laporan
DESCRIPTION
kimia fisiskaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bila sebuah benda tenggelam dalam air ditimbang dengan cara
menggantungkannya pada sebuah timbangan pegas, maka timbangan akan
menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan jika benda ditimbang di udara. Ini
disebabkan air memberikan gaya ke atas yang sebagian mengimbangi gaya berat.
Gaya ini bahkan nampak ketika kita menenggelamkan sepotong gabus. Ketika
terbenam seluruhnya, gabus mengalami gaya ke atas dari tekanan air yang lebih besar
dari gaya berat, sehingga gabus muncul ke atas permukaan, di mana gabus
mengapung dengan sebagian daripadanya tenggelam. Gaya ini tergantung pada
kerapatan fluida dan volume benda, tetapi tidak pada komposisi atau bentuk benda
dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Sebuah benda
yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida diangkat ke atas oleh
sebuah gaya yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan.
Pada tahun 200 SM Archimedes diberi tugas untuk menentukan apakah
mahkota yang dibuat untuk Raja Hieron adalah asli mengandung emas ataukah
palsu.Masalahnya adalah menentukan kerapatan mahkota yang bentuknya tidak
beraturan dan tidak bisa dihancurkan.Archimedes mendapatkan solusinya ketika
sedang mandi.Bobot jenis mahkota itu dapat ditetapkan dengan menimbang mahkota
itu di udara dan kemudian menimbangnya lagi ketika tenggelam di air. Untuk
menentukan persen lemak dalam tubuh seseorang, kerapatan tubuhnya dapat pula
diukur sepertiprinsip Archimedes yaitu dengan cara menimbangnya ketika orang
tersebut menyelam di air.
Kerapatan dan bobot jenis sangat dekat pengaplikasiannya dalam kehidupan
kita.Untuk itu, penting untuk mengetahui penentuan nilainya dengan menggunakan
beberapa alat, di antaranya neraca Westphal dan piknometer.Untuk dapat memahami
penggunaan dari alat tersebut dan penentuan nilai bobot jenis, maka dilakukan
percobaan ini menggunakan akuades, aseton, dan gliserol 10% sebagai contoh zat.
1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.1.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara
penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu zat dengan menggunakan beberapa
metode pengukuran.
1.1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis
dari akuades, aseton, dan gliserol 10 % dengan menggunakan neraca Westphal dan
piknometer.
1.2 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah mengukur dan menghitung kerapatan dan bobot
jenis beberapa zat yaitu akuades, aseton, dan gliserol 10 % dengan menggunakan
neraca Westphal dan piknometerlalu membandingkannya dengan nilai kerapatan dan
bobot jenis secara teori.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat
ekstensif. Suatu sifat yang tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif.Sifat-
sifat intensif pada umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena
tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, 1996).
Rasio kerapatan sebuah zat terhadap kerapatan air dinamakan berat jenis zat.
Berat jenis adalah bilangan berdimensi yang sama besarnya kerapatan ini bila
dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik (dalam kilogram per liter). Berat jenis
suatu zat dapat diperoleh dengan membagi kerapatannya dengan 103 kg/m3. Sebagai
contoh berat jenis aluminium adalah 2,7 dan berat jenis es adalah 0,92. Berat jenis
benda-benda yang tenggelam dan air berkisar dari 1 sampai sekitar 22,5 (untuk
elemen yang paling padat, yaitu osmium) ( Tipler, 1998).
Suatu sifat yang besarnya bergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume merupakan sifat-sifat
ekstensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah
sifat instensif. Massa 1000 cm3airpada suhu 4 °C dan tekanan atmosfer normal adala
hampir tepat 1 kg. Rapatan dari air di bawah keadaan ini adalah 1000 g/1000cm3 =
1,000 g/cm3. Karena volume berubah menurut suhu sedangkan massa tetap, rapatan
merupakan fungsi dari suhu. Satuan SI untuk rapatan adalah kg/m3 tetapi kadang-
kadang dapat pula dinyatakan dalam g/mL.Untuk gas satuannya adalah g/L (Petrucci,
1996).
Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air, maka benda
akan tenggelam di dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, maka benda akan
mengapung. Untuk benda-benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda
yang tercelup ke dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda terhadap
kerapatan cairan (Tipler, 1998).
Dalam praktek, bobot jenis ditentukan dengan cara membandingkan bobot zat
pada volume tertentu dengan bobot air pada volume yang sama pada suhu kamar
(t°C) sehingga bobot jenis menurut definisi lama diberikan nama lain yaitu kerapatan
atau densitas (d) yang didefinisikan sebagai:
d =
Bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t ° CBobot sejumlah volume air pada suhu 4 ° C
atau sering diberi lambang d4t
(Taba dkk., 2013).
Bobot jenis menurut definisi baru diberi nama gravitas spesifik
(specificgravity) Sgt
(Taba dkk., 2013).
Sgt
=
Bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t ° CBobot sejumlah volume air pada suhu 4 ° C
d4t
= Sgt
x daqt
Walaupun kebanyakan zat padat dan cairan mengembang bila dipanaskan dan
menyusut sedikit dipengaruhi oleh pertambahan tekanan eksternal, perubahan dalam
volume ini relatif kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa kerapatan kebanyakan zat
padat dan cairan hampir tak bergantung pada temperatur dan tekanan. Sebaliknya,
kerapatan gas sangat bergantung pada temperatur dan tekanan, sehingga temperatur
dan tekanan harus dinyatakan bila memberikan kerapatan gas (Tipler, 1998).
Pada dasarnyaproses yang samadapat digunakan untukmenentukanvolume
suatu zat yang tidak diketahui dalam wadah tertutup.Pertama,
obyekhampaditimbangkosong.Kemudiandiisi dengan cairanyangdiketahui
kerapatannya danditimbang kembali.Selisih bobot (Δm) adalah bobotcairan dari data
tersebut. Volume dapat dihitung dengan rumusV=m/ρ. Seperti yangtelah dijelaskan,
proses inidigunakan untuk mengalibrasi sampelyang digunakan
dalammerkuriporosimetri(Mustafa dan Gerpen, 2000).
Densitas metil eterdariasam lemaksebagaifungsidari suhu
dapatdiperkirakanhanyamenggunakanhubungan empiris (Kimilu dkk, 2011)
Pada 25 °C ekspansi koefisien panas dari air adalah α = 2.07 x 10- 4 K - 1 dan
kerapatan 0.9970 g/cm 3. Densitas dari suatu zat, padat, cair dan gas dengan suhu
tertentu berbeda-beda.Densitas adalah perbandingan antara massa m dengan volume
V, perubahan densitas disebabkan oleh pemanasan yang menyebabkan perubahan
volume. Di sisi lain, jika volume menurun pada saat pemanasan, maka kepadatan
akan meningkat(Monk, 2004).
Huruf Yunani ρ (rho) biasanya digunakan untuk menyatakan kerapatan
(Tipler, 1998) :
ρ = mV
Kerapatanpadatandan cairanseringdibandingkan dengankerapatanair.Segala
sesuatu yangkurang padat(lebih ringan) daripada airmengapungdi atasnya, dan segala
sesuatu yanglebih padat(lebih berat)akantenggelam. Pada keadaan yang sama,
kepadatan gasdibandingkan denganudara.Setiapgasyang kurang padat(lebih ringan)
akan naikdi udara dan sesuatu yang lebihpadat (lebih berat) akan tenggelamdi
udara.Pada perhitungankepadatanobjek,kita harusmembuat duapengukuran, yaitu
berdasarkanmassa bendadan berdasarkan volumenya (Tipler, 1998).
Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air maka benda
akan terapung dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, benda akan mengapung.
