laporan akhir - bkp.pertanian.go.id

66
LAPORAN AKHIR PEMBINAAN DAN MONITORING CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT TAHUN 2018 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN 2018

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

LAPORAN AKHIR

PEMBINAAN DAN MONITORING

CADANGAN PANGAN PEMERINTAH

DAN MASYARAKAT

TAHUN 2018

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN

BADAN KETAHANAN PANGAN

2018

Page 2: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

penyusunan Laporan Akhir Pembinaan dan Monitoring Cadangan Pangan

Pemerintah dan Masyarakat TA. 2018 dapat terlaksana dengan baik. Dinamika

cadangan pangan kini dan mendatang menjadi semakin penting dan krusial

mencermati di era pasar global hambatan perdagangan yang semakin pudar dan

kondisi pasar internasional untuk pangan sangat tipis (thin market). Kegiatan ini

bertujuan untuk memformulasikan jumlah cadangan pangan pemerintah dan

cadangan pangan masyarakat khususnya beras serta pengelolaan cadangan

pangan yang baik. Kegiatan pembinaan dan monitoring cadangan pangan juga

berpartisipasi aktif dalam lembaga internasional khususnya ASEAN Plus Three

Emergncy Rice Reserve (APTERR), dimana Bidang Cadangan Pangan telah

ditetapkan sebagai National Focal Point APTERR.

Untuk mendukung capaian pembinaan dan monitoring cadangan pangan,

kegiatan dilakukan melalui antara lain: Penyusunan perhitungan jumlah cadangan

beras pemerintah tahun 2018; Penyusunan penetapan jumlah cadangan beras

pemerintah daerah; Penyusunan panduan pengembangan lumbung pangan

masyarakat tahun 2018; Penyusunan konsep perhitungan cadangan beras

masyarakat; Rekapitulasi identifikasi lumbung pangan masyarakat; Dukungan

terhadap kegiatan prioritas nasional; Proses pengesahan protokol amandemen

persetujuan APTERR; dan Proses ratifikasi protokol amandemen persetujuan

APTERR.

Dengan dilaksanakannya kegiatan Pembinaan dan Monitoring Cadangan

Pangan Pemerintah dan Masyarakat TA. 2018, diharapkan dapat membantu

mengatasi masalah dan mencari solusi yang terbaik bagi pengembangan

cadangan pangan pemerintah dan masyarakat di Indonesia.

Jakarta, Desember 2018

Kabid Cadangan Pangan

Nita Yulianis

Page 3: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan bertujuan untuk

mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat sampai tingkat

perseorangan secara berkelanjutan, salah satunya dengan memperkuat

penyediaan pangan. Cadangan pangan merupakan salah satu komponen

penting dalam ketersediaan pangan yang dapat berfungsi menjaga

kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan, yang digunakan untuk

mengantisipasi kemungikan terjadinya kekurangan pangan. Pemerintah

bertugas menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan

pengawasan antara lain melalui penyelenggaraan cadangan pangan

nasional, yang terdiri atas cadangan pangan pemerintah dan cadangan

pangan masyarakat. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 32 Undang

Undang Pangan Tahun 2012 bahwa dalam mewujudkan kedaulatan

pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan, Pemerintah

menetapkan cadangan pangan nasional.

Cadangan pangan merupakan salah satu komponen yang

menentukan ketersediaan pangan selain komponen produksi, penyiapan,

distribusi, pemasaran, dan kondisi ekonomi. Cadangan pangan nasional

terdiri atas cadangan pangan pemerintah, cadangan pangan pemerintah

daerah dan cadangan pangan masyarakat. Pasal 24 menyatakan bahwa

pengembangan cadangan pangan nasional dimaksudkan untuk

mengantisipasi kekurangan ketersediaan pangan, kelebihan ketersediaan

pangan, gejolak harga pangan dana atau keadaan darurat.

Cadangan pangan pemerintah adalah cadangan pangan bersifat

pokok di tingkat nasional yaitu persediaan pangan pokok tertentu, misalnya

beras, sedangkan di tingkat daerah dapat berupa pangan pokok

masyarakat di daerah setempat. Cadangan pangan pemerintah pusat

dituangkan dalam bentuk cadangan Beras Pemerintah, yang dananya

bersumber dari APBN, serta dijadikan sebagai stok beras nasional.

Pengelolaan Cadangan Pemerintah Pusat dilakukan oleh Perum Bulog dan

Page 4: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

dimanfaatkan untuk bantuan darurat akibat bencana serta mengatasi

gejolak harga beras. Sedangkan tugas masyarakat adalah

menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan, perdagangan,

distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh

pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,

merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan

produktif secara berkelanjutan.

Pentingnya pengembangan cadangan pangan disebabkan

beberapa hal sebagai berikut: (a) masih banyak penduduk miskin dan

rawan pangan, berdasarkan hasil Susenas 2017 jumlah penduduk miskin

di Indonesia tahun 2017 mencapai 10,2 persen atau 26,58 juta jiwa dan

penduduk rawan pangan yang Angka Kecukupan Gizi (AKG) dibawah 70

persen sebesar 9,84 persen; (b) situasi iklim Indonesia saat ini tidak

menentu dan kurang bersahabat yang telah menyebabkan bencana

(longsor, banjir, kekeringan), sehingga menuntut manajemen cadangan

pangan yang efektif dan efisien agar dapat mengatasi kerawanan pangan;

(c) masa panen dan tidak panen yang mencolok mengharuskan adanya

cadangan pangan, untuk mengatasi distribusi pangan antar waktu; (d)

cadangan pangan dapat dijadikan instrument untuk stabilisasi harga

khususnya untuk mengatasi pola pangan musiman, serta mengantisipasi

goncangan dari pasar internasional; dan (e) banyaknya kejadian darurat

sehingga memerlukan adanya cadangan pangan untuk penanganan pasca

bencana., penanganan rawan pangan, dan bantuan pangan wilayah.

Laporan akhir tahun ini akan dirangkum seluruh rangkaian kegiatan

yang dilaksanakan pada periode bulan Januari sampai dengan Desember

2018.

1.2 Tujuan

Tujuan pembinaan dan monitoring cadangan pangan pemerintah dan

masyarakat diarahkan untuk melaksanaan pemantauan/ pengumpulan

Data Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat adalah untuk

melaporkan seluruh rangkaian kegiatan pengembangan cadangan pangan

Page 5: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

baik pemerintah maupun masyarakat yang telah dilaksanakan selama 1

(satu) tahun periode bulan Januari sampai dengan bulan Desember yang

terdiri dari:

a. Penyusunan penghitungan jumlah cadangan beras pemerintah

b. Penyusunan penetapan jumlah cadangan beras pemerintah daerah

c. Penyusunan pengelolaan cadangan beras pemerintah

d. Penyusunan panduan pengembangan lumbung pangan masyarakat

e. Penyusunan konsep perhitungan CBM

f. Rekapitulasi identifikasi lumbung pangan masyarakat

g. Penyusunan konsep kegiatan lumbung pangan masyarakat yang

difasilitasi DAK

h. Koordinasi perencanaan DAK di ICC Bogor

i. Penyusunan pedoman teknis kegiatan pengembangan lumbung pangan

masyarakat tahun 2019

j. Perkembangan cadangan beras pemerintah pusat dan daerah

k. Dukungan terhadap kegiatan prioritas nasional

l. Partisipasi sebagai National Focal Point Asean Plus Three Emergency

Rice Reserve (APTERR)

Page 6: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

BAB II

METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam laporan ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer berasal dari data terkini yang diambil di lapangan

langsung di beberapa kabupaten/kota di beberapa provinsi. Data sekunder

meliputi data stok cadangan beras pemerintah daerah, data produksi, ekspor,

dan impor beras, serta jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk. Data

bersumber dari instansi/dinas yang menangani ketahanan pangan di 34 provinsi,

Badan Urusan Logistik (BULOG), PIBC, Food Station, Badan Pusat Statistik,

Badan Ketahanan Pangan, Pusat Data dan Informasi Pertanian serta lembaga

pemerintah terkait lainnya.

2. Lokasi

Pelaksanaan kegiatan pembinaan dan monitoring cadangan pangan

pemerintah dan masyarakat di laksanakan di beberapa kabupaten/kota pada

beberapa provinsi di Indonesia.

3. Metode Pelaksanaan

Secara umum kegiatan pembinaan dan monitoring cadangan pangan

pemerintah dan masyarakat dilaksanakan mulai bulan Januari sampai

Desember 2018. Tahapan kegiatan mencakup study pustaka, pengumpulan

data, pengolahan dan anaisis data, FGD (Focuss Group Discussion), rapat

koordinasi, perjalanan dinas ke lapangan dan penyusunan laporan.

.

Page 7: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Penyusunan Perhitungan Jumlah Cadangan Beras Pemerintah Tahun

2018

Kegiatan FGD Perhitungan Jumlah Cadangan Beras Pemerintah

tahun 2018 telah dilaksanakan pada tanggal : 29 Maret 2018 di Ruang Rinjani,

Hotel The Mirah, Jl. Pangrango No.9A, Bogor, 16151. Peserta Perhitungan

Jumlah Cadangan Beras Pemerintah tahun 2018 sebanyak 50 orang terdiri

dari Kepala Badan Ketahanan Pangan, Sekretaris Badan Ketahanan Pangan,

Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Kepala Pusat Distribusi

dan Cadangan Pangan, perwakilan dari pejabat Eselon 3 dan 4 lingkup Pusat

DCP Badan Ketahanan Pangan Pusat, serta Pejabat Fungsional Analis

Ketahanan Pangan Madya.

Kegiatan FGD Perhitungan Jumlah Cadangan Beras Pemerintah tahun

2018 dibuka oleh Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dalam

sambutannya dikatakan bahwa tujuan dari FGD ini adalah untuk

mengindentifikasi penggunaan cadangan beras pemerintah yang tepat sasaran

serta disposal stok cadangan beras yang lebih terarah.

Sesuai dengan amanat UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, dalam

Pasal 23 – 33 yang menjelaskan tentang Cadangan Pangan Nasional, maka

Cadangan Pangan Nasional terbagi di tiga titik, yaitu Cadangan Pangan

Masyarakat (CPM/CBM), Cadangan Pangan Pemerintah (CPP/CBP) serta

Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD/CBPD). Sementara

Penggunaan Cadangan Beras Pemerintah dipergunakan untuk menjaga

stabilitas harga beras, penanggulangan keadaan darurat, bencana dan rawan

pangan, pemenuhan kesepakatan Cadangan Beras Darurat ASEAN serta

kerjasama internasional bantuan sosial.

Perhitungan CBP Tahun 2018, untuk memenuhi pengadaan CBP 1,2

Juta Ton, maka dibutuhkan anggaran Rp. 8,78 T. Perhitungan ini mengalami

kenaikan sekitar 439% dari alokasi 2017 sekitar Rp 2T untuk pengadaan CBP

Page 8: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

286,66 ribu Ton (asumsi harga Rp 7.300/kg). Usulan Kementerian Pertanian,

target serap beras BULOG tahun 2018 untuk memperkuat Cadangan Beras

Pemerintah. Adapun dari target 3,7 juta ton serap beras BULOG, 1 juta ton

untuk Rastra, 1,2 juta ton untuk Cadangan Beras Pemerintah dan 1,5 juta ton

untuk komersial.

Pengadaan CBP sejak 2011-2017 berkisar 155-286 ribu ton per tahun

sehingga stok beras pemerintah (PSO, CBP, dan Komersial BULOG) di akhir

tahun rendah, bahkan di bawah 1 juta ton. Pada 2013-2014 tidak ada alokasi

pengadaan tahun CBP sehingga perlu mekanisme revolving penggunaan

dana CBP agar volume berlipat. Adapun penggunaan CBP pada tahun 2017

sendiri untuk Operasi Pasar sebesar 14,9 juta ton, untuk bencana sebesar 8,6

juta ton dan untuk bantuan Internasional sebesar 5 juta ton.

Perkiraan stok CBP di akhir tahun 2018, berdasarkan data penggunaan

CBP selama 5 tahun terakhir rata-rata pengunaan Cadangan Beras

Pemerintah per tahun sebesar 250.000 ton – 380.000 ton beras. Jika

cadangan beras pemerintah sebesar 1,2 juta ton maka stok CBP sampai akhir

tahun 2018 sebesar 820.000 - 950.000 ton beras.

Sekretaris Badan menyampaikan hasil Rakornis CBP di menko

Perekonomian tanggal 23 Maret 2018 mengenai ada 2 (dua) skenario

pengelolaan stok CBP oleh BULOG, yaitu:

a. 1.2 juta ton sekali dalam setahun (posisi akhir tahun habis)

b. 1.2 juta ton ada setiap saat (setiap bulan tersedia)

Stok CBP disepakati sebesar 1.2 juta ton harus tersedia setiap saat dan

akan dibahas dalam rakortas tingkat Menteri. Untuk mendukung stok CBP 1,2

juta ton setiap saat diperlukan regulasi baru dari masing2 K/L, diantaranya

revisi Permenko Perekonomian, Permendag, Permensos dan Permenkeu.

Semua regulasi diharapkan dapat diselesaikan sebelum HBKN Puasa dan

Lebaran 2018. KPA CBP diusulkan tetap di Kemenkeu.

Deputi Bappenas mengkaji bahwa dengan harga beras saat ini sebesar

Rp. 11.000,- maka agar dapat diturunkan Rp. 9.000,- maka Perum BULOG

harus memiliki ketersediaan stok beras sebesar 2.7 juta ton per tahun.

BULOG menyatakan kesediaannya terhadap pola baru, dengan syarat:

Page 9: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

• Dari K/L perlu ada regulasi baru, dengan istilah OP sepanjang tahun atau

OP khusus.

• Asumsi setiap bulan disalurkan 100 ribu ton, maka akan dilakukan tagihan

bulanan BULOG ke kemenkeu, seperti halnya mekanisme bansos rastra.

• Perlu ada outlet pada golongan anggaran tertentu yg dilayani oleh BULOG.

• Perlu adanya kebijakan terhadap pengelolaan stok yang turun

kualitas/mutu.

• Kontinuitas stok: ketersediaan 1.2 juta ton dapat dilakukan selama terdapat

harga gabah beras sesuai HPP (plus fleksibilitas).

2. Penyusunan Penetapan Jumlah Cadangan Beras Pemerintah Daerah.

(Permentan Nomor 11 Tahun 2018)

Kegiatan Penyusunan Penetapan Jumlah Cadangan Beras Pemerintah

Daerah dilakukan melalui FGD Kebijakan Cadangan Pangan Pemerintah

Daerah dan telah dilaksanakan pada tanggal : 24 Februari 2018 di Ruang

Megamendung, Hotel The Mirah, Jl. Pangrango No.9A, Bogor. Peserta FGD

Kebijakan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah sebanyak 30 orang terdiri

dari Kepala Badan Ketahanan Pangan, Sekretaris Badan Ketahanan Pangan,

Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Kepala Pusat Distribusi

dan Cadangan Pangan, perwakilan Biro Hukum Sekretariat Jenderal

Kementerian Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat dan

Kabupaten Bogor, perwakilan dari pejabat Eselon 3 dan 4 lingkup Badan

Ketahanan Pangan Pusat, serta Pejabat Fungsional Analis Ketahanan

Pangan Madya.

