lapkas anak - asma

31
Michael Anthonius Lim / 07120100075 1 DAFTAR ISI BAB I LAPORAN KASUS ............................................................................................ 2 1.1. IDENTITAS PASIEN ...................................................................................... 2 1.2. ANAMNESA ..................................................................................................... 3 1.3. PEMERIKSAAN FISIK .................................................................................. 8 1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................... 11 1.5. RESUME ......................................................................................................... 14 1.6. DIAGNOSIS .................................................................................................... 15 1.7. TATALAKSANA ........................................................................................... 15 1.8. PROGNOSIS................................................................................................... 16 1.9. FOLLOW UP .................................................................................................. 17 BAB II DISKUSI .......................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 31

Upload: dila-junita

Post on 07-Feb-2016

105 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

asma

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  1  

DAFTAR ISI

BAB I LAPORAN KASUS ............................................................................................ 2

1.1. IDENTITAS PASIEN ...................................................................................... 2

1.2. ANAMNESA ..................................................................................................... 3

1.3. PEMERIKSAAN FISIK .................................................................................. 8

1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................... 11

1.5. RESUME ......................................................................................................... 14

1.6. DIAGNOSIS .................................................................................................... 15

1.7. TATALAKSANA ........................................................................................... 15

1.8. PROGNOSIS ................................................................................................... 16

1.9. FOLLOW UP .................................................................................................. 17

BAB II DISKUSI .......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 31

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  2  

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. A

• Jenis kelamin : Perempuan

• Umur : 3 tahun 8 bulan

• Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 25 April 2011

• Alamat : Binong Blok P5/No.4 RT 02/09

• Pendidikan : Belum Sekolah

• Agama : Islam

• Kebangsaan : Indonesia

• Suku bangsa : Jawa

• Nomor Rekam Medis : RSUS.00-62-97-50

• Tanggal MRS : 12 Januari 2015

• Tanggal KRS : 17 Januari 2015

Gambar 1. Pasien An.A Gambar 2. Orangtua pasien

Page 3: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  3  

1.2. ANAMNESA

Anamnesis : Alloanamnesis dengan ibu pasien di IGD Rumah Sakit Umum

Siloam, pada tanggal 12 Januari 2015, pukul 20.00.

Keluhan Utama

Sesak nafas yang memberat sejak 2 jam SMRS

Keluhan Tambahan

Batuk, pilek, muntah, dan lemas.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengalami batuk dan pilek sejak sore 1 hari SMRS. Batuk berdahak

tetapi tidak dapat dikeluarkan dahaknya. Batuk dirasakan terus menerus, dan

bertambah parah sejak 4 jam SMRS, selalu batuk-batuk setiap kurang dari 10

menit. Tidak ada pencetus yang jelas dari batuk ini. Pilek dengan sekret cair

berwarna bening, tanpa darah. Tidak ada demam, sesak nafas, nyeri

tenggorokan, atau nyeri saat menelan.

Pasien juga mengalami muntah pada malam 1 hari SMRS. Muntah 5 kali berisi

makanan dan cairan, berwarna seperti makanan yang ia makan, tidak ada lendir

dan darah, dengan jumlah ±1/2 gelas aqua setiap kali muntah. Tidak ada

pencetus atau konsumsi makanan baru atau asing bagi pasien sebelumnya. Tidak

ada kembung atau nyeri perut.

Pasien merasa sesak sejak pagi hari setelah bangun tidur (±12 jam SMRS).

Sesak dirasakan terus menerus, dan semakin memberat hingga sore hari (2 jam

SMRS) pasien tampak pucat dan bibirnya terlihat biru. Pasien segera dibawa ke

klinik dekat rumah (tempat pasien biasa diuap), kemudian pasien sempat diuap

satu kali (ibu pasien tidak komposisi obat yang diuap), lalu dirujuk ke IGD RSU

Siloam. Saat di IGD pasien terlihat lemas, pucat, berkeringat dingin, dan bibir

biru. Tidak ada bunyi ngik-ngik (mengi) saat bernafas.

