laporan acuan dan perancah smstr 2 (2)

81
BAB I PENDAHULUAN Dalam mewujudkan bentuk keinginaan pada pekerjaan beton diperlukan suatu pekerjaan Bantu yang dikenal sebagai Pekerjaan Acuan dan Pekerjaan Perancah.Baik buruknya pekerjaan acuan dari perancah dapat mempengaruhi pula mutu beton yang dikerjakan. Pekerjaan acuan dan perancah yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti : Kehilangan air semen, Perubahan dimensi, Perubahan geometric dari bangunan dan lain-lain. Pekerjaan acuan dan perancah harus sederhana, mudah dibongkar tanpa menimbulkan kerusakan pada betonnya sendiri. Walaupun harus bersifat sederhana dan mudah dibongkar, acuan perancah harus kaku menerima beban beton dalam keadaan basah dan beratnya sendiri sebelum beton mengeras dan berfungsi sebagai penahan beban. Kaku dan kuat dengan maksud tidak terjadi perubahan-perubahan seperti yang telah disebutkan di atas. Dalam penulisan laporan ini akan diuraikan pekerjaan perancah yang terbuat dari bahan kayu dan bambu. Konstruksi-konstruksi acuan dan perancah yang dibahas diantaranya :

Upload: annov

Post on 16-Jan-2016

612 views

Category:

Documents


61 download

DESCRIPTION

Laporan AP 2

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam mewujudkan bentuk keinginaan pada pekerjaan beton diperlukan

suatu pekerjaan Bantu yang dikenal sebagai Pekerjaan Acuan dan Pekerjaan

Perancah.Baik buruknya pekerjaan acuan dari perancah dapat mempengaruhi pula

mutu beton yang dikerjakan. Pekerjaan acuan dan perancah yang kurang baik

dapat menimbulkan kerugian seperti : Kehilangan air semen, Perubahan dimensi,

Perubahan geometric dari bangunan dan lain-lain.

Pekerjaan acuan dan perancah harus sederhana, mudah dibongkar tanpa

menimbulkan kerusakan pada betonnya sendiri. Walaupun harus bersifat

sederhana dan mudah dibongkar, acuan perancah harus kaku menerima beban

beton dalam keadaan basah dan beratnya sendiri sebelum beton mengeras dan

berfungsi sebagai penahan beban. Kaku dan kuat dengan maksud tidak terjadi

perubahan-perubahan seperti yang telah disebutkan di atas.

Dalam penulisan laporan ini akan diuraikan pekerjaan perancah yang

terbuat dari bahan kayu dan bambu. Konstruksi-konstruksi acuan dan perancah

yang dibahas diantaranya :

- Papan duga

- Cetakan pondasi beton tak bertulang

- Cetakan kolom cetakan lantai

- Cetakan tangga

- Cara pembongkaran acuan dan perancah

1.1. Defenisi Acuan Dan Perancah

Cetakan beton (bekisting), adalah suatu konstruksi pembantu yang

merupakan mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari betuk beton

yang dikehendaki. Dapat dikatakan juga adalah suatu konstruksi sementera

dari suatu bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton

yang dikehendaki.

Page 2: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

1.2. Bagian Konstruksi

Bagian-bagian pada acuan :

- Papan cetakan

- Penaku cetakan

Bagian-bagian pada perancah :

- Tiang acuan

- Pengaku/penyokong

- Gelagar

- Pasak/baji

1.3. Syarat-Syarat Umum Acuan Dan Perancah

1) Kuat.

Cetakan harus kuat memikul beban vertical, antara lain : Beton, AP

(Acuan dan Perancah) itu sendiri, pekerja dan alat-alat, agar tidak terjadi

perubahan dimensi dan beton dan bentuknya.

2) Kaku/Kokoh.

Cetakan harus mampu menahan gaya horizontal yang dipasang skor atau

penyokong.

3) Mudah Dibongkar.

Tidak merusak beton yang sudah jadi.

4) Ekonomis Dan Efisien.

Material uat sebagai acuan dan perancah juga bisa dipakai berkali-kali

5) Rapat/Tidak Bocor.

Agar dapat menahan air semen yang keluar sehingga apat menjaga mutu

beton.

6) Bersih.

Untuk mejaga beton agar tetap baik.

Acuan dan Perancah terbagi menjadi tiga kelompok :

1) Tradisioanal.

Bahan yang dipakai adalah bahan lokal dan merupakan konstruksi yang

turun temurun (kovensional).

Page 3: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

2) Semi System.

Gabumgan dari tradisional dan full system.

3) Full System.

Alat yang dipakai merupakan buatan pabrik yang digunakan pada

pekerjaan besar seperti bangunan pencakar langit, gedung-gedung

berlantai banyak, dll.

1.4. Sambungan-Sambungan

a) Sambungan Papan Dengan Papan.

Sambungan harus dibuat sedemikian rupa agar benar-benar rapat. Ujung\

ujung papan dibuat berselang seling agar papan tidak mudah pecah dan

kuat.

Untuk balok, papan-papan dirangkaikan dengan klam-klam dipasang

melintang arah serat papan dengan jarak 50 – 60 cm sesuai dengan jarak

tiang yang dipakai.

Untuk kolom papan-papan dirangkaikan dengan klam dengan jarak 40 –

55 cm.

b) Sambungan Gelagar Dengan Tiang.

Page 4: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Pada konstruksi yang labil biasanya untuk gelagar dipakai papan dan

sambungannya dengan tiang cukup dipakukan saja tanpa adanya

sambungan.

Tapi untuk konstruksi cetakan yang memikul beban berat dan menumpang

diatas tiang juga untuk menjaga tergulingnya gelagar dari atas tiang pada

tiap sambungan diberi klam yang dipaku pada tiang dan gelagar.

c) Sambungan Tiang.

Karena ketingian lantai yang tidak terjangkau oleh tiang, atau untuk

memanfaatkan potongan-potongan tiang, maka perlu dibuat

sambuangan. Konstruksi bangunan tadi tidaklah terlalu sukar, cukup

Page 5: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

menyambungan dua potongan penampang kayu dan sekeliling

sambungan diperkuat dengan klam.

Syaratnya adalah :

- Usahakan sambumgan jangan diletakkan ditengah-tengah tinggi

tiang,karena pada tempat ini akan terjadi tekuk yang besar.

- Perletakan sambungan pada tiang perancah untuk satu dan lainnya

jangan diletakan dalam satu garis lirus.

- Tidak boleh memiliki lebih dari satu sambungan yang tidak disokong

kearah samping.

1.5 AKIBAT ACUAN DAN PERANCAH YANG KURANG BAIK

Dalam pelaksanaannya jika pekerjaan acuan dan perancah ini kurang baik,

maka akan mendatangkan kerugian-kerugian seperti :

Page 6: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

1. Perubahan Dimensi

Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya

jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya.

Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi,

hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya.

2. Perubahan Geometrik

Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai

dengan rencana, misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku,

akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan

pekerjaan finishing lagi.

3. Penurunan Mutu Beton

Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan

mengakibatkan air yang diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan beton

menjadi berkurang.

……….. Beton

::::::::::::::::::::

:::::::::::::::::::: Cetakan

Celah :::::::::::::::::::: Klam Perangkai

Pada saat ini, sudah ada beton jadi atau beton siap pakai ( ready mix ),

maka kontraktor pada umumnya telah menyiapkan acuan dan perancahnya untuk

Page 7: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

kemudian dituangkan beton yg telah dipesan sebelumnya. Kemudian dalam

perkembangannya cetakan atau acuan dan perancah ini memiliki variasi dalam hal

harga baik persiapan maupun bahan dengan mempertimbangkan syarat - syarat

acuan dan perancah yang harus dipenuhi serta efesiensi dalam hal pemakaian

berulang kali.