Kebijakan tentang Pangan telah diatur dalam Undang-Undang No. 18

tahun 2012. Pasal 23 menyebutkan bahwa untuk mewujudkan kedaulatan

pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan, pemerintah

menetapkan cadangan pangan nasional. Pasal 24 disebutkan bahwa

pengembangan cadangan pangan nasional dimaksudkan untuk

mengantisipasi kekurangan ketersediaan pangan, kelebihan ketersediaan

pangan, gejolak harga pangan dan atau keadaan darurat.

Page 10: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Pasal 29 menyebutkan bahwa Pemerintah Provinsi, Pemerintah

Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah Desa menetapkan jenis dan jumlah

cadangan pangan tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat

setempat. Pasal 32 menyebutkan bahwa pemerintah menugasi kelembagaan

Pemerintah yang bergerak di bidang pangan untuk mengelola Cadangan

Pangan Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.

Sedangkan terkait pembagian urusan pemerintahan bidang pangan telah

diatur pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pengelolaan

cadangan pangan provinsi dan pengelolaan cadangan pangan

kabupaten/kota.

Peraturan Menteri Pertanian No. 65 Tahun 2010 mengatur tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Adapun SPM cadangan pangan pemerintah provinsi yaitu

tersedianya minimal 200 ton ekuivalen beras, sedangkan kabupaten/Kota

minimal 100 ton ekuivalen beras. Selain itu perlu adanya lembaga CPP pada

pada setiap provinsi dan kabupaten/kota. Permentan ini perlu rujukan terkini

mengingat dengan ditetapkannya UU Nomor 23 Tahun 2014, SPM ini tidak

berlaku dan harus disusun NSPK (Norma, Standar Prosedur dan Kriteria).

NSPK yang disusun berupa konsep Permentan tentang cara penetapan

jumlah cadangan beras pemerintah daerah yang dapat menjadi

acuan/referensi perhitungan bagi daerah dalam rangka pengajuan APBD

Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk pengalokasian cadangan pangan provinsi

dan kabupaten/kota serta menjadi dasar bagi daerah untuk menyusun

peraturan daerah. Adapun konsep Permentan terdiri dari 7 pasal yang

mengatur tentang cara penetapan cadangan beras pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota, beserta lampirannya yang berisi tentang rumus perhitungan

penetapan jumlah cadangan beras pemerintah daerah dan keterangan serta

asumsi perhitungan cadangan beras pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.

Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah bertujuan untuk

meningkatkan penyediaan beras bagi masyarakat miskin dan atau rawan

pangan yang terkena rawan pangan transien untuk menjamin pasokan

Page 11: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

pangan yang stabil antar waktu dan antar daerah; memenuhi kebutuhan beras

bagi rumah tangga miskin dan atau rawan pangan yang mengalami keadaan

darurat dan kerawanan pangan pasca bencana serta untuk meningkatkan

akses pangan khususnya beras bagi rumah tangga miskin dan atau rawan

pangan akibat gejolak harga.

Strategi pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yaitu

dengan membagi peran antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota serta melakukan desentralisasi dalam mekanisme

pengelolaan cadangan pangan. Sedangkan strategi cadangan beras

pemerintah daerah diantaranya: cadangan pangan berupa beras; pengadaan

cadangan dilakukan pada musim panen, sedangkan penyalurannya dapat

ditujukan untuk stabilisasi harga maupun bantuan pangan pada masyarakat

rawan pangan; kegiatan pengembangan cadangan pangan dibawah

koordinasi Dinas Ketahanan Pangan provinsi/kab/kota dan sebagai payung

hukum perlu disusun Peraturan Daerah.

Persiapan pelaksanaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi,

ditetapkan pada UU No. 18 Tahun 2012 Pasal 29 Ayat 1, tentang penetapan

jenis dan jumlah cadangan pangan provinsi, penyusunan Peraturan Daerah

serta pengalokasian anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi.

Mekanisme pengadaan bersumber dari APBD Provinsi berdasarkan Perpres

Nomor 54 Tahun 2010 Junto Perpres Nomor 70 tahun 2012 tentang

pengadaan barang dan jasa, yaitu mengutamakan pembelian pangan pokok

produksi dalam negeri terutama pada saat panen raya (UU No 18 Tahun 2012

Pasal 29, ayat (2), kualitas beras medium, harga satuan yang dikenakan

dalam penyediaan cadangan beras disesuaikan dengan HPP.

Persiapan pelaksanaan Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota

ditetapkan pada UU No. 18 Tahun 2012 Pasal 29 Ayat 1, tentang penetapan

jenis dan jumlah cadangan pangan Kabupaten/Kota, penyusunan Peraturan

Daerah serta pengalokasian anggaran pendapatan dan belanja daerah

Kabupaten/Kota. Mekanisme pengadaan bersumber dari APBD

Kabupaten/Kota berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Junto Perpres

Nomor 70 tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa, yaitu Pengadaan

CPP kabupaten/kota bersumber dari produksi dalam negeri (UU No.18 Tahun

Page 12: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

2012, Pasal 29, ayat (2), kualitas beras medium, Harga Perkiraan Sendiri

(HPS) dapat mengacu kepada harga Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Adapun anggota tim pelaksana CPP Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah :

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Sosial, Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Pengawasan

Pembangunan Daerah (Bawasda), Dinas Perdagangan, Bulog, Dinas lingkup

pertanian serta instansi terkait yang relevan.

Persiapan pelaksanaan Cadangan Pangan Pemerintah Desa ditetapkan

pada UU No. 18 Tahun 2012 Pasal 29 Ayat 1, tentang penetapan jenis dan

jumlah cadangan pangan desa, penyusunan Peraturan Desa serta

pengalokasian dana desa. Undang-Undang ini berelevansi dengan

Permendagri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan Pangan Pemerintah

Desa.

Pemantauan pengelolaan cadangan beras pemerintah mencakup

pengadaaan dan penyimpanan cadangan pangan pemerintah,

pendistribusian cadangan pangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

kepada masyarakat penerima serta permasalahan yang dihadapi dan upaya

penyelesaiannya oleh provinsi dan kabupaten/kota. Sementara pelaporan

dilakukan setiap semester mencakup: kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan indikator yang ditetapkan, permasalahan yang dihadapi dan

penyelesaiannya, perkembangan dan penguatan cadangan pangan

pemerintah provinsi. Pelaporan pelaksanaan oleh kabupaten/kota dan

provinsi diharapkan ditembuskan kepada Badan Ketahanan Pangan.

Panduan Pengelolaan CPP ini dapat menjadi referensi dalam pelaksanaan

kegiatan pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota.

Dalam rangka penetapan jumlah cadangan beras pemerintah daerah,

diperlukan metode penghitungan jumlah cadangan beras pemerintah daerah.

Sehubungan dengan itu, perlu adanya acuan bagi Pemerintah Daerah dalam

cara penetapan jumlah cadangan beras pemerintah daerah.

Pelaksanaan rapat pembahasan konsep Permentan dengan melibatkan

subbag hukum BKP dan Biro Hukum Kementan untuk penyelarasan lebih

lanjut sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Page 13: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Rapat ini merupakan rapat tindak lanjut FGD Cadangan Beras

Pemerintah Daerah yang diselenggarakan pada tanggal 20 Februari 2018 di

Hotel Pajajaran Suites, Bogor.

Hasil Pertemuan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Sebagai acuan bagi pemerintah daerah, baik provinsi dan kab/kota

diperlukan Peraturan Menteri Pertanian mengenai cara penetapan jumlah

cadangan beras pemerintah daerah. Peraturan tersebut diusulkan untuk

ditandatangani oleh Menteri Pertanian selaku Ketua Harian Dewan

Ketahanan Pangan.

2. Acuan ini akan digunakan sebagai referensi dalam penetapan besaran

cadangan beras pemerintah daerah untuk selanjutnya dicantumkan dalam

peraturan daerah tentang penyelenggaraan cadangan pangan daerah.

3. Konsep rancangan Permentan secara umum:

a. Terdiri dari 7 pasal yang mengatur tentang cara penetapan jumlah

cadangan beras pemerintah daerah.

b. Lampiran terdiri dari: rumus penghitungan penetapan jumlah cadangan

beras pemerintah daerah lengkap dengan keterangan dan asumsi

perhitungan Cadangan Beras Pemerintah Provinsi (CBPP) dan

Cadangan Beras Pemerintah Kabupaten (CBPK).

4. Cara perhitungan penetapan jumlah cadangan beras pemerintah daerah

adalah sebagai berikut :

a. Cadangan Beras Total Provinsi “X” =

0,5% x jumlah penduduk provinsi x konsumsi beras per kapita per

tahun di propinsi)/1000

b. Cadangan Beras Pemerintah Provinsi (CBPP) =

20% x Cadangan Beras Total Provinsi “X”

c. Cadangan Beras Pemerintah Kab/Kota “Y” (CBPK) =

80% x Cadangan Beras Total Provinsi “X” x Rasio jumlah penduduk

kab/kota “Y” terhadap jumlah penduduk Provinsi “X”

Page 14: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

5. Keterangan dan Asumsi Perhitungan CBPP dan CBPK adalah

a. Cadangan Beras Nasional sebesar 20% (AFSIS) dari total kebutuhan

beras nasional. Cadangan tersebut terbagi atas 11,5% di masyarakat,

8% di kuasai oleh pemerintah pusat dan 0,5% di pemerintah daerah.

b. Pemerintah Daerah memiliki kontribusi dalam penyediaan cadangan

pangan nasional sebesar 0,5%. Angka tersebut menjadi proporsi utama

dalam perhitungan CBPP.

c. Cadangan Beras Total Provinsi “X” adalah Cadangan Beras

Pemerintah Provinsi ditambah dengan Cadangan Beras Pemerintah

Kab/Kota di Provinsi “X”

d. Cadangan Beras Pemerintah Provinsi “X” diasumsikan memiliki

proporsi 20% dari total Cadangan Beras Total Provinsi “X”.

e. Cadangan Beras Pemerintah Kab/Kota “Y” diasumsikan memiliki

proporsi 80% dari Cadangan Beras Total Provinsi “X” yang dikalikan

dengan proporsi jumlah penduduk kab/kota “Y” terhadap jumlah

penduduk provinsi “X”.

(Permentan terlampir)

3. Penyusunan Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (Permentan

Nomor 38 Tahun 2018)

Pertemuan Penyusunan Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah

dilakukan melalui FGD yang dipimpin oleh Kepala Pusat Distibusi dan

Cadangan Pangan – Badan Ketahanan Pangan. Rapat dihadiri oleh Kepala

Badan Ketahanan Pangan, Sekretaris Badan Ketahanan Pangan, Kepala

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Perwakilan dari Biro Hukum,

Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, PSE-KP Kementerian Pertanian,

BB Padi, BB Pasca Panen, Lab Mutu Beras dan Pasca Panen Serealia-

Balitbangtan, Kepala Subbagian Hukum Bagian Umum lingkup Badan

Ketahanan Pangan dan pejabat eselon III dan IV lingkup BKP Kementan.

Berdasarkan Perpres Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan

Kepada Perusahaan Umum (Perum) BULOG Dalam Rangka Ketahanan

Page 15: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Pangan Nasional, Pemerintah menugaskan Perum BULOG dalam menjaga

ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan pada tingkat konsumen

dan produsen untuk jenis pangan pokok beras, jagung, dan kedelai. Perum

BULOG dalam melaksanakan penugasan Pemerintah melakukan: a.

pengamanan harga pangan ditingkat produsen dan konsumen; b.

pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah; c. penyediaan dan

pendistribusian pangan; d. pelaksanaan impor pangan dalam rangka

pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf

c sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e.

pengembangan industri berbasis pangan; dan f. pengembangan

pergudangan pangan.

Perum BULOG dalam menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi

harga pangan pada tingkat konsumen dan produsen untuk jenis pangan

pokok beras, melakukan: a. pengamanan harga beras ditingkat produsen dan

konsumen; b. pengelolaan cadangan beras Pemerintah; c. penyediaan dan

pendistribusian beras kepada golongan masyarakat tertentu; d. pelaksanaan

impor beras dalam rangka pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, dan huruf c sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; e. pengembangan industri berbasis beras, termasuk produksi

padi/gabah, pengolahan gabah dan beras; dan f. pengembangan

pergudangan beras.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang

Ketahanan Pangan dan Gizi, Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016

tentang Penugasan Kepada Perusahaan Umum (Perum) BULOG Dalam

Rangka Ketahanan Pangan Nasional, Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Cadangan

Beras Pemerintah Untuk Bantuan Sosial, Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 04/M-DAG/PER/1/2012 tentang Penggunaan Cadangan Beras

Pemerintah Untuk Stabilisasi Harga, tujuan penyaluran Cadangan Beras

Pemerintah yaitu untuk stabilisasi harga pangan, kekurangan pangan,

bencana alam, bencana sosial, keadaan darurat, bantuan pangan luar negeri,

kerja sama internasional, dan keperluan lainnya yang ditetapkan Pemerintah.

Page 16: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Apabila dalam jangka waktu tertentu cadangan beras pemerintah yang

tersedia di Perum BULOG tidak dapat tersalurkan sesuai peruntukannya,

maka untuk menjaga kualitas cadangan beras pemerintah tersebut perlu

dilakukan upaya pelepasan cadangan beras pemerintah.

Beras yang masuk ke Perum BULOG memiliki standar sesuai Instruksi

Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras

dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah. Untuk tetap mempertahankan

kualitas mutu beras tersebut diperlukan penentuan batas waktu simpan.

Penyimpanan merupakan tahap yang menentukan dalam menjamin

ketersediaan beras berkualitas. Selama penyimpanan, beras mengalami

penyusutan kualitas dan kuantitas yang disebabkan oleh perubahan fisik,

kimia, dan biologis.

Penyimpanan beras pada umumnya memiliki masa simpan yang

dipengaruhi beberapa aspek yaitu mutu fisik awal beras, kemasan, kondisi

gudang penyimpanan, dan manajemen penyimpanan. Hasil kajian terhadap

waktu penyimpanan beras dan hama gudang menunjukkan bahwa pada

umur simpan 2 (dua) bulan, ada gejala munculnya hama gudang tetapi masih

dapat dikendalikan.

Mutu beras yang meliputi mutu fisik berdasarkan Permentan No. 31

tahun 2017 dan nutrisi beras (protein, lemak, karbohidrat, kadar serat,

mineral) tidak terjadi perubahan mutu yang nyata sampai dengan bulan

keempat penyimpanan, sedangkan mutu tanak atau tingkat kepulenan nasi

mulai terjadi penurunan mutu setelah bulan keempat penyimpanan. Untuk itu,

pelepasan cadangan beras pemerintah (CBP) direkomendasikan dilakukan

setidaknya pada beras yang telah memasuki umur simpan 4 (empat) bulan.

Pelepasan cadangan beras pemerintah dengan tetap memperhatikan

pengisian kembali cadangan beras pemerintah. Hal ini dilakukan untuk

menjaga kuantitas jumlah cadangan beras pemerintah. Mengingat bahwa

pengelolaan cadangan beras pemerintah tidak hanya menyangkut

kewenangan yang ada di Kementerian Pertanian, namun juga mencakup

kementerian/lembaga terkait sektor keuangan, perdagangan, dan social,

serta di bawah payung koordinasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,

Page 17: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

untuk itu diatur pula mengenai mekanisme pelepasan cadangan beras

pemerintah.

Berdasarkan hasil pertemuan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Peraturan Menteri ini ditujukan bagi Pemerintah Pusat sebagai dasar

pengelolaan cadangan beras pemerintah.

