laporan akhir penelitian analisis kesempatan kerja … 2016_ike... · 2017-01-17 · namun bila...

39
LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI KABUPATEN KULON PROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN PERTUMBUHAN SEKTOR BASIS (ANALYSIS OF SECTORAL EMPLOYMENT OPPORTUNITY IN KULON PROGO REGION PROVINCE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: SECTORAL- BASED GROWTH APPROACH) Peneliti I: Ike Yuli Andjani, Dra. M.Si Peneliti II: Anggi Rahajeng, SE., M.Ec DILAKSANAKAN ATAS BIAYA: DANA MASYARAKAT BERDASARKAN KONTRAK NO: 183/Dir/K/SV/2016 SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016

Upload: others

Post on 27-Jun-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI KABUPATEN KULON PROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

PENDEKATAN PERTUMBUHAN SEKTOR BASIS

(ANALYSIS OF SECTORAL EMPLOYMENT OPPORTUNITY IN KULON PROGO REGION PROVINCE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA:

SECTORAL- BASED GROWTH APPROACH)

Peneliti I: Ike Yuli Andjani, Dra. M.Si Peneliti II: Anggi Rahajeng, SE., M.Ec

DILAKSANAKAN ATAS BIAYA: DANA MASYARAKAT

BERDASARKAN KONTRAK NO: 183/Dir/K/SV/2016

SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA 2016

 

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL iHALAMAN PENGESAHAN iiIntisari iiiDaftar Isi iv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Rumusan Masalah 4 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 5 1.4 Landasan Teori 5 1.5 Tinjauan Pustaka 15 BAB II CARA PENELITIAN 25 2.1 Data Penelitian 25 2.2 Metoda Penelitian 25 2.3 Analisis Hasil 26 2.3.1 Metoda Analisi Shift Share 26 2.3.2 Metoda Analisis Location Quotient 28 2.3.3 Emplyoment Base Multiplier 30 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 31 4.1 Analisis LQ 31 4.2 Analisis Shift Share 32 4.3 Analisis Emplyoment Base Multiplier 33 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 34 4.1 Kesimpulan 34 4.2 Saran 35 Daftar Pustaka 36

 

 

 

 

 

 

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

INTISARI Penelitian ini menganalisis kesempatan kerja sektoral di Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY. Data penelitian ini adalah data sekunder, meliputi data PDRB sektoral dan jumlah angkatan kerja usia 15 tahun ke atas yang bekerja di 9 lapangan usaha Kabupaten Kulon Progo dan di Provinsi DIY tahun 2007-2014. Alat analisis yang digunakan adalah LQ, Shift Share, dan Emplyoment Base Multiplier. Hasil penelitian ini adalah pertama,dengan metoda LQ sektor basis Kabupaten Kulon Progo tahun 2007-2010 adalah (1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Jasa-Jasa. Sektor Basis tahun 2011-2014 dengan data 17 lapangan usaha adalah (1)Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Pengadaan air, Pengolahan Sampah dan daur Ulang, (4) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (5) Transportasi dan Pergudangan, (6) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan jaminan social wajib, (7) Jasa-jasa lainnya. Hasil perhitungan Shift Share menunjukkan bahwa National Growth Effect Provinsi DIY terhadap perekonomian Kulon Progo positif, Sektor-sektor yang kompetitif adalah (1) Pertanian, Hehutanan, dan Perikanan, (2) Listrik, Gas, dan Air bersih, dan (3) jasa-jasa. Sektor-sektor yang mempunyai bauran industri yang positif yaitu yang menunjukkan adanya keterkaitan antar sektor adalah (1) Perdagangan, Hotel dan Restoran, (2) Pengangkutan dan Komunikasi, (3) Keuangan, Persewaan, dan jasa perusahaan, (4) jasa-jasa. Hasil perhitungan Employment Base Multiplier sektor Basis tahun 2013 adalah 1,4 yang artinya setiap kenaikan kesempatan kerja disektor basis 100 % akan mengakibatkan kenaikan kesempatan kerja total 140 %, sedangkan Employment Base Multiplier tahun 2014 sebesar 1,09,88, kenaikan kesempatan kerja di sector basis 100% akan meningkatkan kesempatan kerja total sebesar 109,88%, sektornon basis hanya 9,88%. Kata Kunci: sektor basis, employment base multiplier, kesempatan kerja.

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka

memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Pengembangan suatu daerah dapat

disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-

masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk

membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak

daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan

kemauan pemerintah daerah. Pemerintah daerah bisa lebih mudah untuk

mengembangkan diri dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak

melanggar ketentuan perundang-undangan.

Pelaksanaan otonomi daerah, sebagai penerapan (implementasi) tuntutan

globalisasi yang sudah seharusnya lebih memberdayakan daerah dengan cara

diberikan kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab. Terutama

dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di

daerahnya masing-masing.

Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah antara lain adalah

membantu pemerintah pusat untuk beban-beban yang tidak perlu dalam menangani

urusan daerah. Dengan demikian pusat berkesempatan mempelajari, memahami,

merespon berbagai kecenderungan global dan mengambil manfaat daripadanya. Pada

saat yang sama pemerintah pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi pada

perumusan kebijakan makro (luas atau yang bersifat umum dan mendasar) nasional

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

yang bersifat strategis. Di lain pihak, dengan desentralisasi daerah akan mengalami

proses pemberdayaan yang optimal. Kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah

daerah akan terpacu, sehingga kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah

yang terjadi di daerah akan semakin kuat.

Berdasarkan uaraian Kewenangan pemerintah Provinsi dan pemerintah

Kabupaten yang tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004 di atas, ada beberapa

kewenangan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengendalian pembangunan

dan pelayanan dibidang ketenagakerjaan, penanggulangan masalah sosial dan 

penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial.  

Pertumbuhan ekonomi daerah sangat dipengaruhi oleh kuantitas maupun

kualitas sumberdaya yang dimilikinya, baik sumberdaya fisik (kekayaan alam)

maupun sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia tidak hanya jumlah penduduk

dan tingkat pendidikannya, namun juga pandangan hidup mereka, tingkat

kebudayaan, sikap atau penilaian mereka terhadap pekerjaan dan besar kecilnya

keinginan untuk memperbaiki diri secara kreatif dan otonom (Todaro, 2000, 46).

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional

dianggap sebagai faktor yang positif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah

tenaga kerja yang lebih besar berarti menambah jumlah tenaga produktif dan

pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti makin besar ukuran pasar

domestiknya. Namun demikian, pertumbuhan penduduk baik positif maupun negatif

bagi pembangunan ekonomi tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang

bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

kerja tersebut. Oleh karena itu, informasi mengenai kesempatan kerja secara sektoral

sangat diperlukan dalam menyusun perencanaan pembangunan ekonomi daerah.