BAB II

BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN

Bahan - bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan acuan dan

perancah antara lain adalah sebagai berikut :

- Papan - Dolken/Gelam

- Kasau - Hek

- Paku - Multiplek

- Baja

Page 8: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

2.1. Kayu Lokal

Dalam pekerjaan acuan dan perancah banyak dipergunakan kayu lokal,

kayu-kayu tersebut harus cukup baik dan jangan terlalu basah bila kayu

tersebut berkadar air tinggi dan mutu kayu sangat rendah maka cetakan akan

mudah mengalami perubahan bentuk dan akan mudah melengkung sehingga

hasil cetakan beton tidak memuaskan. Kayu yang biasanya digunakan untuk

peranca dan acuan antara lain kayu kelas III dan kelas IV, yang

mempunyai //45-60 kg/cm2.

Macam-macam kayu yang digunakan untuk acuan :

- Terentang, termasuk kelas kuat III-IV dan kelas awet V.

Mengenai ukuran-ukuran kayu terentang ini didalam perdagangan

biasanya dengan ketebalan 2-3 cm,lebar kurang lebih 17,5 cm dengan

panjang 4 meter atau (2-3/17,5x400)cm.

- Kayu Kamper/Kapur

Termasuk kelas kuat I-II dan kelas awet III dan macam-macam ukuran

yang ada di perdagangan dan dipergunakan untuk bekisting, ialah 3/20 x

400 cm, 6/12 x 400 cm, 5/7 x 400 cm dan sebagainya.

- Kayu Kruing

Jenis kayu kruing sama dengan kayu 7 kamfer.

- Kayu Meranti

Termasuk dalam kelas kuat II-IV, dan kelas awet II-IV.

Adapun ukuran-ukuran yang diperdagangkan dan sering digunakan

untuk bekisting adalah dengan ukuran 3/20 x 400 cm, 6/12 x 400 cm, 5/7

x 400 cm dan sebagainya.

- Kayu Albasia, Mutu Kayu Kelas IV.

Ukuran yang ada diperdagangan dan sering digunakan untuk bekisting

antara lain : 2/20 x 250 cm, 4/10 x 250 cm dan lain-lain.

Tabel I

Daftar Kelas Kuat Kayu

Page 9: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

2.2.

Ply Wood / Multiplex

Plywood juga banyak digunakan sebagai bahan papan acuan, plywood

biasanya digunakan pada pekerjaan yang cukup besar dan untuk permukaan

beton yang tidak diplaster lagi tidak memerlukan finishing (exposed

concret). Pada acuan yang menggunakan plywood diusahakan agar tidak

banyak pemakuan, agar pembongkaran dapat mudah dilakukan dan

kemungkinan plywood rusak sangat kecil, sehingga dapat digunakan

berkali-kali (yang baik dapat digunakan 10 kali). Untuk plywood

berkualitas baik, penggunaan paku yang sedit pada plywood dapat

dilaksanakan kalau kestabilan konstruksi perencanaan nya dilaksanakan

dengan baik. Ukuran plywood yang sering kali digunakan untuk acuan

adalah dengan ketebalan 1,8-2,4 cm dan lebar 122 cm x panjang 244 cm.

Adapun plywood yang sering diperginakan di Indonesia khusus untuk acuan

termasuk kelas II dan tebal 1,8 cm.

2.3. Paku

- Bentuk penampang paku yang digunakan dalam acuan dan perancah

ialah yang berpenampang bulat. Hal ini untuk mempermudah didalam

pembongkarannya.

- Panjang paku yang digunakan tergantung dari tebal sambungan yang

dibuat atau maximal sepanjang tebal sambungan. Paku tidak boleh

melebihi tebal sambungan karena bagian ujung paku yang

dibengkokkan akan menyuklitkan pekerjaan pembongkaran.

- Kekuatan paku berpenampang bulat dapat dilihat dalam daftar A yang

berlaku pula untuk tebal kayu yang akan di sambung.

I II III IV VJati

tectona/grandis

Kg/cm2 150 100 75 50 - 130

Kg/cm2 130 85 60 45 - 110

Kg/cm2 40 25 45 10 - 30

Kg/cm2 20 12 8 5 - 15

Page 10: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

- Jarak minimum pemakuan harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut

a. Dalam arah gaya

12.d. untuk tepi kayu yang dibebani

5.d. untuk tepi kayu yang tidak dibebani

10.d. untuk jarak antar paku

b. Dalam arah tegak lurus arah gaya

5.d. untuk jarak sampai tepi kayu

5.d. untuk jarak barisan paku

Penggunaan sambungan dengan paku harus memenuhi persyaratan PKKI

sebagai berikut :

a) Paku yang dipergunakan dapat mempunyai

penampang melintang yang berbentuk bulat persegi atau berakhir lurus.

b) Kekuatan paku berpenampang bulat diberikan dalam

tebal II PKKI dibawah ini dan berlaku untuk tebal kayu seperti tertera

pada daftar tersebut. Kekuatan paku tersebut tidak tergantung dari besar

sudut yaitu sudut antara arah gaya dan arah serat kayu.

c) Untuk sambungan yang menyimpang tebal dari II,

dapat dipakai rumus dibawah ini dengan mengingat syarat-syarat ukuran

paku seperti tertera dalam table III.

1. Sambungan berpenampang Satu

S = ½ b d b 7d

S = 3,5 d2 7d b

2. Sambungan berpenampang dua

S = b d. b 7d

S = 7 d2 7d b

Keterangan :

S = gaya yang diperkenankan /paku

b = tebal paku

D = diameter paku (tebal II )

= kokoh desak kayu

Page 11: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

d) Ujung paku yang keluar dari sambungan, sebaiknya

dibengkokkan tegaklurus arah serst, asal pembengkokan tersebut tidak

akan merusak kayu

e) Apabila dalam suatu barisan terdapat lebih dari 10

batang paku maka kekuatan paku harus dikurangi dengan 10% dan jika

lebih dari 20 batang harus dikurangi 20%.

f) Pada sambungan dengan paku ,paling sedikit harus

digunakan 4 batang paku.

2.4. Bahan-Bahan Pembantu

Bahan-bahan ini digunakan dengan jalan dileburkan pada permukaan

acuan ,dan waktu peleburan ialah setelah acuan selesai dan sebelum

penulangan dimulai. Fungsi dari bahan-bahan ini ialah untuk mempermudah

pelepasan atau mengurangi daya lekat antara cetakan dan beton ,sehingga

dapat menambahkan keawetan ataupun mengurangi kerusakan kayu akubat

pembongkaran.

Bahan-bahan yang digunakan :

a) Minyak Pelumas.

Keuntungan dari minyak pelumas ini adalah murah harganya. Sedangkan

kerugiannya ialah apabila didalam pemakaian mengenai tulangan maka

tulangan tidak akan melekat pada beton.

b) Meni.

Bahan ini untuk mecegah peletakan beton pada papan acuan. Meni

setelah di leburkan pada cetakan dan di tunggu sampai kering baru

perkerjaan dimulai, jadi tulang tidak akan kena meni. Tetapi karenanya

yang mahal, maka meni jaramg sekali digunakan.

c) Plastik.

Dalam perkerjaan yang kecil biasanya kita cukup menyirami air sebelum

pengercoran beton. Fungsi plastik didalam pengerjaan beton ialah untuk

menahan air semen supaya tidak terserap oleh cetakan atau keluar dari

Page 12: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

celah-celah atau lubang-lubang juga untuk menutupi lubang-lubang yang

ada pada acuan. Plastik biasanya hanya digunakan untuk prmukanaan

beton yang tidak akan terlihat karena ermukaan yang di hasilkan tidak

akan rata dan bergelombang.

Plastik biasanya dipakai dalam perkerjaan:

Lantai yang permukaan bawanya akan tertutup, misalnya: plafond,

lapangan terbang, dll.