2. Konsep rancangan Permentan secara umum:

a. Terdiri dari 6 bab meliputi : ketentuan umum, pelepasan, tata cara

pelepasan, monitoring, evaluasi dan pelaporan, pembiayaan dan

ketentuan penutup.

b. Terdiri dari 16 pasal yang mengatur tentang pengelolaan cadangan

beras pemerintah.

3. Konsep permentan pengelolaan cadangan Beras Pemerintah sudah

tertuang dalam Permentan Nomer 38/Permentan/KN.130/8/2018 tanggal

28 Agustus 2018. (Permentan terlampir).

4. Penyusunan Panduan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat

Tahun 2018.

Komitmen pemerintah untuk membangun sistem ketahanan pangan

melalui penguatan kelembagaan lumbung pangan masyarakat terus

dilakukan. Secara berjenjang baik ditingkat pusat hingga daerah, saling

bekerjasama dan mendukung untuk menumbuhkembangkan kembali

sebentuk kearifan lokal yang telah memberikan bukti dalam mengatasi

persoalan kekurangan pangan ditingkat desa atau masyarakat. Lumbung

pangan masyarakat menjadi institusi lokal yang aktif berperan didalam

memberikan solusi untuk jangka pendek untuk kondisi-kondisi tertentu,

misalkan pada masa musim paceklik. Dengan didukung aksesibilitas yang

mudah, keberadaan lumbung pangan benar-benar dapat dirasakan

manfaatnya untuk masyarakat terutama ditingkat perdesaan.

Pemerintah, dalam kuruan waktu 10 tahun terakhir, telah

mengimplementasikan kegiatan lumbung pangan ini sebagai bagian dari

langkah strategis yang dapat dihandalkan. Tentunya dengan memperbaiki

Page 18: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

beberapa unsur atau aspek didalamnya misal terkait dengan pengelolaan. Di

tahun 2019 ini, melalui Dana Bantuan Pemerintah (Banper), pemerintah

kembali memberikan bantuan kegiatan sebesar 60 juta kepada 443 kelompok

lumbung pangan masyarakat. Dengan dana tersebut diharapkan keberadaan

lumbung pangan dapat kembali berperan aktif dalam membantu

menyelesaikan persoalan pangan dimasyarakat. Disamping itu pada saat

yang bersamaan mampu menumbuhkan atau memberikan dampak

kesejahteraan bagi anggota.

Sehubungan dengan adanya kegiatan tersebut, dalam memberikan

panduan yang jelas dan terarah bagi pemerintah daerah, Kementerian

Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan membuat panduan teknis

sebagai acuan dalam melaksanaan kegiatan lumbung pangan. Pembahasan

dan penyusunan panduan tersebut melibatkan unsur pimpinan dan staff

bidang cadangan pangan. Adapun kerangka outline dari buku panduan ini

sudah diberikan secara baku seragam untuk semua kegiatan yang

menggunakan bantuan pemerintah yaitu meliputi: Bab 1 Pendahuluan, Bab 2

Kerangka Pikir, Bab 3 Pelaksanaan, Bab 4 Organisasi dan Tata Kerja, Bab 5

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, dan Bab 6 Penutup.

Bab Pendahuluan, pembahasan difokuskan pada penetapan tujuan,

sasaran, indicator keberhasilan dan pengertian. Adapun terkait tujuan dapat

dipaparkan: 1) meningkatkan volume cadangan pangan kelompok untuk

menjamin akses dan kecukupan pangan bagi anggotanya; dan 2)

meningkatkan modal kelompok melalui pengembangan usaha ekonomi

produktif kelompok di bidang pangan. Kegiatan ini menyasar 443 kelompok

penerima manfaat yang berada di 25 provinsi.

Kemudian pada Bab Kerangka Pikir, terkait dengan pelaksanaan

kegiatan LPM di tahun 2019 mendatang, ada beberapa hal penekanan yang

dapat dikatakan cukup berda. Melihat pelaksanaan Pengembangan lumbung

pangan masyarakat pada tahun-tahun sebelumnya, bahwa orientasi dari

kegiatan ini adalah untuk menyediaakan kebutuhan pangan pada pada

daerah rawan pangan. Namun demikian, pengelolaan cadangan pangan

untuk kegiatan pengembangan LPM Tahun 2019, utamanya akan dilakukan di

wilayah sentra produksi padi, akan tetapi beberapa diantaranya masih berada

Page 19: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

di wilayah rawan pangan. Kedepannya, pengembangan LPM akan difokuskan

pada wilayah sentra produksi pangan. Hal ini untuk memaksimalkan

kontinuitas pengelolaan cadangan pangan kelompok, dalam hal ini berupa

perputaran cadangan pangan yang dikelola oleh kelompok dan

pengembangan usaha ekonomi produktif kelompok.

Lumbung Pangan Masyarakat yang menjadi penerima manfaat

fasilitasi Bantuan Pemerintah TA 2019 diprioritaskan kepada kelompok LPM

yang memasuki Tahap Pengembangan pada tahun 2019. Penerima manfaat

ini merupakan lumbung yang dibangun melalui alokasi DAK Fisik Bidang

Pertanian Tahun 2016 atau DAK tahun sebelumnya yang belum pernah

mendapatkan pengisian cadangan pangan melalui alokasi APBN mencakup

443 LPM yang tersebar di 25 provinsi, 135 kabupaten/kota. Berdasarkan

pemetaan dengan menggunakan kriteria wilayah sentra produksi padi dan

kategori Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Nasional tahun 2018

maka sebaran LPM tersebut mencakup 429 LPM berada di 127 kabupaten

tahan pangan dan 14 LPM berada di 8 kabupaten rawan pangan atau 303

LPM berada di 80 kabupaten sentra produksi padi dan 140 LPM berada di 55

kabupaten non sentra produksi padi (Tabel 1).

Tabel 1. Sebaran Lokasi Pembangunan LPM melalui DAK Fisik Bidang Pertanian Tahun 2016 berdasarkan kategori Sentra Produksi Padi dan kategori FSVA 2018

NO PROPINSI

Kategori Sentra Produksi Padi

Kategori FSVA 2018

Sentra Padi

Non Sentra Padi

Tahan Pangan

Rawan Pangan

Ʃ Kab

Ʃ LPM

Ʃ Kab

Ʃ LPM Ʃ Kab Ʃ LPM

Ʃ Kab

Ʃ LPM

1 Aceh 3 8 2 4 5 12 - -

2 Sumatera Barat 3 7 3 5 6 12 - -

3 Jambi 1 2 1 2 2 4 - -

4 Sumatera Selatan

6 19 - - 6 19 - -

5 Bengkulu - - 4 7 4 7 - -

6 Lampung 5 17 1 2 6 19 - -

7 Bangka Belitung - - 2 2 1 1 1 1

Page 20: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

NO PROPINSI

Kategori Sentra Produksi Padi

Kategori FSVA 2018

Sentra Padi

Non Sentra Padi

Tahan Pangan

Rawan Pangan

Ʃ Kab

Ʃ LPM

Ʃ Kab

Ʃ LPM Ʃ Kab Ʃ LPM

Ʃ Kab

Ʃ LPM

8 Banten 1 7 1 6 2 13 - -

9 Jawa Barat 9 36 - - 9 36 - -

10 Jawa Tengah 17 58 - - 17 58 - -

11 DI Yogyakarta 1 3 - - 1 3 - -

12 Jawa Timur 12 54 1 1 13 55 - -

13 Kalimantan Tengah

- - 2 5 2 5 - -

14 Kalimantan Selatan

4 8 - - 4 8 - -

15 Kalimantan Timur

- - 2 4 2 4 - -

16 Sulawesi Utara - - 10 22 10 22 - -

17 Sulawesi Tengah 3 18 5 16 7 31 1 3

18 Sulawesi Selatan 6 26 3 7 9 33 - -

19 Sulawesi Tenggara

1 11 2 2 3 13 - -

20 Gorontalo - - 4 6 4 6 - -

21 Bali 1 3 1 1 2 4 - -

22 NTB 5 23 - - 5 23 - -

23 NTT 1 2 5 37 5 37 1 2

24 Maluku - - 1 3 1 3 - -

25 Papua 1 1 5 8 1 1 5 8

TTOTAL 80 303 55 140 127 429 8 14

135 Kab, 443 LPM 135 Kab, 443 LPM

Adapun konsep pelaksanaan kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan

Masyarakat tahun 2019 dengan menggunakan dana bantuan pemerintah

dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Page 21: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Gambar 1. Skenario Pemanfaatan Banper LPM Tahun 2019

Dalam tataran implementasi ada beberapa hal yang penting untuk

diketahu: Pertama, apabila kelompok LPM berada di kabupaten sentra

produksi padi, maka pemanfaatan dana Banper sebesar Rp 60.000.000,-

diutamakan untuk pembelian gabah dan/atau beras. Komoditas tersebut

selanjutnya dikelola sebagai cadangan pangan kelompok dan untuk

pengelolaan usaha ekonomi produktif kelompok. Kelompok LPM melakukan

pengelolaan cadangan pangan kelompok dengan menjaga jumlah cadangan

pangan yang tersedia di gudang LPM sebesar 40% dari total cadangan

pangan yang dikelola kelompok. Cadangan pangan kelompok tersebut

dilakukan perputaran secara berkala untuk menjamin kualitas stok pangan

yang disimpan. pangan diutamakan pada saat panen raya untuk menjaga

stabilitas harga di tingkat petani.Selanjutnya, kelompok melakukan kegiatan

usaha ekonomi produktif kelompok berupa pembelian-penjualan, tunda jual,

dan/atau usaha ekonomi produktif lainnya di bidang pangan. Melalui usaha

tersebut diharapkan dapat meningkatkan modal usaha kelompok. Kedua:

Apabila kelompok LPM berada di wilayah non-sentra produksi padi dan/atau

rawan pangan, maka pemanfaatan dana Banper sebesar Rp.60.000.000,-

(enam puluh juta rupiah), dapat dimanfaatkan untuk pembelian gabah

dan/atau beras dan/atau pangan pokok lainnya (jagung, sagu, dll) yang

Page 22: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

tersedia di wilayah tersebut. Adapun untuk pengelolaan cadangan pangan

kelompok dan pengembangan usaha ekonomi produktif kelompok memiliki

mekanisme yang sama seperti halnya di wilayah sentra produksi padi.

Selanjutnya pada bab pelaksanaan, diatur didalamnya terkait dengan

pelaksanaan kegiatan dan pengeloaan bantuan pemerintah. Masuk pada bab

organisasi dan tata kerja, didalamnya ada pengaturan tentang peran tiap-tiap

instansi dari tingkat pusat hingga kelompok penerima manfaat. Kemudian satu

bab lagi yang tidak kalah penting yakni penjelasan tentang monitoring,

evaluasi dan pelaporan. Dalam hal pelaporan ada mekanisme berjenjang yang

harus dilakukan untuk menyampaikan perkembangan atau capaian dari

penggunaan dana bantuan pemerintah.

5. Penyusunan Konsep Perhitungan Cadangan Beras Masyarakat (CBM)

Kegiatan Penyusunan Konsep Perhitungan Cadangan Beras

Masyarakat (CBM) dilakukan melalui FGD Perhitungan Cadangan Beras

Masyaraka yang telah dilaksanakan pada tanggal : 9 – 10 Maret 2018 di

Ruang Rancake III, Hotel Pajajaran Suites, Jl. Pajajaran No 17, Bogor.

Peserta FGD sebanyak 30 orang terdiri dari Kepala Badan Ketahanan

Pangan, Sekretaris Badan Ketahanan Pangan, Kepala Pusat Ketersediaan

dan Kerawanan Pangan, Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan,

pejabat Fungsional Madya Analis Ketahanan Pangan, Kepala Bidang Harga,

Pusat DCP, Kepala Bidang Akses, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan

Pangan, Perwakilan Perpadi, perwakilan pejabat Eselon III lingkup Badan

Ketahanan Pangan.

FGD Perhitungan Cadangan Beras Masyarakat dibuka oleh Kepala

Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dalam sambutannya dikatakan

bahwa tujuan dari FGD adalah Menyusun estimasi/pendugaan jumlah

cadangan beras masyarakat.

Adapun paparan yang disampaikan Kepala Pusat Distribusi dan

Cadangan Pangan adalah mengenai beras yang merupakan komoditas

penting bagi masyarakat Indonesia. Perhitungan Cadangan Beras

Masyarakat dilakukan melalui beberapa kajian, kerjasama antara Badan

Page 23: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Ketahanan Pangan (BKP) dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Tahun 2004

kajian yang dilakukan adalah terkait Pedoman Perhitungan Cadangan Beras

Masyarakat. Tahun 2011 kajiannya terkait Konsumsi dan Cadangan Beras

Nasional. Tahun 2013 kajian terkait Pedoman Pencacah Survei Kajian

Perhitungan Cadangan Pangan Masyarakat. Kajian terakhir tahun 2015 terkait

Survei Kajian Beras. Empat kajian tersebut dilaksanakan di beberapa titik yaitu

Rumah Tangga Petani (Produsen), Rumah Tangga Konsumen, Penggilingan,

Pedagang dan Horeka. Hasil kajian yang dilaksanakan oleh BKP dan BPS

tahun 2004-2015 dapat dimanfaatkan untuk dilakukan perhitungan dalam

menduga cadangan beras yang ada di masyarakat saat ini secara periodik.

Tindak lanjut dari upaya pendugaan metodologi perhitungan cadangan beras

masyarakat diharapkan dapat digunakan untuk menduga di beberapa titik,

yaitu petani/produsen, konsumen, penggilingan, pedagang besar, pedagang

eceran, horeka dan industri.

Bapak Hermanto, Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan

Perkebunan, BPS memaparkan tentang Metode Perhitungan Cadangan

Beras Masyarakat. Menurut kelompok pengeluaran, pengeluaran rumah

tangga terkait bahan makanan memberikan andil inflasi terbesar pada bulan

Januari 2018. Pada perkembangan harga eceran beras umum pada Januari

2014 sampai dengan Februari 2018, terlihat tren harga beras mulai naik sejak

September 2017 dengan kenaikan yang signifikan di Januari 2018. Pada

tahun 2015, BPS meneliti terkait pola distribusi perdagangan komoditas beras

di provinsi Jawa Timur, dimana ada 8 jalur distribusi perdagangan beras.

Berdasarkan penelitian, ada 2 skenario yang dibuat yaitu skenario 1 :

mengatur pembagian keuntungan yang adil dan skenario 2 : memangkas jalur

distribusi. Penghitungan cadangan beras yang dilakukan BPS menggunakan

rumus sebagai berikut :

Stok akhir = stok awal + produksi – konsumsi – ekspor + impor.

dengan data stok akhir didapatkan dari pemerintah dalam hal ini Bulog, serta

masyarakat berdasarkan pola hasil survei 2 tahunan. Data produksi

didapatkan dari Kerangka Sampel Area (Bulanan). Data konsumsi didapatkan

dari rumah tangga pada survei sosial ekonomi nasional (Susenas). Sementara

data ekspor dan impor didapatkan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Page 24: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Saran rencana tindak lanjut yang akan dilakukan BPS dalam

perhitungan cadangan beras masyarakat adalah:

1. Penyusunan roadmap cadangan pangan beras kekinian dan kontinyu.

2. Keterlibatan stakeholder terkait

3. Identifikasi kegiatan survei yang diperlukan

4. Periodisasi pelaksanaan survei

5. Sistem pelaporan, pengolahan, dan desiminasi.

Bapak Prof Firdaus selaku Wakil Dekan FEM Bidang Sumberdaya,

Kerjasama dan Pengembangan, IPB memberikan materi tentang Estimasi dan

Pengembangan Model Perhitungan Cadangan Beras Masyarakat.

