lapkas ca mammae.doc

51
BAB I PENDAHULUAN Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor 1. Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. 1,2 Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola penyakit. Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidensi relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya 1

Upload: bakit-beatrix-lusiana

Post on 18-Feb-2016

50 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPKAS CA MAMMAE.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan

dan kematian pada manusia. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

kematian nomor 1. Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta

per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah

penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan

di negara berkembang.1,2

Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap

100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke

tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola

penyakit. Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidensi relatif

tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru

yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di

negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Amerika

Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS

175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari

semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita

kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal

setiap tahunnya. American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di

Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-

2000.1,3

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher

rahim di Indonesia. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita

kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut. Gejala permulaan kanker payudara

sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak

penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya

angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker

masih dapat dicegah. Bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini,

angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85 sampai dengan

1

Page 2: LAPKAS CA MAMMAE.doc

95%. Namun, dikatakan pula bahwa 70-90% penderita datang ke rumah sakit setelah

penyakit parah, yaitu setelah  masuk dalam stadium lanjut.3,4

Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak

memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan atau radiasi.

Pengobatan pada stadium dini untuk kanker payudara menghasilkan kesembuhan

75%. Pengobatan pada penderita kanker memerlukan teknologi canggih,

ketrampilan, dan pengalaman yang luas. Perlu peningkatan upaya pelayanan

kesehatan, khususnya di rumah sakit karena jumlah yang sakit terus-menerus

meningkat, terlebih menyangkut golongan umur produktif. Informasi tentang faktor-

faktor ketahanan hidup memberikan manfaat yang besar. Bukan hanya untuk

peningkatan penanganan penderita kanker payudara, tapi juga untuk memberikan

informasi yang cukup kepada masyarakat tentang kanker payudara dan

perkembangan serta prognosis penyakit tersebut di masa mendatang.1

2

Page 3: LAPKAS CA MAMMAE.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI PAYUDARA

Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot

penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral

atas kelenjar payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila,

disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20

lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamae, yang

disebut duktus lactiferous. Di antara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga di antara

kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobules

tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi rangka

untuk payudara.1

Gambar 1. Anatomi payudara, potongan tangensial dan melintang

(Sumber: Schwartz’s principle of surgery, 9th edition)

Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari

a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa

a.interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.

interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sediri diurus oleh saraf simpatik. Ada

beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati

rasa pasca bedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang

mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi

3

Page 4: LAPKAS CA MAMMAE.doc

aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di

daerah tersebut. Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor, n.

torakodorsalis yang menguurus m.latisimus dorsi, dan n.torakalis longus yang

mengurus m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi

dengan diseksi aksila. Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila,

sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial

dan ada pula penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-

rata 50 (berkisar dari 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang

arteri dan vena brakialis.1

Gambar 2. Aliran pembuluh darah pada payudara, aksila, dan dinding dada

(Sumber: Schwartz’s principle of surgery, 9th edition)

Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila,

kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang

v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam fosa

supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain

menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila

kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati,

pleura, dan payudara kontralateral.1

4

Page 5: LAPKAS CA MAMMAE.doc

Gambar 3. Jalur aliran limfatik payudara

(Sumber: Schwartz’s principle of surgery, 9th edition)

KANKER PAYUDARA

Definisi

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan

mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat

dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit

neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Karsinoma merupakan keganasan

pada payudara yang paling umum terjadi dan kanker payudara merupakan jenis

kanker non kulit yang paling sering terjadi pada wanita.2

Insidensi dan Epidemiologi

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini

menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada

wanita. Kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi pada wanita usia

20-59.3 Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di

Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. Tahun 2001, sebanyak 240.000

wanita terdiagnosis kanker payudara, dan lebih dari 40.000 diantaranya meninggal

akibat penyakit tersebut. Diperkirakan sepertiga dari jumlah tersebut akan bertambah

dalam 20 tahun kedepan. Insidensi kanker payudara meningkat terutama pada wanita

5

Page 6: LAPKAS CA MAMMAE.doc

usia tua, namun tidak ditemukan hubungan antara kejadian kanker payudara dengan

lingkungan. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang

terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking

pertama di antara kanker lainnya pada wanita.2

Faktor Resiko

. Beberapa faktor risiko yang memegang peranan penting di dalam proses

kejadian kanker payudara berhasil diidentifikasi melalui penelitian epidemiologi 1

a. Usia

Kanker payudara jarang dijumpai pada wanita berusia < 25 tahun. Insidensi

meningkat seiring meningkatnya usia, tujuh puluh tujuh persen kasus terjadi pada

usia > 50 tahun. rata-rata usia terdiagnosis kanker payudara adalah 64 tahun.

b. Usia saat menarche

Wanita dengan usia saat menarche kurang dari 11 tahun memiliki resiko terkena

kanker payudara sebesar 20% dibandingkan dengan wanita yang menarche saat

usia 14 tahun keatas. Menopause yang lebih lama juga meningkatkan resiko

namun besarnya resiko belum berhasil teridentifikasi

c. Usia saat pertama kali melahirkan

wanita yang hamil dan melahirkan pada usia < 20 tahun memiliki resiko terkena

kanker payudara dua kali lebih tinggi dibandingkan nullipara atau wanita yang

hamil pertama kali di usia lebih dari 35 tahun.