Page 4: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  4  

Pasien menjadi susah makan sejak sakit, tetapi minum masih mau. BAK dan

BAB ada dan kesannya normal. Pasien masih mengalami batuk dan pilek, tidak

ada demam. Pasien belum diobati selain diuap untuk mengatasi keluhannya ini.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien didiagnosa asma sejak 2 tahun lalu (2013) oleh dokter di RS Harapan

Kita, dengan kaluhan pasien saat itu sesak nafas dan batuk, tidak ada bunyi ngik-

ngik (mengi) saat bernafas. Kemudian pasien sempat menjalani fisioterapi tetapi

kemudian putus. Frekuensi serangan asma pasien ±3 kali dalam setahun.

Serangan dapat terjadi sepanjang hari, biasa dicetuskan oleh alergi pasien. Bila

mengalami serangan asma pasien biasa dibawa ke klinik dekat rumah untuk

diuap. Ibu pasien tidak tahu apa komposisi obat dalam uap tersebut. Tidak ada

alat untuk uap di rumah dan pasien tidak mengkonsumsi obat rutin untuk

mengontrol atau mengatasi serangan asmanya.

Pasien sempat dirawat tahun lalu (Januari 2014) karena asma, namun tidak

separah serangan yang sekarang. Saat itu pasien dirawat dan diuap 1 kali sehari

selama 3 hari, kemudian telah membaik dan dipulangkan. Pasien dibekali obat

minum untuk mengontrol asmanya namun tidak dilanjutkan oleh pasien.

Pasien memiliki alergi debu jalanan dan perubahan suhu udara menjadi dingin,

yang biasa mencetuskan serangan asmanya, namun tidak menimbulkan keluhan

lain. Pasien belum pernah menjalani tes alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat asma (+) yakni kakak pertama pasien.

Riwayat alergi (+) perubahan suhu udara menjadi dingin, yakni ayah, ibu, kakak

kedua dan ketiga pasien. Keluhan yang timbul adalah gatal dan bentol

kemerahan pada kulit. Namun belum pernah menjalani tes alergi.

Page 5: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  5  

Riwayat Kehamilan

Ibu pasien pernah hamil 3 kali. Anak pertama laki-laki, anak kedua dan ketiga

kembar perempuan dan perempuan, anak keempat perempuan (pasien An.A).

Selama hamil ketiga, ibu pasien kontrol antenatal rutin di bidan dan dokter,

dilakukan beberapa kali USG dan perkembangan kehamilannya baik. Ibu pasien

mengkonsumsi susu ibu hamil, multivitamin, sulfas ferosus, asam folat, dan

menerima suntik TT sebanyak 2x. Ibu pasien sempat mengalami mual muntah

selama 2 bulan pertama kehamilan. Selain itu, ibu pasien tidak mengalami

penyakit lain selama hamil. Riwayat diabetes, hipertensi, bengkak pada kaki

disangkal.

Kesan: riwayat kehamilan baik

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki alergi

Perempuan alergi

Laki-laki asma

Perempuan asma

Anak kembar

Gambar 3. Pedigree keluarga An.A

Page 6: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  6  

Riwayat Persalinan dan Masa Perinatal

Pasien adalah anak ke-4 dari 4 bersaudara.

Lahir section caesarea (SC) saat usia kehamilan 40 minggu atas indikasi partus

lama karena tidak ada kemajuan setelah diinduksi, ditolong oleh dokter Sp.OG.

Keadaan saat lahir bayi langsung menangis spontan, warna pink kemerahan,

keadaan umum baik. Setelah lahir segera diberikan injeksi vitamin K dan

vaksinasi hepatitis B. BB lahir 2800 gr, panjang badan 48 cm, lingkar kepala

tidak ingat. Riwayat sianosis (biru) dan ikterus (kuning) saat masa perinatal

disangkal. Tidak didapatkan kelainan bawaan atau cacat lahir.

Kesan : NCB-SMK, riwayat persalinan dan masa perinatal baik.