Untuk benda-benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda yang tercelup
dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda terhadap kerapatan cairan
(Tipler, 1998).
Neraca Mohr-Westphal dapat digunakan untuk mengukur densitascairanyang
lebih berat ataulebih ringandaripada air(0,0001 sampai 2,2220). Neracaterdiri
daripilar yang dapat diatur, ujungtiangstainlessdenganbantalanbatu akik, anting,
penyelam, dan silinder.Penyelamdigantungpada tiangdan ditempatkandalam
silinderyang mengandung sampel cairan.Antingditempatkanpada tiangsecara
berurutansampai tiang neraca.Jumlahrider settingadalah gravitasispesifiknya.Jika
cairanlebih ringandaripada air, posisi antingmenunjukkanpersepuluhunit, dan
antingyang lebih kecilmemberikan tempat desimal kedua, ketiga,dan keempat. Jika
cairanlebih beratdaripada air, anting keduaditempatkan pada pengait penyelam, di
mana ia memilikinilai 1. Anting lainmemberikantempat desimalberturut-turut (Fisher
Scientific International, 1992).
Piknometer digunakan untuk mengukur berat jenis suatu zat cair dan zat
padat, kapasitas volumenya antara 10 mL – 25 mL, bagian tutup mempunyai lubang
berbentuk saluran kecil. Pengukuran harus dilakukan pada suhu tetap. Volume zat
cair selalu sama dengan volume piknometer. Prosedur dan koreksi penentuan berat
jenis menurut SNI dengan piknometer yaitu membersihkan dan dikeringkan
piknometer; menimbang piknometer kosong; memasukkan air sampai penuh dan
tutup; merendam dalam air pada suhu 25 ºC selama 30 menit dan kemudian
keringkan bagian luarnya saja; menimbang dan membuang air tersebut kemudian
dikeringkan dan diisi dengan minyak biji mengkudu dan tutup kembali; merendam
dalam air pada suhu 25 ºC selama 30 menit dan kemudian keringkan bagian luarnya
saja; menimbang; menghitung bobot jenisnya (Basset dkk, 1994).
Metodepiknometer lainnyaadalah dengan menempatkansejumlahsampel
keringsebelumditimbang yang berwujud padat dalampiknometerdanmengisi
sisapiknometerdengancairanyang kerapatannyadiketahui (biasanya air),
bobotpiknometeryangtelah terisi dengan cairan mempunyai bobotyang
sebelumnyatidak diketahui.Kerapatan darisampel dapatditentukan darikerapatan yang
diketahui sebelumnya yaitu air,bobotpiknometeryang mengandungsampel
dancairan,dan bobotsampel.Metode ini adalah metodeyang umum digunakan
dalamkarakterisasisampel(Basset dkk, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu akuades, gliserol 10 %,
metanol, kertas saring, sabun cair dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan yaitu 1 set neraca Westphal,
piknometer 25 mL, gelas ukur tanpa skala, pipet tetes, neraca analitik, termometer
100 °C, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 250 mL.
3.3 Prosedur percobaan
3.3.1 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca
Westphal
Neraca Westphal dirangkai dan diseimbangkan terlebih dahulu.Diisi gelas
ukur dengan akuades sampai batas skala atas kemudian di ukur suhunya dengan
menggunakan termometer dicatat suhu akuades.Dimasukkan penyelam ke dalam
gelas ukur yang berisi akuades dan diatur lengan neraca sehingga penyelam kurang
lebih 2 cm dari permukaan cairan.Diletakkan anting pada skala lengan tunggal
sedemikian rupa sehingga neraca Westphal setimbang, kemudian ditentukan bobot
jenis dari akuades dengan melihat angka skala dengan ditunjukkan oleh anting dari
anting terbesar sampai anting terkecil.Penyelam dan gelas ukur kemudian
dibersihkan dan dikeringkan.Isi dari gelas ukur diganti berturut-turut dengan metanol
dan gliserol 10%, dan dilakukan pengerjaan dengan prosedur yang sama.
