laporan aklimatisasi

19
BAB I PENDAHULUAN Tanaman anggrek merupakan salah satu tanaman berbunga yang banyak disukai oleh konsumen. Bunga tanaman anggrek sangat menarik karena sangat bervariasi dalam bentuk, warna, dan corak bunganya. Disamping itu bunga anggrek mempunyai keistimewaan dibandingkan bunga potong lainnya, karena dapat bertahan segar lama sebagai bunga rangkaian. Sebagai bunga dalam pot, bunga anggrek juga cukup lama bertahan tidak cepat layu, bahkan ada beberapa spesies tanaman yang dapat bertahan segar sampai satu bulan. Keanekaragaman anggrek membuat tanaman ini memiliki potensi untuk terus dikembangkan agar memiliki nilai ekonomi tinggi karena permintaan yang semakin meningkat. Permintaan anggrek luar negeri sampai tahun 2002 mencapai nilai US$ 1.756.156. Anggrek tersebut diekspor dalam bentuk bibit (botolan, kompot, dan individu), tanaman berbunga, maupun bunga potong. Berdasarkan bentuk pertumbuhanya, anggrek dibedakan menjadi anggrek monopodial dan anggrek simpodial. Anggrek monopodial adalah anggrek yang ujung batangnya memilikki pertumbuhan yang tidak terbatas, dengan pertumbuhan satu arah ke atas walaupun kadang muncul tunas baru pada bagian batangnya. Jenis anggrek yang termasuk anggrek monopodial adalah anggrek Vanda, Arachnis dan Phalaenopsis. Tipe pertumbuhan simpodial adalah anggrek yang

Upload: fauzan-nurachman

Post on 24-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

LAPORAN AKLIMATISASI

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKLIMATISASI

BAB I

PENDAHULUAN

Tanaman anggrek merupakan salah satu tanaman berbunga yang banyak disukai oleh

konsumen. Bunga tanaman anggrek sangat menarik karena sangat bervariasi dalam bentuk,

warna, dan corak bunganya. Disamping itu bunga anggrek mempunyai keistimewaan

dibandingkan bunga potong lainnya, karena dapat bertahan segar lama sebagai bunga rangkaian.

Sebagai bunga dalam pot, bunga anggrek juga cukup lama bertahan tidak cepat layu, bahkan ada

beberapa spesies tanaman yang dapat bertahan segar sampai satu bulan.

Keanekaragaman anggrek membuat tanaman ini memiliki potensi untuk terus

dikembangkan agar memiliki nilai ekonomi tinggi karena permintaan yang semakin meningkat.

Permintaan anggrek luar negeri sampai tahun 2002 mencapai nilai US$ 1.756.156. Anggrek

tersebut diekspor dalam bentuk bibit (botolan, kompot, dan individu), tanaman berbunga,

maupun bunga potong.

Berdasarkan bentuk pertumbuhanya, anggrek dibedakan menjadi anggrek monopodial

dan anggrek simpodial. Anggrek monopodial adalah anggrek yang ujung batangnya memilikki

pertumbuhan yang tidak terbatas, dengan pertumbuhan satu arah ke atas walaupun kadang

muncul tunas baru pada bagian batangnya. Jenis anggrek yang termasuk anggrek monopodial

adalah anggrek Vanda, Arachnis dan Phalaenopsis. Tipe pertumbuhan simpodial adalah anggrek

yang pertumbuhannya kesamping. Termasuk dalam anggrek simpodial adalah Dendrobium,

Bulbophuyllum, Coelogyne, Eria dan Cymbidium.

Anggrek dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Secara vegetatif dapat

dilakukan dengan pemisahan rumpun pada tanaman simpodial, stek batang pada tanaman

monopodial, dan dengan menggunakan keiki yaitu tunas yang sering tumbuh pada batang semu

tanaman anggrek Dendrobium sp. Perkembangbiakkan melalui kultur jaringan dapat dilakukan

secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif dengan biji sering dilakukan

secara in vitro atau kultur jaringan, karena biji anggrek tidak dapat tumbuh secara alamiah

kecuali bersimbiose dengan micorhiza.

