laporan 1_ hemolisis

19
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah manusia dan hewan umumnya terdiri atas plasma darah dan berbagai unsur yang dibawa di dalam plasma darah seperti sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan dan keping darah (trombosit). Darah pada manusia maupun hewan dapat mengalami lisis yang berupa peristiwa menggelembungnya sel darah hingga pecah dikarenakan air masuk ke dalam sel. Lisis pada darah disebut hemolisis yang dapat diartikan sebagai pecahnya eritrosit karena air masuk ke dalam eritrosit yang menyebabkan hemoglobin keluar dari dalam sel eritrosit. Eritrosit memiliki membran yang bersifat selektif permeabel yang hanya dapat ditembus oleh zat-zat tertentu saja. Rusaknya membran dari eritrosit biasanya disebabkan karena penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah. Keadaan yang terjadi bila

Upload: mulkyadam

Post on 16-Jan-2016

340 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

kvjhcjcujcjt

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan 1_ Hemolisis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah manusia dan hewan umumnya terdiri atas plasma darah dan

berbagai unsur yang dibawa di dalam plasma darah seperti sel darah merah

(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan dan keping darah (trombosit). Darah

pada manusia maupun hewan dapat mengalami lisis yang berupa peristiwa

menggelembungnya sel darah hingga pecah dikarenakan air masuk ke dalam

sel. Lisis pada darah disebut hemolisis yang dapat diartikan sebagai pecahnya

eritrosit karena air masuk ke dalam eritrosit yang menyebabkan hemoglobin

keluar dari dalam sel eritrosit. Eritrosit memiliki membran yang bersifat

selektif permeabel yang hanya dapat ditembus oleh zat-zat tertentu saja.

Rusaknya membran dari eritrosit biasanya disebabkan karena penambahan

larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah. Keadaan yang terjadi bila

eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis adalah medium tersebut

akan masuk ke dalam membran pada eritrosit sehingga sel dari eritrosit

menggembung. Pecahnya sel dari eritrosit disebabkan sel tidak dapat menahan

tekanan yang terdapat dari dalam sel eritrosit itu sendiri. sebaliknya bila

eritrosit ditempatkan pada larutan yang hipertonis, maka cairan dari dalam sel

eritrosit akan keluar dari dalam sel menuju medium sehingga eritrosit akan

menjadi keriput atau krenasi. Keadaan yang seimbang dalam darah dikatakan

isotonis apabila tekanan osmotik di luar sel darah sama dengan tekanan dalam

darah.

Page 2: Laporan 1_ Hemolisis

Sel darah yang berada dalam kondisi hipotonis, hipertonis maupun

isotonis akan berpengaruh besar terhadap fungsi dari darah itu sendiri dan juga

akan mempengaruhi daripada mekanisme homeostatis dalam tubuh manusia.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu diadakan praktikum Hemolisis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana

mendemonstrasikan peristiwa hemolisis dan krenasi yang terjadi pada sel darah

merah ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mendemonstrasikan peristiwa

hemolisis dan krenasi.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah dapat

mendemonstrasikan peristiwa hemolisis dan krenasi.

Page 3: Laporan 1_ Hemolisis

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah

Darah sangat berperan penting di dalam tubuh manusia, selain

mengangkut oksigen keseluruh tubuh, darah juga berperan dalam hal

pendistribusian sari-sari makanan sampai ke tempat –tempat yang diinginkan.

Darah terdiri dari beberapa komponen yaitu, sel darah merah (eritrosit), sel

darah putih (leukosit) protein plasma dan cairan plasma. Membran eritrosit

mengandung kira – kira 49 % protein, 44 % lipid dan 7% karbohidrat, terdiri

dari lipid bilayer, protein dan telah banyak digunakan untuk menentukan

kemungkinan mekanisme berbagai cara transfer nutrisi (Simanjuntak, 2003

dalam Howard, 1989).

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup tingkat

tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan okigen yang dibutuhkan oleh

jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil ntravascu dan juga

sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah merupakan cairan

yang sangat penting bagi makhluk hidup karena berfungsi sebagai alat

transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang

kehidupan. Darah juga berperan memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh

dan memelihara keseimbangan Ph (Triakoso, 2012 dalam Colville, 2002,

Reece, 2005).

Page 4: Laporan 1_ Hemolisis

B. Sel Darah Merah

Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter

sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan

keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel.

Warnyanya kuning kemerahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat

yang disebut hemoglobin. Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria

dan ribosom serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis,

fosforilasi oksidatif sel dan pembentukan protein (Handayani dan Hariwibowo,

2008).