Keberhasilan pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan pemerintah

daerah salah satu indikatornya dapat dilihat dari seberapa mampukah pemerintah

daerah berhasil menciptakan lapangan kerja bagi masyarakatnya. Penciptaan

lapangan kerja yang tinggi akan memberikan manfaat pada peningkatan daya beli

masyarakat sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kabupaten

Kulon Progo yang merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta juga memiliki kewenangan dalam otonomi guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya.

Jumlah Penduduk Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 sebanyak

416.209 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki 206.546 jiwa (49,05 persen) dan

penduduk perempuan 209.663 jiwa (50,95 persen). Dengan luas wilayah 58.627,54

km2, maka kepadatan penduduk Kabupaten Kulon Progo sebesar 663 jiwa per km2.

Penduduk merupakan modal penting dalam pelaksanaan pembangunan.

Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan

berbagai persoalan. Oleh karena itu, masalah pengendalian laju pertumbuhan

penduduk menjadi perhatian pemerintah.

Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan jumlah

penduduk yang masuk dalam pasar kerja. Jumlah pencari kerja baru pada tahun 2014

sebanyak 2.614 orang didominasi oleh lulusan SMA sederajad sebanyak 72,14%,

lulusan SLTP sebanyak 7,47%, lulusan SD sebanyak 1,37%, dan lulusan sarjana

muda (D1-D3) sebanyak 6,92% , serta 11,71% lulusan sarjana.

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Menurut Survei Angkatan kerja Nasional (sakernas) adalah penduduk usia 15

tahun ke atas yang dirinci menjadi penduduk yang termasuk angkatan kerja dan

bukan angkatan kerja. Pada tahun 2014 jumlah penduduk angkatan kerja angkatan

kerja sebesar 77,34% sedangkan sisanya merupakan penduduk bukan angkatan kerja

sebesar 22,66%. Dari jumlah penduduk yang bekerja, sebagian besar penduduk

bekerja di sektor pertanian sebanyak 50,02%, di sektor perdagangan, hotel, dan

restoran sebesar 16,42%, di sektor industri 12,07%, di sektor jasa kemasyarakatan,

social, dan perorangan sebesar 11,45%, dan yang bekerja di lima sektor lainnya

kurang dari 8,99% (pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas, dan air bersih,

kontruksi, pengangkutan dan komunikasi, serta lembangan keuangan dan jasa

lainnya).

Dari latar belakang ini peneliti akan menganalisis lebih dalam tentang analisis

ketersediaan tenaga kerja pada sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo dengan

mengangkat judul:

Analisis Kesempatan Kerja Sektoral Di Kabupaten Kulon Progo Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Pendekatan Pertumbuhan Sektor Basis

1.2 Rumusan Masalah

Tenaga kerja di Kabupaten Kulon Progo sebagian besar bekerja di sektor

Pertanian yaitu sebanyak 50,02%. Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor basis

yang merupakan sektor primer hanya memberikan kontribusi kurang lebih 20%

terhadap PDRB selama 3 tahun terakhir 2013-2015. Dengan kondisi tersebut ada

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

indikasi bahwa sektor basis tidak mempunyai pengganda kesempatan kerja yang tinggi

di Kabupaten Kulon Progo.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan sektor basis di Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY 2007-2014.

2. Menghitung Employment Base Multiplier sektor Basis.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada:

1. pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo untuk dijadikan bahan pertimbangan

untuk menyusun rencana pembangunan dan kebijakan dalam bidang

ketenagakerjaan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.

2. peneliti lain ataupun pembaca maupun pihak yang berkepentingan dalam

permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.4 Landasan Teori

1.4.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan. Pembangunan menentukan usaha pembangunan yang berkelanjutan dan

tidak memusnahkan sumberdaya asli, manakala teori dan model pertumbuhan yang

dihasilkan dijadikan panduan dasar negara. Walaupun tidak semua teori atau

modeldapat digunakan, namun perbincangan mengenai peranan faktor

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

pengeluarantermasuk buruh, tanah, modal dan pengusaha boleh menjelaskan sebab-

sebab berlakunya ketiadaan pembangunan dalam sebuah negara. Pada peringkat

awal,pendapatan perkapita menjadi pengukur utama bagi pembangunan. Walau

bagaimanapun, melalui perubahan masa, aspek pembangunan manusia dan

pembangunan berwawasan lingkungan semakin ditekankan. Pembangunan

berwawasan lingkungan melihat kepada aspek kebajikan generasi yang akan datang

melalui kehendak masa kini.

Proses pembangunan ekonomi dibagi menjadi 4 (empat) tahap sebagai berikut

( Arsyad, 1997: 24 ) :

Tahap pertama adalah proses perencanaan (ekonomi). Ditetapkan dan

diterjemahkan kedalam target kuantitatif untuk pertumbuhan, penciptaan kesempatan

kerja, distribusi pendapatan, pengurangan kemiskinan, dan lainnya.

Tahap kedua adalah mengukur ketersediaan sumber daya yang langka selama

periode perencanaan tersebut, misalnya: tabungan, bantuan luar negeri, penerimaan

pemerintah, penerimaan eksport, tenaga kerja yang terlatih, dan lainnya. Kesemuanya

itu bersama keterbatasan administrasi dan organisasi, merupakan kendala

(constraints) yang mengendalai kemampuan perekonomian tersebut untuk mencapai

target – targetnya.

Tahap ketiga, hampir semua dari upaya ekonomi ditujukan untuk memilih

berbagai cara (kegiatan dan alat) yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan

nasional. Pada tahap ini ditetapkan proyek – proyek investasi, seperti jalan raya,

jaringan irigasi, pabrik – pabrik, pusat – pusat kesehatan. Yang termasuk perencanaan

nasional : kebijaksanaan – kebijaksanaa harga, seperti nilai kurs, tingkat suku bunga,

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

upah, pengaturan pajak, atau subsidi yang semuanya ini merangsang perusahaan–

perusahaan swasta untuk mengembangkan tujuan–tujuan pembangunan nasional, dan

perubahan keuangan (perbankan) atau penataan kembali sektor pertanian, yang bisa

mengurang hambatan – hambatan untuk mengubah dan mendukung kegiatan–

kegiatan pembangunan lainnya.