Kultur jaringan dapat diartikan sebagai budidaya suatu jaringan tanaman sehingga dapat

tumbuh menjadi tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Budidaya jaringan juga

dinamakan budidaya in vitro, yaitu suatu budidaya serba steril, memakai media steril, bahan

Page 2: LAPORAN AKLIMATISASI

tanaman yang hidup tapi telah disteril, dan ditanam pada botol yang juga telah disteril. Dasar

teori kultur jaringan adalah teori totipotensi sel yang dikemukakan oleh Schwan dan Schleiden,

bahwa setiap sel memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi individu yang sempurna apabila

diletakkan pada lingkungan yang sesuai.

Beberapa keuntungan dari teknik kultur jaringan ini adalah (1) memperbanyak tanaman

lebih cepat dibandingkan metode lainnya, (2) memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak

dengan cara konvensional, (3) menghasilkan tanaman yang lebih kuat, bebas pathogen dan

penyakit lainnya, (5) pelaksanaanya dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa harus

mempertimbangkan musim.

Salah satu tahap dari metode kultur jaringan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah

masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali

kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu

tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanama autotrop.

Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal dengan aklimatisasi merupakan

masalah penting apabila membudidayakan tanaman menggunakan bibit yang diperbanyak

dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain :

1. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau ranting. Oleh

karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot sebenarnya telah

menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya.

2. Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi

lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar

didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman

dipaksa untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous (Adiputra, 2009).

Adapun kriteria planlet yang siap untuk diaklimatisasi adalah sebagai berikut:

a. Organ planlet lengkap ( akar, batang, daun )

b. Warna pucuk batang hijau mantap artinya tidak tembus pandang

c. Pertumbuhannya kekar

d. Akar memenuhi media

e. Ukuran tinggi tanaman 3 – 4 cm ( tergantung jenis tanaman )

f. Umur tanaman ( anggrek 4 bulan)

Page 3: LAPORAN AKLIMATISASI

Prosedur Aklimatisasi Secara Umum

1. Menyiapkan wadah

Wadah merupakan tempat yang berisi media tumbuh tanaman hasil kultur. Jenis wadah

yang dapat digunakan meliputi ; Pot terbuat dari tanah liat atau plastik, sabut kelapa tua,

tempurung kelapa tua dan batang pakis. Wadah yang digunakan harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. Harus memiliki lubang pembuangan air (draenase)

b. Harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembaban media tanam

c. Tidak mudah lapuk

d. Harus bersih dan bebas dari berbagai penyakit

e. Mudah diperoleh dan harganya murah

2. Menyiapkan media

Media merupakan tempat tumbuh dan berdiri tegaknya tanaman. Persyaratan Media

tanam Untuk aklimatisasi adalah :

a. Mampu mengikat air dan unsur hara secara baik

b. Harus memiliki kemampuan untuk menjaga kelembaban

c. Mempunyai aerasi yang baik

d. Tahan lama /Tidak mudah lapuk

e. Tidak menjadi sumber penyakit

f. Derajat keasaman (pH) 5 – 6

g. Mudah didapat dan harganya murah

Media yang biasa digunakan Untuk tanaman hasil kultur meliputi ; Pakis ( anggrek ),

Moss, Potongan kayu pinus, Arang sekam (pisang), Pasir steril ( Jati) dan Sabut Kelapa. Sebelum

digunakan media tersebut harus diseterilkan dengan cara disiram air panas agar serangga,

mikroba, serta biji-bijian gulma mati.

Page 4: LAPORAN AKLIMATISASI

3. Menyiapkan tempat

Tempat yang digunakan untuk memelihara tanaman hasil kultur harus mempunyai

Intensitas cahaya matahari : 35 – 45%, Suhu : malam 18-240 C, siang 21-320 C, Ketinggian

tempat : 0 – 700 mdpl, Kelembaban : 60 – 85% dan mempunyai Aerasi / sirkulasi udara.

