laporan banyu urip kelompok erik newest 31 januari 2013

75
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kedokteran merupakan ilmu yang selalu berkembang secara dinamis. Pada awalnya, ilmu kedokteran berdasarkan pengalaman empiris saja dimana keahlian pengobatan didapatkan secara turun menurun dari generasi sebelumnya atau berdasarkan pengalaman yang pernah didapat. Namun dengan hadirnya para ilmuwan dan cendekiawan di akhir era 1900-an, pengobatan yang dilakukan mulai berdasar atas penelitian klinis dan trial yang dilakukan di rumah-rumah sakit. Akibat perawatan di rumah sakit yang cukup mahal dan jumlah penyakit di masyarakat yang masih tinggi, maka pengobatan yang bersifat kuratif atau hanya mengobati pasien tanpa memperhatikan hal-hal lain dianggap belum cukup. Oleh sebab itu, mulai berkembanglah konsep Era Kesehatan Masyarakat atau Public Health Era, Menurut konsep ini, tenaga kesehatan tidak hanya melakukan tindakan kuratif saja, melainkan juga tindakan promotif, preventif, dan rehabilitatif. Untuk Menjalankan konsep ini maka pemerintah membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang bisa disebut dengan Puskesmas. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Yang dimaksud dengan unit pelaksana teknis adalah puskesmas menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional

Upload: edward-elric

Post on 29-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

as

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kedokteran merupakan ilmu yang selalu berkembang secara dinamis. Pada

awalnya, ilmu kedokteran berdasarkan pengalaman empiris saja dimana keahlian

pengobatan didapatkan secara turun menurun dari generasi sebelumnya atau berdasarkan

pengalaman yang pernah didapat. Namun dengan hadirnya para ilmuwan dan

cendekiawan di akhir era 1900-an, pengobatan yang dilakukan mulai berdasar atas

penelitian klinis dan trial yang dilakukan di rumah-rumah sakit. Akibat perawatan di

rumah sakit yang cukup mahal dan jumlah penyakit di masyarakat yang masih tinggi,

maka pengobatan yang bersifat kuratif atau hanya mengobati pasien tanpa memperhatikan

hal-hal lain dianggap belum cukup. Oleh sebab itu, mulai berkembanglah konsep Era

Kesehatan Masyarakat atau Public Health Era, Menurut konsep ini, tenaga kesehatan

tidak hanya melakukan tindakan kuratif saja, melainkan juga tindakan promotif,

preventif, dan rehabilitatif. Untuk Menjalankan konsep ini maka pemerintah membentuk

Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang bisa disebut dengan Puskesmas.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah.

Yang dimaksud dengan unit pelaksana teknis adalah puskesmas menyelenggarakan

sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan

unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Penanggung jawab utama

penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota

adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab

hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional standar

wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, bila satu kecamatan terdapat lebih dari

satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antarpuskesmas dengan

memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Puskesmas secara

operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

Page 2: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

secara administratif bertanggung jawab kepada camat (SK MENKES RI

no.128/Menkes/SK/II/2004).

Fungsi pertama Puskesmas adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan

berwawasan kesehatan. Puskesmas menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha, memantau dan

melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan,

menguramakan promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

Fungsi kedua puskesmas adalah pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas berupaya

agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia

usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan

kesehatan termasuk sumber pembiayaan. Puskesmas juga memperhatikan kondisi dan

situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. Fungsi ketiga puskesmas adalah

sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas melakukan pelayanan

kesehatan baik bagi perorangan maupun masyarakat (SK MENKES RI

no.128/Menkes/SK/II/2004).

Pelayanan kesehatan di Puskesmas dilaksanakan secara menyeluruh (paripurna

dan komprehensif) berarti Puskesmas adalah tempat yang menyelenggarakan upaya

kesehatan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan

rehabilitatif (pemulihan kesehatan), sejak pembuahan hingga lanjut usia. Keempat jenis

pelayanan tersebut dikenal sebagai pelayanan medis paripurna dasar.

Pelayanan kesehatan terpadu yang dilakukan Puskesmas artinya dalam

melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya harus melakukan

kerjasama dengan berbagai pihak, bermitra dengan Badan Peduli Kesehatan Masyarakat

(BPKM) atau Badan Penyantun Puskesmas (BPP) dan organisasi masyarakat lainnya,

berkoordinasi dengan lintas sektor, agar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan, sehingga

lebih berhasil guna dan berdaya guna (Depkes, 2002).

Tugas dan peran sebagai dokter Puskesmas tidaklah semudah yang dilihat. Dokter

sebagai kepala Puskesmas, harus memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang

struktur organisasi, manajemen dan tata laksana kerja Puskesmas agar program-program

Puskesmas dapat terlaksana dengan baik dan visi misinya pun terlaksana. Hal ini

memerlukan latar belakang pendidikan yang telah diperoleh saat kuliah serta pengalaman

kerja. Berbekal dengan modal dasar berupa ilmu administrasi kesehatan masyarakat dan

teori tentang manajemen Puskesmas yang didapatkan saat kuliah, pada Clinical Posting

Page 3: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Senior (CPS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat - Kedokteran Pencegahan para

dokter muda diberikan kesempatan untuk menimba secara langsung pengalaman bekerja

di Puskesmas, untuk menerapkan pengetahuan dan mencocokkan dengan keadaan

sesungguhnya di lapangan, yang dalam hal ini adalah Puskesmas Banyu Urip Surabaya.

Disini diharapkan CPS KBK akan mendapat kesempatan untuk melihat secara langsung

bagaimana mekanisme manajemen Puskesmas dan ke depan dapat mengaplikasikan

dengan benar saat sudah menjadi dokter.

Melalui pengamatan dan pengaplikasian langsung serta analisis hasil kegiatan

yang dilakukan, diharapkan para CPS KBK mendapatkan gambaran mengenai situasi dan

permasalahan yang sering ada di Puskesmas. Diharapkan dengan kegiatan ini pula, CPS

KBK dapat memperkirakan serta memberi solusi terhadap masalah dan hambatan yang

mungkin terjadi di masa yang akan datang.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan umum

Memahami kinerja Puskesmas dan masalah kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas serta sistem administrasinya sebagai unit organisasi fungsional

yang melaksanakan upaya kesehatan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu

kepada masyarakat.

1.2.2. Tujuan khusus

1. Memahami keadaan wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.

2. Mempelajari struktur organisasi Puskesmas Banyu Urip.

3. Mengetahui manajemen Puskesmas Banyu Urip.

4. Mengetahui program-program Puskesmas Banyu Urip dan

pelaksanaannya.

5. Mengetahui bentuk pencatatan dan pelaporan Puskesmas Banyu Urip.

6. Mengetahui permasalahan yang ada di Puskesmas Banyu Urip dan

menentukan solusi terbaik yang dapat dilakukan

1.3 Manfaat

1.3.1. Manfaat bagi Puskesmas

Page 4: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Menjalin kerjasama antara pihak Puskesmas dengan CPS KBK. Adanya

masukan bagi Puskesmas dari adanya laporan dan saran dari CPS KBK yang

dapat digunakan untuk perbaikan serta peningkatan upaya kesehatan di

wilayah Puskesmas Banyu Urip.

1.3.2. Manfaat bagi CPS KBK

1. CPS KBK memperoleh pengetahuan tentang struktur organisasi dan

manajemen Puskesmas Banyu Urip.

2. CPS KBK memperoleh pengetahuan tentang sarana dan lingkungan

Puskesmas Banyu Urip.

3. CPS KBK memperoleh pengetahuan tentang program-program Puskesmas

Banyu Urip berikut penatalaksanaannya.

4. CPS KBK memperoleh pengalaman bersosialisasi dengan masyarakat

secara langsung di wilayah kerja Puskesmas.

5. CPS KBK dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di perkuliahan

6. CPS KBK mendapat pengalaman kerja yang dapat digunakan saat menjadi

dokter

Page 5: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

BAB II

METODE KEGIATAN

2.1 Waktu Kegiatan

Kegiatan Kepaniteraan IKM-KP di Puskesmas Banyu Urip Surabaya

dilaksanakan sejak tanggal 21 Januari 2013 hingga 1 Februari 2013.

2.2 Tempat Kegiatan

Kegiatan Kepaniteraan IKM-KP dilaksanakan di Puskesmas Banyu Urip

Surabaya.

2.3 Pelaksana Kegiatan

Pelindung : Ketua Departemen IKM-KP Fakultas Kedokteran Unair

Pembimbing : Sawitri Retno Hadiati, dr., MQHC

Hj. Tenny Septania, dr.