Lantai lapangan tenis, basket, dll. Dalam pekerjaan ini tidak digunakan

lapisan plastik, air semen akan meresap kelapisan di bawahnaya

( lapisan pasir, tanah). Hal ini akan menghasilkan mutu beton lebih

rendah dari yang di rencanakan.

d) Ram Bambu.

Selain berfungsi mencegah lekatnya pada papan acuan juga memberih

bentuk permukaan yang baik dari segi keindahan/estetika.

BAB III

PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN

3.1. Papan

Papan disimpan dalam gudang dan harus terlindung dari cuaca,

peresapan air tanah. Penumpukan ini tidak boleh diletakan langsung diatas

lantai/tanah tetapi harus diberi tumpuan/ganjal sehingga kadar air dari papan

tidak akan bertambah. Untuk penyimpanan kayu basah, tiap lapisan kayu

harus diberi tumpuan, tapi untuk kayu kering tiap lima lapis baru kita beri

tumpuan.

3.2. Plywood

Page 13: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Penyimpanan plywood ini hampir sama dengan penyimpanan kayu-

kayu yang lain, tetapi untuk plywood juga bisa disimpan dalam posisi

miring.

3.3. Dolken

Dolken biasa digunakan untuk perancah, jenis pinus, akasiah, kayu

manis, kayu laut, dll.dolken ini harus lebih tinggi dari mutunya papan acuan

dan tahan terhadap cuaca. Jadi untuk keadaan yang memaksa penumpukan

bisa diletakan diluar gudang. adapun ukuran dolken yang biasa digunakan

untuk acuan dan perancah diameter 6-10 cm dengan panjang 4 m.

3.4. Kasau

Tidak banyak berbeda dengan penyimpanan papan kasau yang biasa

digunakan termasuk jenis kamper, kruing, meranti, borneo dsb. Ukuran yang

ada diperdagangan dan biasa digunkan 4/6 x 400 cm & 5/7 x 500 cm.

BAB IV

PAPAN DUGA

4.1. Definisi.

Papan duga adalah papan yang dipakai untuk pedoman sememtara dari

As bangunan, ketinggian bangunan, letak bangunan agar sesuai dengan

rencana. Sedangankan wujud dari papan duga sendiri adalah lembar papan

yang diratakan salah satu sisinya. Kemudian papan tersebut dipakukan pada

tiang-tiang yang tekah ditancapkan pada tempatnya dengan ketinggian yang

telah ditentukan. Dan sisi papan yang ketam tadi ialah yang dipakai untuk

pedoman ketinggian dan peletakan as bangunan.

Page 14: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

4.2. Kegunaan Papan Duga

Seperti diterangkan pada definisi diatas bahwah guna papan duga ialah

sebagai pedoman sementara dari as bangunan, ketinggian bangunan, dan

letak bangunan sesuai dengan gambar dena, jadi papan duga ini setelah

dipandng tidak perlu, maka sewaktu-waktu bisa dibongkar. Tetapi selama

papan duga masih diperlukan papan duga ini harus dijaga keamanannya,

jangan sampai berubah posisinya sedikitpun. Sedang papan duga ini

dipergunakan pada hampir seluruh bangunan, misalnya bagunan-bangunan

gedung, saluran, jalan KA, dan dam, dll.

4.3. Penempatan Papan Duga

Papan duga ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu

dan tidak terganggu oleh kegiatan selama bangunan dikerjakan. Pada

pekerjaan bangunan gedung, papan duga ini diletakan pada sudut-sudut

bangunan dengan jarak ± 1,5 m diluar as bangunan. Ini dimaksudkan agar

Page 15: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

papan duga tidak tergangu oleh tanah galian yang menumpuk disekitar

lubang galian. Juga agar papan duga ini tidak menggangu pekerjaan

bangunan itu sendiri.

4.4. Prinsip-Prinsip Papan Duga

Yang harus diperhatikan dalam pembuatan papan duga adalah sebagai

berikut:

Posisi bangunan terhadap garis ini, tetapi biasanya sudah direncanakan

dalam pengambaran denah-denah, dan pembuatannya tinggal menurut

gambar tadi.

Ketinggian dari papan duga terhadap lantai (± 0,00). Ini biasanya

dibuat + 0,25 diatas lantai. Hal ini dimaksudkan agar didalam kita

bekerja, misalnya menarik benang dari papan duga yang satu ke yang

lainnya tidak terggangu oleh pekerjaan yang telah selasai (misalnya

sloof). Juga ketinggian papan duga arah memanjang dan lebih rendah

± 15 cm terhadap arah pendeknya. Ini dimaksudkan agar benang yang

kita tarik antara papan duga memanjang dan pendek tidak saling

menyentuh, maka akan kita dapatkan hasil yang lebih teliti.

Pemancangan tiang papan duga. Pada tanah yang cukup kekerasannya,

tiangnya ini dibuat runcing bagian bawahnya dan memancang hingga

masuk ketanah keras, tapi untuk tanah yang terlalu keras atau banyak

batu, maka tanah ini harus kita gali dahulu dengan kadalaman yang

cukup kemudian tiang kita tanam pada galian tersebut dan kita urug

dengan tanah dan batu-batu kecil. Pada tanah lembek kita juga hrus

bekerja hati-hati. Kita tidak cukup meruncingkan satu ujngnya

kemudian ditancapkan ketanah, karena dikhawatirkan tiang ini masih

akan masuk kedalam karena tanahnya lembek. Untuk mengatasi hal

ini, maka tanah harus kita gali dahulu dengan kedalaman yang cukup.

Kemudian sebelum tiang ditanam, terlebih dahulu bagian bawahnya

Page 16: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

kita beri papan alas agar kemungkinan penurunan tiang setelah di

tanam biasa kecil bahkan tidak turun sama sekali.

Pemasangan papan duga pada tiang, setelah tiang-tiang terpasang pada

posisi yang direncanakan, maka papan duga tersebut kita pakukan pada

tiang-tiang tadi. Sebelumnya papan-papan duga harus kita ketam salah

satu sisisnya. Ketinggian papan duga dipindahkan pada tiang dengan

cara melevelkan dengan selang dan pada ketinggian yang kita timbang

diberi tandah dengan pensil. kemudian setelah selesai semua, tanda-

tanda tadi kita hubungkan dengan papan yang telah diketam.

4.5. Pembuatan Sudut Siku Dilapangan

Dengan mengunakan dalil phytagoras, yaitu perbandingan sisi segi tiga

3:4:5, kita bisa membuat sudut siku dilapangan. Prinsip dari pembuatan

sudut siku ini sebenarnya mudah, tapi dalam pelaksaannya membutuhkan

ketelitian. Salah satu cara pembuatan sudut siku di lapangan ialah:

Setelah As terdepan diketahui dan telah kita pindah pada papan du

selanjutnya kita hubungakan as tadi dengan benang. Kemudian titik

Page 17: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

sudut bangunan kita pindan pada benang tadi dan kita beri patok yang

di atasnya kita pasang paku. Dari paku patok kita ukur 4 bagian pada

benang tadi dan juga kita beri patok beserta pakunya. Kemudian kita

tari benang dari paku pertama kurang lebih tegak lurus terhadap

benang As dan kita ukur batas 3 bagian dengan batas 4 bagian. Kalau

ternyata jarak tadi besarnya 5 bagian, maka sudut yang di bentuk oleh

benang-benang tadi sudah berbentuk siku-siku. Dan apabila jarak tidak

tepat 5 bagian kita geser benang kedua kekanan atau kekiri sehingga

perbandingan sisi segi tiga sikku-siku tadi benar-benar 3:4:5.

Setelah papan duga terpasang, langkah yang kita ambil selanjutnya ialah

mengontrol apakah sudut tadi sudah benar-benar tegak lurus atau belum.

Page 18: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Cara pangontrolanya adalah dengan mengukur panjang kedua

diagonalnya. Apabila panjang diagonalnya sama, maka pembuatan sudut

siku-siku sudah sempurna.