Riwayat Nutrisi

• 0-24 bulan : ASI à 0-5 bulan ASI eksklusif

• 6-24 bulan : susu formula (Bebelac)

• 24 bulan – sekarang : susu UHT (Bendera)

• 6 bulan : biskuit (Sun)

• 8 bulan : bubur saring, buah-buahan

• 1 tahun : nasi tim

• sekarang

o makan 3-4 kali sehari, menu: nasi (±1/2 centong), lauk (daging,

ayam), sayur

o susu bendera 3-4 botol (200 ml) per hari

Kesan : kualitas dan kuantitas cukup

Riwayat Tumbuh Kembang

• BB : 16 kg à bertambah

• TB : 97 cm à bertambah

• 3 bulan : tengkurap, angkat kepala

• 5 bulan : duduk dibantu

Page 7: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  7  

• 6 bulan : duduk sendiri

• 8 bulan : merangkak

• 9 bulan : berdiri dengan berpegangan

• 11 bulan : berjalan

• 12 bulan : bicara memanggil mama papa

• 24 bulan : bicara lancar

Kesan : sesuai dengan usia

Riwayat Imunisasi

Vaksin Dasar Ulangan

I II III IV V VI BCG ✔ ✔ ✔ DTP ✔ ✔ ✔ Polio ✔ ✔ ✔ ✔ Campak ✔ Hepatitis B ✔ ✔ ✔ HiB ✔ ✔ ✔ PCV ✔ ✔ ✔ Rotavirus ✔ ✔ ✔ MMR ✔ Varisela Hepatitis A Tifoid Influenza HPV Kesan : imunisasi dasar 9 bulan lengkap, terakhir MMR saat berusia 1½ tahun

Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Kondisi Lingkungan

Biaya perawatan pasien di RS ditanggung BPJS. Pasien tinggal bersama kedua

orang tua dan ketiga kakaknya di rumah. Ayah pasien berusia 41 tahun,

pendidikan terakhir S1, bekerja sebagai pegawai swatsa. Ibu pasien berusia 39

tahun, pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai pegawai swasta. Selama orang

tua pasien bekerja, biasa pasien dititipkan di tempat penitipan anak. Bahasa yang

digunakan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia.

Page 8: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  8  

Tempat tinggal adalah daerah perkampungan, menurut ibu pasien tidak padat

dan kumuh, dan cukup bersih. Di dalam rumah tidak ada anggota keluarga yang

merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol. Di lingkungan tempat tinggal

pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien, namun ada

yang menderita TB, tetapi pasien tidak pernah kontak dengan penderita.

Kesan : sosio-ekonomi menengah, pendidikan orang tua baik, kondisi

lingkungan ada penderita TB

1.3. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan di IGD Rumah Sakit Umum Siloam, pada tanggal

12 Januari 2015, pukul 20.00.

• Keadaan umum : sakit sedang

• Tingkat kesadaran : compos mentis (GCS 15, E4 M6 V5)

• Tanda vital

o Laju nadi : 124x per menit (regular, kuat, isi cukup)

o Laju nafas : 52x per menit

o Suhu tubuh : 36.7o C

o Tekanan darah : 100/70 mmHg

Kesan: takipnea

Status gizi & antropometri

• Berat badan : 16 kg

o BB/U : 15.3 à antara (0) dan (+2) Z-scores kurva WHO

o 16/15.3 x 100% = 104.6% (gizi baik)

• Tinggi badan : 97 cm

o TB/U : 100.3 à antara (0) dan (-2) Z-scores kurva WHO

o 97/100.3 x 100% = 96.7% (normal)

• BB ideal : 15.34 kg

o BB/TB : 14.4 à antara (+1) dan (+2) Z-scores kurva WHO

Page 9: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  9  

o 16/14.4 x 100% = 111.1% (overweight)

• Lingkar lengan atas : 15 cm

o LLA/U : 16.1 à antara (0) dan (-1) Z-scores kurva WHO

o 15/16.1 x 100% = 93.2% (gizi baik)

• Lingkar kepala : 49 cm (normosefali)

Kesan : overweight, perawakan normal, gizi baik

Status generalis

Sistem Deskripsi Kepala Normosefali

Ubun-ubun besar sudah menutup, datar Massa (-) Rambut hitam, distribusi merata, tidak rontok, tidak mudah dicabut