d. Faktor keturunan

Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang memiliki ibu, saudara

perempuan, atau anak perempuan dengan riwayat mengidap kanker.

e. Riwayat biopsi payudara sebelumnya, hal ini terjadi pada wanita dengan riwayat

biopsi sebelumnya dengan hasil hiperplasia atipikal.

f. Ras

Insidensi kanker payudara lebih rendah pada keturunan Afrika-Amerika. Faktor

sosial seperti kurangnya akses ke fasilitas kesehatan dan masih kurangnya

penggunaan mammografi, dan faktor genetik juga berpengaruh. Wanita kulit hitam

yang berusia < 40 tahun lebih sering mengalami kanker payudara dibandingkan

wanita kulit putih. Wanita Kaukasoid memiliki rating tertinggi dalam terjadinya

6

Page 7: LAPKAS CA MAMMAE.doc

kanker payudara, angka kejadiannya pada usia > 50 tahun adalah 1 diantara 15

wanita, sedangkan pada wanita afrika adalah 1 diantara 20, 1 diantara 26 pada

wanita Asia Pasifik, dan 1 diantara 27 pada wanita Hispanik.

Patofisiologi

Faktor resiko utama yang berhubungan dengan perkembangan kanker

payudara adalah faktor hormonal dan genetik (riwayat keluarga). Kanker payudara

juga bisa terjadi secara sporadis, berkaitan dengan paparan hormonal, kasus herediter,

dan riwayat mutasi germ sel pada keluarga. Dari faktor genetik, berkaitan dengan

mutasi gen BRCA 1 pada kromosom nomor 17q21 dan BRCA 2 pada kromosom

nomor 13q12. Adanya mutasi pada gen BRCA1 akan menyebabkan penurunan atau

terhentinya produksi dari protein BRCA1. Mutasi BRCA1 sangat erat kaitannya

dengan kejadian kanker payudara herediter dan sindrom kanker ovarium. Secara

umum, ditemukannya gen BRCA1 akan menyebabkan peningkatan resiko terjadinya

kanker payudara sebesar 83% dan resiko terjadinya kanker ovarium sebesar 63%

pada usia lebih dari 70 tahun. sedangkan gen BRCA2 berhubungan dengan kanker

payudara pada laki-laki dan memiliki resiko terkena kanker ovarium sebesar 10%.

Pada suatu penelitian di Negeri Belanda, mutasi gen BRCA1 terdapat pada 10.000

dari setiap 4 juta wanita Belanda yang berumur 25-55 tahun 4,5. Namun hingga saat

ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker

payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang

lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya

kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat

eksogen.1

Gejala Klinis

Karsinoma payudara biasanya mempunyai gambaran klinis sebagai berikut : 2

a. Terdapat benjolan keras yang lebih melekat atau terfiksir.

b. Tarikan pada kulit di atas tumor.

c. Ulserasi atau koreng.

d. Peau’d orange.

7

Page 8: LAPKAS CA MAMMAE.doc

e. Discharge dari puting susu.

f. Asimetri payudara.

g. Retraksi puting susu.

h. Elovasi dari puting susu.

i. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak.

j. Satelit tumor di kulit.

k. Eksim pada puting susu.

l. Edema.

Stadium, Sistem TNM, dan Jalur Penyebarannya

a. Stadium

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat

mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh

manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar

maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau

kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus

dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang

lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan

dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,

namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan

klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union

Against Cancer dari WHO atau World Health Organization) / AJCC (American

Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan

American College of Surgeons).5,6

b. Klasifikasi Stadium TNM berdasarkan American Joint Committee on Cancer

(AJCC, 2002)

T = ukuran primer tumor

Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam

cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1cm.

Tx : Tumor primer tidak dapat dnilai.

To : Tidak terdapat tumor primer.

Tis : Karsinoma in situ.

8

Page 9: LAPKAS CA MAMMAE.doc

Tis(DCIS) : Ductal Carcinoma In Situ.

Tis(LCIS) : Lobular Carcinoma In Situ.

Tis(Paget’s) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor.

Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan

ukuran tumornya.

T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang.

T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.

T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.

T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.

T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.

T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai

5cm.

T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.

T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding

dada atau kulit.

T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.

T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada kulit

yang terbatas pada 1 payudara.

T4c : Mencakup kedua hal di atas.

T4d : inflammatory carcinoma.

N = kelenjar getah bening regional

Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).

N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.

N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.

N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi,

atau adanya pembesaran kgb ke mamaria interna ipsilateral

(klinis) tanpa adanya metastasis ke kgb aksila.

N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau

melekat ke struktur lain.

N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara

klinis dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila.

N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa

9

Page 10: LAPKAS CA MAMMAE.doc

metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb

aksila; atau metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan

atau tanpa metastasis pada kgb aksila/mamaria interna.

N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.

N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila.

N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.

Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara

imaging (di luar limfoscintigrafi).

M = metastasis jauh

Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.

M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.

M1 : Terdapat metastasis jauh.

Tabel 1. Klasifikasi stadium carcinoma mammae 5

Stage 0 Tis N0 M0

Stage I T1 N0 M0

Stage IIA T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

Stage IIB T2 N1 M0

T3 N0 M0

Stage IIIA T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

Stage IIIB T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

Stage IIIC T (semua) N3 M0

Stage IV T (semua) N (semua) M1

10

Page 11: LAPKAS CA MAMMAE.doc

Gambar 5. Stadium carcinoma mamma

(kankerpayudara.wordpress.com)

c. Jalur Penyebaran

Invasi lokal

Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor

pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke

sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke

dinding toraks 2

Metastasis kelenjar limfe regional

Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar.