3.3.2 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan
Piknometer
Ditimbang piknometer yang telah bersih dan kering.Kemudian diisi
piknometer dengan akuades sampai penuh kemudian ditutup.Diukur suhu akuades
dengan termometer kemudian dicatat suhunya.Dibersihkan bagian luar piknometer
dengan menggunakantissue.Setelah itu, ditimbang piknometer yang berisi akuades
dengan menggunakan neraca analitik dan dicatat bobotnya.Piknometer dibersihkan
dan dikeringkan. Dilakukan prosedur yang sama dengan dengan akuades untuk
metanol kemudian gliserol 10 %.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan neraca Westphal
No. Contoh
Pembacaan Skala
Suhu (°C)Bobot jenisAntin
g IAnting
IIAnting III
Anting IV
1. Akuades 7 5 2 3 29,6 0,7523
2. Metanol 7 4 3 9 28,9 0,7439
3. Gliserol 10% 7 4 5 0 30,2 0,7450
Tabel 2. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan piknometer
No
.Nama
Bobot (gram) Suhu
(°C)Piknometer + Sampel Piknometer Kosong Sampel
1. Akuades 43,8732 18,9146 24,9586 29,7
2. Metanol 44,5740 18,9146 25,6594 29,8
3.Gliserol
10%39,4125 18,9146 20,4979 26,0
4.2 Perhitungan
4.2.1 Neraca Westphal
A. Akuades
Anting I : 7 x 0,1 = 0,7
Anting II : 5 x 0,01 = 0,05
Anting III : 2 x 0,001 = 0,002
Anting IV : 3 x 0,0001 = 0,0003
Anting I + II + III + IV = 0,7523
Sgt = 0,7523
d4t = Sg
t x daqt 29,6°C = 0,7523 x 0,995766g/cm3
= 0,7491g/cm3
B. Metanol
Anting I : 7 x 0,1 = 0,7
Anting II : 4 x 0,01 = 0,04
Anting III : 3 x 0,001 = 0,003
Anting IV : 9 x 0,0001 = 0,0009
Anting I + II + III + IV = 0,7439
Sgt = 0,7439
d4t = Sg
t x daqt 30,2°C = 0,7439 x 0,995586g/cm3
= 0,7406g/cm3
C. Gliserol 10%
Anting I : 7 x 0,1 = 0,7
Anting II : 4 x 0,01 = 0,04
Anting III : 5 x 0,001 = 0,005
Anting IV : 0 x 0,0001 = 0,0000
Anting I + II + III + IV = 0,7450
Sgt = 0,7450
d4t = Sg
t x daqt 28,9°C = 0,7450 x 0,995973g/cm3
= 0,7420 g/cm3
4.2.2 Piknometer
A. Akuades
Bobot akuades + piknometer = 43,8732
Bobot piknometer kosong = 18,9146
Bobot akuades = 24,9586
Sgt =
bobot akuadesbobot akuades
=24,9586 g24,9586 g
=1 , 0000
daqt (29,7 °C) = 0,995736g/cm3
d4t = Sg
t × daqt (29,7 °C)
= 1,0000 × 0,995736g/cm3
= 0.9957g/cm3
B. Metanol
Bobot metanol + piknometer = 44,5740
Bobot piknometer kosong = 18,9146
Bobot metanol = 25,6594
Sgt =
bobot metanolbobot akuades
=25,6594 g24,9586 g
=1 , 0281
daqt (29,8 °C) = 0,995706g/cm3
d4t = Sg
t × daqt (29,8 °C)
= 1,0281 × 0,995706g/cm3
= 1, 0237 g/cm3
C. Gliserol 10 %
Bobot gliserol + piknometer = 39,4125
Bobot piknometer kosong = 18,9146
Bobot akuades = 25,4025
Sgt =
bobot gliserolbobot akuades
=25,4025 g24,9586 g
=1 , 0178
daqt (26,0 °C) = 0,996783g/cm3
d4t = Sg
t × daqt (26,0 °C)
= 1,0178 × 0,996783g/cm3
= 1, 0145 g/cm3
4.3 Pembahasan
Zat memiliki kerapatan dan bobot jenis yang berbeda-beda. Kerapatan adalah
perbandingan bobot suatu zat pada suhu tertentu dengan bobot air pada suhu 4 °C
pada volume yang sama. Bobot jenis adalah perbandingan bobot suatu zat dengan
bobot air pada suhu dan volume yang sama.