Wajah Simetris Pucat (+), deformitas (-), bells palsy (-)

Mata Orthotropia, simetris Kojungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/- Pupil isokor, 2mm/2mm, RCL +/+, RCTL +/+, RAPD -/- Gerak bola mata ke segala arah, gangguan gerak -/- Mata cekung -/-, air mata +/+

Hidung Simetris, nafas cuping hdung (-) Mukosa merah, deviasi septum nasi (-), sekret (-), epistaksis (-), massa (-)

Telinga Simetris Pinna normal, kanalis auditus eksterna normal, hiperemis -/-, nyeri tekan tragus -/- Membrane timpani utuh +/+, retraksi -/-, edema -/- Gangguan pendengaran -/-

Mulut Bibir biru (sianosis), mukosa bibir basah Lidah merah, tidak kotor Gigi belum lengkap, karies (-), gigi goyang (-) Gusi merah muda, perdarahan (-) Bau pernapasan (-)

Page 10: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  10  

Tenggorok Tonsil T1-T1, hiperemis -/- Faring hiperemis -/-, post nasal drip (-)

Leher Bentuk normal, deviasi trakea (-) Pergerakan bebas, kaku kuduk (-) Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Dada Simetris, bentuk dada cembung (pectus karinatum/pigeon chest) Retraksi (+) interkostal, expiratory effort (+) Precordial bulging (-) Massa (-), lesi (-)

Paru Gerak dada pasif dan aktif simetris Taktil fremitus kanan = kiri Sonor pada seluruh lapang paru Vesikular +/+, ronki +/+, wheezing +/+

Jantung Pulsasi iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba Batas jantung dalam batas normal Bunyi jantung S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen Datar, retraksi (-), massa (-), lesi (-) BU (+) normal, meteorismus (-) Timpani pada seluruh kuadran abdomen, nyeri ketok CVA -/- Supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, balotemen -/-

Punggung Simetris, lordosis (-), skoliosis (-), kifosis (-) spina bifida (-), meningokel (-), massa (-), lesi (-)

Genitalia Genitalia perempuan, deformitas (-) Sekret (-), perdarahan (-), bau (-)

Ekstremitas Deformitas (-), gerakan aktif, normotous Akral hangat, edema -/-, sianosis perifer (-), CRT <2 detik

Kullit Warna kulit sawo matang, pucat (+) Lesi (-), perdarahan (-), jaringan parut (-)

Page 11: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  11  

1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (12 Januari 2015, pukul 21.05)

*AGD dilakukan setelah pemberian O2

Test Result Unit Reference Range

Full Blood Count

Hemoglobin 14.62 g/dL 10.7-14.7

Hematocrit 44.7 % 31-43

Eritrosit (RBC) 5.75 x 106/µL 3.7-5.7

Leukosit (WBC) 20.46 x 103/µL 5.5-15.5

Differential Count

Basofil

Eosinofil

Neutrofil batang

Neutrofil segmen

Limfosit

Monosit

1

0

3

85

7

4

%

%

%

%

%

%

0-1

1-3

2-6

50-70

25-40

2-8

Trombosit 537.2 x 103/µL 150-440

LED 24 mm/jam 0-20

MCV 77.78 fL 72-88

MCH 25.45 Pg 23-31

MCHC 32.72 g/dL 32-36

Biokimia

GDS 124 mg/dL 52-98

Elektrolit

Na 145 mmol/L 137-145

K 4 mmol/L 3.6-5.0

Cl 105 mmol/L 98-107

Page 12: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  12  

Imunologi/serologi

CRP-Hs 36.05 mg/L 0-3

Kesan : leukositosis, inflamasi (+)

Test Result Unit Reference Range

Analisa Gas Darah

Temperatur 38.1 Celcius

pH 7.31 % 7.36-7.44

pO2 113 mmHg 80-100

pCO2 41.4 mmHg 32-45

HCO3 19.9 mmol/L 21-28

Total CO2 21.1 mmol/L 24-30

Base Excess -5.2 mmol/L (-)2.4-(+)2.3

Saturasi O2 97.7 % 95-98

Elektrolit Gas Darah

Na 144 mmol/L

K 3.42 mmol/L

Cl 0.72 mmol/L

Hematokrit 47 % RNF

Kesan : asidosis metabolik

Page 13: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  13  

X-ray thoraks AP/PA (13 Januari 2015, pukul 08.13)