Dalam memilih tempat harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. Lingkungan harus bersih dan bebas dari segala hama dan penyakit

b. Kondisi lingkungan disesuaikan dengan kondisi tanaman: suhu, kelembaban dan cahaya

4. Pemindahan planlet dari botol ke pot

Bibit yang masih ada di dalam botol dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan kawat

atau dengan memecahkan botol setelah dibungkus dengan kertas. Bibit kemudian dibilas

diatas tempat plastik berlubang sebelum disemprot dengan air mengalir untuk membersihkan

sisa media agar. Air yang masih menempel pada bibit ditiriskan dengan meletakkan bibit yang

sudah bersih di atas kertas koran. Bibit ditanam secara berkelompok dalam kompot

(community pot) dengan media tanam pakis, kemudian tempatkan di tempat teduh yang

memiliki sirkulasi udara yang baik. Setelah bibit tanaman dalam kompot berumur 1 - 1.5

bulan, bibit dapat ditanam secara individual pada pot tunggal (single pot) dengan

menggunakan media pakis atau sabut kelapa.

5. Pemeliharaan

Setelah tanaman tampak tegak dan sudah mulai tumbuh baik, sudah boleh diberi pupuk

dan fungisida. Pupuk diberikan lewat daun, dengan pupuk yang kandungan nitrogennya tinggi

(misal pupuk gandasil D, yang warnanya hijau). Pupuk & fungisida diberikan sekali

seminggu, dengan konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

TUJUAN

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara

(tahapan-tahapan) aklimatisasi anggrek hasil kultur jaringan.

Page 5: LAPORAN AKLIMATISASI

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

- Alat

- Pinset: mengambil planlet

- Hand sprayer: membasahi media tanam

- Gelas aqua: sebagai media tanam

- Kawat: melubangi gelas aqua (bagian bawah)

- Bahan

- Air: membasahi media dan bahan tanam

- Planlet: bahan tanam

- Sabut kelapa: media tanam

- Sterofoam: media tanam

- Fungisida: antioksidan untuk planlet

3.2 Cara Kerja

Lepaskan bibit dari media agar dan keluarkan bibit dar botol

Siapkan gelas aqua yang telah dilubangi bagian bawahnya

Isi gelas aqua dengan sterofoam dan sabut kelapa 1/3 gelas

Tanam bibit pada gelas aqua berdiritegak dengan menahan akar dengan sabut kelapa dan

beri fungisida

Tutup gelas aqua dengan gelas yang lain

Amati dan di hari ke2 buka gelas 25%, hari ke 6 50%, hari ke 14 75%, dan hari ke 21 buka

sungkup

Page 6: LAPORAN AKLIMATISASI

Dokumentasi tiap pengamatan

3.3 Analisa Perlakuan

Pertama menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Lepaskan bibit dari media dan

keluarkan bibit dari botol untuk ditanam. Letakkan bibit pada wadah berisi air agar terlepas

dari media agar. Selanjutnya gelas aqua yang teah dilubangi bagian belakangnya diisi

dengan sterofoam 1/3 dan sabut kelapa 1/3. Tanam bibit pada gelas aqua yang telah dibei

sterofoam dan sabut kelapa dengan berdiri tegak usahakan menahan akar dengan sabut

kelapa. Jangan menanam bibit terlalu dalam karena dapat menyebabkan bibit mati karena

busuk. Tutup/sugkup dengan gelas aqua yang lain. Amati dan dihari ke 2 dibuka 25%, hari

ke 6 50%, hari ke 14 75% an hari ke 21 buka 100%. Catat hasi setiap pengamatan dan

dokumentasikan

Page 7: LAPORAN AKLIMATISASI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Planlet Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati

1 V - V - V - V -2 V - V - V - V -3 V - V - V - V -4 V - V - V - V -

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatn aklimatisasi planlet anggrek yang dilakukan selama empat minggu

didapatkan hasil, pada planlet satu sampai planlet 8 anggrek dapat hidup atau tumbuh dari

minggu pertama sampai minggi ke empat. Akar tumbuh dengan baik yaitu akar dapat

memanjang tetapi sedikit kurus. Daun pada planlet satu dan dua ada yang mati. Pada planlet

ketiga dan keempat pada hari ke empatbelas dibuka 75% akar tersebut mengkerut.