C. Hemolisis

Hemolisis adalah penghancuran atau pengangkatan sel darah merah dari

peredaran sebelum masa hidup normal 120 hari. Hemolisis dapat menjadi

kondisi asimtomatik seumur hidup, paling sering muncul sebagai anemia bila

pembentukan eritrosit tidak bisa menyamai kecepatan kerusakan sel darah

merah. Hemolisis juga dapat bermanifestasi sebagai penyakit kuning,

cholelithiasis, atau retikulositosis terisolasi (Dhaliwal, et all., 2004).

Hemolisis menyebabkan penurunan kadar hemoglobin yang akan

mengakibatkan anemia. Hemolisis berdasarakan tempatnya terbagi menjadi

dua, yakni hemolisis ekstravaskular dan hemolisis intrasvaskular. Hemolisis

ekstravaskular terjadi pada sel makrofag dari system retikulo endothelial (RES)

terutama pada lien, hepar dan sumsum tulang. Lisis terjadi karena kerusakan

membran, presipitasi hemoglobin dalam sitoplasma dan menurunnya

Page 5: Laporan 1_ Hemolisis

fleksibilitas eritrosit. Hemolisis intravaskular menyebabkan lepasnya

hemoglobin bebas ke dalam plasma (Handayani dan Hariwibowo, 2008).

D. Krenasi

Peristiwa krenasi terjadi bila sel dalam larutan yang hipertonik, seperti

yang terjadi pada sel bakteri dalam larutan gula. Apabila sel bakteri berada

dalam larutan gula yang hipertonik (konsentrasi tinggi), air intrasel cenderung

untuk bergerak keluar dari sel bakteri ke larutan yang lebih pekat lewat

osmosis. Peristiwa krenasi ini menyebabkan sel megkarut dan akhirnya tidak

berfungsi lagi (Chang, 2005).

Page 6: Laporan 1_ Hemolisis

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 2 April 2015 pukul 13.45-

15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Unit Zoologi, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum iniNo. Alat Kegunaan1 2 31. Jarum frankle Untuk mengeluarkan darah2. Tabung reaksi Untuk menampung larutan3. Pipet volum Untuk mengambil larutan4. Pipet tetes Untuk mengambil sampel darah5. Kaca objek Untuk meletakkan sel darah yang akan

diamati6. Kaca penutup Untuk menutup objek pengamatan7. Mikroskop Untuk mengamati sel darah8. Kamera digital Untuk mendokumentasikan hasil

pengamatan9. Alat tulis Untuk menuliskan hasil pengamatan

Page 7: Laporan 1_ Hemolisis

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum iniNo. Bahan Kegunaan1 2 31. Darah probandus Sebagai objek pengamatan2. NaCl 0,9% Sebagai larutan isotonis

Tabel 2. (Lanjutan)1 2 33. NaCl 3% Sebagai larutan hipertonis4. Aquades Sebagai larutan hipotonis5. Alkohol Sebagai larutan antiseptik6. Kapas Untuk membersihkan jarum frankle

dan jari probandus

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mengambil larutan NaCl 0,9%, NaCl 3%, dan aquades masing-masing 2

ml kemudian memasukkannya ke dalam tiap-tiap tabung reaksi dan

memberikan label.

2. Membersihkan jarum frankle dan jari probandus dengan alkohol,

kemudian menusukkan jarum frankle ke jari probandus untuk mengambil

sampel darah.

3. Memasukkan 5 tetes darah ke dalam tiap-tiap tabung reaksi yang berisi

larutan NaCl 0,9%, NaCl 3% dan aquades.

4. Membandingkan kecerahan dan perubahan warna dari ketiga larutan

tersebut

5. Mengambil sampel larutan dari masing-masing tabung uji dengan pipet

tetes, kemudian meneteskan masing-masing sampel pada kaca objek yang

Page 8: Laporan 1_ Hemolisis

bersih dan menutupnya dengan kaca penutup. Kemudian mengamati

masing-masing sampel dibawah mikroskop.

6. Mendokumentasikan hasil pengamatan dengan kamera digital.

7. Menuliskan hasil pengamatan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan pada praktikum ini

No. Perlakuan LarutanWarna

Perubahan

Gambar Tabung

Berisi Darah

Gambar sel darah di

mikroskop

1 2 3 4 5 6

1. Isotonik NaCl 0,9%

Merah cerah

Sel darah merah

(bikonkaf)

Page 9: Laporan 1_ Hemolisis

2. Hipotonik Aquades Merah gelap

Hemolisis

Tabel 3. (Lanjutan)1 2 3 4 5 6

1. Hipertonik NaCl 3% Cokelat

Krenasi

B. Pembahasan

Hemolisis adalah pecahnya membran sel darah merah (eritrosit), sehingga

hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan

membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan

Page 10: Laporan 1_ Hemolisis

hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan

membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta

rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit

menjadi hipotonis (karena penambahan larutan hipotonis) medium tersebut

(plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang

bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung.

