laporan akuntabilitas kinerja pemerintah tahun 2016 · pdf filedalam rangka mencapai target...

83
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI MAKRO DAN KEUANGAN

Upload: volien

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016

DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI MAKRO DAN KEUANGAN

Page 2: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan
Page 3: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan pada Tahun 2016 memiliki

program utama yaitu Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian dengan sasaran strategis

adalah : mewujudkan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan; mewujudkan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro

dan keuangan; dan mewujudkan perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil

(UMK). Untuk mengetahui capaian sasaran strategis tersebut, telah ditetapkan Indikator Kinerja

Utama (IKU) sebagai berikut : presentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro

dan keuangan; presentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang

ekonomi makro dan keuangan; dan tercapainya target penyaluran kredit berpenjamin atau

Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Untuk mendukung capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan telah dilakukan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan,

pengendalian pelaksanaan kebijakan; dan pelaporan yang mencakup 5 (lima) unit kegiatan

Eselon II, yaitu : Koordinasi Kebijakan Bidang Fiskal; Koordinasi Kebijakan Bidang Moneter

dan Neraca Pembayaran; Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan Ekonomi Daerah

dan Sektor Riil; Koordinasi Kebijakan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; dan Koordinasi

Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Evaluasi dan analisis capaian kinerja 2016 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro

dan Keuangan telah menunjukkan hasil yang signifikan antara capaian realisasi dan target

yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kerja pada awal tahun. Hal itu ditunjukkan

dengan capaian indikator Sasaran Strategis 1 : Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi

Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan yang mencapai 125%; Sasaran

Strategis 2 : Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro

dan Keuangan yang mencapai 125%; dan indikator Sasaran Strategis 3 : Terwujudnya

Perluasan Akses Pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang mencapai 95% dari

target yang ditetapkan sebesar 100 triliun. Berdasarkan tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan, pencapaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2016 telah berhasil dengan baik

dalam mendukung program “Nawa Cita” pemerintahan.

Page 4: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

ii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ............................................. 2

C. Aspek Strategis .................................................................................... 3

D. Isu Strategis .......................................................................................... 6

BAB II PERENCANAAN KINERJA ...................................................................... 8

A. Rencana Strategis ............................................................................... 8

B. Rencana Kerja 2015 ........................................................................ 9

C. Perjanjian Kinerja ............................................................................... 10

D. Pengukuran Kinerja ............................................................................. 11

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................... 15

A. Capaian Kinerja Organisasi ............................................................. 15 B. Analisis Capaian Kinerja Organisasi ................................................. 16 C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu .............................. 61 D. Realisasi Anggaran .............................................................................. 65

BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 68

LAMPIRAN :

Lampiran 1. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan

Lampiran 2. Quick Wins Deputi I Tahun 20 61

Page 5: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tahun 2016 masih ditandai dengan lesunya pertumbuhan ekonomi secara global,

namun demikian perekonomian Indonesia mampu tumbuh mencapai 5,04% secara

kumulatif sampai dengan Triwulan III Tahun 2016 yang diikuti dengan penurunan

kemiskinan dan pengangguran. Pertumbuhan ekonomi yang sempat melambat pada

Kuartal I Tahun 2016 sebesar 4,91% dan terus meningkat pada Kuartal II Tahun 2016

mencapai 5,19%, pertumbuhan ekonomi didorong kuat oleh konsumsi rumah tangga dan

dan diikuti dengan kenaikan jumlah investasi yang mulai meningkat.

Selain pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, tingkat inflasi dapat terus

terjaga pada level 3,02% (year on year) sepanjang Tahun 2016 dan hal ini masih dibawah

asumsi makro APBNP 2016 sebesar 4,0%. Pengendalian inflasi tersebut didukung oleh

penguatan koordinasi Pemerintah Pusat, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah.

Pertumbuhan ini jauh lebih besar di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia dan

negara-negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan salah satu

pertumbuhan yang tertinggi di Asia.

Dalam hal arah kebijakan, sejalan dengan program nawacita yang diusung oleh

pemerintahan yang baru, sedikitnya terdapat tiga hal strategis yang berkaitan dengan Unit

Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian

Koordinator bidang Perekonomian yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan

memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan, meningkatkan

produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, dan mewujudkan kemandirian

ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, sebagaimana

dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan

Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Mengingat semakin pentingnya peran dan fungsi koordinasi dalam

mengantisipasi berbagai tantangan, khususnya perlambataan ekonomi dan kebutuhan

akan pertumbuhan yang tinggi serta peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi dalam

jangka menengah panjang, peran Kementerian Koordinator diperkuat dengan

menambahkan fungsi pengendalian yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 8 Tahun

2015 Tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas Unit Organisasi Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan mendapat peran dalam mengawal tercapainya

Page 6: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

2

program pemerintah Tahun 2016 untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

investasi, dan menjaga daya beli masyarakat baik melalaui serangkaian program yang

telah ditatapkan maupun paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah melalui

kegiatan-kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian.

Dalam upaya mengantisipasi tuntutan output yang direncanakan pada tahun

2016, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyusun dan menetapkan

Rencana Kerja (Renja) 2016 dengan memperhatikan Rencana Strategis (Renstra) 2015-

2019 sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi. Renja yang ditetapkan

merupakan tolak ukur keberhasilan maupun kegagalan unit organisasi dan sekaligus

menjadi dasar penilaian dalam evaluasi kinerja. Hasil evaluasi atas kinerja Deputi I

tergambar pada Laporan Kinerja (LAKIP) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan. LAKIP menjadi potret implementasi Sasaran Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) pada Deputi I yang meliputi : perencanaan strategis, perencanaan kinerja,

pengelolaan kinerja, serta pelaporan dan evaluasi.

B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. Per-5/

M.EKON/05/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian dicantumkan bahwa Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan merupakan unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian di bidang ekonomi makro dan keuangan yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan secara struktural

membantu pekerjaan dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian dengan tugas pokoknya adalah “Menyelenggarakan koordinasi dan

sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan

kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang ekonomi makro dan

keuangan”. dan menjalankan fungsinya untuk :

1. Melakukan koordinasi, dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan

kebijakan Kementerian/Lembaga di bidang ekonomi makro dan keuangan;

2. Melakukan pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga di bidang

ekonomi makro dan keuangan;

3. Melakukan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang ekonomi makro

dan keuangan; dan

Page 7: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

3

4. Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian.

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Makro dan Keuangan membawahi 5 (lima) lima unit Eselon II yang terdiri dari :

1. Asisten Deputi Fiskal;

2. Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran;

3. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil;

4. Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan;

5. Asisten Deputi Badan Usaha Milik Negara; dan

6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Bagan 1

Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro Dan Keuangan

C. ASPEK STRATEGIS

Dalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan

dalam dokumen perencanaan dan mewujudkan manajemen pemerintahan yang efisien,

efektif, transparan, dan akuntabel, serta berorientasi pada hasil, Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Makro dan Keuangan menuangkannya ke dalam Perjanjian Kinerja dengan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai bentuk tanggung jawab keberhasilan

maupun kegagalan dalam pencapaian target kinerja.

DEPUTI

BIDANG KOORDINASI EKONOMI

MAKRO DAN KEUANGAN

Asisten Deputi

Fiskal

Asisten Deputi

Moneter dan Neraca

Pembayaran

Asisten Deputi

Pengembangan Ekonomi

Daerah dan Sektor Riil

Asisten Deputi

Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan

Asisten Deputi

Badan Usaha Milik

Negara

Bidang

Penerimaan

Negara

Bidang

Program dan

Tata Kelola

Bidang

Pengeluaran

Negara

dan Pembiayaan

Bidang

Moneter

Bidang Neraca

Pembayaran dan

Posisi Investasi

Internasional

Bidang

Pengembangan

Ekonomi Daerah

Bidang

Sektor Riil

Bidang

Pasar Modal dan

Lembaga

Keuangan Bukan

Bidang

Perbankan

Bidang

BUMN Industri

Bidang

BUMN Usaha Jasa

Kelompok Jabatan

Fungsional

Page 8: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

4

Sasaran strategis yang ingin dicapai melalui perencanaan strategis di Bidang

Ekonomi Makro dan Keuangan adalah :

1. Mewujudkan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan.

2. Mewujudkan pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan.

3. Mewujudkan perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Bidang Ekonomi Makro

dan Keuangan dalam mewujudkan sasaran stategis di atas dituangkan dalam :

1. Presentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

2. Presentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi

makro dan keuangan.

3. Tercapainya target penyaluran kredit berpenjamin atau Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Adapun peran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan dalam

rangka ikut berkontribusi memenuhi harapan stakeholder antara lain :

1. Dalam Rangka Menjaga Stabilitas Ekonomi

Mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan pelaksanaan program Pengedalian

Inflasi baik tingkat pusat maupun daerah melalui Tim Pengendalian Inplasi (TPI) dan

Tim Pengendallian Inflasi Daerah (TPID) melalui pengendalian harga-harga

komoditas pangan, menjaga pasokan barang dan jasa, dan menjaga daya beli

masyarakat. Kegiatan ini ditujukan agar pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

mayarakat tidak tergerus oleh kenaikan harga-harga komoditas, terutama kelompok

komoditas pangan dan komoditas yang harganya diatur pemerintah. Melalui Tim

Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bersama-sama

Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah melaksanakan koordinasi,

sinkronisasi, dan pengendalian inflasi daerah agar tidak jauh dari angka yang

ditetapkan secara nasional (4±1)%.

2. Dalam Rangka Menjaga Pertumbuhan Ekonomi

Merekomendasikan kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko

Perekonomian) selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) tentang Penyusunan Pedoman Pelaksanaan KUR Sektoral

kepada 11 Menteri dan 2 Kepala Badan (Kementerian Dalam Negeri, Kementerian

Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata,

Page 9: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

5

Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian

Keuangan, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Komunikasi dan

Informatika, Kementerian Tenaga Kerja Indonesia, dan Badan Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, serta Badan Ekonomi Kreatif).

Selaku Sekretaris Tim Pinjaman Komersial Luar Negeri PKLN, Deputi I

mengkoordinasikan persetujuan PKLN kepada Ketua Tim Koordinasi Pengelolaan

PKLN (Menko Perekonomian) terkait Proses pemberian persetujuan PKLN,

ditujukan pada perusahaan-perusahaan yang menanamkan investasi pada

produsen listrik. Pada tahun 2016 persetujuan PKLN sebesar USD 50 juta diberikan

untuk mendanai proyek Tower Crossing 500 KV TL dari Watudodol-Segara Rupek,

persetujuan ini diberikan untuk mendukung program pemerintah dalam

menyediakan listrik 35.000 MW listrik melalui investor swasta, listrik yang

dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan kepada masyarakat melalui PLN

dalam skema Independent Power Producer (IPP).

Mengkoordinasikan Kementerian/Lembaga teknis terkait pelaksanaan evaluasi PP

No. 18 Tahun 2015 stdtd PP No. 9 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan

Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-

Daerah Tertentu (Tax Allowance), dalam upaya memberikan kemudahan dan

fasilitas bagi investor dalam memperluas pada cakupan komoditas dan jangkauan

pengembangan wilayah, pemerataan pertumbuhan antara daerah jawa dan di luar

jawa, serta penyerapan tenaga kerja. Evaluasi juga ditujukan untuk mengeluarkan

atau membatalkan pemberian fasilitas pada komoditi yang tidak perlu lagi

diproteksi.

Koordinasi Tax Holiday merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan

pemerintah dalam rangka mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi serta

mengatasi permasalahan struktural perekonomian adalah dengan memberikan

fasilitas Tax Holiday, yaitu fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

Pemberian Fasilitas ini diharapkan dapat mendorong penanaman modal asing dan

penanaman modal dalam negeri di industri yang memiliki keterkaitan yang luas,

memberi nilai tambah dan ekternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi

baru dan memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. Upaya ini sekaligus

memperkuat komitmen Pemerintah untuk tetap berupaya menjaga iklim investasi

dunia usaha ditengah langkah-langkah untuk mengoptimalkan penerimaan

perpajakan.

Page 10: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

6

D. ISU STRATEGIS

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, setidaknya terdapat isu strategis

yang menjadi bagian dari koordinasi Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan.

Pertama, menjaga pertumbuhan ekonomi tetap tinggi sehingga dapat

menciptakan tambahan lapangan pekerjaan yang cukup bagi angkatan kerja baru yang

pada akhirnya akan mengurangi pengangguran dan tingkat kemiskinan. Selain itu tugas

yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga dan mengendalikan inflasi tetap rendah

guna menjaga tingkat daya beli masyarakat.

Kedua, menjaga kredibilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

agar optimal dalam memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi. Dalam

konteks ini, perlu dijaga agar penerimaan negara khususnya dari sektor perpajakan tetap

tumbuh tinggi namun dengan tetap menjaga keberlangsungan sektor riil dan menjaga

iklim investasi tetap kondusif.

Ketiga, mendorong peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dalam kontribusi pembangunan di Indonesia dengan melalui penguatan modal BUMN

melalui program penyertaan modal negara dan memfasilitasi BUMN agar mendapatkan

sumber dana yang murah dan jangka panjang sesuai dengan karakteristik pembiyaan

infratruktur yang memang membutuhkan pembiyaan dalam jangka panjang

Keempat, koordinasi dalam meningkatkan arus investasi dengan jalan menjaga

iklim investasi tetap kondusif dan memberikan relaksasi fiskal guna lebih meningkatkan

daya saing investasi.

Kelima, mendorong tumbuhnya UMKM sebagai salah satu pilar utama

pembangunan ekonomi Indonesia dengan jalan memberikan dukungan kemudahan akses

pembiyaan UMKM dengan proses yang mudah, cepat dan tingkat suku bunga yang

kompetitif.

Keenam, melakukan harmonisasi kebijakan di tingkat pusat dan daerah sehingga

salah satu agenda pembangunan yang tercantum dalam nawacita yakni membangun dari

pinggiran dapat terealisasi dengan baik.

Page 11: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan

Kin

erja Dep

uti B

idan

g K

oord

inasi Ek

on

om

i Mak

ro d

an K

euan

gan

2

01

6

7

Bagan

2.

Peta

Strateg

i Kin

erja D

epu

ti Bid

an

g K

oord

inasi E

kon

om

i Makro

dan

Keu

an

gan

Tu

juan :

TE

RW

UJU

DN

YA

KE

BIJ

AK

AN

DI B

IDA

NG

EK

ON

OM

I MA

KR

O D

AN

KE

UA

NG

AN

YA

NG

INK

LU

SIF

DA

N B

ER

KE

LA

NJU

TA

N M

ELA

LU

I KO

OR

DIN

AS

I &

SIN

KR

ON

ISA

SI K

EB

IJA

KA

N D

I BID

AN

G E

KO

NO

MI M

AK

RO

& K

EU

AN

GA

N, P

EN

GE

ND

ALIA

N P

ELA

KS

AN

AA

N K

EB

IJA

KA

N D

I BID

AN

G E

KO

NO

MI

MA

KR

O &

KE

UA

NG

AN

, PE

RLU

AS

AN

AK

SE

S P

EM

BIA

YA

AN

BA

GI U

SA

HA

MIK

RO

KE

CIL

(UM

K)

Sta

bilita

s d

an

Pe

rtum

bu

han

Eko

nom

i

SS

1. T

erw

uju

dnya K

oord

inasi &

Sin

kro

nis

asi K

ebija

kan d

i Bid

ang

Ekonom

i Makro

& K

euangan

SS

3. T

erw

uju

dnya P

erlu

asan

Akses P

em

bia

yaan B

agi U

saha

Mik

ro K

ecil (U

MK

)

SS

2. T

erw

uju

dnya P

engendalia

n

Kebija

kan d

i Bid

ang E

konom

i

Makro

& K

euangan

MEMENUHI HARAPAN

STAKEHOLDER, STRATEGIIC

OUTCOME

STRATEGIC DRIVERS:

Koordinasi, SInkronisasi dan

Pengendalian Kebijakan

DUKUNGAN DASAR

PE

LA

KS

AN

AA

N

MO

NIT

OR

ING

& E

VA

LU

AS

I

P

ER

UM

US

AN

&

PE

NE

TA

PA

N

Bidang Koordinasi Fiskal

Bidang Koordinasi Moneter &

Neraca Pembayaran

Bidang Koordinasi Pengembangan

Ekonomi Daerah & Sektor Riil

Bidang Koordinasi Pasar Modal &

Lembaga Keuangan

Bidang Koordinasi Badan Usaha

Milik Negara

Me

nin

gk

atn

ya

efe

ktiv

itas

te

lah

aa

n d

an

ka

jian

un

tuk

m

en

du

ku

ng p

eru

mu

sa

n &

Pe

ng

en

da

lian

Ke

bija

ka

n

Me

nin

gk

atn

ya

efe

ktiv

itas

k

oo

rdin

as

i da

n

sin

kro

nis

as

i pe

rum

us

an

da

n p

en

eta

pa

n k

eb

ijak

an

Me

nin

gk

atn

ya

efe

ktiv

itas

p

en

ge

nd

alia

n p

ela

ks

an

aa

n

ke

bija

ka

n K

em

en

teria

n /

Le

mb

ag

a

Me

nin

gk

atn

ya

efe

ktiv

itas

m

on

itorin

g d

an

eva

lua

si

pe

lak

sa

na

an

ke

bija

ka

n

Te

rwuju

dn

ya d

ukungan a

dm

inis

trasi k

egia

tan d

an ta

ta k

elo

la d

i lingkungan K

edeputia

n E

konom

i Makro

dan K

euangan:

1.

SD

M b

erb

asis

ko

mp

ete

nsi

2.

Stru

ktu

r org

an

isa

si e

fektif d

an

efis

ien

3.

Sis

tem

info

rma

si y

an

g te

rinte

gra

si d

an

ke

ters

ed

iaa

n d

ata

/ info

rmasi y

ang

aku

rat, k

om

pre

he

nsif, d

an

terk

ini

4.

Aku

nta

bilita

s k

ine

rja y

an

g b

aik

Page 12: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

8

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS

Sebagaimana telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa unit organisasi

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan bagian integral

dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian beserta rencana strateginya untuk

mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam

menjalankan tugas dan fungsinya unit organisaasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Makro dan Keuangan menetapkan Rencana Kerja Tahunan yang berisi sasaran

program/kegiatan, indikator kinerja, dan target yang harus dicapai. Pada pelaksanaan

program/kegiatan Tahun 2016, target ini dituangkan dalam dokumen Rencana Kinerja

(Renja) Tahun 2016 yang ditetapkan untuk setiap indikator kinerja.

Sasaran Strategis yang akan dicapai dalam perencanaan kinerja Tahun 2016

adalah:

1. Pertama, Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ekonomi

Makro dan Keuangan;

2. Kedua, Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi

Makro dan Keuangan; dan

3. Ketiga, Terwujudnya Perluasaan Akses Pembiayaan Bagi Usaha Mikro dan Kecil

(UMK).

Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai pencerminan tingkat capaian Sasaran

Strategis adalah :

1. Pertama, Persentase Rekomendasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan

Keuangan dengan Target 80%; *

2. Kedua, Persentase Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang

Ekonomi Makro dan Keuangan dengan Target 80%; * dan

3. Ketiga, Tercapainya Target Penyaluran Kredit Berpenjamin atau Kredit Usaha Rakyat

(KUR) sebesar Rp. 100 Triliun.

Catatan *: Target IKU Tahun 2016 sebesar 80% ditetapkan dengan asumsi bahwa struktur organisasi

(jabatan struktural) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan I belum

sepenuhnya terisi Sumber Daya Manusia (SDM).

Page 13: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

9

Rencana Kinerja merupakan penjabaran Rencana Strategis Unit Organisasi

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2015- 2019 yang

merupakan perencanaan jangka menengah organisasi yang berisi gambaran sasaran

atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun beserta strategi

yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran sesuai dengan tugas, fungsi, dan peran

yang diamanahkan. Penyusunan Renstra Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan tersebut mengacu pada Renstra Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian dan Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-

2019.

B. RENCANA KERJA 2016

Dengan berpedoman pada Renstra dan memperhatikan rancangan awal Rencana

Kerja (Renja), unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

telah menyusun Renja Tahun 2016 yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang

meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran hasil sesuai

dengan program induk yang didukung. Renja dirinci menurut indikator keluaran,

sasaran keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, pagu

indikatif sebagai indikasi pagu anggaran, serta pelaksanaannya.

Pagu awal anggaran Tahun 2016 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan adalah sebesar Rp.12.300.000.000,- namun kemudian terjadi pemotongan

dan penghematan anggaran sehingga pagu anggaran 2016 menjadi hanya sebesar

Rp.7.547.647.000,-. Namun jika memperhitungkan tambahan anggaran KEIN yang

disahkan pada Bulan Agustus 2016 total pagu anggaran menjadi sebesar

Rp.49.322.000.000,- setelah pemotongan dan penghematan anggaran menjadi sebesar

Rp.39.422.000.000,-.

Untuk mencapai sasaran strategis dan sasaran pendukung lainnya yang berkaitan

dengan isu strategis, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Bidang Ekonomi Makro

dan Keuangan melaksanakan beberapa kegiatan Tahun 2016, yaitu :

1. Kegiatan Kebijakan Bidang Fiskal.

2. Kegiatan Kebijakan Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran.

3. Kegiatan Kebijakan Bid. Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Rill.

4. Kegiatan Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan serta Program

Kebijakan Perluasan Akses Pembiayaan Bagi UMK melalui Skema Penyaluran Kredit

Berpenjaminan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

5. Kegiatan Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara.

Page 14: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

10

C. PERJANJIAN KINERJA

Dalam rangka mencapai strategi organisasi dan meningkatkan kinerja, unit

organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan telah melaksanakan

penandatangan perjanjian kinerja dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Hal ini diikuti dengan Penandatanganan perjanjian kinerja antara Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan dengan setiap unit eselon II yang

dikoordinasikannya melalui kontrak kinerja.

