laporan anak koas

19
LAPORAN KASUS ASCARIASIS PADA AYAM BURAS PS-2891/2009 OLEH MAILIZAR, S.KH NIM. 09-0210102-0038

Upload: paradiptya

Post on 08-Aug-2015

269 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

PATOLOGI VETERINER

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN ANAK KOAS

LAPORAN KASUS

ASCARIASIS PADA AYAM BURAS PS-2891/2009

OLEH

MAILIZAR, S.KHNIM. 09-0210102-0038

LABORATORIUM PATOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALADARUSSALAM – BANDA ACEH

2010

Page 2: LAPORAN ANAK KOAS

ASCARIASIS PADA AYAM BURAS PS-2891/2009

OlehMailizar (09-0210102-0038)

RINGKASAN

Seekor ayam buras dari Peukan Bilui, Kabupaten Aceh

Besar yang baru berumur 1 bulan yang menunjukkan gejala

klinis; pertumbuhan lambat, kurus, lemah, bulu kusam.

Kemudian ayam tersebut dibawa ke Laboratorium Fakultas

Kedokteran Hewan dan dilakukan nekropsi di Laboratorium

Patologi.

Kesimpulan dari hasil pemeriksaan patologi anatomi dan

pemeriksaan parasit adalah ayam buras menderita Ascariasis

yang bersifat kompleks dengan ditandai adanya cacing Ascaridia

galli dalam saluran usus

1

Page 3: LAPORAN ANAK KOAS

RIWAYAT KASUS

Seekor ayam buras jantan umur 1 bulan, milik Ibu

Qadarsina dengan alamat Peukan Bilui Kabupaten Aceh Besar.

Oleh pemilik dilaporkan bahwa ayam tersebut pertumbuhan

lambat, kurus, bulu kusam dan lemas dikandangkan dalam

jumlah puluhan ekor pada kandang yang seadanya, ukurangnya

kecil, sedikit kotor karena feses yang berserakan di kandang dan

jarang dibersihkan.

Ayam mencari makan dan minum disembarang tempat

karena peternak melepas ayam pada waktu pagi dan ayam

kembali ke kandang pada waktu sore. Tetapi banyak juga

tetangga yang memelihara unggas (buras) lainnya dalam

keadaan lepas serta adanya burung-burung liar yang sering

berada disekitar dan masuk ke dalam kandang. Dari populasi

ayam buras tersebut hanya beberapa ekor saja yang

memperlihatkan pertumbuhan lambat, kurus, bulu kusam dan

lemas.

2

Page 4: LAPORAN ANAK KOAS

HASIL PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Klinis

Sebelumnya ayam dibunuh dengan memuntir kepalanya,

kemudian diperiksa keadaan luar bangkai. Inspeksi secara umum

terlihat pertumbuhan lambat, kurus, bulu kusam dan lemas.

Selaput lendir mata anemis, mulut, hidung serta anus berlendir.

Perubahan Makroskopis

Setelah dilakukan seksi, perubahan organ yang dapat

diamati adalah sebagai berikut ; dalam ventrikulus (gizzar)

temukan benda asing yaitu karet ikat, duodenum hiperemi,

jejunum hiperemi, ilium hiperemi dan ada cacing Ascaridia galli,

caecum bengkak, colon dan rektum hiperemi.

3

Page 5: LAPORAN ANAK KOAS

D I S K U S I

Pengenalan

Ascariasis adalah salah satu penyakit yang sering

menyerang ayam, yang disebabkan oleh parasit cacing yaitu

ascaridia, termasuk anggota dari Filum: Nemathelminthes;

Famili: Ascaridae yang secara umum terdapat di dalam usus kecil

berbagai burung piaraan dan liar (Jones dan Hunt 1983; Soulsby,

1982). Penyakit ini pada ayam sangat tinggi sehingga dapat

menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat berarti. Meskipun

tidak menimbulkan kematian, namun ayam yang menderita

ascariasis dapat menyebabkan infeksi subklinis dan anoreksia

(Darmawi, 2007). Morfologinya badan gemuk putih, betina

berukuran 12 cm (Fahrimal, 2003) dan yang jantan panjangnya

5-7 cm. Siklus hidup langsung, larva infektif masuk ke dalam

tubuh induk semang melalui mulut (Hungerford, 1969).

Cacing Ascaridia terbagi lagi dalam beberapa spesies

antara lain; Ascaridia galli, Ascaridia dissimilis, Ascaridia

numidae, Ascaridia columbae, Ascaridia Compar dan Ascaridia

bonasae. Selain berparasit pada ayam, Ascaridia galli juga

ditemukan pada kalkun, burung dara, itik dan angsa (Tabbu,

2002).