Data di China menunjukkan: mendekati 60% pasien kanker mammae pada

konsultasi awal menderita metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut

stadiumnya, diferensiasi sel kanker makin buruk, angka metastasis makin tinggi.

Kelenjar limfe mammaria interna juga merupakan jalur metastasis yang penting.

Menurut observasi klinik patologik, bila tumor di sisi medial dan kelenjar limfe

aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe mammaria interna adalah 50%; jika

kelenjar limfe aksilar negative, angka metastasis adalah 15%. Karena vasa limfatik

dalam kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi walaupun

terletak di sisi lateral, juga mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe mammaria

interna. Metastasis di kelenjar limfe aksilar maupun kelenjar limfe mammaria

interna dapat lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe supraklavikular.6

Metastasis hematogen

11

Page 12: LAPKAS CA MAMMAE.doc

Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah,

juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena kava atau

sistem vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil

autopsy menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura,

dan adrenal.6

Diagnosis Kanker Payudara

Sebanyak 33% kasus kanker payudara mengeluh terdapat benjolan pada

payudaranya. Tanda dan gejala lainnya meliputi, pembesaran payudara yang tidak

simetris, perubahan puting susu, retraksi, atau mengeluarkan sekret, ulkus atau

kemerahan pada kulit payudara, benjolan pada ketiak, dan nyeri pada otot sekitar

payudara. Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sewaktu haid dan

dirasakan pada kedua payudara. Tumor-tumor jinak, seperti kista retensi atau tumor

jinak lain, hampir tidak menimbulkan nyeri. Kanker payudara dalam taraf permulaan

pun tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke sekitar sudah

mulai 7.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh kasar dan

keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan atau nyeri yang

hebat dari penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan pemeriksaan fisik yang

berulang-ulang karena kemungkinan dapat

mempercepat penyebaran.

1) Inspeksi

Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit

akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Edema kulit harus

diperthatikan pada tumor yang terletak tidak jauh di bawah kulit. Edema kulit

dapat tampak seperti gambaran kulit jeruk (peau d’oranges) pada kander

payudara. Selain itu, dapat dilihat puting susu tertarik ke dalam, eksem pada

puting susu, edema, ulserasi, atau nodul pada axilla.6,7

2) Palpasi

12

Page 13: LAPKAS CA MAMMAE.doc

Pemeriksaan dilakukan dengan tangan pasien di samping dan sesudah itu tangan

di atas dengan posisi pasien duduk. Palpasi harus meliputi seluruh payudara, dari

parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari subklavikular ke arah paling

distal. Palpasi harus meliputi seluruh payudara, mulai dari parasternal ke arah

garis aksila ke belakang dan dari subklavikular ke arah paling distal. Palpasi

dilakukan dengan memakai 3-4 jari yang dirapatkan, palpasi payudara di antara

dua jari harus dihindarkan karena dengan cara ini kelenjar payudara normalpun

teraba seperti massa tumor. Palpasi dimulai dari bagian perifer sampai areola

mammae dan papilla mammae, apabila terdapat massa maka perlu dievaluasi

tentang :

Besar atau diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya

Hubungan kulit dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan

Hubungan tumor dengan jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada

perlengketan,

Kelenjar limfe di aksila, infraklavikular, dan supraklavikular.

Adanya tumor satelit 6,7

Pemeriksaan Sitologi

Pemeriksan sitologi dapat diperoleh sediaan dari pungsi jarum halus serta dapat

menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau

akan dilakukan pemeriksaan yang lain atau akan langsung dilakukan ekstirpasi. Hasil

positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal sebab hasil

negatif palsu sering terjadi 3. Dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa kanker

payudara melalui tiga cara :

Pemeriksan sekret dari puting susu.

Pemeriksaan sediaan tekan (Sitologi Imprint).

Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration).

Biopsi

Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering dipergunakan

untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan anestesi lokal

ataupun umum tergantung pada kondisi pasien. Apabila pemeriksaan histopatologi

13

Page 14: LAPKAS CA MAMMAE.doc

positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar bedah untuk tindakan bedah

terapetik. 6

USG (Ultrasonografi)

USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak

mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan

bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang.

USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara serta

untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk payudara

yang padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit dinilai dengan

mammografi.6

Mammografi

Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan

khusus yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras serta

dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun2. Pemeriksaan mammografi adalah

pemeriksaan terpenting dalam diagnosa kelainan payudara. Mammografi sampai saat

ini masih menjadi pemeriksaan dasar dalam program deteksi dini kanker payudara.

Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan mammografi sebagai

alat penapisan telah mampu menurunkan mortalitas akibat kanker payudara pada

wanita yang berusia lebih dari 50 tahun, dan banyak penelitian terbaru didapatkan

secara statistik terdapat keuntungan yang signifikan pada wanita dengan usia 40-49

tahun.5

Mammografi harus dibuat dengan proyeksi cranio-caudal dan mediolateral atau

oblique medio-lateral, dengan pesawat khusus mammografi dengan target dari

Molybdenum. Tanda-tanda malignitas yang dapat dideteksi dengan mamografi

adalah:

a. Adanya massa berstruktur stellate (massa dengan tepi tidak rata, radial, seperti isi

kedondong).

b. Mikrokalsifikasi, yang terdapat pada massa stellate atau hanya mikrokalsifikasi

saja. Tipe kalsifikasi dapat tersebar (cluster type)

c. Adanya retraksi papilla yang terlihat pada mammografi

14

Page 15: LAPKAS CA MAMMAE.doc

d. Adanya infiltrasi pada subkutan, atau infiltrasi tumor pada kulit

e. Pembesaran limfonodi di daerah aksilla 4

Penatalaksanaan

Terapi Operatif

Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III

disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah sebagai

berikut :

1) Mastektomi radikal

Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi radikal

kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari

tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor, dan

jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok reseksi.

2) Mastektomi radikal modifikasi

Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m.pektoralis

mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m.pektoralis mayor,

mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini memiliki kelebihan

antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar

limfe aksilar superior.

3) Mastektomi total

Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.

Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.

4) Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar

Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae. Biasanya dibuat dua

insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan mereseksi

sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah mikroskop tak

ada invasi tumor tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya juga

mencakup jaringan aksila dan kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.

5) Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel

Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel adalah

terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi

15

Page 16: LAPKAS CA MAMMAE.doc

dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe sentinel,

dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif maka dilakukan

diseksi kelenjar limfe aksilar. Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan

pola operasi, yang mana yang terbaik masih kontroversial. Secara umum dikatakan

harus berdasarkan stadium penyakit dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor,

kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi fungsi dan kontur

mammae.6

Terapi Radiasi

Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker

dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker

yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Pada saat ini, radiasi post mastektomi

(postmastectomy radiation) dilakukan pada wanita dengan tumor primer T3 atau T4,

serta telah mengenai 4 atau lebih limfonodi . Efek pengobatan ini tubuh menjadi

lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta

Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. 5,6

Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil

cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya

sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah

pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan

yang diberikan pada saat kemoterapi 6. Kemoterapi menurunkan angka kekambuhan

dan meningkatkan harapan hidup pada semua kelompok (penurunan angka rekurensi

= 23.5% ± 2% dan penurunan mortalitas = 15.3% ± 2%). Hal tersebut sangat

menonjol pada wanita premenopausal dan pada reseptor esterogen negatif. Kemajuan

terapi akan tampak pada 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua. Penurunan rekurensi dan

mortalitas tampak sama pada wanita pre maupun post menopause dan pada metastase

limfonodi positif maupun yang negatif. Kemoterapi yang diberikan setelah dilakukan

terapi operatif dikenal sebagi kemoterapi ajuvan (adjuvant chemotherapy).

Kemoterapi ajuvan berfungsi membunuh atau menghambat mikrometastasis

carcinoma mamma setelah operasi primer. Pemberian kemoterapi ajuvan dengan atau

16

Page 17: LAPKAS CA MAMMAE.doc

tanpa pemberian terapi hormonal telah diketahui meningkatkan angka harapan hidup

pada penderita. Kemoterapi ajuvan dapat meningkatkan harapan hidup 10 tahun

penderita berkisar antara 7%-11% baik pada wanita premenopausal dengan stadium

dini dan sebesar 2%-3% pada wanita lebih dari 50 tahun 10.

Pilihan Kemoterapi Lini Pertama:

Anthracycline-based.

Taxanes.

Cyclophosphamide, methotrexate and 5-fluorouracil (CMF)

Pilihan Kemoterapi Lini Kedua:

Jika obat lini pertama menggunakan anthracycline-based atau CMF, obat lini

keduanya adalah taxane.

Jika lini pertama menggunakan taxane, maka obat lini keduanya adalah

anthracycline-based atau CMF.

Regimen capecitabine, 5-fluorouracil (via infusion), vinorelbine, dan

mitoxantrone.

Kegagalan penggunaan dua atau tiga regimen kemoterapi menurut Eastern

Cooperative Oncology Group merupakan indikasi untuk pemberian terapi suportif

saja. 10

Pada pasien dengan tumor yang mengekspresikan HER2/neu, dapat

dipertimbangkan pemberian trastuzumab yang dikombinasikan dengan paclilaxel,

docetaxel atau vinorelbine. Trastuzumab juga dapat dikombinasikan dengan

doxorubicin dan cyclophosphamide (AC), namun penggunaan trastuzumab dengan

AC sering dihubungkan dengan efek toksik pada jantung. Trastuzumab merupakan

antibodi monoklonal (humanized monoclonal antibody) yang berfungsi menduduki

reseptor gen HER-2/neu pada domain ekstraseluler. Sebagai agen tunggal,

trastuzumab berhasil meningkatkan respon terapi sebesar 15% pada kanker payudara

stadium lanjut (advanced breast cancer), sebagai terapi lini kedua 11.

