeliharaan Ringan
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas, sebagian kecil dana
BOK dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan ringan di Puskesmas dan jaringannya.
2. APBD Propinsi
3. APBD Pemerintah Kota Surabaya
4. PT Askes
5. Lain-lain (Institusi lain, yayasan)
Berikut adalah Tabel penggunaan anggaran kerja Puskesmas Banyu Urip.
NO FUNGSI PROGRAM KEGIATAN / RINCIAN KEGIATAN
1 Kesehatan Masyarakat
GIZI Vitamin A bayi dan Balita PMT Pemulihan Pelacakan Kasus Gizi Buruk PMT Penyuluhan Operasi Timbang
PENINGKATAN SURVEILANS
EPIDEMIOLOGI
Pembinaan Petugas Survailance
PERBAIKAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
Pembinaan depot Air Isi Ulang
Pemeriksaan Sampel Air Pembinaan Bumantik Pembinaan TTU Pembinaan Makanan dan
Minuman Abatisasi
PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
Pemeriksaan TB Pelacakan Kasus TB Pembinaan Kohort TB untuk
petugas Fogging Focus BIAS Imunisasi TT WUS Pertemuan PWS Imunisasi Pengambilan Vaksin Koordinasi/Konsultasi
Petugas DBD2 Peningkatan
Kualitas PelayananPELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS
Pelayanan Sore Pengelola obat +
Laboratorium Pelayanan Layanan Inap
Persalinan Pemeriksaan CJH Pemeliharaan Kendaraan
Dinas operasionalYANDAS Screening anak sekolah
Pembinaan APRAS di Tingkat PWS KIA
Pembinaan Bidan Swasta Validasi data KIA/KB
PENANGANAN GAWAT DARURAT
Posko Bencana Alam
3 Perbaikan Kebijakan dan
Manajemen
PENINGKATAN STANDAR MUTU
KESEHATAN
Audit Mutu Eksternal/Internal
Minilokakarya
Kesehatan Komunikasi Internal Rapat Tinjauan Manajemen Audit Survailance Penerapan SIK/Monev Pengelola Data Entry
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Lomba sekolah Bebas Jentik Revitalisasi Posyandu Pelatihan Dokter Kecil Pembinaan Lansia Forum Komunikasi
Kesehatan Satgas Bencana Pembinaan UKS
PEMBINAAN PROMKES
Penyuluhan Luar Gedung Puskesmas
Pembinaan PHBS Sosialisasi Tumbuh
Kembang dan Deteksi Dini bagi kader
Sumber data: Puskesmas tahun 2009
Tabel 4.11 Penggunaan Anggaran Kerja Puskesmas Banyu Urip tahun 2011
4.3.3 Sarana dan Prasarana
1. Gedung Puskesmas Induk
Lantai I terdiri dari :
R. Poli KIA / KB
R. Unit Laboratorium
Kamar Obat
R. Poli Lansia
R. Poli Paru
R. Poli Spesialis
R. Poli Anak
Musholla
Poli Umum
R. Tindakan
R. Nifas
R. Jaga Bidan
Ruang Bersalin
Poli Gizi
Ruang Deteksi Dini & Tumbuh Kembang
Pengaduan dan Public Relation
Unit Pendaftaran dan Kasir
Gudang Obat
Lantai II terdiri dari :
Gudang Administrasi
Gudang Alkes
R. Sekretaris ISO
R. Kepala Puskesmas
R. Tata Usaha
R. Pertemuan
Klinik Sanitasi & Promkes
Gudang PMT & Beras
R. Tunggu Poli Gigi
Poli Gigi
(Denah terdapat pada lampiran 4)
2. Gedung Puskesmas Pembantu Simo Katrungan: 1 buah
3. Rumah Dinas Dokter Puskesmas: 1
4. Poskeskel: 1
5. Posyandu Balita: 104
6. Posyandu Lansia: 16
7. Sarana Transportasi
Kendaraan Pusling (Ambulans) : 1 buah
Sepeda motor : 4 buah
8. Sarana komunikasi
Telepon ada 2 (dua) saluran dengan nomor:
- (031) 5685424
- (031) 5615292 (Fax)
- email : [email protected]
9. Sarana IT
- 10 komputer dalam keadaan baik
- 1 notebook dalam keadaan baik
- 1 OHP dengan kondisi baik
10. Peralatan Medis
Peralatan medis ada dan lengkap (terdapat pada Daftar Inventaris)
11. Obat
Obat Inpres: ada dan persediaan terbatas