Kontrak Kinerja merupakan dokumen kesepakatan antara pegawai dengan atasan

langsung yang berisi pernyataan kesanggupan untuk mencapai Indikator Kinerja Utama

dengan target yang telah ditetapkan. Penyusunan kontrak kinerja dimulai dari level

pejabat tertinggi sampai ke pelaksana berdasarkan tugas dan fungsi serta IKU yang

bersifat cascade dari atasan, indikator dalam kontrak kinerja individu tertuang dalam

laporan kinerja bulanan pegawai.

Penetapan Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen untuk

mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu

dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus penetapan

kinerja adalah untuk :

1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;

2. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dengan pemberi tugas;

3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran

organisasi;

4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan

5. Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Dokumen perjanjian kinerja merupakan dokumen yang berisikan penugasan

dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah

untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.

Pencapaian sasaran strategis unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Makro dan Keuangan diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) dimana penyusunan

IKU disesuaikan dengan level organisasi atau kewenangan yang dimiliki oleh pejabat

yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator-indikator kinerja dan target tahunan yang

digunakan dalam penetapan kinerja ini adalah indikator kinerja utama tingkat eselon I.

Page 15: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

11

Rencana Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun

2016 sebagaimana yang telah dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dan

Rencana Kerja Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 3 Perjanjian Kinerja Kedeputian I

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

Persentase rekomendasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

80%

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

Persentase rekomendasi pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan.

80%

Terwujudnya perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Tercapainya target penyaluran kredit berpenjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Rp. 100 Triliun

Untuk mendukung capaian kinerja tersebut, disusun rencana aksi kegiatan

sebagaimana pada lampiran.

D. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran tingkat capaian kinerja Kedeputian I Tahun 2016 dilakukan dengan

cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan

dalam Penetapan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Tahun 2016 dengan realisasinya. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui

serangkaian penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang

tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diperoleh

indeks capaian IKU. Formula penghitungan capaian IKU adalah sebagai berikut :

Capaian IKU (kinerja)

=

Realisasi × 100%

Target

Page 16: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

12

Adapun status indeks capaian IKU adalah sebagai berikut :

Tabel 4 Indeks Capaian IKU

Hijau

Kuning Merah

100 ≤ X ≤ 120 (memenuhi ekspektasi)

80 ≤ X < 100 (belum memenuhi

ekspektasi)

X < 80% (tidak memenuhi

ekspektasi)

Prinsip pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro

dan Keuangan adalah sebagai berikut :

1. Unit Organisasi Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan bagian integral

dari Organisasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

2. Deputi menjabarkan Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian dalam Sasaran Program yang menghasilkan rekomendasi yang

diharapkan memiliki dampak luas (outcomes). Yang ditindaklanjuti oleh Asisten

Deputi dengan menjabarkan Sasaran Program Deputi dalam Sasaran Kegiatan yang

menghasilkan rekomendasi (output).

3. Dalam menjalankan Sasaran Kegiatan, Para Asisten Deputi didukung dengan

anggaran sesuai dengan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). Kegiatan yang

dilaksanakan Para Asisten Deputi menghasilkan berbagai rekomendasi di tingkat

eselon II yang disampaikan kepada Deputi.

4. Rekomendasi menjadi indikator kinerja Asisten Deputi bila : Deputi mendisposisikan

agar rekomendasi diteruskan kepada Menko Perekonomian, Deputi mendisposisikan

agar rekomendasi dikoordinasikan dengan instansi terkait untuk ditindaklanjuti, dan

hasil koordinasi Asisten Deputi ditindaklanjuti oleh pejabat setingkat di instansi

terkait.

5. Rekomendasi menjadi indikator kinerja Deputi bila : Menko Perekonomian

mendisposisikan agar rekomendasi diteruskan kepada Presiden, Wakil Presiden,

Menteri, Kepala Lembaga terkait dan atau Sidang Kabinet; Menko Perekonomian

mendisposisikan agar rekomendasi diteruskan menjadi produk Perundangan-

undangan, Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Menteri; dan Hasil koordinasi

Deputi ditindaklanjuti oleh pejabat setingkat diinstansi terkait.

Page 17: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

13

Tabel 5 Perhitungan Manual IKU Kedeputian I

Manual Perhitungan IKU 1 Definisi

: :

Peresentase Rekomendasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Implementasi fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan dengan Kementerian/Lembaga yang menghasilkan rekomendasi yang dikoordinasi dan disinkronisasi oleh deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Satuan : % Teknik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang

ekonomi makro dan keuangan = realisasi dibandingkan target, rekomendasi yang dikoordinasi dan disinkronisasi oleh deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Realisasi X 100 % Target

Sifat Data IKU : Maksimisasi Sumber Data : Keasdepan Fiskal, Keasdepan Moneter dan Neraca Pembayaran,

Keasdepan Pengembangan Ekonomi Daerah & Sektor Riil, Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Keasdepan Badan Usaha Milik Negara

Periode Data IKU : Semesteran Manual Perhitungan IKU 2 Definisi

: :

Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan Implementasi fungsi pengendalian di bidang ekonomi makro dan keuangan oleh Kementerian/Lembaga yang menghasilkan rekomendasi dan berdampak pada pelaksanaan kebijakan

Satuan % Teknik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang

ekonomi makro dan keuangan = realisasi dibandingkan target, rekomendasi dan berdampak pada pelaksanaan kebijakan Realisasi X 100 % Target

Sifat Data IKU : Maksimisasi Sumber Data : Keasdepan Fiskal, Keasdepan Moneter dan Neraca Pembayaran,

Keasdepan Pengembangan Ekonomi Daerah & Sektor Riil, Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Keasdepan Badan Usaha Milik Negara

Periode Data IKU : Semesteran

Page 18: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

14

Manual Perhitungan IKU 3 Definisi

: :

Tercapainya target penyaluran kredit berpenjaminan Kredit Usaha Rakyat/KUR Implementasi Penyaluran Pagu Kredit Berpenjaminan KUR

Satuan : %

Teknik Menghitung : Realisasi Penyaluran dibagi Pagu Penyaluran X 100% Pagu

Sifat Data IKU : Maximisasi

Sumber Data : Keasdepan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Periode Data IKU : Semesteran

Catatan :

1. Jumlah Rekomendasi yang ingin dicapai untuk Sasaran Strategis 1 dan Sasaran Strategis 2

pada tahun 2016 masing-masing adalah 10 (sepuluh) rekomendasi.

2. Target yang ditetapkan untuk Sasaran Strategis 1 dan Sasaran Strategis 2 pada tahun 2016

masing-masing 80%. Artinya, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro

dan Keuangan merencanakan hanya 8 rekomendasi dapat dicapai untuk masing-masing

Sasaran Strategis 1 dan 2. Telah disampaikan pada halaman 6 bahwa Target IKU Tahun

2016 sebesar 80% karena struktur organisasi (jabatan struktural) Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Makro dan Keuangan I belum sepenuhnya terisi Sumber Daya Manusia (SDM).

3. Namun demikian jika 8 (delapan) rekomendasi dapat dicapai dalam pelaksanaannya, maka

perhituangan realisasinya adalah 100%.

Page 19: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran tingkat capaian kinerja unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Makro dan Keuangan Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target

(rencana) dengan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah tertuang dalam

Penetapan Kinerja Kedeputian I Tahun 2016. Tingkat capaian kinerja Kedeputian I Tahun

2016 berdasarkan hasil pengukurannya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 6

Capaian Kinerja Kedeputian I

Sasaran Strategis 1

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja

Persentase rekomendasi kebijakan di bidang

ekonomi makro dan keuangan (10 rekomendasi) 80% 100% 125%

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan

keuangan

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja

Persentase rekomendasi pelaksanaan kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan

(10 rekomendasi)

80% 100% 125%

Sasaran Strategis 3

Terwujudnya perluasan akses pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja

Tercapainya target penyaluran kredit

berpenjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Rp.

100,-

Triliyun

Rp. 95,-

Triliun 95%

Rata-Rata Capaian Kinerja

115%

Page 20: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

16

Presentase rekomendasi yang direncanakan untuk Sasaran Strategis 1 dan 2 masing-

masing adalah 80% dengan jumlah rekomendasi masing-masing 8 rekomendasi. Adapun

target yang ditetapkan untuk masing-masing untuk Sasaran Strategis 1 dan 2 adalah 80%.

Capaian rata-rata atas indikator kinerja Tahun 2016 adalah sebesar 115% merupakan

rata-rata penjumlahan dari masing-masing indikator kinerja dibagi tiga. Sehingga status

kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan untuk sasaran strategis

1, 2 dan 3 berwarna hijau, sebagaimana telah dijabarkan pada tabel diatas.

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Sasaran Strategis 1 :

Terwujudnya Sinkronisasi dan Koordinasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro

dan Keuangan.

Sebagai salah satu unit kerja di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, unit organisasi Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka terwujudnya efektifitas

koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan kepada

stakeholder. Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi makro

dan keuangan yang berdampak luas meliputi rekomendasi kebijakan antara lain sebagai

berikut :

1. Rekomendasi terhadap penyusunan revisi PP Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas

Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu

dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu (Tax Allowance) - (Paket Kebijakan VII :

Mendorong Industri Padat Karya).

Sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan investasi langsung guna mendorong

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan serta percepatan pembangunan bagi bidang

usaha tertentu dan/atau daerah tertentu. Pemerintah memberikan fasilitas Pajak

Penghasilan berupa Tax Allowance. Adapun pemberian fasilitas Tax Allowance

dimaksud mengacu pada ketentuan Pasal 31A Undang-Undang No.7 Tahun 1983

tentang Pajak Penghasilan sebagaimana terakhir diubah dengan UU No. 36 Tahun

2008, yaitu meliputi :

1. Pengurangan PPh netto sebesar 30 persen dari jumlah penanaman modal dan

dibebankan selama 6 tahun (5% per tahun).

2. Penyusutan dan amortisasi dipercepat.

Page 21: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

17

3. Pengenaan PPh atas Deviden yang dibayarkan kepada Subyek Pajak Luar Negeri

sebesar 10 % atau tarif tax treaty (tarif normal 20%).

4. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun dan tidak lebih dari 10 tahun

dengan persyaratan tertentu.

Sebagai pelaksanaan amanat UU dimaksud telah diterbitkan peraturan pemerintah

yang dalam perjalanannya telah beberapa kali mengalami perubahan. Adapun daftar

PP dimaksud yaitu PP Nomor 1 Tahun 2007, PP Nomor 62 Tahun 2008, PP Nomor 52

Tahu 2011 dan PP Nomor 18 Tahu 2015. Beberapa dasar pertimbangan

dilakukannya perubahan terhadap PP Tax Allowance antara lain dengan

memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan ketentuan tersebut di lapangan sepertinya

minimnya pemanfaatan fasilitas Tax Allowance karena prosedur pemberian fasilitas

yang kurang jelas, perkembangan dunia usaha, dan pertimbangan kondisi

perekonomian global dan nasional.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa terhadap PP mengenai fasilitas Tax

Allowance telah beberapa kali dilakukan perubahan. Revisi terakhir terhadap PP

dimaksud dilakukan berkenaan dengan peluncuran Paket Kebijakan Ekonomi.Bahwa

berdasarkan Paket Kebijakan Ekonomi dimaksud dalam rangka mendorong industri

padat karya perlu untuk memberikan kebijakan insentif perpajakan yang salah

satunya melalui pemberian fasilitas Tax Allowance. Berkenaan dengan belum

tercantumnya industri padat karya ke dalam daftar bidang usaha yang dapat

diberikan fasilitas, maka cakupan revisi PP Nomor 18 Tahun 2015 meliputi

perubahan Lampiran dengan detail sebagai berikut :

1. Memindahkan bidang usaha pada Lampiran II PP Nomor 18 Tahun 2015, yang

meliputi Industri Alas Kaki untuk Keperluan Sehari-hari, Industri Sepatu

Olahraga, dan Industri Sepatu Teknik Lapangan/ Keperluan Industri menjadi

bagian dari Lampiran I, dan

2. Menambah bidang usaha pada Lampiran I dengan tambahan Industri Pakaian

Jadi dari Tekstil (Garmen) dan Industri Pakaian Jadi dari Kulit.

Perkembangan:

1. Telah diundangkan PP Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Nomor 18

Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di

Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu Berkenaan

pada tanggal 22 April 2016 dan mulai berlaku pada tanggal 7 April 2016.

Page 22: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

18

2. Berdasarkan perubahan dimaksud, maka perubahan jumlah bidang usaha (KBLI)

di dalam Lampiran PP sejak PP Nomor 52 Tahun 2011 hingga PP Nomor 9 Tahun

2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 7 Perkembangan Jumlah KBLI dalam Lampiran PP Tax Allowance

Keterangan PP 52/2011 PP 18/2015 PP 9/2016

Lampiran I 52 66 71

Lampiran II 77 77 74

Total 129 143 145

Sumber: Peraturan Pemerintah tentang Fasilitas Tax Allowance, diolah.

2. Rekomendasi Terhadap Kebijakan Pengurangan PPh Pasal 21 Untuk Indutri Padat

Karya

Seiring dengan tujuan Pemerintah untuk membantu industri padat karya khususnya

dalam rangka meningkatkan daya saing industri pada sektor tertentu yang

berorientasi ekspor serta untuk mendukung program penciptaan dan penyerapan

lapangan kerja, selain memberikan fasilitas Tax Allowance dipandang perlu

memberikan fasilitas Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan pegawai yang

dibayarkan oleh pemberi kerja yang memenuhi kriteria tertentu, untuk periode waktu

tertentu. Berkenaan dengan hal tersebut di dalam Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VII,

selain melakukan revisi terhadap PP Nomor 18 Tahun 2015 juga dilakukan

penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perlakuan Pajak Penghasilan

Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai dari Pemberi Kerja dengan Kriteria Tertentu

dengan pokok-pokok pengaturan sebagai berikut:

1. Pegawai yang menerima penghasilan dari pemberi kerja dengan kriteria tertentu

dengan jumlah Penghasilan Kena Pajak dalam 1 tahun paling banyak sebesar

Rp.50.000.000,- dikenai pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif 2,5% dan bersifat

final (tarif PPh yang berlaku umum untuk Penghasilan Kena Pajak sampai dengan

Rp.50 juta adalah 5%),

2. Pemberi kerja tertentu dimaksud harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Merupakan Wajib Pajak badan yang melakukan kegiatan usaha pada bidang

industri alas kaki dan/atau tekstil dan produk tekstil;

- Mempekerjakan pegawai langsung minimal 2.000 orang;

- Menanggung PPh Pasal 21 pegawainya;

Page 23: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

19

- Melakukan ekspor paling sedikit 50% dari total nilai penjualan tahunan pada

tahun sebelumnya;

- Memiliki perjanjian kerja bersama;

- Mengikutsertakan pegawainya dalam program BPJS Ketenagakerjaan dan

BPJS Kesehatan;

- Tidak sedang mendapatkan atau memanfaatkan fasilitas Tax Allowance atau

Tax Holiday.

3. Ketentuan mengenai tarif pemotongan PPh Pasal 21 tersebut berlaku sementara,

yaitu untuk Masa Pajak Juli 2016 sampai dengan Masa Pajak Desember 2017.

Adapun maksud pemberlakuan kebijakan ini untuk periode tertentu ini

diharapkan fasilitas yang diberikan Pemerintah dapat membantu industri padat

karya sehingga industri tersebut kembali mencapai kondisi yang stabil.

Perkembangan :

Saat ini terhadap kebijakan untuk mendorong indsutri padat karya dimaksud telah

diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2016 tentang Perlakuan Pajak

Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai dari Pemberi Kerja dengan Kriteria

Tertentu yang diundangkan dan mulai berlaku pada tanggal 17 Oktober 2016.

Adapun peraturan menteri selaku peraturan pelaksanaan PP dimaksud saat ini sedang

dalam tahap penyusunan.

3. Tersusunnya Basis Data Perekonomian (PANDURATA) yang Terbaharui secara

Periodik

Basis data dan analisis untuk menghasilkan dukungan rekomendasi kebijakan dalam

rangka pengambilan keputusan oleh pimpinan. Dengan terwujudnya koordinasi

kebijakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan sinergi para

pemangku kepentingan dalam mencapai target dan sasaran pembangunan. Selain itu,

agar dapat dihasilkan basis data dan analisis yang berkualitas diperlukan dukungan

aplikasi pengolah data, langganan basis data serta analis ekonomi untuk kebutuhan

kegiatan pemantauan kondisi perekonomian terkini.

Basis data yang telah terbentuk dengan alamat domain : pandurata.ekon.go.id

disusun sebagai sumber rujukan cepat dalam memantau perkembangan ekonomi

makro. Dengan memanfaatkan aplikasi data Bloomberg, panel data ekonomi yang

terbaharui setiap hari juga dibentuk untuk memantau kondisi ekonomi global dan

Page 24: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

20

domestik serta dampaknya untuk mendukung kebijakan yang akan diambil di dalam

negeri. Pada akhirnya dapat dilaksanakan koordinasi kebijakan moneter dan neraca

pembayaran yang bersifat real-time sebagai basis penyusunan rekomendasi kebijakan

bidang moneter dan neraca pembayaran serta pengendalian pelaksanaan yang terkait

dengan bidang moneter dan neraca pembayaran.

Pandurata dapat diakses dengan mudah dari seluruh jaringan komputer Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, adapun data yang tersedia dan dapat diakses

meliputi :

Tabel 8 Basis Data Perekonomian (Pandurata)

No Tahunan

Kuartalan Bulanan

1 PDB dan Pertumbuhan Ekonomi

PDB dan Pertumbuhan Ekonomi

Inflasi dan Harga

2 Inflasi dan IHK Moneter dan Perbankan Tenaga Kerja

3 Tenaga Kerja APBN Kemiskinan 4 Kemiskinan Investasi Moneter dan Perbankan 5 Moneter dan Perbankan Pasar Modal APBN 6 APBN Indikator Ekonomi

Negara Mitra Dagang Pasar Modal

7 Investasi Neraca Pembayaran Indikator Ekonomi Negara Mitra Dagang

8 Pasar Modal Ekspor dan Impor (Neraca Perdagangan)

Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)

9 Indikator Ekonomi Negara Mitra Dagang

Transaksi Berjalan : Ekspor Barang Menurut Komoditas

10 Neraca Pembayaran Transaksi Berjalan : Impor Barang Menurut Kategori Ekonomi

11 Ekspor dan Impor (Neraca Perdagangan)

Ekspor & Impor (Neraca Perdagangan)

4. Tersusunnya Model Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Leading Economic Indicator

Salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi di suatu

negara adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini tidak hanya mengukur

pertumbuhan output dalam suatu perekonomian, namun juga memberikan indikasi

tentang sejauh mana aktivitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode

tertentu. Angka pertumbuhan ekonomi pada periode yang akan datang memegang

peranan penting dalam kegiatan perencanaan pemerintah kedepan. Oleh karena itu

perlu dibangun sebuah model proyeksi pertumbuhan ekonomi supaya angka

proyeksi mendekati nilai aktualnya.

Page 25: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

21

Model ekonomi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai simplifikasi atas

berbagai permasalahan yang kompleks, sehingga dapat diketahui strukturnya secara

lebih jelas, berbagai keterkaitan antar variabelnya dan dapat diukur perubahan-

perubahan di dalamnya. Proses simplifikasi ini perlu dilakukan untuk memudahkan

proses komunikasi bagi para stakeholder, terutama oleh pemerintah sebagai pembuat

kebijakan. Penentuan asumsi, pemilihan variabel, penentuan garis hubungan dan

sebagainya sangat mungkin terbuka ruang ketidaktepatan. Namun demikian, sebuah

model tetaplah berguna sebagai alat bantu analisis. Dengan dilakukannya kajian

khusus untuk membuat sebuah model proyeksi pertumbuhan ekonomi maka

diharapkan dapat meminimumkan tingkat kesalahan proyeksi. Saat ini sudah

terbentuk atau tersusun sebuah proyeksi ekonomi yang dapat digunakan sebagai

bahan proyeksi untuk pertumbuhan ekonomi triwulanan dan inflasi setiap bulannya.

5. Koordinasi Pengembangan UMKM Melalui Sertifikat Hak Atas Tanah (SHAT).

Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil telah melakukan

koordinasi penyusunan Rancangan Kesepakatan Bersama tentang Pemberdayaan

Usaha Mikro dan Kecil (UMK), Petani, Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan melalui

Sertipikasi Hak Atas Tanah (SHAT) pada tingkat teknis, dalam mendukung Inklusi

Keuangan. Latar belakangnya adalah kebijakan reformasi agraria yang terkait dengan

pemberdayaan UMK, petani, nelayan, dan pembudi daya ikan melalui SHAT. Langkah

reformasi tersebut adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan

pemanfaatan tanah (land reform) yang berkeadilan dengan memperhatikan

kepemilikan tanah untuk rakyat, baik tanah pertanian maupun tanah perkotaan.

Diharapkan hal tersebut dapat mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat.

Untuk itu diperlukan kesepakatan bersama dalam rangka koordinasi dan

implementasi program kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui SHAT.

Kesepakatan bersama dilakukan antara Kementerian ATR/BPN dengan Kementerian

Dalam Negeri, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan,

sebagai landasan kerja sama bagi para pihak dalam pelaksanaan pemberdayaan usaha

mikro dan kecil, petani, nelayan, dan pembudi daya ikan melalui kegiatan SHAT.