Terapi Hormonal

17

Page 18: LAPKAS CA MAMMAE.doc

Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh,

biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih

lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause. Hal ini

disebabkan adanya reseptor esterogen pada sel karsinoma mammae pada sebagian

besar wanita dengan ca mammae. Reseptor tersebut dapat dimasuki oleh hormon

esterogen yang diproduksi ovarium. Akibat pengaruh esterogen tersebut, dapat

memacu proliferasi sel tumor mammae, sehingga wanita pre menopause dengan ca

mamma mempunyai prognosis yang buruk. Esterogen dapat menstimulasi

pertumbuhan sel kanker payudara, namun dapat berefek sebaliknya jika diberikan

dengan dosis tinggi 8. Manipulasi hormonal dapat dilakukan dengan cara :

a. Ovarektomy bilateral, disebut juga sebagai prophylactic oophorectomy telah

diketahui mampu menurunkan resiko terjadinya kanker payudara. Pada sebuah

penelitian prospektif, pemberian HRT (hormone replacement therapy) pada pasien

post ooforektomi bilateral tidak mampu menurunkan resiko kanker payudara pada

penderita yang memiliki gen mutasi BRCA1.8

b. Memberikan obat first line hormonal therapy berupa Tamoksifen 2 x 10 mg

selama 2 tahun. Tamoxifen merupakan obat anti kanker non steroid yang memiliki

efek anti-esterogen pada payudara. Obat ini bekerja menghambat esterogen

berikatan dengan reseptor esterogen pada sel kanker yang sensitif esterogen. Obat

ini digunakan pada ca mamma dengan reseptor esterogen positif. Selain itu, obat

ini juga diduga memiliki efek preventif pada wanita yang memiliki resiko tinggi

terkena ca mamma. Pemberian tamoxifen sebagai terapi ajuvan pada terapi ca

mamma telah dikemukakan oleh Early Breast Cancer Trialists Collaborative

Group (EBCTCG), bahwa pada terapi tamoxifen selama 5 tahun pada wanita

penderita kanker payudara dengan esterogen receptor positive (ER+) berhasil

menurunkan rasio kematian akibat kanker payudara per tahun sebesar 31%, tidak

tergantung usia, cara pemberian kemoterapi, status reseptor progesteron, maupun

karakteristik tumor 4,8,9,12

Prognosis

18

Page 19: LAPKAS CA MAMMAE.doc

• Karakteristik dari beberapa tumor sangat penting untuk dikenali karena dapat

menentukan prognosis secara signifikan dan dapat dipertimbangkan sebagai

acuan dalam penentuan strategi terapi pada tiap individu penderita.

• Survival rates berdasarkan angka 5-year survival untuk wanita yang

didiagnosis karsinoma mammae dan telah diterapi secara adekuat10,13-16:

• stadium I 100%,

• stadium IIa 92%

• stadium IIb 81%

• stadium IIIa 67%

• stadium IIIb 54%

• stadium IV 20%

BAB III

LAPORAN KASUS

19

Page 20: LAPKAS CA MAMMAE.doc

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. J.M.T.

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 61 Tahun

Alamat : Tumpaan Jaga II - Manado

Kebangsaan : Indonesia

Suku Bangsa : Minahasa

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaaan : Ibu Rumah Tangga

MRS : 06 Juli 2015

ANAMNESIS

Keluahan Utama

Benjolan pada payudara sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Benjolan pada payudara sebelah kanan dialami penderita sejak ± 3 tahun

sebelum masuk rumah sakit. Awalnya benjolan hanya berukuran sebesar biji jagung,

lama kelamaan benjolan membesar sebesar bola pingpong. Sejak ± 1 bulan yang lalu,

pada benjolan payudara tersebut timbul luka yang mengeluarkan darah. Nafsu makan

menurun, mual muntah (-), demam (-), pusing (-), sakit kepala (-), batuk/sesak nafas

(-), nyeri tulang (-), BAB/BAK biasa.

Pasien juga telah menjalani kemoterapi sejak ± 6 bulan yang lalu. Saat ini

sudah kemoterapi yang ketiga.

Riwayat Menstruasi

Pasien haid pertama pada usia 16 tahun, siklus 30 hari, teratur. Pasien berhenti haid

usia 46 tahun.

Riwayat Perkawinan, Kehamilan dan Menyusui

Pasien menikah pada usia 22 tahun, Pasien mempunyai 2 orang anak. Pasien

menyusui anak pertama selama 1 tahun.dan anak kedua selama 9 bulan.

20

Page 21: LAPKAS CA MAMMAE.doc

Riwayat Penggunaan KB

Riwayat pemakaian pil KB dan KB suntik selama 3 tahun diakui pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit jantung, hati, paru, ginjal, kencing manis, asam urat, kolesterol

disangkal penderita. Riwayat operasi dan terapi radiasi sebelumnya tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

disangkal.

Riwayat Alergi

Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan

tertentu.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos Mentis

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 88x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : 36,8oC

Berat Badan : 57 kg

Tinggi Badan : 166 cm

Karnofsky Performance Score : 60%

Kepala

Mata

- Konjungtiva : Anemis -/-

21

Page 22: LAPKAS CA MAMMAE.doc

- Sklera : Ikterik -/-

- Pupil : Bulat isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+

Thoraks

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi tidak ada, ictus cordis

tidak tampak.

Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara paru vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada,

Bunyi jantung I-II bising (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Palpasi : Lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar & lien tidak teraba, massa (-)

Perkusi : Shifting dullness (-), timpani

Ekstremitas Superior & Inferior

Akral hangat, edema -/-

Status Lokalis

Regio Mammae Dextra:

- Inspeksi: tampak luka yang mengeluarkan darah

- Palpasi: teraba benjolan, ukuran ± 5cm x 5cm, fixed, batas tegas, konsistensi keras,

permukaan tidak rata, ulkus (+) ukuran ± 3x2x3cm, darah (+).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (01 Juli 2015)

Leukosit : 5725

Eritrosit : 3,85

Hemoglobin : 12,2

Hematokrit : 35,4

Trombosit : 396.000

MCH : 32

22

Page 23: LAPKAS CA MAMMAE.doc

MCHC : 34

MCV : 92

SGOT : 20

SGPT : 20

Ureum : 13

Creatinin : 0,5

Natrium : 141

Kalium : 3,96

Chlorida : 102,8

X Foto Thorax (26 Juni 2015)

Kesan: Cor dan Pulmo dalam batas normal

Elektrocardiografi (26 Juni 2015): Kesan dalam batas normal

FNAB (03 Maret 2015) : cenderung karsinoma duktal

RESUME MASUK

Seorang perempuan, usia 61 tahun datang dengan keluhan utama muncul

benjolan pada payudara sebelah kanan dialami penderita sejak ± 3 tahun sebelum

23

Page 24: LAPKAS CA MAMMAE.doc

masuk rumah sakit. Awalnya benjolan hanya berukuran sebesar biji jagung, lama

kelamaan benjolan membesar sebesar bola pingpong. Sejak ± 1 bulan yang lalu, pada

benjolan payudara tersebut timbul luka yang mengeluarkan darah. Nafsu makan

menurun, mual muntah (-), demam (-), pusing (-), sakit kepala (-), batuk/sesak nafas

(-), nyeri tulang (-), BAB/BAK biasa. Riwayat ASI (+), Riwayat KB (+). Pasien juga

telah menjalani kemoterapi sejak ± 6 bulan yang lalu. Saat ini sudah kemoterapi yang

ketiga.

Pada pemeriksaan status lokalis: Regio Mammae Dextra teraba benjolan,

ukuran ± 5cm x5cm, fixed, batas tegas, konsistensi keras, permukaan tidak rata, ulkus

(+) ukuran ± 3x2x3cm, darah (+).

DIAGNOSIS KERJA

Ca Mammae Dextra (T4N0M0) St. IIIB

TATA LAKSANA

Direncanakan MRM Elektif

LAPORAN OPERASI

Tangal Operasi : 09 Juli 2015

Jam Operasi dimulai : 10.00

Jam Operasi Selesai : 13.00

Lama Operasi : 3 Jam

Jenis Anestesi : Genaral Anestesi

Diagnosa sebelum operasi : Ca Mammae Dextra (T4N0M0) St. IIIB

Diagnosa pasca operasi : Post MRM ec Ca Mammae Dextra (T4N0M0) St. IIIB

Laporan Operasi :

- Penderita terlentang dengan general anestesi

- A dan Antisepsis lapangan operasi

- Dilakukan insisi elips (stewart) ±15cm

- Dilakukan flap kulit. Proksimal sampai infraklavikula; distal sampai

Mamaria Fold; batas medial sampai parasternal kanan; batas lateral

sampai tepi medial M. Latisimus Dorsi.

24

Page 25: LAPKAS CA MAMMAE.doc

- Dilakukan eksisi tumor dengan mengangkat sebagian M. Pektoralis Mayor

- Dilakukan diseksi KGB aksila dekstra

- Luka dicuci dengan NaCl 0,9%

- Kontrol perdarahan

- Pasang redon drain

- Luka operasi dijahit lapis demi lapis.

- Operasi selesai

Instruksi Post Operasi :

- IVFD RL = 14 gtt/m

- Ceftriaxone inj 2x1 IV

- Ketorolac inj 3x1 IV

- Ranitidin 2x1 inj IV

- Cek DL post op

- Puasa sampai pasien sadar penuh

Laboratorium Post Operasi (18 Juni 2015)

Leukosit : 16.100

Eritrosit : 3,36

Hemoglobin : 10,7

Hematokrit : 31,4

Trombosit : 167.000

MCH : 32

MCHC : 34

MCV : 93

FOLLOW UP

10 Juli 2015 (Perawatan hari ke-1)

S : Nyeri pada luka operasi (+)

25

Page 26: LAPKAS CA MAMMAE.doc

O : Regio Mammae Dextra: luka terawat, drain (+) ± 100cc/24 Jam

seroushemoragik

A : Post MRM hari I ec Ca Mammae Dex (T4N0M0) St.IIIB

P : - IVFD RL 20 gtt/m

- Ceftriaxone inj 2x1 IV (Hari ke 2)

- Ketorolac 3x1 IV

- Ranitidin 2x1 IV

- Diet bebas

- Aff kateter

- Rawat luka

11 Juli 2015 (Perawatan hari ke-2)

S : Nyeri pada luka operasi (+)

O : Regio Mammae Dextra: luka terawat, drain (+) ± 40cc/24 jam

seroushemoragik

A : Post MRM hari II ec Ca Mammae Dex (T4N0M0) St.IIIB

P : - IVFD RL 20 gtt/m

- Ceftriaxone inj 2x1 IV (Hari ke 3)

- Ketorolac 3x1 IV

- Ranitidin 2x1 IV

- Diet bebas

- Rawat luka

- Mobilisasi

12 Juli 2015 (Perawatan hari ke-3)

S : Nyeri pada luka operasi (-)

O : Regio Mammae Dextra: luka terawat, drain (+) ± 70cc/24 jam

seroushemoragik

A : Post MRM hari III ec Ca Mammae Dex (T4N0M0) St.IIIB

P : - IVFD RL 20 gtt/m

- Ceftriaxone inj 2x1 IV (Hari ke 4)