4.6. Pemberian Tanda-tanda Pada Papan duga

Untuk memberi tanda As bangunan pada papan duga kita cukup

memberi tanda panah pada As bangunan dan tanda panah tadi kita beri

warna menyolok .

Apabila jumlah As bangunan lebih dari satu dan letaknya saling

berdekatan, sebaiknya As-As tadi kita beri nomor supaya dalam

menghubungkannya dengan benang tidak akan tertukar satu sama lain.

Untuk mengikat benang pada As, dipasang dua paku yang ujungnya

saling bertemu pada As tadi, tapi ketinggiannya harus tetap diperhatikan

Page 19: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

BAB V

ACUAN PONDASI

5.1. Acuan Pondasi Beton Tak Bertulang

Bentuk pondasi tak bertulang biasanya seperti gambar.

Page 20: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Pembuatan cetakan untuk bentuk ini cukup sederhana. Untuk papan

acuan tepi cukup dengan menyambung papan sesuai dengan ukuran-ukuran

pondasi tersebut. Cara penambung papan ini seperti terlihat pada gambar

dibelakang, jarak klam ± 80 cm, begitu juga jarak tiang-tiang penjepit acuan

sehingga klam dan tiang penjempit saling berimpit dan dipakukan bersama-

sama. Ukuran lebar bagian bawah kita perhitungkan dalam pemancangan

tiag-tiang penjepit, ukuran pondasi akan sesuai dengan yang direncanakan.

Penyetelan posisi atau tinggi rendahnya posisi ini tidak boleh lepas dari papa

duga yang sebelumnya sudah dibuat.

5.2. Cetakan Pondasi Beton Bertulang

Page 21: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Pondasi ini langsung bersatu dengan sloop. Pemasangan papan acuan

hanya untuk sisi tegaknya saja, sedangkan sisi miringnya apabila tidak teralu

curam tidak perlu dipasang.

Pemasangan cetakan dilakukan sesudah pekerjaan pemasangan tulang

selesai. Jarak klam, tiang-tiang tidak banyak berbeda dengan cetaka pondasi

beton tak bertolang. Baik beton tak bertulang maupun pondasi beton pondasi

beton bertulang selalu terletak diatas lantai kerja.

BAB VI

ACUAN KOLOM

Page 22: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

6.1. Bentuk Penampang Kolom

- Bujur sangkar

- Empat persegi panjang

- Lingkaran profil I

- Bervariasi menurut perkembangan arsitektur

Disini hanya akan membahas mengenai kolom dengan bentuk

penampang empat persegi panjang atau bujur sangkar. Konstruksi dari acuan

kolom ini bermacam bentuk dan ukurannya. Tergantung dari besar kecilnya

ukuran penampang kolom yang akan dibuat. Untuk kolom yang

berpenampang luas, apabila acuan menggunakan papan maka perlu

menyambung papan-papan cetakan tersebut dengan beberapa klam.

Penyambungan arah melebar ini bisa dihilangkan apabila papan-papan

acuan yang digunakan adalah plywood (papan lapis).

6.2. Bagian - Bagian Dari Acuan Kolom

- Papan Acuan

Bisa digunakan papan atau plywood untuk dinding acuan. Apabila

digunakan papan maka penyambungan papan baik dalam arah lebar

maupun arah panjang sesuai dengan ukuran penampang kolom yang

dikehendaki. Dalam penyambungan arah lebar harus benar-benar rapat

sehingga air semen tidak bisa keluar melalui celah-celah sambungan.

Sedangkan kalau digunakan pllywood biasanya sambungan arah lebar

tidak diperlukan karena plywood sendiri memiliki bidang yang luas.

- Klam-Klam Perangkai

Penyambungan papan arah melebar ini, cukup menggunakan klam-

klam dari potongan sisa papan yang yang masih cukup panjangnya

dengan lebar papan yang akan disambung. Pemakuan papan-papan

dengan klam dapat dilihat dalam, sedangkan jarak dari klam-klam ini

tergantung dari besarnya penampang kolom yang akan dibuat, biasanya

dibuat antara 40-65 cm, lebar dari klam minimum 10 cm.

Page 23: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Panjang klam :

a) Bagian lebar cetakan : b + ( 2 x ½ d)

b) Bagian panjang cetakan : 1 + ( 2 x ½ d)

Dimana :

b = Lebar Kolom

l = Panjang Kolom

d = Tebal Kolom

Page 24: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

- Papan-Papan Penjepit Dinding

Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klam yang dibuat. Papan-

papan terpasang kuat satu dengan yang lainnya pada tiang yang sudah

dipasang. Panjang papan ini sesuai dengan ukuran kolom yang akan

kita buat. Fungsi papan penjepit ini untuk menahan cetakan supaya

tidak pecah ketika beton di cor dan dipasang dengan jarak 40-65 cm.

- Tiang-Tiang Cetakan

Tiang yang biasanya digunakan kayu dolken atau kasau ukuran

5/7 cm. Pada umumnya jumlah tiang untuk satu cetakan kolom 4 buah

yang diletakkan diluar sudu-sudut kolom., tiang diletakkan kira-kira 35

cm diluar dinding cetakan. Dengan maksud agar pemasangan papan

penjepit tidak terganggu dan konstruksi tetap memiliki kekuatan yang

cukup. Peletakan tiang pada tanah biasanya diletakkan diatas papan

atau juga ditanam pada tanah. Apabila tiang langsung brhubungan

dengan tanah, sebaiknya tiang tersebu ditanam minimal sedalam 20 cm

untuk menjaga agar konstruksi acuan ini tidak mudah bergeser kekanan

Page 25: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

atau kekiri. Perlu diperhatikan adalah apabila kondisi tanah kurang

baik, maka kepala tiang sebaiknya diberikan papan alas.

Untuk menguatkan tiang –tiang ini agar tidak bergoyang, maka perlu

dipasang pangaku diagonal yang dipakukan pada bagian bawah tiang yang

satu ke yang lain.

6.3. Penyetelan Acuan Kolom

Sebelum penyetelan acuan kolom dimulai terlebih dahulu harus diteliti

apakah antara tulangan dan papan acuan sudah dipasang beton deking, atau

sambungan pada betonnya suda bersih. Apabila semua sudah siap maka

semua bahan acuan disiapkan ditempat yang akan dipasang cetakan.

Pertama dinding–dinding yang telah di rangkai satu sama lain dipakukan

pada ketiga sisinya dan setelah dipasang diluar papan acuan sisi yang lain

dirangkai, sehingga tulangan benar-benar tertutup. Tiang-tiang dipasang

pada tempatnya dan dirangkaikan dengan papan-papan penjepit. Jarak papan

penjepit disesuaikan dengan jarak klam, sehingga keduanya bisa berjepit,

penyetelan dinding kolom agar tegak lurus digunakan dua buah unting-

unting. Apabila kedudukanya sudah benar-benar vertical, maka papan

Page 26: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

penjepit dipasang semua. Agar tiang acuan tidak mudah goyang maka

pengaku dipasang antara kedua tiang. Perletakan cetakan ini harus teliti

sehingga kedudukannya tidak keluar dari ketentuan yang telah ditentukan.

Kedudukan sumbu kolom satu dengan yang lainnya diperlukan benang

dalam satu garis lurus, maka ter lebih dahulu dipasang kolom kedua tepinya

dan kolom tengah dipasang dengan mengambil pedoman mengambil benang

yang ditarik dari kedua tepi kolom tersebut. Cara lain adalah dengan

menggunakan profil seperti yang digunakan dalam pekerjaan pasangan

dinding bata.

BAB VII

Page 27: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

ACUAN BALOK

Balok adalah salah satu elemen konsruksi bangunan yang berfungsi untuk

meneruskan beban dari lantai atau dinding ke kolom.