Kesepakatan bersama juga mengatur fasilitasi bagi pemerintah daerah dan

menciptakan jejaring kerja dan sinergi kegiatan pemberdayaan usaha sehingga

kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui SHAT akan membawa dampak yang luas

bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Page 26: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

22

Draft kesepakatan bersama telah disetujui oleh para Eselon I kementerian terkait, oleh

sebab itu perlu diadakan rapat koordinasi untuk membahas kesepakatan bersama

dimaksud.

6. Rekomendasi Kepada Menteri Dalam Negeri perihal Permohonan Penerbitan Surat

Edaran kepada Pemda Kabupaten/Kota, sebagai dasar pengurangan BPHTB.

Sebagai tindak lanjut amanat Presiden terkait Paket Kebijakan Ekonomi XI tentang

Penerbitan KIK (Kontrak Investasi Kolektif) DIRE (Dana Investasi Real Estate) dan

Paket Kebijakan Ekonomi XIII tentang Pembangunan Perumahan Untuk Masyarakat

Berpenghasilan Rendah (MBR), diperlukan dukungan penuh pemerintah daerah

berupa fasilitas pengurangan pokok pajak BPHTB. Untuk itu Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian telah menyampaikan surat kepada Menteri Dalam Negeri,

nomor S-319.1/M.EKON/10/2016 tanggal 31 Oktober 2016 tentang Permohonan

Penerbitan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri terkait DIRE. Dalam surat tersebut

disampaikan bahwa Menteri Dalam Negeri diharapkan dapat menerbitkan Surat

Edaran Menteri Dalam Negeri kepada pemerintah daerah kabupaten/kota, sebagai

dasar pengurangan BPHTB dimaksud.

Menko Perekonomian menyampaikan himbauan tersebut dengan mempertimbangkan

hasil rapat koordinasi yang diselenggarakan Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan

pada tanggal 11 Oktober 2016, yang membahas pemberian insentif BPHTB. Dalam

rapat tersebut, pemerintah daerah mengharapkan adanya Surat Edaran Menteri

Dalam Negeri sebagai dasar hukum penyusunan peraturan daerah yang memberikan

insentif pengurangan BPHTB, sehingga bisa mendukung paket kebijakan ekonomi

pemerintah yang terkait DIRE.

7. Peraturan Presiden No. 82 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif. Dokumen

Strategi Nasional Keuangan Inklusif.

Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif

(SNKI) merupakan strategi nasional yang dituangkan dalam dokumen yang memuat

visi, misi, sasaran, dan kebijakan keuangan inklusif dalam rangka mendorong

pertumbuhan ekonomi, percepatan penanggulangan kemiskinan, pengurangan

kesenjangan antarindividu dan antardaerah dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan masyarakat Indonesia. Keuangan inklusif diwujudkan melalui akses

masyarakat terhadap layanan keuangan sehingga dapat meningkatkan kemampuan

ekonomi dan pada akhirnya membuka jalan untuk keluar dari kemiskinan serta

Page 27: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

23

mengurangi kesenjangan ekonomi. Berdasarkan data Global Findex tahun 2014,

hanya 36 % penduduk dewasa di Indonesia yang memiliki akses di lembaga

keuangan formal. Strategi ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi

Kementerian/Lembaga dan instansi terkait lainnya dalam meningkatkan akses

masyarakat terhadap layanan keuangan melalui kegiatan masing-masing secara

bersama dan terpadu. Implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif yang

terpadu diperlukan untuk mencapai target keuangan inklusif yaitu persentase jumlah

penduduk dewasa yang memiliki akses layanan keuangan pada lembaga keuangan

formal sebesar 75% pada akhir tahun 2019. Dalam rangka pelaksanaan SNKI

dibentuk Dewan Nasional Keuangan Inklusif. Dewan Nasional diketuai oleh Presiden,

Wakil Presiden sebagai wakil ketua, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

sebagai Ketua Harian, serta Gubernur Bank Indonesia dan Ketua Dewan Komisioner

Otoritas jasa Keuangan sebagai Wakil Ketua Harian. Dewan Nasional Keuangan

Inklusif mempuyai tugas sebagai berikut :

a. melakukan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan SNKI;

b. mengarahkan langkah-langkah dan kebijakan untuk penyelesaian permasalahan

dan hambatan pelaksanaan SNKI; dan

c. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan SNKI.

Dewan Nasional Keuangan Inklusif dibantu oleh kelompok kerja dan sekretariat yang

beranggotakan dari kementerian dan lembaga terkait. Sekretariat secara fungsional

dilakukan oleh salah satu unit kerja di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian. Tugas dan keanggotaan Kelompok Kerja dan Sekretariat ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Harian

Dewan Nasional.

8. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 9 Tahun 2016 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 8

Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Menimbang pelaksanaan Program KUR tahun 2016 serta memperhatikan pencapaian

target Tahun 2016 sebesar Rp. 100 triliun, Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah melaksanakan Rapat Koordinasi pada tanggal 16

September 2016. Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan KUR serta memperluas

cakupan penyalurannya, rapat tersebut memutuskan beberapa perubahan Pedoman

Pelaksanaan KUR. Sebagai tindak lanjut Rapat Koordinasi Komite Kebijakan tersebut,

Page 28: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

24

telah ditetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 9 Tahun

2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian No. 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR pada tanggal 7

November 2016. Beberapa perubahan dalam Pedoman Pelaksanaan KUR tersebut

adalah :

a. Pengaturan KUR skema syariah. Dalam rangka menampung perluasan penyalur

KUR dari lembaga keuangan syariah, disusun skema KUR syariah. Dalam skema

KUR Syariah, perlu penambahan nomenklatur subsidi margin sebagai

komplimenter dari subsidi bunga dan nomenklatur pembiayaan sebagai

komplimenter dari kredit. Diperlukan pula pembahasan skema margin untuk

akad murabahah yang digunakan pedoman bagi penyalur KUR syariah dalam

menyalurkan pembiayaan KUR Syariah.

b. Mekanisme penetapan Perusahaan Penjaminan sebagai Penjamin KUR.

Perubahan mekanisme penetapan Perusahaan Penjaminan sebagai Penjamin KUR

merupakan salah satu langkah pencapaian good governance dalam pengelolaan

KUR. Dalam rangka mencapai kesetaraan prosedur antara penetapan Penyalur

dengan penetapan Penjamin, maka disusunlah pengaturan mekanisme penetapan

penjaminan tersebut. Dalam mekanisme penetapan penjamin KUR, persyaratan

yang harus dipenuhi adalah sehat dan berkinerja baik (dibuktikan dengan

rekomendasi OJK), melakukan kerjasama penjaminan dengan lembaga keuangan

dan/atau koperasi simpan pinjam atau koperasi simpan pinjam pembiayaan

syariah (dibuktikan dengan PKS), dan memiliki online sistem dengan Sistem

Informasi Kredit Program (dibuktikan dengan rekomendasi Kementerian

Keuangan).

c. Penambahan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau Koperasi Simpan Pinjam

Pembiayaan Syariah (KSPPS) sebagai Penyalur KUR. Menteri Koperasi dan UKM

dengan Ketua Dewan Komisioner OJK telah menandatangani Nota Kesepahaman

Bersama terkait dukungan koperasi dalam pembiayaan UMKM yang tercantum

dalam Surat Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM No. S-

93/Dep.2/VII/2016 tanggal 27 Juli 2016 perihal Nota Kesepahaman dengan

OJK. Berdasarkan surat tersebut serta arahan Presiden dalam Rapat Kabinet

Terbatas untuk mendorong koperasi sebagai penyalur KUR, maka Komite

Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM dalam Rapat Koordinasi tanggal 16 September

2016 telah memutuskan untuk menambahkan koperasi simpan pinjam (KSP) atau

koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah (KSPPS) sebagai calon penyalur KUR.

Page 29: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

25

Adapun mekanisme penetapan koperasi yang disepakati dalam Rapat Koordinasi

tersebut adalah :

Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah

harus sehat dan berkinerja baik. Persyaratan tersebut harus dibuktikan

dengan surat rekomendasi tingkat kesehatan dan kinerja baik dari

Kementerian Koperasi dan UKM yang telah berkoordinasi dengan OJK.

Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah

harus melakukan kerjasama penjaminan dengan Penjamin KUR. Persyaratan

tersebut dibuktikan dengan Perjanjian Kerjasama (PKS).

Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah

harus membangun online sistem dengan Sistem Informasi Kredit Program.

Persyaratan tersebut dibuktikan dengan surat rekomendasi online sistem dari

Kementerian Keuangan.

Koperasi Simpan Pinjam atau Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah

yang telah memiliki 3 dokumen tersebut diatas, harus melakukan kerjasama

pembiayaan dengan pemerintah yang diwakili oleh Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA) KUR. Setelah menandatangani PKP tersebut, maka koperasi

resmi menjadi penyalur KUR.

Selain 3 poin perubahan tersebut, diatur pula persyaratan administrasi penerima KUR

seperti kewajiban KTP elektronik bagi seluruh penerima KUR, serta kewajiban NPWP

bagi penerima KUR Ritel (diatas Rp. 25 juta sampai dengan Rp. 500 juta). Pengaturan

persyaratan tersebut sesuai dengan implementasi kewajiban KTP elektronik bagi

seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) serta NPWP bagi penerima kredit diatas

Rp. 50 juta.

9. Tersusunnya Arahan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) atas Program

Tahunan Privatisasi (PTP) Tahun 2016 melalui Keputusan Komite Privatisasi dalam

rapat sirkuler Nomor: Rakor. 29.01.2016 tanggal 29 Januari 2016

Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) dibentuk berdasarkan Keputusan

Presiden Nomor 47 Tahun 2014 sebagai pengganti Keputusan Presiden Nomor 18

Tahun 2006 tentang Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero). Komite

Privatisasi diketuai oleh Menko Perekonomian, dengan anggota Menteri BUMN,

Menteri Keuangan serta Menteri Teknis tempat Persero melakukan kegiatan usaha.

Page 30: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

26

Dalam pelaksanaan tugas, Komite Privatisasi dibantu oleh Tim Pelaksana yang

diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kemenko

Perekonomian.

Dalam rangka pembahasan usulan PTP Tahun 2016 untuk 4 (empat) BUMN yakni PT.

Merpati Nusantara Airlines, (Persero), PT. Industri Gelas, (Persero), PT. Kertas Kraft

Aceh, (Persero) dan PT. Kertas Leces, (Persero), sebagaimana disampaikan Menteri

BUMN melalui surat Nomor: S-992/MBU/12/2015 tanggal 23 Desember 2015

tentang Usulan Program Tahunan Privatisasi Tahun 2016, telah dilakukan beberapa

kali rapat koordinasi yaitu :

a. Rapat Tim Pelaksana Komite Privatisasi pada tanggal 13 Januari 2016

membahas usulan PTP Tahun 2016 untuk privatisasi PT. Merpati Nusantara

Airlines, (Persero), PT. Industri Gelas, (Persero), PT. Kertas Kraft Aceh, (Persero)

dan PT. Kertas Leces, (Persero) melalui metode Strategic Partner dengan saham

yang dilepas maksimal seluruh saham baru (100%) dan rencana penggunaan

dana untuk restrukturisasi dan revitalisasi perusahaan.

b. Rapat Komite Privatisasi pada tanggal 29 Januari 2016 membahas usulan PTP

Tahun 2016 untuk membahas privatisasi 4 (empat) BUMN yakni PT. Merpati

Nusantara Airlines, (Persero), PT. Industri Gelas, (Persero), PT. Kertas Kraft Aceh,

(Persero) dan PT. Kertas Leces, (Persero) yang dilanjutkan dengan persetujuan

sirkuler Komite Privatisasi atas PTP Tahun 2016 melalui Keputusan Komite

Privatisasi Nomor: Rakor.22.01.2016 tanggal 29 Januari 2016.

c. Arahan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan atas PTP Tahun 2016 yang

dituangkan dalam Keputusan Komite Privatisasi Nomor: Rakor.22.01.2016

tanggal 29 Januari 2016 yaitu:

Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan secara prinsip setuju untuk

memperivatisasi PT. Merpati Nusantara Airlines, (Persero), PT. Industri Gelas,

(Persero), PT. Kertas Kraft Aceh, (Persero) dan PT. Kertas Leces, (Persero).

Jangka waktu privatisasi diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan

pelaksanaannya dilaporkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara kepada

Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero).

Page 31: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

27

10. Tersusunnya Arahan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) atas

Privatisasi diluar PTP Tahun 2016 melalui surat Menko Perekonomian selaku Ketua

Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) Nomor S-178/M.EKON/07/2016

tanggal 15 Juli 2016.

Dalam rangka pembahasan usulan privatisasi diluar PTP Tahun 2016 untuk 4

(empat) BUMN yakni PT. Wijaya Karya, (Persero), Tbk, PT. Jasa Marga, (Persero), Tbk,

PT. Krakatau Steel, (Persero), Tbk dan PT. Pembangunan Perumahan, (Persero), Tbk

sebagaimana disampaikan Menteri BUMN melalui Surat Nomor: S-

352/MBU/06/2016 tanggal 13 Juni 2016 tentang Usulan Privatisasi Diluar Program

Tahunan Privatisasi (PTP) Perusahaan Perseroan (Persero) Tahun 2016, telah

dilakukan rapat koordinasi yaitu :

a. Rapat Tim Pelaksana Komite Privatisasi pada tanggal 30 Juni 2016 membahas

usulan Privatisasi Diluar Program Tahunan Privatisasi (PTP) Tahun 2016 untuk

privatisasi PT. Wijaya Karya, (Persero), Tbk, PT. Jasa Marga, (Persero), Tbk, PT.

Krakatau Steel, (Persero), Tbk dan PT. Pembangunan Perumahan, (Persero), Tbk,

melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diterima untuk melakukan Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atas efek baru (right issue) yang

diterbitkan agar kepemilikan Pemerintah tetap, rentang jumlah dan harga saham,

serta penggunaan dana yang diperoleh dari privatisasi dengan metode right

issue..

b. Rapat Komite Privatisasi pada tanggal 12 Juli 2016, pada rapat tersebut

membahas usulan Privatisasi Diluar Program Tahunan Privatisasi (PTP) Tahun

2016 untuk serta dipaparkan rincian usulan privatisasi oleh masing-masing

BUMN yang mencakup antara lain Penyertaan Modal Negara (PMN) yang

diterima untuk melakukan Hal Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atas

efek baru (right issue) yang diterbit agar kepemilikan Pemerintah tetap, rentang

jumlah dan harga saham, serta penggunaan dana yang diperoleh dari privatisasi

dengan right issue tersebut.

c. Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Komite Privatisasi tersebut, telah ditetapkan

Arahan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan atas Privatisasi diluar PTP Tahun

2016 melalui surat Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi

Perusahaan Perseroan (Persero) Nomor: S-178/M.EKON/07/2016 tanggal 15

Juli 2016 yaitu:

1) Komite Privatisasi menyetujui peningkatan kapasitas permodalan keempat

BUMN dengan melakukan penerbitan saham baru/right issue dan Penyertaan

Page 32: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

28

Modal Negara (PMN) untuk mempertahankan kepemilikan Pemerintah

dengan perincian;

PT.Wijaya Karya (Persero), Tbk, disetujui dengan mempertahankan

kepemilikan saham Pemerintah sebesar 65,05%;

PT.Jasa Marga (Persero), Tbk, disetujui dengan mempertahankan

kepemilikan saham Pemerintah sebesar 70,00%;

PT.Krakatau Steel (Persero), Tbk, disetujui dengan mempertahankan

kepemilikan saham Pemerintah sebesar 80,00%;

PT.Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk, disetujui dengan

mempertahankan kepemilikan saham Pemerintah sebesar 51,00%;

2) Untuk mempertahankan kepemilikan saham pemerintah sesuai kepemilikan

saat ini pada masing-masing BUMN maka penerbitan saham baru

dilaksanakan dengan metode Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)

dengan menggunakan dana PMN;

3) Jadual right issue harus diatur dengan baik, dengan prioritas BUMN yang

menyerap dana publik paling besar;

4) Penetapan harga termasuk pemberian discount agar diperhitungkan dengan

cermat untuk mendapatkan nilai proceed yang optimal;

5) Penggunaan hasil penerbitan saham baru untuk pembangunan infrastruktur

dan perluasan usaha harus dilakukan secara efektif, serta pelaksanaan

privatisasi harus juga memperhatikan rekomendasi Menteri Keuangan;

Sasaran Strategis 2 :

Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro

dan Keuangan.

Analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut :

1. Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan fasilitas Tax Allowance.

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 PP No.18 Tahun 2015 stdtd. PP No.9 Tahun 2016,

pelaksanaan ketentuan dalam PP dievaluasi dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun

sejak PP diundangkan. Adapun evaluasi dimaksud dilakukan oleh tim yang ditetapkan

oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Berkenaan dengan amanat di dalam pasal tersebut dan dengan mempertimbangkan

hasil pelaksanaan atau implementasi regulasi di lapangan, Kedeputian Bidang

Page 33: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

29

Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian berkoordinasi dengan kementerian/lembaga teknis terkait saat ini

tengah mempersiapkan bahan-bahan dan langkah pelaksanaan evaluasi pemberian

fasilitas Tax Allowance. Kementerian dan/atau lembaga dimaksud adalah

Kementerian Keuangan yang terdiri dari Badan Kebijakan Fiskal dan Direktorat

Jenderal Pajak, Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan kementerian pembina

sektor yang melakukan fungsi pembinaan terhadap bidang-bidang usaha

sebagaimana tercakup di dalam lampiran PP No.18 Tahun 2015 stdtd. PP No.9 Tahun

2016, seperti Kementerian Perindustrian.

Persiapan evaluasi dilaksanakan melalui rapat pembahasan teknis dalam rangka

inventarisasi awal permasalahan penerapan regulasi PP No.18 Tahun 2015 stdtd. PP

No.9 Tahun 2016. Adapun inventarisasi awal permasalahan dalam implementasi PP

dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Ketentuan Izin Prinsip yang Digunakan dalam Pengajuan Fasilitas Tax Allowance

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Kepala BKPM No. 14 Tahun 2015, Izin

Prinsip terbagi menjadi Izin Prinsip Penanaman Modal, Izin Prinsip Perluasan

Penanaman Modal, Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal, dan Izin Prinsip

Penggabungan Penanaman Modal. Sementara itu, salah satu persyaratan dalam

rangka pengajuan fasilitas Tax Allowance ditentukan berdasarkan Izin Prinsip

Penanaman Modal dan Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal. Menjadi pokok

evaluasi berkenaan dengan ketentuan Izin Prinsip adalah sebagai berikut :

- Adanya perbedaan pandangan di antara kementerian/lembaga yang tergabung

di dalam Tim Trilateral dalam menentukan batasan/kriteria Izin Prinsip

Perluasan Penanaman Modal.

- Dalam beberapa pembahasan pengajuan permohonan fasilitas terdapat

benturan antara nilai strategis proyek atau bidang usaha Wajib Pajak terhadap

perekonomian nasional dengan tahun penerbitan Izin Prinsip yang tidak

memenuhi ketentuan dalam PP No. 18 Tahun 2015 jo. PP No. 9 Tahun 2016.

b. KBLI termanfaatkan vs KBLI tidak termanfaatkan

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas

pelaksanaan kebijakan fasilitas Tax Allowance adalah melalui jumlah Wajib Pajak

yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Berdasarkan data dari Kementerian

Keuangan dan analisis sementara yang dilakukan bahwa sebagian besar pemanfaat

fasilitas Tax Allowance berasal dari bidang usaha yang sama dari tahun ke tahun.

Berdasarkan jumlah pemanfaat dimaksud, bidang usaha yang telah memanfaatkan

Page 34: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

30

fasilitas Tax Allowance adalah seperti industri kimia dasar organik yang

bersumber dari minyak bumi, gas alam dan batubara, industri kimia dasar organik

yang bersumber dari hasil pertanian, dan industri pembuatan logam dasar bukan

besi, dan pembangkitan tenaga listrik.

Sehubungan dengan minimnya bidang usaha yang dimanfaatkan dibandingkan

dengan bidang usaha yang tercantum di dalam Lampiran PP, salah satu substansi

evaluasi dalam waktu mendatang akan mencakup usulan cakupan bidang usaha

dari kementerian pembina sektor. Usulan dimaksud akan dibahas dengan

mempertimbangkan arah kebijakan industri yang akan dikembangkan oleh

kementerian pembina sektor, kekosongan pohon industri, dan pertimbangan lain

yang dianggap strategis bagi peningkatan perekonomian nasional.

2. Evaluasi Fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Keuangan, dalam rentang waktu

dari tahun 2010 hingga tahun 2013, rata-rata realisasi penyerapan BMDTP berkisar

antara 30% hingga 45% di tiap tahunnya. Sehubungan dengan pertimbangan

dimaksud dilakukan pembahasan dengan melibatkan kementerian dan/atau lembaga

terkait dalam rangka evaluasi penyebab minimnya penyerapan anggaran BMDTP

beserta implementasi proses pemanfaatan fasilitas tersebut.

Hasil evaluasi implementasi fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah meliputi hal-

hal sebagai berikut :

a. Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI)

- Produksi alat kesehatan terbesar di Indonesia adalah pada bidang hospital

furniture, seperti tempat tidur rumah sakit.

- Dalam kaitannya dengan pemanfaatan fasilitas BMDTP, ASPAKI berpendapat

bahwa siklus atau proses penerbitan regulasi pendukung pemanfaatan fasilitas

seringkali tidak sesuai dengan jadwal/musim produksi sehingga menghambat

proses produksi perusahaan. Hal ini dikarenakan proses bisnis industri di

bidang alat kesehatan sebagian besar dilakukan dengan dasar pesanan (made

by order).

- Terhadap pengusulan sektor bidang usaha yang dapat diberikan fasilitas

BMDTP di tahun 2017 mendatang, ASPAKI menyatakan bahwa sampai saat ini

pihaknya belum diundang oleh kementerian pembina sektor.

