lapoaran pendahuluan mioma

35
LAPOARAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI A. PENGERTIAN Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat dan otot uterus yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma ataupun fibroid. (Wiknjosastro, 1999) Myoma uteri adalah tumor jinak rahim disertai jaringan ikatnya, sehingga dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan lunak serta otot rahimnya dominant. (Manuaba, 1998) Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel- sel polos. Tumor ini mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi di dalam uteri. (www.medicastore.com ) Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua tempat asal myoma uteri yaitu servik uteri dan korpus uteri. Yang ada pada servik uteri hanya ditemukan dalam 3%, sedangkan pada korpus uteri 97% myoma uteri banyak di terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa myoma uteri terjadi sebelum menarche. (Prawirohardjo, Sarwono, 1994).

Upload: murtin-ismail

Post on 06-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPOARAN PENDAHULUANMIOMA UTERIA. PENGERTIANMyoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat dan otot uterus yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma ataupun fibroid. (Wiknjosastro, 1999)Myoma uteri adalah tumor jinak rahim disertai jaringan ikatnya, sehingga dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan lunak serta otot rahimnya dominant. (Manuaba, 1998)Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel polos. Tumor ini mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi di dalam uteri. (www.medicastore.com)Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua tempat asal myoma uteri yaitu servik uteri dan korpus uteri. Yang ada pada servik uteri hanya ditemukan dalam 3%, sedangkan pada korpus uteri 97% myoma uteri banyak di terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa myoma uteri terjadi sebelum menarche. (Prawirohardjo, Sarwono, 1994).B. ETIOLOGIEtiologi dari myoma uteri belum jelas, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar diterapkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen dan menyebabkan myoma, sedangkan pada wanita lain tidak. Padahal kita ketahui bahwa estrogen dihasilkan oleh semua wanita. Juga pada beberapa wanita dengan myoma dapat terjadi ovulasi yang menghasilkan progesterone yang sifatnya antiestrogenic. Percobaan pada binatang dengan penyuntikan estrogen dapat menimbulkan tumor myoma uterus tetapi sifatnya agak berbeda dengan myoma biasa. Walaupun myoma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschultz yang mengutarakan bahwa terjadi myoma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen.C. PATOFISIOLOGIMyoma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalia. Myoma terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yangn tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian dktus Muller, tetapi paling sering terjadi pada miometrium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara serentak. Unkuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong hingga sebesar bola kaki.Penyebab terjadinya myoma uteri tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yangn normal, dan otot imatur yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding darah uteri. Apapun asalnya, tumor dimulai dari benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bkan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah. Setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yangn banyak, maka myoma cenderung mengalami atrofi. Jika tumor dipotong, akan menonjiol diatas miometrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu-abu keputihan, tersusun atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik, dan serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara tumor dan miometrium normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke dalam myoma.Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas-bebrkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah myoma berasal dari beberapa pembbuluh d

TRANSCRIPT

LAPOARAN PENDAHULUAN

MIOMA UTERI

A. PENGERTIAN

Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat dan otot uterus

yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma,

leiomioma ataupun fibroid. (Wiknjosastro, 1999)

Myoma uteri adalah tumor jinak rahim disertai jaringan ikatnya, sehingga dalam

bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan lunak serta otot rahimnya dominant.

(Manuaba, 1998)

Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel polos. Tumor ini

mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari sel-sel otot

polos yang telah mengalami degenerasi di dalam uteri. (www.medicastore.com)

Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut

juga leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua tempat asal myoma uteri yaitu

servik uteri dan korpus uteri. Yang ada pada servik uteri hanya ditemukan dalam 3%,

sedangkan pada korpus uteri 97% myoma uteri banyak di terdapat pada wanita usia

reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa

myoma uteri terjadi sebelum menarche. (Prawirohardjo, Sarwono, 1994).