Bagian dari acuan balok adalah :

Tiang pendukung balok dan penempatannya

Dudukaan tiang diatas tanah atau lantai

Peyekuran tiang-tiang pendukungan

Pembuatan/penyetelan cetakan

7.1. Tiang Pendukung Balok Dan Penempatannya

Biasanya untuk tiang dipergunakan usuk atau dolken. Apabila

mempergunakan satu tiang, maka peletakan tiang ini dipasang di tengah dan

apabila menggunakan dua tiang maka peletakannya pada tepi-tepi cetakan.

Jarak tiang itu kita buat antara 40-60 cm.

7.2. Dudukan Tiang Diatas Tanah/Lantai

.

Page 28: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

7.3. Pengaku Tiang Pendukung

. Agar tiang-tiang dapat berdiri tegak dan kaku diperlukan adanya

pengaku diagonal yang dipasang dalam arah sumbu x dan y. Pada sumbu x

antar tiang dengan tiang dipasang pengaku diagonal yang dipasang saling

bersilangan.

Selain pemasangan pengaku diagonal dari tiang ke tiang, maka perlu

juga dipasang pengaku kearah yang lain (sumbu y), dipasang dari kepala

tiang kedalam tanah yang telah diberi pasak. Hal ini diperlukan terutama pad

konstruksi acuan dengan tiang tunggal.

Page 29: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

7.4. Penyetelan Acuan

. Pekerjaan pertama adalah memasang papan pendukung pada bagian

atas tiang yang telah didirikan. Bagian-bagian tepinya dipasang terlebih

dahulu menurut ketinggian yang ditentukan dan apabila kedua bagian tepi

sudah selesai maka papan pengaku dipasang dan dipakukan pada bagian tepi

papan pandukung dan bagian tepi ini selanjutnya digunakan sebagai

pedoman pada pemasangan papan-papan pendukung bagian tengah, dengan

jalan menarik benang dari kedua papan pandukung tepi, kemudian benang

ini kita buat sebagai pedoman ketinggian bagi papan–papan pendukung

bagian tengah. Pekerjaan dilanjutkan dengan memasang sisi cetakan yang

telah disiapkan diatas papan pendukung. Kedudukan dari papan cetakan ini

harus sesuai dengan yang telah direncanakan. Dengan menarik benang pada

posisi tepi cetakan dari profil yang kita buat sebelumnya, papan sisi

dipasang menurut garis benang yang telah dipasang pada sisi profil. Setelah

pekerjaan ini selesai, pemasangan papan-papan sokong yang menahan sisi

cetakan agar sisi cetakan terdesak oleh beton yang dicor. Pemasangan inin

juga dibuat pada bagian bawah dari sisi luar acuan.

Page 30: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

BAB VIII

ACUAN LANTAI

8.1. Bagian-Bagian Yang Penting Dari Acuan Lantai

Tiang Acuan Dan Pengaku

Page 31: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Tiang acuan dipasang diatas papan landsan yang berada diatas tanah.

Pemasangan tiang ini bersamaan dengan sebagian papan–papan

pengaku yang berfungsi juga sebagai perangkai dari tiang–tiang itu

sendiri, dan sisanya dipasang setelah gelagar terpasang.

Gelagar

. Pemasangan dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan kemudian

gelagar-gelagar bagian tengah. Gelagar bagian tepi ini dianggap

sebagai papan duga terhadap gelagar bagian tengah. Didalam

pengukuran ketinggian gelagar spabila tinggi tiang belum sesuai,

ketinggian dapat diatur dengan memasang baji pada alas tiang,

kemudian permukaan As gelagar ini kita hibungkan dengan dua atau

tiga benang yang fungsinya untuk pedoman ketinggian bagi gelagar-

gelagar bagian tengah. Bila semua gelagar sudah selesai dipasang,

maka papan–papan pengaku dipasang semua..

Lantai Cetakan

Setelah pemasangan gelagar selesai, kemudian lantai dipasang diatas

gelagar tadi. Apabila apabila digunakan papan, maka papan–papan itu

harus diketam (diratakan) sisi-sisinya dahulu sehingga apabila

dirangkaikan diatas gelagar bisa rapat, sehingga air semen pada beton

tidak bisa keluar. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan

finishing, biasanya lantai cetakan mamakai plywood. parmukaan

plywood lebih licin dari permukaan papan, hal ini akan memberikan

permukaan beton yang licin dan rata, dan juga pekerjaan akan

memerlukan waktu yang singkat bila dibandingkan dengan

menggunakan papan.

Page 32: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

BAB IX

PEMBONGKARAN ACUAN DAN PERANCAH

9.1. Kapan Acuan Dan Perancah Dibongkar

Pembongkaran terpaksa dilakukan karena waktu yang diperlukan oleh

pekerjaan lain yang tergantung dari pekerjaan beton tersebut untuk

konstruksi yang menggantung jangan sekali-kali dilakukan penbongkaran

acuan/perancah sebelum beton cukup umur, misal pada balok, lantai, konsol,

luifel dan lain-lain. Apabila hal ini dilakukan maka akan berakibat buruk,

misalnya rusak pada beton, ataupun lepasnya ikatan beton dengan tulangan.

9.2. Cara-Cara Pembongkaran Acuan Dan Perancah

Page 33: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Dalam pembongkaran acuan dan perancah harus diperhatikan beberapa

syarat, misalnya syarat ekonomis, syarat keamanan dan syarat konstruksi.

a) Syarat Ekonomis.

Usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipakai lagi.

b) Syarat Keamanan.

Hal ini penting sekali, jangan sam pai pembongkaran dilakukansecara

tidak berurutan, sehingga bagian yang belum ataupun yang sudah

terbongkar dapa mencelakakan pekerja yan sedang bekerja. Misal nya

dalam pembongkara acuan dan perancah lantai, pertama dibongkar

dahulu sekor-sekornya kemudian tiang-tiangnya. Dalam pembongkaran

tiang harus hati-hati, karena tiang ini yang menahan seluruh beban

diatasnya. Kalau tidak hati-hati maka apa-apa yang diatasnya bisa rubuh

dan menimpa pekerja yang sedang berada dibawahnya. Gunakan sepatu

kerja, pakaian kerja, helm dan lain-lain.

c) Syarat Konstruktif.

Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan tiang momen

yang timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi

pada pembongkaran tiang perancah lantai/dolok harus dimulai dari arah

tengah dan mulai kearah tepi. Hal ini dimaksudkan agar bidang momen

yang timbul akan sama dengan bidang momen yang direncanakan.

Sedang kalau pada pembongkaran konsol (balok kantilever), dimulai

dari ujung, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan bidang momen yang

sama.

Page 34: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

BAB X

URAIAN KERJA

10.1 Praktek 1

Judul : Membuat Steak Out

Tujuan :

Pada akhir pelajaran diharapkan dapat :

1. Menentukan titik duga atau peil bangunan dengan baik dan benar.

2. Menentukan letak bangunan.

3. Dapat meletakan bagan dilapangan dengan baik dan benar.

Instruksi Umum :

1. Ikuti petunjuk dari instruktur.

2. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

3. Penggunaan alat sesuai fungsinya.

4. Utamakan keselamatan kerja.

Page 35: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

5. Pergunakan waktu seefisien mungkin.

10.1.1 Peralatan dan Bahan Yang Digunakan

a. Peralatan

- Siku-Siku - Gergaji Tangan Listrik

- Tali Atau Benang - Gergaji Pembelah

- Unting Unting - Gergaji Pemotong

- Roll Meter - Kampak

- Slang Plastik - Palu 5 Kg & Palu Cakar

- Ketam Listrik - Linggis

Page 36: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)
Page 37: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

a. Bahan :

- Papan ukuran 1,5 m yang sudah diketam sisinya.

- Kayu gelam ukuran 1,5 m yang ujungnya diruncingkan.

- Benang atau tali.

- Paku ukuran 1,5 inchi.

- Paku ukuran 2 inchi.

- Kapur tulis.