Menurut Professor Firdaus, keunikan persoalan pangan di Indonesia

adalah adanya variasi musiman dan juga variasi geografis. Sementara negara

lain produsen besar pertanian kebanyakan bersifat kontinental. Sehingga

secara agregat nasional produksi cukup namun persoalan distribusi

menyebabkan di beberapa daerah mengalami kelangkaan.

Saran teknik Estimasi Cadangan Pangan Masyarakat menurut

Profesor Firdaus adalah :

1. Estimasi besaran cadangan di 2018 bisa dilakukan dengan melakukan

penyesuaian berdasarkan data:

a. Kenaikan jumlah produksi padi dari total produksi di 2015 ke total

produksi di 2017.

b. Kenaikan jumlah konsumsi beras dari total konsumsi di 2015 ke total

konsumsi di 2017.

c. Dalam perhitungan konsumsi, menggunakan data konsumsi per kapita

yang sama di kedua tahun, namun jumlah penduduk berbeda.

d. Selisih perhitungan produksi dan konsumsi di kedua tahun dianggap

menjadi cadangan pada awal tahun 2018.

2. Proporsi distribusi cadangan mengikuti pola dari hasil survey BPS tanggal

31 Maret 2015.

Estimasi besaran cadangan beras dapat disempurnakan dengan beberapa

rekomendasi sebagai berikut

Page 25: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

1. Semua gabah pasti dibawa ke penggilingan. Maka penggilingan beras

adalah salah satu titik kritis dalam estimasi cadangan pangan

masyarakat. Pencatatan data stok di penggilingan secara teratur

(bulanan) akan sangat membantu : jumlah gabah yang dibawa petani,

yang dijual dan marketed surplus., termasuk harga. Pengalaman di

Jateng, dengan kontribusi 0.45 poin pada inflasi bulan Jan 2018, maka

Pimpinan daerah memberikan perhatian serius pada monitoring

produksi dan stok beras, dengan menginkorporasikan survey

penggilingan dalam Sistem Informasi berbasis android SIHATI. Jumlah

penggilingan di Jateng: 22.000-an.

2. Data jumlah beras yang keluar dan masuk ke PIC dan pasar-pasar

eceran di DKI Jakarta dapat menjadi faktor koreksi dalam survey

penggilingan. Koordinasi dengan PT. Food Station secara baik untuk

mendapatkan data pemasukan, stok dan pengeluaran serta harga

beras diperlukan.

3. Survey cadangan beras masyarakat harus dilakukan secara serentak

pada hari yang sama.

4. Badan Ketahanan Pangan perlu membuat DASH-BOARD yang dapat

digunakan untuk memantau secara mingguan atau bulanan sampai

level kabupaten/kecamatan terkait produksi, konsumsi, harga dan

cadangan pangan, bahkan ke depan real time.

Dr. Ir. Handewi Purwati Saliem, MS dari Pusat Sosial Ekomomi, Kementan

menyampaikan materi Perspektif Manajemen Stok Pangan Masyarakat.

Berdasarkan hasil kajian PSEKP tahun 2017, estimasi besaran CPM

dengan pengelompokan gaah dan beras berdasarkan asumsi fungsi

kepemilikan/ penguasaan CPM.

1) Sebagai cadangan yang dapat digunakan untuk merespon dinamika

pasar, khususnya perubahan harga (marketable, disimpan untuk dijual

kemudian):

Gabah di RT produsen padi

Gabah dan beras di UG padi

Gabah dan beras di UD beras

Page 26: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

2) Sebagai cadangan untuk memastikan dalam periode waktu tertentu

kebutuhan konsumsi atau bahan baku terpenuhi, sehingga beras ini

tidak marketable

Beras di RT produsen padi

Beras di Horeka, institusin pelayanan,industri pangan

Beras di RT konsumen beras

Berdasar hasil kajian BPS-BKP tahun 2015, total CBN : 8,8 juta ton,

CPP sebesar 1,7 juta ton, dan CPM sebesar 7.1 juta ton. Manajemen atau

pengelolaan cadangan beras masyarakat sangat penting. Saat ini

manajemen pengelolaan diserahkan kepada masing-masing pelaku. CBM

memiliki peran dominan (90%) dalam mengisi cadangan beras nasional.

Dari CBM, dominasi cadangan beras berada pada RT produsen padi

(>50%) dan usaha perdagangan beras skala menengah kecil (20%).

Pengelolaan CBM perlu didukung oleh data berbasis on line yang dapat

diakses secara cepat, akurat dan real time terkait informasi sebaran, jenis

dan jumlah cadangan beras yang ada di masing-masing pelaku terutama

RT produsen padi dan UD beras-MK.

Rekomendasi Kebijakan:

1. BKP perlu membuat DASH-BOARD yang dapat digunakan untuk

memantau secara mingguan atau bulanan sampai level kabupaten

terkait produksi, konsumsi, harga dan cadangan pangan, bahkan ke

depan real time.

2. BKP dan BPS akan menyusun roadmap: pendugaan/estimasi CBM dan

pelaksanaan survei.

3. Kajian Perhitungan Stok di Masyarakat di dorong ke Bappenas untuk

menjadi Prioritas Nasional (Pronas) Perlu ada validasi data pusat dan

daerah.

Estimasi Perhitungan Cadangan Beras Masyarakat Tahun 2018

1. Mengacu pada hasil Survey Kajian Beras masyarakat Tahun 2015.

2. Simulasi perhitungan CBM 2018, dengan Produksi (Tahun Bergerak)

dan Stok (Tahun Bergerak, hasil proyeksi kajian 2015)

Page 27: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Rasio Produksi

Periode/Tahun 2015 2016 2017 2018

Januari-Maret 0,90 1,38 1,07

Januari-Juni 1,00 1,09 1,06

Januari-September 1,00 1,05 1,06

Data Produksi Beras per Tahun berdasarkan Bulan

Bulanan Akumulasi Bulanan Akumulasi Bulanan Akumulasi Bulanan Akumulasi

Januari 1.757.286 1.298.928 2.640.907 2.759.200

Februari 3.501.379 2.465.253 6.010.546 6.461.657

Maret 7.320.503 12.579.168 7.494.889 11.259.069 6.842.700 15.494.153 7.314.659 16.535.516

April 6.645.770 7.003.492 4.553.457 4.813.983

Mei 3.266.985 3.850.050 3.832.877 4.014.244

Juni 3.286.249 25.778.171 3.637.963 25.750.574 4.133.020 28.013.507 4.414.473 29.778.217

Juli 3.602.643 3.900.223 4.303.021 4.555.793

Agustus 4.835.327 4.687.977 4.469.443 4.553.922

September 3.959.315 38.175.456 3.684.988 38.023.762 3.300.589 40.086.560 3.543.809 42.431.740

Oktober 2.080.234 2.691.621 2.723.083 2.977.933

November 1.521.257 2.620.814 2.378.791 2.642.224

Desember 2.072.967 2.815.315 3.234.921 3.121.796

TOTAL 43.849.914 46.151.512 48.423.355 51.173.693

*Perkiraan Produksi Beras Kotor (ton) Tahun 2015-2018

Bulan2018201720162015

Page 28: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Estimasi Perhitungan CBM 2018

RUMUS PERHITUNGAN :

Stok Maret Tahun ke t :

Stok Juni Tahun ke t :

Stok September tahun ke t :

Intitusi

Maret Juni September Maret Juni September

Rumah Tangga 5.184.685 4.783.513 4.208.351 6.815.351 5.525.779 4.677.551

a. Produsen 4.833.172 4.438.964 3.924.855 6.353.281 5.127.766 4.362.448

b. Konsumen 351.513 344.549 283.496 462.069 398.013 315.104

Pedagang 1.300.528 1.871.192 1.620.862 1.709.565 2.161.548 1.801.576

a. UMK 1.272.024 1.836.197 1.587.946 1.672.096 2.121.123 1.764.990

b. UMB 28.504 34.995 32.916 37.469 40.425 36.586

Penggilingan 564.299 1.269.635 727.155 741.780 1.466.647 808.227

Horeka dan Industri 31.292 587.876 582.604 41.134 679.098 647.560

Total 7.080.804 8.512.216 7.138.972 9.307.829 9.833.072 7.934.915

CBM Tahun 2018CBM Tahun 2015

(Kajian CBM BPS dan BKP)

Page 29: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

6. Rekapitulasi Identifikasi Lumbung Pangan Masyarakat

A. Analisa Terhadap Tabel Identifikasi LPM Calon Penerima Banper

Identifikasi Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) dilakukan dengan

tujuan untuk mendapatkan data terbaru dari LPM yang menjadi calon

penerima Bantuan Pemerintah (Banper) berupa pemberian fasilitasi melalui

APBN sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) untuk pengisian

cadangan pangan pada lumbung pangan yang sudah masuk tahap

pengembangan maupun lumbung pangan yang akan masuk tahap

pengembangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi LPM yang

dilaporkan dari dinas/badan/kantor yang menyelenggarakan urusan

pangan di daerah baik provinsi maupun kabupaten kepada pemerintah

pusat, dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian.

Pemberian fasilitasi dari Banper terakhir dilakukan oleh Badan

Ketahanan pada Tahun 2015 kepada sejumlah 1584 LPM yang memasuki

Tahap Pengembangan, kemudian dilanjutkan pada tahun berikutnya, tahun

2016 dilaksanakan penyaluran Banper kepada sejumlah 51 LPM yang juga

memasuki Tahap Pengembangan.

Tahun 2019, rencana awal akan dilaksanakan pemberian Banper

terhadap LPM yang telah memasuki Tahap Pengembangan, dimana

pernah mendapatkan Banper sejumlah 1 kali, yang disalurkan pada Tahun

2015 dan 2016, serta LPM yang akan memasuki Tahap Pengembangan

dimana LPM tersebut dibangun menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK)

Fisik Bidang Pertanian Tahun 2016. Oleh karena itu dilakukan

pengumpulan laporan Identifikasi LPM yang mencakup informasi:

- Identitas Lokasi

- Nama LPM

- Nama Ketua lengkap dengan nomor HP Ketua LPM

- Tahun Pembangunan Fisik Lumbung

- Kondisi Fisik Lumbung

- Keaktifan Kelompok

- Kapasitas Lumbung

- Stok Akhir

Page 30: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

- Foto open camera kondisi fisik lumbung.

Adapun berdasarkan laporan Identifikasi LPM yang telah dilaporkan

ke Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, terdapat 78% LPM

yang telah dilaporkan data identifikasinya dari total 2078 LPM yang

seharusnya dilaporkan.

Tabel 1: Rekapitulasi Laporan Identifikasi LPM

Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1 di atas, terlihat pada Tahap

Penumbuhan 2016, hampir seluruh identifikasi LPM dilaporkan oleh

dinas/badan/kantor yang menyelenggarakan urusan pangan di daerah.

Sementara pada Tahap Pengembangan 2015 dan 2016, identifikasi LPM yang

sudah dilaporkan sebesar 72,29% dari total 1584 LPM dan 62,75% dari total

51 LPM.

Hampir lengkapnya data Identifikasi LPM pada Tahap Penumbuhan

2016 yang dilaporkan ke Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian,

No Tahap LPM

Pelaksana Laporan Identifikasi

Ʃ

Prov.

Ʃ

Kab.

Ʃ

LPM

Ʃ

Prov.

Ʃ

Kab.

Ʃ

LPM

1 Pengembangan 2015 34 241 1584 28 183 1145

2 Pengembangan 2016 4 5 51 3 3 32

3 Penumbuhan 2016 25 135 443 25 134 437

2078 Sudah

Dilaporkan 1614

Belum

Dilaporkan 464

Page 31: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

karena seiring dengan perkembangan konstelasi kebijakan pembangunan

pertanian, konsepsi LPM pada tahun 2019 mengalami dinamika perubahan

bahwa LPM yang akan masuk Tahap Pengembangan akan diberikan fasilitasi

melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) berupa pemberian

Bantuan Pemerintah (Banper) sebesar Rp.60.000.000,- (enam puluh juta

rupiah) kepada kelompok lumbung yang dibangun melalui DAK Fisik Bidang

Pertanian Tahun 2016 atau sebelumnya yang belum pernah mendapatkan

pengisian cadangan pangan.

a) Keaktifan Kelompok

Keaktifan Kelompok yang diamati pada organisasi LPM, dikategorikan

menjadi 2 yaitu kelompok aktif dan kelompok tidak aktif. Kelompok aktif

merupakan kelompok yang masih aktif menjalankan kegiatan

keorganisasian lumbung serta pengadaan maupun penyaluran

gabah/beras. Sedangkan kelompok tidak aktif, merupakan kelompok yang

sudah tidak lagi menjalankan aktivitas kegiatan keorganisasian lumbung,

maupun kegiatan pengadaan maupun penyaluran gabah/beras. Namun,

yang perlu menjadi catatan adalah untuk kelompok yang tidak aktif pada

72,29%

62,75%

98,65%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Pengembangan 2015

Pengembangan 2016

Penumbuhan 2016

Rekapitulasi Laporan Identifikasi LPM Calon Penerima Banper 2019

Pengembangan 2015 Pengembangan 2016 Penumbuhan 2016

Gambar 1: Persentase data Identifikasi LPM yang sudah dilaporkan

Page 32: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Tahap Penumbuhan 2016, bisa jadi merupakan kelompok yang belum aktif,

karena semenjak dibangun fisik lumbung pada tahun 2016, belum ada

bantuan pengisian dari APBN, sehingga organisasinya belum aktif

menjalankan kegiatan lumbung untuk pengadaan maupun penyaluran

gabah/beras, kecuali beberapa LPM yang dengan menggunakan swadaya

masyarakat bergotong royong untuk mengumpulkan modal awal untuk

penyimpanan gabah/beras.

Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa sebagian besar keaktifan kelompok

pada LPM masih berstatus aktif dalam menjalankan keorganisasiannya

dalam kepengurusan serta kegiatan lumbung. Hal ini menunjukkan adanya

partisipasi masyarakat yang baik terhadap adanya LPM yang dibangun

ditengah-tengah masyarakat.

b) Kondisi Fisik Lumbung

Kondisi fisik lumbung yang diamati dikategorikan menjadi 3 yaitu kondisi

baik, sedang, dan rusak. Pada Tahap Pengembangan 2015, sebanyak 830

LPM, kondisi fisik lumbungnya masih baik, 151 LPM kondisi sedang, 42

LPM kondisi sudah rusak, sedangkan masih terdapat 122 data yang belum

0

200

400

600

800

1000

Pengembangan2015

Pengembangan2016

Penumbuhan 2016

933

31

399

981 23

11415

Keaktifan Kelompok

Aktif Tidak Aktif Tidak ada data

Gambar 2: Keaktifan Kelompok

Page 33: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

dilaporkan kondisi fisik lumbungnya. Pada Tahap Pengembangan 2016,

seluruh LPM yang telah dilaporkan, kondisi fisik lumbungnya masih baik.