Kedua sinus costophrenicus dan diafragma normal

Cor : CTR <50%

Aorta : Baik

Kedua hilus : Kasar

Pulmo : Tampak fibroinfiltrat paru kanan atas

Tampak infiltrat pada kedua perihiler

Terdapat hiperinflasi, tulang iga mendatar, dan soft tissue baik

Kesan : infiltrat yang terlihat adalah slem. Hiperinflasi dan iga mendatar

mendukung diagnosis asma

Page 14: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  14  

1.5. RESUME

Pasien An.A, usia 3 tahun 8 bulan, datang dibawa ibunya ke IGD RSUS

pada 12/01/2015 – 20.00 dengan sesak nafas yang memberat sejak 2 jam SMRS.

Sesak dirasakan sejak pagi hari SMRS, terus-menerus dan semakin memberat

hingga sore hari. Pasien tampak lemas, pucat, berkeringat dingin, dan bibir biru.

Pasien juga mengalami batuk sejak sore 1 hari SMRS. Pasien mengalami batuk

dan pilek sejak sore 1 hari SMRS. Batuk berdahak, namun tidak bisa

dikeluarkan, dirasakan terus-menerus dan semakin memberat sejak 4 jam

SMRS. Pilek sekret cair berwarna bening. Pasien juga mengalami muntah saat

malam 1 hari SMRS. Muntah 5 kali, berisi makanan dan cairan, dengan jumlah

±1/2 gelas aqua setiap kali muntah. Sejak sakit pasien menjadi susah makan.

Pasien sudah diuap untuk mengatasi keluhan-keluhannya ini.

Pasien pernah dirawat karena serangan asma, namun tidak separah saat

ini. Frekuensi serangan asma ±3 kali dalam setahun. Pasien tidak menggunakan

obat apapun untuk mengontrol asma, hanya bila timbul serangan pasien diuap di

klinik dekat rumah. Pasien memiliki alergi terhadap debu jalanan dan cuaca

dingin, yang biasa mencetuskan serangan asmanya. Dalam keluarga, kakak

pertama pasien memiliki riwayat asma, sedangkan ayah, ibu, kakak kedua dan

ketiga pasien memiliki alergi cuaca dingin. Riwayat kehamilan, persalinan, dan

masa perinatal baik. Riwayat nutrisi kualitas dan kuantitas cukup, dan tumbuh

kembang sesuai usia. Imunisasi dasar 9 bulan lengkap, terakhir MMR saat

berusia 1½ tahun. Sosio-ekonomi keluarga menengah, pendidikan orangtua baik,

kondisi lingkungan ada yang menderita TB.

Pada pemeriksaan fisik tanda vital takipnea, antropometri overweight,

perawakan normal, gizi baik, status generalis didapatkan kulit pucat, bibir biru,

bentuk dada cembung (pigeon chest), retraksi intercostal, expiratory effort,

bunyi nafas ronki +/+, wheezing +/+. Pemeriksaan penunjang laboratorium

ditemukan leukositosis, peningkatan LED dan CRP-Hs, asidosis metabolik, x-

ray thoraks kesan suspek proses spesifik.

Page 15: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  15  

1.6. DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja

• Asma bronkial serangan berat, frekuensi episodik jarang

Diagnosis Banding

• Bronkopneumonia

• Tuberkulosis paru

 