Keselamatan Kerja :

1. Letakkan alas dengan benar jika tidak sedang dipakai.

2. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya

3. Pakailah pakaian praktek yang telah ditentukan

4. Usahakan konsentrasi pada saat bekerja

5. Tempatkan bahan yang digunakan pada tempat tertentu disekitar tempat

kerja agar tidak mengganggu pekerjaan.

10.2.2 Langkah Kerja :

1. Menentukan lokasi kerja, lalu mempersiapkan alat dan bahan.

2. Menyingkirkan benda-benda yang sekiranya dapat mengganggu

pekerjaan

3. Menentukan royline /garis sepadan jalan /damija.

4. Mengukur elevasi bangunan/ketinggian bangunan yang diambil dari

ketinggian As jalan + 30 cm sama dengan +0,00 pada bangunan)

5. Kemudian menambahkan + 40 cm dari As jalan sehingga titik elevasi

menjadi + 70 cm

6. Menentukan As bangunan yang direncanakan

7. Mengambil kira-kira 1-1,5 m dari As bangunan tersebut untuk

merencanakan patok-patok dari papan duga.

Page 38: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

8. Memancangkan patok-patok dan memasang papan dengan sisinya yang

lurus pada bagian atas.

9. Memindahkan elevasi tersebut dengan selang plastik pada patok yang

sejajar lalu memaku ujung papan pada patok tadi dan memeriksa

kedataran papan tersebut dengan meletakkan waterpass pada permukaan

sisi papan yang menghadap keatas sehingga didapatkan sebuah papan

duga

10. Memindahkan elevasi tersebut ke patok yang berikutnya untuk

mendapatkan papan duga lain yang telah kita rencanakan

11. Menentukan As bangunan pada papan duga pertama dengan

merentangkan benang antara As bangunan yang satu dengan yang

lainnya.

12. Benang ini merupakan benang utama dalam menetukan kesikuan suatu

As bangunan pada suatu papan duga dengan papan duga yang lain.

13. Untuk menentukan kesikuan kita dapat gunakan metode perbandingan

segitiga phytagoras : 3 : 4 : 5.

14. Pembuatan papan segitiga siku-siku ini dilakukan diatas permukaan

tanah ( bukan pada benang) dengan menggunakan patok kecil dengan

paku ditengah permukaannya.

15. Memindahkan titik-titik (pada patok) dengan unting-unting ke benang

atas setelah didapatkan kesikuannya

16. Memberitanda As pada papan jika telah didapatkan kesikuannya

17. Memeriksa diagonalnya, bila keduanya telah diagonal artinya telah siku.

18. Mengkokohkan papan duga dengan menggunakan skor agar kuat dan

kaku.

Page 39: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)
Page 40: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

10.2 Praktek 2

Judul : Pondasi Bangunan

Tujuan :

Agar pada akhir pelajaran mahasiswa dapat Membuat cetakan pondasi

model 3 sesuai dengan ketentuan dan ukuran dalam gambar.

10.2.2 Peralatan dan Bahan Yang Digunakan

a) Peralatan

Pensil – Kampak

Siku-siku – Gergaji potong

Benang – Gergaji belah

Unting-unting – Martil kecil

Rol meter – Martil besar

Selang plastik – Cangkul dan linggis

Ketam – Bogem

b) Bahan

Gelam 5/8

Benang

Papan 2/20 cm

Paku 1.5 – 2 inchi

Benang

10.2.2 Langkah kerja :

1. Pelajari gambar terlebih dahulu, dan kalkulasikan kebutuhan bahan-

bahan yang akan digunakan

2. Persiapkan alat-alat yang diperlukan dan bahan-bahannya

3. Rangkaikan papan A dan B dengan kelam-kelam yang berjarak 80 cm

sehingga lebar papan mencapai lebar yang ditentukan

Page 41: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

4. Sisi-sisi bagian atas papan A dan B diserut hingga rata dan lurus

5. Buatlah papan duganya di lapangan, di luar pondasi 0,50 m dengan

ketinggian 0,45 cm dari atas pondasi

6. Galilah tanah dengan ukuran :

- Panjang 2,0 m

- Lebar 1 m

7. Kedalaman dari papan duga 0,75 – 0,90 m

8. Ukur pada As papan duga kesamping kiri dan kanan masing-masing

selebar 0,40 m ditambah tebal papan dan tebal klam, kemudian

dibentangkan benang dari titik tersebut

9. Menancapkan skor-skor (kasau F) sekuat mungkin, sisi dalamnya harus

menempel benang, kedudukan skor-skor ini harus vertical (dicek dengan

water pass)

10. Perkuat skor-skor tadi dengan papan-papan C pada skor-skor (kasau F)

dengan jumlah paku 3 buah, kedudukan papan C horizontal, tingginya

lihat gambar

11. Ukur pada As papan duga kesamping kiri dan kanan masing-masing

selebar 0,15 m ditambah tebal papan dan tebal kelam, kemdian

dibentangkan benang dari titik tersebut

12. Papan-papan A yang telah dirangkaikn tadi dipakukan pada skor-skor F

(3 paku) tepat pada kelam-kelamnya sehingga mendapatkan lebar yang

diinginkan, tinggi permukaan lihat gambar

13. Rangkaikan papan E dan D dalam keadaan siku. Setelah itu pakukan

papan E pada papan C ( 5 paku) dn papan D pada skor F ( 2 paku). Sisi

dalam papan E menempel benang dan dalam keadaan vertical, tinggi

papan dasar D setinggi pondasi yang miring. Lihat gambar

14. Papan-papan B pada permukaan diperkuat dengan papan-papankecil

lebar 5 cm yang dipakukan pada bagian atas papan tersebut.

Page 42: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

15. Kontrol semua ukuran-ukurannya sehingga sesuai dengan gambar

10.3 Praktek 3

Judul : Membuat Cetakan dan Acuan Untuk Kolom Segi Empat

Page 43: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Tujuan :

Pada akhir pelajaran mahasiswa dapat :

1. Membuat cetakan kolom dengan cara yang tepat dan benar.

2. Mengontrol ketegakan kolom dengan benar.

3. Membuat kolom sesuai syarat umum acuan dan perancah.

4. Menghitung kebutuhan dengan tepat dan benar.

5. Meluruskann kedudukan kolom yang satu dengan yang lainna secara tepat

dan benar.

Instruksi Umum :

1. Mengikuti petunjuk dari instruktur.

2. Mempersiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan.

3. Mengutamkan keselamatan kerja.

4. Menggunakan waktu seefisien mungkin

10.3.1. Peralatan dan Bahan Yang Digunakan

a) Peralatan :

Page 44: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

- Pensil.

- Meteran.

- Rol Meter.

- Unting-Unting.

- Siku-Siku.

- Mistar Siku.

- Palu Cakar.

- Geraji Mesin.

- Water Pass.

- Kapur.

- Selang Plastik.

b) Bahan :

- Multiplek Ukuran :

- 30 X 244 Cm (4 Buah)

- 40 X 244 Cm (4 Buah)

- Dolken.

- Papan 2/20.

- Paku 1,5 Inc dan 2 Inc.

Keselamatan Kerja :

- Menempatkan alat-alat kerja pada tempatnya.

- Memakai pakaian kerja lengkap dengan sepatu kerja dan helm.

- Berkosentrasi pada waktu bekerja.

- Menempatkan bahan-bahan sedemikian rupa sehigga tidak menggangu

selama dalam bekerja.

10.3.2. Langkah Kerja :

Dengan Menggunakan Dolken dan Papan Sebagai

Klam :

Page 45: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

1. Mempelajari gambar kerja dan menghitung kebutuhan bahan-

bahannya.

2. Mempersiapkan bahan dan peralatan.

3. Menggambarkan letak kolom pada lantai kerja agar lurus atau siku

terhadap kolom yang lainnya.

4. Mengklem papan multiplek tersebut dengan jarak yang telah

ditentukan.