Akoso (1998) dan Oka (2005) mengatakan Ascaridia galli

(cacing gilik) paling banyak dijumpai pada peternakan unggas

(ayam) dan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar

setiap tahun. Penyakit ini terutama banyak dijumpai pada ayam

buras karena jenis ayam ini sedikit banyak dipengaruhi oleh cara

pemeliharaan secara tradisional. Cacing Ascaridia pertama kali

dilaporkan untuk pertama kali pada tahun 1788 oleh Schrank dan

4

Page 6: LAPORAN ANAK KOAS

Semarang diketahui telah tesebar luas di seluruh velan bumi dan

sifatnya sangat spesifik terhadap spesiesnya.

Siklus Hidup

Siklus hidup ascaridia pada ayam berlangsung selama 35

hari. Telur cacing akan keluar bersamaan dengan tinja dan

mencapai stadium larva pada alas kandang. Telur cacing di alas

kandang menjadi infektif dalam waktu 5 hari. Suhu optimun

untuk pertumbuhan adalah 32-34 0C. Sewaktu ayam sedang

makan, telur infektif menetas dan kemudian menetas di dalam

perutnya. Larva cacing melewati usus dan pindah ke selaput

lendir. Periode perpindahan mungkin terjadi antara 10-17 hari

dalam perkembangannya (Diyanti dkk., 1998; Levine, 1990; Ruff

dan Norton, 1997).

Akoso (1998) mengatakan dalam waktu 35 hari cacing

menjadi dewasa dan mulai bertelur. Setelah cacing ini menjadi

dewasa akan meningalkan selaput lendir dan tinggal di dalam

lumen usus. Ayam yang masih muda paling peka terhadap

kerusakan yang disebabkan oleh cacing ini. Dalam umur 2 atau 3

bulan ayam akan membentuk ketahanan (imunitas jaringan)

terhadap cacing gilik. Kresno (1996) menambahkan infeksi

ascaridia galli pada ayam umumnya singkat dan jarang

meningalkan kerusakan permanent. Hal ini disebabkan karena

tubuh ayam memiliki suatu kekebalan yang dapat melindungi

tubuh mereka. System ini mampu melakukan reaksi yang cepat

dan tepat untuk menyingkirkan materi asing tersebut. Salah satu

organ yang memiliki system tersebut adalah saluran pencernaan

(usus).

Immunoglobulin (Ig) ditemukan juga dalam saluran usus

dan dinding usus (Tizard, 1988). Menurut hasil penelitian Warner

5

Page 7: LAPORAN ANAK KOAS

dkk. (1971) yang disitasi oleh Brotowidjoyo (1987), bahwa IgG,

IgM dan IgA dalam serum mudah untuk memasuki dinding usus

dan mudah pula keluar bersamaan cairan usus. Semua Ig

tersebut terbukti memegang peranan dalam proses kekebalan

terhadap parasit walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa IgE

yang paling pontesial, sebaliknya Zarret dan Bazen (1974) yang

disitasi oleh Brotowidjoyo (1987), menjelaskan bahwa

immunoglobulin tertentu berperan terhadap jenis-jenis parasit

tertentu.

Pada dasarnya proses kekebalan terhadap parasit cacing

berlangsung baik secara humoral maupun seluler (Kresno, 1996).

Respon usus terhadap infeksi cacing adalah proses yang

majemuk. Proses tersebut menurut poulan dkk. (1977) yang

disitasi oleh Brotowidjoyo (1987), meliputi perusakan parasit oleh

kekebalan humoral (antibody) dan pengeluaran cacing oleh

reaksi kekebalan seluler.

Penularan

Infeksi silang antara jenis unggas satu ke jenis yang lain

sangat kecil atau tidak ada. Semua kelas unggas periaraan

memiliki kerentanan semangnya. Ascaridia untuk kalkun adalah

Ascaridia dissimilis dan untuk angsa adalah Ascaris munidae.

Infeksi terjadi karena unggas menelan telur cacing infektif

bersama makanan (Akoso, 1998; Tabbu, 2002).