Page 35: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

31

b. Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS)

- Realisasi penyerapan anggaran BMDTP pada bidang usaha industri plastik

berkisar antara 70% hingga 80%. Jadwal realisasi pencairan anggaran yang

biasanya terjadi di bulan Mei atau Juni sudah dapat membantu perusahaan.

- Adapun pemanfaat fasilitas BMDTP terbesar berada di sektor hilir. Berkenaan

dengan hal tersebut timbul permasalahan baru pada rantai industri sektor

hulu karena :

Produksi yang dihasilkan industri sektor hulu tidak dapat termanfaatkan

secara maksimal karena sektor hilir lebih banyak melakukan impor dari

negara tetangga, seperti Singapura dan Thailand. Pada Rencana Impor

Barang tahun 2016 misalnya, dari total nilai impor Rp100 Miliar,

proporsi 40% diantaranya merupakan impor produk yang tidak

diproduksi di dalam negeri, sementara 60% lainnya merupakan impor

produk yang mana produk tersebut sudah dapat diproduksi di dalam

negeri.

Plastik merupakan produk komoditi yang tinggi rendahnya harga

didasarkan pada harga bahan baku. Dalam hal harga bahan baku turun,

hal tersebut akan berdampak pada peningkatan volume impor, selain

adanya referensi fasilitas BMDTP berupa pagu nominal yang jumlahnya

dinilai cukup besar.

INAPLAS juga menyampaikan bahwa pelaksanaan tarif impor bahan baku

plastik, seperti polipropilena (PP) dan polietilena (PE), yang berasal dari

negara-negara ASEAN sudah 0%.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, INAPLAS mengusulkan

hal-hal sebagai berikut :

Pengkajian kembali kriteria objek yang dapat diberikan fasilitas BMDTP,

yaitu yang semula merupakan barang yang tidak diproduksi di dalam

negeri, menjadi termasuk juga barang yang tidak diproduksi di ASEAN.

Pengkajian kembali besaran pagu anggaran BMDTP per sektor yang

disesuaikan dengan mempertimbangkan harga dan kebutuhan industri

sebenarnya.

Fasilitas BMDTP diakui sebagai salah satu alternatif kebijakan yang

diberikan Pemerintah kepada industri plastik mengingat Pemerintah telah

menyediakan berbagai kebijakan lain, seperti pembebasan Bea Masuk

Page 36: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

32

pada master list dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Namun

demikian dalam hal di waktu mendatang Pemerintah berencana untuk

menghapus kebijakan BMDTP tersebut, maka dimungkinkan sektor

industri akan mengusulkan bentuk fasilitas lain seperti pengenaan tarif

Bea Masuk sebesar 0%.

c. Asosiasi Produsen Pakan Ternak Indonesia (GPMT)

- Perlu dilakukannya koordinasi kementerian/lembaga terkait untuk

mempercepat proses fasilitas BMDTP ini, yaitu Kementerian Keuangan (Bea

Cukai) maupun Kementerian Perindustrian.

- Berharap agar pelaksanaan impor dapat dilakukan sebelum lebaran (sekitar

bulan Mei) mengingat harga pakan pada momentum tersebut belum

mengalami kenaikan.

d. Indonesia National Shipowners Association (INSA)

Prosedur/mekanisme fasilitas BMDTP yang beberapa tahun sebelumnya

mengalami keterlambatan pencairan, saat ini telah dilakukan sesuai dengan

prosedur yang ditetapkan.

Berdasarkan pembahasan evaluasi dimaksud dapat disimpulkan bahwa pada

beberapa industri, fasilitas BMDTP dinilai signifikan untuk membantu

perusahaan khususnya dari sisi finansial, sementara bagi beberapa industri

lainnya fasilitas BMDTP merupakan suatu alternatif kebijakan yang dapat

dimanfaatkan dengan mempertimbangkan tersedianya beberapa fasilitas lain

yang diberikan oleh Pemerintah.

3. Koordinasi Nasional TPID Tahun 2016 dan Penyampaian rekomendasi hasil Rakornas

oleh Menko Perekonomian kepada Menteri/Pimpinan lembaga.

Rakornas TPID ke VII tahun 2016 dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2016 dengan

mengusung tema “Memperkuat Sinkronisasi Kebijakan Pusat dan Daerah guna

Mempercepat Pembangunan Infrastruktur dan Pembenahan Tata Niaga Pangan’.

Rakornas mengundang Menteri dan Pimpinan lembaga melalui surat Menteri

Koordinasi Bidang Perekonomian No. S-88/M/EKON/07/2016 tanggal 29 Juli 2016

perihal Undangan Rakornas VII TPID 2016 serta Kepala Daerah yang telah

membentuk TPID melalui surat Menteri Dalam Negeri No. 500.1/2762/SJ.

Pelaksanaan Rakornas telah melalui rangkaian proses yang cukup panjang dengan

persiapan-persiapan acara yang didokumentasikan melalui nota dinas dari Deputi

Page 37: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

33

Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan kepada Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian diantaranya ND-113/D.I.M.EKON/07/2016 tanggal 22 Juli

perihal Pelaksanaan Rakornas TPID 2016 dan ND-119/D.I.M.EKON/08/2016

tanggal 2 Agustus perihal Persiapan Pelaksanaan Rangkaian Acara Rakornas VII TPID

2016.

Rakornas TPID ke VII 2016 ini dibuka dan dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia

serta dihadiri oleh Menko Perekonomian, Menteri Dalam Negeri dan Gubernur Bank

Indonesia, Menko Polhukam, Menko Maritim Menteri Keuangan, Menteri

PPN/Kepala Bappenas, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Menteri

Perhubungan, Menteri BUMN, Menteri ESDM, Sekretaris Kabinet, Panglima TNI,

Kapolri, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) dan Ketua KPPU. Peserta Rakornas terdiri dari 443 Kepala Daerah, yang terdiri

dari 34 Gubernur dan 419 Bupati/Walikota.

Dalam acara Rakornas juga diberikan penghargaan TPID Terbaik dan TPID

Berprestasi kepada daerah-daerah dengan kinerja terbaik di tahun 2015. TPID

Terbaik 2015 diberikan kepada TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Padang

untuk Kawasan Sumatera; TPID Provinsi Jawa Tengah dan TPID Kabupaten Jember

untuk Kawasan Jawa; dan TPID Provinsi Bali dan TPID Kota Samarinda untuk

Kawasan Timur Indonesia. Sementara itu, penghargaan TPID Berprestasi 2015

diberikan kepada TPID Kota Tebing Tinggi untuk Kawasan Sumatera, TPID Kabupaten

Lumajang untuk Kawasan Jawa, dan TPID Kabupaten Polewali Mandar untuk

Kawasan Timur Indonesia. Penghargaan juga diberikan kepada TPID dengan program

Inovatif untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Penghargaan TPID inovatif 2015

diberikan kepada TPID Provinsi Aceh dan TPID Kota Medan untuk Kawasan

Sumatera; TPID Provinsi Jawa Timur dan TPID Kota Surakarta untuk Kawasan Jawa;

dan TPID Provinsi Gorontalo dan TPID Kota Balikpapan untuk Kawasan Timur

Indonesia.

Pemberian Penghargaan diatas telah melalui serangkaian proses yang cukup panjang,

dimulai dari Pengiriman Surat Permintaan Dokumen Penilaian No. S-27/D.I.

EKON/03/2016 tanggal 15 Maret 2016 perihal Pengukuran Kinerja Koordinasi

Pengendalian Inflasi Daerah 2015, dilanjutkan Perhitungan Aspek Proses yang

mencakup (penilaian One Page Summary, Kualitas Program Kerja Unggulan dan

Review Laporan Kegiatan), Penghitungan aspek keluaran, Verifikasi Lapangan dan

terakhir Sidang Penentuan Nominasi dan Pleno Penentuan Pemenang

Pada Rakornas TPID ke VII 2016, Presiden RI memberikan pokok arahan yang pada

Page 38: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

34

prinsipnya untuk memperkuat pengendalian inflasi ke depan, baik yang dilakukan

oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, maupun koordinasi kebijakan secara

umum terkait perlunya percepatan realisasi anggaran dan mendorong daerah

melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi,

secara lengkap sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah perlu memberi perhatian tidak hanya pada pencapaian

pertumbuhan ekonomi namun juga pengendalian inflasi.

2. pemerintah daerah harus mempercepat realisasi apbd utk mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah dan dalam rangka pengendalian harga.

3. pemerintah daerah agar merumuskan terobosan kebijakan yg diperlukan untuk

mendukung pengendalian harga diserta alokasi anggaran yang memadai.

4. pemerintah daerah agar lebih cepat tanggap utk mengatasi masalah

infrastruktur distribusi pangan daerah dan segera melakukan perbaikan yang

diperlukan.

5. pemerintah daerah agar mengoptimalkan koordinasi antar pemangku

kepentingan di daerah untuk stabilisasi harga.

6. pemerintah akan memperkuat kebijakan untuk memastikan ketersediaan dan

keterjangkauan pangan bagi masyarakat.

Dalam tangka mengakomodasi penyampaian aspirasi Daerah serta Penyampaian

Kebijakan sektoral, maka sebelum Penyelenggaraan Rakornas VII telah

diselenggarakan sarasehan pada tanggal 3 Agustus 2016, yang dihadiri oleh seluruh

Gubernur dan beberapa walikota. Sarasehan sendiri berhasil menghimpun isu

strategis di tingkat Pusat maupun daerah dalam kaitannya dengan koordinasi

Pengendalian Inflasi nasional dan Daerah

Hasil dan rekomendasi yang dihasilkan Rakornas VII 2016 ini disampaikan kepada

Menteri dan Pimpinan lembaga melalui surat Menteri Koordinasi Bidang

Perekonomian No. S-255/M/EKON/09/2016 tanggal 5 September 2016 perihal

Rakornas VII TPID 2016.

4. Rekomendasi Penguatan Dasar Hukum Koordinasi Pengendalian Inflasi Nasional.

Koordinasi Pengendalian Inflasi saat ini dilakukan oleh Tim Pemantauan dan

Pengendalian Inflasi (TPI) untuk tingkat Pusat dan Tim pemantauan Inflasi Daerah

(TPID) di tingkat daerah. Dalam rangka menjembatani Penguatan kelembagaan

dibentuk Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID. Penguatan koordinasi

pengendalian Inflasi didasari oleh beberapa pertimbangan, diantaranya :

Page 39: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

35

a. Menindaklanjuti atas arahan Wakil Presiden pada Rakornas IV TPID tahun 2013

b. Menindaklanjuti amanat Rakorpusda TPID tahun 2015 dan 2016.

c. Dalam rangka meningkatkan efektivitas Transmisi kebijakan dari Pusat ke daerah

d. penguatan dasar Hukum dalam rangka penyusunan kebijakan dan program

pengendalian inflasi di tingkat pusat maupun daerah, maupun sebagai dasar

pengalokasian anggarannya.

Proses yang sudah dilaksanakan dalam rangka penguatan dasar hukum Koordinasi

Pengendalian Inflasi Nasional cukup panjang, dimulai dengan rapat di tingkat teknis,

adalah Audiensi dengan stakeholder (Gubernur Jawa Tengah dan ahli tata negara).

Berdasarkan rekomendasi ahli Tata Negara Tahun 2013-2014, dasar hukum yang

sesuai adalah Peraturan Presiden. Dalam Perpres tersebut TPI dan Pokjanas TPID akan

dilebur menjadi satu lembaga yaitu Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN) dimana

TPIN akan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Selain itu, Perpres tersebut

juga mengatur tentang struktur organisasi dan tugas dari TPIN. Adapun Struktur

organisasi yang diusulkan adalah TPIN beranggotakan Kementerian dan Lembaga di

bidang perekonomian. TPIN diusulkan diketuai oleh Menteri Koordinasi Bidang

Perekonomian dengan wakilnya adalah Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri,

dan Gubernur Bank Indonesia. Menteri dan Pimpinan Lembaga terkait lainnya yang

diusulkan menjadi anggota TPIN adalah Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian,

Menteri Perhubungan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Menteri

PPN/ Kepala Bappenas, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Sekretariat Kabinet, Menteri Sekretaris

Negara, Ketua KPPU, Kapolri, dan Kepala Bulog. Dalam pelaksanaan tugasnya, TPIN

memiliki dua kelompok kerja yaitu Kelompok Kerja Pengendalian Inflasi Nasional dan

Kelompok Kerja Pengendalian Inflasi Daerah yang beranggotakan Jabatan Pimpinan

Tinggi (JPT) Madya atau setingkat eselon I sebagaimana ditunjukkan pada bagan

organisasi sebagai berikut :

Page 40: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

36

Selain mengatur masalah struktur organisasi dan tugas dari TPIN, Perpres nantinya

juga akan mencakup mekanisme koordinasi di tingkat Pusat dan daerah, termasuk

didalamnya untuk mengakomodasi hal-hal yang bersifat darurat melalui mekanisme

Call For Meeting.

Untuk tindak lanjut ke depan, konsep perpres akan dibahas dalam High Level Meeting

(HLM) Koordinasi Pengendalian Inflasi tingkat Menteri yang dijadwalkan

dilaksanakan pada awal Januari 2017. Apabila disetujui di tingkat HLM, maka konsep

Perpres nantinya akan diajukan oleh Kemendagri untuk selanjutnya disampaikan ke

Kemenko Perekonomian dalam rangka harmonisasi sebelum diundangkan.

5. Peraturan Terkait Ease of Doing Business (EoDB).

Sehubungan dengan diterbitkannya Paket Kebijakan XII terkait kemudahan berusaha

di Indonesia dan sebagai bentuk dukungan untuk menyukseskan program tersebut,

Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sektor Riil melakukan diseminasi

kebijakan dalam bentuk buku kumpulan peraturan yang didistribusikan kepada

Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota di seluruh Indonesia.

Buku ini disusun dan disajikan sebagai pedoman bagi Pemerintah Pusat dan Daerah

serta kalangan pengusaha pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam

menjalankan usaha di Indonesia. Buku Kumpulan Peraturan Terkait Ease of Doing

Business ini merupakan penjabaran dari Paket Kebijakan Ekonomi XII yang memuat

beberapa indikator di antaranya Izin Kontruksi, Memulai Bisnis, Mendapatkan Kredit,

Mendapatkan Listrik, Pembayaran Pajak, Pendaftaran Properti, Penegakkan Kontrak,

Penyelesaian Kepailitan.

6. Rekomendasi Kepada Sekretaris Majelis Wali Amanat ICCTF Terkait Tanggapan dan

Persetujuan Kegiatan ICCTF.

Indonesia Climate Change Trust Fund merupakan lembaga yang didirikan oleh

Pemerintah Indonesia sebagai suatu Lembaga Wali Amanat (MWA) yang bertindak

sebagai wadah pengelolaan dana untuk perubahan iklim dalam mendukung

pelaksanaan RAN/RAD-GRK dan RAN-API. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro

dan Keuangan Kemenko Perekonomian merupakan salah satu anggota Wali Amanat

ICCTF tersebut. Pada tanggal 31 Agustus 2016 Sekretariat ICCTF mengirimkan surat

No. 6421/Dt.5.5/08/2016 kepada Deputi Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan

Keuangan mengenai rencana pengajuan call for proposal oleh Sekretariat ICCTF bagi

Page 41: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

37

Institusi Pemerintah Lain dan Organisasi Masyarakat Sipil pada bulan September

2016. Dalam surat tersebut disebutkan dua tema kajian yang akan dilakukan yaitu

terkait dengan mitigasi perubahan iklim oleh UKCCU dan adaptasi perubahan iklim

oleh USAID. Berdasarkan surat tersebut, Deputi Koordinasi Bidang Ekonomi Makro

dan Keuangan menyampaikan bahwa sebagai anggota Wali Amanat ICCTF, sangat

mendukung adanya pelibatan institusi pemerintah lain dan organisasi masyarakat

sipil dalam kegiatan terkait perubahan itu. Berkaitan dengan pengajuan proposal,

disarankan untuk maksimal tiga proposal bagi masing-masing program untuk setiap

Istitusi Pemerintah Lainnya (IPL) atau Organisasi Masyarakat Sipil (OMS).

Selanjutnya, pada tanggal 8 Desember 2016 Sekretariat ICCTF mengirimkan kembali

surat permohonan tanggapan No. 9258/Dt.3.5/12/2016 terkait pendanaan program

ICCTF-USAID 2017 kepada Deputi Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan.

Berkaitan dengan surat tersebut, sekretariat ICCTF menyampaikan 12 (dua belas)

proposal yang dianggap setidaknya memenuhi atau paling tidak mendekati prioritas

program dan target program.

7. Rekomendasi Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan

Pembiayaan Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) No. S-

110/M.EKON/05/2016 tanggal 13 Mei 2016 tentang Penyusunan Pedoman

Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektoral kepada 11 Menteri dan 2 Kepala

Badan.

Sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas skema pembiayaan Kredit Usaha

Rakyat, telah dilakukan beberapa perbaikan regulasi yang dilakukan oleh Komite

Kebijakan maupun Kementerian Teknis. Sesuai dengan amanat dalam Peraturan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 8 Tahun 2015 sebagaimana diubah

dengan Permenko 13 Tahun 2015 dan Permenko 9 Tahun 2016 tentang Pedoman

Pelaksanaan KUR, Kementerian Teknis berkewajiban untuk menetapkan kebijakan

serta prioritas bidang usaha yang akan menerima KUR, melakukan pendataan UMKM

binaannya, dan melakukan pembinaan serta pendampingan UMKM di sektornya.

Kebijakan dari Kementerian Teknis tersebut dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan

KUR sesuai dengan sektor dan prioritas dimasing-masing kementerian. Pedoman

Pelaksanaan KUR Sektoral tersebut digunakan sebagai petunjuk teknis bagi penyalur,

pemerintah daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait serta

stakeholder lainnya agar memiliki acuan dalam pelaksanaan KUR sehingga

penyalurannya tepat sasaran. Upaya pengendalian pelaksanaan kebijakan tersebut,

Page 42: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

38

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan dalam

Pembiayaan Bagi UMKM mengeluarkan Surat No. S-110/M.EKON/05/2016 perihal

Penyusunan Pedoman Pelaksanaan KUR Sektoral. Surat tersebut ditujukan kepada

Menteri Pertanian, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, Menteri Perindustrian, Menteri Pariwisata, Menteri Perdagangan,

Menteri Koperasi dan Usahas Kecil Menengah, Menteri Keuangan, Menteri Dalam

Negeri, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri komunikasi dan Informatika, Kepala

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dan Badan

Ekonomi Kreatif.

8. Rekomendasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite

Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Nomor S-

112/M.EKON/05/2016 tanggal 13 Mei 2016 tentang Fokus Penyaluran Kredit

Usaha Rakyat (KUR) yang disampaikan kepada Gubernur dan Bank Penyalur.

Tujuan program KUR adalah untuk meningkatkan dan memperluas penyaluran

kepada usaha produktif, meningkatkan kapasitas daya saing UMKM dan mendorong

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi dan

penciptaan lapangan kerja diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan

ketimpangan pendapatan sehingga penyaluran KUR diarahkan kepada kelompok

masyarakat berpendatapan rendah.

Angka Gini Rasio tahun 2016 sebesar 0,39 mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan tahun 2015 sebesar 0,40. Namun penurunan Gini Rasio tahun 2016 secara

nasional tidak diikuti oleh semua daerah yang dapat dilihat dari beberapa provinsi

yang angkanya masih diatas 0,40. Dengan data-data tersebut, maka Penyaluran KUR

difokuskan kepada daerah-daerah yang memiliki ketimpangan pendapatan yang

masih tinggi agar masyarakat memiliki akses pembiayaan sehingga kapasitas daya

saingnya meningkat.

Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. S-112/M.EKON/05/2016

tanggal 13 Mei 2016 tentang Fokus Penyaluran KUR yang disampaikan kepada

Gubernur di provinsi yang angka rasio gini masih diatas 0,40 agar penyaluran KUR

diutamakan kepada UMKM yang produktif dan layak namun belum memperoleh

kredit perbankan. Provinsi tersebut terdiri dari Provinsi Bengkulu, Lampung, DKI

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Gorontalo,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Papua Barat. Surat tersebut merupakan

salah satu outcome terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang ekonomi makro

dan keuangan.

Page 43: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

39

9. Pemberian Persetujuan PKLN PT PLN

Dalam persetujuan permohonan Pinjaman Komersial luar negeri (PKLN), peran

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Koordinasi Pengelolaan

Pinjaman Komersial Luar Negeri (selanjutnya disebut Tim Pinjaman Komersial Luar

Negeri, disingkat Tim PKLN) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor

39 Tahun 1991 Tentang Koordinasi Pengelolaan Pinjaman Komersial Luar Negeri.

Selanjutnya sesuai Keputusan Tim Koordinasi Pengelolaan Pinjaman Komersial Luar

Negeri Nomor: KEP-02/K.TIM.PKLN/1991 tentang Pembentukan Sekretariat Tim

Pinjaman Komersial Luar Negeri, ditunjuk Sekretaris Tim PKLN yaitu Asisten Menko

EKUIN dan Wasbang Bidang Moneter, Neraca Pembayaran dan Keuangan Negara

yang saat ini sudah berubah nomenklaturnya menjadi Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Makro dan Keuangan, Kemenko Perekonomian.

Direktur Utama PT PLN (Persero) melalui surat Nomor: 2288/KEU.05.02/ DIRUT

/2015 tanggal 21 Desember 2015 menyampaikan permohonan Persetujuan Pinjaman

Luar Negeri. Mengajukan permohonan persetujuan PKLN sebesar USD 50 juta untuk

mendanai proyek Tower Crossing 500 kV TL dari Watudodol-Segara Rupek.