Obat Askes Rujuk Balik: obat persediaan terbatas, permintaan berdasarkan
resep yang dikeluarkan
12. Reagen Laboratorium
Reagen dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk pemeriksaan sebagai
berikut :
- Darah lengkap
- Urine lengkap
- Faeces lengkap
- Sputum BTA : untuk fiksasi saja
- GO
-Pemeriksaan kimia darah : glukosa 2 jam pp, Cholesterol, HDL, LDL, TG,
RFT, LFT
- Pemeriksaan Widal
- Pemeriksaan Syphilis
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK –
POLI DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK
5.1 PROGRAM KIA
1. Hasil Program KIA
TABEL 5.1: PENCAPAIAN PUSKESMAS BANYU URIP SELAMA OKTOBER – NOVEMBER 2012
No
.Variabel
Sasara
n
TargetHasil
Pencapaia
n (%)% Absolut
III KESEHATAN IBU DAN ANAK
1. Kesehatan Maternal
a. Jumlah K4 (1-1-2) 1009 23 232 237 23,5
b. Jumlah Kunjungan ANC drop out 1009 <1,25 <13 0 0
c. Deteksi risiko tinggi oleh nakes 1009 20 202 185 18,33
d. Komplikasi kebidanan yang ditangani
1009
(x20%) 20 40 10 4,95
e. Jumlah Persalinan oleh tenaga
kesehatan 927 23,5 218 112 12,08
f. kunjungan nifas 927 23,75 222 112 12,08
2. Kesehatan Anak
a. Jumlah KN murni 917 22 202 119 12,98
b. Jumlah KN lengkap 917 23,75 218 138 15,05
c. Jumlah neonatal komplikasi ditangani
917
X 15% 18,75 26 21 15,27
d. Jumlah kunjungan bayi paripurna 917 24 220 123 13,41
e. Anak balita di DDTK 3994 20,75 829 660 16,52
f. Pelayanan anak balita 3994 21,75 869 630 15,77
g. Pelayanan anak prasekolah 2232 20,75 463 635 28,45
2. Analisis Program KIA
Program puskesmas di bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) secara garis
besar dapat dibagi menjadi empat, yaitu kesehatan maternal, kesehatan anak, akses
ketersediaan darah untuk penanganan rujukan bumil dan neonatus, serta program
untuk peningkatan mutu pelayanan. Masing-masing program dijabarkan lagi menjadi
kegiatan-kegiatan lain yang lebih detail. Dari hasil evaluasi kinerja puskesmas bulan
Oktober – Desember 2012, didapatkan beberapa program kesehatan ibu dan anak
yang pencapaiannya kurang dari target. Beberapa program tersebut adalah:
1. Deteksi bumil risiko tinggi oleh tenaga kesehatan
2. Komplikasi kebidanan yang ditangani oleh tenaga kesehatan
3. Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan
4. Jumlah kunjungan nifas
5. Jumlah kunjungan neonatus murni
6. Jumlah kunjungan neonatus lengkap
7. Jumlah neonatal dengan komplikasi yang ditangani
8. Jumlah kunjungan bayi paripurna
9. Anak balita di DDTK
10. Pelayanan anak balita
Pencapaian deteksi bumil risiko tinggi oleh tenaga kesehatan selama Oktober –
Desember 2012 adalah 18,33%, sedangkan target yang harus dicapai 20%. Beberapa
kemungkinan penyebab target yang tidak tercapai adalah:
1. Data yang dianalisis hanya 3 bulan, bukan satu tahun keseluruhan. Ada
kemungkinan persebaran data yang tidak merata di setiap bulan
2. Jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Banyu
Urip tidak tinggi
3. Ibu hamil tidak ada yang mengantar untuk pergi ke fasilitas pelayanan
kesehatan
Mengingat angka K4 dari Antenatal Care (ANC) yang mencapai target, faktor
yang paling mungkin menyebabkan angka pencapaian deteksi bumil risiko tinggi yang
rendah adalah jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas
Banyu Urip memang rendah.