- Ketorolac 3x1 IV

26

Page 27: LAPKAS CA MAMMAE.doc

- Ranitidin 2x1 IV

- Diet bebas

- Rawat luka

- Mobilisasi

13 Juli 2015 (Perawatan hari ke-4)

S : Nyeri pada luka operasi (-)

O : Regio Mammae Dextra: luka terawat, drain (+) ± 60cc/24 jam

seroushemoragik

A : Post MRM hari IV ec Ca Mammae Dex (T4N0M0) St.IIIB

P : - IVFD RL 20 gtt/m

- Ceftriaxone inj 2x1 IV (Hari ke 5)

- Ketorolac 3x1 IV (jika nyeri)

- Ranitidin 2x1 IV

- Diet bebas

- Rawat luka

- Mobilisasi

14 Juli 2015 (Perawatan hari ke-5)

S : (-)

O : Regio Mammae Dextra: luka terawat, drain (+) ± 10cc/24 jam

seroushemoragik

A : Post MRM hari V ec Ca Mammae Dex (T4N0M0) St.IIIB

P : - IVFD RL 20 gtt/m

- Ceftriaxone inj 2x1 IV (Hari ke 6)

- Ketorolac 3x1 IV (jika nyeri)

- Ranitidin 2x1 IV

- Diet bebas

- Rawat luka

15 Juli 2015 (Perawatan hari ke-6)

S : (-)

27

Page 28: LAPKAS CA MAMMAE.doc

O : Regio Mammae Dextra: luka terawat, drain (+) minimal

seroushemoragik

A : Post MRM hari VI ec Ca Mammae Dex (T4N0M0) St.IIIB

P : - Aff infus

- Aff drain

- Cefixime 2x100mg Tab

- Ranitidin 2x1 Tab

- Asam Mefenamat 3x1 Tab

- Rawat luka

- Rawat jalan

BAB IV

PEMBAHASAN

28

Page 29: LAPKAS CA MAMMAE.doc

Diagnosis ca mammae dextra pada kasus di atas ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis, didapatkan seorang perempuan, usia 61 tahun datang dengan

keluhan utama muncul benjolan di payudara sebelah kiri sejak ± 3 tahun sebelum

masuk rumah sakit. Awalnya benjolan hanya berukuran sebesar biji jagung, lama

kelamaan benjolan membesar sebesar bola pingpong. Sejak ± 1 bulan yang lalu, pada

benjolan payudara tersebut timbul luka yang mengeluarkan darah. Nafsu makan

menurun, mual muntah (-), demam (-), pusing (-), sakit kepala (-), BAB/BAK biasa.

Riwayat ASI (+), Riwayat KB (+), Pasien juga telah menjalani kemoterapi sejak ± 6

tahun yang lalu. Saat ini pasien sudah kemoterapi yang ketiga. Pada pemeriksaan

status lokalis Regio Mammae Dextra teraba benjolan, ukuran ± 5cm x 5cm, fixed,

batas tegas, konsistensi keras, permukaan tidak rata, peau d’orange (-), ulkus (+)

ukuran ± 3cm x 2cm x 3cm, darah (+), pus (-). Menurut kepustakaan sebanyak 33%

pasien dengan kanker payudara mengeluh terdapat benjolan pada payudaranya. Tanda

dan gejala lainnya meliputi, pembesaran payudara yang tidak simetris, perubahan

puting susu, retraksi, atau mengeluarkan sekret, ulkus atau kemerahan pada kulit

payudara, benjolan pada ketiak, dan nyeri pada otot sekitar payudara.7 Pada inspeksi

dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran

tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Edema kulit harus diperthatikan pada tumor

yang terletak tidak jauh di bawah kulit. Edema kulit dapat tampak seperti gambaran

kulit jeruk (peau d’oranges) pada kanker payudara. Selain itu, Dapat dilihat Puting

susu tertarik ke dalam, eksem pada puting susu, edema, ulserasi, satelit tumor di kulit,

atau nodul pada axilla.6,7

Beberapa faktor risiko yang memegang peranan penting di dalam proses

kejadian kanker payudara berhasil diidentifikasi melalui penelitian epidemiologi

seperti: 1

a. Usia.

29

Page 30: LAPKAS CA MAMMAE.doc

Kanker payudara jarang dijumpai pada wanita berusia < 25 tahun. Insidensi

meningkat seiring meningkatnya usia, tujuh puluh tujuh persen kasus terjadi pada

usia > 50 tahun. Rata-rata usia terdiagnosis kanker payudara adalah 64 tahun.

b. Usia saat menarche.