Permohonan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan rapat pembahasan pada

tanggal 15 Januari 2016 dan pemberian tanggapan tertulis dari Kementerian

Keuangan dan Bank Indonesia. Secara umum dapat disimpulkan bahwa seluruh

instansi menyetujui permohonan PT. PLN (Persero), dengan catatan bahwa tidak ada

jaminan pemerintah atas PKLN yang diajukan dan dilaksanakan berdasarkan bisnis ke

bisnis.

Pada tanggal 19 Januari 2016 Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres)

Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Ketenagalistrikan (Perpres 4/2016). Beberapa ketentuan dalam Perpres 4/2016

menyebutkan hal-hal sebagai berikut :

Pasal 3

(1) Pemerintah Pusat menugaskan PT PLN (Persero) untuk menyelenggarakan

PIK.

(2) Pembinaan teknis penyelenggaraan PIK oleh PT PLN (Persero) sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral.

(3) Pembinaan korporasi dan manajemen penyelenggaraan PIK oleh PT PLN

(Persero) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh menteri yang

Page 44: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

40

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang badan usaha milik

negara.

Pasal 44

(1) Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini:

a. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 1972 tentang Penerimaan Kredit

Luar Negeri; dan/atau

b. Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1991 tentang Koordinasi

Pengelolaan Pinjaman Komersial Luar Negeri,

dikecualikan untuk pelaksanaan pinjaman yang dilakukan PT PLN (Persero)

dalam rangka penugasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

(2) Dalam rangka pelaksanaan pinjaman komersial luar negeri, PT PLN (Persero)

menyampaikan laporannya kepada menteri yang menyelenggarakan

koordinasi urusan pemerintahan di bidang perekonomian dan menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang badan usaha milik

negara.

Dengan berlakunya Perpres tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pinjaman luar

negeri PT. PLN (Persero) tidak memerlukan persetujuan dari Tim PKLN. Namun

demikian, mengingat permohonan persetujuan PKLN PT PLN diajukan sebelum

berlakunya Perpres 4/2016 maka pemberian persetujuan PKLN tetap dilakukan

pemrosesan tanpa melalui pemberian persetujuan sirkuler oleh Menteri Keuangan

dan Bank Indonesia terlebih dahulu.

10. Masukan terhadap Permintaan Paraf Menko Perekonomian pada Rancangan

Reraturan Pemerintah (RPP) Penyertaan Modal Negara (PMN) pada BUMN/Institusi

dibawah Kementerian Keuangan

Sesuai dengan UU APBNP 2016, Pemerintah mengalokasikan anggaran PMN untuk 4

BUMN di bawah Kementerian Keuangan yaitu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia,

PT Sarana Multigriya Finansial, PT Sarana Multi Infrastruktur, dan Lembaga

Pembiayaan Ekspor Indonesia. PMN diberikan dalam rangka penguatan struktur

permodalan untuk meningkatkan kapasitas usaha perusahaan. nya dalam menjamin

proyek infrastruktur dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur nasional

Sebagai tindak lanjut dari UU tersebut, Pemerintah kemudian menyiapkan Rancangan

Peraturan Pemerintah (RPP) sebagai landasan hukum pemebrian BUMN. RPP PMN

dimaksud sudah dilakukan pembahasan intensif beberapa kali termasuk pembahasan

Page 45: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

41

kajian pendukung RPP PMN yang melibatkan perwakilan dari Kementerian

Keuangan, Kementerian BUMN, Sekretariat Negara, Kementerian Hukum dan HAM,

Kemenko Perekonomian dan BUMN/Institusi yang akan menerima PMN tersebut.

Dalam pembahasan disepakati bahwa secara prosedural dan aturan terhadap 4

BUMN/Instansi tersebut dapat diberikan PMN dengan rincian sebagai berikut:

a. PT SMF (Persero) menerima PMN sebesar Rp. 1.000.000.000.000.

b. PT PII (Persero) menerima PMN sebesar Rp. 1.000.000.000.000.

c. PT SMI (Persero) menerima PMN sebesar Rp. 4.160.000.000.000.

d. LPEI menerima PMN sebesar Rp. 4.000.000.000.000.

Sasaran Strategis 3 :

Terwujudnya Perluasan Akses Pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program prioritas dalam mendukung

kebijakan pemberian kredit/pembiayaan kepada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah. Pada tahun 2016, “Tercapainya Target Penyaluran Kredit Usaha Rakyat

Sebesar Rp.100 triliun” menjadi salah satu target IKU Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Makro dan Keuangan. Target tersebut terpenuhi dengan jumlah penyaluran sampai

dengan 31 Desember 2016 sebesar Rp. 95 triliun (95%). Jumlah tersebut dicapai dalam

dua belas bulan penyaluran KUR oleh 27 Bank dan 3 Lembaga Keuangan Bukan Bank.

Bank dengan kinerja penyaluran KUR tertinggi adalah Bank BRI dengan penyaluran

mencapai Rp. 65 triliun. Penyaluran berdasarkan wilayah masih didominasi oleh Pulau

Jawa dengan penyaluran tertinggi di Provinsi Jawa Tengah, diikuti oleh Jawa Timur dan

Jawa Barat.

Capaian output/kinerja 95% pada Tahun 2016 dapat dikategorikan sebagai capaian yang

sangat baik. Capaian kinerja ini merupakan hasil koordinasi dan sinergi yang baik dengan

para pemangku kepentingan KUR yang tergabung dalam Komite Kebijakan Pembiayaan

Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan bank pelaksana, perusahaan penjamin,

Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Pemerintah Daerah baik Provinsi dan

Kabupaten/Kota dibawah koordinasi dan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Output yang dihasilkan

berdampak positif khususnya dalam penciptaan lapangan kerja dan pengurangan

kemiskinan. Sesuai dengan laporan penyaluran KUR, jumlah debitur yang menerima KUR

pada Tahun 2016 mencapai 4.066.066 UMKM.

Page 46: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

42

Pada Tahun 2016, KUR disalurkan pada beberapa sektor yaitu pertanian, perikanan,

perdagangan, industri pengolahan, dan juga kepada Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Manfaat Program KUR adalah untuk meningkatkan dan memperluas akses wirausaha

seluruh sektor usaha produktif kepada pembiayaan perbankan, mendorong pertumbuhan

ekonomi, dan meningkatkan daya saing UMKM. Dalam rangka memperbesar penerima

manfaat KUR, Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM memperluas kriteria calon

penerima KUR yaitu calon pekerja magang di luar negeri, anggota keluarga karyawan

berpenghasilan tetap/TKI dan pekerja yang kena PHK.

Sesuai hasil evaluasi program KUR tahun sebelumnya, diperlukan suatu aplikasi untuk

mendorong ketepatan sasaran KUR. Oleh karena itu, Komite Kebijakan Pembiayaan dan

Pengembangan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) yang merupakan suatu sistem

aplikasi yang dibangun untuk mempermudah pelaksanaan KUR. Berdasarkan

rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas pengolaan KUR, Menteri Keuangan

yang merupakan anggota dari Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM melalui

Direktorat Sistem Manajemen Investasi dan Direktorat Sistem Informasi dan Teknologi

Perbendaharaan membangun SIKP secara bertahap. Pelaksanaan SIKP merupakan amanat

dari Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 8 Tahun 2015 jo. No. 13

Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR pasal 7 yang menyatakan bahwa seluruh

penyaluran KUR mengacu pada basis data yang tercantum dalam SIKP. Tujuan SIKP adalah

mewujudkan basis data UMKM yang terpercaya dan dapat dijadikan rujukan bagi Bank

untuk menyalurkan KUR secara efektif. SIKP juga didorong untuk dapat menjadi alat

pemercepat proses pembayaran tagihan subsidi KUR.

Beberapa perbaikan regulasi untuk pelaksanaan KUR Tahun 2016 yaitu :

1. Permenko No. 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenko 8 Tahun 2015

tentang Pedoman pelaksanaan KUR, diundangkan 14 Januari 2016.

2. Peraturan Menteri Keuangan No. 20/PMK.05/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat, diundangkan tanggal 17 Februari 2016

3. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 9 Tahun 2016 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 8

Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

4. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 105 Tahun 2016 tentang

Penetapan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat.

Page 47: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

43

5. Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Sekretaris

Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM No. S-49/D.I.M.EKON/05/2016 tanggal

4 Mei 2016 tentang Kajian Subsidi Bunga KUR Super Mikro, kepada Dirjen

Perbendaharaan Kementerian Keuangan.

Dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi, pemerintah melakukan relaksasi

kebijakan terkait KUR khususnya pada sektor penyaluran, kriteria penerima KUR, dan jenis

penyaluran KUR, beberapa Regulasi terkait Relaksasi KUR antara lain:

1. Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Sekretaris

Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM No. S-68/D.I.M.EKON/05/2016 tanggal

31 Mei 2016 tentang Relaksasi Aturan SIKP kepada Dirjen Perbendaharaan

Kementerian Keuangan.

2. Surat Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan selaku Sekretaris

Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM No. S-48/D.I.M.EKON/05/2016 tanggal

4 Mei 2016 tentang Rekomendasi Kinerja dan Kesehatan PT. PNM (Persero) kepada

Deputi Komisioner Pengawas IKNB II OJK.

Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan

Pembiayaan Bagi UMKM No. S-340/M.EKON/11/2016 tanggal 24 November 2016

tentang Perubahan Alokasi Plafon KUR 2016.

Selain menghasilkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana telah disebutkan bahwa,

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan dan unit-unit kerja Eselon II

Kedeputian juga menghasilkan rekomendasi yang mendukung kinerja unit organisasi,

antara lain :

1. Rekomendasi Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Tax Holiday).

Bentuk fasilitas Pajak Penghasilan lainnya yang diberikan Pemerintah dalam rangka

mendorong investasi di Indonesia adalah pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Tax

Holiday). Fasilitas Tax Holiday diberikan berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 18

ayat (7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan

Pasal 30 PP No. 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan

Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan. Bahwa untuk melaksanakan

ketentuan Pasal 30 tersebut perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK).

Adapun dalam perkembangannya telah dilakukan beberapa kali perubahan PMK

dengan pokok-pokok perubahan kebijakan sebagai berikut :

Page 48: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

44

Komite Verifikasi yang dibentuk oleh Menteri Keuangan beranggotakan perwakilan/

lembaga terkait, seperti : Kementerian Keuangan (Kepala Badan Kebijakan Fiskal,

Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal Pajak), Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian (Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan),

Kementerian Perindustrian (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri),

dan BKPM (Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal). Berdasarkan ketentuan

terbaru yaitu PMK No.159/PMK.010/2015 jo.PMK No.103/PMK.010/2016, Komite

Verifikasi membantu melakukan penelitian dan verifikasi terhadap usulan fasilitas

Tax Holiday. Hasil penelitian dan verifikasi tersebut kemudian disampaikan kepada

Menteri Keuangan disertai dengan pertimbangan dan rekomendasi, termasuk

rekomendasi mengenai besaran pengurangan PPh badan dan jangka waktu

pemberian fasilitas. Adapun pemberian fasilitas Tax Holiday diputuskan oleh Menteri

Keuangan berdasarkan pada pertimbangan dan rekomendasi dari Komite Verifikasi

tersebut.

2. Rekomendasi terhadap penyusunan RPP tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan

dari Pengalihan Real Estat dalam Skema Kontrak Investasi Kolektif Tertentu.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pelemahan nilai tukar Rupiah selama empat

tahun terakhir telah menyebabkan kegiatan real estate menurun sejak Tahun 2014.

Sementara sektor real estate merupakan salah satu sektor padat karya. Dalam rangka

penghimpunan dana untuk perluasan usaha, beberapa pengusaha real estate

Indonesia menerbitkan Real Estate Investment Trust (REITs) atau DIRE di pasar modal

negara tetangga.

Page 49: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

45

Jumlah DIRE di dalam negeri sangat rendah, yaitu hanya ada 1 DIRE yang diterbitkan

sejak Tahun 2012. Tidak menariknya DIRE di Indonesia disebabkan pengenaan pajak

berganda dan tarif pajak yang lebih tinggi dari negara tetangga. Untuk

meningkatkan penerbitan DIRE di dalam negeri, pada Paket Kebijakan tahap V telah

diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 200 Tahun 2015 tentang Perlakuan

Perpajakan bagi Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak yang Menggunakan Skema

Kontrak Investasi Kolektif Tertentu Dalam Rangka Pendalaman Sektor Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan ini menghapus pengenaan pajak berganda dalam

penerbitan DIRE. Namun demikian Peraturan Menteri Keuangan No. 200 Tahun

2015 belum meningkatkan daya tarik penerbitan DIRE di Indonesia karena tarif

pajak yang dikenakan masih lebih tinggi dari negara tetangga. Berkenaan dengan hal

tersebut dengan pokok-pokok kebijakan sebagai berikut :

1. Penerbitan Peraturan Pemerintah mengenai Pajak Penghasilan Atas Penghasilan

Dari Pengalihan Real Estat Dalam Skema Kontrak Investasi Kolektif Tertentu yang

mengatur pemberian fasilitas Pajak Penghasilan final berupa pemotongan tarif

hingga 0,5% dari tarif normal 5% kepada perusahaan yang menerbitkan DIRE.

Saat ini terhadap kebijakan pemotongan tarif PPh final bagi DIRE telah

diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan

atas Penghasilan dari Pengalihan Real Estat dalam Skema Kontrak Investasi

Kolektif Tertentu yang diundangkan dan mulai berlaku pada tanggal 17 Oktober

2016.

2. Penerbitan regulasi mengenai insentif dan kemudahan investasi di daerah yang

antara lain mengatur tentang pengenaan tarif BPHTB sebesar 1% bagi tanah dan

bangunan yang menjadi aset DIRE. Penerbitan Peraturan Daerah (Perda) bagi

daerah yang berminat untuk mendukung pelaksanaan DIRE di daerahnya.

Sementara itu, dalam perkembangan pembahasannya, terdapat beberapa poin

penting terkait dengan insentif Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) untuk DIRE yang menjadi pertimbangan tindak lanjut berikutnya :

- Mengingat kebijakan pengenaan tarif BPHTB sebesar 1% harus diatur melalui

Peraturan Daerah (Perda) dan proses penyusunannya memerlukan proses

persetujuan dari DPRD dengan waktu yang cukup lama serta pertimbangan

penetapan tarif merupakan kewenangan penuh bagi Pemerintah Daerah

berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Page 50: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

46

(UU PDRD), maka diusulkan alternatif kebijakan lain berupa pemberian insentif

melalui pengurangan dasar pengenaan BPHTB, yaitu Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

- Adapun pengaturan pemberian fasilitas NJOP dimaksud akan diatur di dalam

Peraturan Kepala Daerah (Perkada) dengan merujuk pada ketentuan Pasal 79 ayat

(1) UU PDRD yang mengatur bahwa penetapan besarnya NJOP ditetapkan oleh

Kepala Daerah.

- Kebijakan ini diharapkan dapat dilaksanakan oleh seluruh Kepala Daerah dengan

mempertimbangkan DIRE sebagai salah satu program strategis nasional yang mana

berdasarkan Pasal 67 huruf f Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (UU 23/2014), dalam hal terdapat program strategis

nasional yang ditetapkan oleh Presiden sebagai program yang memiliki sifat

strategis secara nasional dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan

pemerataan pembangunan serta menjaga keamanan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, maka Kepala Daerah dan Wakil Kepala wajib

melaksanakan program dimaksud. Adapun pertimbangan dan benchmark

kebijakan DIRE sebagai program strategis nasional antara lain didasarkan hal-hal

sebagai berikut:

• Kebijakan DIRE sebagai salah satu kebijakan nasional yang masuk dalam Paket

Kebijakan Ekonomi XI.

• Pelaksanaan Rapat Terbatas tanggal 18 Juli 2016 dengan agenda utama

pengarahan kepada sejumlah kepala daerah terkait pemberian fasilitas BPHTB

untuk DIRE melalui Peraturan Kepala Daerah yang dipimpin langsung oleh

Presiden. Berkenaan dengan hal tersebut, Kepala Biro Hukum, Persidangan dan

Hubungan Masyarakat Kemenko Perekonomian berpendapat bahwa pengaturan

program strategis nasional sebagai program yang dikeluarkan oleh Presiden

selama ini diatur dalam Peraturan Presiden, namun demikian sesungguhnya

instrumen hukum untuk menetapkan program tersebut tidak diatur dalam

bentuk regulasi tertentu. Dalam hal terdapat risalah maupun salinan pidato

Presiden dalam Ratas dimaksud maka dapat dipertimbangkan untuk menjadi

dasar penentuan DIRE sebagai salah satu program strategis nasional.

3. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.105 Tahun 2016 tentang

Penetapan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat.

Sebagai langkah meningkatkan, memperluas, dan mempercepat pelaksanaan Program

KUR Tahun 2016, diperlukan peran serta dari pihak swasta yang diimplementasikan

Page 51: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

47

dengan melibatkan lembaga keuangan swasta baik sebagai penyalur maupun

penjamin. Penambahan penyalur dan penjamin KUR telah melibatkan bank dan

perusahaan penjaminan milik swasta dan milik pemerintah daerah. Melalui

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.105 Tahun 2016 Tentang

Penetapan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat yang mengacu pada Peraturan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.8 Tahun 2015 Tentang Pedoman

Pelaksanaan KUR, menetapkan perusahaan penjamin KUR sebagai berikut :

1. Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit Indonesia;

2. PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero);

3. PT Penjaminan Kredit Daerah Riau;

4. PT Penjaminan Kredit Daerah Sumatera Selatan;

5. PT Penjaminan Kredit Daerah Bangka Belitung;

6. PT Penjaminan Kredit Daerah Jawa Tengah;

7. PT Penjaminan Kredit Daerah DKI Jakarta;

8. PT Penjaminan Jamkrindo Syariah;

9. PT UAF Jaminan Kredit;

10. PT Penjaminan Pembiayaan Askrindo Syariah.

Disamping itu Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan pada Tahun

2016 mendapatkan tugas tambahan sebagai penanggung jawab kegiatan Komite Ekonomi

dan Industri Nasional (KEIN), KEIN adalah sebuah lembaga non-kementerian yang

bertugas untuk membantu presiden dalam mempercepat pembangunan perekonomian

nasional. Anggaran yang berkenaan dengan kegiatan KEIN dibebankan kepada bagian

dari anggaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian khususnya Kedeputian

Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan.

KEIN sangat diperlukan pemerintah, meski pemerintah telah memiliki peta jalan ke depan

untuk ekonomi dan industri, karena KEIN beranggotakan praktisi dan akademisi, sehingga

kombinasi itu diharapkan memberikan sebuah perencanaan yang lebih detail, baik jangka

pendek, menengah maupun jangka panjang untuk memberikan pemikiran yang

terhimpun serta dalam rangka menunjang keberhasilan Kabinet Kerja menentukan

kebijakan ekonomi dan industri nasional.

Tugas dan Fungsi KEIN : melakukan pengkajian terhadap permasalahan ekonomi dan

industri nasional, regional, dan global; menyampaikan saran tindak strategis dalam

Page 52: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

48

menentukan kebijakan ekonomi dan industri nasional kepada Presiden; melaksanakan

tugas lain dalam lingkup ekonomi dan industri yang diberikan Presiden.

CAPAIAN REKOMENDASI KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL (KEIN)

1. Rekomendasi Industrialisasi Perikanan dan Kelautan

Produksi ikan nasional masih sangat rendah baik untuk konsumsi domestik maupun

untuk pasokan industri pengolahan. Oleh karena itu KEIN mengajukan beberapa

rekomendasi untuk hal ini, antara lain:

a. Industri Penangkapan

1) Memperbolehkan penggunaan alat “cantrang” asli yang tidak di modifikasi

dan “pukat udang” asli.

2) Memperbolehkan kegiatan alih muatan (transhipment) di laut hanya untuk

kapal pengumpul dari nelayan kecil dan kapal penangkap untuk diangkut ke

Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan pelabuhan pangkalan.

3) Mengeluarkan ijin kapal penangkap ikan diatas 150 GT dengan daerah

operasi penangkapan ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) yang tidak

terjangkau oleh nelayan tradisional.

4) Memberikan ijin kembali terhadap kapal penangkap ikan ex luar negeri yang

sudah berbendera Indonesia dan terbukti benar-benar dimiliki oleh

pengusaha Indonesia yang nasionalis untuk dapat menangkap ikan di

wilayah ZEEI yang tidak terjangkau oleh kapal nelayan Indonesia dan semua

hasil tangkapan ikan harus didaratkan dan diolah di Indonesia.

5) Memperbolehkan kapal berbendera asing untuk mengangkut ikan hidup

hasil budidaya nelayan sehingga ada kepastian pasar atau pemerintah

menyediakan kapal pengangkut ikan hidup yang memenuhi persyaratan

sebagai penggantinya.

6) Menyarankan Pemerintah untuk secepatnya melakukan pengukuran ulang

kapal penangkap ikan yang ijinnya banyak yang sudah mati agar nelayan

bisa menangkap ikan kembali.

b. Industri Budidaya Perikanan

Harus dilakukan revitalisasi industri budidaya perikanan terpadu yang efisien,

produktif dan berkelanjutan melalui penyediaan benih unggul yang cukup, pakan

yang murah, sarana infrastruktur yang memadahi, dukungan pembiayaan yang

mudah, murah dan cepat, pemanfaatan lahan pantai yang marginal dan insentif

Page 53: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

49

pemerintah yang menarik dalam upaya menjamin pasokan bahan baku ikan bagi

industri pengolahan dan permintaan pasar domestic dan ekspor.

c. Industri Pengolahan Hasil Perikanan

Harus dilakukan revitalisasi industri pengolahan hasil perikanan yang berdaya

saing global dengan pasokan bahan baku yang cukup dan stabil, kualitas yang

memadai dan harga yang kompetitif dan stabil guna meningkatkan nilai tambah

produk hasil perikanan untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor.