Pencapaian komplikasi kebidanan yang ditangani di Puskesmas Banyu Urip
selama Oktober – Desember 2012 adalah 4,95%, sedangkan target yang harus dicapai
sebesar 20%. Beberapa kemungkinan penyebab target yang tidak tercapai adalah:
1. Persebaran data yang tidak merata.
2. Ibu hamil risiko tinggi dan sangat tinggi sudah dilakukan rujukan dini
terencana, sehingga ibu tersebut melahirkan di rumah sakit rujukan dengan
pertolongan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
3. Banyak ibu hamil yang tidak melahirkan di Puskesmas tetapi melahirkan
di tempat asal.
Mengingat angka K4 dalam ANC yang memenuhi target, faktor yang paling
mungkin menyebabkan angka penanganan komplikasi persalinan oleh tenaga
kesehatan yang rendah adalah bumil risiko tinggi sudah dilakukan rujukan dini
terencana.
Pencapaian jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan selama
Oktober – Desember 2012 sebesar 12,08%, sedangkan target yang harus dicapai
sebesar 23,5%. Kunjungan nifas di Puskesmas Banyu Urip selama Oktober –
Desember 2012 sebesar 12,08%, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 23,75%.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya:
1. Ibu-ibu merencanakan untuk melahirkan di tempat lain, seperti di rumah
sakit umum atau di desa daerah asalnya.
2. Masih ada tenaga kesehatan swasta di wilayah kerja puskesmas Banyu
Urip yang pelaporannya masih kurang.
Mengingat angka K4 dalam ANC yang memenuhi target, faktor yang paling
mungkin menyebabkan jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan
angka kunjungan nifas yang rendah adalah ibu hamil sudah merencanakan untuk
melahirkan di tempat lain (di rumah sakit atau di desa daerah asal). Akses yang
mudah untuk menuju rumah sakit dapat menjadi alasan ibu hamil banyak yang
memilih untuk melahirkan di rumah sakit. Selain itu, di kota Surabaya banyak juga
penduduk yang merupakan pendatang. Ketika ibu hamil akan melahirkan, mereka
sudah merencanakan untuk kembali ke daerah asal dengan alasan di daerah asal ada
keluarga yang menemani dan akan membantu merawat.
Salah satu tujuan dari Program Kesehatan Ibu dan Anak ini dirancang untuk
menjamin agar ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, bermutu,
serta aman. Di Puskesmas Banyu Urip, jumlah ibu hamil yang datang ANC hingga K4
mencapai target, tetapi banyak ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip
yang melahirkan di tempat lain. Untuk tetap menjamin ibu hamil tersebut tetap
mendapatkan persalinan yang aman, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
Puskesmas Banyu Urip adalah:
1. Tidak terlambat memberikan rujukan dini terencana untuk ibu hamil
dengan risiko tinggi agar melahirkan di rumah sakit umum.
2. Memberikan surat rujukan kepada bumil yang akan melahirkan di daerah
asalnya sehingga bumil tersebut dapat dipastikan mendapat persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
3. Melakukan penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya persalinan aman
yang ditolong oleh tenaga kesehatan sehingga meningkatkan kesadaran
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.
Pencapaian kunjungan neonatus murni selama Oktober – Desember 2012
adalah 12,98%, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 22%. Pencapai
kunjungan neonatus lengkap sebesar 15,05%, sedangkan target yang harus dicapai
sebesar 23,75%. Kunjungan neonatus yang kurang dari target bisa disebabkan oleh:
1. Ibu yang baru melahirkan tidak ada yang mengantar untuk membawa
anaknya ke puskesmas.
2. Masih ada anggapan bahwa anak yang baru lahir tidak boleh meninggalkan
rumah, karena rentan terkena penyakit.
3. Merasa anak baru lahir tidak sakit sehingga tidak perlu datang periksa.
Jumlah kunjungan bayi paripurna selama Oktober – Desember 2012 sebesar
13,41% sedangkan target yang harus dicapai sebesar 24%. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan kunjungan bayi paripurna tidak mencapai target adalah:
1. Ibu atau pengasuh dari bayi tersebut bekerja atau tidak ada waktu untuk
mengantarkan bayi ke puskesmas
2. Anggapan bahwa anak yang sehat tidak perlu dibawa ke puskesmas
Kunjungan bayi paripurna merupakan hal yang penting. Dalam kunjungan
tersebut juga dilakukan imunisasi untuk bayi. Jika angka kunjungan bayi paripurna
tidak tercapai target, besar kemungkinan ada bayi yang tidak diimunisasi dengan
lengkap. Hal ini berbahaya bagi bayi tersebut dan masyarkat sekitar.
Paradigma di masyarakat bahwa fasilitas kesehatan hanya untuk orang yang
sakit masih menjadi kendala utama. Paradigma tersebut mengakibatkan masyarakat
datang ke puskesmas jika merasa sakit. Paradigma ini berbahaya. Kasus-kasus pada
tahap awal kemungkinan besar tidak terdeteksi, akibatnya penanganan terlambat dan
dapat berakibat fatal.
Beberapa hal yang dapat dilakukan puskesmas untuk meningkatkan angka
cakupan kunjungan neonatus dan bayi paripurna adalah:
1. Membuka pelayanan KIA sore hari pada waktu tertentu dan
menginformasikan kepada masyarakat. Hal ini bertujuan memberi
kesempatan kepada ibu dan keluarga agar bersama-sama membawa
anaknya untuk mendapat pelayanan di puskesmas.
2. Meningkatkan promosi kesehatan mengenai kesehatan neonatus dan ibu
nifas, serta memberikan pemahaman bahwa pemeriksaan neonatus penting
untuk mendeteksi dini kelainan yang ada pada neonatus sebagai usaha
mengubah paradigma masyarkat.
Pencapaian penanganan neonatal dengan komplikasi selama Oktober –
Desember 2012 sebesar 15,27%, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 18,75%.
Pencapaian puskesmas tidak berbeda jauh dengan target yang harus dicapai. Beberapa
faktor yang dapat menjadi penyebab adalah:
1. Persebaran data yang tidak merata
2. Jumlah neonatus yang mengalami komplikasi di wilayah kerja Puskesmas
Banyu Urip rendah.
Pencapaian penanganan anak balita selama Oktober – Desember 2012 sebesar
15, 75%, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 21,75%. Beberapa faktor yang
dapat menjadi penyebab adalah:
1. Pengasuh tidak memiliki waktu mengantarkan anak balita ke puskesmas
ataupun ke posyandu karena bekerja.
2. Kesadaran masyarakat mengenai kesehatan balita masih rendah,
masyarakat masih mengobati penyakit anak dengan membeli obat sendiri
di apotek.
3. Anak dibawa berobat ke tenaga kesehatan praktik swasta.
Mayoritas penduduk di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip mempunyai mata
pencaharian sebagai pegawai swasta (pekerja pabrik). Faktor ini menjadi penghambat
bagi para ibu yang bekerja untuk memberikan perhatian lebih kepada anak-anaknya.
Mereka lebih memilih langkah yang praktis, jika anak sakit dan jenis penyakit sudah
pernah dialami oleh anak tersebut, mereka akan membeli sendiri obat yang lalu. Hal-
hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah:
1. Menyarankan kepada ibu-ibu yang bekerja untuk membawa balita ke
PAUD atau tempat penitipan anak yang ada di daerah sekitar. Harapan dari
langkah ini anak mendapatkan perhatian lebih dari pembina PAUD dan
tempat penitipan anak. Selain itu hal ini juga dapat memudahkan
pelaksanaan posyandu. Hal ini memerlukan kerja sama lintas sektoral
misal dengan ibu-ibu PKK di wilayah kerja puskesmas.
2. Posyandu ada yang dilakukan sore hari.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan anak sehingga
masyarakat lebih peduli dan tidak memberikan anak obat yang sama
dengan dosis yang sama pula kepada balita setiap kali balita sakit. Langkah
ini juga bertujuan mengubah pandangan masyarakar bahwa puskesmas
tidak hanya untuk orang sakit.
5.2 POLI DDTK
1. Latar Belakang Program DDTK
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarkan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan
sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang
dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama
kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus
meningkatkan kualitas hidup agar anak mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik,
mental, emosional, maupun social serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan
potensi genetiknya.
Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak
balita mempunyai sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka
untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka
terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi
yang tidak adekuat, kurang stimulasi, dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang
memadai. Oleh karena masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang
sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak
dapat diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan, jendela
kesempatan, dan masa kritis.
Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari
seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh
kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi
yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan
berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpanan tumbuh kembang.
Selain hal-hal tersebut, berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh
kembang anak juga perlu dieliminasi.
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang
diselenggarkan melalui kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang balita dilakukan pada ‘masa kritis’ tersebut.
Kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini penyimpanan tumbuh kembang
balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
antara keluarga (orang tua, pengasuh anak, dan anggota keluarga lainnya), masyarakat
(kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan
sebagainya) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan, dan social), akan
meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki
jenjang pendidikan formal. Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak
tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental,
emosional, sosial, dan kemandirian anak berkembang secara optimal.
2. Ciri dan Prinsip Tumbuh Kembang Anak
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Seorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal ini merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbeda- beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi, dan lain-
lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat, dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu:
i. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
kea rah kaudal (pola sefalokaudal)
ii. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)
lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal)
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan.
3. Kerangka Konsep Pembinaan Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah
4. Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur
Umur 0-3bulan
- Mengangkat kepala setinggi 45
- Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
- Melihat dan menatap wajah anda
- Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
- Suka tertawa keras
- Bereaksi terkejut terhadap suara keras
- Membalas tersenyum ketika diajak bicara/senyum
- Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak
Umur 3-6 bulan
- Berbalik dari telungkup ke telentang
Stimulasi dan pemantauan tumbuh kembang di keluarga
dan masyarakatDeteksi dini penyimpangan
tumbuh kembang di tingkat petugas (tenaga kesehatan,
pendidik, petugas lapangan KB, masyarakat)Tidak ada
penyimpangan
Penyimpangan
Penyimpangan
pertumbuhan
Penyimpangan
perkembangan
Gangguan pendengaran
dan penglihatan
Penyimpangan mental
emosionalKurusKurus sekaliGemukMikrosefalMakrosefal
Gangguan gerak kasar Gangguan gerak halus Gangguan bicara dan bahasaGangguan sosialisasi dan kemandirian
Gangguan daya dengarGangguan daya lihat
Masalah mental emosionalAutisGangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
Intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang
Ada perbaikan
Tidak ada perbaikanDirujuk ke
fasilitas yang lebih mampu
- Mengangkat kepala setinggi 90
- Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
- Menggenggam pensil
- Meraih benda yang ada dalam jangkauan
- Menggenggam tangannya sendiri
- Berusaha memperluas pandangan
- Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
- Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
- Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri
Umur 6-9 bulan
- Duduk (sikap tripoid-sendiri)
- Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
- Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
- Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
- Memungut dua benda, masing-masing tangan pegang satu benda pada saat
bersamaan
- Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
- Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatatata
- Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
- Bermain tepuk tangan dan cilukba
- Bergembira dengan melempar benda
- Makan kue sendiri
Umur 9-12 bulan
- Mengangkat badannya ke posisi berdiri
- Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi
- Dapat berjalan dengan dituntun
- Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan
- Menggenggam erat pensil
- Memasukkan benda ke mulut
- Mengulang menirukan bunyi yang didengar
- Menyebut 2-3suku kata yang sama tanpa arti
- Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja
- Senang diajak bermaik “ CILUKBA”
- Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal
Umur 12-18 bulan
- Berdiri sendiri tanpa berpegangan
- Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
- Berjalan mundur 5 langkah
- Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata “ mama “
- Menumpuk 2 kubus
- Memasukkan kubus di kotak
- Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/ merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
- Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing
Umur 18-24 bulan
- Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
- Berjalan tanpa terhuyung- huyung
- Bertepuk tangan, melambai- lambai
- Menumpuk 4 buah kursi
- Memungut benda keci dengan ibu jari dan jari telunjuk
- Menggelindingkan bola ke arah sasaran
- Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
- Membantu/ menirukan pekerjaan rumah tangga
- Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri
Umur 24-36 bulan
- Jalan naik tangga sendiri
- Dapat bermain dan menendang bola kecil
- Mencoret- coret pensil pada kertas
- Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata
- Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
- Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama2 benda atau lebih
- Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring
jika diminta
- Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
- Melepas pakaiannya sendiri
Umur 36-48 bulan
- Berdiri 1 kaki 2 detik
- Melompat kedua kaki diangkat
- Mengayuh sepeda roda tiga
- Menggambar garis lurus
- Menumpuk 8 kubus
- Mengenal 2-4 warna
- Menyebut nama, umur, tempat
- Mnegerti arti kata di atas,di bawah, di depan
- Mendengarkan cerita
- Mencuci dan mengerngkan tangan sendiri
- Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
- Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
Umur 48-60 bulan
- Berdiri 1 kaki 6 detik
- Melompat- lompat 1 kaki
- Menari
- Menggambar tanda silang
- Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
- Mengancing baju atau pakaian boneka
- Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
- Senang menyebut kata-kata baru
5. Beberapa Gangguan Tumbuh -Kembang Yang Sering Ditemukan
g. Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan
anak. Karena kemampuan berbahasa sesnsitif terhadap keterlambatan atau
kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor,
psikologis, emosi dan lungkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan
dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini
dapat menetap.
h. Cerebral palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dannpostur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel
motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai
pertumbuhannya.
i. Sindrom Down
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotifnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya jumlah kromosom 21 yang lebih. Perkembangannya lebih lambat dari
anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital,
hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan yang
menolong diri sendiri.
j. Perawakan Pendek
Short stature atau perawakan pendek merupakan suatu trminologi
mengenai tinggi badan yang berada dibawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva
pertumbuhan yang berlaku pada populasi trsebut. Penyebabnya dapat kardna
variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau
kelainan endokrin.
k. Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pdrvasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasjf berarti meliputi
seljruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat,
yang mempengaruhi anak secara mendala. Gangguan perkembangan yang
ditemukan pada autisme mencakup bidang ineraksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
l. Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi ynang ditandai oleh intelengesia yang rendah
(IQ <70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas ketidakmampuan yang
dianggap normal.
m. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
6. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menetukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk.
Pengukuran Berat Badan/BB :
i. Menggunakan timbangan bayi
Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang
ii. Menggunakan timbangan injak
Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan :
1. Cara mengukur dengan posisi berbaring
2. Cara mengukur dengan posisi berdiri
Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002)
1. Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai
dengan cara di atas.
2. Lihat kolom Berat Badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran.
3. Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan
(kanan) sesuai jenis kelamin anak, viri angka berat badan yang
terdekat dengan berat badan anak.
4. Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka Standar Deviasi (SD).
b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui lingkar
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
Cara mengukur lingkar kepala :
Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang.
Grafik lingkaran Kepala Perempuan dan Laki-laki (Nelhaus, 1969)
a. Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam "jalur hijau" maka
lingkaran kepala anak normal.
b. Bila ukuran lingkar kepala anak berada diluar "jalur hijau" maka lingkaran
kepala anak tidak normal.
c. Lingkar kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal bila berada
diatas "jalur hijau" dan mikrosefal bila berada dibawah "jalur hijau".
7. Deteksi Dini Penyimpangan Pekembangan Anak
a. Skrining/ permeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP)
Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12,
15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan.
Skrining dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas
PADU terlatih
Alat/instrument yang digunakan adalah:
Formulir KPSP menurut umur
Alat bantu pemeriksaan, seperti: pensil, kertas, bola sebesar
bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5cm sebanyak 6
buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran
0,5-1cm
b. Tes Daya Dengar
Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12
bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan ke atas.
Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PADU
dan petugas terlatih lainnya
Alat/sarana yang diperlukan adalah:
- Instrumen TDD menurut umur anak
- Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia
- Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
c. Tes Daya Lihat
Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia
prasekolah umur 36 sampai 72 bulan.
Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PADU
dan petugas terlatih lainnya
Alat/sarana yang diperlukan adalah:
o Ruangan yang bersih, tenang, dengan penyinaran yang baik
o Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa
o Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang
anak
o Alat penunjuk
d. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
e. Deteksi Dini Masalah Emosional Pada Anak Sekolah
Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6
bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan
jadwal skrining/pemeriksaan perkembangan anak
Alat yang digunakan adalah Kuisioner Masalah Mental Emosional
(KMME)
f. Deteksi Dini Autis Pada Masa Anak Prasekolah
Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi
atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,
kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berupa satu atau lebihh keadaan di bawah ini:
o Keterlambatan berbicara
o Gangguan komunikasi/interaksi social
o Perilaku yang berulang-ulang
o Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)
g. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga
kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA dan guru
TK. Keluhan tersebut dapat berupa satu atau lebihh keadaan di bawah ini:
o Anak tidak bisa duduk tenang
o Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
o Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Rating Scale)
8. Analisis Logic Model Poli DDTK
Dari Man, tenaga yang bertugas di poli DDTK hanya 1 orang bidan dengan
kader berjumlah 104 orang yang di sebar di tiap-tiap posyandu. Pelatihan tentang
DDTK yang pernah diberikan kepada kader terakhir diberikan sekitar tahun 2008.
Metode yang digunakan adalah skrining secara aktif oleh kader posyandu yang
dilakukan berkala dan berkesinambungan sesuai dengan jadwal. Laporan dari poli
anak atau dari skrining balita yang datang ke posyandu yang dicurigai mengalami
penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan dirujuk ke poli DDTK untuk
dilakukan di-follow-up dan jika perlu dirujuk ke poli tumbuh kembang di RSUD Dr.
Soetomo. Proses skrining di posyandu pun tidak diawasi dengan ketat karena
keterbatasan tenaga.
Material yang digunakan oleh kader di posyandu berupa KMS, kurva Nelhaus,
KPSP, screening-kit, KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional), kuesioner
CHAT (Checklist for Autism in Toddlers) dan formulir GPPH (Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas). Namun khususnya screening-kit pemanfaatannya
input proses output outcome impact
ManJumlah tenaga;Jumlah kader Pelatihan yang pernah diikuti
MoneykeuanganMaterial
KMSKPSPAlat bantu pemeriksaanSarana prasaran
MarketWilayah kerja puskesmasData kependudukanposyandu
Mendata pelanggan yang berkunjung ke poli DDTKMelakukan identifikasi adanya penyimpangan pertumbuhanMelakukan identifikasi adanya penyimpangan perkembangan
Mencatat rekapitulasi kunjungan poli DDTK beserta interpretasi hasil
Kotak saran
Melakukan identifikasi adanya gangguan pendengaran dan penglihatan
Melakukan identifikasi adanya penyimpangan mental emosional
Jumlah pelanggan yang berkunjung ke poli DDTKJumlah pasien dengan penyimpangan pertumbuhanJumlah pasien dengan penyimpangan perkembanganJumlah kunjungan poli DDTK beserta interpretasi hasil
Pelaporan kader
Jumlah pasien dengan gangguan pendengaran dan penglihatanJumlah pasien dengan penyimpangan mental emosional
Promosi dan penyuluhan
Persentase kepuasan
Kelayakan prosedur skrining penyimpangan tumbuh kembangKeberhasilang penemuan penyipangan dini tumbuh kembang
Rujukan dan penanganan dini penyimpangan tumbuh kembangKepercayaan
terhadap pelayanan poli DDTKTingkat kesadaran dan pengetahuan mengenai tumbuh kembang meningkat
MethodSkrining aktif secara berkala oleh kader di posyandu
MachinePosyandu follow up di poli
DDTK
kurang dilihat dari masih ada screening-kit yang tidak digunakan atau bahkan belum
pernah dibuka dari kemasannya.
Market, Target yang ditetapkan selaama tiga bulan untuk balita adalah 20,75%
sedangkan pencapaian 16,52%. Target tidak tercapai. Melihat dari alur kerja poli
DDTK hal ini disebabkan juga karena angka cakupan pelayanan balita yang kurang
juga. Tidak semua balita di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip datang ke posyandu
sehingga jumlah anak yang dilakukan skrinig juga kurang dari target. Beberapa faktor
penyebab tidak semua balita datang ke posyandu adalah:
1. Waktu dilaksanakan posyandu bertepatan dengan waktu pengasuh bekerja
2. Adanya ibu-ibu yang merasa tidak akrab dengan petugas, kader,serta ibu-
ibu sekitar sehingga merasa bukan bagian dari kelompok masyarakat
3. Paradigma masyarakat mengenai pelayanan kesehatan hanya
diperuntukkan bagi yang sakit
Beberapa hambatan yang ditemui pada pelaksanaan poli DDTK antara lain
a. Jumlah tenaga poli DDTK kurang
b. Pelatihan kader sudah cukup lama tidak diulang
c. Material yang digunakan sesuai dengan standar yang ditetapkan Dinas
Kesehatan/ Departemen Kesehatan namun pemanfaatannya kurang
optimal
d. Keabsahan data yang didapat kurang dapat dipercaya karena proses
skrining tidak disupervisi secara berkala dan tidak semua balita dalam
wilayah tersebut hadir
e. Sasaran dari program tidak semua ikut berpartisipasi dalam kegiatan
Dari kesimpulan di atas kami dapat memberikan saran yang sekiranya dapat
mengoptimalkan pelaksanaan poli DDTK:
1. Perlu ada perekrutan lagi tenaga agar jangkauan atau cakupan skrining
lebih efektif
2. Perlu ada pelatihan kepada kader untuk refresh pengetahuan kader
3. Pemanfaatan screening-kit lebih ditingkatkan agar lebih skrining efektif
4. Menggunakan Tabel Usia dan Alat Skrining DDTK sebagai berikut
dengan tujuan meningkatkan compliance mengenai waktu dan apa yang
diskrining
TABEL 5.2: TABEL SKRINING DDTK
Umur (bulan)3 6 9 12 15 18 21 24 30 36 42 4
854 60 66 72
KMS dan TB/BBLKAKPSPTDDTDLMEAutGPPH
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Secara struktural, Puskesmas Banyu Urip Surabaya merupakan salah satu UPT Dinas
Kesehatan Kota Surabaya
2. Wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip Surabaya meliputi dua kelurahan yaitu
Kelurahan Kupang Krajan dan Banyu Urip Surabaya.