Tahap keempat, perencanaan mengerjakan proses pemilihan kegiatan–

kegiatan yang mungkin dan penting untuk mencapai tujuan nasional (welfare

function) tanpa terganggu oleh adanya kendala– kendala sumber daya dan

organisasional. Hasil dari proses ini adalah strategi pembangunan (development

strategy) atau rencana yang mengatur kegiatan–kegiatan yang akan dilakukan selama

beberapa tahun (biasanya 5 tahun). (Arsyad, 1997: 24)

1.4.2 Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam

jangka panjang (Sukirno, 1996:13). Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui

bahwa pembangunan ekonomi berarti

adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat

menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses

pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat

berlangsung untuk jangka panjang. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk

meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan

tinggirendahnya pendapatan riil per kapita (Irawan dan M. Suparmoko, 1993:5).

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Arsyad (2010), mendefinisikan pembangunan ekonomi daerah sebagai suatu proses

dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang

ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta

untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

Pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, bukan hanya sekedar

bagaimana menaikan GNP per tahun saja. Pembangunan ekonomi dapat diartikan

sebagai kegiatan – kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan

kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan batasan tersebut maka

pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan

pendapatan perkapita penduduk suatu negara dapat meningkat dalam jangka panjang.

Maka dari definisi tersebut, pembangunan ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu

bahwa pembangunan ekonomi merupakan :

1. Suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus.

2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan per – kapita.

3. Kenaikan pendapatan per – kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka

panjang.

Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai proses agar saling

berkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor–faktor yang menghasilkan

pembangunan ekonomi sehingga dapat dilihat dan dianalisis. Dengan cara tersebut

bisa diketahui deretan peristiwa yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan

kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap ke tahap

berikutnya (Arsyad, 1997:11).

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan ekonomi, karena

pertumbuhan hanya meliputi kenaikan output produksi yang menyebabkan kenaikan

pada pendapatan, tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil

daripada tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur

ekonomi berlaku atau tidak. Jadi pembangunan selalu dibarengi dengan adanya

pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan.

Dengan demikian suatu perekonomian dapat dikatakan sedang berkembang apabila

pendapatan per–kapita menunjukkan kecenderungan (trend) jangka panjang yang

meningkat. Namun demikian tidak berarti bahwa pendapatan per – kapita akan

mengalami kenaikan terus menerus. Adanya resesi ekonomi, kekacauan politik, dan

penurunan ekspor misalnya, dapat mengakibatkan suatu perekonomian mengalami

penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika keadaan demikian hanya bersifat

sementara, dan kegiatan ekonomi secara rata – rata meningkat dari tahun ke tahun,

maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami pembangunan ekonomi.

Pengertian pembangunan ekonomi secara tidak langsung menyatakan bahwa

untuk melihat laju pembangunan suatu negara dan perkembangan tingkat

kesejahteraan masyarakatnya, maka tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

berkelanjutan merupakan salah satu syarat utama.

1.4.3 Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi

1. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Dalam pertumbuhan regional tidaklah semua sama dengan apa yang

dikemukakan pada pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini di sebabkan pada analisa

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

pertumbuhan ekonomi regional lebih ditekankan pada pengaruh perbedaan

karakteristik daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi

regional dan pertumbuhan ekonomi nasional juga mempunyai ciri yang sama, yaitu

memberi tekanan pada unsur waktu yang merupakan faktor penting dalam analisa

pertumbuhan ekonomi.

Pada pembangunan ekonomi regional memberikan tekanan pada unsur region,

maka faktor-faktor yang mejadi perhatian juga berbeda dengan apa yang ada pada

pertumbuhan ekonomi nasional. Pada teori pertumbuhan ekonomi nasional faktor-

faktor yang perlu diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan dan kemajuan

teknologi. Akan tetapi pada teori pertumbuhan ekonomi regional faktor-faktor yang

mendapat perhatian utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi dan arus lalu lintas

modal antar wilayah. Karena perbedaan faktor-faktor tersebut maka analisa

pertumbuhan ekonomi regional berbeda dengan teori-teori dalam menganalisa

pertumbuhan ekonomi nasional.

Teori-teori yang dapat digunakan dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi regional

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Teori lokasi

Terdapat tiga kelompok dalam pemaparan tentang teori lokasi. Kelompok

pertama sering dinamakan sebagai pembela prinsip-prinsip Least Cost Theory, yang

menekankan analisa pada aspek produksi dan mengabaikan unsur pasar dan

permintaan. Analisa dari aliran Least Cost Theory didasarkan pada asumsi pokok

antara lain : a) lokasi pasar dan sumber bahan baku telah tertentu, b) sebagai bahan

baku adalah Localized materials, c) tidak terjadi perubahan teknologi, d) ongkos

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

transport tetap untuk setiap kesatuan produksi dan jarak. Kelompok kedua dinamakan

Market Area Theory dimana faktor permintaan lebih penting artinya dalam pemilihan

lokasi. Teori ini disusun atas dasar beberapa asumsi utama yaitu: a) konsumen

tersebar secara merata ke seluruh tempat, b) bentuk persamaan permintaan dianggap

sama, c) ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak adalah sama.

Kelompok yang ketiga dinamakan Bid Rent Theory, dimana pemilihan lokasi

perusahaan industri lebih banyak ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk

menyewa tanah. Teori ini lebih banyak berlaku di daerah perkotaan yang harga sewa

dan tanah sangat tinggi. Teori ini juga disusun atas dasar beberapa asumsi tertentu

yaitu : a) terdapat seluas tanah yang dapat dimanfaatkan dan tingkat kesuburan yang

sama, b) ditengah tanah tersebut terdapat sebuah pusat produksi dan konsumsi, c)

ongkos angkut sama untuk setiap kesatuan jarak produksi, d) harga barang produksi

juga sama untuk setiap jenis produksi, e) tidak terjadi perubahan teknologi (Esmara,

1985 : 327 ).

Teori lokasi ini pada intinya mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang

dapat meminimumkan biaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan industri pada

umumnya terletak di mana permintaan terkonsentrasi (pasar) atau pada sumberbahan

baku. Alasan ini adalah bila suatu perusahaan industri memilih lokasi pada salah satu

kedua tempat tersebut, maka ongkos angkut untuk bahan baku atau hasil produksi

akan dapat diminimumkan dan keuntungan aglomerasi yang timbul dari adanya

konsentrasi perusahaan pada suatu lokasi akan dapat dirasakan manfaatnya

(Arysad,1999:117 ).

b. Teori Basis Ekonomi

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Teori ini didasari dari sudut teori lokasi, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi

suatu daerah akan banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi yang selanjutnya

dapat digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi

tersebut umumnya berbeda-beda setiap daerah tergantung pada letak geografis daerah

yang bersangkutan. Hal ini berarti untuk dapat meningkatkan pertumbuhan suatu

daerah, strategi pembangunannya harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang

dimilikinya dan tidak harus dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.