Membran sel darah merah (eritrosit) tidak kuat lagi menahan tekanan yang

ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya

hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila

eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar

menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan mengkerut

(krenasi). Pengkerutan ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan

cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).

Konsentrasi larutan NaCl tertentu tidak semua eritrosit mengalami

hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membran eritrosit

berbeda-beda. Pada eritrosit tua membran selnya memiliki toleransi rendah

(mudah pecah), sedangkan membran eritrosit muda memiliki toleransi osmotik

yang lebih besar (tidak mudah pecah). Pada dasarnya semua eritrosit sudah

mengalami hemolisis sempurna pada air suling. Hasil hemolisis sempurna

eritrosit dalam air suling biasa dianggap sebagai larutan standar untuk

menentukan tingkat kerapuhan eritrosit.

Hasil pengamatan pada praktikum hemolysis terlihat bahwa darah yang

ditambahkan dengan NaCl 0,9 % berwarna merah cerah dan setelah diamati

Page 11: Laporan 1_ Hemolisis

pada mikroskop, selnya berbentu bikonkaf (normal). Hal ini menandakan

bahwa tekanan osmosis di luar sel sama dengan tekanan dalam sel. Tekanan

larutan NaCl sebanyak 0,9 % adalah sama dengan plasma darah, karena plasma

darah bersifat isotonik dengan tekanan dalam eritrosit. Namun bentuk bikonkaf

dari eritrosit ternyata lebih menguntungkan dari pada bentuk sebagai bola

untuk melaksanakan fungsinya karena bertambahnya luas permukaan sel

menjadi 20-30% akan mempercepat proses absorbsi dan pelepasan O2. Lagi

pula bentuk yang lebih pipih akan memperpendek jarak antara pusat sel dan

lingkungannya sehingga dapat mempercepat pertukaran oksigen.

Pengamatan pada darah yang ditambahkan dengan aquades, ini

memperlihatkan warna merah gelap dan setelah diamati pada mikroskop

terlihat selnya pecah. Hal ini di sebabkan karena aquades yang dicampurkan

dengan darah tersebut bersifat hipotonis. Hal ini mengakibatkan air masuk

dalam sel sehingga eritrosit menggembung hingga terlisis. Peristiwa tersebut

dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan oleh karena

keluarnya hemoglobin. Sementara eritrosit mengandung protein yang sangat

penting bagi fungsinya yaitu globin yang dikonjugasikan dengan pigmen heme

membentuk hemoglobin untuk mengikat oksigen.

Pengamatan pada darah yang ditambahkan larutan NaCl 3%,

memperlihatkan perubahan warna pada tabung reaksi berubah menjadi

kecoklatan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tekanan osmosis dalam sel

dan di luar sel sehingga sitoplasma yang berada di dalam eritrosit tertarik

keluar yang menyebabkan sel darah merah menjadi mengkerut.

Page 12: Laporan 1_ Hemolisis

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah bahwa sel darah merah atau

eritrosit memiliki kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap larutan pada

berbagai seri konsentrasi. Eritrosit yang ditempatkan pada larutan yang isotonis

NaCl 0,9% memperlihatkan bentuk sel yang normal (bikonkaf) karena adanya

keseimbangan tekanan osmosis di dalam maupun di luar sel. Eritrosit yang

ditempatkan pada larutan yang hipotonis yakni aquades menyebabkan sel

menagalami hemolisis dengan memperlihatkan bentuk sel yang menggembung

karena sel terisi oleh air dan menyebabkan sel pecah dan hemoglobin menjadi

keluar dari membran eritrosit. Sebaliknya eritrosit yang ditempatkan pada

larutan hipertonis yakni NaCl 3% akan mengalami krenasi dengan

memperlihatkan bentuk sel yang keriput akbita dari sitoplasma tertarik ke luar

dari sel.

Page 13: Laporan 1_ Hemolisis

B. Saran

Saran yang diajukan pada praktikum ini adalah agar praktikan lebih aktif

lagi dalam mengikuti praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond, 2005, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta

Dhaliwal, G., et all., Hemolytic Anemia, Jurnal American Family Pysician, 26 (11) : 2599

Handayani, W., dan Hariwibowo, S., 2008, Hematologi, Salemba Medika, Jakarta

Simanjuntak, M. T., 2003, Ketergantungan Temperatur dan pH terhadap Transpor Sefaleksin ke dalam Eritrosit Manusia Secara In Vitro, Jurnal Sains Kimia, 7 (2) : 44

Triakoso, N., dan Putri, P. R., 2012, Perbandingan Packed Cell Volume Darah Anjing Sebelum dan Sesudah Penyimpanan Menggunakan Citrate-Phosphate-Dextrose, Jurnal VetMedika, 1 (1) : 23