Sementara LPM yang merupakan Tahap Penumbuhan 2016, sejumlah 411

LPM masih dalam kondisi baik, 11 LPM kondisi sedang, tidak ada satupun

LPM yang dilaporkan dalam kondisi rusak, serta 15 LPM lainnya belum

dilengkapi keterangan kondisi fisik lumbung.

c) Kapasitas Lumbung

Untuk memudahkan dalam melihat keragaman kapasitas lumbung yang

dibangun oleh masing-masing kelompok LPM, maka kapasitas lumbung

dikategorikan menjadi 3 kategori kapasitas lumbung yaitu:

- Lumbung berkapasitas <30 ton

- Lumbung berkapasitas 30-60 ton

- Lumbung berkapasitas >60 ton

Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa pada Tahap Pengembangan 2015,

kapasitas lumbungnya cenderung beragam mulai dari lumbung

berkapasitas <30 ton, 30-60 ton serta >60 ton. Hal ini terlihat dari jumlah

dari masing-masing kapasitas yang hampir mencapai sepertiga dari jumlah

0

200

400

600

800

1000

Pengembangan 2015 Pengembangan 2016 Penumbuhan 2016

830

32

411

151

1142122

15

Kondisi Fisik Lumbung

Baik Sedang Rusak Tidak ada data

Gambar 3: Kondisi Lumbung

Page 34: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

lumbung pada Tahap Pengembangan 2015. Demikian pula dengan LPM

Tahap Pembangunan 2016, kapasitas lumbungnya juga cenderung

beragam yang dilihat dari jumlah masing-masing kategori kapasitas

lumbung hampir mencapai sepertiga dari jumlah lumbung pada Tahap

Pembangunan 2016. Sedangkan pada tahap Pengembangan 2016,

seluruh lumbung yang dilaporkan data identifikasi LPM’nya memiliki

kapasitas <30 ton.

d) Stok Akhir

Beragamnya jumlah stok akhir yang tersimpan di masing-masing LPM,

kemudian disusunlah 3 kategori untuk memudahkan untuk melihat sejauh

mana kondisi stok akhir yang ada di lumbung. Kategori kondisi stok disusun

kedalam 3 kategori, yaitu:

- kurang dari 1.000 kg

- antara 1.000-4.000 kg

- lebih dari 4.000 kg

Pada Tahap Pengembangan 2015 serta Tahap Penumbuhan 2016, terlihat

kondisi stoknya lebih beragam mulai dari stok kurang dari 1.000 kg sampai

dengan lebih dari 4.000 kg. Pada kedua kelompok LPM ini, juga masih

banyak terdapat data kondisi stok yang tidak tersedia datanya, hal ini bisa

dimungkinkan karena 2 hal, yang pertama karena memang tidak

disampaikan kondisi stoknya, kedua kondisi stoknya kosong, sehingga

tidak dituliskan jumlahnya. Sementara pada Tahap Pengembangan 2016,

sebagian besar LPM masih memiliki stok di atas 4.000 kg. Hal ini

menunjukkan LPM pada tahap ini, cukup bagus dalam mempertahankan

ketersediaan cadangan pangannya, baik dalam bentuk gabah maupun

beras.

Page 35: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

B. Gambaran Pengelolaan Lumbung Pangan Masyarakat di Jawa Barat

1. Kelompok LPM Sri Lestari

Desa Parakan, Kecamatan Leuwimunding, Kab. Majalengka

Lumbung Pangan Sri Lestari merupakan Lumbung Pangan Masyarakat

dibangun melalui dana DAK tahun 2014 dan diisi melalui dana APBN

tahun 2015. LPM dikelola oleh Kelompok Tani Marga Asri, tepatnya

berada di Desa Parakan Kecamatan Leuwimunding Kabupaten

Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Bangunan Lumbung Pangan ini

seluas 6 x 8 m saat ini terisi 19 karung gabah @ 42 kg atau sekitar 0,8

ton gabah milik kelompok, sedangkan yang ada di masyarakat berupa

pinjaman uang sebanyak Rp. 40 juta. LPM ini dilengkapi dengan lantai

jemur yang berkuran 6 x 8 meter.

Menurut Ketua Poktan Sri Lestari, Bpk Rusta, Lumbung pangan milik

kelompoknya melayani simpan pinjam berupa uang. Pinjaman dalam

bentuk uang dengan ketentuan bunga 3% per bulan selama musim

tanam. Adapun pengurus kelompok dibantu oleh Didi Sawidi sebagai

Sekretaris dan Asja sebagai Bendahara. Selain itu dilengkapi dengan

seksi pengawas yaitu Bapak Ayat Firman Hidayat, SE.

Keberadaan LPM sangat bermanfaat untuk antisipasi paceklik bisa

pinjam dan penyaluran rawan pangan. Dari aktivitas simpan pinjam

tersebut, kelompok lumbung pangan yang berdiri tanggal 8 Desember

2008 ini berkembang anggotanya. Pada awal berdiri hanya

beranggotakan 40 orang, berkembang menjadi 90 orang.

Saat ini harga GKG setempat Rp. 5.200., sedangkan harga beras di

penggilingan sebesar Rp. 9.000 dan di pasar mencapai Rp. 10.000.

Tidak ada petani yang menjual gabah dalam bentuk GKP. Varietas yang

banyak ditanam anggota kelompok ciherang dan IR36.

Kelengkapan administrasi umum, administrasi keuangan dan buku

AD/ART sudah lengkap. Selain itu LPM ini sudah dilengkapi dengan

surat pengesahan pendirian berbadan hukum berdasarkan Keputusan

Page 36: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI nomor AHU-

0074943.AH.01.07 Tahun 2016.

Selain dari bantuan pemerintah, LPM ini telah menambahkan modal dari

simpanan wajib anggota sebesar 50 Kg Gabah per anggota dan

simpanan pokok setiap kali panen sebesar 20 kg selama 2 tahun atau 6

kali (asumsi panen satahun 3 kali).

Untuk pertemuan antar anggota secara rutin dilakukan setahun sekali

pada saat RAT dan pembagian SHU bagi anggotanya. Untuk SHU

dilakukan setahun 2 kali. SHU diperoleh dari usaha traktor yang

dipinjamkan ke anggotanya. Adapun LPM ini sudah dilengkapi dengan

timbangan dan traktor.

Untuk kedepan yang harus diperhatikan oleh kelompok lumbung

pangan ini adalah perbaikan lantai lumbung karena sudah banyak

rusak/mengelupas dan untuk menjaga kebersihan lumbung, perlu

perbaikan atap karena tidak ada plafon untuk antisipasi serangan tikus.

Selain itu untuk kelengkapan bangunan lumbung diperlukan papan

nama kelompok.

Foto-foto LPM Sri Lestari

Page 37: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

2. Kelompok LPM Karya Sari V

Desa Kepel, Kecamatan Cisaga, Kab. Ciamis

Lumbung pangan pada masa lalu merupakan sebentuk kearifan lokal

dalam menghadapi masa-masa paceklik. Peranannya yang begitu vital

telah memberikan bukti kemanfaatan yang nyata bagi masyarakat

perdesaan. Dan hal inilah yang ingin dihadirkan kembali oleh salah satu

kelompok lumbung pangan yang berada di Desa Kepel, Kecamatan

Cisaga, Kabupaten Ciamis. Nama kelompok tersebut adalah LPM Karya

Sari V. Kelompok ini merupakan salah satu LPM binaan Pemda. Ciamis

yang telah mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah.

Struktur LPM Karya Sari dibentuk secara organisasi pada tahun 2013.

Kelompok ini dipimpin oleh seorang ketua bernama Bapak Enda dengan

dibantu Ibu Dasih sebagai sekretaris dan Bapak Udung sebagai

Bendahara. Di tahun 2013, seiring dengan pembentukan struktur

pengurus, kelompok ini terseleksi mendapat bantuan dana alokasi

khusus (DAK) untuk pembangunan fisik lumbung. Bangunan yang

didirikan diatas tanah hibah milik salah salah satu pengurus ini memiliki

ukuran luas lumbung yakni 4 m x 6 m. Bangunan tersebut juga

sekaligus dilengkapi dengan lantai jemur yang dibangun disamping

gudang lumbung dengan luasan 3 m x 7 m. Secara penampakan fisik

lumbung, bangunan tersebut hingga saat ini masih berdiri kokoh dan

terawat dengan baik. Adapun terkait dengan kepemilikan asset fisik

Page 38: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

kelompok, beradasar kondisi yang ada kelompok ini belum memiliki

RMU maupun timbangan. Kedepan mereka berharap agar sekirnya

diberikan peluang bantuan sarana fisik lain yang dapat menunjang

perkembangan pengelolaan lumbung.

Kelompok lumbung pangan pimpinan Bapak Enda, pada awal

pembentukan organisasi telah memiliki anggota sebanyak 72 orang.

Dan jumlah tersebut hingga maret 2018 tidak mengalami perubahan.

Sebagaimana dengan keberadaan kelompok lain, Kelompok LPM Karya

Sari V juga melengkapi struktur organisasinya dengan membuat seksi

atau bidang-bidang yang dibutuhkan dalam membantu pengelolaan

kegiatan lumbung pangan.

Dari sisi stok ketersediaan cadangan pangan, dengan diberikannya

bantuan pemerintah sebesar Rp. 20 juta di tahun 2015, kelompok dapat

membeli gabah untuk iron stock sebanyak 3 ton. Dan selama proses

pengelolaan stok cadangan, pengurus telah melakukan refresh stok

cadangan oleh sebab menghindari penuruan kualitas yang dapat

mengakibatkan gabah tidak layak untuk di konsumsi.

“Terkait stok cadangan ini sudah kami ganti pak. Kami jual untuk

dibelikan kembali. Karena kalau tidak begitu khawatir kualitas gabah

turun seperti berubah warna. Dan kebetulan pas harga jual cukup

bagus, tutur salah satu pengurus.”

Pasca dilakukan refresh tersebut kondisi stok cadangan digudang saat

ini ada sebanyak 2,5 ton gabah. Adapun terkait dengan perkembangan

harga gabah di wilayah Desa Kepel sekianya menarik untuk dicatat

bahwa di desa ini tidak ditemui penduduk yang menjual gabah kering

panan (GKP). Warga desa biasanya menjual gabah dalam bentuk GKG

dengan kisaran harga Rp. 5000/kg. Sedangkan untuk harga beras kelas

medium ditingkat penggilingan yakni pada rentang harga Rp. 8.000 –

9.000/kg sedangkan ditingkat pasar yakni Rp. 10.000/kg.

Perjalanan pengelolaan lumbung pangan Karya Sari hingga saat ini

masih sebatas mengelola stok cadangan pangan. Keberadaan kegiatan

Page 39: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

ini sungguh sangat dirasakan kemanfaatannya bagi anggota utamanya

pada masa paceklik atau kondisi sosial tertentu yang mengakibatkan

rawan pangan. Adapun untuk kegiatan-kegiatan penunjang semisal

simpan pinjam saat ini belum dilakukan di internal kelompok namun

niatan ini sudah mencoba untuk diwujudkan. Harapannya dengan

adanya kegiatan bersama tersebut dapat mengikat tanggung jawab dan

menguatkan rasa kebersamaan.

Adapun sehubungan dengan kelengkapan administrasi di tingkat

kelompok, pengurus telah memiliki beberapa kelengkapan penunjang

seperti buku tamu, absensi, notulensi dan buku alur jual beli stok

cadangan. Pengurus kedepan bertekad untuk terus mengembangkan

dan memajukan kegiatan kelompok dan semakin memberikan manfaat

bagi warga khususnya anggota.

Foto-foto LPM Karya Sari V

Page 40: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

3. Kelompok LPM Rhineka

Desa Neglasasi, Kecamatan Kadungora, Kab. Garut

Kelompok LPM Rhineka yang diketuai oleh Bapak Enjang Wijaya ini

berada di Desa Neglasasi, Kecamatan Kadungora. Kelompok ini

mendapatkan bantuan pembangunan fisik lumbung melalui Dana

Alokasi Khusus Bidang Pertanian pada tahun 2014, dengan ukuran 6 x

8 meter, sekaligus mendapatkan pembangunan lantai jemur dengan

ukuran 10 x 8 meter. Pada tahun berikutnya mendapat fasilitasi

pengisian cadangan pangan sebanyak 3,3 ton GKG.

Kelompok LPM Rhineka ini adalah kelompok tani yang tergabung dalam

Gabungan kelompok tani (Gapaoktan) Sejahtera yang pada awalnya

mempunyai anggota sebanyak 29 orang dan saat ini telah berkembang

menjadi 38 orang. Gapoktan Sejahtera merupakan gabungan 5

kelompoktani yaitu Kelompok tani Rineka, Bojong, Mekarsari,

Mekarjaya, Taruna Jaya.

Untuk meningkatkan pemupukan modal, kelompok LPM ini menggalang

iyuran dari anggotanya berupa gabah sebanyak 10 kg setiap kali musim

panen. Hingga saat ini perkembangan modal kelompok telah mencapai

8 ton gabah. Pada saat kunjungan tersimpan gabah sebanyak 3 ton di

gudang, dimana sisanya masih dipinjam oleh anggotanya.

Dengan aktivitas yang tunjukan oleh kelompok ini dalam menjalankan

kegiatannya pada tahun 2015, kelompok ini kembali meandapatkan

bantuan RMU dari Dana alokasi Khusus Bidang Pertanian.

Dengan kepemimpinan Bapak Enjang Wijaya, yang sekaligus juga

ketua Gapoktan Sejahtera, kelompok LPM ini terus berkembang

melakukan pengeloalan RMU yang diperolehnya dengan melakukan

penjualan beras. Pada tahun 2017 Gapoktan Sejahtera mendapat

kepercayaan sebagai pelaksana kegiatan PUPM

Page 41: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Foto-foto LPM Rhineka

4. Kelompok LPM Sentosa

Desa Suko Sono, Kecamatan Sukawening, Kab. Garut

Kelompok Lumbung Pangan Masyarakat Sentosa terletak di Kp. Sumur

Sari, Desa Suka Sono, kecamatan Sukawening kabupaten Garut,

provinsi Jawa Barat. Kelompok ini mempunyai anggota sebanyak 30

orang yang dipimpin oleh ketua Bapak Kuniawan. Lumbung yang dimiliki

kelompok dibangun melalui Dana Alokasi Khusus Bidang Pertanian

pada tahun 2010.

Dalam pengisian lumbung, kelompok ini mengumpulkan iuran dari

anggotanya sebanyak 25 kg setiap musim panen, sampai saat ini telah

terkumpul gabah miliki kelompok sebanyak 2,5 yang kemudian

dipinjamkan kepada anggota menjelang musim tanam dan dikembalikan

ke lumbung setelah panen. Jasa pinjaman sebesar 5 kg per 1 kwintal.

Pada tahun 2015 kelompok ini mendapatkan bantuan RMU dari Dana

Alokasi Khusus Bidang Pertanian. Kelompok ini menerima upah

penggilingan padi dari anggota dan masyarakat sekitarnya, upah giling

yang diterima adalah sebesar 5 kg beras setiap 1 kwintal gabah. Dengan

RMU ini kelompok mengembangkan usaha penjualan beras dengan

membeli gabah dari anggotanya.

Page 42: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Foto-foto LPM Sentosa

5. Kelompok LPM Bina Warga

Desa Cikaramas, Kec. Tanjungmedar, Kab. Sumedang

Lumbung Pangan Bina Marga merupakan Lumbung Pangan

Masyarakat (LPM) dibangun melalui dana DAK tahun 2016 akhir diisi

secara mandiri oleh masyarakat sekitar yang merupakan anggota dari

kelompok tersebut. LPM ini dikelola oleh Kelompok Tani Bina Warga,

tepatnya di Desa Cikaramas Kecamatan Tanjungmedar, Kabupaten

Sumedang Provinsi Jawa Barat. Lumbung pangan yang diketuai oleh H.