Model basis ekonomi menyederhanakan perekonomian menjadi dua sektor, yaitu

sektor basis dan bukan basis. Kegiatan sektor basis adalah kegiatan yang mengekspor

barang dan jasa keluar perekonomian atau memasarkan barang dan jasa kepada

mereka yang datang dari luar perekonomian yang bersangkutan.

Dengan demikian sektor basis berperan sebagai faktor penggerak utama,

dimana setiap perubahan yang terjadi dalam aktivitas ekonomi tersebut akan

menimbulkan dampak multiplier terhadap pertumbuhan perekonomian suatu wilayah.

Disisi lain sektor non basis adalah kegiatan sektor yang menyediakan barang atau jasa

yang dibutuhkan aleh masyarakat atau oleh sektor ekonomi basis yang berada dalam

batas perekonomian wilayah.

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menurut model basis ekonomi

ditentukan oleh kemampuan suatu daerah tersebut melakukan ekspor berupa barang

atau jasa termasuk tenaga kerja. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan maju

mundurnya sektor basis. Kemajuan antara lain disebabkan oleh perkembangan

jaringan transportasi, perkembangan permintaan dan pendapatan dari wilayah lain,

perkembangan teknologi dan prasarana lainnya. Sedangkan kemunduran sektor basis

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

disebabkan oleh perubahan permintaan dari luar wilayah, habisnya cadangan sumber

daya alam yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan dari perkembangan teknologi

(Yasri, 1994: 9 ).

Strategi pembangunan yang dapat dilaksanakan adalah penekanan terhadap

arti penting bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional

maupun internasional. Kebijakannya mencakup pengurangan hambatan dan batasan

terhadap perusahaan-perusahaan yang beorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan

di daerah tersebut.

Faktor-faktor penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi regional adalah

berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.

Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk

tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan

penciptaan peluang kerja/kesempatan kerja (Arsyad, 1999 : 116 )./

c. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral menganggap bahwa ada semacam hirarki tempat. Setiap

tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang memyediakan

sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu

pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik

didaerah perkotaan maupun didaerah pedesaan (Arysad, 1999 : 117). Dampak dari

adanya tempat sentral ini adalah aglomerasi industri. Keuntungan dari adanya

aglomerasi industri ini adalah : pertama yaitu semacam keuntungan yang dapat timbul

karena pusat pengembangan memungkinkan perusahaan industri yang tergabung di

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

dalamnya beroperasi dengan skala besar, karena adanya jaminan sumber bahan baku

dan pasar. Kedua, yaitu adanya saling keterkaitan antar industri sehingga kebutuhan

bahan baku dan pemasaran dapat di penuhi dengan mengeluarkan ongkos angkut

yang minimum. Ketiga, yaitu timbulnya fasilitas sosial dan ekonomi dapat digunakan

secara bersama sehingga pembebanan ongkos masing-masing perusahaan industri

dapat dilakukan serendah mungkin (Esmara,1985:336 ).

Untuk mempelajari apakah suatu sektor ekonomi merupakan sektor basis atau non

basis dalam suatu wilayah dapat digunakan metode pengukuran langsung metode

pengukuran tidak langsung ( Glasson, 1974 dalam Yasri, 1994 : 9 ). Metode

pengukuran langsung dilakukan melalui survey secara langsung dalam

mengidentifikasi sektor mana yang basis dan mana yang non basis. Melalui

pendekatan ini dapat ditentukan sektor basis maupun non basis secara tepat, tetapi

dalam pelaksanaannya memerlukan dana dan sumber daya yang besar. Atas dasar ini

para pakar ekonomi regional merekomendasikan penggunaan metode pengukuran

tidak langsung yaitu menggunakan kuosien lokasi ( Locational Quotient ).

2. Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis

pembangunan daerah, karena teori ini tidak memiliki dimensi spesial yang signifikan.

Teori ini memberi dua konsep dalam pembanguna ekonomi daerah yaitu

keseimbangan dan mobilitas faktor produksi. Artinya system perekonomian akan

mencapai keseimbangan alamiah jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan. Oleh

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang tinggi menuju ke daerah yang lebih

rendah (Arysad, 1999 ; 116 ).

1.5. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yaitu penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui: potensi perekonomian, sektor perekonomian basis,

sektor perekonomian yang masih kurang potensial dan strategi apakah yang akan

digunakan untuk meningkatkan sektor perekonomian yang kurang potensial menjadi

sektor perekonomian andalan suatu daerah.

Berikut hasil penelitian terdahulu yang menjadi tinjauan pustaka bagi penelitian ini :

1. Dwi Setiawan

Penelitian berjudul “ Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Kabupaten

Kebumen dengan Pendekatan Pertumbuhan Sektor Basis” tahun 2013 dengan

menggunakan data sekunder runtut waktu tahun 2002-2011. Penelitian dilakukan

untuk mengetahui sektor-sektor basis yaitu sektor yang memiliki kesempatan kerja

lebih dari cukup dan besarnya pertambahan lapangan kerja total sebagai akibat

adanya pertambahan dilapangan kerja sektor basis; besarnya kontribusi kesempatan

kerja di kabupaten Kebumen terhadap laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi

Jawa Tengah dengan bauran industry dan keunggulan kompetitif yang dimiliki;

banyaknya lapangan kerja non baisis yang tersedia untuk satu lapangan kerja di

sektor basis.

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Adapun data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk

Domestik Regional Bruto ( PDRB ), data tenaga kerja di Kebumen dan data tenaga

kerja di Jawa Tengah. Penggunaan dua jenis data PDRB dan tenaga kerja dalam

perhitungan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk melihat potensi sektor di

Kebumen ditinjau dari sisi PDRB dan tenaga kerjanya. Dari data yang diperoleh

dianalisis dengan alat analisis Locational Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA )

yang kemudian keduanya digabungkan. Selanjutnya menghitung nilai pengganda

basis lapangan kerja untuk melihat besarnya perubahan kesempatan kerja di sektor

basis.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sektor unggulan Kabupaten Kebumen tahun

2002-2009 memiliki 2 sektor unggulan yaitu sektor pertanian dan jasa-jasa, tetapi

tahun 2011 hanya memiliki satu sektor unggulan, yaitu pertanian, secara keseluruhan

penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kebumen mengalami peningkatan di sektor-

sektor non basis, sedangkan di sektor basis cenderung mengalami penurunan.

2. Puri Wuryandani

Penelitian berjudul “ Analisis Potensi Ekonomi Sektoral Propinsi Jawa

Tengah Tahun 1993 – 2000 “, yang berisi perhitungan untuk menentukan potensi

ekonomi daerah khususnya daerah Jawa Tengah yang menggunakan data sekunder

dengan runtut waktu ( time series ) mulai tahun 1993 sampai dengan tahun 2000.