1.7. TATALAKSANA

Diagnostik

• Full blood count

• Analisa gas darah

• X-ray thoraks AP/PA

• Tes alergi dengan uji kulit dan kadar IgE

Terapeutik

• Rawat inap

• O2 non-rebreathing mask (NRM) 10 lpm

• IVFD D5 ¼ NS 1300 ml/24 jam

o (100 ml x 10 kg) + (50 ml x 6 kg) = 1300

• IVFD Aminofilin: loading (6 mg/kg/jam) 100 mg dalam NS 20 ml drip

30 menit, lanjut maintenance (1 mg/kg/jam) 140 mg dalam NS 100 ml

drip 10 jam

o Loading: 6 mg x 16 kg = 96 à 100

o Maintenance: 1 mg x 16 kg x 10 jam = 160 à 140

• Inj. Dexamethasone 3x2 mg (IV)

o 0.5 mg x 16 kg / 3 kali = 2.67 à 2

Page 16: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  16  

• Nebuliser: Combivent + NS 20 tpm, tiap 2 jam hingga perbaikan klinis

atau wheezing minimal, selanjutnya tiap 6 jam

o Combivent nebuliser mengandung ipratropium bromide 0.5 mg &

salbutamol sulfat 0.31 mg

o Ipratropium bromide: 0.1 ml x 16 kg = 1.6

o salbutamol sulfat: 0.1 ml x 16 mg = 1.6

• Diet makan lunak 1280 kalori/hari (80 kal/kg/jam)

o 80 kal x 16 kg = 1280

• Monitor tanda-tanda vital, saturasi O2, dan perbaikan tanda dan gejala

Edukasi

• Menjelaskan orangtua mengenai serangan asma yang diderita anaknya

dan rencana pengobatan yang akan diberikan untuk mengurangi gejala

• Memberitahu orangtua untuk mencari tahu dan menghindari faktor

pencetus serangan asma anaknya

• Menjelaskan bahwa asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol

1.8. PROGNOSIS

• ad vitam : bonam

• ad functionam : dubia ad bonam

• ad sanationam : dubia ad bonam

Page 17: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  17  

1.9. FOLLOW UP

Day 2

13/01/15

16.00

S: sesak (+) tetapi membaik, setelah diuap 3x merasa lebih lega,

serangan asma (-), batuk (+), frekuensi tiap jam, dahak (+), masih

susah dikeluarkan, pilek (+) cair bening, demam (-), muntah (-),

BAK/BAB N, makan/minum sedikit

O: SS/CM

N 96, RR 40, T 36.5o C

Wajah pucat (-), bibir biru (-)

Mata: CA -/-, SI -/-

THT: NCH (-), sekret (-), T1-T1, faring hiperemis (-)

Thoraks: simetris, pigeon chest (+), retraksi interkostal (+)

minimal, expiratory effort (+)

Jantung: S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru: vesikular +/+, ronki +/+ minimal, wheezing +/+

Abd: datar, BU(+) normal, timpani, supel, nyeri tekan (-)

Ekst: akral hangat, CRT <2s

A: Pasca asma bronkial serangan berat, persisten

P: O2 nasal kanul 2 lpm

IVFD D5 ¼ NS 1300 ml/24 jam

IVFD Aminofilin: maintenance (1 mg/kg/jam) 140 mg dalam NS

100 ml drip 10 jam (10cc/jam), bila perbaikan klinis dalam 24

jam dari serangan, dilanjutkan aminofilin 3x50 mg (PO)

Inj. Dexamethasone 3x2 mg (IV), bila perbaikan klinis dalam 24

jam dari serangan, dilanjutkan metilprednisolon atau triamsinolon

2x18 mg (PO)

Nebuliser: Combivent + NS 20 tpm, tiap 6 jam

Lasal syr 4x2.5 ml (PO)

Diet makan lunak 1280 kalori/hari

Day 3

14/01/15

17.00

S: sesak (+) membaik, serangan asma (-), batuk (+), frekuensi lebih

jarang, dahak (+), masih susah dikeluarkan, pilek (-), demam (-),

muntah (+) 2x siang dan sore (saat minum susu), berisi susu dan

cairan, jumlah ±¼ gelas aqua setiap kali muntah, BAK/BAB N,

Page 18: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  18  

makan/minum sedikit

O: SS/CM

N 104, RR 40, T 36.2o C

Wajah pucat (-), bibir biru (-)

Mata: CA -/-, SI -/-

THT: NCH (-), sekret (-), T1-T1, faring hiperemis (-)

Thoraks: simetris, pigeon chest (+), retraksi interkostal (-),

expiratory effort (+)