Akap Samsudin ini memiliki luas 4x4 m dengan kapasitas 15-20 ton

dengan lantai jemur seluas 6x8 m. Saat ini masih ada stok sebesar 120

kg gabah dan masih ada di masyarakat sebanyak 3,3 ton gabah.

Lumbung pangan Bina Warga melayani simpan pinjam gabah kering

giling kepada anggota poktan, sementara ada juga masyarakat yang

memanfaatkan lumbung pangan tersebut untuk menyimpan hasil panen

mereka.

Setiap anggota yang meminjam gabah sebanyak 10 kg per panen, wajib

mengembalikan ke lumbung sebanyak 11 kg per panen sehingga ada

simpanan yang dapat mengisi lumbung pangan untuk dapat terus

Page 43: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

diputar peminjamannya. Pengembalian tersebut ditetapkan dalam 1

(satu) musim panen. Dalam setahun terdapat 3 (tiga) kali musim panen.

Simpanan pokok anggota sebesar 10 kg gabah, sedangkan simpanan

wajib sebesar 10 kg tiap kepemilikan 0,1 ha sawah tiap anggota. Namun

sistem ini tidak mematok atau terikat, dalam arti apabila ada warga yang

hanya dapat memberikan simpanan pokok di bawah 10 kg masih

diperbolehkan. Anggota kelompok meminjam dalam bentuk gabah. Saat

ini harga GKG Rp. 5.000 dan harga beras medium di daerah tersebut

Rp. 10.000.

Keberadaan LPM Bina Warga sangat bermanfaat bagi anggota

terutama pada saat belum panen atau gagal panen, sehingga mereka

dapat meminjam gabah kepada LPM. Dari aktivitas simpan pinjam

tersebut, kelompok lumbung pangan yang berdiri tahun 2010 ini

berkembang anggotanya. Pada awal berdiri hanya beranggotakan 50

orang, saat ini berkembang menjadi 80 orang. Keberadaan lumbung

pangan ini tidak hanya diperuntukkan untuk anggota saja, tetapi juga

untuk masyarakat sekitar yang membutuhkan. Untuk meningkatkan

potensi dan kesejahteraan anggota dan masyarakat, LPM Bina Warga

mengadakan pertemuan sekali dalam sebulan yang berlokasi di rumah

Ketua LPM Bina Warga dan dihadiri oleh para anggota, masyarakat,

pengurus LPM dan pembina dari Dinas terkait.

Foto-foto LPM Bina Warga

Page 44: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

6. Kelompok LPM Ciampenan

Desa Ciampenan, Kecamatan Cineam, Kab. Tasikmalaya

Kelompok Lumbung Ciampenan berlokasi di Desa Ciampenan,

Kecamatan Cineam dengan anggota kelompok sebanyak 32 orang.

Kelompok lumbung pangan terbentuk pada tahun 2013. Pada tahun

2013, kelompok lumbung menerima bantuan pemerintah melalui Dana

Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian tahun 2013 untuk

pembangunan fisik lumbung. Lahan Untuk pembangunan lumbung

pangan menggunakan lahan yang telah dibeli oleh kelompok seluas 132

meter persegi.

Lumbung yang dibangun dari DAK Bidang Pertanian ini memiliki

kapasitas 60 ton dan dilengkapi dengan ruangan sekretariat kelompok

lumbung. Kondisi lumbung pangan saat kunjungan dilakukan masih

dalam kondisi bagus.

Kelompok lumbung pangan Ciampenan pada tahun 2015 telah

menerima bantuan pemerintah melalui dana dekosentrasi sebesar Rp

20.000.000,- Alokasi dana bantuan pemerintah tersebut sesuai dengan

Rencana Usaha Kelompok (RUK) untuk pengadaan cadangan

kelompok sebesar 3,4 ton Gabah Kering Panen. Kondisi stok kelompok

waktu kunjungan dilakukan tinggal sebanyak 6 kwintal. Sedikitnya stok

saat ini karena telah dipinjam oleh anggota kelompok dan sebagian lagi

dijual ada harga gabah yang cukup tinggi sehingga dapat dibelikan pada

saat panen raya Bulan April.

Pembukuan kelompok lumbung pangan sudah baik, hal ini diindikasikan

dengan adanya buku pengadaan gabah, buku peminjam gabah, buku

notulen, buku neraca dan keuangan dan buku tamu. Kelompok lumbung

pangan ini cukup aktif dimana setiap aktifitas kelompok yang akan

dilakukan seperti penjualan stok diputuskan dalam rapat anggota.

Namun demikian, kelompok lumbung masih belum memiliki anggaran

dasar dan anggaran rumahtangga kelompok karena masih menjadi

bagian dari aktifitas Gapoktan Ciampenan. Memperhatikan struktur

Page 45: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

pengurus kelompok lumbung sudah mewakili keterlibatan wanita

dimana bendahara dan sekretaris diisi oleh wanita tani.

7. Penyusunan Konsep Kegiatan Lumbung Pangan Masyarakat yang

difasilitasi melalui DAK Fisik Bidang Pertanian Tahun 2019

Pada Tahun 2019, melalui DAK Fisik Bidang Pertanian Tahun 2019,

terdapat alokasi pembangunan lumbung pangan masyarakat dan sarana

pendukung. Untuk menyamakan persepsi kegiatan terkait pemanfaatan DAK

Fisik Pertanian 2019 maka disusun Petunjuk Operasional (Jukof) Pengelolaan

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian TA 2019 yang tertuang dalam

Permentan Nomor 52 Tahun 2018.

Adapun isi konsep dari jukof Pembangunan Lumbung Pangan

Masyarakat dan Penyediaan Sarana Pendukung adalah sebagai berikut :

Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM)

merupakan salah satu mekanisme pengelolaan cadangan pangan

masyarakat, dengan komponen kegiatannya adalah fasilitasi pembangunan

fisik lumbung dan penyediaan sarana pendukungnya. Peranan strategis LPM

meliputi keterpaduan antara mekanisme komersial dan sosial, yang secara

sinergis dilakukan oleh kelompok tani/gapoktan penerima manfaat untuk

menjamin keberlangsungan akivitas LPM.

Secara fisik, LPM merupakan tempat penyimpanan hasil produksi

petani yang dikombinasikan dengan fasilitasi alat/mesin pengolahan

gabah/beras yang dibangun untuk mewujudkan ketahanan pangan wilayah

dan peningkatan kesejahteraan petani. Konsep Pengembangan LPM melalui

DAK ini diarahkan untuk mengoptimalkan potensi produksi di kabupaten

wilayah sentra produksi padi yang didukung dengan proses pengolahan dan

pemasaran sehingga meningkatkan nilai tambah bagi petani. Dalam

aktivitasnya, keberadaan LPM diarahkan untuk mengoptimalkan penyerapan

gabah petani anggota. Di sisi lain, peranan sosial LPM berfungsi sebagai

cadangan pangan masyarakat untuk mengantisipasi masa paceklik, gejolak

harga dan bencana alam.

Page 46: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Pembangunan Lumbung Pangan Masyarakat dan penyediaan sarana

pendukungnya mencakup komponen sebagai berikut:

a. Pembangunan fisik Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) kapasitas 30-60

ton per unit; dan

b. Sarana Pendukung lainnya, dengan beberapa pilihan sebagai berikut:

1) Pengadaan RMU dengan kapasitas minimal 0,5 ton per jam disertai

dengan rumah RMU; dan/atau

2) Pembangunan lantai jemur.

Apabila masih terdapat sisa alokasi dari total anggaran poin a) dan b),

dapat dipergunakan kembali antara lain untuk pemagaran, instalasi listrik,

pengadaan pallet, timbangan, tangga dan/atau penjahit karung beras. Sumber

pendanaan lainnya melalui APBD dan/atau swadaya masyarakat dapat

digunakan untuk melengkapi sarana pendukung dan pembiayaan lainnya.

Terkait dengan pembangunan fisik lumbung dan rumah RMU dapat

dibangun secara terpisah atau menjadi satu kesatuan dalam satu bangunan,

sesuai dengan ketersediaan lahan dan anggaran.

Spesifikasi teknis dari komponen pembangunan LPM dan sarana

pendukungnya tersebut mencakup:

1. Lumbung Pangan Masyarakat berkapasitas 30-60 ton, spesifikasi

bangunan permanen (beton), ventilasi dan sirkulasi udara cukup,

dilengkapi dengan pallet. Ukuran panjang dan lebar bangunan dapat

disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat.

2. RMU kapasitas minimal 0,5 ton per jam dengan komponen fungsi pecah

kulit (PK) dan polisher.

3. Lantai jemur dibuat dari beton dengan permukaan cembung dan licin,

pada masing-masing sisi dibuat saluran air.

4. Bangunan rumah RMU disesuaikan dengan kebutuhan ukuran RMU.

Pembangunan lumbung pangan masyarakat dan sarana pendukungnya perlu

memperhatikan hal hal sebagai berikut:

1. Lokasi pembangunan LPM berada di kabupaten sentra produksi padi;

Page 47: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

2. Pembangunan lumbung pangan dan sarana pendukungnya dilaksanakan

sesuai kebutuhan daerah dan dibangun di satu lokasi yang sama

sehingga bersifat terpadu;

3. Fasilitasi RMU meliputi mesin penggilingan padi lengkap 1 (satu) paket,

dengan komponen fungsi pecah kulit (PK) dan polisher;

4. Fungsi bangunan LPM sebagai sarana penyimpanan mengacu pada

standar yang dikeluarkan oleh instansi teknis yang berwenang

(Kementerian Pekerjaan Umum setempat);

5. Kriteria kelompok penerima manfaat yaitu:

a. Kelompok Tani/Gapoktan yang sudah aktif minimal 2 (dua) tahun;

b. belum pernah mendapat fasilitas yang sama pada tahun berjalan atau

pada tahun-tahun sebelumnya;

c. mengajukan proposal usulan yang selanjutnya dijadikan dasar e-

proposal oleh dinas kabupaten yang menangani ketahanan pangan;

d. sanggup menyediakan lahan untuk pembangunan fisik lumbung, lantai

jemur dan rumah RMU. Lahan tersebut dapat berasal dari salahsatu

anggota kelompok/lahan desa/lahan pemda yang sudah dihibahkan

kepada kelompok yang dinyatakan dengan surat pernyataan kesediaan

menghibahkan lahan;

e. membuat pernyataan kesanggupan untuk langsung

mengoperasionalkan lumbung pangan beserta fasilitas pendukung

secara berkelanjutan setelah dibangun; dan

6. Kepala Daerah pelaksana kegiatan Lumbung Pangan Masyarakat

membuat surat pernyataan kesanggupan untuk mendukung fasilitasi

operasional dan pengisian LPM minimal setara dengan 10% alokasi DAK

melalui APBD.

Page 48: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

8. Koordinasi Penyempurnaan Rancangan Kegiatan Ketahanan Pangan

Tahun 2019 khususnya terkait dengan Perencanaan LPM melalui DAK

TA. 2019.

Pelaksanaan rapat Koordinasi Penyempurnaan Rancangan kegiatan

Ketahanan Pangan tahun 2019 terkait kegiatan DAK Bidang Pertanian

diselenggarakan di IPB International Convention Center, Botani Square,

Bogor pada tanggal 24 -25 September 2018 yang dihadiri oleh 113

kabupaten/kota. Kabupaten/kota pelaksana DAK TA 2019 memastikan

penetapan CPCL sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu berada

di wilayah sentra produksi padi, status ketersediaan lahan untuk

pembangunan 1 (satu) paket pembangunan lumbung pangan dan sarana

pendukung lainnya, serta telah berstatus aktif minimal 2 (dua) tahun terakhir.

Guna mendukung program padat karya, pembangunan fisik lumbung

dilakukan melalui swakelola yang sesuai dengan Perpres Pengelolaan DAK.

Untuk pelaksanaan pembangunan lumbung dan lantai jemur melalui

rekomendasi Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan pengadaan RMU/Dryer

melalui rekomendasi Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah (LKPP), dengan spesifikasi sebagai berikut:

a. Pembangunan lumbung pangan memiliki kapasitas simpan 40 – 60 ton,

dengan tipe bangunan permanen.

b. Fasilitas pendukung berupa pengadaan RMU memiliki kapasitas 1 – 1,5

ton, rumah RMU disertai lantai jemur.

c. Untuk pilihan fasilitas lainnya berupa Dryer disesuaikan dengan

usulan/kebutuhan daerah.

Kesediaan daerah dalam mengalokasikan APBD untuk pengisian

Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) dinyatakan melalui surat pernyataan

oleh Bupati, dan kesediaan kelompok dalam penggunaan lahan untuk aktivitas

LPM dinyatakan dengan surat hibah atau pinjam pakai.

Perubahan lokus dari wilayah rentan rawan pangan menjadi wilayah

sentra produksi padi, mengharuskan beberapa kabupaten/kota yang belum

melakukan penyesuaian CPCL untuk melakukan proses pengusulan kembali

Page 49: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

melalui aplikasi KRISNA. Pengurangan alokasi anggaran menyebabkab

pengurangan jumlah kabupaten/kota penerima DAK tahun 2019 yang semula

sebanyak 160 kabupaten/kota menjadi 140 kabupaten/kota.

KABUPATEN PELAKSANA DAK 2019

NO.

Provinsi

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA

Alokasi DAK

Alokasi DAK

1 Aceh 3 3

1 Kab. Aceh Timur 1 1

2 Kab. Bireuen 1 1

3 Kab. Pidie 1 1

2 Sumatera Utara 8 7

1 Kab. Deli Serdang 1 1

2 Kab. Langkat 2 1

3 Kab. Mandailing Natal 1 1

4 Kab. Tapanuli Selatan 1 1

5 Kab. Nias Selatan 1 1

6 Kab. Padang Lawas Utara 1 1

7 Kab. Labuhanbatu Utara 1 1

3 Sumatera Barat 7 6

1 Kab. Lima puluh Kota 1 1

2 Kab. Agam 2 1

3 Kab. Pasaman 1 1

4 Kab. Pesisir Selatan 1 1

5 Kab. Tanah Datar 1 1

6 Kab. Pasaman Barat 1 1

4 Jambi 1 1

1 1 Kab. Kerinci 1 1

5 Sumatera Selatan 10 10

1 Kab. Musi Banyuasin 1 1

2 Kab. Musi Rawas 1 1

3 Kab. Muara Enim 1 1

4 Kab. Ogan Komering Ilir 2 2

5 Kab. Banyuasin 2 2

6 Kab. OKU Timur 2 2

7 Kab. OKU Selatan 1 1

6 Lampung 10 9

1 Kab. Lampung Selatan 2 1

2 Kab. Lampung Tengah 2 2

3 Kab. Lampung Timur 2 2

4 Kab. Tanggamus 1 1

5 Kab. Way Kanan 1 1

6 Kab. Pesawaran 1 1

7 Kab. Mesuji 1 1

7 Jawa Barat 13 12

1 Kab. Ciamis 1 1

2 Kab. Garut 2 2

3 Kab. Indramayu 1 1

4 Kab. Kuningan 1 1

5 Kab. Purwakarta 1 1

Page 50: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

NO.