5. Mendirikan tiang perancah.

6. Menentukan ketinggian As untuk kolom jika lantai kerja tidak rata,

dengan slang plastik agar semua kolom tinginya sama.

7. Merangkai papan acuan, dengan jarak harus tepat ditengah-tengah

kolom klem cetakan.

8. Meletakan/mendirikan kolom pada tempatnya.

9. Menggunakan unting-unting untuk menentukan posisi kolom agar

benar-benar vertikal

10. Memasang papan penjepit pada pertengahan klem yamg dipakukan

pada tiang acuan.

11. Mengontrol posisi kolom apakah sudah benar-benar vertikal dan lurus

12. Jika sudah lurus dan vertikal lalu

13. Membersikan lokasi pekerjaan dan menempatkan alat-alat pada

tempatnya.

14. Melaporkan pada instruktur bahwa pekerjaan telah selesai dan siap

diperiksa.

Dengan Menggunakan Rapid Klam :

1. Mempelajari dan memahami gambar kerja serta menghitung kebutuhan

bahan-bahan.

2. Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahannya,

Page 46: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

3. Membuat dan merangkai multiplek sesuai dengan ukuran yang

tercantum didalam gambar sebagai cetakan dari kolom.

4. Jarak klam perangkai papan cetakan 35 – 45 cm.

5. Membuat papan duga dengan ketinggian peil tertentu dan menentukan

As untuk kolom selanjutnya, lalu memindahkan As tersebut ke ukuran

kolom.

6. Mendirikan cetakan kolom pada tempatnya.

7. Memasang balok-balok vertikal ditempat sisi kolom tersebut.

8. Selanjutnya memasang 2 balok pengeklam pada sisi dihadapannya

dengan jalan kedua balok tersebut dirangkaikan dengan rapid klam baru

setelah itu memasang kedua sisi yang lainnya dengan langkah yang

sama.

9. Jarak balok pengeklam yang terletak disebelah bawah (± dari permukaan

lantai/tanah) 15 – 25 cm dan jarak antara balok pengeklam satu dangan

lainnya diambil ± 90 cm.

10. Mengontrol letak dari acuan kolom tersebut dengan benang dan untuk

mengontrol ketegakan/vertikal dari acuan kolom tersebut digunakan dua

buah unting-unting/lot ataupun water pass.

11. Memasang skor/pengaku untuk acuan kolom tersebut sehingga

kedudukan dari acuan kolom betul-betul kaku dan kuat serta tidak

goyang.

12. Untuk mendikan kolom selanjutnya, dengan mengulangi langkah-

langkah kerja diatas.

13. Mengontrol kembali semua hasil praktek/pekerjaan sesuai gambar.

14. Membersikan lokasi pekerjaan dan menempatkan alat-alat pada

tempatnya.

15. Melaporkan pada instruktur bahwa pekerjaan telah selesai dan siap

diperiksa

Page 47: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Langkah Kerja Dengan Mengunakan Plat Besi Sebagai

Klam:

1. Mempelajari dan memahami gambar kerja serta menghitung kebutuhan

bahan-bahan.

2. Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahannya,

3. Membuat dan merangkai multiplek sesuai dengan ukuran yang

tercantum didalam gambar sebagai cetakan dari kolom.

4. Jarak klam perangkai papan cetakan 35 – 45 cm.

5. Membuat papan duga dengan ketinggian peil tertentu dan menentukan

As untuk kolom selanjutnya, lalu memindahkan As tersebut ke ukuran

kolom.

6. Mendirikan cetakan kolom pada tempatnya.

7. Mendirikan plat-plat besi pengklam pada setiap klam-klam perangkai.

8. Mengontrol letak dari acuan kolom tersebut dengan benang dan untuk

mengontrol ketegakan/vertikal dari acuan kolom tersebut digunakan dua

buah unting-unting/lot ataupun water pass.

9. Memasang sekat/pengaku untuk acuan kolom tersebut sehingga

kedudukan dari acuan kolom benar-benar kaku, kuat dan kokoh.

10. Untuk mendirikan kolom selanjutnya, mengulangi langkah-langkah

kerja tersebut diatas.

11. Mengontrol kembali semua hasil praktek/pekerjaan sesuai gambar.

12. Mebersikan lokasi pekerjaan dan menempatkan alat-alat pada

tempatnya.

13. Melaporkan pada instruktur bahwa pekerjaan telah selesai dan siap

diperiksa.

Sebagai catatan :

Page 48: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Mengusahakan didalam merangkai papan-papan cetakan/multiplek serapat

mungkin.

Untuk klam-klam perangkai cetakan pada bagian sisi labar, ukuran klam

ditambah 1,5 – 2 cm dari sisi tepi cetakam.

Pemakuan tidak boleh tembus.

Memperhatikan kedudukan/tegangan cetakan kolom tersebut.

10.4 Praktek 4

Judul : Membuat Cetakan/Acuan Balok dan Lantai

Tujuan :

1. Membuat cetakan balok dan lantai sesuai dengan ketentuan dengan teknik

yang baik dan benar.

2. Menyetel cetakan balok dan lantai menjadi horiointal sesuai ketentuan

yang baik dan benar.

Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan :

a) Peralatan :

- Pensil

- Palu ckar

- Mistar siku

- Meteran

- Roll meter

- Gergaji mesin

Page 49: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

- Unting-unting

- Water pass

- Tangga

b) Bahan :

- Papan

- Paku

- Dolken

- Benang

Page 50: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

10.4.1. Langkah Kerja :

1. Menyiapkan alat dan bahan dilokasi kerja.

2. Mengecek level kolom antar kolom dengan water pass.

3. Memasang dolken sebagai perancah balok diantar dua kolom yang telah

direncanakan dengan jarak antara dolken 50 cm dan disejajarkan.

4. Mengkakukan dolken tersebut dengan skor melintang dan menyilang.

5. Menarik benang dari kolom satu kekolom yang lain sebagai pedoman

untuk memasangkan gelagar.

6. Memasang gelagar pada dolken yang telah diatur jarak dan jumlah

tiangnya, satu bagian dengan satu tiang perancah sedang yang lain

menggunakan dua tiang.

7. Setelah ke levelan gelagar sama pasang multiplek 1,8 x 30 x 244 diatas

gelagar tersebut rata dengan benang.

8. Memasang multiplek tegak lurus sesuai dengan gambar kerja :

- Multiplek ukuran 1,8 x 40 x 244 berada di luar dan

- Multiplek ukuran 1,8 x 30 x 244 berada di dalam.

9. Memasang papan klam dan papan penjepit pada sisi sebelah luar

multiplek agar cetakan balok kuat menahan dimensi beton.

10. Melevekan sisi-sisi tegak dengan waterpass lalu melanjutkan dengan

pemasangan sekor agar pada saat pengecoran acuan tidak bergeser,

11. Pengontrol kesikuan, kedataran dan kerapatan cetakan balok.

12. Setelah pemasangan balok selasai dilanjutkan dengan penegakan tiang-

tiang perancah (mengunakan dolken atau steel prop) sejajar dengan

tiang-tiang balok untuk memasangkan lantai.

13. Mengatur dan melevelkan steel proof dengan jarak 120 150 cm.

14. Memasang benang sebagi patokan.

15. Memberi balok pada setiap bagian bawah dan bagian atas steel proof

yang dilakukan/dikerjakan dibawah.

Page 51: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

16. Apabilah sudah selesai maka dirikanlah steel prop tersebut dan pada

bagian atas steel prop diletakan kembali balok melintang dan dikakukan

dengan paku lalu ditambah dengan kawat.

17. Untuk mengakukan steel prop tersebut maka dopasang sekor dengan

kayu atau papan dengan cara melintangkanya pada steel prop lalu diikat

dengan kawat agar lebi kuat dan kaku.

18. Apabila suda selesai maka ratakan/sejajarkan dengangan kolom dengan

cara mengerak naikkan steel prop.