Adapun data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk

Domestik Regional Bruto ( PDRB ), data tenaga kerja di Jawa Tengah dan data

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

tenaga kerja di Indonesia. Penggunaan dua jenis data PDRB dan tenaga kerja dalam

perhitungan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk melihat potensi sektor di

Propinsi Jawa Tengah ditinjau dari sisi PDRB dan tenaga kerjanya. Dari data yang

diperoleh dianalisis dengan alat analisis Locational Quotient ( LQ ) dan Shift Share (

SSA ) yang kemudian keduanya digabungkan.

Hasil penelitian tersebut menuujukkan bahwa yang menjadi sektor basis di Jawa

Tengah ditinjau dari sisi PDRB adalah Pertanian, Industri Pengolahan,

Perdagangan,hotel dan restoran, jasa- jasa, sementara jika ditinjau dari sisi tenaga

kerja maka yang menjadi sektor basis adalah Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel

dan restoran serta sektor Jasa-jasa.

Berdasarkan hasil analisis data, saran-saran yang dapat digunakan adalah karena

sektor pertanian semakin lama kontribusinya semakin kecil baik dari sisi PDRB

maupun tenaga kerja maka diperlukan perhatian yang serius dan diperlukan

pembenahan terutama dalam hal teknologi yang berkaitan dengan sektor pertanian,

sementara sektor Industri Pengolahan semakin lama kontribusinya semakin

meningkat terutama dalam hal penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini menunjukkan

bahwa Propinsi Jawa Tengah mulai beralih dari masyarakat agraris menuju

masyarakat industri.

3. Handayani Astuti

Dengan judul penelitian Analisis potensi sektor ekonomi kota dan kabupaten di

propinsi daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan pembangunan di era

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

otonomi daerah. Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui

gambaran kontribusi sektoral terhadap

PDRB dan laju pertumbuhan PDRB secara sektoral dari tahun 1998-2001, yang

kedua untuk mengetahui sektor-sektor yang menjadi basis perekonomian di masing-

masing kota dan kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam

melaksanakan pembangunan di era otonomi daerah ditinjau dari PDRB, dan yang

ketiga untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi potensial, agar mampu

dikembangkan menjadi sector basis oleh masing-masing kota dan kabupaten di

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini yaitu

selain agar dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran dan bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan oleh instansi-instansi terkait, juga diharapkan dapat

dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Dari hasil analisis data diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi sektoral Kota

Yogyakarta dan Kabupaten Sleman mendapat kontribusi terbesar dari Sektor

Pedagangan, Hotel, dan Restoran, dan laju pertumbuhan tertinggi di Sektor Industri

Pengolahan. Kontribusi terbesar Kabupaten Bantul berasal dari Sektor Pertanian,

sedangkan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Listrik, Gas, dan Air

Bersih. Kabupaten Gunung Kidul mendapat kontribusi terbesar dari Sektor Pertanian,

dan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Jasa-jasa. Kontribusi

terbesar Kabupaten Kulon Progo diperoleh dari Sektor Pertanian, dan laju

pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Industri Pengolahan. Menjawab

permasalahan kedua diketahui bahwa Kota Yogyakarta memiliki basis perekonomian

pada: (i) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (ii) Sektor Perdagangan, Hotel dan

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Restoran; (iii) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (iv) Sektor Keuangan; (v)

Sektor Jasa-jasa. Kabupaten Sleman memiliki basis perekonomian pada: (i) Sektor

Industri Pengolahan; (ii) Sektor Bangunan; (iii) Sektor Perdagangan, Hotel, dan

Restoran; (iv) Sektor Keuangan.Kabupaten Bantul memiliki basis perekonomian

pada: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Industri Pengolahan, (iii) Sektor Bangunan; (iv)

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Kabupaten Gunung Kidul memiliki basis

perekonomian pada: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Pertambangan dan Galian; (iii)

Sektor Bangunan. Kabupaten Kulon Progo memiliki basis perekonomian pada Sektor

Pertanian dan Sektor Jasa-jasa. Sedangkan sektor-sektor potensial yang dapat

dikembangkan di Kota Yogyakarta adalah Sektor Industri Pengolahan dan Sektor

Bangunan. Sektor-sektor potensial di Kabupaten Sleman adalah : (i) Sektor Pertanian;

(ii) Sektor Jasa-jasa; (iii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iv) Sektor

Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor Pertambangan dan Galian. Sektor

potensial Kabupaten Bantul berada di (i) Sektor Pertambangan dan Galian; (ii) Sektor

Jasa-jasa; (iii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iv) Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi; (v) Sektor Keuangan. Sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan

di Kabupaten Gunung Kidul adalah : (i) Sektor Industri Pengolahan; (ii) Sektor

Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iii) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iv)

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor Keuangan, (vi) Sektor Jasa-jasa.

Sektor-sektor potensial yang ada di Kabupaten Kulon Progo adalah : (i) Sektor

Listrik, Gas, dan Air Bersih, (ii) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iii)

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (iv) Sektor Keuangan.

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Saran yang dapat diberikan guna tercapainya tujuan pembangunan di kota dan

kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu: pengoptimalisasian

pengembangan sektor-sektor potensia tanpa mengabaikan sektor basis yang telah ada,

kedua mempromosikan potensi masing-masing daerah guna menarik investor baik

dari luar negeri ataupun dari luar daerah, yang ketiga adalah penerangan dan

penyuluhan kepada masyarakat tentang pembangunan di era otonomi daerah, dan

mengarahkan masyarkat untuk lebih aktif dalam usaha- usaha yang berada di lingkup

sektor basis dan sektor potensial, dan yang kekempat yaitu perlu adanya penelitian

yang lebih lengkap dengan analisis yang lebih canggih.

4. Ike Yuli Andjani & Adi Irawan

  Dengan Judul “ Perbandingan Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Bantul

dengan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2006-2009” Menggunakan pendekatan

Analisis Shift Share, Location Quotient dan Tipologi Klasen.

Tujuan Penelitian ini adalah (1) Perkembangan potensi ekonomi kabupaten

Bantul dan Kabupaten Kulon Progo, (2) Sektor-sektor unggulan antara kabupaten

Bantul dan Kabupaten Kulon Progo,(3) Sektor-sektor perekonomian yang masih

kurang potensial untuk lebih ditingkatkan, (4) perbandingan potensi ekonomi antara

Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo.

Data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk Domestik

Regional Bruto ( PDRB ) Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Provinsi

DIY. Penggunaan data PDRB ketiga daerah dalam perhitungan potensi ekonomi

daerah ditujukan untuk melihat potensi sektor di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

ditinjau dari sisi PDRB. Dari data yang diperoleh dianalisis dengan alat analisis

Locational Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA ) dan Tipologi Klasen yang

kemudian digabungkan.