Provinsi

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA

Alokasi DAK

Alokasi DAK

6 Kab. Sukabumi 2 2

7 Kab. Sumedang 2 1

8 Kab. Tasikmalaya 2 2

9 Kab. Pangandaran 1 1

8 Banten 4 3

1 Kab. Lebak 2 2

2 Kab. Serang 2 1

9 Jawa Tengah 28 25

1 Kab. Banyumas 1 1

2 Kab. Blora 2 2

3 Kab. Boyolali 1 1

4 Kab. Brebes 2 1

5 Kab. Cilacap 2 2

6 Kab. Demak 2 2

7 Kab. Grobogan 2 2

8 Kab. Jepara 1 1

9 Kab. Klaten 2 1

10 Kab. Magelang 1 1

11 Kab. Pati 2 2

12 Kab. Pekalongan 1 1

13 Kab. Purbalingga 1 1

14 Kab. Purworejo 1 1

15 Kab. Rembang 1 1

16 Kab. Sragen 2 2

17 Kab. Tegal 1 1

18 Kab. Temanggung 1 1

19 Kab. Wonogiri 2 1

10 DI Yogyakarta 1 1

1 1 Kab. GunungKidul 1 1

11 Jawa Timur 17 16

1 Kab. Blitar 1 1

2 Kab. Bojonegoro 1 1

3 Kab. Bondowoso 1 1

4 Kab. Gresik 2 1

5 Kab. Jombang 1 1

6 Kab. Lamongan 2 2

7 Kab. Mojokerto 1 1

8 Kab. Ngawi 2 2

9 Kab. Pasuruan 2 2

10 Kab. Probolinggo 1 1

11 Kab. Sumenep 1 1

12 Kab. Trenggalek 1 1

13 Kab. Tulungagung 1 1

12 Kalimantan Barat 5 4

1 Kab. Bengkayang 1 1

2 Kab. Landak 2 1

3 Kab. Sambas 2 2

13 Kalimantan Tengah 2 2

1 Kab. Kotawaringin Timur 1 1

2 Kab. Pulang Pisau 1 1

14 Kalimantan Selatan 9 9

1 Kab. Banjar 1 1

2 Kab. Barito Kuala 1 1

Page 51: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

NO.

Provinsi

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA

Alokasi DAK

Alokasi DAK

3 Kab. Hulu Sungai Selatan 1 1

4 Kab. Hulu Sungai Tengah 1 1

5 Kab. Tabalong 1 1

6 Kab. Tanah Laut 1 1

7 Kab. Tapin 1 1

8 Kab. Balangan 1 1

9 Kab. Tanah Bumbu 1 1

15 Kalimantan Timur 2 1

1 1 Kab. Kutai Kartanegara 2 1

16 Provinsi Sulawesi Utara 2 1

1 1 Kab. Bolaang Mongondow 2 1

18 Gorontalo 1 1

1 Kab. Gorontalo 1 1

17 Sulawesi Tengah 5 4

1 Kab. Banggai 1 1

2 Kab. Poso 1 1

3 Kab. Parigi Moutong 2 1

4 Kab. Sigi 1 1

19 Sulawesi Selatan 18 16

1 Kab. Bone 2 2

2 Kab. Bulukumba 1 1

3 Kab. Gowa 2 1

4 Kab. Luwu 2 1

5 Kab. Luwu Utara 1 1

6 Kab. Maros 1 1

7 Kab. Pangkajene dan Kepulauan 1 1

8 Kab. Pinrang 2 2

9 Kab. Sidenreng Rappang 1 1

10 Kab. Soppeng 1 1

11 Kab. Wajo 2 2

12 Kab. Luwu Timur 1 1

13 Kab. Toraja Utara 1 1

20 Sulawesi Barat 3 2

1 1 Kab. Polewali Mandar 2 1

2 2 Kab. Mamasa 1 1

21 Sulawesi Tenggara 3 2

1 1 Kab. Konawe 2 1

2 2 Kab. Konawe Selatan 1 1

22 NTB 5 3

1 Kab. Dompu 1 1

2 Kab. Lombok Tengah 2 1

3 Kab. Sumbawa 2 1

23 NTT 2 1

1 Kab. Manggarai Barat 2 1

24 Papua 1 1

1 Kab. Merauke 1 1

118 Total 160 140

Page 52: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Rapat koordinasi ini ditindaklanjuti dengan rencana penyusunan

Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan LPM dan sarana pendukungnya

sebagai dasar bagi daerah dalam penatalaksanaan swakelola untuk

mendukung program padat karya di daerah, yang akan melibatkan

kementerian/lembaga terkait dan pakar. Diusulkan agar dilaksanakanya

pertemuan sosialisasi kepada kelompok penerima manfaat terkait mekanisme

swakelola dan pengelolaan LPM, dilakukan pada 3 (tiga) wilayah, yaitu

pertemuan wilayah barat, tengah dan timur, masing-masing 40

kabupaten/kota pelaksana DAK. Pertemuan diagendakan bulan Pebruari

2019.

9. Penyusunan Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Lumbung

Pangan Masyarakat Tahun 2019

Dalam memenuhi ketersediaan dan akses pangan bagi masyarakat,

pemerintah melalui kewenangan yang dimilikinya telah membuat regulasi

yang mengatur serta menjamin pemenuhan kebutuhan pangan tersebut

melalui UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Secara jelas dan tegas tersirat

bahwa pemenuhan kebutuhan pangan adalah hak individu yang tidak boleh

diabaikan karena sifatnya yang asasi. Oleh karena itu, upaya-upaya yang

mengarah pada penjaminan kebutuhan pangan harus didukung secara

maksimal. Strategi pencaipannya pun harus dibangun diatas sinergistas

kerjasama lintas sektor yang saling berkaitan. Karena pada dasarnya,

persoalan pangan tidak semata menjadi tanggung jawab pemerintah namun

juga harus melibatkan stakeholder lain termasuk masyarakat sebagai subjek

pembangunan.

Sehubungan dengan strategi serta peran serta dalam pemenuhan

kebutuhan pangan tersebut, Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan

Pangan (BKP) telah melaksanakan Pengembangan Lumbung Pangan

Masyarakat dilakukan sejak tahun 2009. Terhitung sejak awal kegiatan ini

dilakukan hingga tahun 2016 telah dibangun sebanyak 3.818 unit lumbung

pangan masyarakat. Diantaranya telah difasilitasi pengisian cadangan pangan

sebanyak 3.257 kelompok. Tentunya keberadaan lumbung pangan

Page 53: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

masyarakat tersebut diharapkan menjadi sarana pendukung penguatan

ketahanan pangan yang mudah diakses dan cukup memenuhi kebutuhan

anggotanya disaat muncul kondisi-kondisi kekurangan pangan. Misal saat

musim paceklik atau akibat terdampak bencana transien.

Terkait dengan pelaksanaan kegiatan lumbung pangan di tingkat

daerah, pada tahun 2018, kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan

Masyarakat di provinsi dan kabupaten/kota dialokasikan anggaran untuk

operasional pembinaan kepada kelompok.Berkenaan dengan hal tersebut,

sebagai panduan dalam pemanfaatan anggaran tersebut disusun, maka Badan

Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian memandang perlu menerbitkan

Panduan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat (CPM). Panduan ini

dapat digunakan sebagai referensi atau acuan bagi aparat provinsi dan

kabupaten dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan

Masyarakat Tahun 2018.

Dalam penyusunan panduan ini, dibentuk tim penyusun yang

melibatkan unsur pimpinan dan staf bidang cadangan pangan. Pelaksanaan

penyusunan ini dilakukan di Hotel Santika, Depok. Adapun proses awal

penyusunan buku panduan ini diawali dengan penentuan batas kerangka pikir,

dan kegiatan pelaksanaan kegiatan Pengembangan CPM. Secara umum

pembahasan tentang kedua aspek tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Kerangka Pikir, dalam pembahasan bab ini setidaknya ada tiga sub bab

yang harus dipaparkan yaitu; dasar hukum, langkah kebijakan dan strategi

keberlanjutan program. 1) Dasar hukum. Konteks kegiatan pengembangan

lumbung pangan masyarakat tidak lepas dari komitmen pemerintah dalam

menguatkan system ketahanan pangan utamanya ditingkat masyarakat.

Dasar gerak dari upaya atau langkah pelaksanaannya pun merupakan

tindak lanjut dari mandat peraturan perundang-undangan, dalam hal ini UU

Pangan, yang didalamnya memberikan ruang bagi bagi masyarakat untuk

terlibat aktif dalam mewujudkan cadangan pangan masyarakat. Pelibatan

kelompok masyarakat atau kelompok lumbung ini menjadi sentra penting

terbangunnya pilar-pilar ketahanan pangan. Oleh sebab itu, ketentuan

hukum yang berlaku telah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi

Page 54: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

kelompok atau komunitas masyarakat untuk berpartisipasi aktif didalamnya.

2) Langkah Kebijakan. Harus ada arah kebijakan yang jelas dalam

mengatasi persoalan pangan. Tidak sebatas target yang akan dicapai

namun mencakup didalamnya langkah-langkah strategis yang bisa

dilakukan secara opersional dalam hal ini ditingkat masyarakat. Dalam

panduan ini kemudian dijelaskan setidaknya ada 3 cara pelaksnaan yang

diterapkan dalam kegiatan lumbung pangan: a) pemberdayaan kelompok

untuk meningkatkan kemampuan sdm, b) optimalisasi sumberdaya yang

ada, dan c) penguatan kapasitas kelembagaan. Dan 3) Strategi

Keberlanjutan. Dalam pembahasan sub bab ini fokus pembahasan yang

dilakukan yaitu memperjelas peran pemerintah daerah dalam penanganan

kelompok lumbung yang telah menerima bantuan, yang memasuki tahap

pasca mandiri.

2) Pelaksanaan. Guna memberikan panduan yang jelas bagi aparat didaerah

maka satu bab penting yang tidak boleh terlewatkan adalah berkait dengan

aspek pelaksanaan. Ada beberapa sub bab yang dibahas di dalamnya

meliputi: operasional pengembangan lumbung pangan masyarakat,

pembinaan, penyusunan direktori klasifikasi lumbung pangan masyarakat,

pemantauan dan evaluasi, dan pelaporan. 1) Operasional pengembangan

LPM. Pada sub bab ini lebih menjelaskan pada peran penanggungjawab

pelaksanan kegiatan dalam hal ini adalah pemerintah daerah provinsi dan

kabupaten. Masing-masing mendapat beban tanggung jawab yang harus

ditunaikan atas penyertaan biaya yang diberikan pada anggaran daerah.

Misal dana terkait dengan honor enumerator, maka harus diikuti dengan

tangung jawab penentuan petugas enumerator sesuai dengan criteria yang

telah ditentukan. Disamping itu masih banyak lagi tugas-tugas yang harus

ditunaikan terkait dengan pemberian anggaran meliputi pertemuan

koordinasi, melakukan monev, penyusunan laporan direktori klasifikasi dan

lain sebagainya. 2) Pembinaan. Satu bagin terpenting dari keberhasilan

pelaksanaan kegitaan pengembangan LPM adalah aspek pembinaan. Baik

pemerintah provinsi/kab harus melakukan kegiatan ini dengan sebaik

mungkin dan berkesinambungan. Aspek ini penting untuk menguatkan

fungsi kelembagaan LPM dan juga kualitas sdm pengelolanya. 3)

Page 55: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Penyusunan Direktori Klasifikasi LPM. Di ketahui bahwa sejak tahun 2009-

2016 telah terbangun fisik lumbung sebanyak 3818 unit. Diantara sebanyak

3257 unit telah mendapatkan pengisian. Terkait dengan proses

pelaksanaan kegiatan lumbung tersebut tentunya akan didapati kondisi dan

capaian hasil yang beragam. Oleh sebab itu penting kemudian untuk

disusun direktori klasifikasi LPM yang memberikan gambaran tingkat

keberhasilan ditiap-tiap kelompok LPM. Dalam pelaksanaannya ada

pembagian peran baik untuk tingkat provinsi maupun kabupaten. Cakupan

kerja ditingkat provinsi yakni mengolah dan mengkompilasi hasil

pengolahan yang disampaikan oleh kabupaten. Adapun untuk pelaksanan

ditingkat kabupaten yakni melakukan pengumpulan data, meng entry dan

mengolahnya. 4) Pemantauan dan Evaluasi. Pemantauan dimaksudkan

untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan. Monitoring

dilakukan untuk mengetahui berbagai permasalahan yang muncul di

lapangan supaya kegiatan berjalan secara efektif.Evaluasi kegiatan

dilakukan secara berjenjang (kabupaten dan provinsi) setiap semester yang

bertujuan untuk menilai tingkat keberhasilan kegiatan sesuai dengan

indikator yang telah ditetapkan. Dan 5) Pelaporan. Pada kegiatan pelaporan

ini berkait langsung dengan penunjukan enumerator di daerah (kabupaten).

Pelaporan ini dimaksdukan sebagai aktivitas penyampaian informasi secara

berkala dan berjenjang terkait dengan perkembangan/kondisi cadangan

pangan dikelompok.

3) Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan utamanya berkait dengan rutinitas

pelaporan maka disertakan juga format-format pelaporan yang

distandarkan untuk dipakai oleh aparat di daerah.

10. Perkembangan Cadangan Beras Pemerintah Pusat dan Daerah

A. Perkembangan Cadangan Beras pemerintah Pusat

Perkembangan Cadangan Beras Pemerintah Pusat berdasarkan

laporan Perum BULOG. Sejak tahun 2005, Pemerintah telah memiliki

Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola oleh BULOG, menyatu

Page 56: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

dengan stok BULOG dan dapat diakses di setiap gudang BULOG di

seluruh Indonesia oleh Pemerintah.

CBP yang dikelola Perum BULOG memiliki fungsi berbeda dengan

cadangan yang dikuasai oleh pedagang atau rumah tanggga. Secara

umum fungsi dari CBP ini secara subtantif meliputi; 1) untuk pengendalian

harga pangan yang dilakukan melalui OP dan 2) bantuan darurat

sosial/bencana alam. Namun demikian secara kondisional ketersediaan

stock CBP ini dalam kondisi tertentu (in case) dapat dipergunakan juga

untuk memenuhi kebutuhan raskin/rastra jika dirasa perlu ada

penambahan pasokan. Sehingga dengan demikian dikatakan bahwa CBP

ini dalam realitas pemanfaatannya dapat difungsikan untuk pengendalian

harga, bantuan bencana/sosial dan penanggulangan kemiskinan melalui

rastra.

Mengingat informasi dari Perum BULOG tentang cadangan beras

pemerintah (CBP) sangat diperlukan oleh para pengambil kebijakan dalam

mempertimbangkan apakah harus melakukan impor atau tidak, harus

mendatangkan beras dari wilayah lain atau tidak, dan cadangan beras

mencukupi atau tidak, maka dilakukan pemantauan terhadap CBP

termasuk penggunaan atau penyalurannya setiap bulan.

Berdasarkan laporan Perum BULOG maka dapat dilakukan analisis

sederhana mengenai stock dan pemanfaatan CBP setiap bulannya.