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kerapatan dan bobot jenis melalui
dua cara yaitu dengan menggunakan neraca Wesphalt dan piknometer. Bahan atau
sampel yang digunakan adalah akuades, gliserol 10%, dan metanol.
Pengukuran pertama yaitu dengan menggunakan neraca Westphal dimulai
dengan merangkai neraca sedemikian rupa. Setelah itu, gelas ukur diisi dengan zat
yang akan diukur kerapatan dan bobot jenisnya yaitu akuades, metanol, dan
gliserol 10 %, tetapi sebelumnya dipastikan bahwa gelas ukur telah dibersihkan dan
dikeringkan agar tidak adanya zat lain di dalamnya yang dapat mempengaruhi
pengukuran. Setelah itu, suhu zat di dalam gelas ukur diukur karena nilai kerapatan
zat berpengaruh pada suhu.Kemudian penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur dan
jangan sampai menyentuh dinding gelas ukur karena hal itu dapat mempengaruhi
kesetimbangan neraca sehingga mengganggu dalam pembacaan skala.Setelah itu,
anting-anting diletakkan pada skala yang tepat sampai neraca seimbang.Saat
mengambil anting-anting dan meletakkan pada skala pada lengan neraca harus
menggunakan pinset agar tidak ada bobot tambahan yang mungkin saja berasal dari
tangan.Pembacaan skala untuk mengetahui bobot jenisnya dimulai dari anting
terkecil sampai anting terbesar.Hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh dapat
sesuai dengan bobot jenis sampel yang sebenarnya.
Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan piknometer
dimulai dengan menimbang piknometer kosong yang telah kering dan bersih hal ini
bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari alat. Jadi, jika masih terdapat titik air
di dalamnya akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Setelah menimbang
piknometer kosong dengan neraca analitik, zat yang akan diukur bobot jenisnya
dimasukkan ke dalam piknometer lalu diimpitkan dengan perlahan sampai tidak ada
gelembung udara yang dapat mempengaruhi pengukuran dan dinding luar
piknometer dibersihkan agar tidak mempengaruhi pengukuran. Kemudian diukur
suhu zat di dalam piknometer lalu ditimbang piknometer yang berisi zat dengan
neraca analitik dan dicatat bobotnya.Tetapi sebelum itu dengan cara yang sama,
akuades ditentukan terlebih dahulu bobotnya sebagai zat baku pembanding dalam
penentuan nilai bobot jenis zat.Pada sampel yang mudah menguap seperti metanol,
pengukuran harus segera dilakukan ketika piknometer telah diisi sampel, sebab
sampel akan terus berkurang bobotnya dalam piknometer.
Berdasarkan dari hasil pengukuran bobot jenis dan kerapatan contoh zat yaitu
akuades, metanol, dan gliserol 10 % dengan menggunakan neraca Westphal
didapatkanyaitu akuades memiliki Sgt = 0,7523 dan d4
t = 0,7491 g/cm3, metanol
memiliki Sgt = 0,7439 dan d4
t = 0,7406 g/cm3 , dan gliserol memiliki Sgt = 0,7450 dan
d4t = 0,7420 g/cm3.