19. Pasang multiplek ukuran 1,8 x 122 x 244 cm sebanyak dua buah diatas

gelagar yang sudah terbentuk dan atur kedatarannya dengan water

pass.dalam pemasang acuan lantai multiplek harus dipasang melintang

terhadap gelagar agar lebih kuat dan atur kesukuan, kedataran dan

kerapatan cetakannya.

Catatan khusus tentang kolom :

1) Macam-macam tiang pendukuang

- 2 tiang pendukung

- 1 tiang pendukung

2) Dudukan tiang

- Diatas tanah

- Diatas lantai biasanya pada bangunan bertinggkat

3) Tiang perancah

- Dari kayu dolken

- Dari baja/steel prop

a. Macam-macam beban yang dipikul tiang perancah

- Beban hidup (beban guna dan beban bergerak)

- Beban mati (beban alat dan beban sendiri)

b. Syarat-syarat penyambungan tiang perancah

- Sambungan tiang jangan diletakan pada satu garis lurus

Page 52: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

- Sambungan tidak boleh berada pada tengah-tengan tiang

- Sambungan tidak boleh lebih dari satu tapi jika terpaksa maka

ditambah dengan sekor melintang kearah samping.

Page 53: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)
Page 54: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)
Page 55: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

10.5 Praktek 5

Judul : Membuat Cetakan dan Acuan Untuk Balok Tangga dan Tangga

Tujuan :

1. Dapat merencanakan tangga yang ideal

2. Membuat cetakan dan acuan balok tangga & tangga sesuai dengan

ketentuan dengan teknik yang baik dan benar.

3. Dapat menentukan jumlah optride dan antride

Peralatan dan Bahan yang Digunakan :

a) Peralatan

- pensil - rol meter

- siku - ketam

- benang - gergaji

- unting – unting (lot) - palu cakar

- slang plastic - water pass

b) Bahan

- Papan 2/20 x 400 m

- Multiplek tebal 2,4 cm/1,8 cm

- Dolken Ø 6 – 10 cm

- Usuk 5/7 x 400 m

- Paku 1½, 2, 2½ inci

10.5.1. Langkah kerja :

1. Pelajari gambar kerja dengan seksama

2. Rencanakan jumlah optride dan antride tangga dan hitung panjang tangga

serta sudut kemiringan dari tangga

3. Persiapkan bahan-bahan dan alat-alat kerja seperlunya saja

Page 56: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

4. Rangkaikan papan –papan seb agai sisi tegak cetakan balok dan tangga

5. Ukur bebas dari ketinggian tangga di lapangan

6. Berdirikan tiang-tiang acuan (dolken) dengan jarak 50 -60 cm dimana

tiang-tiang tersebut saling disekor dengan papan untuk balok dan tangga.

7. Rentangkan benang pada tiang-tiang acuan untuk pedoman gelegar acuan

balok dan tangga.

8. Pakukan gelegar acuan balok dan tangga pada tiang-tiang acuannya

dengan berpedoman benang yang telah direntangkan.

9. Papan cetakan balok dan multiplek (lantai tangga) dipakukan pada

gelegar-gelegarnya

10. Papan cetakan sisi-sisi tegak balok dan tangga di pakukan pada sisi bawah

cetakan-cetakan tersebut, selanjutnya diperkuat dengan papan-papan

penguat.

11. Khusus untuk sisi-sisi tegak tangga digambar kedudukan /tempat-tempat

papan optride dan pada tempat tersebut, dipakukan klos-klos.

12. Langkah terakhir adalah memakukan papan –papan optride pada klos-klos

dan masih diperkuat dengan usuk + papan-papan penguat.

Catatan :

- Bagian atas gelegar acuan tangga diserut agak miring

- Pemakuan pada multiplek diharapkan jangan terlalu banyak (secukupnya).

- Setiap tiang acuan diusahakan vertical.

- Konstruksi cetakan dan acuan ini tidak boleh mengalami perubahan.

Page 57: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

BAB XI

PENUTUP

11.1 Kesimpulan

Setelah mengadakan praktek kerja dan pembahasan materi acuan dan

perancah di bengkel terbuka, penulis dapat menarik suatu kesimpulan yaitu :

1) Acuan perancah/bekisting/formwork adalah suatu konstruksi sementara yang

berfungsi sebagai pembantu yang merupakan mal atau cetakan pada bagian

sisi dan bawah dari suatu bentuk beton yang diinginkan.

2) Bagian-bagian acuan dan perancah

Bagian acuan :

- Papan cetakan

- Pengaku cetakan yang semuanya berfungsi untuk membentuk beton

yang diinginkan.

Bagian perancah :

- Tiang acuan

- Pengaku

- Gelagar

- Landasan/pasak.

3) Bahan Yang Digunakan :

- Kayu/papan 2/20

- Paku

- Dolken/gelam

4) Syarat-Syarat Acuan Dan Perancah

Page 58: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

- Kuat

- Kaku

- Bersih

- Tidak bocor/rapat

- Mudah dibongkar

11.2 Saran

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan sering terjadi hal-hal yang tidak kita

inginkan, maka dari itu dalam bekerja kita dituntut untuk :

1. Berkosentrasi baik dalam mendengarkan materi/penjelasan dari instruktur

maupun dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Berusaha melakukan yang terbaik dalam melakukan praktek.

3. Kompak dalam team kerja sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat

waktu dan benar,

4. Mengutamakan keselamatan kerja dengan memenuhi peraturan di bengkel

seperti menggunakan baju praktek dan sepatu pengaman.

Page 59: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Praktek “ Acuan dan Perancah“ pada semester ini.Kami selaku penulis tak

lupa pula mengucapkan terima kasih kepada :

1. RD. Kusumanto, selaku Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya

2, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

2. Sukarman,S.T , selaku Dosen pembimbing

3. Teman-teman kelas 2 Si. A yang telah membantu dalam pembuatan

laporan ini.

Laporan ini berisi tentang hasil Praktek Acuan dan Perancah pada semester ini

di area kampus Polsri. Penulis Menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih

terdapat banyak kekurangan, kesalahan, dan masih jauh dari sempurna.Oleh karena

itu penulis sangat membutuhkan saran serta Kritik yang bisa membuat penulis jauh

lebih baik dari sebelumnya.

Akhirnya, penulis berharap agar laporan ini dapat memberi manfaat khusus

bagi Mahasiswa dan Masyarakat pada umumnya. Dan semoga apa yang ditulis oleh

penulis di ridhoi oleh Allah SWT ( Amien ).

Palembang, 9 Mei 2011

Penulis

Page 60: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

LAPORAN

PRAKTEK KERJA PERANCAH I

Dibuat untuk memenuhi syarat mata kuliah Praktek Kerja Perancah I

pada Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.

Palembang, 9 Mei 2011

Dosen pembimbing,

Sukarman, S.T

Page 61: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...................................i

KATA PENGANTAR......................................ii

DAFTAR ISI.........................................iii

PENDAHULUAN ................................................................................... ............1

BAB I Acuan Perancah 1 A. Pengertian Acuan dan Perancah..............................................3

B. Syarat – syarat acuan dan perancah .........................................4

C. Sambungan pada acuan da perancah .......................................5

BAB II Bahan dan alat yang di Gunakan .................................................7

BAB III Uraian Kerja................................................................................11

Job I Steak Out /Bow plank..........................................................................11

Job II Acuan Pondasi bangunan...................................................................16

Job III Acuan Kolom....................................................................................20

Job IV Acuan Balok dan lantai.....................................................................23

BAB XI Penutup

Kesimpulan...................................................................................................26

Saran........................................................................................................... 27

Page 62: Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)

LAPORAN

PRAKTEK KERJA ACUAN DAN PERANCAH I

LAPORAN BENGKEL

Dibuat untuk memenuhi syarat mata kuliah Praktek Kerja Perancah I

Pada Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya

Disusun oleh :

Nama: Thowwil Umary Nim : 0612 30100763 Kelas : 2 Si.B

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2013