Anggota : Lyndon Darwin 010810504

Desy Christianti 010810505

Irsa Rahardjo 010810506

Erik Jaya Gunawan 010810507

Hanindiya Irianti R. 010810482

2.4 Mekanisme Kegiatan

Kegiatan Kepaniteraan IKM-KP di Puskesmas Banyu Urip dilaksanakan

selama 12 hari mulai tanggal 21 Januari 2013 hingga 1 Februari 2013, diikuti oleh

lima CPS KBK semester 9 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan

bimbingan Kepala Puskesmas Banyu Urip Surabaya beserta dosen pembimbing dari

Departemen IKM-KP Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. CPS KBK dibagi

dalam enam UPK (KIA-KB, BP, gizi, kesehatan lingkungan, dan P2M, promosi

kesehatan) secara bergantian sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selain mengikuti

kegiatan di UPK, CPS KBK juga diberi pengarahan mengenai beberapa program,

mengadakan beberapa penyuluhan kesehatan, dan homevisit pasien. Topik

pengarahan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. CPS KBK diberi kesempatan

untuk berdiskusi dengan masing-masing pengelola program dan kegiatan.

Page 6: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Input Proses Output Outcome Impact

Kepaniteraan ini dilakukan dengan metode praktik kerja secara langsung di

lapangan yang dititikberatkan pada pengetahuan administrasi Puskesmas.

Secara garis besar kegiatan kepaniteraan IKM-KP di Puskesmas Banyu Urip

Surabaya meliputi:

1. Pengumpulan data sekunder dari Puskesmas Banyu Urip

2. Wawancara / diskusi dengan kepala / pegawai Puskesmas (21/1/2013)

3. UPK inovatif :

a. Kegiatan poli TB Paru: anamnesa, pemeriksaan fisik, tes mantoux.

b. Kegiatan poli lansia : melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik,

diagnosis, dan terapi.

4. UPK pengobatan dasar:

Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosis, dan terapi (21/1/2013-

31/1/2013)

5. UPK KIA:

Anamnesa, pemeriksaan fisik, dan imunisasi. (22-25/1/2013)

6. UPK KB:

Anamnesis, pemilihan KB, aff IUD (23/1/2013)

7. UPK Gizi:

Anamnesa, pemeriksaan fisik dan KIE (28/1/2013)

8. UPK Promkes:

Penyuluhan diare, demam berdarah, antenatal care, ibu hamil-KEK, dan

tumbuh kembang balita (26-31/1/2013)

9. UPK P2M:

Imunisasi di poli KIA (22/1/2013 dan 25/1/2013)

10. UPK kesehatan lingkungan:

Home visit pasien (26/1/2013)

Dalam laporan Puskesmas kali ini, kelompok kami fokus membahas mengenai

kinerja Puskesmas dalam program KIA terutama poli DDTK, Deteksi Dini Tumbuh

Kembang. Dalam mengevaluasi poli DDTK ini, kami membuat logic model untuk

memudahkan evaluasi. Logic model yang dimaksud terdiri dari :

Page 7: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Input terdiri dari man, money, method, market, management, dan machine.

Input dibutuhkan sebelum menjalankan proses/kegiatan. Tanpa input yang baik,

proses tidak akan berjalan baik. Proses yang dimaksud adalah segala kegiatan yang

dilakukan untuk dapat mencapai output dan outcome. Output bisa merupakan angka

cakupan dari yang ditargetkan. Outcome merupakan kualitas yang diharapkan.

Outcome merupakan target yang dicapai dalam jangka pendek, sedangkan impact

merupakan target akhir yang ingin dicapai dalam jangka yang lebih panjang. Logic

model digunakan untuk memudahkan dalam pencarian sumber masalah yang dapat

menyebabkan kegagalan dalam pencapaian target.

Sistem evaluasi yang kami gunakan untuk menganalisa program adalah CDC

framework evaluation dengan langkah sebagai berikut :

(CDC, 2012)

1. Menjalin kerja sama yang baik dengan perangkat Puskesmas

2. Mengidentifikasi program yang akan dievaluasi

3. Menentukan metode analisa program, yaitu dengan logic model.

4. Mengumpulkan data dari perangkat Puskesmas

Page 8: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

5. Mengambil kesimpulan dari analisis yang dilakukan

6. Mengusulkan pemecahan masalah terkait program yang telah dievaluasi

Page 9: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

BAB III

KEBIJAKAN DAN KONSEP DASAR PUSKESMAS

3.1 Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan

penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia. Untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya

kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu. Puskesmas adalah penanggung

jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Sejak

diperkenalkan konsep Puskesmas pada tahun 1968, banyak hasil yang telah dicapai.

Indikator keberhasilan derajat kesehatan masyarakat antara lain adalah menurunnya

angka kematian ibu, menurunnya angka kematian bayi, dan meningkatnya umur harapan

hidup (Lilik Djuari, 2008).

3.2 Konsep Dasar Puskesmas

3.2.1 Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerja. Konsep dasar Puskesmas terdiri dari:

1. Unit pelaksana teknis

2. Pembangunan kesehatan

3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan

4. Wilayah kerja (Depkes RI, 2002)

3.2.2 Visi

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.

Indikator utama kecamatan sehat ada empat:

1. Lingkungan sehat

2. Perilaku sehat

3. Pelayanan kesehatan yang bermutu

4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Depkes RI, 2002)

Page 10: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

3.2.3 Misi

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas sesuai dengan standar

dan memuaskan masyarakat.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan

masyarakat beserta lingkungannya (Depkes RI, 2002).

3.2.4 Fungsi Puskesmas

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi :

a. Upaya pelayanan kesehatan perorangan (private goods) berupa rawat jalan

ditambah dengan rawat inap di Puskesmas tertentu.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods) antara lain pemberantasan

penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, kesehatan jiwa

masyarakat, dan lain-lain (Depkes RI, 2002).

3.3 Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja

3.3.1 Kedudukan Puskesmas adalah sebagai berikut:

a. Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan nasional adalah sebagai sarana

pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya.

b. Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota sebagai UPTD

dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.

c. Kedudukan Puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah sebagai unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit

struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat

kecamatan.

d. Kedudukan Puskesmas antar pelayanan kesehatan strata pertama adalah

sebagai mitra dengan lembaga dan swasta (dokter praktek swasta, praktek

Page 11: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

dokter gigi, bidan praktek swasta, poliklinik swasta, balai kesehatan swasta) di

wilayah kerja Puskesmas sebagai pembina Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu Balita, Pos UKK (Upaya Kesehatan

Kerja), dan Posyandu Lansia (Depkes RI, 2002).

3.3.2 Struktur Organisasi

Penyusunan organisasi Puskesmas di suatu kabupaten/kota dilakukan oleh

dinas kesehatan kabupaten/kota dan penetapannya dilakukan oleh peraturan

daerah. Sebagai acuan digunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai

berikut:

a. Kepala Puskesmas

b. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala Puskesmas dalam

pengelolaan data dan informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan,

umum, dan kepegawaian.

c. Unit pelaksana teknis fungsional di Puskesmas, yaitu upaya kesehatan

masyarakat termasuk UKBM dan upaya kesehatan perorangan.

d. Jaringan pelayanan Puskesmas: unit Puskesmas pembantu, unit Puskesmas

keliling, dan unit bidan desa/komunitas (Depkes RI, 2002).

3.3.3 Tata Kerja Puskesmas

a. Dengan kantor Kecamatan, berkoordinasi melalui pertemuan berkala.

b. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sebagai unit pelaksana teknis yang

bertanggung jawab kepada Dinas Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas

Kabupaten/Kota bertanggung jawab membina dan memberikan bantuan

administratif dan teknis kepada Puskesmas.

c. Dengan jaringan pelayanan kesehatan strata pertama, sebagai mitra pelayanan

kesehatan yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta.

d. Dengan jaringan pelayanan kesehatan rujukan, dalam bidang upaya kesehatan

perorangan bekerjasama dengan RS kabupaten/kota. Dalam bidang upaya

kesehatan masyarakat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

atau Balai Laboratorium Kesehatan.

e. Dengan lintas sektor, penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus

berkoordinasi dengan berbagai sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan.

f. Dengan masyarakat, Puskesmas memerlukan dukungan masarakat yang

diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP)

(Depkes RI, 2002).

Page 12: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

3.4 Upaya dan Asas Penyelenggaraan

3.4.1.a Upaya Kesehatan Wajib, terdiri dari:

1. Upaya promosi kesehatan

2. Upaya kesehatan lingkungan

3. Upaya kesehatan ibu anak serta keluarga berencana

4. Upaya perbaikan gizi

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6. Upaya pengobatan

3.4.1.b Upaya Kesehatan Pengembangan, terdiri dari:

1. Upaya kesehatan sekolah

2. Upaya kesehatan olahraga

3. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

4. Upaya kesehatan kerja

5. Upaya kesehatan gigi dan mulut

6. Upaya kesehatan jiwa

7. Upaya kesehatan mata

8. Upaya kesehatan Lansia

9. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

3.4.1.c Pelayanan Penunjang, terdiri dari :

1. Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat.