Wanita dengan usia saat menarche kurang dari 11 tahun memiliki resiko terkena

kanker payudara sebesar 20% dibandingkan dengan wanita yang menarche saat

usia 14 tahun keatas. Menopause yang lebih lama juga meningkatkan resiko

namun besarnya resiko belum berhasil teridentifikasi

c. Usia saat pertama kali melahirkan

wanita yang hamil dan melahirkan pada usia < 20 tahun memiliki resiko terkena

kanker payudara dua kali lebih tinggi dibandingkan nullipara atau wanita yang

hamil pertama kali di usia lebih dari 35 tahun.

d. Faktor keturunan

Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang memiliki ibu, saudara

perempuan, atau anak perempuan dengan riwayat mengidap kanker.

e. Riwayat biopsi payudara sebelumnya, hal ini terjadi pada wanita dengan riwayat

biopsi sebelumnya dengan hasil hiperplasia atipikal.

f. Ras

Insidensi kanker payudara lebih rendah pada keturunan Afrika-Amerika. Faktor

sosial seperti kurangnya akses ke fasilitas kesehatan dan masih kurangnya

penggunaan mammografi, dan faktor genetik juga berpengaruh. Wanita kulit hitam

yang berusia < 40 tahun lebih sering mengalami kanker payudara dibandingkan

wanita kulit putih. Wanita Kaukasoid memiliki rating tertinggi dalam terjadinya

kanker payudara, angka kejadiannya pada usia > 50 tahun adalah 1 diantara 15

wanita, sedangkan pada wanita afrika adalah 1 diantara 20, 1 diantara 26 pada

wanita Asia Pasifik, dan 1 diantara 27 pada wanita Hispanik.

Pada kasus ini didapatkan faktor resiko usia > 50, yaitu usia pasien ini 61 tahun.

Penatalaksanaan pada pasien ini adalah tindakan operatif mastektomi radikal.

Berdasarkan penelitian, untuk ca mammae stadium lanjut penatalaksanaan yang

sering dilakukan yaitu dengan mastektomi radikal.1

30

Page 31: LAPKAS CA MAMMAE.doc

BAB V

KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah laporan kasus ca mammae dextra. Diagnosis ca

mammae dextra pada kasus di atas ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini juga telah dilakukan Modified

Radical Mastectomi (MRM).

Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan cara anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan patologi anatomi.

Tingkat pertumbuhan atau stadium kanker payudara ditentukan oleh tumor itu sendiri,

penyebaran pada kelenjar getah bening didaerah ketiak ataupun supraklavikuler dan

organ lain misalnya paru, hati dan tulang. Semakin kecil tumor, kemungkinan

penyebaran tumor semakin kecil dan tindakan bedah kuratif dapat diharapkan

walaupun sifatnya sulit diramalkan karena kemungkinan mikrometastasis tidak dapat

diabaikan. Oleh sebab itu penanggulangan kanker payudara dewasa ini diprioritaskan

pada upaya menemukan kanker pada ukuran sekecil mungkin.

31

Page 32: LAPKAS CA MAMMAE.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Lester SC. The Breast. In : Robins and Cotran Pathologic Basis of Disease, Seventh

Edition, W.B. Saunders Company. 2005. p.1129-1152

2. Sjamsuhidajat R, de Jong W (Editor). Payudara. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah.

Edisi kedua. Jakarta : EGC, 2004. Hal. 388-402

3. Brunicardi CF. Schwartz’s principles of surgery. Ninth edition. USA : McGraw-Hills,

2010.

4. Tjokronagoro, M. Radioterapi pada carcinoma mammae. Buku ajar kuliah radiasi

onkologi volume II. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,

2001. Hal. 4-5

5. Pass HA. Disease of the Breast. In : Norton JA (Editor). Essential practice of surgery:

basic science and clinical evidence. New York : Springer, 2009. p. 655-68

6. Ashar I. Carcinoma mammae. 2010. Available from : http/:www.fkumy.ac.id/.

Accesses July 16th, 2015.

7. Wiknjosastro H. Kelainan pada payudara. Dalam : Ilmu kandungan sarwono

prawirihardjo. Edisi kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prwirohardjo,

2005. Hal. 477-81.

8. Lea R. Use of hormonal replacement therapy after treatment of breast cancer. J Obstet

Gynaecol Can 2004;26(1):49-54

9. Katzung BG, Trevor AJ, Masters SB. Cancer chemotherapy. In : Katzung and

trevor’s pharmacology. Sixth edition. USA : McGraw-Hill, 2002. p.483-86

10. WHO-Regional Office for the Eastern Mediterranean. Treatment policy. In:

Guidelines for management of breast cancer. Egypt : EMRO Technical Publications

Series 31, 2006. p. 16-25.

11. Colantuoni G, Rossi A, Ferrara C, Nicolella D et al. (Review article) Chemotherapy

in elderly patients with advanced breast cancer. Cancer Therapy 2003; 1: 71-79.

12. Ryan PD, Goss PE. Adjuvant hormonal therapy in peri- and postmenopausal breast

cancer. The oncologist 2006; 11:718-731

13. American Cancer Society. 2011. Breast cancer survival rates by stage. Available

from: http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/DetailedGuide/breast-cancer-

survival-by-stage. Accessed : July 16th, 2015

32

Page 33: LAPKAS CA MAMMAE.doc

14. Cunnick GH, Jiang WG, Jones TD, Watkins G et al. Lymphangiogenesis and lymph

node metastasis in breast cancer. Molekular cancer 2008, 7:23.p 1-10.

15. Abe H, Naitoh H, Umeda T, Shiomi H et al. Occult breast cancer presenting axillary

nodal metastasis: a case report. Jpn J Clin Oncol 2005; 30(4).p 185-87

16. Setiawan I (editor). 2008. Mikrosirkulasi dan sistem limfatik. Dalam : Guyton AC,

Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. EGC, Jakarta. Hal. 243-247

33

Page 34: LAPKAS CA MAMMAE.doc

LAMPIRAN

34

Page 35: LAPKAS CA MAMMAE.doc

35