Saluran pencernaan usus halus bagian bawah merupakan

habitat paling disukai parasit khususnya cacing, organ ini

merupakan tempat lalunya zat-zat nutrisi, vitamin, mineral dan

cairan serta merupakan tempat pencernaan protein, karbohidrat

dan lemak menjadi bahan-bahan yang sederhana agar dapat

diabsorbsi oleh tubuh (Ganong, 1979). Anatominya, yang khusus

6

Page 8: LAPORAN ANAK KOAS

dengan vili yang semakin ke belakang semakin memanjang

dengan kript-kriptanya yang dalam membantuk lekukan-lekukan

yang memungkinkan parasit cacing yang ada disana mudah

bersembunyi, mendapat makanan, berkembang biak dan

mempertahankan diri (Miller, 1984; Cormack, 1987)

Gejala Klinis

Apabila jumlah cacing ascaridia galli dalam usus seekor

ayam sedikit, maka cacing tersebut tidak menimbulkan

gangguan pada ayam (Akoso, 1998; Anonimus, 2006). Sauvani

(2008) dan Irawan (1996) menambahkan apabila jumlahnya

cukup banyak akan menimbulkan ganguan kesehatan atau

kematian terutama pada anak ayam. Anak ayam yang menderita

cacingan akan memperlihatkan tanda-tanda seperti; tampak

kurus, pucat, lemas, sayap agak terkulai, bulunya tidak

mengkilat, terjadi diare bewarna keputih-putihan (seperti kapur,

encer dan agak berlendir), pada anak ayam terjadi kematian

yang banyak dan pada yang dewasa terjadi penurunan produksi

telur.

Perubahan Pasca Mati

1. Perubahan anatomi (makroskopik); kerusakan terbesar terjadi

sewaktu tahap perpindahan dari pertumbuhan larva cacing.

Perpindahan dari dalam lapisan usus dapat menyebabkan

7

Page 9: LAPORAN ANAK KOAS

radang usus mendarah, cacing dapat ditemukan secara relatif

lebih banyak di lumen usus, seperti terlihat pada Gambar 1

(Akoso, 1998).

Gambar 1. Ascariasis pada usus halus dari seekor ayam yang terkena infeksi cacing Ascaridia galli. (Sumber : Akoso, 1998)

Tabbu (2002) menambahkan infeksi Ascaridia galli dalam

jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan

kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus,

gangguan pertumbuhan dan peningkatan mortalitas.

2. Perubahan histopatologi (mikroskopik); biasanya terlihat

bahwa usus terjadi erosi sel epitel dan terlihat adanya

hemoragi, sehingga ayam tersebut didiagnosa menderita

ascaridiasis. Hemoragi yang terjadi pada usus kecil bisa

menyebabkan usus mengalami ulserasi sel epitel. Kerusakan

pembuluh darah menyebabkan terjadinya obstruksi akut atau

enteristis yang disebabkan oleh cacing atau protozoa akan

terjadi penetrasi yang lebih dalam pada lapisan usus (Blood

and Henderson, 1963). Disamping itu bisa terjadi nekrosis dan

penebalan lokal pada lapisan muskularis yang akan

mengakibatkan usus halus tidak berfungsi secara sempurna

(Siahaan, 1993)

8

Page 10: LAPORAN ANAK KOAS

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan akhir dari diagnosis laboratorium terhadap

ayam buras PS-2592/2008 adalah ascariasis. Ayam dalam satu

kandang kemungkinan besar terinfeksi parasit yang sama

dengan ayam buras PS-2592/2008 tersebut.

Saran

Disarankan kepada pemilik untuk perbaikan manajemen

kandang, perbaikan nutrisi terutama pada hewan yang

menunjukan gejala sakit, agar faktor nutrisi lebih diperhatikan.

Pengobatan harus diarahkan untuk menghilangkan cacing

sebelum mencapai kematangan dalam waktu 35 hari. Dengan

demikian daur hidup parasit akan terpotong. Obat cacing yang

paling banyak digunakan untuk memberantas cacing gilik adalah

piperazine. Cara kerja adalah dengan mengeluarkan cacing dari

saluran usus dan cacing segera mati.

Pengendalian yang lain adalah dengan Hygromisin B,

Meldanr-2, Wormal dan Vermizyn. Hampir setiap obat cacing

dapat diberikan dalam makanan untuk satu hari pengobatan.

Piperzine juga dapat diberikan dalam air minum.

9

Page 11: LAPORAN ANAK KOAS

Daftar Kepustakaan

Akoso, B.T. (1998). Kesehatan Unggas: Panduan bagi Petugas Teknis, Penyuluh dan Peternak. Kanisius, Yogyakarta.

Anonimus. (2006). Manual Pengobatan Hewan: Bagi Paramedik Veteriner dan Pelaksana Teknis Peternakan. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang. Tangerang.

Blood, D.C and J.A. Henderson. (1963). Veterinary Medicine. 2nd

ed. Baltimore. The Williams and Wilkins Company. Philadelphia, USA.

Brotowidjoyo, M.D. (1987). Kemajuan-Kemajuan dalam Parasitologi Veteriner: Dalam Pertengahan Ke-2 Abad Ke-XX. Bahan Kuliah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Cormack, D.H. (1987). Ham’s Histologi. JB. Lippin Colt Company. Philadelphia, USA.