Dari penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan potensi ekonomi di Kabupaten Bantul maupun Kabupaten

Kulon Progo dari tahun ketahun terus meningkat, namun tidak pada semua

sektor ataupun sub sektor,

2. Sektor unggulan Kabupaten Bantul dan Kabuparen Kulon Progo

Dari hasil analisis menggunakan metode Shift Share di Kabupaten Bantul dan

Kabupaten Kulon Progo menunjukkan sektor yang memiliki keunggulan/daya saing

paling competitive adalah:

Kabupaten Bantul

1. Sektor Industri Pengolahan pada sub.sektor industri bukan migas pada kelompok

sub. Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki serta sub. Industri kayu dan

barang kayu lainya.

2. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran pada sub.sektor restoran .

3. Sektor Pengangkutan dan komunikasi pada sub.sektor pengangkutan

sub.angkutan jalan raya nilai

4. Sektor Pertanian pada sub.sektor tanaman bahan pangan serta sub.sektor

peternakan dan hasil-hasilnya

Kabupaten Kulon Progo:

1. Sektor Pertanian pada sub.sektor tanaman bahan pangan

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

2. Sektor Industri Pengolahan pada sub. Industri kayu dan barang kayu lainya.

Dari hasil analisis menggunakan metode Location Quotient menunjukkan bahwa :

Kabupaten Bantul memiliki sub.sektor basis pada beberapa sektor yang ada. Dari

sektor pertanian sub.sektor yang merupakan sektor basis adalah sub.sektor tanaman

bahan makanan, tanaman perkebunan serta peternakan dan hasil-hasilnya. Pada

Sektor Pertambangan dan penggalian sub.sektor penggalian yang merupakan

sub.sektor basis. Untuk sektor Industri bukan migas sub.sektor yang merupakan

sub.sektor basis paling tinggi adalah sub.sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki,

kemudian disusul sub.sektor makanan, minuman dan tembakau, selanjutnya ada sub

sektor pupuk, kimia dan barang dari karet, Semen dan barang galian bukan logam dan

yang terakhir adalah kayu dan barang dari kayu lainnya. Selanjutnya sektor kontruksi

pun merupakan sektor basis di Kabupaten Kulon Progo. Pada sektor perdagangan,

hotel dan restoran hanya sub.sektor perdagangan besar dan eceran yang merupakan

sektor basis di Kabupaten Bantul. Serta sektor keuangan, persewaan dan jasa

penunjang pada sub.sektor lembaga keuangan bukan bank.

Pada Kabupaten Kulon Progo dari hasil analisis menggunakan metode

Location Quotient sub.sektor yang berada pada sektor pertanian semuanya

merupakan sektor basis. Sub. Sektor penggalian pun menjadi sektor basis di

Kabupaten Kulon Progo. Kemudian pada Sektor Insudri pengalahan yang merupaka

sektor basis adalah makanan minuman dan tembakau, Kayu dan barang dari kayu

lainnya, pupuk kimia dan barang dari karet, Semen dan barang galian bukan logam,

serta alat angkutan mesin dan peralatannya. Pada sekteor perdagangan, hotel dan

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

restoran hanya sub.sektor perdagangan besar dan eceran yang merupakan sektor

basis. Untuk sektor pengangkutan dan komunikasi yang merupakan sub.sektor basis

di Kabupaten Kulon Progo adalah Angkutan jalan rel dan jasa penunjang komunikasi.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa penunjang pada sub.sektor bank, serta sektor

jasa-jasa pada sub.sektor administrasi pemerintah dan pertahanan, jasa pemerintah

lainnya.

Dari analisis menggunakan metode Tipologi Klassen dapat disimpulkan

bahwa sub.sektor yang maju dan dapat berkembang dengan pesat adalah sub.sektor

peternakan dan hasil-hasilnya (sektor pertanian), sub.sektor tekstil, barang dari kulit

dan alas kaki, sub.sektor kayu dan barang dari kayu lainnya (sektor Industri

Pengolahan). Kemudian ada sektor kontruksi yang juga merupakan sektor maju dan

tumbuh dengan pesat di Kabupaten Bantul serta sub.sektor lembaga keuangan bukan

bank.

Pada Kabupaten Kulon Progo sub.sektor yang merupakan sub.sektor maju dan

tumbuh dengan pesat adalah tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan,

peternakan dan hasil-hasilnya, Kehutanan (sektor pertanian), penggalian (sektor

pertambangan dan penggalian), kayu dan barang dari kayu lainnya, pupuk kimia dan

barang dari karet, semen dan barang galian bukan logam, alat angkutan mesin dan

peralatannya (sektor industri pengolahan), dan yang terakhir adalah sub.sektor

angkutan jalan raya.

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

BAB II

CARA PENELITIAN

2.1 Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Statistik Daerah Instimewa Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo, terdiri dari:

1) Data PDRB Provinsi DIY tahun 2006-2015

2) Data PDRB Kabupaten Kulon Progo tahun 2006-2015

3) Data ketenagakerjaan Provinsi DIY tahun 2006-2015

4) Data ketenagakerjaan Kabupaten Kulon Progo tahun 2006-2015

Metode Pengumpulan data, data yang digunakan merupakan data sekunder

sehingga untuk pengumpulan datanya peneliti menggunakan buku DIY dalam angka

2011 dan 2015 dan Kulon Progo dalam angka 2011 dan 2015 yang diterbitkan oleh

BPS DIY dan BPS Kulon Progo

2.2 Metoda Penelitian

Teknik analisis ini adalah teknik analisis diskriptif kuantitatif dengan tiga

teknik yaitu analisis Shift Share, Location Quotient, dan Emplyonent Base Sector.

Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis perubahan struktur

ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administrative yang lebih

tinggi sebagai pembanding.

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Metode LQ menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan sektor di

daerah yang diamati dengan kemampuan sektor yang sama di daerah yang lebih luas

(tingkat nasional). Variabel yang digunakan dalam analisis ini berupa nilai tambah

serta jumlah tenaga kerja. Adapun dalam analisis ini dicoba memahami Location

Quotient (LQ) dengan menggunakan nilai tambah bruto sebagai variabel yang ada

dalam PDRB menurut harga konstan

Nilai pengganda basis lapangan kerja (employment base multiplier) adalah

nilai yang digunakan untuk melihat besarnya perubahan kesempatan kerja total untuk

setiap satu perubahan kesempatan kerja di sektor basis

2.3 Analisis Hasil

Alat analisis, dalam penelitian ini ada dua analisis utama yaitu analisis potensi

perekonomian dan analisis ketenagakerjaan Kabupaten Kulon Progo. Untuk analisis

potensi perekonomian digunakan alat analisis Shift Share dan Analysis Location

Quotient (LQ) dan untuk analisis ketenagakerjaan digunakan metode Employment

Base Multiplier sektor-sektor basis dan non basis yang ada di Kabupaten Kulon

Progo.