Untuk menggalakkan industri pengolahan hasil perikanan diperlukan :

1) Pemerintah harus memberikan insentif khusus untuk meningkatkan daya

saing terhadap industri pengolahan hasil perikanan dan menunda (meninjau

kembali) Foreign Direct Investment (FDI) 100% industri pengolahan

perikanan mengingat industri perikanan dalam negeri masih kekurangan

pasokan bahan baku.

2) Memasukkan industri pengolahan perikanan kedalam industri padat karya

sehingga bisa mendapatkan insentif pemerintah dalam kegiatan usahanya.

Hasil dari rekomendasi ini adalah terbitnya Instruksi Presiden Republik Indonesia

(Inpres) Nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan

Nasional.

2. Rekomendasi Sistem Aplikasi dan Integrasi Logistik Pangan Dalam Rangka Percepatan

Kedaulatan Pangan

KEIN merekomendasikan sebuah Model berupa Sistem Aplikasi dan Integrasi Logistik

Pangan Dalam Rangka Percepatan Kedaulatan Pangan. Adapun substansi pokok dalam

rekomendasi ini adalah sebagai berikut :

a. Subsidi Pangan sebesar Rp 75,9 Trilyun lebih baik DIALIHKAN pada subsidi :

1) Bunga KUR SAPRODI (Pupuk, Benih dan Pestisida).

2) Premi Asuransi Usaha Tani (gagal panen).

3) Jaminan Harga Output yang diterima petani (Harga Dasar).

4) Bunga Kredit Pengadaan Pangan kepada Koperasi.

5) Bantuan Pangan bagi petani gurem dan rakyat miskin desa.

b. Pemerintah menetapkan harga Pupuk, Benih dan Pestisida, pada setiap tingkatan

mulai dari Gudang LINI – III Kabupaten/ Kota, di Gudang Koperasi Desa, dan Harga

Eceran Tertinggi (HET) di tingkat Petani. Harga Pokok Pupuk Indonesia harus dapat

Page 54: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

50

bersaing dengan Harga Pupuk Internasional dengan menyesuaikan harga gas bumi ke

pabrik pupuk.

c. Produsen Pupuk, Benih dan Pestisida ditugaskan oleh Pemerintah, untuk menjamin

ketersediaan stok di gudang Kabupaten/ Kota dan mendistribusikannya melalui

Koperasi Desa (BUMDes) berdasarkan Rencana Kebutuhan Petani (RKP).

d. Petani membeli pupuk, benih, dan pestisida dengan sistem Yarnen (Bayar setelah

Panen) dengan menggunakan KUR SAPRODI.

e. Pemerintah menetapkan harga pembelian Produk Pangan dengan sistem Harga Dasar

(HD) untuk melindungi Petani, dan harga jual dengan sistem Harga Eceran Tertinggi

(HET) untuk melindungi Konsumen.

f. Pemerintah menugaskan BULOG untuk menjaga stok nasional dan menjamin stabilitas

harga Pangan melalui pengadaan Pangan bekerjasama dengan Koperasi Desa, dan

melalui Operasi Pasar bekerjasama dengan Koperasi (Koperasi Pedagang Pasar,

Koperasi Karyawan, Koperasi Pegawai, Koperasi Serba Usaha di tiap Kelurahan serta

UMKM).

g. Pemerintah menugaskan BRI untuk menyediakan Kredit/ KUR SAPRODI kepada Petani

dan Kredit Pengadaan Pangan kepada Koperasi dan BULOG.

h. Pemerintah menetapkan BUMDes berbadan hukum Koperasi dengan Penugasan

Khusus mengumpulkan basis data dan kebutuhan saprodi petani melalui RKP,

menyalurkan Saprodi kepada Petani, membeli Gabah Petani dan menjualnya ke

BULOG.

i. Pemerintah menugaskan BPS sebagai Otoritas untuk melaksanakan fungsi pengaturan,

pembinaan, verifikasi, dan pengendalian Basis Data Tunggal Pangan dan Pertanian

dengan menggunakan Aplikasi Mobile dan Sistem Informasi Teknologi Terpadu

bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia.

j. Pemerintah membentuk Tim Percepatan Pembangunan Kedaulatan Pangan untuk

melakukan pembinaan dan pengawasan di lapangan dipimpin langsung oleh Presiden

di Tingkat Pusat, Gubernur di Tingkat Provinsi dan Bupati/ Walikota di Tingkat

Kabupaten/ Kota.

3. Rekomendasi Usulan Strategi Menghadapi MEA melalui Peningkatan Daya Jangkau

Konten Sosialisasi Pemerintah dengan Komunikasi yang Terintegrasi

Proses integrasi ekonomi menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah dimulai pada

penghujung tahun 2015 lalu. Namun demikian berdasarkan survei Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dirilis pada Desember 2015, baru 25,9%

Page 55: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

51

masyarakat yang mengetahui apa itu MEA dan implikasinya terhadap kehidupan

mereka. Di antara responden survei tersebut yang berprofesi sebagai pelaku bisnis,

angkanya meningkat tipis menjadi 27,8%. Dengan kata lain, tingkat kepekaan

masyarakat dan pelaku bisnis kita terhadap MEA masih relatif rendah.

Oleh karena itu, KEIN mengusulkan agar pemerintah merumuskan sebuah regulasi di

tingkat di bawah Undang-Undang (karena sifatnya yang mengatur persoalan teknis)

untuk mewajibkan stasiun televisi baik nasional maupun lokal dapat memberikan slot

waktu tayang gratis untuk konten sosialisasi dari pemerintah terkait MEA dan konten

layanan masyarakat lainnya.

Salah satu dasar hukum bagi hal ini adalah sebagaimana dinyatakan dalam bagian

pembukaan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 bahwa “frekuensi

merupakan sumber daya alam terbatas dan kekayaan nasional yang harus dijaga dan

dilindungi oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat”, termasuk dalam hal ini adalah frekuensi yang digunakan oleh stasiun televisi

kita. Dengan kata lain, pemerintah memiliki posisi yang kuat untuk mengatur agar

stasiun televisi memberikan sebagian dari slot waktu tayangnya bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Ke depannya dengan kebijakan ini, berbagai program sosialisasi pemerintah dapat

dioptimalkan daya jangkaunya. Tidak hanya terkait MEA namun juga berbagai

kebijakan strategis dalam rangka mendukung proses Revolusi Mental yang sedang

dijalankan oleh pemerintah seperti kampanye penerapan nilai-nilai kejujuran, cinta

kebersihan, disiplin, dan lain-lain.

4. Rekomendasi untuk Sidang Kabinet Paripurna 7 April 2016

Beberapa pokok pikiran KEIN untuk Sidang Kabinet Paripurna, yang membahas

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) Tahun

2016 dan Penghematan Pagu Anggaran Tahun 2016, Program Prioritas dan Pagu

Indikatif dalam RKP 2017, Percepatan Kemudahan Berusaha (Ease of Doing

Business/EODB) dan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (One Map Policy).

a. Sampai dengan Triwulan I, KEIN optimis terhadap perkembangan perekonomian

Indonesia dengan outlook yang positif.

b. Melihat perkembangan ekonomi saat ini, baik global dan dalam negeri, pemerintah

perlu melakukan penyesuaian, terutama yang terkait dengan APBN 2016.

Page 56: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

52

1) Asumsi nilai tukar perlu direvisi, mengingat selama Triwulan I nilai tukar

rupiah mengalami penguatan terhadap nilai tukar US$. Kami berpendapat, akan

berkisar antara Rp 13.400 – Rp 13.500 (asumsi APBN 2016, Rp 13.900/US$)

2) Asumsi harga ICP diperkirakan 35-45 US$ per barrel (asumsi APBN 2016, 50

US$ per barrel)

3) Penerimaan diperkirakan tidak akan mencapai target, meskipun defisit APBN

2016 dimaksimalkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, oleh

karena itu perlu dilakukan penghematan belanja dengan pilihan kebijakan yang

berdampak minimal terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat dan

gini ratio.

c. Program prioritas RKP 2017 hendaknya diprioritaskan untuk program yang

menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan melalui :

1) Industrialisasi yang lebih fokus pada penggunaan bahan baku dalam negeri dan

menyerap tenaga kerja berpendidikan rendah (SD, SMP dan SMA).

2) Percepatan pembangunan infrastruktur yang terfokus dan mendukung

industrialisasi tersebut.

3) Peningkatan daya beli masyarakat dengan program stabilisasi harga pangan

yang konkrit dan komprehensif.

d. Dalam kaitannya dengan percepatan kemudahan berusaha, KEIN menyampaikan

sebagai berikut :

1) Menurut rilis Bank Dunia, Indonesia masih berada pada rangking 109 (sangat

rendah) dalam hal EODB, tetapi banyak lembaga internasional menempatkan

Indonesia sebagai tujuan investasi utama (UNCTAD dan JBIC), kedua hal ini

saling bertolak belakang.

2) Untuk itu, pemerintah perlu menyiapkan indikator ease of doing business versi

pemerintah yang menggambarkan perbaikan kemudahan berusaha yang telah

terjadi di Indonesia berdasarkan daerah dan sektor yang dipublikasikan secara

reguler baik di dalam maupun luar negeri.

e. Mendukung One Map Policy karena akan mempermudah dan memberikan

kepastian investasi bagi pelaku usaha.

5. Rekomendasi Pemikiran Awal Normalisasi (Menurunkan) Suku Bunga Untuk

Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Suku bunga kredit bank di Indonesia relatif tinggi, jauh dibanding negara-negara lain

baik di kawasan ASEAN maupun di antara negara-negara berkembang. Diperlukan

Page 57: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

53

strategi dan kebijakan terobosan yang dapat mendorong penurunan suku bunga

kredit bank agar dapat mendorong sektor riil. Dari kajian awal, KEIN berkesimpulan

bahwa saat ini yang terjadi adalah kekeringan likuiditas di perekonomian sehingga

bank harus berebut dana dan akibatnya muncul nasabah prioritas. Besarnya insentif

return yang ditawarkan Bank Indonesia telah menyebabkan “lazy bank” dan kredit

bukan menjadi pilihan utama bagi bank. Kesimpulan ini berkebalikan dengan Bank

Indonesia yang selama ini meyakini bahwa saat ini terjadi kelebihan likuiditas atau

excess liquiditas, berikut rekomendasi KEIN untuk mengatasi hal ini :

a. Perubahan paradigma atau mindset, harus diyakini bahwa perekonomian

Indonesia tidak sedang mengalami ekses likuiditas tetapi justru mengalami

kekeringan likuiditas, sehingga perlu kerangka kebijakan dan operasi moneter

yang bersifat ekspansif.

b. Diperlukan solusi perubahan kebijakan moneter dan fiskal yang dapat dilakukan

dengan cepat dan tidak memerlukan perubahan aturan perundangan serta tidak

menciptakan goncangan terhadap pasar.

c. Mekanisme perubahan kebijakan moneter yang diusulkan :

1) Bank Indonesia menghentikan untuk sementara semua instrumen moneter yang

memberikan return tinggi kepada bank (baik itu Sertifikat Bank Indonesia, Term

Deposit maupun Deposit Facility).

2) Langkah ini segera diikuti dengan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) oleh

pemerintah (terutama untuk pembiayaan strategis seperti : Bulog agar dapat

menyerap pangan dan dapat mengendalikan inflasi, maupun untuk pembiayaan

infrastruktur dan industrialisasi). Tujuan penerbitan SUN adalah untuk

menyerap dana perbankan yang selama ini ditempatkan di Bank Indonesia.

Dengan kebijakan ini pemerintah diperkirakan akan mendapatkan dana dalam

tahap awal sekitar Rp. 300 triliun (dana bank yang selama ini ada di BI) dan

manfaat penting lainnya adalah kepemilikan asing di SUN akan turun

signifikan.

3) Bila Bank Indonesia telah melakukan lelang pembelian SUN dari perbankan

maka langkah ini akan memulai rezim baru di Indonesia dimana suku bunga

akan ditentukan oleh pasar (bank). Selanjutnya di pasar juga akan ada

tambahan likuiditas secara bertahap dari pembelian SUN milik bank oleh Bank

Indonesia.

Page 58: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

54

4) Bank Indonesia diharapkan segera menyusun kerangka kebijakan moneter yang

baru dengan menggunakan instrumen ekspansi berdasarkan tingkat bunga

pasar (yang akan lebih rendah).

5) Bank Indonesia dan pemerintah menyusun tahapan dalam implementasi. Injeksi

likuiditas yang dilakukan secara terencana diiringi program-program

pembangunan yang tepat sasaran akan berdampak positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

6) Injeksi likuiditas (semacam program quantitative easing) oleh Bank Indonesia

akan membantu pendanaan APBN pemerintah sekaligus meningkatkan peran

investasi swasta dalam mendorong pertumbuhan.

6. Rekomendasi mengenai Pekebun Kelapa Sawit (PSI) Indonesia

Industri sawit Indonesia adalah salah satu industri andalan karena kontribusinya

terhadap pendapatan devisa di 2015 adalah sebesar US$ 18 milyar/tahun (12% dari

Total ekspor Indonesia di 2015).1 Indonesia adalah produsen Crude Palm Oil (CPO)

terbesar di dunia dan mempunyai keunggulan komparatif sekaligus kompetitif (ISPO).

Sementara itu ada fenomena menarik di mana telah lahir pengusaha Usaha Kecil dan

Menengah (“UKM”) di industri sawit sebagai produk dari reformasi. Walaupun di

Indonesia terdapat kelangkaan lahan, sebuah studi yang dilakukan oleh KPPU (Komisi

Pengawas Persaingan Usaha) RI di 2011 telah mengungkapkan bahwa ada

sekelompok Petani Sawit Independen(“PSI”) yang memiliki 3,5 juta hektar sawit

tertanam namun mereka masih mengalami kesulitan dalam memasarkan tandan

buah segar (“TBS”) karena tidak memiliki pabrik kelapa sawit tersendiri (“PKS”).

Menurut studi yang dilakukan KPPU tersebut, Pabrik Kelapa Sawit Tanpa Kebun

("PKS-TK") yang perlu dibangun adalah sebanyak 186 buah agar para PSI bisa

berkembang ke hilir.

Selain masalah pemasaran, para PSI tersebut juga mengalami masalah dalam

meningkatkan produktivitasnya yang rendah (cq. hanya 3,01 ton/hektar). Padahal

rata-rata produktivitas TBS kebun swasta besar adalah : 3.82 ton/hektar.2

Hasil evaluasi mengungkapkan bahwa pada garis besarnya persoalan pengembangan

PSI ada 3 (tiga) macam, yaitu:

a. Kebijakan PSI oleh Para Pemangku Kepentingan PSI yang TIDAK TERPADU; dan

Page 59: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

55

b. Para PSI belum mempunyai PKS sendiri bahkan masih sulit bekerja sama dengan

PKS-TK karena berbagai kendala yang ada di lapangan baik terkait peraturan

lama yang melarang pendirian PKS-TK (vide: pasal 10 Permentan No. 26/2007)

maupun persyaratan yang diatur dalam peraturan baru (cq. Permentan

98/2013).3 Padahal pasal 57 ayat 1 UU no.39/2014 telah mengatur :

Pemberdayaan Usaha Perkebunan khususnya dalam bentuk “Kemitraan Usaha

Perkebunan”.\

c. Kemampuan implementasi/eksekusi kebijakan/program serta alokasi sumber

daya dari para PSI yang tidak memadai.

Untuk mengatasi masalah ini maka diusulkan beberapa rekomendasi, antara lain :

a. Kebijakan Pemerintah perlu memihak kepada PSI sehingga mereka bukan hanya

benar-benar bisa mandiri tapi juga terus berkembang;

b. Kebijakan pemerintah agar dapat mempermudah pendirian PKS-TK sehingga bisa

menyerap TBS dari PSI sesuai dengan amanah Permentan No. 98/2013.

Permentan No. 98/2013 ini memungkinkan Koperasi PSI bisa ikut memiliki

saham di PKS-TK tersebut.

c. Untuk itu Pemerintah Pusat antara lain perlu melakukan :

1) Meminta pemerintah daerah (PEMDA) agar kepemilikan STD-B (Surat Tanda

Daftar Usaha Perkebunan Budidaya) vide: berdasarkan pasal 5 Permentan No.

13/2013) bagi PSI diberlakukan secara bertahap sehingga tidak terlalu

membebani PSI. PEMDA seyogyanya tidak menjadikan perolehan STD-B

tersebut sebagai prasyarat bagi investor PKS-TK untuk memperoleh perijinan

karena ini masuk ke ranah penegakan hukum yang seharusnya TIDAK

menjadi tanggung jawab swasta.

2) Untuk pengurusan STD-B agar tidak di bebani biaya-biaya yang memberatkan

(cq. Retribusi berkelanjutan).

d. Pembinaan dan upaya memfasilitasi dari Pemerintah agar manajemen Koperasi

PSI dapat dilakukan secara profesional dan sejalan dengan good corporate

governance sehingga PSI benar-benar mendapatkan kemanfaatan;

e. Kebijakan Pemerintah untuk juga memberikan fasilitas subsidi bunga bagi PSI

dan Koperasi PSI;

Page 60: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

56

f. Kebijakan Pemerintah dalam pemberian Sarana Produksi (Pupuk, benih, alat kerja

dll) serta bantuan teknis budi daya tanam sawit yang baik (Good plantation

practices) kepada PSI dan Koperasi PSI;

g. Kebijakan Pemerintah yang menjamin agar PSI mendapat peluang yang sama

dalam mendapatkan perluasan lahan sawit mereka;

h. Kebijakan dalam proses pengurusan alas hak atas lahan yaitu berupa sertifikasi

tanah milik PSI melalui PRONA. Program ini juga sesungguhnya akan menambah

tax payer base secara signifikan.

i. Memberikan seed capital kepada Koperasi PSI agar dapat dibentuk secara massal

dan professional.

j. Kebijakan Pemerintah Pusat agar mendorong bank-bank untuk membuka pintu

dalam pemberian kredit untuk pembangunan PKS milik Koperasi PSI atau PKS-

TK yang bekerjasama dengan Koperasi PSI.

k. Pemerintah perlu mengajukan kembali Rancangan Undang-undang (RUU)

Perkoperasian yang lebih moderen sehingga bukan hanya bisa mengatasi kendala

dan permasalahan yang menghambat perkembangan koperasi tapi juga sekaligus

memungkinkan koperasi untuk ikut bersaing dan berkembang di tengah

perekonomian moderen yang berbasis ICT (Digital economy).

l. Untuk pengawasan KSP dan KSU: KSP perlu di bawah pengawasan suatu otoritas

pengawasan yang dibentuk khusus untuk itu (semacam OJK). Sedangkan untuk

Koperasi Serba Usaha (KSU) bisa tetap beroperasi di bawah pengawasan

Kementerian KUKM.

m. Merevitalisasi lembaga semacam PRPTE (Program Rehabilitasi Proyek Tanaman

Ekspor).

7. Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Industri Mebel dan Kerajinan Dalam

rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi

Permasalahan yang dihadapi Industri mebel dan Kerajinan saat ini antara lain: (1)

Keterbatasan teknologi tepat guna, (2) Kurangnya SDM terampil dan terstandar, serta

inovasi produk yang belum maksimal, (3) Kurangnya dukungan pemerintah dalam

pemasaran dan melakukan penetrasi pasar, (4) Belum didukung oleh infrastruktur,

dan (5) Berbagai kebijakan pemerintah tidak mendukung daya saing.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut KEIN memberikan rekomendasi :

a. Menjamin pasokan bahan baku berkualitas dan juga bahan pendukung.

b. Peremajaan Mesin dan Penggunaan Teknologi Tepat Guna.

Page 61: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

57

c. Meningkatkan Kompetensi SDM dan Inovasi Produk.

d. Meningkatkan Dukungan Pemerintah di Bidang Pemasaran dan Penetrasi Pasar.

e. Dukungan permodalan dan program bantuan.

f. Membangun infrastruktur dan pelaksanaan kebijakan yang mendukung daya

saing.

8. Rekomendasi Pembentukan Kelembagaan Pendidikan Vokasi

Pendidikan vokasi belum menjadi solusi pengangguran, pendidikan vokasi (kejuruan)

belum mampu mengurangi gap penyediaan ketenagakerjaan yang dibutuhkan

industri, buktinya adalah tingkat pengangguran terbuka dari lulusan pendidikan

vokasi adalah yang tertinggi (9.84%). Data juga menunjukkan bahwa waktu tunggu

bekerja lulusan vokasi/SMK jauh lebih panjang daripada waktu tunggu bekerja

lulusan SMP dan SD. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah ketiadaan lembaga

yang mampu mengintegrasikan sektor swasta dan lintas Kementerian/Lembaga untuk

updating kurikulum, sertifikasi, standarisasi dan penyerapan lulusan pendidikan

vokasi. Selain itu permasalahan berikutnya adalah ketiadaan insentif bagi industri

untuk terlibat aktif dalam pendidikan vokasi yang lebih terstruktur dan masif.

KEIN merekomendasikan beberapa kebijakan mengenai hal ini, antara lain :

a. Pembentukan kelembagaan untuk mengintegrasikan Pihak Swasta dan Lintas K/L

dalam partisipasi pendidikan vokasi : penyusunan kurikulum dan penyerapan

lulusan vokasi.

b. Revitalisasi sertifikasi keahlian lulusan SMK dan standarisasi lembaga pendidikan

vokasi.

c. Pemberian insentif fiskal bagi industri.