B. ETIOLOGI

Etiologi dari myoma uteri belum jelas, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot

yang belum matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi

dengan teori ini sukar diterapkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen dan

menyebabkan myoma, sedangkan pada wanita lain tidak. Padahal kita ketahui bahwa

estrogen dihasilkan oleh semua wanita.

Juga pada beberapa wanita dengan myoma dapat terjadi ovulasi yang

menghasilkan progesterone yang sifatnya antiestrogenic. Percobaan pada binatang

dengan penyuntikan estrogen dapat menimbulkan tumor myoma uterus tetapi sifatnya

agak berbeda dengan myoma biasa.

Walaupun myoma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian

Miller dan Lipschultz yang mengutarakan bahwa terjadi myoma uteri tergantung pada

sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang,

terus menerus oleh estrogen.

C. PATOFISIOLOGI

Myoma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalia. Myoma terdiri

atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi

kapsul yangn tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian dktus Muller, tetapi paling

sering terjadi pada miometrium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara serentak.

Unkuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong hingga sebesar bola kaki.

Penyebab terjadinya myoma uteri tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal dari

sel otot yangn normal, dan otot imatur yang ada di dalam miometrium atau dari sel

embrional pada dinding darah uteri. Apapun asalnya, tumor dimulai dari benih-benih

multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat

lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bkan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh

estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan

berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula

tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah.

Setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yangn banyak,

maka myoma cenderung mengalami atrofi. Jika tumor dipotong, akan menonjiol diatas

miometrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu-abu keputihan,

tersusun atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks

jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik, dan

serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara tumor dan

miometrium normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke dalam

myoma.

Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot berbentuk

kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas-bebrkas oleh jaringan ikat.

Karena seluruh suplai darah myoma berasal dari beberapa pembbuluh darah yang masuk

dari pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai

darahnya. Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian tengah myoma. Mula-mula

terjadi degenerasi hialin, atau klasifikasi dapat etrjadi kapanpun oleh ahli ginekologi pada

abad ke-19 disebuut sebagai “batu rahim”. Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi

jarang (degenerasi merah). Ini diikuti ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang

memberikan gambaran seperti daging sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi perubahan

tumor menjadi sarcoma.

Jika myoma terletak sub endometrium, mungkin disertai dengan menorhagia. Jika

perdarahan yang hebat menetap, mungki akan mengalami anemia.saat uterus

berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub endometrium yang bertangkai dapat

menyebabkan persisten dari uterus.

Dimanapun posisinya di dalam uterus, myoma besar dapat menyebabkan gejala

penekanan pada panggul, disuria, sering kencing dan konstipasi atau nyeri punggung jika

uterus yang membesar menekan rectum.

D. MANIESTASI KLINIS

1) Perdarahan abnormal

a. Menoragia

b. Menometroragia

c. Metroragia

2) Terasa nyeri

a. Torsi bertangkai

b. Submukosa myoma terakhir

c. Infeksi pada myoma

3) Pendesakan

a. Gangguan miksi dan defekasi

b. Perasaan tidak nyaman di bagian bawah

4) Menimbulkan infertilitas

Penekanan saluran tuba oleh myoma uteri

5) Sering abortus

Gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim melalui plasenta

6) Gejala sekunder

a. Anemia karena perdarahan

b. Uremia, desakan ureter menimbulkan gangguan fungsi ginjal

E. KOMPLIKASI

1. Pertumbuhan lemiosarkoma

Myoma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,

namun tiba-tiba menjadi besar apabila hal itu terjadi setelah menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Ada saatnya tangkai pada myoma uteri subserosum mengalami putaran. Jika

proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan

nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen akut.

3. Nekrosis dan infeksi

Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang

dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina. Dalam hal ini

kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah Lengkap

Haemoglobin : turun

Albumin : turun

Lekosit : turun/meningkat

Eritrosit : turun

2. USG

Terlihat massa pada daerah uterus.

3. Vaginal Toucher

Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.