Jantung: S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru: vesikular +/+, ronki -/-, wheezing +/+ minimal

Abd: datar, BU(+) normal, timpani, supel, nyeri tekan (-)

Ekst: akral hangat, CRT <2s

A: Pasca asma bronkial serangan berat, persisten

P: O2 off

IVFD D5 ¼ NS 1300 ml/24 jam

Aminofilin 3x50 mg (PO)

Triamsinolon 2x8 mg (PO)

Nebuliser: combivent + NS 20 tpm, tiap 6 jam

Lasal syr 4x2.5 ml (PO)

Diet makan lunak 1280 kalori/hari

Day 4

15/01/15

16.15

S: sesak (+) membaik, serangan asma (-), batuk (+) tetapi membaik,

frekuensi jarang, dahak (+), masih susah dikeluarkan, pilek (-),

demam (-), muntah (-), BAK/BAB N, makan/minum N

O: SS/CM

N 92, RR 32, T 36.7o C

Wajah pucat (-), bibir biru (-)

Mata: CA -/-, SI -/-

THT: NCH (-), sekret (-), T1-T1, faring hiperemis (-)

Thoraks: simetris, pigeon chest (+), retraksi interkostal (-),

expiratory effort (-)

Jantung: S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru: vesikular +/+, ronki -/-, wheezing +/+ minimal

Page 19: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  19  

Abd: datar, BU(+) normal, timpani, supel, nyeri tekan (-)

Ekst: akral hangat, CRT <2s

A: Asma bronkial persisten dengan perbaikan

P: IVFD D5 ¼ NS 1300 ml/24 jam

Aminofilin 3x50 mg (PO)

Triamsinolon 2x8 mg (PO)

Nebuliser: combivent + NS 20 tpm, tiap 6 jam

Lasal syr 4x2.5 ml (PO)

Diet makan lunak 1280 kalori/hari

Day 5

16/01/15

13.30

S: sesak (-), serangan asma (-), batuk (+) tetapi membaik, frekuensi

jarang, dahak (+), masih susah dikeluarkan, pilek (-), demam (-),

mual (-), muntah (-), BAK/BAB N, makan/minum N

O: SS/CM

N 92, RR 32, T 36.5o C

Wajah pucat (-), bibir biru (-)

Mata: CA -/-, SI -/-

THT: NCH (-), sekret (-), T1-T1, faring hiperemis (-)

Thoraks: simetris, pigeon chest (+), retraksi interkostal (-),

expiratory effort (-)

Jantung: S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru: vesikular +/+, ronki -/-, wheezing +/+ minimal

Abd: datar, BU(+) normal, timpani, supel, nyeri tekan (-)

Ekst: akral hangat, CRT <2s

A: Asma bronkial persisten dengan perbaikan

P: IVFD stopper

Aminofilin 3x50 mg (PO)

Triamsinolon 2x8 mg (PO)

Nebuliser: combivent + NS 20 tpm, tiap 6 jam

Lasal syr 4x2.5 ml (PO)

Diet makan lunak 1280 kalori/hari

Day 6 S: sesak (-), serangan asma (-), batuk (+) membaik, frekuensi jarang,

Page 20: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  20  

17/01/15

08.30

dahak (+), masih susah dikeluarkan, pilek (-), demam (-), mual (-),

muntah (-), BAK/BAB N, makan/minum N

O: SS/CM

N 96, RR 28, T 36.4o C

Wajah pucat (-), bibir biru (-)

Mata: CA -/-, SI -/-

THT: NCH (-), sekret (-), T1-T1, faring hiperemis (-)

Thoraks: simetris, pigeon chest (+), retraksi interkostal (-),

expiratory effort (-)

Jantung: S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru: vesikular +/+, ronki -/-, wheezing +/+ minimal

Abd: datar, BU(+) normal, timpani, supel, nyeri tekan (-)

Ekst: akral hangat, CRT <2s

A: Asma bronkial persisten dengan perbaikan

P: Rawat jalan, kontrol 19/01/15 di poli anak RSU Siloam

Rencana tes mantoux saat kontrol

Lasal syr 4x2.5 ml (PO)

Salbutamol 2 semprotan per 4 jam, MDI dengan spacer

Edukasi orangtua untuk mencari tahu dan menghindari faktor

pencetus timbulnya serangan asma anaknya, diberi penjelasan

bila asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol,

menganjurkan untuk segera membawa anak ke IGD bila terjadi

serangan asma tidak dapat diatasi.