Darmawi. (2007). Antigen ekskretori/sekretori stadium L3 Ascaridia galli sebagai pemicu pembentukan imunoglobolin yolk (IgY) pada ayam petelur. http://www.damandiri.or.id/ file/darmawiipbpbab4.pdf

Diyanti, R.F., J. Jahja, T. Suryani. (1998). Penyakit-Penyakit Penting pada Ayam. Ed ke-4. PT. Medion, Bandung.

Fahrimal, Y . (2003). Nematoda. Dalam: M. Kamaruddin, Y. Fahrimal, M. Hambal, M. Hanafiah, A.H. Mahmud, F. Athaillah, dan Winaruddin. Parasitologi Veteriner. Buku Ajar. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Ganong. (1979). Fisiologi Kedokterean. Diterjemahkan oleh A. Darma. CV. EGC. Jakarta.

Hungerford, T.G. (1969). Disease of Poultry. 2nd ed. Angus and Robertson. Sidney, Australia.

Irawan, A.H. (1996). Menanggulangi Berbagai Penyakit Ayam. CV. Aneka, Solo.

10

Page 12: LAPORAN ANAK KOAS

Jones, T.C and R.D. Hunt. (1983). Veterinary Pathology, 5th ed. Philadelphia, USA. 782-783pp.

Kresno, H. (1996). Immunology: Diagnosa dan Prosedur Laboratorium. Edisi Ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Levine, N.D. (1990). Parasitologi Veteriner. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Miller, H.R. (1984). Gastroinstestinal mucus a medium for survival and for elimination of parasitic nematodes and protozoa. Parasitology. 94: S77-S100.

Oka, I.B.M. (2005). Ovisidal dan vermisidal bawang putihterhadap telur dan cacing Ascaridia galli pada ayam kampong. Jurnal Veteriner. 4(2)-2003. http://www.jvetunud.com/archives/52

Ruff, M.D and R.A. Norton. (1997). Internal Parasites (Nematodes and Acanthocephalans). In: B.W. Calnek. Disease of Poultry. 10th ed. Iowa State University Press. Ames, Iowa, USA.

Sauvani. (2008). Infeksi Parasit: Cacingan Worm Disease pada Ayam yang disebabkan oleh Ascaridia galli. http://www.glory-farm.com/psv/ infeksi_parasit.htm

Siahaan, P.M. (1993). Indetifikasi dan Pengaruh Cacing Parasit Pada Saluran Pencernaan Ayam Buras di Kotamadya Medan dan Sekitarnya. Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soulsby, E.J.L. (1982). Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animal. 17th ed. Lea and Febiger. Philadelphia, USA. 809 pp.

Tabbu, C.R. (2002). Penyakit Ayam dan Penangulangannya (Penyakit Asal Parasit, Noinfeksius, dan Etiologi Kompleks). Volume 2. Kanisius, Yogyakarta.

Tizard, L. (1988). Pengantar Immunologi Veteriner. Airlangga University Press. Surabaya.

11

Page 13: LAPORAN ANAK KOAS

LAPORAN BEDAH BANGKAI(PROTOKOL SEKSI)

NOMOR : 2592JENIS HEWAN : AYAM BURASJENIS KELAMIN : JANTANNAMA PEMILIK : IBU QADARSINAALAMAT : PEUKAN BILUI, ACEH BESARTANGGAL : 06 MARET 2008---------------------------------------------------------------------------------------------------PEMERIKSAAN KLINIS

A. KEADAAN UMUM : KURUSB. BULU/RAMBUT : KUSAMC. KULIT : TAP (NORMAL)D. SELAPUT LENDIR : MATA ANEMIS, MULUT, HIDUNG

DAN ANUS BERLENDIR

PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMIA. SALURAN PERNAPASAN : LARYNX HIPEREMIB. PARU-PARU : TAP (NORMAL)C. JANTUNG : TAP (NORMAL) D. SALURAN PENCERNAAN: DUODENUM HIPEREMI,

JEJENUM HIPEREMI, ILIUM HIPEREMI DAN ADA CACING, CAECUM BENGKAK, KOLON DAN REKTUM HIPEREMI

E. HATI : TAP (NORMAL)F. GINJAL : TAP (NORMAL)G. OTAK : TAP (NORMAL)H. RONGGA DADA : TAP (NORMAL)I. RONGGA PERUT : TAP (NORMAL)

---------------------------------------------------------------------------------------------------DIAGNOSA : ASCARIASIS

MENGETAHUIKEPALA/ASISTEN PATOLOGI

(DRH. HAMDANI B, MP)

BANDA ACEH, 6 MARET 2008PEMBUAT LAPORAN

(HAFIZUDDIN, S.KH)

12