4. Sitologi

Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,

5. Rontgen

Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan

operasi.

6. ECG

Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan

operasi.

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan mioma uteri adalah dengan tindakan pembedahan yaitu

miomektomi dan atau histerektomi.

KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berhubungan dengan myoma uteri

submukosum kepada klien, kemudian dari hasil pengkajian tersebut dapat disimpulkan analisa

guna menentukan perawatan selanjutnya.

Pengambilan data dikelompokkan menjadi dua data, yaitu :

a. Data subjektif

Adalah data yang diperoleh dari pernyataan klien, meliputi :

Biodata

Adalah hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk penderita myoma uteri submukosum

yang perlu diperhatikan dalam mengkaji adalah umur klien, karena kasus myoma uteri banyak

terjadi pada wanita dengan usia 35-45 tahun.

Keluhan utama

Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk myoma uteri submukosum yang

paling banyak adalah nyeri perut bagian bawah dan perdarahan abnormal.

Riwayat penyakit sekarang

Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah dilakukan untuk

mengatasi keadaan ini.

Riwayat penyakit keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri submukosum yang perlu

dikaji adalah keluarga yang pernah atau sedang menderita penyakit yang sama (myoma),

karena kasus myoma uteri submukosum dapat terjadi karena faktor keturunan.

Riwayat penyakit yang lalu

Apakah klien sudah pernah sakit berat sampai opname di rumah sakit, serta apakah klien

pernah mengalami operasi.

Riwayat kesehatan klien

Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari, lama haid, warna

darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak. Pada riwayat haid ini perlu

dikaji karena pada kasus myoma uteri, perdarahan yang terjadi kebanyakan perdarahan diluar

siklus haid. Maka dengan kita mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat membedakan

dengan jenis perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan myoma uteri.

Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau tidak, penolong siapa,

nifas normal atau tidak. Pada riwayat ini perlu dikaji karena myoma uteri submukosum lebih

sering terjadi pada wanita nulipara.

Riwayat KB

Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai oleh klien apakah menggunakan KB hormonal. Jika

memakai KB jenis hormonal khususnya estrogen mempengaruhi perkembangan myoma

tersebut menjadi lebih berbahaya

Keadaan psikologis

Untuk mengetahui keadaan psikologis klien pada penyakitnya, karena myoma uteri

submukosum penerima dan keadaan psikologi klien yang baik akan sangat membantu

pemberian terapi.

Pengetahuan klien tentang penyakitnya

Untuk mengatahui sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita. Pada kasus

myoma uteri submukosum perlu sekali mengetahui tentang penyakitnya, serta pengobatan apa

saja yang diterima, sehingga klien menjadi siap fisik dan mental dalam melaksanakan

program terapi yang diberikan.

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1. Pola nutrisi

Pola makan sehari-hari sebelum sakit dan setelah sakit apakah ada perbedaan, bagaimana

nafsu makannya ada perubahan atau tidak, sehari berapa kali jumlahnya, jenis makanan

yang dimakan tidak untuk kebutuhan tubuh. Begitu juga dengan kebiasaan setiap harinya

berapa banyak jumlahnya, jenis air yang diminum karena pada kasus myoma uteri jika

mendapat terapi kemoterapi kebanyakan nafsu makan akan menurun dan terjadi mual dan

muntah sebagai efek samping dari pengobatan tersebut.

2. Pola eliminasi

BAK dan BAB apakah ada kelainan sebelum dan sesudah, dihubungkan dengan kasus

myoma uteri, pengkajian ini untuk mengetahui sejauh mana kelainan pada system

eliminasi ini kebanyakan terganggu.

3. Pola istirahat dan tidur

Istirahat dan tidur sebelum dan setelah sakit apakah ada, berapa jam waktu istirahat pada

malam hari, kalau ada gangguan yang dirasakan.

4. Pola seksual

Bagaimana pola seksual selama ini, frekwensi setiap minggu berapa kali, ada tidaknya

keluhan yang terjadi setelah melakukan hubungan seksual yang sesuai dengan gejala

myoma uteri, yaitu perdarahan post coital.