2.3.1 Metode Analisis Shift Share

Teknik analisis ini adalah teknik analisis kuantitatif yang biasa digunakan

untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur

ekonomi wilayah administrative yang lebih tinggi sebagai pembanding. Dalam teknik

ini terdapat 3 komponen: Pertama, pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

nasional yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional

terhadap perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional, yang menunjukkan

perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di

referensi propinsi atau nasional. Ketiga, pergeseran diferensial yang memberikan

informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah dengan

perekonomian yang dijadikan referensi.

etiga hubungan komponen tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut

Shift Share Analysis (SSA)

SSA = (Xtt(1) /Xtt(0) – 1) + (Xtj(1) /Xtj(0) – Xtt(1) /Xtt(0) ) + (Xij(1) /Xij(0) –

Xtj(1) /Xtj(0))

a b c

Keterangan :

SSA = Shift Share Analysis

a = komponen share (menyatakan laju pertumbuhan total wilayah pada dua titik

waktu yang menunjuk-kan dinamika)

b = komponen proportional shift (menyatakan pertum-buhan total aktivitas tertentu

secara relatif dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total

wilayah yang menunjukkan dinamika sektor/aktivitas total dalam wilayah

c = komponen differential shift (menjelaskan bagaimana daya kompetisi suatu

aktivitas tertentu dibandingkan dengan total sektor atau aktivitas dalam

wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keung-gulan atau

ketidakunggulan) suatu sektor atau aktivitas tertentu di sub wilayah tertentu

terhadap aktivitas tersebut di wilayah lain.

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Xij(1) = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah kabupaten ke-i pada

tahun akhir

Xij(0) = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah Kabupaten ke-i pada

tahun awal

Xtj(1) = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi pada

tahun akhir

Xtj(0) = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi pada tahun

awal

Xtt(1) = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah

Provinsi pada tahun akhir

Xtt(0) = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Provinsi

pada tahun awal.

2.3.2 Metode Analysis Location Quotient (LQ)

Pada dasarnya metode ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan

sektor di daerah yang diamati dengan kemampuan sektor yang sama di daerah yang

lebih luas (tingkat nasional). Variabel yang digunakan dalam analisis ini berupa nilai

tambah serta jumlah tenaga kerja. Adapun dalam analisis ini dicoba memahami

Location Quotient (LQ) dengan menggunakan nilai tambah bruto sebagai variabel

yang ada dalam PDRB menurut harga konstan. Secara matematis Location Quotient

(LQ) dirumuskan sebagai berikut

LQ = Xij/Xit Xtj/Xtt

Keterangan :

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

LQ = Location Quotient

Xij = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah kabupaten ke-i

Xit = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah kabupaten

ke-i

Xtj = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi

Xtt = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Provinsi

LQ < 1 berarti sektor yang bersangkutan produksinya belum dapat memenuhi

kebutuhan daerah sendiri, disebabkan oleh kurangnya peranan sektor tersebut dalam

perekonomian daerah karena tidak mempunyai keunggulan komparatif dan

dikategorikan sektor non basis.

LQ > 1 atau LQ = 1 Berarti sektor yang bersangkutan produksinya sudah dapat

memenuhi kebutuhan daerah tersebut bahkan mengekspor. Oleh karena itu daerah

tersebut diakatakan mempunyai keunggulan komparatif di sektor tersebut dan

dikatakan sebagai sektor basis.

2.3.3. Employment Base Multiplier

Menyatakan bahwa nilai pengganda basis lapangan kerja (employment base

multiplier) adalah nilai yang digunakan untuk melihat besarnya perubahan

kesempatan kerja total untuk setiap satu perubahan kesempatan kerja di sektor basis,

dihitung dengan rumus (Tarigan, 2005),

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Kesempatan Kerja Basis Pengganda Basis Kesempatan Kerja = ------------------------------------------- Total Kesempatan Kerja

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis LQ

Penentuan sektor ekonomi dalam kategori sektor unggulan atau non unggulan

menggunakan metoda LQ periode tahun 2007-2010 dengan data PDRB harga

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

konstan tahun 2000 dan 9 lapangan usaha(sektor) diperoleh hasil bahwa di

Kabupaten Kulon Progo sektor (1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2)

Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, dan Jasa-jasa lainnya

merupakan sektor unggulan dengan LQ per tahunnya lebih besar dari satu. Besarnya

rata-rata LQ untuk sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan adalah 1,526,

Pertambangan dan Penggalian 1,355, Industri Pengolahan 1,146, dan Jasa-jasa

lainnya sebesar 1,031.

Perhitungan LQ periode tahun 2011-2015 menggunakan PDRB harga konstan

tahun 2010 dan 17 sektor/lapangan usaha diperoleh hasil bahwa yang menjadi sektor

unggulan adalah (1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Pertambangan dan

Penggalian, (3) Pengadaan air, Pengolahan sampah, Limbah dan Daur Ulang, (4)

Perdagangan Besar dan Eceran, Reperasi Mobil dan Sepeda Motor, (5) Transportasi

dan Pergudangan, (6) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

Wajib, (7) Jasa-jasa lainnya. Ke tujuh sektor tersebut, nilai LQ > 1 untuk setiap

tahun perhitungan. Besarnya rata-rata LQ masing-masing sektor unggulan perode

2011-2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil analisi LQ Sektor Unggulan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2015

No Lapangan Usaha/sektor

Rata-rata LQ 2011-2017

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,991 2 Pertambangan dan Penggalian, 2,648 3 Pengadaan air, Pengolahan sampah, Limbah dan Daur Ulang 1,384 4 Perdagangan Besar dan Eceran, Reperasi Mobil dan Sepeda Motor 1,592 5 Transportasi dan Pergudangan 1,603 6 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

Wajib, 1,052

7 Jasa-jasa lainnya 1,521

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Sumber: Data sekunder diolah

4.2 Analisis Shift Share

Dengan menggunakan analisis Shift Share diketahui bahwa sektor-sektor yang

merupakan sektor yang kompetitif (angka Cij positif) di Kabupaten Kulon Progo

adalah (1) sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Listrik, Gas, dan air

bersih, dan (3) jasa-jasa. Selain ketiga sektor tersebut merupakan sektor yang tidak

kompetitif dibandingkan sektor yang sama dengan Provinsi DIY.