Aklimatisasi adalah tahap akhir dari perbanyakan secara kultur jaringan. Dalam proses

perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu

tahap krisis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal. Menurut

Gunawan (2006). Aklimatisasi merupakan orises oengkondisisan planlet atau tunas mikro

(jika dilakukan secara ex-vitro) dilingkungan baru yang aseptic diluar botol, dengan media

tanah atau oakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam

dilapangan. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap yaitu dengan memberikan

sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama

penyakit. Karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit

dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara

bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama

dengan pemeliharaan bibit generative.

Pengamatan planlet yang kurang baik akan menyebabka kematian pada planlet (Marlina,

2004), dilihat dari keseluruhan planet satu sampai empat dapat tumbuh dengan baik, tidak

ada planlet yang mati, walaupun pada beberapa planlet terdapat daun yang mati. Hal yang

mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi yaitu media tanam. Media tanam yang digunakan

Page 8: LAPORAN AKLIMATISASI

pada praktikum ini adalah sabut kelapa. Sabut kelapa memiliki keunggulan dalam

penyerapan dan penyimpanan air ang dibutuhkan oleh planlet pada proses aklimatisasi

(Pierik, 2002)

Page 9: LAPORAN AKLIMATISASI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum TPB materi aklimatisasi anggrek dapat disimpulkan bahwa

aklimatisasi merupaka proses pengkondisian palnlet atau tunas mikro dilingkugan baru yang

aseptic di luar botol dengan media tanah atau pakis sekingga planlet dapat bertahan dan

terus menjasu bibt yang siap ditanam di lapangan. Dari hasil pengamatan aklimatisasi

anggrek yang dilakukan selama empat minggu anggrek dapat hidup atau tumbuh. Pertama

anggrek ditanam pada media sabut kelapa dan sterofoam kemudian disungkup. Sungkup

digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan seranga hama penyakit. Setelah bibit

mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan.

Pada planlet satu sampai planlet empat dapat tumbih dengan baik

Page 10: LAPORAN AKLIMATISASI

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, L.W. 2006. Teknik Kultur Jaringan. Pusat Antar Universitas Bioteknoligi. Institut

Pertanian Bogor: Bogor Hal 252.

Marlina, N. 2004. Teknik Modifikasi Media Murashige dan Skoog (MS) untuk Konservasi In

Vitro. Buletin Teknik Pertanian (1): 4-6.

Pierik, RLM. 2002. In Vitro Culture of Higher Plant. 4th Edition Kluwer Academic Publisher.

USA. Hal 16-17.

Page 11: LAPORAN AKLIMATISASI

DOKUMENTASI

Alat dan bahan

Letakkan gabus pada gelas aqua

Rendam sekam pada air panas Letakkan pada aqua

Ambil tanaman anggrek pada planket

Page 12: LAPORAN AKLIMATISASI

Rendam pada fungisidaTanamn pada media yang sudah

disiapkan

Tutup dengan gelas aqua

Pengamatan hari ke 2 dibuka 25% (3cm)

Pengamatan hari ke 3 dibuka 50% (5cm)

Page 13: LAPORAN AKLIMATISASI

Pengamatan hari ke 10 dibuka 75% (10cm) Pengamatan hari ke 14 dibuka 100%

Page 14: LAPORAN AKLIMATISASI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“Aklimatisasi Anggrek”

Nama : Dwi Saraswaty

NIM : 135040201111234

Kelompok : J2, Senin 10.15-11.35 WIB

Asisten : Ayu Reza Fahmilia

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015