5. Pola aktifitas pekerjaan

Bagaimana aktifitas pekerjaan sebelum sakit dan sesudah apakah ada gangguan saat

melakukan pekerjaan, apakah beban penyakit yang dirasakan.

6. Pola kebersihan diri dan lingkungan

Bagaimana uaha klien dalam menjaga kebersihan, bagaimana keadaan lingkungan klien

tinggal.

7. Peran pola hubungan

Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya, termasuk juga hubungan

dengan dokter selama berada di rumah sakit. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh

mana penerimaan klien terhadap saran yang diberikan.

8. Pola pertahanan diri

Bagaimana cara klien dalam menghadapi penyakitnya.

b. Data objektif

Yaitu data yang bisa diukur dilihat dan didengar. Pada kasus ini kondisi klien cukup lemah

dari perjalanan yang sudah cukup lama.

Pemeriksaan fisik, meliputi :

Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan klien secara umum, lemas, kesadarannya. Pada kasus myoma

uteri, perdarahan yang menyebabkan keadaan umum penderita lemah.

Tanda vital

Tensi, suhu, respirasi, pernapasan normal atau tidak karena tanda dan gejala klien dengan

myoma uteri, yaitu klien dapat menjadi takikardi, takipneu, hipotensi/hipertensi.

Status present

Kepala : apakah ada kerontokan pada rambut karena pada kasus myoma uteri yang disertai

dengan nutrisi bisa menyebabkan rambut menjadi rontok

Mata: melihat bagaimana keadaan konjungtiva anemis tidak karena pada kasus myoma

uteri terjadi perdarahan banyak yang berakibat klien menjadi anemia dengan ditandai

konjungtiva anemis

Mulut : apakah ada stomatitis atau tidak, karena myoma uteri yang disertai dengan

kurangnya vitamin C menyebabkan timbulnya stomatitis

Gigi : keadaan gusi apakah ada caries atau tidak, gingivitis karena pada kasus myoma uteri

dengan kurangnya nutrisi bisa menyebabkan gingivitis

Leher : apakah ada kelenjar yang membesar, karena myoma uteri terjadi

ketidakseimbangan hormone bisa juga menyebabkan pembesaran pada kelenjar tiroid

Jantung: apakah sering terasa sakit dan berdebar-debar pada kaus myoma uteri biasanya

menyebabkan takikardi sehingga jantung berdebar

Abdomen : bagaimana keadaan perut, tegang atau lemas, ada nyeri tekan atau tidak, teraba

massa di perut bagian bawah atau tidak, karena pada kasus myoma uteri biasanya ada

nyeri tekan dan teraba massa bagian bawah

2.      Diagnosa Keperawatan

Sebelum penatalaksanaan :

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan torsi bertangkai

Gangguan keseimabngan cairan berhubungan dengan oliguria

Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan frekwensi berkemih dan disuria

Gangguan pola eliminasi : BAB berhubungan dengan penekanan rectum

Resti infeksi berhubungan dengan perforasi myoma akibat solusio plasenta

Gangguang pola napas berhungan dengan dispneu

Resti gangguan poerfusi jaringan berhubungan dengan syok hipovolemik

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pembentukan ATP

Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, diagnosis dan

penatalaksanaan

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit,

diagnosis dan penatalaksanaan

 Sesudah penatalaksanaan :

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi

Risiko tinggi perubahan nutrisim kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek

dari pembedahan

Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap mikroorganisme dan

penurunan sel imun

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Gangguan rasa nyaman

(nyeri) berhubungan

dengan torsi bertangkai

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x24

jam diharapkan klien

mennunjukkan nyeri

berkurang.

Kriteria hasil :

a.       Klien menyatakan nyeri

hilang dan terkontrol

b.      Klien merasa nyaman

c.       Ekspresi wajah tidak

menunjukkan menahan

sakit seperti meringis,

mengerutkan dahi,

menggigit bibir

d.      Kualitas nyeri

menunjukkan skala 0-3

e.       Tidak melakukan perilaku

distraksi dengan

menentukan kegiatan yang

Mandiri :

     Kaji sumber nyeri dan sifat

nyeri/ketidaknyamanan

     Anjurkan penggunaan teknik relaksasi

dan pernapasan terkontrol

     Kaji stress psikologis klien/perasaan

dan respon emosional terhadap kajian

     Berikan lingkungan yang tenang dan

aktifitas untuk mengalihkan rasa nyeri

     Membantu dalam menentukan

respon keperawatan yang tepat.

Tingkat ketidaknyamanan

berkenaan dengan aktivitas

uterus dapat lebih intensif pada

klien dengan hipoksia

miometrium yang dapat

dihubungkan dengan pelepasan

plasenta (abtrupsio plasenta)

     Mengurangi rasa nyeri

     Ansietas sebagai respon terhadap

situasi darurat dapat

memperberat derajat

ketidaknyamanan karena

sindrom ketegangan, takut nyeri

     Dapat membantu dan

menurunkan tinhkat ansietas dan

karenanya mereduksi

berulang atau gelisah

f.       Respon otomptik tidak

menunjukkan :

o   Diaporesis

o   TD stabil 120/80 mmHg

o   Pola napas efektif 24x/mnt,

tidak dispnea

o   Nadi : 80-100x/mnt

o   Suhu : 36,5-37,5 derajat

celcius

intruksikan klien menggunakan

metode relaksasi, distraksi, jelaskan

prosedur.

     Berikan tindakan kenyamanan (mis :

masase gosokan punggung, sacrum,

sandaran bantal, berikan kompres

jeruk)

Kolaborasi :

     Berikan narkotik/sedative, berikan

obat-obatan pra operatif  bila prosedur

pembedahan diindikasikan

ketidaknyamanan

     Meningkatkan relaksasi,

menurunkan tegangan dan

ansietas, serta meningkatkan

koping dan control klien

     Meningkatkan kenyamanan akan

menurunkan risiko komplikasi

pembedahan

2. Gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit

berhubungan dengan

oliguria

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x24

jam diharapkan klien

menunjukkan

keseimbangan cairan dan

elektrolit adekuat.

Kriteria hasil :

a.      Turgor kulit baik

b.     Haluaran urin normal : 30-

50ml/jam

c.      Mukosa mulut : lembab

d.     Peningkatan saliva

e.      TTV :

   TD: N (120/80mmHg)

   Suhu : 36-37,5

   RR : 16-20x/mnt

   N : 80-100x/mnt

   Ht : N (37-47)

Mandiri :

      Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi

perdarahan ; timbang dan hitung

pembalut, simpan bekuan dan jaringan

untuk dievaluasi ulang oleh dokter

     Pantau masukan dan haluaran urin ;

perhatikan berat jenis urin

     Kaji bibir dan membrane mukosa oral

dan derajat salvasi

     Posisikan klien dengan tepat,

terlentang dan panggul ditinggikan

     Catat TTV, pengisian kapiler pada

     Perkirakan kehilangan darah,

arterial versus vena, dan adanya

bekuan-bekuan membantu

membuat diagnosa banding dan

menentukan kebutuhan

penggantian

     Penurunan haluaran urin dan

peningkatan berat jenis urin

menunjukkan dehidrasi. Volume

perfusi/sirkulasi adekuat

menunjukkan dengan haluaran

30-50ml/jam atau lebih besar

     Membrane mukosa/bibir yang

kering dan penurunan saliva

adalah indicator lanjut dari

dehidrasi

     Menjamin keadekuatan darah

yang tersedia untuk otak,

peninggian panggul menghindari

komplikasi

     Membantu menentukan beratnya

dasar kuku, warna membran

mukosa/kulit dan susu, ukur tekanan

sentral bila ada

Kolaborasi :

     Berikan infuse 1 atau 2 IV dari cairan

isotonic atau elektrolit dengan kateter

18G atau melalui jalur vena sentral.

Berikan darah lengkap atau produk

darah sesuai indikasi

     Pantau pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi (Ht dan Hb)

kehilangan darah meskipun

sianosis dan perubahan pada TD,

nadu, adalah tanda-tanda lanjut

dari kehilangan sirkulasi

terjadinya syok

     Perlu untuk infuse cepat atau

multiple dari cairan atau produk

darah untuk meningkatkan

volumr sirkulasi dan mencegah

pembekuan

     Membantu dalam menentukan

jumlah kehilangan darah. Setiap

ml darah membawa 0,5 mgHb

3. Gangguan pola eliminasi

urin berhubungan

dengan peningkatan

frekwensi berkemih dan

disuria

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x24

jam diharapkan klien

menunjukkan pola eliminasi

urin kembali normal.

Kriteria hasil :

a.      Kantong kemih kosong

Mandiri :

     Perhatikan pola berkemih dan awasi

haluaran urin

     Palpasi kantong kemih

     Berikan informasi tentang tanda/gejala

ISK. Tekankan perlunya melaporkan

tanda-tanda infeksi ke petugas

     Dapatmengidentifikasi jumlah

urin

     Mengetahui distensi pada

kantong kemih

     Ibu yangn ISK berespon baik

pada tindakan setelah diberikan

informasi

b.     Klien berkemih secara

teratur dan tuntas

c.      Haluaran urin normal 30-

50 ml/jam

kesehatan serta tidak meminum obat

sampai pemberitahuan selanjutnya

     Anjurkan untuk mempraktikan latihan

Kegel (pengencangan perineum)

sepanjang hari

     Memperbaiki dukungan organ

pelvis, menguatkan dan

meningkatkan elastisitas otot

pubokoksigeus; lebih

mengontrol perkemihan

4. Gangguan popla

eliminasi BAB

berhubungan dengan

penekanan rektum

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 1x24

jam diharapkan klien

menunjukkan pola eliminasi

(BAB) normal/seperti

biassa.

Kriteria hasil :

a.      Klien dapat kembali BAB

seperti biasa

b.     Tidak adanya massa dalam

abdomen

c.      Klien tidak mengeluh

adanya hemoroid saat

Mandiri :

     Auskkultasi adanya bising usus,

perhatikan kebiasaan pengosongan

normal

     Kaji adanya hemoroid

     Berikan laksatif, pelunak feses,

supositoria, atau enema

     Mengevaluasi fungsi usus

     Perdarahan atau nyeri hemoroid

dapat meningkatkan

kemungkinan bahwa klien akan

menunda defekasi, yang akan

memperberat

     Untuk mengembalikan

kebiasaan defekasi normal dan

mencegah atau stress perineal

selam pengosongan

defekasi

5. Resti gangguan perfusi

jaringan berhubungan

dengan syok

hipovolemik

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan 1x24 jam

diharapkan klien

menunjukkan perfusi

jaringan adekuat.

Kriteria hasil :

a.      TTV normal

b.     Kulit hangat, kering

c.      Tidak terdapat sianosis

Mandiri :

     Pantau TTV

     Pantau jumlah perdarahan

     Pantau suhu kulit, palpasi denyut nadi

perifer

Kolaborasi :

     Beri terapi IV produk darah sesuai

indikasi

     Berikan obat-obatan anti embolik

sesuai dengan indikasi

     Merupakan indicator dari

volume sirkulasi fungsi organ

     Perdarahan lebih mengacu pada

hipovolemia

     Kulit dingin lembab, denyut nadi

lemah menunjukkan penurunan

sirkulasi perifer

     Volume sirkulasi, mendukung

terjadinya perfusi jaringan

     Membalikkan aliran darah vena

dan mencegah aliran darah statis

menurunkan risiko trombosis

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN SETELAH PENATALAKSANAAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

1. Kerusakan integritas

kulit berhubungan

dengan luka insisi

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

diharapkan klien dapat

mencapai pemulihan luka

dengan criteria hasil :

a.   Pemulihan jaringan

dengan baik

b.   Tidak terjadi komplikasi

(infeksi)

Mandiri :

     Beri pengutan pada balutan

awal/penggantian sesuai indikasi.

Gunakan teknik aseptic yang kuat

     Secara hahti-hati lepaskan perekat

(sesuai arah pertumbuhan rambut)

dan pembalut pada waktu mengganti

     Gunakan perekat yang halus/silk

(hipoalergik atau perekat

montgoumery/elastis untuk

membalut luka yang membutuhkan

pergantian balutan yang sering)

     Periksa tegangan balutan. Beri

perekat pada pusat insisi ke tepi luar

dari balutan luka. Hindari menutup

kasa seluruh ekstremitas

     Periksa luka secara teratur, catat

karakteristik dan integritas kulit

     Lindungi luka dari perlukaan

mekanis dan kontaminasi

     Mengurangi risiko trauma kulit

dan gangguan pada luka

     Menurunkan risiko terjadinya

trauma kulit atau abrasi dan

memberikan perlindungan

tambahan untuk kulit atau

jaringan yang halus

     Dapat mengganggu atau

membendung sirkulasi pada

luka sekaligus bagian distal dari

ekstremitas

     Pengenalan akan adanya

2. Risiko tinggi perubahan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan  dengan

efek dari pembedahan

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 1x24

jam, klien tercukupi

kebutuhan nutrisinya,

dengan criteria hasil :

     Pantau tanda-tanda vita dengan

sering, perhatikan demam, takikardi

Kolaborasi :

     Gunakan korset pada abdominal bila

dibutuhkan

     Irigasi luka; Bantu dengan

melakukan debridemen sesuai

kebutuhan

Mandiri :

     Pantau masukan makanan setiap hari

     Ukur berat badan dan ketebalan

llipatan kulit trisep (pengukuran

antropometrik lainnya sesuai

kegagalan proses penyembuhan

luka/berkembangnya

komplikasi secara didni dapat

mencegah terjadinya kondisi

yang lebih serius

     Mungkin indikatif terjadinya

infeksi yang menunjang

perlambatan pemulihan luka

dan pemisahan luka/dehisens

     Memberi pengencangan

tambahan pada insisi yang

berisiko tinggi

     Membuang jaringan

nekrotik/luka eksudat untuk

meningkatkan penyembuhan

     Mengidentifikasi kekurangan

nutrisi atau kebutuhan terapi

     Membantu dalam identifikasi

malnutrisi protein kalori,

a.   Peningkatan berat badan

b.   Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi

c.   Pengungkapan

pemahaman tentang

nutrisi

d.  Turgor kulit baik

e.   TTV stabil

indikasi)

     Kontrol factor lingkungan (mis : bau

tidak sedap). Hindari makanan yang

manis, berlemak dan pedas

     Ciptakan suasana makan yang

menyenangkan

     Identifikasi pasien yang mengalami

mual yang diantisipasi

     Dorong penggunaan teknik

relaksasi, visualisasi bimbingan

imajinasi, latihan sedang sebelum

makan

Kolaborasi :

     Berikan diet tinggi karbohidrat dan

tinggi protein, dengan masukan

cairan adekuat

khususnya bila berat badan dan

pengukuran antropometrik

kurang dari normal

     Lingkungan dapat mengurangi

rasa mual atau muntah

     Meningkatkan selera makan

klien

     Mual atau muntah psikogenik

terjadi sebelum pembedahan

dimulai secara umum tidak

berespon terhadap obat

antiemetik

     Mencegah/menurunkan awitan

mual dan kemungkinan klien

meningkatkan masukan oral

     Memberikan nutrient cukup

untuk memperbaiki energi,

mencegah penggunaan otot,

meningkatkan regenerasi

jaringan/penyembuhan, dan

     Berikan multivitamin, mis : B12 dan

susu

     Berikan antiemetik pada jadwal

regular sebelum/selama dan setelah

pemberian antineoplastik

     Evaluasi keefektifan antiemetik

     Rujuk ke ahli gizi

keseimbangan elektrolit

     Menggantikan kehilangan

vitamin karena

malnutrisi/anemia

     Mual atau muntah menurunkan

kemampuan dan efek samping

psikologis dari pembedahan

yang menimbulkan stress

     Individual berespon secara

berbeda pada semua obat.

Antiemetik firstine mungkin

tidak bekerja, memerlukan

perubahan atau kombinasi

terapi obat

     Berguna untuk program diet

individu untuk memenuhi

kebutuhan individu dan

menurunkan masalah berkenaan

dengan malnutrisi protein/kalori

dan defisiensi mikronutrien

3. Risiko tinggi terhadap

infeksi berhubungan

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 1x24

Mandiri :

     Control infeksi, sterilisasi, dan      Tetapkan mekanisme yang

dengan pemajanan

terhadap

mikroorganisme,

penurunan sel imun

jam, klien tidak

mengalami infeksi akibat

komplikasi penyakit,

dengan criteria hasil :

a.   Mencapai penyembuhan

luka tepat waktu bebas

eksudat purulen

b.   Tidak demam

prosedur/kebijakan aseptic

     Pantau suhu tubuh

     Tekankan pentingnya hygiene oral

     Uji kesterilan semua peralatan

     Ulangi studi laboratorium untuk

dirancang untuk mencegah

infeksi

     Identifikasi dini proses infeksi

memungkinkan terapi yang

tepat untuk dimulai dengan

segera

     Terjadinya stomatitis

meningkatkan risiko

infeksi/pertumbuhan sekunder

     Benda-benda yang dipaket

mungkin steril, meskipun

demikian setiap benda harus

secara teliti diperiksa

kesterilannya, adanya

kerusakan pada pemaketan,

efek lingkungan pada paket dan

teknik pengiriman sterilisasi

paket/tanggal kadaluarsa,

nomor lot/seri harus

didokumentasikan jika perlu

     Peningkatan SDP akan

mengindikasikan adanya infeksi

kemungkinan infeksi sistemik

     Periksa kulit untuk memeriksa

adanya infeksi yang terjadi

     Identifikasi gangguan pada teknik

aseptic dan atasi dengan segera pada

waktu terjadi

Kolaborasi :

dimana prosedur operasi akan

mengurangi atau munculnya

infeksi sistemik/organ. Dimana

mungkin dapat menyebabkan

kontra indikasi dari prosedur

pembedahan dan/atau anestesi

     Gangguan pada integritas kulit

atau dekat dengan lokasi

operasi atau sumber

kontaminasi luka.

Menggunting/bercukur secara

berhati-hati adalah imperative

untuk mencegah abrasi

     Kontaminasi dengan

lingkungan/kontak personal

akan menyebabkan daerah yang

steril menjadi tidak steril

sehingga dapat meningkatkan

risiko infeksi

     Dapat digunakan pada intra

operasi untuk mengurangi

     Lakukan irigasi luka yang banyak

     Dapatkan specimen

kultur/pewarnaan Gram

     Berikan antibiotic sesuai petunjuk

jumlah bakteri pada lokasi dan

pembersihan luka debris, mis :

tulang, jaringan iskemik,

kintaminan usus, toksin

     Identifikasi segera tipe-tipe

organisme infeksi dengan

pewarnaan Gram, yang

memungkinkan diperlukannya

pengobatan yang sesuai pada

waktu identifikasi yang lebih

khusus melalui kultur dapat

diperoleh dalam waktu

beberapa hari/jam

     Dapat diberikan secara

profilaksis bila dicurigai

terjadinya infeksi atau

kontaminasi