9. Rekomendasi Bantuan Sosial Non Tunai yang Tepat Sasaran

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan KEIN, terdapat beberapa tantangan dan

permasalahan dalam menerapkan kebijakan Penyaluran Non Tunai Bantuan Pangan

dan Sosial yang diantaranya adalah :

a. Belum terbentuknya tim pelaksana terintegrasi.

b. Agen penyalur belum siap.

c. Belum ada pesan kunci yang ikut mendukung program.

d. Potensi munculnya konflik sosial akibat perubahan pola penyaluran.

e. Beban potensi kenaikan harga pangan.

f. Suplai bahan pangan belum bisa dipasok penuh oleh potensi lokal.

Page 62: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

58

KEIN merekomendasikan penyelesaian masalah, antara lain :

a. Menyempurnakan tim koordinasi raskin yang sudah ada.

b. Menetapkan agen penyalur beserta mekanisme kontrolnya.

c. Segera menentukan nama program dan melakukan sosialisasi ke-44 kota sasaran.

d. Perlu disegerakan pelaksanaan national payment gateway system.

e. Prioritas terhadap produsen lokal untuk suplai bahan pangan.

f. Stabilisasi harga komoditas dalam program (beras dan telur).

g. Perbaikan data raskin dan antisipasi perbedaan perlakuan antar daerah (penerima

raskin dan penerima voucher).

10. Rekomendasi Pengembangan Koperasi dan UKM

Permasalahan utama Koperasi dan UMKM di Indonesia adalah (1) Kompetensi

Sumber Daya Manusia, (2) Pembiayaan: Modal Sendiri dan Pinjaman, (3) Distribusi

dan Pemasaran, (4) Manajemen dan Teknologi, dan (5) Kelembagaan. Berdasarkan

permasalahan – permasalahn tersebut, KEIN memberikan rekomendasi strategi

pemecahan masalah Koperasi dan UMKM sebagai berikut :

a. Membangun kemampuan usaha Koperasi dan UMKM melalui pelatihan, loka

karya dan pendampingan dengan fokus pada: Usaha Kecil dan Usaha Menengah

sejumlah 700.000 unit usaha.

b. Kemitraan berbasis “Mata Rantai Bisnis” antara Usaha Besar dengan Usaha Kecil

dan Usaha Menengah.

c. Pencetakan wirausaha muda baru.

Target Pertama dalam 3 tahun ke depan :

a. Petani Kebun Sawit: 4,5 juta Ha dengan tenaga kerja (anggota keluarga): ± 20

juta orang.

b. 52.106 usaha menengah dalam tiga tahun.

c. Penjaringan dan penyaringan wirausaha muda.

11. Rekomendasi Langkah Strategis Menuju Pertumbuhan Ekonomi 7% yang Berkualitas

Tantangan dalam menuju pertumbuhan ekonomi 7% yang berkualitas diantaranya

adalah :

a. Struktur ekonomi rentan 56,86% di topang konsumsi rumah tangga.

b. Kinerja ekspor belum kuat.

c. Ruang fiskal terbatas.

d. “Inequality” masih tinggi dengan gini ratio sebesar 0,4.

Page 63: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

59

e. Sumber pembiayaan pembangunan terbatas.

f. Produktivitas dan daya saing rendah.

KEIN memberikan solusi jangka pendek diantaranya :

a. Mendorong konsumsi dengan menjaga laju inflasi tetap rendah dan menjaga

daya beli kelompok rumah tangga miskin.

b. Mendorong investasi dengan mengoptimalkan Kawasan Ekonomi Khusus dan

Kawasan Industri.

c. Mendorong ekspor dengan cara :

1. Meningkatkan jaringan promosi dan pemasaran ekspor untuk produk

inovatif dan komoditi potensial.

2. Melaksanakan dan memperluas skema pembiayaan bilateral dengan

mengefektifkan kerjasama lembaga pembiayaan ekspor antar negara.

d. Pengendalian impor dengan cara :

1. Mempermudah impor bahan baku untuk industri padat karya atau nilai

tambah tinggi.

2. Meningkatkan non tariff barrier untuk komoditas konsumsi dan memiliki

substitusi.

KEIN juga memberikan solusi jangka panjang diantaranya adalah :

a. Mendorong konsumsi dengan menciptakan lapangan kerja melalui proyek

pemerintah yang bersifat padat karya dan berbasis sumberdaya lokal.

b. Mendorong investasi dengan cara :

1. Mendorong pengembangan e-commerce.

2. Realokasi belanja modal ke luar Jawa .

3. Pemilihan prioritas industri.

4. Perencanaan terintegrasi; menyesuaikan proyek infrastruktur strategis untuk

menjawab kebutuhan industri.

5. Relaksasi fiskal terhadap industri prioritas yang padat karya/bernilai tambah

tinggi berbasis agro, sumberdaya alam dan maritim.

6. Mewajibkan perbankan untuk mengalokasikan minimal 20% dari kreditnya

untuk UKM.

c. Mendorong ekspor dengan cara

1. Peningkatan pengawasan ekspor komoditas tertentu untuk pengamanan

penerimaan devisa dan penerimaan negara yaitu untuk CPO, batu bara, serta

produk SDA lainnya.

Page 64: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

60

2. Mendorong ekspor melalui relaksasi perijinan, insentif untuk bahan baku

yang tidak tersedia di dalam negeri dan aktif mencari pasar baru tujuan

ekspor.

3. Mempercepat pelaksanaan multi moda, mengurangi biaya, waktu,

transparansi dan akuntabilitas di pelabuhan, serta optimalisasi peranan dry

port.

d. Pengendalian impor

1. Mengendalikan impor produk-produk yang berpotensi menurunkan daya

saing produk domestik di pasar dalam negeri.

2. Meningkatkan pengawasan peredaran barang impor di pasar lokal sesuai

dengan ketentuan SNI, labelisasi, karantina, dan HAKI.

Page 65: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

61

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA DARI WAKTU KE WAKTU

Setelah mengetahui capaian kinerja tahun 2016 berdasarkan perbandingan realisasi dan

target, maka agar kondisi tersebut dapat menjadi “pijakan” kinerja tahun-tahun

mendatang, perlu dilihat atau dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya.

Pada sub bahasan ini, pola membandingkan capaian kinerja adalah terhadap capaian

tahun lalu, capaian beberapa tahun kebelakang, dan keterkaitan dengan Standar Nasional

unit kerja pendukung (Kedeputian I), serta tindak lanjut hasil Evaluasi Laporan Kinerja

2016 oleh APIP (Aparat Pemeriksa Instansi Pemerintah) Inspektorat Kemenko Bidang

Perekonomian.

Tabel 9 Pengukuran Capaian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter Tahun 2014

Sasaran

Strategis

Indikator

Kinerja

Target

Realisasi

%

Program/

Kegiatan

Anggaran

Pagu Realisasi %

Meningkatnya

efektivitas

koordinasi

dan

sinkronisasi

kebijakan

fiskal dan

moneter.

Tersusunnya peraturan yang menunjang pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter.

5

Peraturan

5

Peraturan

100%

Koordinasi

Kebijakan

Bidang

Perekonomian

Rp.

10,5

milyar

Rp.

8.930.633.624

85,05%

Per 31

Desember

2014

Terkendalinya inflasi IHK yang lebih rendah dari inflasi nasional.

50%

56,1%

112,2%

Tercapainya

target

penyaluran

Kredit Usaha

Rakyat tahun

2014.

Rp. 37

Triliun

Rp. 37

Triliun

100%

Sumber : Laporan Realisasi Indikator Kinerja Utama Kedeputian I Tahun 2014.

Page 66: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

62

Tabel 10 Capaiam Indikator Kinerja Utama Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2015

SS Indikator Kinerja Target 2015

Realisasi s/d

Desember 2015

Kinerja Keterangan

(a) (b) (c) (d) (e)=(d) (f)

Terwujudnya koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan.

Presentase rekomendasi kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan.

80% 100% 100%

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan.

Presentase rekomendasi pelaksanaan kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan.

80% 100% 100%

Terwujudnya perluasan akses

pembiayaan bagi Usaha Mikro dan

Kecil (UMK).

Tercapainya target penyaluran Kredit

berpenjamin (Kredit Usaha Rakyat/KUR).

Rp. 20 Triliun)

Rp. 22,75 Triliun

113,75%

Catatan : Realisasi Januari - Desember 2015

Tabel 11 Capaiam Indikator Kinerja Utama Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2016

SS Indikator Kinerja Target 2016

Realisasi s/d

Desember 2016

Kinerja Keterangan

(a) (b) (c) (d) (e)=(d/c) (f)

Terwujudnya koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan.

Presentase rekomendasi kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan.

80% 100% 125%

1.

Rekomendasi terhadap penyusunan revisi PP Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu (Tax Allowance) - (Paket Kebijakan VII : Mendorong Industri Padat

Karya)

2.

Rekomendasi terhadap penyusunan RPP Perlakuan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai dari Pemberi Kerja dengan Kriteria Tertentu (Paket Kebijakan VII: Mendorong Industri Padat Karya)

3. Tersusunnya Basis Data Perekonomian (PANDURATA) yang Terbaharui secara Periodik

4. Tersusunnya Model Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Leading Economic Indicator

5. Rekomendasi Kebijakan terkait Pemberdayaan Pasca Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT)

6.

Surat Menko Perekonomian kepada Menteri Dalam Negeri perihal Permohonan Penerbitan Surat Edaran kepada Pemda Kabupaten/Kota, sebagai dasar pengurangan BPHTB

Page 67: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

63

7.

Peraturan Presiden No.82 tentangStrategi Nasional Keuangan Inklusif. Dokumen Strategi Nasional Keuangan Inklusif dipaparkan dihadapan Queen Maxima dalam kunjungan ke RI pada 30 Agustus 2016 s/d 1 September 2016

8.

Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat

9.

Tersusunnya Arahan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) atas Program Tahunan Privatisasi (PTP) Tahun 2016 melalui Keputusan Komite Privatisasi dalam rapat sirkuler Nomor: Rakor. 29.01.2016 tanggal 29 Januari 2016

10.

Tersusunnya Arahan Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) atas Privatisasi diluar PTP Tahun 2016 melalui surat Menko Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) Nomor: S-178/M.EKON/07/2016 tanggal 15 Juli 2016

Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan.

Presentase rekomendasi pelaksanaan kebijakan di

bidang ekonomi makro dan keuangan.

80% 100% 125%

1. Pengendalian pelaksanaan kebijakan fasilitas Tax Allowance

2. Rekomendasi tentang fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah

3.

Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) TPID tahun 2016 dan Penyampaian rekomendasi hasil Rakornas oleh Menko Perekonomian kepada Menteri/Pimpinan lembaga

4. Penyusunan Rekomendasi Penguatan Dasar Hukum Koordinasi Pengendalian Inflasi Nasional

5. Buku Kumpulan Peraturan Terkait Ease of Doing Business (EoDB)

6. Surat Deputi I Kepada Sekretaris Majelis Wali Amanat ICCTF Terkait Tanggapan dan Persetujuan Kegiatan ICCTF

7.

Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM Nomor S-110/M.EKON/05/2016 tanggal 13 Mei 2016 tentang Penyusunan Pedoman Pelaksanaan KUR Sektoral kepada 11 Menteri dan 2 Kepala Badan

8.

Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM nomor S-112/M.EKON/05/2016 tanggal 13 Mei 2016 tentang Fokus Penyaluran KUR kepada Gubernur Provinsi Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Papua Barat; Kementerian Keuangan; Kementerian Koperasi dan UKM; dan 19 Direksi Bank Pelaksana KUR

9. Pemberian Persetujuan PKLN PT PLN

10.

Masukan terhadap Permintaan Paraf Menko Perekonomian pada Rancangan Reraturan Pemerintah (RPP) Penyertaan Modal Negara (PMN) pada BUMN/Institusi dibawah Kementerian Keuangan

Terwujudnya perluasan akses

pembiayaan bagi Usaha Mikro dan

Kecil (UMK).

Tercapainya target penyaluran Kredit

berpenjamin (Kredit Usaha Rakyat/KUR).

Rp. 100 Triliun)

Rp. 95 Triliun

95%

1. Tahun 2016 Pemerintah telah memutuskan penyaluran KUR sebesar Rp. 100 Triliun

2. Kinerja target penyaluran KUR adalah 95%

Catatan : Realisasi Januari - Desember 2016

Page 68: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

64

Dari sisi anggaran capaian realisasi anggaran Tahun 2016 sedikit lebih rendah dari target

yang ditetapkan, yaitu sebesar 85,06% dari target sebesar 93%. Hal ini disebabkan karena

adanya tambahan anggaran pada program koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang

perekonomian, dengan sasaran program yang ingin dicapai dalam rangka menunjang

keberhasilan Kabinet Kerja untuk menentukan Kebijakan Ekonomi dan Industri Nasional

(KEIN). Latar belakang pembentukan KEIN adalah Pasal 1 Peraturan Presiden (Perpres)

Nomor 8 Tahun 2016 tentang Komite Ekonomi dan Industri Nasional mengamanatkan

untuk membentuk Komite Ekonomi dan Industri Nasional yang berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kebijakan yang dihasilkan KEIN akan

dilaporkan secara eksklusif kepada Presiden sehingga dalam pelaporan kinerjanya akan

dibuat terpisah dari LAKIP ini, meskipun secara anggaran menjadi salah satu output

dalam kegiatan/unit kerja Eselon II, Asisten Deputi Kebijakan Fiskal.

Tugas anggota KEIN meliputi : pengkajian terhadap permasalahan ekonomi dan industri

nasional, regional, dan global; menyampaikan saran tindak strategis dalam menentukan

kebijakan ekonomi dan industri nasional kepada presiden; dan melaksanakan tugas lain

dalam lingkup ekonomi dan industri yang diberikan Presiden. Dalam melaksanakan

tugasnya, KEIN berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait dan untuk membantu

pelaksanaan tugas KEIN, dibentuk kelompok-kelompok kerja (Pokja)yang terdiri dari 17

(tujuh belas) Pokja serta keanggotaan dan tata kerjanya ditetapkan oleh Ketua KEIN.

Adapun target rekomendasi yang ditetapkan dalam Rencana Kerja (Renja 2017) Deputi

Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan adalah menghasilkan 20 (duapuluh)

rekomendasi program yang diperkirakan memberikan dampak luas pada stakeholder,

yaitu 10 (sepuluh) rekomendasi dalam mencapai sasaran : Terwujudnya Koordinasi dan

Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro Keuangan; dan 10 (sepuluh)

rekomendasi untuk : Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan di Bidang

Ekonomi Makro dan Keuangan. Selain menghasilkan rekomendasi (output) bagi Eselon I

sebagaimana tersebut diatas, terdapat juga 3 (tiga) output kegiatan unit kerja Eselon II

yang menjadi nilai tambahan dalam capaian kinerja organisasi Deputi Bidang Koordinasi

Ekonomi Makro dan Keuangan. Meskipun fluktuasi beban kerja yang cenderung

mengalami peningkatan signifikan, namun belum seimbang dengan sumberdaya manusia

yang ada.

Disatu sisi capaian sasaran strategis ke-3 (tiga) bagi : Terwujudnya Perluasan Akses

Pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK), dapat dilaksanakan mendekati target

Page 69: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

65

yang telah ditetapkan. Penyaluran kredit berpenjamin KUR mencapai target yang

direncanakan sehingga memberikan dampak luas bagi masyarakat, baik berupa

meningkatnya modal kerja maupun perluasan kesempatan kerja. Dari Rp.100 Triliun

yang ditetapkan pada awal tahun, realisasi penyaluran KUR sampai akhir tahun

diestimasikan sebesar Rp.95,- Triliun (95%), hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi

unit organisasi Deputi Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan mengingat KUR sebagai

salah satu Program Nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam visi presiden dan

wakil presiden “Nawa Cita” yang sesuai dengan fungsi Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian yaitu lebih fokus memastikan terwujudnya pelaksanaan agenda prioritas 3

“membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

dalam kerangka Negara Kesatuan”, agenda prioritas 6 “meningkatkan produktivitas

rakyat dan daya saing di pasar internasional”, dan agenda prioritas 7 “mewujudkan

kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”.

D. REALISASI ANGGARAN

Pagu awal anggaran Tahun 2016 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan adalah sebesar Rp.12.300.000.000,- namun kemudian terjadi pemotongan dan

penghematan anggaran sehingga pagu anggaran 2016 menjadi hanya sebesar

Rp.7.547.647.000,-. Dengan realisasi pada akhir tahun sebesar Rp.7.325.208.984,- atau

97,05%, maka penyerapan aktual lebih tinggi dari yang ditargetkan sebesar 93%,

sehingga Selisih Lebih Antar Perhitungan Anggaran (SILPA) hanya sebesar

Rp.222.438.016,- atau 2,95%.

Sedangkan pagu awal anggaran Tahun 2016 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro

dan Keuangan dengan memperhitungkan tambahan anggaran KEIN adalah sebesar

Rp.49.322.000.000,- dan pagu setelah pemotongan dan penghematan anggaran menjadi

sebesar Rp.39.422.000.000,-. Adapun realisasi akhir tahun dengan memperhitungkan

penyerapan anggaran KEIN menjadi sebesar Rp.33.533.870.544,- atau 85,06%. Dengan

SILPA sebesar Rp.5.888.129.456,- atau 14,94%.

Page 70: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

66

Tabel 12 Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Anggaran 2016

No. Kegiatan Pagu Realisasi

Anggaran %

1 Kebijakan Bidang Fiskal 33.203.693.000,- 27.456.680.751,- 82,69%

2 Kebijakan Bidang Moneter Neraca Pembayaran

1.811.570.000,-

1.784.819.266,-

98,52%

3

Kebijakan Bidang

Pengembangan Ekonomi

Daerah dan Sektor Riil

1.092.252.000,-

1.034.134.713,-

94,68%

4 Kebijakan Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

2.161.182.000,-

2.141.422.957,-

99,09%

5 Kebijakan Bidang Badan Usaha Milik Negara

1.153.303.000,-

1.116.812.857,-

96,84%

Total Realisasi

39.422.000.000,- 33.533.870.544,- 85,06%

Bila dibandingkan dengan realisasi anggaran tahun 2015 maka terjadi kenaikan yang

signifikan dalam realisasi anggaran tahun 2016 pada unit organisasi Bidang Koordinasi

Ekonomi Makro dan Keuangan dengan memperhitungkan anggaran KEIN. Selain

kemampuan unit-unit eselon II memaksimalkan kegiatan-kegiatan dan programnya,

faktor yang mempengaruhi peningkatan realisasi itu disebabkan oleh kebijakan

Pemerintah Pusat untuk melakukan penghematan dan pemotongan anggaran tahun

2016. Penyerapan anggaran tahun 2016 mencapai Rp.33.533.870.544,- (85,06%)

dari pagu anggaran sebesar Rp.39.422.000.000,- dibandingkan dengan realisasi

anggaran tahun 2015 sebesar Rp.9.504.961.000 (76,04%) dari total pagu anggaran

sebesar Rp.12.300.000.000,-.

Page 71: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

67

Realisasi Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Tahun 2016

dalam kerangka biaya per sasaran yang dicapai ditunjukkan dalam tabel 14 sebagai

berikut :

Tabel 13 Realisasi Anggaran untuk Mencapai Sasaran (cost per outcome)

Sasaran Program

Jenis Kegiatan

Sasaran Kegiatan

Pagu

Realisasi

%

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi di bidang ekonomi makro dan keuangan Terwujudnya pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi makro dan keuangan Terwujudnya perluasan akses pembiayaan bagi UMKM

Rekomendasi hasil koordinasi, sinkronisasi dan sosialisasi

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang terkait dengan bidang ekonomi makro dan keuangan

35.438.463.000,-

29.670.418.101,-

83,72%

Rekomendasi Pengendalian Kebijakan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian pelaksanaan terkait dengan bidang ekonomi makro dan keuangan

3.060.322.000,-

2.954.617.569,-

96,55%

Rekomendasi hasil telaahan/ kajian

Terwujudnya rekomendasi pengendalian kebijakan yang terkait dengan bidang ekonomi makro dan keuangan

762.703.000,-

754.393.606,-

98,91%

Layanan dukungan admnistrasi kegiatan dan tata kelola

Terwujudnya layanan dukungan administrasi kegiatan dan tata kelola terkait dengan bidang ekonomi makro dan keuangan

160.512.000,-

156.731.268,-

97,64%

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut di atas, unit organisasi Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan didukung oleh 32 (tiga puluh dua) Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang terdiri dari : satu pejabat eselon I, empat pejabat eselon II, sepuluh pejabat

eselon III, tujuh pejabat eselon IV, dan sepuluh pelaksana. Meskipun belum seluruh bagan

organisasi terisi dengan pegawai organik, sumberdaya yang ada berupaya memenuhi

pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi dengan optimal.

Dengan keterbatasan dukungan sumberdaya, peralatan dan ruang yang ada, unit organisasi

juga berupaya memaksimalkan penggunaannya. Meskipun terdapat keterbatasan ruang,

kegiatan rapat dan pembahasan koordinasi, sinkronisasi, maupun pengendalian kebijakan

diutamakan dilakukan di dalam Lingkungan Kantor Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, adapun rapat-rapat di luar kantor dilakukan apabila ruang dan tempat rapat

yang tersedia sudah benar-benar tidak memungkinkan lagi (penuh terpakai oleh jadwal rapat

unit kerja lainnya).

Page 72: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

68

BAB IV

PENUTUP

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah instrumen yang

digunakan dalam penyusunan Laporan Kinerja unit-unit kerja di Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian dalam rangka memenuhi kewajiban mempertanggungjawabkan

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan visi dan misi organisasi yang terdiri dari berbagai

komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan stratejik, perencanaan kinerja,

pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja.

Laporan kinerja Deputi Bidang Kordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan merupakan

dokumen yang berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)

yang disusun dan disampaikan secara sistematik, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 12 tahun 2015, tentang Pedoman Evaluasi atas

Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja ini

merupakan laporan pertanggungjawaban kegiatan utama Kedeputian I yang dibuat untuk

menjadi bahan evaluasi dalam rangka perbaikan, penyempurnaan dan peningkatan kinerja

yang lebih baik, terukur, dan terarah.

Pertumbuhan ekonomi sebagai indikator ekonomi makro tahun 2016 tumbuh sebesar

5,04 persen. Hal tersebut didorong kuat oleh konsumsi rumah tangga, dan diikuti dengan

kenaikan jumlah investasi yang mulai meningkat. Pertumbuhan ini jauh lebih besar diatas

rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia dan negara-negara berkembang. Selain itu,

pertumbuhan ekonomi di Indonesia mampu menurunkan tingkat ketimpangan, kemisikinan,

dan juga pengangguran di Indonesia. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, tingkat

inflasi di Indonesia tetap dapat dijaga pada level 3,02 persen (year of year) pada tahun

kalender 2016, dan hal ini masih dibawa asumsi makro APBNP 2016 sebesar 4,0 persen.

Pengendalian inflasi tersebut didukung oleh penguatan koordinasi antara Pemerintah Pusat,

Bank Indonesia, serta Pemerintah Daerah.

Capaian kinerja Deputi I pada tahun 2016 menunjukkan hasil yang baik, terhadap

target yang telah ditetapkan pada awal tahun. Hal itu ditunjukkan dengan capaian indikator

Sasaran Strategis 1 : Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Ekonomi

Makro dan Keuangan mencapai 125%; Sasaran Strategis 2 : Terwujudnya Pengendalian

Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan yang mencapai 125%.

Namun demikian, suatu prestasi yang sangat baik dicapai dalam indikator Sasaran Strategis 3 :

Page 73: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

69

Terwujudnya Perluasan Akses Pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang mencapai

95% dari target yang ditetapkan. Masih banyak tantangan yang harus diwujudkan dimasa

mendatang yang harus segera disikapi dengan bentuk kerja nyata yang positif dan transparan.

Akhirnya dengan disusunnya Laporan Kinerja ini, diharapkan dapat memberikan

informasi yang tranparan kepada pimpinan dan seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan

fungsi serta kegiatan utama Kedeputian I, sehingga dapat menjadi umpan balik terhadap

peningkatan kinerja keasdepan dan kedeputian khususnya, serta berdampak signifikan

terhadap peningkatan kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sehingga dapat

digunakan sebagai bahan dalam merumuskan kebijakan pada masa yang akan datang.

Page 74: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

70

LAMPIRAN

Page 75: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

71

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan Target

Unit Organisasi

Pelaksana

2015 2016 2017 2018 2019

KEGIATAN-KEGIATAN

Koordinasi Kebijakan Bidang Fiskal Asdep Fiskal

1 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang fiskal

Indikator

Persentase rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang fiskal yang

ditindaklanjuti

85 80 100 100 100

2 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan bidang fiskal

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan di

bidang fiskal yang ditindaklanjuti

80 80 100 100 100

3 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya dukungan administrasi

kegiatan dan tata kelola di lingkungan

Deputi I

Indikator

Persentase hasil dukungan administrasi

kegiatan dan tata kelola di lingkungan

Deputi I

1

Lap

1

Lap

1

Lap

1

Lap

1

Lap

Koordinasi Kebijakan Bidang Moneter dan

Neraca Pembayaran

Asdep Moneter dan

Neraca Pembayaran

1 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang Moneter dan Neraca

Pembayaran

Page 76: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

72

Indikator

Persentase rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang Moneter dan Neraca

Pembayaran yang ditindaklanjuti

85 80 100 100 100

2 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan bidang moneter (inflasi)

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan yang

terkait dengan bidang Moneter (inflasi)

yang ditindaklanjuti

80 80 100 100 100

3 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan Kebijakan Remitansi, Pembiayaan

dan Asuransi TKI

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan yang

terkait dengan Kebijakan Remitansi,

Pembiayaan dan Asuransi TKI yang

ditindaklanjuti

80 80 100 100 100

Koordinasi Kebijakan Bidang Pengembangan

Ekonomi Daerah dan Sektor Riil

Asdep Pengembangan

Ekonomi Daerah dan

Sektor Riil

1 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang Ekonomi Daerah

dan Sektor Riil

Indikator

Persentase rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang Ekonomi Daerah

dan Sektor Riil yang ditindaklanjuti

90 80 100 100 100

Page 77: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

73

2 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan Pengembangan Ekonomi Daerah

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan

dengan pengembangan ekonomi daerah

yang ditindaklanjuti

80 80 100 100 100

Koordinasi Kebijakan Bidang Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan

Asdep Pasar Modal

dan Lembaga

Keuangan

1 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang PMLK

Indikator

Persentase rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang PMLK yang

ditindaklanjuti

85 80 100 100 100

2 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan bidang PMLK

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan di

bidang PMLK yang ditindaklanjuti

75 80 100 100 100

3 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan

Pembiayaan Usaha Mikro dan kecil

Indikator

Persentase hasil rekomendasi kebijakan

kebijakan KUR Mikro

80 80 100 100 100

Page 78: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan 2016

74

Koordinasi Kebijakan Bidang Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) Asdep BUMN

1 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang BUMN

Indikator

Persentase rekomendasi kebijakan yang

terkait dengan bidang BUMN yang

ditindaklanjuti

85 80 100 100 100

2 Sasaran Kegiatan

Terwujudnya rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan yang terkait

dengan bidang BUMN

Indikator

Persentase hasil rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan di

bidang BUMN yang ditindaklanjuti

75 80 100 100 100

Sumber : Renstra Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Page 79: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

QU

ICK

WIN

20

16

DE

PU

TI B

IDA

NG

KO

OR

DIN

AS

I EK

ON

OM

I MA

KR

O D

AN

KE

UA

NG

AN

Qu

ick W

in

: P

erc

ep

ata

n P

en

ya

lura

n K

red

it Usah

a R

akya

t (KU

R)

Pe

na

ngg

un

gJa

wab

:

De

puti B

idan

g K

oo

rdin

asi E

kon

om

i Ma

kro

dan

Keu

an

ga

n

An

gg

ara

n

: R

p 1

.000

.000

.000

(Sa

tu M

iliar R

up

iah

)

Krite

ria k

ebe

rha

sila

n :

1. J

um

lah p

lafo

n K

UR

yan

g d

isa

lurk

an

2. T

ing

kat k

red

it be

rma

sa

lah

(NP

L)

3. J

um

lah d

eb

itur y

an

g m

ene

rima

Tah

ap

Pers

iap

an

T

ah

ap

Imp

lem

en

tasi

Men

gu

ku

r (P

red

iksi)

Dam

pak

Peru

bah

an

A

ktiv

itas

T

arg

et

Realis

asi

Cara

M

en

gh

itun

g

Aktiv

itas

T

arg

et

Realis

asi

Cara

M

en

gh

itun

g

K

oord

inasi a

lokasi

pla

fon p

enyalu

ran

KU

R d

an k

riteria

calo

n d

ebitu

r KU

R

4 k

ali

kegia

tan

koord

inasi-

sin

kro

nis

asi

4 k

ali R

apat

Koord

inasi

Tin

gkat M

ente

ri 1) 2

8/1

/2016

Rakor K

UR

2) 1

1/2

/2016

Rakor K

UR

3) 1

5/4

/2016

Rapat

mekanis

me

pla

fon K

UR

4) 2

4/6

/2016

Rakor K

UR

Pela

ksanaan

dib

andin

g ta

rget

(dis

erta

i dengan

rekom

endasi

hasil tia

p

kegia

tan

ters

ebut)

P

engendalia

n

pela

ksanaan

Perm

enko 1

3

Tahun 2

015

tenta

ng

Pedom

an

Pela

ksanaan

KU

R

P

engendalia

n

pela

ksanaan

Perm

enko 9

T

ahun 2

016

tenta

ng

Pedom

an

Pela

ksanaan

KU

R

3 k

ali

monito

ring-

pengendalia

n

1 k

ali

(monito

ring

pela

ksanaan

KU

R d

i S

ura

karta

)

Pela

ksanaan

dib

andin

g ta

rget

(dis

erta

i dengan

rekom

endasi h

asil

tiap k

egia

tan

ters

ebut)

Penyalu

ran

pla

fon K

UR

2016 s

eb

esar

Rp 1

00 triliu

n

akan te

rcapai

100%

.

Jum

lah

debitu

r KU

R

menin

gkat.

Cakupan

sekto

r debitu

r K

UR

m

enin

gkat.

Jum

lah b

ank

dan L

KB

B

penyalu

r KU

R

sem

akin

m

enin

gkat.

Info

rmasi b

agi

calo

n d

ebitu

r K

UR

sem

akin

Koord

inasi d

an

sin

kro

nis

asi

akom

odasi e

ks.

Kre

dit P

rogra

m

5 k

ali

kegia

tan

koord

inasi-

sin

kro

nis

asi/

4 k

ali R

apat

Koord

inasi

Teknis

1) 1

1/1

/2016

Pela

ksanaan

dib

andin

g ta

rget

(dis

erta

i dengan

rekom

endasi

Sosia

lisasi

Pro

gra

m K

UR

2016 d

engan

pela

ksanaan

1 k

ali

so

sia

lisasi

6 k

ali s

osia

lisasi

1) 1

1/2

/2016 d

i B

andung

2) 1

8/2

/2016 d

i

Pela

ksanaan

dib

andin

g ta

rget

(dis

erta

i dengan

rekom

endasi h

asil

Page 80: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

kedala

m K

UR

3 k

ali

monito

ring-

pengendalia

n

Rapat

penggabu

ng

an K

KP

E

dlm

KU

R

2) 2

6/1

/2016

Rapat K

UR

sekto

ral e

ks

KK

PE

3) 2

3/3

/2016

Rapat p

lafo

n

KU

R e

ks

KK

PE

4) 2

1/6

/2016

Rapat K

UR

eks K

KP

E

hasil tia

p

kegia

tan

ters

ebut)

custo

mer

gath

erin

g

Sem

ara

ng

3) 3

/3/2

016 d

i S

ura

baya

4) 1

7/3

/2016 d

i M

edan

5) 2

3/3

/2016 d

i M

akassar

6) 2

9/3

/2016 d

i B

ali

tiap k

egia

tan

ters

ebut)

lengkap

dengan

pengem

banga

n S

IKP

on

line.

Koord

inasi d

an

sin

kro

nis

asi u

ntu

k

mem

berik

an

kesem

pata

n b

agi

Bank d

an/a

tau

Lem

baga

Keuangan B

ukan

Bank (L

KB

B),

dan k

opera

si

untu

k m

enja

di

penyalu

r KU

R

3 k

ali

kegia

tan

koord

inasi/

sin

kro

nis

asi/

2 k

ali

monito

ring-

pengendalia

n

5 k

ali R

apat

Koord

inasi

Teknis

1) 3

/2/2

016

Rapat

pem

bahasa

n p

enyalu

r K

UR

2) 2

2/2

/2016

Rapat

keik

uts

erta

an k

opera

si

dlm

KU

R

3) 1

5/3

/2016

Rapat

kepeserta

an

kopera

si d

lm

KU

R

4) 2

9/4

/2016

Rapat

kerja

sam

a

Bank,B

PR

,Kopera

si

5) 2

8/6

/2016

Rapat

kepeserta

an

kopera

si

Pela

ksanaan

dib

andin

g ta

rget

(dis

erta

i dengan

rekom

endasi

hasil tia

p

kegia

tan

ters

ebut)

7 b

ank p

enyalu

r

Bank B

RI

Bank M

andiri

Bank B

NI

Bank N

TT

Bank

Sin

arm

as

Bank

Maybank

Pela

ksanaan

dib

andin

g ta

rget

(dis

erta

i dengan

rekom

endasi h

asil

tiap k

egia

tan

ters

ebut)

Koord

inasi

penyia

pan S

iste

m

Info

rmasi K

redit

pro

gra

m (S

IKP

)

2 k

ali

kegia

tan

koord

inasi/

sin

kro

nis

asi/

4 k

ali

Pela

ksanaan

Kegia

tan

1) 1

9/1

/2016

Pela

ksanaan

dib

andin

g ta

rget

(dis

erta

i dengan

rekom

endasi

Work

shop S

IKP

1 k

ali K

ajia

n/

tela

ahan/F

GD

6 k

ali w

ork

shop

1) 1

1/2

/2016 d

i B

andung

2) 1

8/2

/2016 d

i

Pela

ksanaan

dib

andin

g ta

rget

(dis

erta

i dengan

rekom

endasi h

asil

Page 81: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

2 k

ali

monito

ring-

pengendalia

n

Rapat te

knis

S

IKP

2) 2

1/1

/2016

FG

D

Launchin

g

SIK

P

3) 2

7/4

/2016

Rapat S

IKP

4) 4

/5/2

016

Rapat

inte

gra

si

SIK

P

hasil tia

p

kegia

tan

ters

ebut)

Sem

ara

ng

3) 3

/3/2

016 d

i S

ura

baya

4) 1

7/3

/2016 d

i M

edan

5) 2

3/3

/2016 d

i M

akassar

6) 2

9/3

/2016 d

i B

ali

tiap k

egia

tan

ters

ebut)

De

sk

ripsi/N

ara

si L

ap

ora

n C

ap

aia

n Q

uic

k W

in:

Kre

dit U

sa

ha

Ra

kya

t (KU

R) d

en

ga

n s

ke

ma s

ub

sid

i bun

ga

tela

h d

isa

lurk

an

se

jak 1

4 A

gu

stu

s 2

015 d

en

ga

n s

uku b

ung

a 1

2%

. Se

jak ta

hu

n

201

6, K

UR

dis

alu

rka

n o

leh

7 b

ank p

en

ya

lur d

eng

an

su

ku

bu

ng

a 9

%. P

en

ya

lura

n K

UR

ters

eb

ut d

en

ga

n P

era

tura

n M

en

teri K

oo

rdin

ato

r

Bid

an

g P

ere

ko

no

mia

n N

om

or 8

tah

un

201

5 s

eb

ag

aim

an

a d

iuba

h m

en

jad

i Pe

ratu

ran M

en

teri K

oo

rdin

ato

r Bid

an

g P

ere

kon

om

ian N

om

or 1

3

tahu

n 2

015

tenta

ng

pedo

ma

n p

ela

ksa

na

an

KU

R. S

esu

ai d

eng

an

ara

ha

n P

resid

en

da

lam

Ra

pa

t kab

inet te

rba

tas ta

ng

ga

l 5 O

kto

be

r 20

15

,

targ

et p

enya

lura

n K

UR

tah

un

201

6 a

da

lah

seb

esa

r Rp

10

0-1

20

Triliu

n. D

ala

m ra

ngka

men

du

kun

g te

rcap

ain

ya

targ

et p

en

ya

lura

n K

UR

,

pe

me

rinta

h m

en

ga

loka

sik

an

dan

a s

ub

sid

i bun

ga

se

be

sa

r Rp

10

,5 T

riliun

.

Be

rda

sa

rka

n R

apa

t K

oo

rdin

asi

Ko

mite

K

eb

ijakan

K

UR

ta

ng

ga

l 28

D

ese

mbe

r 20

15

, p

ad

a ta

hun

20

16

d

ibu

ka

kese

mpa

tan

b

ag

i B

an

k

dan

/ata

u L

em

ba

ga

Ke

ua

ng

an

Bu

ka

n B

an

k u

ntu

k m

en

jad

i pe

nya

lur K

UR

de

ng

an

pe

rsya

rata

n y

ang

dia

tur d

ala

m P

erm

enko

8 T

ah

un

201

5

jo.

13

T

ahu

n 20

15

te

nta

ng

P

ed

om

an

P

ela

ksana

an

K

UR

ya

itu le

mb

ag

a ke

ua

ng

an

te

rseb

ut

ha

rus m

en

da

pa

tka

n re

ko

me

nd

asi

tingka

t

ke

seh

ata

n

da

ri O

JK

, m

em

iliki

on

line

sis

tem

de

ng

an

S

iste

m

Info

rma

si

Kre

dit

Pro

gra

m

(SIK

P),

dan

m

em

iliki

on

line

sis

tem

de

ng

an

Pe

rusa

ha

an

P

en

jam

in.

Be

rda

sa

rkan

pe

rsya

rata

n

ters

ebu

t, O

JK

te

lah

m

ere

ko

men

da

sik

an

23

b

an

k

(um

um

, sya

riah

, d

an

B

PD

), 4

pe

rusa

ha

an

pe

mb

iayaa

n, 1

PT

. PN

M (P

ers

ero

), da

n 1

1 B

an

k k

husu

s s

eba

ga

i pe

nya

lur K

UR

di s

ekto

r eks. K

KP

E (s

ekto

r eko

no

mi 1

da

n 2

).

Le

mba

ga

ke

ua

ng

an

ya

ng

tela

h m

end

ap

atk

an

rekom

en

da

si O

JK

ters

eb

ut, 2

5 d

ianta

ran

ya

tela

h lo

los p

rose

s o

nlin

e s

iste

m d

en

ga

n S

IKP

dan

15

ban

k te

lah

me

laku

ka

n P

erja

njia

n K

erja

sa

ma

Pe

mb

iayaa

n d

en

gan

Ku

asa

Pe

ng

gu

na

Ang

ga

ran

. Se

hin

gg

a s

am

pa

i den

ga

n J

uli 2

016

,

Pe

nya

lur y

an

g te

lah

dap

at m

en

ya

lurk

an

KU

R a

da

lah

15

lem

ba

ga

ke

ua

ng

an

(me

nin

gka

t 200

% d

ari ju

mla

h p

enya

lur K

UR

sa

mpa

i den

ga

n

31

De

se

mb

er 2

01

5).

Pe

nin

gka

tan

jum

lah p

en

ya

lur te

rseb

ut ju

ga

diik

uti d

en

ga

n tre

n p

ositif d

ala

m p

en

ya

lura

n K

UR

kep

ad

a m

asya

raka

t. Sa

mpa

i de

ng

an

30

No

ve

mbe

r 201

6, K

UR

ya

ng

be

rha

sil d

isa

lurk

an

se

be

sa

r Rp

87

,7 T

riliun

kep

ad

a 4

juta

de

bitu

r. Jik

a d

iliha

t da

ri se

ba

ran

pen

ya

lura

n K

UR

be

rda

sa

rka

n s

ke

man

ya

, KU

R M

ikro

me

milik

i penya

lura

n te

rting

gi y

aitu

seb

esa

r Rp

61

Triliu

n k

epa

da

3,8

juta

de

bitu

r (69

% p

en

ya

lura

n),

diik

uti d

eng

an

KU

R R

itel s

eb

esa

r Rp

26,5

Triliu

n k

ep

ad

a 1

88

ribu

de

bitu

r (30

% p

en

ya

lura

n), d

an

KU

R P

ene

mpa

tan

TK

I se

be

sa

r Rp

154

milia

r (1%

pe

nya

lura

n). D

eng

an

rata

– ra

ta p

en

ya

lura

n K

UR

seb

esa

r Rp 8

Triliu

n p

er b

ula

n d

an

deb

itur s

eba

nya

k 4

00

ribu

de

bitu

r pe

r

bu

lan

, ma

ka d

ipe

rkira

kan

tota

l pe

nya

lura

n K

UR

sam

pa

i de

nga

n 3

1 D

ese

mb

er 2

016

seb

esa

r Rp 9

5 triliu

n k

ep

ad

a 4

,4 ju

ta d

eb

itur.

Page 82: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

Se

jak ta

hu

n 2

015

, SIK

P te

lah d

apa

t me

nja

di a

lat b

antu

pe

mb

aya

ran

su

bsid

i bun

ga

KU

R d

an b

erh

asil m

em

ba

ya

r Rp 3

9 m

iliar ta

gih

an

su

bsid

i bun

ga

tah

un

201

5. S

am

pa

i den

ga

n N

ovem

be

r 201

6, ta

gih

an

sub

sid

i bu

ng

a y

an

g te

lah

terb

aya

r ad

ala

h s

eb

esa

r Rp

2,2

triliun

. Pada

tahu

n 2

01

6, fu

ng

si S

IKP

dik

em

ba

ng

ka

n m

en

jad

i ala

t mon

itorin

g d

an

eva

lua

si p

rog

ram

KU

R y

aitu

me

lalu

i mo

du

l pe

ng

un

gg

ah

an

da

ta c

alo

n

deb

itur K

UR

pe

r pro

vin

si o

leh

ma

sin

g –

ma

sin

g P

em

erin

tah D

ae

rah. P

eng

em

ban

ga

n fu

ngsi in

i dih

ara

pkan

ma

mp

u m

en

go

ptim

alk

an

kin

erja

Pro

gra

m K

UR

tahu

n 2

016

. Sa

at in

i tela

h d

idis

tribu

sik

an

use

rna

me

dan

pa

ssw

ord

kep

ad

a 2

11

Pem

erin

tah

Da

era

h y

an

g k

em

ud

ian

dap

at

dig

un

akan

un

tuk m

en

gu

ng

ga

h d

ata

ca

lon

deb

itur K

UR

da

ri UM

KM

bin

aa

nn

ya

se

rta m

ela

ku

ka

n m

onito

ring

pe

laksa

na

an

KU

R.

Page 83: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2016 · PDF fileDalam rangka mencapai target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan ... dihasilkan selanjutnya dijual dan disalurkan

aporanLDeputi Keuangan dan Makro konomiE Koordinasi idangB

6102 hunaT Kinerja