Hasil yang diperoleh pada pengukuran bobot jenis dengan menggunakan piknometer
adalah akuades memiliki Sgt = 1 dan d4
t = 0.9957g/cm3, metanol memiliki Sg
t = 1 ,0281
dan d4t = 1, 0237 g/cm3, dan gliserol 10 % memiliki Sg
t = 1 ,0178dan d4
t = 1, 0145
g/cm3.
Terdapat perbedaan antara kedua metode tersebut dapat disebabkan adanya
perbedaan suhu dalam pengerjaan dengan kedua metode ini.Menurut teori, bobot
jenis akuades adalah 1 g/cm3, metanol adalah 0,7915 g/cm3, dan gliserol memiliki
bobot jenis 1,26 g/cm3. Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari hasil
percobaan dan teori, terjadi sedikit perbedaan nilai bobot jenis dari masing-masing
sampel.Hal ini mungkin disebabkan kesalahan dalam pengukuran seperti kesalahan dalam
mengkalibrasi, pembacaan skala, kondisi neraca danneraca Wesphalt yang tidak tepat
seimbang, piknometer yang tidak terlalu kering saat ditimbang, menguapnya sampel pada
percobaan piknometer.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengukuran bobot jenis dan kerapatan contoh zat yaitu
akuades, metanol, dan gliserol 10 % dengan menggunakan neraca Westphal
didapatkanakuades memiliki kerapatan 0,7491g/cm3 dan bobot jenis 0,7523 pada
suhu 29,6 oC; metanol memiliki kerapatan 0,7406g/cm3 dan bobot jenis 0,7439pada
suhu 30,2 oC; dan gliserol memiliki kerapatan 0,7420g/cm3 dan bobot jenis
0,7450pada suhu 28,9oC. Sedangkan dengan metode Piknometer, pada akuades
diperoleh kerapatan 0.9957g/cm3dan bobot jenis 1 pada suhu 29,7oC; metanol
memiliki kerapatan 1,0237 g/cm3 dan bobot jenis 1,0281pada suhu 29,8oC; dan
gliserol 10% memiliki kerapatan 1, 0145 g/cm3 dan bobot jenis 1,0178pada suhu
26,0oC.
5.2 Saran
Saran untuk laboratorium yaitu diharapkan menyediakan alat dan bahan
dengan lengkap agar praktikum berjalan dengan baik.Laboratorium diharapkan
memperbaiki sarana dan prasarana laboratorium, misalnya, saluran air yang rusak
agar praktikum lebih berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J, Denny, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik edisi keempat, diterjemahkan oleh Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono, EGC, Jakarta.
Fisher Scientific International, 1992, The Fisher Catalog (1510-1511), Fisher Scientific Company, USA.
Kimilu, R. K., Nyang’aya, J. A., dan Onyari, J. M., 2011, The Effects Of Temperature and Blending On The Spesific Gravity and Viscosity Of Jatropha Methyl Ester, ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, 6 (12): 1819-6608.
Mustafa, E. Tat dan Gerpen,J. H.V, 2000, The Specific Gravity of Biodiesel and Its Blends with Diesel Fuel,77(2).
Monk, Paul., 2004, Physical ChemistryUnderstanding our Chemical World, John Wiley & Sons Ltd, The Atrium, England.
Petrucci, R.H., 1996, Kimia DasarPrinsip dan Terapan Modern,edisi keempat jilid pertama, diterjemahkan oleh Sumidar Achmadi, Erlangga, Jakarta.
Taba, P., Kasim, A.H., Zakir, M., dan Fauziah, S., 2011, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tipler, Paul A., 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik, diterjemahkan oleh Dra. Lea Presetio, M.Sc dan Rahmad W.Adi, Ph.D, Erlangga, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 27 Maret 2013
ASISTEN PRAKTIKAN
MUHAMMAD YUSUF NURDIANTI NURDINNIM : H311 06 006 NIM : H311 11 279