Hasil output yang diperoleh di bauran industry (Mij) dalam perekonomian di Kulon

Progo sebagai hasil antar kegiatan industry yang saling berhubungan satu sama lain

untuk sektor (1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Pertambangan dan

Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas, dan air bersih, dan (5)

Bangunan bernilai negative yang artinya tidak adanya keterkaitan antar sektor.

Sedangkan yang mempunyai keterkaitan antar sektor adalah sektor (1) Perdagangan,

Hotel, dan Restoran, (2) Pengangkutan dan Komunikasi, (3) Keuangan , Persewaan,

dan jasa Perusahaan, dan (4) jasa-jasa.

Pertumbuhan ekonomi nasional (National Growth Effect) yang menunjukkan

pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian Kabupaten Kulon

Progo nenunjukkan nilai positif (Nij) pada setiap sektor/lapangan usaha. Hasil

perhitungan Shift Share Kabupaten Kulon Progo tahun 2010-2014 dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Analisis Shift-Share Kabupaten Kulon Progo 2010-2014

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

NO SEKTOR Rn Rin Rij Eij Nij Mij Cij Dij

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,209 2,914 510916,28 29343,0466 ‐18058,4275 3604,40555 14889,0246

2 Pertambangan dan Penggalian 3,879 3,594 16991,916 975,883137 ‐316,849986 ‐48,2769773 610,756174

3 Industri Pengolahan 4,104 1,729 275317,5 15812,09 ‐4513,09425 ‐6537,51242 4761,48337

4 Listrik, Gas, dan air bersih 4,560 5,647 12930,928 742,651658 ‐152,965257 140,48883 730,175231

5 Bangunan 5,293 8,636 110556,16 6349,48362 ‐498,255162 3696,24534 9547,4738

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5,869 5,714 347819,54 19976,0418 436,158567 ‐538,916685 19873,2837

7 Pengangkutan dan Komunikasi 8,064 1,760 188543,58 10828,4728 4374,82141 ‐11885,329 3317,96522

8 Keu., Persewaan, dan js perusahaan 6,225 5,190 126812,78 7283,13709 610,822517 ‐1312,55171 6581,4079

9 Jasa‐jasa 6,024 8,312 377016,72 21652,9001 1058,08528 8627,52648 31338,5119

5,743 112963,707 ‐17059,7044 ‐4253,92058 91650,0818

Perhitungan Shift Share TAHUN 2010‐2014

Sumber: data sekuder diolah

4.3 Analisis Employment Base Multiplier

Analisis Pengganda basis lapangan kerja menunjukkan berapa besar kesempatan kerja

yang akan tercipta dengan adanya perubahan kesempatan kerja di sektor basis.

Tabel 4.3 Angka Penggada Basis Lapangan Kerja Kabupaten Kulon Progo Tahun 2008 dan 2014.

No Komponen Perhitungan 2008 2013 1 Kesempatan kerja basis 149201 210592 2 Kesempatan Kerja non Basis 61304 20820 3 Total Kesempatan Kerja (1)+(2) 210505 231412 4 Pengganda Basis Kesempatan Kerja 1,4111 1,0988 5 Rasio Basis 0,4111 0,0988

Sumber: data sekunder, diolah.

Tabel 4.3 menunjukkan besarnya angka pengganda kesempatan kerja sektor basis

1,411 pada tahun 2008 dan turun menjadi 1,098 tahun 2013. Angka tersebut

menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan kesempatan kerja di sektor basis

sebesar 100%, maka kesempatan kerja total akan meningkat 109,88%., sehingga

kesempatan kerja non basis akan meningkat 9,88%.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Pertama, Perhitungan LQ periode tahun 2011-2015 menggunakan PDRB

harga konstan tahun 2010 dan 17 sektor/lapangan usaha diperoleh hasil bahwa yang

menjadi sektor unggulan adalah (1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2)

Pertambangan dan Penggalian, (3) Pengadaan air, Pengolahan sampah, Limbah dan

Daur Ulang, (4) Perdagangan Besar dan Eceran, Reperasi Mobil dan Sepeda Motor,

(5) Transportasi dan Pergudangan, (6) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan

Jaminan Sosial Wajib, (7) Jasa-jasa lainnya.

Kedua, sektor-sektor yang merupakan sektor yang kompetitif (angka Cij

positif) adalah (1) sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2) Listrik, Gas, dan

air bersih, dan (3) jasa-jasa. Bauran industry (Mij) positif pada sektor (1)

Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (2) Pengangkutan dan Komunikasi, (3) Keuangan

, Persewaan, dan jasa Perusahaan, dan (4) jasa-jasa artinya sektor-sektor tersebut

yang mempunyai keterkaitan antar sektor. Pertumbuhan ekonomi nasional (National

Growth Effect) nenunjukkan nilai positif (Nij) artinya pertumbuhan ekonomi nasional

berpengaruh positif terhadap perekonomian Kabupaten Kulon Progo pada setiap

sektor/lapangan usaha.

Ketiga, . tahun 2008, kenaikan kesempatan kerja total karena pengaruh

kenaikan kerja di sektor basis dan kesempatan kerja non basis, sedangkan pada tahun

2013 pengaruh kenaikan kesempatan kerja di sektor non basis menurun. Kenaikan

kesempatan kerja total sebesar 109,88%, di sektor basis 100 %, dan 9,88% di sektor

non basis.

4.2 Saran

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Pemerintah daerah perlu memprioritaskan pembangunan di sektor-sektor yang

memberikan peluang peningkatan kerja yang tinggi seperti Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Pengadaan air, Pengolahan sampah,

Limbah dan Daur Ulang, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor, Transportasi dan Pergudangan, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan

Jaminan Sosial Wajib, dan Jasa-jasa lainnya, sehingga kesempatan kerja semakin

besar dengan tidak mengabaikan sektor-sektor non basis.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Yogyakarta. 2010. Jogja dalam Angka 2015. BPS: Provinsi DIY

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo. 2010. Kulon Progo dalam Angka 2015. BPS: Kulon Progo.

Esmara Hendra. 1985. Memelihara Momentum Pembangunan. Gramedia: Jakarta

Lincolin Arsyad. 1993. Pengantar Perencanaan Ekonomi. PT. Media Widya Mandala: Yogyakarta.

Lincolin Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE UGM: Yogyakarta.

Setiawan, Dwi, 2013, Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Kabupaten Kebumen, UMy..

Tarigan, Robinson., 2005, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi., Bumi Aksara, Jakarta.

Thohir, Shofwan, 2013, Analisis Sektor Pertanian dalam Struktur Perekonomian di Kabupaten Kulon Progo, UNS..

Todaro, Micheal P., dan Smith, 2006, Pembangunan Ekonomi, Edisi kesembilan, Erlangga, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Widodo, Tri, 2006, Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA … 2016_Ike... · 2017-01-17 · Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan