lapkas pak j
DESCRIPTION
RERETRANSCRIPT
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh: Reza Latumahina - 071201100049
Pembimbing: dr. Ashwin Kandouw, Sp. KJ
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN – SANATORIUM DHARMAWANGSA
23 MARET – 25 APRIL 2015
No. rekam medis : 1121385
Tanggal masuk rumah sakit : 1 Mei 2010 jam 15.00
Dokter yang merawat : dr. R, Sp. KJ (K)
Riwayat perawatan : Menurut pengakuan pasien, pasien pertama kali masuk ke rumah
sakit Dharmawangsa pada sekitar tahun 2001, kemudian setelah
satu minggu pasien diizinkan pulang. Setelah dirawat dirumah,
pasien dibawa dan dirawat di rumah sakit jiwa di rawa belong pada
tahun 2003 hingga 2010 dan diizinkan pulang. Kemudian pasien
kembali ke Sanatorium Dharamawangsa setelah dirawat 3 bulan
dirumah hingga sekarang.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Jenis kelamin : Pria
Umur : 48 tahun
Bangsa/suku : WNI
Agama : Budha
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Membantu usaha orang tua di bengkel.
Status Pernikahan : Duda
Alamat : Jambi
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis diperoleh dari:
- Autoanamnesis (pada tanggal 24-30 Maret 2015 di aula Sanatorium Dharmawangsa).
- Alloanamnesis dengan perawat Ny. S (24 Maret 2015) di Sanatorium Dharmawangsa.
a. Keluhan utama
Pada saat masuk rumah sakit, keluarga pasien mengeluhkan kebiasaan pasien
yang suka menghamburkan uang untuk membeli barang-barang mewah untuk dirinya
dan juga atas permintaan istrinya. Dimana istri pasien selalu meminta pasien untuk
membelikan barang-barang tertentu untuknya dan anaknya.
Selain itu, pasien juga sering mendengar suara suara aneh yang
memerintahkannya untuk meminum baygon dan juga mengancam untuk
mengeroyoknya. Pasien juga sering berhalusinasi melihat orang-orang yang
dikenalnya seperti istrinya, anaknya, dan kerabat-kerabatnya. Hal tersebut membuat
pasien sering berbicara sendiri sambal tertawa.
b. Riwayat gangguan sekarang
Pasien tidak memiliki keluhan yang spesifik. Berdasarkan autoanamnesa dari
hasil wawancara langsung dengan pasien, pasien sering sekali mendapat bisikan suara-
suara yang aneh yang kadang menemaninya berbicara namun juga pada saat tertentu
membisikkan hal-hal yang mengancam dirinya seperti ingin mengejar dan
mengeroyoknya. Pasien juga sering berhalusinasi melihat mantan pacarnya fanni yang
muncul secara visual dimana fanni sering mengajaknya mengobrol lalu
meninggalkannya. Pasien juga sering berhalusinasi melihat istrinya mendatanginya
dan berbicara dengan bahasa jawa. Terkadang istrinya dilihatnya datang menggunakan
sepeda motor diatas genting. Selain itu pasien mengaku sering melihat anaknya
mendatanginya pada tengah malam. Istri dan anaknya yang muncul secara visual ini
terkadang menemani pasien mengobrol. Menurut pengakuan pasien, ia sudah dapat
membedakan mana yang merupakan bayangan yang nyata dan yang bukan, seiring
dengan bantuan perawat dan pasien disekitarnya yang selalu mengatakan kepada
pasien bahwa apa yang dilihatnya itu tidak nyata.
Pasien juga pernah merasa pada waktu sore menjelang malam hari gejalanya
sering kambuh. Ia merasa bahwa seluruh dunia beserta semua isinya masuk kedalam
tubuhnya dan membuatnya tidak nyaman. Tentu untuk mengatasi gejala tersebut
pasien memilih untuk tidur dan beristirahat.
Menurut hasil alloanamnesa pasien dibawa kerumah sakit oleh keluarganya
karena tak tega melihat kondisi pasien yang selalu diperas oleh istri dan anaknya yang
kemudian meninggalkannya. Tentu hal ini membuat pasien trauma dan selalu
memikirkan istri dan anaknya.
Halusinasi auditorik sering muncul pada pasien yang menyuruhnya untuk tidak
makan, meminum madu, jangan tidur, dan lain sebagainya. Selain itu, pasien juga
dapat melihat halusinasi orang-orang yang ia kenal tetapi yang paling sering adalah
istri dan anaknya. Terkadang objek halusinasi auditori dan visual dapat berganti secara
tidak spesifik, bahkan perawat yang ia kenal pun bisa menjadi halusinasi spesifiknya.
Halusinasi ini sering muncul pada sore hari menjelang malam dan kurang lebih
bertahan sampai sekitar satu jam.
Selain itu halusinasi auditorik yang sering muncul adalah pasien sering dibisikkan
oleh seseorang yang tak dikenalnya dengan mengancam akan mengejarnya kemanapun
dan akan mengeroyoknya, hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam rekam medis
dimana pasien mengaku bahwa dirinya diancam akan dibunuh. Tetapi mengingat
kondisi pasien yang sudah membaik gejala ini sudah beberapa minggu menghilang.
Semakin hari kondisi pasien semakin bertambah baik sehingga, bila gejala-gejala
tersebut muncul pasien mencoba untuk mengabaikannya. Namun, apabila gejala
tersebut sudah amat mengganggunya, pasien yang biasanya bersosialisasi menjadi
murung, tidak mau beraktivitas, cenderung mengurung diri dikamar, dan tidak seaktif
biasanya.
Pasien sendiri mengaku bahwa dirinya sendiri memang ingin masuk ke
Sanatorium Dharmawangsa karena ia merasa bahwa tak akan ada yang merawatnya
dirumah. Selain itu ia juga masih memiliki trauma dimana ia pernah jatuh dari sepeda
motor dan sempat hilang ingatan ketika masih di jambi sehingga ia takut untuk pulang
kerumahnya. Pasien mengaku bahwa dirinya sudah membuat surat permohonan untuk
diperbolehkan pulang kepada pihak rumah sakit dan masih menunggu persetujuan dari
keluarga dan dokter.
c. Riwayat gangguan sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Perawatan saat ini merupakan perawatan keempat yang di jalani oleh pasien.
Perawatan kedua dan keempat dilakukan di Sanatorium Dharmawangsa. Dimana
pasien sebelumnya pernah dirawat di rawa belong pada tahun 2003 dan sempat
masuk ke rumah sakit jiwa di Jambi.
Sebelum dimasukkan ke Sanatorium Dharmawangsa, pasien sempat dibawa
ke rumah sakit jiwa di jambi. Keluarga pasien mengeluhkan kebiasaan pasien
yang sering mengamuk, terutama pada keluarganya sendiri. Pasien jarang
mengamuk dengan lingkungan diluar keluarganya. Pasien sering mengamuk
apabila ia tidak diberi uang untuk membeli barang.
Kebiasaan memboroskan uang untuk membeli barang ini juga diperparah
dengan istri pasien yang sering meminta uang untuk dibelikan barang-barang
keperluan istri dan anak pasien seperti membeli motor, perhiasan, dan sebagainya.
Diluar dari kebiasaan memboroskan uang, keluarga pasien juga mengeluhkan
kebiasaan pasien yang sering berbicara sendiri sambal tertawa. Keluarga pasien
mengaku bahwa pasien sering kali melihat halusinasi visual akan orang lain.
Pasien juga pernah melepas pakaian dan telanjang yang terjadi setelah pasien
mengaku mendapat bisikan. Melalui suara-suara bisikan tersebut pasien juga
pernah mencoba meminum baygon dan melalui bisikan itu juga pasien mendengar
suara-suara bahwa akan ada yang mencoba membunuhnya.
Selain itu pasien juga menyatakan bahwa bisikan yang mulai ia dengar sudah
dirasakan olehnya sejak menjalani kuliah arsitek. Oleh karena itulah maka pasien
sempat berhenti kuliah di jurusan arsitek karena sulit berkonsentrasi dan merasa
cemas dengan adanya bisikan-bisikan tersebut.
Menurut pengakuan pasien, setelah satu minggu di rawat di SDW, pasien
dipulangkan dan kembali ke rumah selama tiga bulan, setelah itu, ia kembali
dimasukkan ke rumah sakit jiwa di daerah Rawa Belong pada tahun 2003 sampai
tahun 2010. Setelah kembali pulang selama tiga bulan, pasien kembali
dimasukkan ke SDW pada tanggal 1 Mei 2010 dengan alasan dari keluarga bahwa
pasien sering menghambur-hamburkan uang, sering pergi tanpa kenal waktu dan
tidak mau minum obat.
2. Riwayat Gangguan Medis
Pasien mengaku pernah mengalami kecelakaan motor ketika masih di jambi
sebelum masuk rumah sakit. Menurut pengakuan pasien, ia sempat dirawat selama
satu minggu di rumah sakit karena kecelakaan ini. Pasien juga sempat mengalami
hilang ingatan dan saat terbangun ia lupa semuanya tentang dirinya. Menurut hasil
pemeriksaan CT Scan dan EEG yang terlampir pada status pasien, tidak
ditemukan adanya kelainan.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)
Menurut pengakuan keluarga pasien yang tercantum pada rekam medis,
pasien pernah menggunakan obat-obatan yang tidak diketahui apa jenisnya
dengan frekuensi penggunaan dan durasi yang tidak jelas. Namun keluarga
mengaku bahwa pasien sudah berhenti menggunakan obat-obatan tersebut karena
pasien sempat direhabilitasi sebelum masuk ke SDW.
Pasien memiliki kebiasaan merokok delapan sampai sembilan batang per
hari sesuai dengan jatah yang didapatkannya. Pasien mengaku bahwa dirinya
mulai merokok ketika masuk ke SDW dan dipengaruhi oleh lingkungannya dan
pergaulannya dengan pasien di SDW yang rata-rata merokok.
d. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pada saat mengandung, ibu pasien sehat. Partus spontan cukup bulan. Berat lahir
2.8 kg. pasien lahir ditolong oleh bidan dirumah.
2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Tidak ditemukan adanya gangguan. Pasien sehat.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Baik dan berlaku normal. Hubungan dengan teman baik.
4. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja
Pasien cukup baik dalam sosialisasi. Pasien mengaku sering ikut balapan.
5. Riwayat Masa Dewasa
i. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah atas di
Jambi. Pasien menjalani sekolah di SD selama 6 tahun, SMP 3 tahun dan
SMA 2 tahun. Prestasi pasien cukup baik. Kemudian pasien berpindah ke
Jakarta untuk menjalani pendidikan di jurusan arsitektur Universitas Trisakti
yang dijalaninya selama empat semester. Ia mengaku bahwa dirinya berhenti
dikarenakan adanya halusinasi yang sering mengganggunya. Kemudian ia
melanjutkan pendidikannya di Fakultas Manajemen Universitas Bina
Nusantara sampai dua semester saja dikarenakan ia harus pulang ke jambi
setelah mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal dunia.
ii. Riwayat Pekerjaan
Menurut pengakuan pasien, pasien bekerja di bengkel motor milik
orangtuanya di jambi dan sempat menjadi guru binaraga di jambi, sedangkan
berdasarkan pengakuan keluarga yang tercantum direkam medik, pasien
belum pernah bekerja.
iii. Riwayat psikoseksual (pernikahan)
Pasien sebelumnya memiliki cinta yang belum terlupakan dan
membuatnya trauma yang bernama Phani. Akan tetapi pasien sudah menikah
dengan Supriyani pada umur 20 tahun yang merupakan tetangganya. Pasien
sudah memiliki seorang putri bernama Clara.
Pasien sudah bercerai dengan istrinya, namun ia mengaku bahwa
hubungannya dengan istrinya masih baik-baik saja.
iv. Riwayat kehidupan beragama
Pada status pasien, pasien beragama Budha, namun pada saat wawancara
pasien mengaku bahwa agamanya adalah Islam dan rajin beribadah shalat
Jumat.
v. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien mengaku belum pernah melanggar hukum.
e. Riwayat keluarga
Pada riwayat keluarga pasien, terdapat keluarga pasien yang mengalami gangguan
jiwa diantaranya adalah kakak pasien yang juga dirawat di SDW dan dua orang paman
pasien yang merupakan keluarga dari ayah pasien.
f. Impian, Fantasi, dan Nilai
Pasien bercita-cita apabila dirinya sudah diperbolehkan untuk pulang, pasien ingin
membuka toko kue dan menjadi guru olahraga.
III. STATUS MENTAL (Tanggal 15 April 2014)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan: Penampilan rapi. Sesuai dengan keadaan. Bersih.
2. Perilaku dan aktifitas psikomotor: Perilaku dan aktivitas pasien tidak
terganggu.
3. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien bersikap ramah pada pemeriksa. Mau
menjawab pertanyaan dengan lengkap. Pasien juga koorporatif.
B. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan. Kuantitas dan kualitas bicara pasien
baik dan lancar. Suara pasien juga dapat didengar dengan baik dan jelas.
C. Alam Perasaan (Emosi)
Mood : Euthym
Afek : Tidak ditemukan kelainan
Keserasian : Serasi
D. Gangguan Persepsi
1. Delusi : Terdapat waham insersi
2. Halusinasi : Terdapat halusinasi auditorik dan visual
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus pikir
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Tidak terganggu
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
Tidak ada gangguan pada isi pikir pasien.
F. Fungsi Intelektual (Sensorium dan Kognisi)
1. Sensorium/Taraf Kesadaran dan Kesigapan
- Kesadaran Neurologis : Kompos Mentis
- Kesadaran Psikiatrik : Terganggu (adanya halusinasi dan waham)
2. Fungsi Kognitif
- Intelegensi : Baik.
- Kemampuan Informasi : Tidak terganggu
- Orientasi
Orientasi waktu : Tidak terganggu
Pasien mengetahui hari serta tanggal saat wawancara.
Orientasi tempat : Tidak terganggu
Pasien mengetahui bahwa ia sedang dirawat di Sanatorium
Dharmawangsa
Orientasi orang : Tidak terganggu
Pasien mengingat dokter yang merawatnya dan nama pasien lain serta
nama pemeriksa.
- Daya ingat
Jangka panjang: Tidak terganggu
Pasien dapat mengingat kejadian-kejadian tentang masa lalunya
dan keluarganya dengan baik.
Jangka menengah: Tidak terganggu
Pasien dapat menceritakan kejadian selama di sanatorium dengan
baik.
Jangka pendek: Tidak terganggu
Pasien dapat menceritakan hal yang ia kerjakan kemarin.
Daya ingat segera: Tidak terganggu
Pasien dapat mengingat kejadian yang terjadi beberapa jam lalu
- Konsentrasi dan Perhatian
Tidak terganggu. Pasien mampu menghitung mundur.
- Kemampuan Membaca dan Menulis
Tidak terganggu. Pasien memiliki riwayat pendidikan yang baik.
- Kemampuan Visuospasial
Tidak terganggu. Pasien dapat menggambarkan jam 14.35 sesuai dengan
waktu saat itu dan pasien mampu menggambarkan pentagon sesuai dengan
yang digambarkan oleh pemeriksa.
Gambar 10.1 Gambar jam dan pentagon pasien
- Pikiran Abstrak
Tidak terganggu. Pasien mampu menyebutkan arti dari beberapa kiasan
seperti maksud dari ungkapan buah tangan yang berarti oleh-oleh..
- Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Kemampuan menolong diri pasien baik. Pasien mampu mengurus dirinya
sendiri dengan mandi, makan, dan melakukan aktivitasnya sehari-hari secara
mandiri. Pasien juga terkadangn mencuci spreinya sendiri.
G. Pengendalian Impuls : Tidak terganggu
H. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
3. Penilaian realita : Pasien memiliki gangguan halusinasi namun pasien
mampu membedakannya dengan realitas.
I. Tilikan:
Pasien tahu bahwa ia memiliki gangguan halusinasi yang sering mengganggunya,
namun ketika ditanya pasien mengaku bahwa dirinya sudah sehat walaupun masih
sering kambuh gejala halusinasinya dan pasien mau berobat agar cepat sembuh dari
gangguan halusinasinya.
J. Taraf Dapat Dipercaya
Secara keseluruhan, pernyataan pasien dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A . Status Internus
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Tensi : 120/80
Nadi : 73 x/min
Suhu badan : tidak diperiksa
Frekuensi pernapasan : 18 x/menit
Kepala : Bentuk normal, rambut pendek, hitam dengan sedikit uban.
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung : Bentuk normal, tidak ada sekret
Telinga : Bentuk normal, fungsi pendengaran baik
Mulut : Tidak dilakukan
Jantung : Tidak dilakukan
Paru-paru : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan
B. Status Neurologik
Rangsang meningeal : Tidak dilakukan
Peningkatan TIK : (-), tidak ada nyeri kepala, muntah proyektil (-)
N. Craniales : tidak dilakukan
Pupil : Tidak dilakukan
Sensibilitas : Tidak dilakukan
Motorik : Tidak dilakukan
Fungsi Serebelum & Koordinasi : Tidak terganggu
Fungsi Luhur : Bahasa dan kognitif tidak terganggu
Refleks fisiologis : Tidak dilakukan
Refleks patologis : Tidak dilakukan
Kesan : Kondisi medis secara umum dalam batas normal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 3 Maret 2015
Hemoglobin : 15.2 mg/dl
Leukosit : 8,3 rb/ul
Hitung jenis
Basofil : 0%
Eosinofil : 2%
Neutrofil batang : 1%
Neutrofil segmen : 65%
Limfosit : 28%
Monosit : 4%
LED : 23 mm/jam
Eritosit : 5 jt/ul
Hematokrit : 47%
Trombosit : 290rb/ul
MCV : 94 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 32 g/dl
SGOT : 29 U/L
SGPT : 36 U/L
Gamma GT : 22 U/L
Trigliserida : 212 mg/dl
Total cholesterol : 182 mg/dl
HDL : 50 mg/dl
LDL : 90 mg/dl
Glukosa puasa : 120 mg/dl
Ureum : 40 mg/dl
Creatinin : 1.29 mg/dl
BUN : 19 mg/dl
Asam urat : 5.5 mg/dl
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien Tn. J dibawa keluarga pasien dikarenakan kebiasaan pasien yang suka
menghamburkan uangnya untuk keperluannya dan istri serta anaknya yang sering
memintanya untuk dibelikan barang. Selain itu, pasien juga sering berbicara sendiri dan
tersenyum sendiri seakan-akan diajak bicara oleh orang lain.
Pasien juga sering mengalami halusinasi auditorik dimana ia sering dibisikkan sesuatu
yang mengancamnya serta halusinasi visual yang bervariasi. Pasien juga memiliki waham
kejar dimana pasien merasa bahwa akan ada yang mengeroyok dirinya dan mencoba
untuk membenuhnya. Pasien juga memiliki waham aneh dimana ia merasa pada saat
kambuh pagi dan sore hari ia merasa bahwa seluruh dunia masuk kedalam tubuhnya.
Pada saat gejala pasien kambuh, pasien sering menarik diri dan beristirahat untuk tidur
dengan tujuan untuk menghilangkan gejalanya.
Selain itu pasien memiliki riwayat keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa yaitu
kakak pasien yang juga dirawat di sanatorium dharmawangsa dan juga dua paman pasien
yang juga mengalami gangguan.
Pada pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan pada tanggal 3 maret, terdapat
peningkatan pada laju endap darah dan kadar trigliserida pasien.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Berdasarkan Ikhtisar Penemuan Bermakna, kasus ini digolongkan dalam skizofrenia
paranoid (F20.0)
Diagnosis skizofrenia pada pasien ditegakkan dengan:
Waham kejar : Kadang-kadang pasien mengalami perasaan ada yang
ingin membunuh dan mengeroyoknya, namun dengan perawatan dan psikofarmaka,
gejala ini sudah mulai hilang.
Waham Insersi : Pasien kadang-kadang merasa bahwa dirinya dimasuki
oleh seluruh isi dunia.
Halusinasi Auditorik : Pasien mendengar suara dari orang-orang disekitarnya
yang kadang dapat mengajaknya berbicara.
Halusinasi Visual : Pasien kadang-kadang melihat beberapa orang yang
dikenalinya walau orang tersebut tidak ada disekitarnya.
Aksis II
Tidak ada diagnosis
Aksis III
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 3 Maret 2015 juga ditemukan
adanya peningkatan pada kadar trigliserida yang meningkat. Hal ini menunjukkan
kemungkinan adanya dislipidemia pada pasien.
Aksis IV
Tidak ada gangguan
Aksis V
Berdasarkan skala Global Assessment of Functioning (GAF), pasien berada pada rentang
90-81. Gejala pasien masih ada namun pasien masih bisa melakukan kegiatan sehari.
Pemeriksa menilai bahwa GAF pasien adalah 88.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 (Skizofrenia paranoid).
Aksis II : Tidak ada diagnosis.
Aksis III : E71
Aksis IV : Tidak ada gangguan
Aksis V : GAF 88.
IX. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik
Pasien memiliki gangguan pada metabolisme lemak yaitu dislipidemia.
2. Psikologik
Gangguan penilaian realita yaitu waham insersi, waham kejar serta halusinasi
auitorik dan visual.
3. Sosial/Keluarga/Budaya
Pasien sudah bercerai dengan istrinya namun pasien tidak mau mengakuinya.
X. PROGNOSIS
A . Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:
Pasien tidak mengalami gangguan mental organik.
Pasien kooperatif dengan dokter .
Pasien masih sudah dapat mengakui bahwa ia sakit dan dapat mengenali
halusinasinya serta mau berobat dengan teratur (tilik derajat 6).
B . Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk :
Pada keluarga pasien terdapat riwayat penyakit gangguan jiwa.
Gejala pasien sudah muncul terus menerus dan tidak mengalami remisi walaupun
dengan pengobatan yang teratur.
Kesimpulan prognosisnya adalah dubia ad malam.
XI. TERAPI
Psikofarmaka
Lodomer (Haloperidol) 5mg 3x1 tablet
Clozaril (Clozapine) 10mg 2x1 tablet
Abilify Discmelt (Aripiprazole)
Remital (Olanzapine) 20mg 1x1 (malam)
Elizac (Fluoxetine) 20mg 1x1 (siang)
Forneuro (B1, B6,B12, vitamin E dan asam folat) 2x1 caplet
Rendapid (Simvastatin) 10 mg 1x1 (malam)
Psikoterapi
Pasien sering mengikuti rekreasi dan bermain gamelan (acara dari SDW)
XII. DISKUSI
Diagnosis
Berdasarkan gejala yang dialami pasien sejak dibawa ke SDW, pasien memiliki
keyakinan bahwa dirinya dikejar dan akan dikeroyok. Selain itu pasien juga merasa
bahwa dirinya sering dimasuki oleh seluruh dunia serta isinya. Pasien juga sering
mengalami halusinasi auditorik dimana pasien sering dibisiki bahwa dirinya akan
dikeroyok dan pasien juga pernah mendengar suara yang memerintahkannya untuk
meminum baygon. Pasien juga sering berbicara sendiri dan tertawa yang menurut
pengakuannya ia melihat kerabat-kerabat yang dikenalnya. Dapat dinyatakan bahwa
pasien memiliki waham kejar, waham insersi, halusinasi auditorik, dan halusinasi visual.
Menurut kriteria diagnosis DSM-V, pasien memenuhi kriteria diagnosis
skizofrenia yaitu
Two (or more) of the following, each present for a significant portion of time during
a 1-month period (or less if successfully treated). At least one of these must be (1 ),
(2), or (3):
1. Delusions.
2. Hallucinations.
3. Disorganized speech (e.g., frequent derailment or incoherence).
4. Grossly disorganized or catatonic behavior.
5. Negative symptoms (i.e., diminished emotional expression or avolition).
For a significant portion of the time since the onset of the disturbance, level of
functioning in one or more major areas, such as work, interpersonal relations, or
self-care, is markedly below the level achieved prior to the onset (or when the onset
is in childhood or adolescence, there is failure to achieve expected level of
interpersonal, academic, or occupational functioning).
Continuous signs of the disturbance persist for at least 6 months. This 6-month
period must include at least 1 month of symptoms (or less if successfully treated) that
meet Criterion A (i.e., active-phase symptoms) and may include periods of
prodromal or residual symptoms. During these prodromal or residual periods, the
signs of the disturbance may be manifested by only negative symptoms or by two or
more symptoms listed in Criterion A present in an attenuated form (e.g., odd beliefs,
unusual perceptual experiences).
Schizoaffective disorder and depressive or bipolar disorder with psychotic features
have been ruled out because either 1) no major depressive or manic episodes have
occurred concurrently with the active-phase symptoms, or 2) if mood episodes have
occurred during active-phase symptoms, they have been present for a minority of the
total duration of the active and residual periods of the illness.
The disturbance is not attributable to the physiological effects of a substance (e.g., a
drug of abuse, a medication) or another medical condition.
If there is a history of autism spectrum disorder or a communication disorder of
child hood onset, the additional diagnosis of schizophrenia is made only if prominent
delusions or hallucinations, in addition to the other required symptoms of
schizophrenia, are also present for at least 1 month (or less if successfully treated).
Menurut PPDGJ III, pasien memenuhi kriteria diagnosis paranoid (F20.0), yaitu:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol;
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif secara tidak nyata/tidak menonjol.
Berdasarkan kriteria diatas, disimpulkan bahwa pasien memiliki gangguan
skizofrenia paranoid.
Terapi
Terapi psikofarmaka yang diberikan pada pasien dalam kasus ini adalah obat
antispikotik, multivitamin serta obat anti dislipidemia. Obat antipsikotik terbagi menjadi
golongan tipikal dan atipikal yang mana obat golongan tipikal atau generasi pertama
berfungsi untuk menghilangkan gejala positif sedangkan golongan atipikal atau generasi
kedua digunakan untuk menghilangkan gejala positif dan gejala negatif
Obat golongan generasi pertama terdiri dari clomipramine. Sedangkan generasi
kedua adalah clozapine. Dengan mekanisme menghambat reseptor dopamine dan
serotonin maka diharapkan gejala positif dan negative pasien menghilang sesuai dengan
target gejala yang akan dicapai.
Pada psikoterapi terhadap individu dan edukasi kepada keluarga pasien juga amat
berguna untuk membantu proses penyembuhan pasien. Selain itu terapi supportif juga
penting untuk diberikan kepada pasien.
XIII. TINDAK LANJUT (FOLLOW UP)
Subjective : Pasien tidak memiliki keluhan
Objective : Ditemukan adanya halusinasi visual dan auditorik serta gejala negatif
Assessment : Skizofrenia Paranoid
Planning : Obat anti psikotik
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
2. DSM V
3. Torgersen, S. (2012). Paranoid schizophrenia, paranoid psychoses, and personality
disorders. Journal for the Norwegian Medicine Association. New York, NY. 132 (7), 851-
852.
4.