Adapun terkait dengan jumlah pemanfaatan CBP tersebut secara garis

besar dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Page 57: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Tabel 1 Pemanfaatan CBP BULOG Tahun 2018

Satuan:Ton

OP BENCANA

1 ACEH 12,896 226 13,122

2 SUMUT 27,915 372 28,286

3 RIAU 16,421 253 16,673

4 SUMBAR 8,048 17 8,065

5 JAMBI 12,271 16 12,288

6 SUMSEL 7,630 86 7,715

7 BENGKULU 4,272 - 4,272

8 LAMPUNG 15,057 305 15,362

9 DKI 64,214 125 64,339

10 JABAR 107,017 245 107,262

11 JATENG 60,626 307 60,933

12 DIY 7,586 - 7,586

13 JATIM 96,002 115 96,117

14 KALBAR 10,231 131 10,362

15 KALTIM 6,580 1 6,581

16 KALSEL 7,663 35 7,698

17 KALTENG 2,887 74 2,961

18 SULUT 4,104 550 4,654

19 SULTENG 5,043 1,148 6,191

20 SULTRA 5,245 353 5,598

21 SULSEL 9,275 167 9,442

22 BALI 2,645 378 3,023

23 NTB 16,145 498 16,643

24 NTT 15,525 1,205 16,730

25 MALUKU 7,209 279 7,488

26 PAPUA 13,453 92 13,544

545,959 6,975 552,935

NO ProvinsiPEMANFAATAN CBP

Total

TOTAL

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2018 realisasi

penyaluran CBP sebanyak 552.935 ton, yaitu untuk Operasi Pasar (OP)

dalam rangka stabilisasi harga beras sebanyak 545.959 ton (98,74%) dan

bantuan bencana sebanyak 6.975 ton (1,26%).

Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk Operasi Pasar telah

disalurkan di 26 drive, yaitu Aceh, Sumut, Riau, Sumbar, Jambi, Sumsel,

Bengkulu, Lampung, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Kalbar, Kaltim, Kalsel,

Kalteng, Sulut, Sulteng, Sultra, Sulsel, Bali, NTB, NTT, Maluku dan Papua.

Penyaluran OP terbesar dilakukan di provinsi Jawa Barat sebesar 107.017

Page 58: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

ton, diikuti provinsi Jatim, DKI Jakarta dan jateng, berturut-turut sebesar

96.002 ton, 64.214 ton dan 60.626 ton. Penyaluran CBP untuk operasi

pasar terbesar dilakukan di provinsi Jawa Barat sebesar 107.017 ton atau

sebesar 19,6% dari total OP sebesar 545.959 ton ton.

Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk bantuan

bencana alam telah disalurkan di 24 drive, yaitu Aceh, Sumut, Riau,

Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, DKI, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar,

Kaltim, Kalsel, Kalteng, Sulut, Sulteng, Sultra, Sulsel, Bali, NTB, NTT,

Maluku dan Papua. Penyaluran bencana terbesar terjadi di provinsi NTT

dan Sulawesi Tenggara berturut-turut sebesar 1.205 ton dan 1.148 ton.

Penyaluran CBP untuk bencana terbesar di provinsi NTT sebesar

1.205 atau sebtonesar 17,27% dari total sebesar 6.975 ton. Penyaluran

CBP tersebut merupakan kumulatif penyaluran yang dilakukan di provinsi

NTT sebagai daerah yang rawan kekeringan sepanjang tahun sehingga

memerlukan bantuan untuk bencana.

Berdasarkan monitoring harian yang dilakukan oleh Perum BULOG

dapat diinformasikan bahwa terdapat beberapa Kabupaten dengan

intensitas permintaan yang rutin diantaranya Kabupaten Manggarai Barat

(Provinsi NTT) untuk bantuan pangan karena kekeringan sepanjang tahun.

Untuk bencana terbesar tahun 2018 terjadi di provinsi Sulawesi

Tengah tepatnya di Kabupaten Sigi dan Donggala yaitu terjadinya Tsunami

pada bulan Oktober 2018 sehingga telah tersalurkan CBP hingga 1.138

ton.

B. Laporan Cadangan Beras Pemerintah Daerah

Penguatan sistem ketahanan pangan ditingkat daerah merupakan

salah satu langkah strategis yang dapat diambil dan terus didorong. Pilar

ketahanan pangan akan semakin kokoh tatkala pondasi penguatan ini tidak

semata bersifat top down. Namun juga harus dibangun secara sinergis

dari tingkat daerah. Ketersediaan stok yang memadai ditingkat daerah

akan meringankan beban pengelolaan persoalan pangan secara nasional.

Keberpihakan dan kepedulian pemangku pemerintahan ditingakat

daerah terhadap penjaminan ketersediaan pangan, melalui pengelolaan

cadangan pangan pemerintah daerah, tentunya sangat diapresiasi. Hal ini

Page 59: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

sejalan dengan amanah UU Pangan No 18 Tahun 2012 yang

menempatkan keberadaan stok cadangan pemerintah daerah, baik

ditingkat provinsi/kabupaten/kota, sebagai satu bagian dari penguatan

cadangan pangan nasional. Besaran ketersediaan ini tentunya akan cukup

beragam. Cara perhitungan cadangan beras pemerintah daerah sendiri,

baik provinsi dan kab/kota, telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri

Pertanian (Permentan) No 11 tahun 2018 tentang Penetapan Jumlah

Cadangan Beras Pemerintah Daerah. Adapun gambaran kondisi stok

cadangan beras pemerintah daerah ditingkat provinsi dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel. Kondisi Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi, 2018

Grafik. Kondisi Cadangan Beras Pemerintah Daerah Provinsi, 2018

Satuan (Kg)

No Provinsi Stok Awal Pengadaan Stok Penyaluran Stok Akhir

1 Aceh 234,560 50,000 284,560 31,500 253,060

2 Sumatera Utara 67,000 67,000 67,000

3 Sumatera Barat 302,000 100,000 402,000 59,842 342,158

4 Riau 305,740 305,740 70,000 235,740

5 Kepulauan Riau 33,925 5,000 38,925 18,576 20,349

6 Jambi 55,263 12,000 67,263 5,402 61,861

7 Bengkulu 36,236 9,727 45,963 45,963

8 Sumatera Selatan 11,000 9,730 20,730 2,000 18,730

9 Bangka Belitung 20,990 20,990 20,990

10 Lampung 250,960 250,960 250,960

11 Banten 466,754 466,754 257,819 208,935

12 DKI Jakarta - - -

13 Jawa Barat 902,213 38,925 941,138 148,899 792,239

14 Jawa Tengah 85,883 201,000 286,883 105,435 181,448

15 DI Yogyakarta 188,110 10,000 198,110 4,491 193,619

16 Jawa Timur 171,230 171,230 140,030 31,200

17 Kalimantan Barat 246,830 246,830 246,830

18 Kalimantan Tengah 79,050 79,050 79,050

19 Kalimantan Selatan 122,750 122,750 122,750

20 Kalimantan Timur 162,100 162,100 20,600 141,500

21 Kalimantan Utara - - -

22 Sulawesi Utara 124,924 8,626 133,550 96,309 37,241

23 Gorontalo - - -

24 Sulawesi Tengah 65,802 65,802 29,360 36,442

25 Sulawesi Tenggara - - -

26 Sulawesi Selatan 140,000 140,000 140,000

27 Sulawesi Barat - - -

28 NTB 137,180 137,180 31,420 105,760

29 NTT 80,840 250,000 330,840 330,840

30 Bali - - -

31 Maluku Utara - - -

32 Maluku 2,930 2,930 2,930

33 Papua Barat - - -

34 Papua 128,270 128,270 128,270

Total 4,422,539 695,008 5,117,547 1,021,683 4,095,864 Sumber: Dinas KP Provinsi (Diolah)

Page 60: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

Berdasar pada tabel tersebut diatas, baru 26 provinsi yang telah

memiliki cadangan pangan pemerintah di tahun 2018. Dari 26 provinsi

tersebut dapat diketahui total stok diawal tahun sebesar 4,42 juta ton

beras dan kondisi cadangan diakhir tahun sebesar 4,09 ton beras.

Adapun untuk kondisi stok akhir CPPD Kabupaten/Kota dapat dilihat

pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kondisi (Akhir) Cadangan Pangan Daerah Kabupaten/Kota, 2018

No PROVINSI/KAB/KOTA Stock/Sisa Akhir

1 Aceh

1 Aceh Tamiang 30,250

2 Aceh Jaya 76,000

3 Kota Banda Aceh 234,560

-

2 Sumatera Utara -

4 Karo 12,000

5 Serdang begadai 70,480

-

Page 61: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

No PROVINSI/KAB/KOTA Stock/Sisa Akhir

3 Sumatera Barat -

6 Pesisir Selatan 45,750

7 Pasaman 32,387

8 Pasaman Barat 59,555

9 Kota Payakumbuh 20,504

10 Kota Padang 82,433

11 Solok 34,000

12 Kota Solok 66,485

13 Tanah Datar 25,475

14 Solok Selatan 2,367

15 50 Kota 8,710

16 Sijunjung 20,000

17 Agam 8,758

18 Padang Pariaman 7,150

-

4 Riau -

19 Bengkalis 20,000

20 Indragiri Hilir 27,250

21 Indragiri Hulu 55,970

22 Pelalawan 22,750

23 Rokan Hulu 6,280

-

5 Kepulauan Riau -

24 Natuna 2,552

25 Bintan 7,056

-

6 Jambi -

26 Tanjab Barat 38,144

27 Tanjab Timur 93

28 Kota Jambi 36,265

29 Kerinci 2,258

30 Bungo 5,000

31 Batanghari 5,000

-

7 Bengkulu -

32 Kepahiang 10,159

33 Bengkulu Selatan 3,002

34 Bengkulu Tengah 6,200

35 Bengkulu Utara 103,500

Page 62: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

No PROVINSI/KAB/KOTA Stock/Sisa Akhir

36 Muko-muko 1,035

-

8 Sumatera Selatan -

37 Prabumulih 9,365

38 Muaraenim 55,085

39 Banyuasin 256,000

40 Musi Banyuasin 55,878

41 Musi rawa 83,000

42 Lahat 11,500

43 OKI 5,500

44 Ogan Illir 37,000

45 Palembang 35,000

46 Lubuk Linggau 9,800

-

9 Bangka Belitung -

47 Kota Pangkal Pinang 27,000

48 Bangka Barat 9,000

49 Bangka Selatan 11,200

-

10 Lampung -

50 Lampung Selatan 19,190

51 Lampung Tengah 24,000

52 Lampung Utara 65,000

53 Tulang Bawang 10,000

54 Lampung Timur 6,000

55 Way Kanan 85,000

56 Bandar lampung 140

57 Pringsewu 40,000

58 Tanggamus 35,000

59 Lampung Barat 11,800

60 Pesawaran 1,920

61 Pesisir Barat 13,000

62 Kota Metro 12,000

-

11 Banten -

63 Kab. Pandeglang 2,026

64 Kab. Serang 116,400

65 Kota Tangerang 289,670

66 Kota Cilegon 33,000

Page 63: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

No PROVINSI/KAB/KOTA Stock/Sisa Akhir

67 Kota Serang 15,000

68 Kab Tangerang 17,800

-

12 Jawa Barat -

69 Sukabumi 11,030

70 Kuningan 19,165

71 Majalengka 20,000

72 Pangandaran 51,000

73 Cianjur 41,000

74 Ciamis 15,246

75 Bogor 51,043

76 Indramayu 45,710

77 Sumedang 748

78 Cirebon 15,120

79 Karawang 79,950

80 Purwakarta 28,000

81 Bandung 18,960

82 Kab Tasik 31,075

83 Kota Bandung 57,280

84 Kota Banjar 17,851

85 Kota Cirebon 15,121

86 Kota Depok 54,120

87 Kota bekasi 7,880

88 Kab. Bekasi 68,000

-

13 Jawa Tengah -

89 Cilacap 20,000

90 Klaten 825

91 Karanganyar 30,145

92 Demak 5,110

93 Grobogan 12,860

94 Tegal 21,600

95 Wonogiri 10,641

96 Kudus 12,130

97 Kendal 29,400

98 Boyolali 16,826

99 Banjarnegara 780

100 Pati 16,200

101 Pekalongan 1,853

Page 64: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

No PROVINSI/KAB/KOTA Stock/Sisa Akhir

102 Sragen 7,250

103 Purbalingga 2,250

104 Magelang 7,920

105 Jepara 4,000

106 Pemalang 15,000

107 Blora 12,150

108 Sukoharjo 1,794

109 Kebumen 50,293

110 Brebes 2,670

111 Batang 4,000

112 Kota Salatiga 4,200

-

14 DI Yogjakarta -

113 Kulon Progo 4,500

114 Sleman 62,832

115 Gunung Kidul 4,250

116 Bantul 5,036

-

15 Jawa Timur -

117 Madiun 12,420

118 Lamongan 22,035

119 Probolinggo 23,850

120 Kota Batu 27,960

-

16 Kalimantan Barat -

121 Sambas 22,010

122 Bengkayang 19,640

123 Landak 13,692

124 Mempawah 9,870

125 Sanggau 51,650

126 Sintang 103,768

127 Kapuas Hulu 16,025

128 Sakadau 9,160

129 Kota Pontianak 94,794

130 Kota Singkawang 5,040

-

17 Kalimantan Tengah -

131 Kota Waringin Barat 60,390

132 Katingan 17,060

Page 65: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

No PROVINSI/KAB/KOTA Stock/Sisa Akhir

-

18 Kalimantan Selatan -

133 Hulu Sungai Utara 15,000

134 Balangan 26,000

135 Hulu Sungai Tengah 13,460

136 hulu Sungai Selatan 16,480

137 Tapin 15,000

138 Tala (Tanah Laut) 10,660

139 Batola 15,000

-

19 Kalimantan Timur

140 Paser 320

20 Sulawesi Utara -

141 Kota Manado 34,788

142 Kota Tomohon 10,132

143 Minahasa Tenggara 550

144 Bolmong Utara 14,150

145 Bolmong Selatan 20,253

146 Kota Kotamubagu 14,810

147 Boolang Mongondow 14,200

21 Gorontalo -

148 Kota Gorontalo 420

22 Sulawesi Tengah -

149 Parigi Motong 43,057

150 Toli-toli -

151 Kapuas 580

152 Banggai Kepulauan 8,037

-

23 Sulawesi Selatan -

153 Maros -

154 Pangkep 8,125

155 Pinrang 13,000

156 Soppeng 11,000

157 Sinjai 24,000

158 Bantaeng 6,500

159 Bulukumba 60,000

Page 66: LAPORAN AKHIR - bkp.pertanian.go.id

No PROVINSI/KAB/KOTA Stock/Sisa Akhir

160 Enrekang 20,000

161 Wajo 16,710

162 Luwu 32,000

163 Luwu Timur 6,354

164 Toraja Utara 1,380

165 Kota Makasar 5,000

166 Gowa 2,000

167 Palopo 12,680

-

24 Sulawesi Barat -

168 Poliwali Mandar 1,000

169 Mamuju 1,000

-

25 N T B -

170 Mataram 13,400

171 Lombok Barat 13,690

172 Lombok Tengah 26,370

173 Kota Bima 7,815

174 Sumbawa 15,497

175 Lombok Timur 29,840

176 Sumbawa Barat 21,720

177 Bima -

-

26 Bali -

178 Tabanan 942

27 NTT -

179 Kupang 25,000

180 Alor 1,580

181 Ende 17,670

182 Ngada 105,000

183 Manggarai Barat 15,000

184 Sumba Timur 107,330

Jumlah 5,010,329.04

Sumber: Dinas Pangan/KP (Diolah) Per tanggal 28 Des 2018