2. Upaya pencatatan pelaporan (Depkes RI, 2002).

3.4.2 Asas Penyelenggaraan

1. Asas pertanggungjawaban wilayah

2. Asas pemberdayaan masyarakat

3. Asas keterpaduan: keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas sektor

4. Asas rujukan: rujukan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat (Depkes RI, 2002).

3.4.3 Manajemen dan Organisasi Puskesmas

3.4.3.1 Manajemen Puskesmas terdiri dari:

a.P1. Perencanaan :

Membuat usulan kegiatan berupa Gantt Chart (RUK).

Mengajukan usulan kegiatan.

Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau yang disebut

Plan Of Action (POA) dalam bentuk gantt chart.

Page 13: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

b.P2. Pelaksanaan dan Pengendalian

Pengorganisasian: menyusun tim perencanaan Puskesmas

Penyelenggaraan

Pemantauan melalui mini lokakarya bulanan

c.P3. Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (Monitoring dan

Evaluasi/MONEV) diaplikasikan melalui P2KPus (Depkes, 2002).

3.5 Dasar Hukum

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004

2. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas 2006

3. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas 2006

Page 14: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

BAB IV

ANALISIS SITUASI

4.1 Identitas Puskesmas

1. Nama Puskesmas : Banyu Urip

2. Nomor kode Puskesmas : 13.30.07.00.01.32

3. Alamat

- Jalan : Banyu Urip Kidul 6 / 8 Surabaya

- Kecamatan : Sawahan

- Kode pos : 60254

4. No. telepon/Fax/Email :

(031)5685424/(031)5615292/[email protected]

5. Tahun berdiri : 1978

6. Tipe Puskesmas : Rawat Inap Bersalin

7. Visi :

Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh

masyarakat

8. Misi :

1. Mengutamakan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh masyarakat.

2. Meningkatkan profesionalisme SDM yang berkesinambungan.

3. Memanfaatkan sarana yang ada sesuai standar dan kebutuhan masyarakat.

4. Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan mandiri.

9. Kebijakan mutu :

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu, professional, terkini, inovatif

untuk memenuhi harapan dan kepuasan masyarakat menuju masyarakat sehat secara

mandiri.

10. Tujuan Puskesmas :

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang

ditandai dengan meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat, meningkatnya umur

harapan hidup, menurunnya prevalensi penyakit, menurunkan angka kematian ibu

dan angka kematian bayi, dan menurunkan prevalensi gizi buruk

11. Struktur organisasi (lampiran 1)

12. Rencana jangka pendek dan panjang Puskesmas

Page 15: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Jangka pendek:

1. Renovasi fisik ruangan

Mengadakan komputer baru khusus untuk sekretariat ISO

Mengadakan ruang perpustakaan (di ruang tunggu poli gigi)

2. Peningkatan SDM

Membuat jadwal kegiatan ilmiah satu kali perbulan yang disusun oleh

penanggung jawab diklat

Mengaktifkan dokter jaga on call

Training pembekalan diri

Outbond

Arisan, kegiatan spiritual

Seminar

Kuliah tujuh menit (Kultum)

Jangka panjang:

1. Renovasi fisik

Membuat surat permohonan ke DKK untuk perbaikan lantai ruangan yang

pecah-pecah dan bocor

Mengaktifkan poli DDTK

Permohonan alih fungsi rumah dinas dokter

2. Peningkatan SDM

Mengajukann pelatihan PPGD, ATLS, ACLS/ PONED (Pelayanan Obstetri

Neonatal Emergency Dasar) bagi tenaga medis dan perawat ke DKK

Mengajukan TKHI dokter umum dan perawat

Mengajukan koperasi dan kantin Puskesmas

Studi pembelajaran

13. Unit Kesehatan Perorangan (UKP):

1. Unit pendaftaran dilengkapi dengan mobile folder, family folder, menggunakan

nomor antrian, computerize, visi, misi, tata tertib dan jam buka pelayanan

2. Poli umum dilengkapi dengan ECG

3. Pemberian pelayanan sore

4. Khusus penderita TB dilayani di poli paru

Page 16: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

5. Poli anak dan MTBS yang bertujuan mencegah transmisi dari Balita yang sakit

ke Balita yang sehat serta dilengkapi pojok oralit untuk penderita diare

6. KIA-KB memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi,

pemasangan tindik, pemasangan pelepasan KB, dan melaksanakan DDTK

7. Poli gizi

8. Pemberian PMT bagi Balita di bawah garis merah (BGM)

9. Poli gigi

10. Poli (Pengobat Tradisional) Battra

14. Keunggulan Puskesmas Banyu Urip:

1. Poli Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)

2. Poli anak

3. Poli paru

4. Poli umum dengan pemberian ECG

5. Pelayanan KB

6. Poli lansia

7. Klinik sanitasi lingkungan

8. Poli Battra

15. Alur Pelayanan Puskesmas Banyu Urip (lampiran 2)

4.2 Wilayah Kerja Puskesmas

4.2.1 Data geografis

a. Batas wilayah kerja:

Sebelah utara : Kelurahan Petemon

Sebelah selatan : Kelurahan Putat Jaya

Sebelah timur : Kelurahan dr. Soetomo

Sebelah barat : Kelurahan Simo Mulyo

b. Posisi Geografis:

Lokasi Puskesmas Banyu Urip tepatnya berada pada wilayah Surabaya bagian

Selatan. Transportasi Mudah dan sebagian besar wilayahnya berupa daratan.

c. Luas wilayah kerja:

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Urip 156 Km2 yang terdiri dari 70%

dataran rendah dan 30% dataran tinggi dan terbagi atas 2 wilayah Kelurahan

Page 17: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

yaitu Kelurahan Banyu Urip dan Kelurahan Kupang Krajan dengan jumlah

RT /RW :154 RT/16 RW

d. Peta wilayah kerja: (lampiran 3)

e. Kondisi secara umum:

Wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip sebagian besar terdiri dari daratan yang

rawan banjir pada musim penghujan. Pemukiman penduduk berupa rumah bata,

berdempetan, padat, dan ventilasi kurang, tingkat polusi juga tergolong tinggi

karena merupakan jalur padat lalu lintas, terbatasnya Saluran Pembuangan Air

Limbah (SPAL) dan masyarakatnya sudah menggunakan air PDAM.

4.2.2 Data Demografis

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin (Riil)

Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin (riil) di

wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.

No Status Jumlah

1 Laki laki 26.079 orang

2 Perempuan 25.887 orang

3 Kepala keluarga 13.835 KK

Sumber: Puskesmas Banyu Urip 2012

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Urip Berdasarkan Jenis

Kelamin (Riil) tahun 2011

b. Jumlah Penduduk (BPS) : 51.966

Jumlah laki-laki : 26.079

Jumlah perempuan : 25.887

c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan usia di wilayah kerja

Puskesmas Banyu Urip tahun 2012.

Page 18: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

UMUR LAKI – LAKI

PEREMPUAN

JUMLAH

0 Tahun 469 448 917

0 – 1 Tahun 950 911 1861

0 – 3 Tahun 1448 1390 2838

1 – 5 Tahun 2035 1959 3994

5 – 6 Tahun 1136 1095 2231

7 – 12 Tahun 3161 3032 6193

13 – 15 Tahun 1419 1350 2769

16 – 19 Tahun 1821 1736 3557

Remaja (10 – 19 tahun)

4742 45259277

WUS 16186 16186

PUS 10051

PUS miskin 3150

Bumil 1009 1009

Bulin/Bufas 927 927

Buteki 1860 1860

Pralansia (45 – 59 tahun)

5727 540811135

Lansia (>= 60 tahun) 2569 2272 4841

Usia lanjut (> 65 tahun)

1433 16533086

Total 33836 33239 67075

Sumber: Puskesmas Banyu Urip 2012

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Banyu

Urip Tahun 2012

4.2.3 Data Sosial Ekonomi

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Page 19: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di

wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.

No

.

Keterangan Jumlah

1. Penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta huruf 0 orang

2. Penduduk tidak tamat SD / sederajat 3.505 orang

3. Penduduk tamat SD / sederajat 11.872 orang

4. Penduduk tamat SLTP / sederajat 10.978 orang

5. Penduduk tamat SLTA / sederajat 18.295 orang

6. Penduduk tamat D-1 885 orang

7. Penduduk tamat D-2 878 orang

8. Penduduk tamat D-3 995 orang

9. Penduduk tamat S-1 2.666 orang

10. Penduduk tamat S-2 301 orang

11. Penduduk tamat S-3 28 Orang

Jumlah 50.403 Orang

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja

Puskesmas Banyu Urip Tahun 2010

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di wilayah

kerja Puskesmas Banyu Urip.

No Status Jumlah (orang)

Pemilik pekerja

1. Jasa pemerintahan/non pemerintahan

a. Pegawai kelurahan 22

b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 270

1.Pegawai kelurahan 22

2.PNS 1.604

3.ABRI 413

Page 20: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

4.Guru 1.516

5.Dokter 6

6.Bidan 7

7.Mantri kesehatan/perawat 57

8.Lain-lain 16.035

c. Pensiunan ABRI/Sipil 2.800

d. Pegawai Swasta 16.055

e. Pegawai BUMN/BUMD 1.033

f. Pensiunan Swasta 375

2. Jasa Lembaga Keuangan

Perbankan 107

Perkreditan Rakyat 12

Pegadaian 3

Asuransi 38

3. Jasa Perdagangan

Pasar Kelurahan 8

Warung 89

Kios 68

Toko 129

4. Jasa Penginapan

Losmen 9

Hotel 46

Wisma/Mess 2

5. Jasa angkutan dan transportasi

Angkutan tidak bermotor 75

Angkutan bermotor 3

Mobil kendaraan umum 16

6. Jasa hiburan/tontonan

Bioskop 8

Billyard 14

7. Jasa pelayanan hukum dan nasihat

Notaris 38

Pengacara 48

Page 21: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Konsultane 9

8. Jasa ketrampilan

Listrik, gas dan air 16

Konstruksi 14

Persewaan 23

Jumlah 40.968

Sumber: Puskesmas Banyu Urip 2011

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Wilayah Kerja

Puskesmas Banyu Urip Tahun 2010

4.2.4 Data Sarana Tempat-Tempat Umum

a. Sarana Industri dan Perekonomian

Berikut adalah tabel jumlah sarana industri dan perekonomian di wilayah kerja

Puskesmas Banyu Urip.

No Jenis Industri/Perekonomian Jumlah

1 Pasar 2

2 Toko obat 2

3 Depot isi ulang 2

4 Jasa boga 0

5 Klinik kecantikan 13

6 Pangkas rambut 7

7 Panti pijat 6

8 Rumah makan 2

9 Kios jamu tradisional 6

10 Produsen jamu tradisional 1

11 Salon 38

Page 22: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

12 Industri Kecil 5

Tabel 4.5 Jumlah Sarana Industri dan Perekonomian di Wilayah Puskesmas Banyu

Urip Tahun 2010

b. Sarana Pendidikan di Wilayah Puskesmas Banyu Urip

Tabel 4.6. Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Puskesmas Banyu Urip Tahun

2010

c. Sarana Hiburan dan Wisata

Berikut adalah tabel sarana hiburan dan wisata di wilayah kerja Puskesmas

Banyu Urip.

No Tingkat

Pendidikan

Negeri Swasta Jumlah Jumlah

Murid

1 TK 27 27 638

2 SD 9 8 17 2413

3 SLTP/ MTs 0 3 3 179

4 SMU/MA 4 4 558

5 Akademi 0 0 0 0

6 Perguruan Tinggi 0 0 0 0

7 Ponpes 0 0 0 0

JUMLAH 51 51 3788

No Sarana Hiburan Dan Wisata Jumlah

1 Gedung Bioskop 0

2 Kolam Renang 0

3 Hotel Melati 5

Page 23: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Tabel 4.7 Jumlah Sarana Hiburan dan Wisata di Wilayah Puskesmas Banyu Urip Tahun

2010

d. Sarana Tempat Ibadah

Berikut adalah tabel sarana tempat ibadah di wilayah kerja Puskesmas Banyu

Urip.

No Sarana Tempat Ibadah Jumlah

1 Musholla 29

2 Masjid 23

3 Gereja 5

4 Pura 0

5 Wihara 0

6 Kelenteng dll 0

JUMLAH 57

Tabel 4.8 Jumlah Sarana Tempat Ibadah di Wilayah Puskesmas Banyu Urip Tahun

2010

Page 24: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

e. Sarana yang lain

No Public Area Jumlah

1 Bandara 0

2 Stasiun Kereta Api 0

3 Terminal 0

4 Pelabuhan 0

5 Dan lain-lain 0

JUMLAH 0

Tabel 4.9 Jumlah Public Area di Wilayah Puskesmas Banyu Urip Tahun 2010

f. Data Sarana Kesehatan

Berikut adalah tabel sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.

No Jenis Pelayanan Pemerintah Swasta Jumlah

1 Rumah sakit umum 0 0 0

2 Rumah bersalin 0 0 0

3 Puskesmas pembantu 1 0 1

4 Poliklinik / balai pengobatan 0 3 3

5 Praktek Dokter Umum 0 11 11

6 Praktek Dokter Gigi 0 4 4

7 Bidan Praktek Swasta (BPS) 0 5 5

8 Apotek 0 6 6

9 Laboratorium. Klinik 0 2 2

Page 25: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

10 Optik 0 3 3

11 Klinik kecantikan 0 13 13

JUMLAH 1 47 48

Sumber data: Puskesmas tahun 2011

Tabel 4.10 Sarana Kesehatan di Wilayah Puskesmas Banyu Urip tahun 2010

4.3 Kondisi Internal Puskesmas

4.3.1 Sumber Daya Manusia

Jumlah tenaga 56 orang terdiri dari :

Dokter umum : 6 orang

Dokter gigi : 3 orang

Bidan : 11 orang

Perawat : 7 orang

Tenaga Battra : 1 orang

Sanitarian : 2 orang

Petugas gizi : 1 orang

Analis Laboratorium : 1 orang

tenaga laborat : 1 orang

Asisten Apoteker : 2 orang

Apoteker : 1 orang

Sarjana kesehatan masyarakat : 1 orang

Tenaga administrasi tata usaha : 2 orang

Tenaga IT : 1 orang

Penyuluh kesehatan : 1 orang

Perawat gigi : 1 orang

Pembantu bidan : 5 orang

Rekam medis : 1 orang

Pengemudi : 1 orang

Tukang kebun/penjaga : 1 orang

Page 26: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Cleaning service : 2 orang

Petugas Unit Pendaftaran : 3 orang

4.3.2 Keuangan

Sumber dana / keuangan Puskesmas antara lain berasal dari :

1. APBN (Jamkesmas Kuota, Jamkesda, Jamkesmas Non Kuota, BOK)

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Adalah bantuan dana dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam

membantu pemerintahan kabupaten/kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan menuju Millennium

Development Goals (MDGs) dengan meningkatkan kinerja Puskesmas dan

jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam menyelenggarakan pelayanan

kesehatan promotif dan preventif.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) utamanya digunakan untuk kegiatan

upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif di Puskesmas dan jaringannya

termasuk Posyandu dan Poskesdes, dalam rangka membantu pencapaian target SPM

Bidang Kesehatan di kabupaten/kota guna mempercepat pencapaian target MDGs.

Ruang lingkup kegiatan tersebut meliputi:

A. Upaya Kesehatan di Puskesmas

Dari sekian banyak upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas, dana

BOK utamanya digunakan untuk mendukung upaya kesehatan yang bersifat promotif

dan preventif yang meliputi:

1. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana

2. Imunisasi

3. Perbaikan Gizi Masyarakat

4. Promosi Kesehatan

5. Kesehatan Lingkungan

6. Pengendalian Penyakit

B. Penunjang Pelayanan Kesehatan

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif dalam upaya

kesehatan perlu didukung oleh kegiatan penunjang yang meliputi:

Page 27: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

a. Bahan kontak

b. Refreshing/penyegaran/orientasi kader kesehatan

c. Rapat koordinasi dengan lintas sektor/tokoh masyarakat/tokoh agama/kader

kesehatan

d. Operasional Posyandu dan Poskesdes

C. Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan di Puskesmas secara

optimal, tepat sasaran, efisien, dan efektif perlu dilaksanakan manajemen Puskesmas

yang mencakup:

1. Perencanaan Tingkat Puskesmas

Kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas yang dimaksud adalah penyusunan

perencanaan kegiatan Puskesmas yang akan dilaksanakan selama satu tahun dari

berbagai sumber daya termasuk salah satunya adalah BOK.

2. Lokakarya Mini Puskesmas

Lokakaryua mini puskesmas merupakan proses penyusunan rencana kegiatan yang

telah direncanakan selama satu tahun menjadi kegiatan bulanan yang disepakati

(POA bulanan) untuk dilaksanakan, termasuk kegiatan-kegiatan yang akan dibiayai

dari BOK.

3. Evaluasi

Penilaian pencapaian program dan kegiatan Puskesmas dalam kurun waktu satu

tahun dari yang direncanakan tersebut di atas.

D. Pemeliharaan Ringan

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas, sebagian kecil dana

BOK dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan ringan di Puskesmas dan jaringannya.

2. APBD Propinsi

3. APBD Pemerintah Kota Surabaya

4. PT Askes

5. Lain-lain (Institusi lain, yayasan)

Page 28: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Berikut adalah Tabel penggunaan anggaran kerja Puskesmas Banyu Urip.

NO FUNGSI PROGRAM KEGIATAN / RINCIAN KEGIATAN

1 Kesehatan Masyarakat

GIZI Vitamin A bayi dan Balita PMT Pemulihan Pelacakan Kasus Gizi Buruk PMT Penyuluhan Operasi Timbang

PENINGKATAN SURVEILANS

EPIDEMIOLOGI

Pembinaan Petugas Survailance

PERBAIKAN KESEHATAN

LINGKUNGAN

Pembinaan depot Air Isi Ulang

Pemeriksaan Sampel Air Pembinaan Bumantik Pembinaan TTU Pembinaan Makanan dan

Minuman Abatisasi

PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

Pemeriksaan TB Pelacakan Kasus TB Pembinaan Kohort TB untuk

petugas Fogging Focus BIAS Imunisasi TT WUS Pertemuan PWS Imunisasi Pengambilan Vaksin Koordinasi/Konsultasi

Petugas DBD2 Peningkatan

Kualitas PelayananPELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS

Pelayanan Sore Pengelola obat +

Laboratorium Pelayanan Layanan Inap

Persalinan Pemeriksaan CJH Pemeliharaan Kendaraan

Dinas operasionalYANDAS Screening anak sekolah

Pembinaan APRAS di Tingkat PWS KIA

Pembinaan Bidan Swasta Validasi data KIA/KB

PENANGANAN GAWAT DARURAT

Posko Bencana Alam

3 Perbaikan Kebijakan dan

Manajemen

PENINGKATAN STANDAR MUTU

KESEHATAN

Audit Mutu Eksternal/Internal

Minilokakarya

Page 29: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Kesehatan Komunikasi Internal Rapat Tinjauan Manajemen Audit Survailance Penerapan SIK/Monev Pengelola Data Entry

PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Lomba sekolah Bebas Jentik Revitalisasi Posyandu Pelatihan Dokter Kecil Pembinaan Lansia Forum Komunikasi

Kesehatan Satgas Bencana Pembinaan UKS

PEMBINAAN PROMKES

Penyuluhan Luar Gedung Puskesmas

Pembinaan PHBS Sosialisasi Tumbuh

Kembang dan Deteksi Dini bagi kader

Sumber data: Puskesmas tahun 2009

Tabel 4.11 Penggunaan Anggaran Kerja Puskesmas Banyu Urip tahun 2011

4.3.3 Sarana dan Prasarana

1. Gedung Puskesmas Induk

Lantai I terdiri dari :

R. Poli KIA / KB

R. Unit Laboratorium

Kamar Obat

R. Poli Lansia

R. Poli Paru

R. Poli Spesialis

R. Poli Anak

Musholla

Poli Umum

R. Tindakan

R. Nifas

R. Jaga Bidan

Ruang Bersalin

Poli Gizi

Page 30: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Ruang Deteksi Dini & Tumbuh Kembang

Pengaduan dan Public Relation

Unit Pendaftaran dan Kasir

Gudang Obat

Lantai II terdiri dari :

Gudang Administrasi

Gudang Alkes

R. Sekretaris ISO

R. Kepala Puskesmas

R. Tata Usaha

R. Pertemuan

Klinik Sanitasi & Promkes

Gudang PMT & Beras

R. Tunggu Poli Gigi

Poli Gigi

(Denah terdapat pada lampiran 4)

2. Gedung Puskesmas Pembantu Simo Katrungan: 1 buah

3. Rumah Dinas Dokter Puskesmas: 1

4. Poskeskel: 1

5. Posyandu Balita: 104

6. Posyandu Lansia: 16

7. Sarana Transportasi

Kendaraan Pusling (Ambulans) : 1 buah

Sepeda motor : 4 buah

8. Sarana komunikasi

Telepon ada 2 (dua) saluran dengan nomor:

- (031) 5685424

- (031) 5615292 (Fax)

- email : [email protected]

9. Sarana IT

- 10 komputer dalam keadaan baik

- 1 notebook dalam keadaan baik

- 1 OHP dengan kondisi baik

10. Peralatan Medis

Page 31: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Peralatan medis ada dan lengkap (terdapat pada Daftar Inventaris)

11. Obat

Obat Inpres: ada dan persediaan terbatas

Obat Askes Rujuk Balik: obat persediaan terbatas, permintaan berdasarkan

resep yang dikeluarkan

12. Reagen Laboratorium

Reagen dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk pemeriksaan sebagai

berikut :

- Darah lengkap

- Urine lengkap

- Faeces lengkap

- Sputum BTA : untuk fiksasi saja

- GO

-Pemeriksaan kimia darah : glukosa 2 jam pp, Cholesterol, HDL, LDL, TG,

RFT, LFT

- Pemeriksaan Widal

- Pemeriksaan Syphilis

Page 32: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK –

POLI DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

5.1 PROGRAM KIA

1. Hasil Program KIA

TABEL 5.1: PENCAPAIAN PUSKESMAS BANYU URIP SELAMA OKTOBER – NOVEMBER 2012

No

.Variabel

Sasara

n

TargetHasil

Pencapaia

n (%)% Absolut

III KESEHATAN IBU DAN ANAK          

  1. Kesehatan Maternal          

  a. Jumlah K4 (1-1-2) 1009 23 232 237 23,5

  b. Jumlah Kunjungan ANC drop out 1009 <1,25 <13 0 0

c. Deteksi risiko tinggi oleh nakes 1009 20 202 185 18,33

d. Komplikasi kebidanan yang ditangani

1009

(x20%) 20 40 10 4,95

 

e. Jumlah Persalinan oleh tenaga

kesehatan 927 23,5 218 112 12,08

  f. kunjungan nifas 927 23,75 222 112 12,08

   

  2. Kesehatan Anak  

  a. Jumlah KN murni 917 22 202 119 12,98

  b. Jumlah KN lengkap 917 23,75 218 138 15,05

  c. Jumlah neonatal komplikasi ditangani

917

X 15% 18,75 26 21 15,27

d. Jumlah kunjungan bayi paripurna 917 24 220 123 13,41

e. Anak balita di DDTK 3994 20,75 829 660 16,52

f. Pelayanan anak balita 3994 21,75 869 630 15,77

g. Pelayanan anak prasekolah 2232 20,75 463 635 28,45

 

Page 33: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

2. Analisis Program KIA

Program puskesmas di bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) secara garis

besar dapat dibagi menjadi empat, yaitu kesehatan maternal, kesehatan anak, akses

ketersediaan darah untuk penanganan rujukan bumil dan neonatus, serta program

untuk peningkatan mutu pelayanan. Masing-masing program dijabarkan lagi menjadi

kegiatan-kegiatan lain yang lebih detail. Dari hasil evaluasi kinerja puskesmas bulan

Oktober – Desember 2012, didapatkan beberapa program kesehatan ibu dan anak

yang pencapaiannya kurang dari target. Beberapa program tersebut adalah:

1. Deteksi bumil risiko tinggi oleh tenaga kesehatan

2. Komplikasi kebidanan yang ditangani oleh tenaga kesehatan

3. Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan

4. Jumlah kunjungan nifas

5. Jumlah kunjungan neonatus murni

6. Jumlah kunjungan neonatus lengkap

7. Jumlah neonatal dengan komplikasi yang ditangani

8. Jumlah kunjungan bayi paripurna

9. Anak balita di DDTK

10. Pelayanan anak balita

Pencapaian deteksi bumil risiko tinggi oleh tenaga kesehatan selama Oktober –

Desember 2012 adalah 18,33%, sedangkan target yang harus dicapai 20%. Beberapa

kemungkinan penyebab target yang tidak tercapai adalah:

1. Data yang dianalisis hanya 3 bulan, bukan satu tahun keseluruhan. Ada

kemungkinan persebaran data yang tidak merata di setiap bulan

2. Jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Banyu

Urip tidak tinggi

3. Ibu hamil tidak ada yang mengantar untuk pergi ke fasilitas pelayanan

kesehatan

Mengingat angka K4 dari Antenatal Care (ANC) yang mencapai target, faktor

yang paling mungkin menyebabkan angka pencapaian deteksi bumil risiko tinggi yang

rendah adalah jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas

Banyu Urip memang rendah.

Page 34: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Pencapaian komplikasi kebidanan yang ditangani di Puskesmas Banyu Urip

selama Oktober – Desember 2012 adalah 4,95%, sedangkan target yang harus dicapai

sebesar 20%. Beberapa kemungkinan penyebab target yang tidak tercapai adalah:

1. Persebaran data yang tidak merata.

2. Ibu hamil risiko tinggi dan sangat tinggi sudah dilakukan rujukan dini

terencana, sehingga ibu tersebut melahirkan di rumah sakit rujukan dengan

pertolongan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

3. Banyak ibu hamil yang tidak melahirkan di Puskesmas tetapi melahirkan

di tempat asal.

Mengingat angka K4 dalam ANC yang memenuhi target, faktor yang paling

mungkin menyebabkan angka penanganan komplikasi persalinan oleh tenaga

kesehatan yang rendah adalah bumil risiko tinggi sudah dilakukan rujukan dini

terencana.

Pencapaian jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan selama

Oktober – Desember 2012 sebesar 12,08%, sedangkan target yang harus dicapai

sebesar 23,5%. Kunjungan nifas di Puskesmas Banyu Urip selama Oktober –

Desember 2012 sebesar 12,08%, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 23,75%.

Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya:

1. Ibu-ibu merencanakan untuk melahirkan di tempat lain, seperti di rumah

sakit umum atau di desa daerah asalnya.

2. Masih ada tenaga kesehatan swasta di wilayah kerja puskesmas Banyu

Urip yang pelaporannya masih kurang.

Mengingat angka K4 dalam ANC yang memenuhi target, faktor yang paling

mungkin menyebabkan jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan

angka kunjungan nifas yang rendah adalah ibu hamil sudah merencanakan untuk

melahirkan di tempat lain (di rumah sakit atau di desa daerah asal). Akses yang

mudah untuk menuju rumah sakit dapat menjadi alasan ibu hamil banyak yang

memilih untuk melahirkan di rumah sakit. Selain itu, di kota Surabaya banyak juga

penduduk yang merupakan pendatang. Ketika ibu hamil akan melahirkan, mereka

sudah merencanakan untuk kembali ke daerah asal dengan alasan di daerah asal ada

keluarga yang menemani dan akan membantu merawat.

Salah satu tujuan dari Program Kesehatan Ibu dan Anak ini dirancang untuk

menjamin agar ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, bermutu,

serta aman. Di Puskesmas Banyu Urip, jumlah ibu hamil yang datang ANC hingga K4

Page 35: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

mencapai target, tetapi banyak ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip

yang melahirkan di tempat lain. Untuk tetap menjamin ibu hamil tersebut tetap

mendapatkan persalinan yang aman, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh

Puskesmas Banyu Urip adalah:

1. Tidak terlambat memberikan rujukan dini terencana untuk ibu hamil

dengan risiko tinggi agar melahirkan di rumah sakit umum.

2. Memberikan surat rujukan kepada bumil yang akan melahirkan di daerah

asalnya sehingga bumil tersebut dapat dipastikan mendapat persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

3. Melakukan penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya persalinan aman

yang ditolong oleh tenaga kesehatan sehingga meningkatkan kesadaran

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip.

Pencapaian kunjungan neonatus murni selama Oktober – Desember 2012

adalah 12,98%, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 22%. Pencapai

kunjungan neonatus lengkap sebesar 15,05%, sedangkan target yang harus dicapai

sebesar 23,75%. Kunjungan neonatus yang kurang dari target bisa disebabkan oleh:

1. Ibu yang baru melahirkan tidak ada yang mengantar untuk membawa

anaknya ke puskesmas.

2. Masih ada anggapan bahwa anak yang baru lahir tidak boleh meninggalkan

rumah, karena rentan terkena penyakit.

3. Merasa anak baru lahir tidak sakit sehingga tidak perlu datang periksa.

Jumlah kunjungan bayi paripurna selama Oktober – Desember 2012 sebesar

13,41% sedangkan target yang harus dicapai sebesar 24%. Beberapa faktor yang

dapat menyebabkan kunjungan bayi paripurna tidak mencapai target adalah:

1. Ibu atau pengasuh dari bayi tersebut bekerja atau tidak ada waktu untuk

mengantarkan bayi ke puskesmas

2. Anggapan bahwa anak yang sehat tidak perlu dibawa ke puskesmas

Kunjungan bayi paripurna merupakan hal yang penting. Dalam kunjungan

tersebut juga dilakukan imunisasi untuk bayi. Jika angka kunjungan bayi paripurna

tidak tercapai target, besar kemungkinan ada bayi yang tidak diimunisasi dengan

lengkap. Hal ini berbahaya bagi bayi tersebut dan masyarkat sekitar.

Paradigma di masyarakat bahwa fasilitas kesehatan hanya untuk orang yang

sakit masih menjadi kendala utama. Paradigma tersebut mengakibatkan masyarakat

datang ke puskesmas jika merasa sakit. Paradigma ini berbahaya. Kasus-kasus pada

Page 36: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

tahap awal kemungkinan besar tidak terdeteksi, akibatnya penanganan terlambat dan

dapat berakibat fatal.

Beberapa hal yang dapat dilakukan puskesmas untuk meningkatkan angka

cakupan kunjungan neonatus dan bayi paripurna adalah:

1. Membuka pelayanan KIA sore hari pada waktu tertentu dan

menginformasikan kepada masyarakat. Hal ini bertujuan memberi

kesempatan kepada ibu dan keluarga agar bersama-sama membawa

anaknya untuk mendapat pelayanan di puskesmas.

2. Meningkatkan promosi kesehatan mengenai kesehatan neonatus dan ibu

nifas, serta memberikan pemahaman bahwa pemeriksaan neonatus penting

untuk mendeteksi dini kelainan yang ada pada neonatus sebagai usaha

mengubah paradigma masyarkat.

Pencapaian penanganan neonatal dengan komplikasi selama Oktober –

Desember 2012 sebesar 15,27%, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 18,75%.

Pencapaian puskesmas tidak berbeda jauh dengan target yang harus dicapai. Beberapa

faktor yang dapat menjadi penyebab adalah:

1. Persebaran data yang tidak merata

2. Jumlah neonatus yang mengalami komplikasi di wilayah kerja Puskesmas

Banyu Urip rendah.

Pencapaian penanganan anak balita selama Oktober – Desember 2012 sebesar

15, 75%, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 21,75%. Beberapa faktor yang

dapat menjadi penyebab adalah:

1. Pengasuh tidak memiliki waktu mengantarkan anak balita ke puskesmas

ataupun ke posyandu karena bekerja.

2. Kesadaran masyarakat mengenai kesehatan balita masih rendah,

masyarakat masih mengobati penyakit anak dengan membeli obat sendiri

di apotek.

3. Anak dibawa berobat ke tenaga kesehatan praktik swasta.

Mayoritas penduduk di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip mempunyai mata

pencaharian sebagai pegawai swasta (pekerja pabrik). Faktor ini menjadi penghambat

bagi para ibu yang bekerja untuk memberikan perhatian lebih kepada anak-anaknya.

Mereka lebih memilih langkah yang praktis, jika anak sakit dan jenis penyakit sudah

pernah dialami oleh anak tersebut, mereka akan membeli sendiri obat yang lalu. Hal-

hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah:

Page 37: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

1. Menyarankan kepada ibu-ibu yang bekerja untuk membawa balita ke

PAUD atau tempat penitipan anak yang ada di daerah sekitar. Harapan dari

langkah ini anak mendapatkan perhatian lebih dari pembina PAUD dan

tempat penitipan anak. Selain itu hal ini juga dapat memudahkan

pelaksanaan posyandu. Hal ini memerlukan kerja sama lintas sektoral

misal dengan ibu-ibu PKK di wilayah kerja puskesmas.

2. Posyandu ada yang dilakukan sore hari.

3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan anak sehingga

masyarakat lebih peduli dan tidak memberikan anak obat yang sama

dengan dosis yang sama pula kepada balita setiap kali balita sakit. Langkah

ini juga bertujuan mengubah pandangan masyarakar bahwa puskesmas

tidak hanya untuk orang sakit.

5.2 POLI DDTK

1. Latar Belakang Program DDTK

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia

seutuhnya antara lain diselenggarkan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan

sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang

dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama

kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus

meningkatkan kualitas hidup agar anak mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik,

mental, emosional, maupun social serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan

potensi genetiknya.

Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak

balita mempunyai sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka

untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka

terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi

yang tidak adekuat, kurang stimulasi, dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang

memadai. Oleh karena masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang

sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak

dapat diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan, jendela

kesempatan, dan masa kritis.

Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari

seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh

Page 38: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi

yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan

berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpanan tumbuh kembang.

Selain hal-hal tersebut, berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh

kembang anak juga perlu dieliminasi.

Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang

diselenggarkan melalui kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini penyimpangan

tumbuh kembang balita dilakukan pada ‘masa kritis’ tersebut.

Kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini penyimpanan tumbuh kembang

balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan

antara keluarga (orang tua, pengasuh anak, dan anggota keluarga lainnya), masyarakat

(kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan

sebagainya) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan, dan social), akan

meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki

jenjang pendidikan formal. Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak

tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental,

emosional, sosial, dan kemandirian anak berkembang secara optimal.

2. Ciri dan Prinsip Tumbuh Kembang Anak

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan

intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut

saraf.

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan

selanjutnya

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan

sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Seorang anak tidak akan bisa

berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal ini merupakan

masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan

yang berbeda- beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan

fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak

Page 39: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun

demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi, dan lain-

lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat, dan tinggi badannya serta

bertambah kepandaiannya.

e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

tetap, yaitu:

i. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju

kea rah kaudal (pola sefalokaudal)

ii. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)

lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai

kemampuan gerak halus (pola proksimodistal)

f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan.

Page 40: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

3. Kerangka Konsep Pembinaan Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah

4. Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur

Umur 0-3bulan

- Mengangkat kepala setinggi 45

- Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah

- Melihat dan menatap wajah anda

- Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

- Suka tertawa keras

- Bereaksi terkejut terhadap suara keras

- Membalas tersenyum ketika diajak bicara/senyum

- Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak

Umur 3-6 bulan

- Berbalik dari telungkup ke telentang

Stimulasi dan pemantauan tumbuh kembang di keluarga

dan masyarakatDeteksi dini penyimpangan

tumbuh kembang di tingkat petugas (tenaga kesehatan,

pendidik, petugas lapangan KB, masyarakat)Tidak ada

penyimpangan

Penyimpangan

Penyimpangan

pertumbuhan

Penyimpangan

perkembangan

Gangguan pendengaran

dan penglihatan

Penyimpangan mental

emosionalKurusKurus sekaliGemukMikrosefalMakrosefal

Gangguan gerak kasar Gangguan gerak halus Gangguan bicara dan bahasaGangguan sosialisasi dan kemandirian

Gangguan daya dengarGangguan daya lihat

Masalah mental emosionalAutisGangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas

Intervensi dini penyimpangan

tumbuh kembang

Ada perbaikan

Tidak ada perbaikanDirujuk ke

fasilitas yang lebih mampu

Page 41: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

- Mengangkat kepala setinggi 90

- Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil

- Menggenggam pensil

- Meraih benda yang ada dalam jangkauan

- Menggenggam tangannya sendiri

- Berusaha memperluas pandangan

- Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil

- Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik

- Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri

Umur 6-9 bulan

- Duduk (sikap tripoid-sendiri)

- Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan

- Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang

- Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya

- Memungut dua benda, masing-masing tangan pegang satu benda pada saat

bersamaan

- Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup

- Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatatata

- Mencari mainan/benda yang dijatuhkan

- Bermain tepuk tangan dan cilukba

- Bergembira dengan melempar benda

- Makan kue sendiri

Umur 9-12 bulan

- Mengangkat badannya ke posisi berdiri

- Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi

- Dapat berjalan dengan dituntun

- Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan

- Menggenggam erat pensil

- Memasukkan benda ke mulut

- Mengulang menirukan bunyi yang didengar

- Menyebut 2-3suku kata yang sama tanpa arti

- Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja

Page 42: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

- Senang diajak bermaik “ CILUKBA”

- Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal

Umur 12-18 bulan

- Berdiri sendiri tanpa berpegangan

- Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali

- Berjalan mundur 5 langkah

- Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata “ mama “

- Menumpuk 2 kubus

- Memasukkan kubus di kotak

- Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/ merengek, anak bisa

mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu

- Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing

Umur 18-24 bulan

- Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik

- Berjalan tanpa terhuyung- huyung

- Bertepuk tangan, melambai- lambai

- Menumpuk 4 buah kursi

- Memungut benda keci dengan ibu jari dan jari telunjuk

- Menggelindingkan bola ke arah sasaran

- Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti

- Membantu/ menirukan pekerjaan rumah tangga

- Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri

Umur 24-36 bulan

- Jalan naik tangga sendiri

- Dapat bermain dan menendang bola kecil

- Mencoret- coret pensil pada kertas

- Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata

- Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta

- Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama2 benda atau lebih

Page 43: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

- Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring

jika diminta

- Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah

- Melepas pakaiannya sendiri

Umur 36-48 bulan

- Berdiri 1 kaki 2 detik

- Melompat kedua kaki diangkat

- Mengayuh sepeda roda tiga

- Menggambar garis lurus

- Menumpuk 8 kubus

- Mengenal 2-4 warna

- Menyebut nama, umur, tempat

- Mnegerti arti kata di atas,di bawah, di depan

- Mendengarkan cerita

- Mencuci dan mengerngkan tangan sendiri

- Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan

- Mengenakan celana panjang, kemeja, baju

Umur 48-60 bulan

- Berdiri 1 kaki 6 detik

- Melompat- lompat 1 kaki

- Menari

- Menggambar tanda silang

- Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh

- Mengancing baju atau pakaian boneka

- Menyebut nama lengkap tanpa dibantu

- Senang menyebut kata-kata baru

5. Beberapa Gangguan Tumbuh -Kembang Yang Sering Ditemukan

g. Gangguan bicara dan bahasa.

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan

anak. Karena kemampuan berbahasa sesnsitif terhadap keterlambatan atau

Page 44: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor,

psikologis, emosi dan lungkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan

dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini

dapat menetap.

h. Cerebral palsy

Merupakan suatu kelainan gerakan dannpostur tubuh yang tidak

progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel

motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai

pertumbuhannya.

i. Sindrom Down

Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari

fenotifnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat

adanya jumlah kromosom 21 yang lebih. Perkembangannya lebih lambat dari

anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital,

hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat

menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan yang

menolong diri sendiri.

j. Perawakan Pendek

Short stature atau perawakan pendek merupakan suatu trminologi

mengenai tinggi badan yang berada dibawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva

pertumbuhan yang berlaku pada populasi trsebut. Penyebabnya dapat kardna

variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau

kelainan endokrin.

k. Gangguan Autisme

Merupakan gangguan perkembangan pdrvasif pada anak yang

gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasjf berarti meliputi

seljruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat,

yang mempengaruhi anak secara mendala. Gangguan perkembangan yang

ditemukan pada autisme mencakup bidang ineraksi sosial, komunikasi dan

perilaku.

l. Retardasi Mental

Merupakan suatu kondisi ynang ditandai oleh intelengesia yang rendah

(IQ <70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu belajar dan

beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas ketidakmampuan yang

dianggap normal.

m. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk

memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.

Page 45: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

6. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)

Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menetukan status gizi anak, normal,

kurus, kurus sekali atau gemuk.

Pengukuran Berat Badan/BB :

i. Menggunakan timbangan bayi

Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2

tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang

ii. Menggunakan timbangan injak

Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan :

1. Cara mengukur dengan posisi berbaring

2. Cara mengukur dengan posisi berdiri

Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002)

1. Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai

dengan cara di atas.

2. Lihat kolom Berat Badan anak yang sesuai dengan hasil

pengukuran.

3. Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan

(kanan) sesuai jenis kelamin anak, viri angka berat badan yang

terdekat dengan berat badan anak.

4. Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk

mengetahui angka Standar Deviasi (SD).

b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)

Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui lingkar

kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.

Cara mengukur lingkar kepala :

Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis

mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik

agak kencang.

Grafik lingkaran Kepala Perempuan dan Laki-laki (Nelhaus, 1969)

a. Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam "jalur hijau" maka

lingkaran kepala anak normal.

Page 46: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

b. Bila ukuran lingkar kepala anak berada diluar "jalur hijau" maka lingkaran

kepala anak tidak normal.

c. Lingkar kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal bila berada

diatas "jalur hijau" dan mikrosefal bila berada dibawah "jalur hijau".

7. Deteksi Dini Penyimpangan Pekembangan Anak

a. Skrining/ permeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan (KPSP)

Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12,

15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan.

Skrining dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas

PADU terlatih

Alat/instrument yang digunakan adalah:

Formulir KPSP menurut umur

Alat bantu pemeriksaan, seperti: pensil, kertas, bola sebesar

bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5cm sebanyak 6

buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran

0,5-1cm

b. Tes Daya Dengar

Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12

bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan ke atas.

Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PADU

dan petugas terlatih lainnya

Alat/sarana yang diperlukan adalah:

- Instrumen TDD menurut umur anak

- Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia

- Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)

c. Tes Daya Lihat

Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia

prasekolah umur 36 sampai 72 bulan.

Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PADU

dan petugas terlatih lainnya

Alat/sarana yang diperlukan adalah:

Page 47: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

o Ruangan yang bersih, tenang, dengan penyinaran yang baik

o Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa

o Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang

anak

o Alat penunjuk

d. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

e. Deteksi Dini Masalah Emosional Pada Anak Sekolah

Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6

bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan

jadwal skrining/pemeriksaan perkembangan anak

Alat yang digunakan adalah Kuisioner Masalah Mental Emosional

(KMME)

f. Deteksi Dini Autis Pada Masa Anak Prasekolah

Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi

atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,

kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan

tersebut dapat berupa satu atau lebihh keadaan di bawah ini:

o Keterlambatan berbicara

o Gangguan komunikasi/interaksi social

o Perilaku yang berulang-ulang

o Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)

g. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas

indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga

kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA dan guru

TK. Keluhan tersebut dapat berupa satu atau lebihh keadaan di bawah ini:

o Anak tidak bisa duduk tenang

o Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah

o Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive

Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan

Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Rating Scale)

8. Analisis Logic Model Poli DDTK

Page 48: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

Dari Man, tenaga yang bertugas di poli DDTK hanya 1 orang bidan dengan

kader berjumlah 104 orang yang di sebar di tiap-tiap posyandu. Pelatihan tentang

DDTK yang pernah diberikan kepada kader terakhir diberikan sekitar tahun 2008.

Metode yang digunakan adalah skrining secara aktif oleh kader posyandu yang

dilakukan berkala dan berkesinambungan sesuai dengan jadwal. Laporan dari poli

anak atau dari skrining balita yang datang ke posyandu yang dicurigai mengalami

penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan dirujuk ke poli DDTK untuk

dilakukan di-follow-up dan jika perlu dirujuk ke poli tumbuh kembang di RSUD Dr.

Soetomo. Proses skrining di posyandu pun tidak diawasi dengan ketat karena

keterbatasan tenaga.

Material yang digunakan oleh kader di posyandu berupa KMS, kurva Nelhaus,

KPSP, screening-kit, KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional), kuesioner

CHAT (Checklist for Autism in Toddlers) dan formulir GPPH (Gangguan Pemusatan

Perhatian dan Hiperaktivitas). Namun khususnya screening-kit pemanfaatannya

input proses output outcome impact

ManJumlah tenaga;Jumlah kader Pelatihan yang pernah diikuti

MoneykeuanganMaterial

KMSKPSPAlat bantu pemeriksaanSarana prasaran

MarketWilayah kerja puskesmasData kependudukanposyandu

Mendata pelanggan yang berkunjung ke poli DDTKMelakukan identifikasi adanya penyimpangan pertumbuhanMelakukan identifikasi adanya penyimpangan perkembangan

Mencatat rekapitulasi kunjungan poli DDTK beserta interpretasi hasil

Kotak saran

Melakukan identifikasi adanya gangguan pendengaran dan penglihatan

Melakukan identifikasi adanya penyimpangan mental emosional

Jumlah pelanggan yang berkunjung ke poli DDTKJumlah pasien dengan penyimpangan pertumbuhanJumlah pasien dengan penyimpangan perkembanganJumlah kunjungan poli DDTK beserta interpretasi hasil

Pelaporan kader

Jumlah pasien dengan gangguan pendengaran dan penglihatanJumlah pasien dengan penyimpangan mental emosional

Promosi dan penyuluhan

Persentase kepuasan

Kelayakan prosedur skrining penyimpangan tumbuh kembangKeberhasilang penemuan penyipangan dini tumbuh kembang

Rujukan dan penanganan dini penyimpangan tumbuh kembangKepercayaan

terhadap pelayanan poli DDTKTingkat kesadaran dan pengetahuan mengenai tumbuh kembang meningkat

MethodSkrining aktif secara berkala oleh kader di posyandu

MachinePosyandu follow up di poli

DDTK

Page 49: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

kurang dilihat dari masih ada screening-kit yang tidak digunakan atau bahkan belum

pernah dibuka dari kemasannya.

Market, Target yang ditetapkan selaama tiga bulan untuk balita adalah 20,75%

sedangkan pencapaian 16,52%. Target tidak tercapai. Melihat dari alur kerja poli

DDTK hal ini disebabkan juga karena angka cakupan pelayanan balita yang kurang

juga. Tidak semua balita di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip datang ke posyandu

sehingga jumlah anak yang dilakukan skrinig juga kurang dari target. Beberapa faktor

penyebab tidak semua balita datang ke posyandu adalah:

1. Waktu dilaksanakan posyandu bertepatan dengan waktu pengasuh bekerja

2. Adanya ibu-ibu yang merasa tidak akrab dengan petugas, kader,serta ibu-

ibu sekitar sehingga merasa bukan bagian dari kelompok masyarakat

3. Paradigma masyarakat mengenai pelayanan kesehatan hanya

diperuntukkan bagi yang sakit

Beberapa hambatan yang ditemui pada pelaksanaan poli DDTK antara lain

a. Jumlah tenaga poli DDTK kurang

b. Pelatihan kader sudah cukup lama tidak diulang

c. Material yang digunakan sesuai dengan standar yang ditetapkan Dinas

Kesehatan/ Departemen Kesehatan namun pemanfaatannya kurang

optimal

d. Keabsahan data yang didapat kurang dapat dipercaya karena proses

skrining tidak disupervisi secara berkala dan tidak semua balita dalam

wilayah tersebut hadir

e. Sasaran dari program tidak semua ikut berpartisipasi dalam kegiatan

Dari kesimpulan di atas kami dapat memberikan saran yang sekiranya dapat

mengoptimalkan pelaksanaan poli DDTK:

1. Perlu ada perekrutan lagi tenaga agar jangkauan atau cakupan skrining

lebih efektif

2. Perlu ada pelatihan kepada kader untuk refresh pengetahuan kader

3. Pemanfaatan screening-kit lebih ditingkatkan agar lebih skrining efektif

4. Menggunakan Tabel Usia dan Alat Skrining DDTK sebagai berikut

dengan tujuan meningkatkan compliance mengenai waktu dan apa yang

diskrining

Page 50: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

TABEL 5.2: TABEL SKRINING DDTK

Umur (bulan)3 6 9 12 15 18 21 24 30 36 42 4

854 60 66 72

KMS dan TB/BBLKAKPSPTDDTDLMEAutGPPH

Page 51: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Secara struktural, Puskesmas Banyu Urip Surabaya merupakan salah satu UPT Dinas

Kesehatan Kota Surabaya

2. Wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip Surabaya meliputi dua kelurahan yaitu

Kelurahan Kupang Krajan dan Banyu Urip Surabaya.

3. Puskesmas Banyu Urip Surabaya mempunyai beberapa Program Pokok, antara lain

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak-KB, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Menular, Pelayanan Pengobatan, Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, dan

Gizi. Selain itu Puskesmas Banyu Urip Surabaya juga memiliki beberapa program

inovasi antara lain: upaya kesehatan gigi dan mulut (Gilut) , upaya kesehatan Deteksi

Dini Tumbuh Kembang (DDTK), upaya kesehatan anak, apaya kesehatan paru, upaya

kesehatan spesialis, upaya kesehatan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan Lansia,

upaya kesehatan obat tradisional, upaya kesehatan sekolah, dan upaya kesehatan

olahraga.

4. Program pokok dan inovasi di Puskesmas Banyu Urip Surabaya sebagian besar sudah

berjalan dengan baik (mencapai target), namun ada juga beberapa program yang

belum mencapai target sehingga masih diperlukan evaluasi lebih lanjut.

5. Masalah yang menjadi kendala pelaksanaan Program KIA adalah kepercayaan dan

tradisi di masyarakat yang sudah tumbuh sejak lama, masalah ekonomi masyarakat

yang mengakibatkan seorang ibu juga ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari sehingga anak kurang mendapatkan perhatian.

6. Beberapa hambatan yang ditemui pada pelaksanaan poli DDTK antara lain

a. Sumber daya manusia poli DDTK perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun

kualitas sehingga mengakitbatkan pemanfaatan materi yang kurang optimal

serta keabsahan data kurang

b. Sasaran dari program tidak semua ikut berpartisipasi dalam kegiatan

Page 52: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Puskesmas

1. Puskesmas dapat mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk mengubah

paradigma masyarakat mengenai pandangan “datang ke puskesmas hanya

untuk orang sakit”

2. Puskesmas bekerja sama lintas sektoral untuk mengatasi permasalahan yang

ada di masyarakat

6.2.2 Bagi Lab. IKM – KP

1. Meningkatkan bimbingan dan pengarahan kepada CPS-KBK di lapangan.

2. Meningkatkan bimbingan dalam penyusunan laporan Puskesmas.

3. Waktu pelaksanaan di puskesmas bisa disesuaikan dengan program

puskesmas, sehingga CPS dapat mengikuti program luar gedung yang

diadakan puskesmas (seperti posyandu balita, posyandu lansia, dan

puskesmas keliling)

6.2.3 Bagi para CPS

1. Meningkatan kerja sama antar tim dan profesionalisme kerja.

2. Mempersiapkan teori-teori lebih matang sehingga lebih mudah

mengaplikasikannya di lapangan.

3. Memahami dengan baik aplikasi teori di lapangan dan pelaksanaannya di

Puskesmas sehinggga dapat memberikan masukan bagi kemajuan

Puskesmas.

Page 53: Laporan Banyu Urip Kelompok Erik Newest 31 Januari 2013

BAB 7

PENUTUP

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat melaksanakan tugas praktek

lapangan di Puskesmas Banyu Urip Surabaya, sejak tanggal 23 Januari 2013 – 1 Februari

2013, yang merupakan salah satu bentuk program kerja lapangan kami selama di Departemen

IKM–KP Universitas Airlangga. Terimakasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada

Kepala Puskesmas Banyu Urip beserta staf dan dosen–dosen pembimbing kami dari

Departemen IKM–KP atas segala bimbingannya yang sangat membantu dalam pelaksanaan

tugas kepaniteraan ini.

Laporan kepaniteraan Puskesmas ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

pengetahuan, khususnya bagi CPS KBK yang nantinya sebagian besar akan bertugas di

Puskesmas di seluruh wilayah Indonesia.

Segala daya upaya telah dilaksanakan semaksimal mungkin demi terlengkapinya

laporan ini. Namun tentunya disadari bahwa banyak data yang tidak dapat disajikan dengan

baik dalam laporan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua

pihak sangat kami harapkan. Terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

membantu kelancaran tugas ini sampai dengan pelaporan.