3. Puskesmas Banyu Urip Surabaya mempunyai beberapa Program Pokok, antara lain
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak-KB, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular, Pelayanan Pengobatan, Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, dan
Gizi. Selain itu Puskesmas Banyu Urip Surabaya juga memiliki beberapa program
inovasi antara lain: upaya kesehatan gigi dan mulut (Gilut) , upaya kesehatan Deteksi
Dini Tumbuh Kembang (DDTK), upaya kesehatan anak, apaya kesehatan paru, upaya
kesehatan spesialis, upaya kesehatan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan Lansia,
upaya kesehatan obat tradisional, upaya kesehatan sekolah, dan upaya kesehatan
olahraga.
4. Program pokok dan inovasi di Puskesmas Banyu Urip Surabaya sebagian besar sudah
berjalan dengan baik (mencapai target), namun ada juga beberapa program yang
belum mencapai target sehingga masih diperlukan evaluasi lebih lanjut.
5. Masalah yang menjadi kendala pelaksanaan Program KIA adalah kepercayaan dan
tradisi di masyarakat yang sudah tumbuh sejak lama, masalah ekonomi masyarakat
yang mengakibatkan seorang ibu juga ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari sehingga anak kurang mendapatkan perhatian.
6. Beberapa hambatan yang ditemui pada pelaksanaan poli DDTK antara lain
a. Sumber daya manusia poli DDTK perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun
kualitas sehingga mengakitbatkan pemanfaatan materi yang kurang optimal
serta keabsahan data kurang
b. Sasaran dari program tidak semua ikut berpartisipasi dalam kegiatan
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Puskesmas
1. Puskesmas dapat mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk mengubah
paradigma masyarakat mengenai pandangan “datang ke puskesmas hanya
untuk orang sakit”
2. Puskesmas bekerja sama lintas sektoral untuk mengatasi permasalahan yang
ada di masyarakat
6.2.2 Bagi Lab. IKM – KP
1. Meningkatkan bimbingan dan pengarahan kepada CPS-KBK di lapangan.
2. Meningkatkan bimbingan dalam penyusunan laporan Puskesmas.
3. Waktu pelaksanaan di puskesmas bisa disesuaikan dengan program
puskesmas, sehingga CPS dapat mengikuti program luar gedung yang
diadakan puskesmas (seperti posyandu balita, posyandu lansia, dan
puskesmas keliling)
6.2.3 Bagi para CPS
1. Meningkatan kerja sama antar tim dan profesionalisme kerja.
2. Mempersiapkan teori-teori lebih matang sehingga lebih mudah
mengaplikasikannya di lapangan.
3. Memahami dengan baik aplikasi teori di lapangan dan pelaksanaannya di
Puskesmas sehinggga dapat memberikan masukan bagi kemajuan
Puskesmas.
BAB 7
PENUTUP
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat melaksanakan tugas praktek
lapangan di Puskesmas Banyu Urip Surabaya, sejak tanggal 23 Januari 2013 – 1 Februari
2013, yang merupakan salah satu bentuk program kerja lapangan kami selama di Departemen
IKM–KP Universitas Airlangga. Terimakasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada
Kepala Puskesmas Banyu Urip beserta staf dan dosen–dosen pembimbing kami dari
Departemen IKM–KP atas segala bimbingannya yang sangat membantu dalam pelaksanaan
tugas kepaniteraan ini.
Laporan kepaniteraan Puskesmas ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
pengetahuan, khususnya bagi CPS KBK yang nantinya sebagian besar akan bertugas di
Puskesmas di seluruh wilayah Indonesia.
Segala daya upaya telah dilaksanakan semaksimal mungkin demi terlengkapinya
laporan ini. Namun tentunya disadari bahwa banyak data yang tidak dapat disajikan dengan
baik dalam laporan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan. Terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu kelancaran tugas ini sampai dengan pelaporan.