Page 21: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  21  

BAB II

DISKUSI

Asma adalah suatu kondisi inflamasi kronik yang terjadi pada saluran nafas

paru-paru yang menagakibatkan obstruksi aliran udara secara episodik. Menurut

Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004, definisi asma adalah mengi berulang

dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik,

cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta

terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya. Eksaserbasi

(serangan) asma adalah episode peburukan gejala-gejala asma secara progresif, seperti

sesak nafas, batuk, mengi, dada rasa tertekan, atau kombinasi gejala tersebut, dan

umumnya disertai distress pernafasan. Serangan asma bervariasi mulai ringan hingga

berat yang mengancam kehidupan, perburukan dapat terjadi dalam bebrapa menit, jam,

atau hari.

Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7.2% (6% pada dewasa dan 10%

pada anak). Prevalensi asma pada anak lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan

(3:2 pada usia 6-11 tahun, 8:5 pada usia 12-17 tahun). Faktor resiko yang

mempengaruhi terjadinya asma antara lain jenis kelaimn, usia, riwayat atopi,

lingkungan, ras, asap rokok, polusi udara, dan infeksi respiratorik. Serangan biasa

timbul akibat pajanan faktor pencetus, seperti olahraga (exercise), alergen, infeksi,

perubahan suhu udara mendadak (cuaca dingin), refluks gastroesofageal (GER), dan

emosi tidak stabil (psikis).

Pada penderita asma terdapat hiperreaktivitas saluran respiratori. Banyak faktor

yang dapat mencetuskan sehingga terjadi eksaserbasi, termasuk stimulus yang

menyebabkan bronkokonstriksi (udara dingin, olahraga) dan stimulus yang

menyebabkan inflamasi saluran nafas (paparan alergen, polutan, infeksi). Faktor-faktor

pencetus tersebut merangsang pengeluaran IgE oleh sel plasma, yang kemudian

menempel pada reseptor dinding sel mast, sehingga mengalami degranulasi dan

megeluarkan mediator kimia seperti histamin, leukotrien, platelet activating factor

(PAF), bradikinin, dan prostaglandin. Mediator kimia inilah yang menyebabkan

kontraksi otot polos bronkial (bronkokonstriksi), peningkatan permeabilitas kapiler

Page 22: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  22  

(edema mukosa), dan peningkatan sekresi mukus (hipersekresi mukus). Hal-hal ini

menyebabkan obstruksi saluran respiratori yang mengakitabkan keterbatasan aliran

udara yang bersifat reversibel, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan ventilasi-

perfusi dan/atau penurunan compliance paru.

Klasifikasi asma tergantung dari derajat penyakit asma dan derajat serangan

asma. Derajat penyakit asma dibagi menjadi asma episodik jarang, asma episodik

sering, dan asma persisten. Derajat serangan asma oleh dibagi menjadi asma serangan

ringan, asma serangan sedang, dan asma serangan berat.

Tabel 1. Pembagian derajat penyakit asma pada anak

Sumber: PNAA 2004

Page 23: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  23  

Tabel 2. Pembagian derajat serangan asma

Sumber: GINA 2006

Diagnosis asma dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini, pasien mengalami sesak terus-menerus bahkan

saat istirahat. Sesak semakin memberat hingga pasien terlihat pucat dan bibir biru

(pertanda sianosis), dan terlihat nafas cuping hidung. Pasen juga mengalami batuk dan

pilek. Tanda vital ditemukan laju nafas 52 x/menit, untuk anak berusia 3 tahun 8 bulan

tergolong takipnea. Thoraks terlihat bentuk dada cembung (pigeon chest), retraksi

interkostal, dan expiratory effort. Auskultasi kedua lapang paru terdengar ronki saat

inspirasi dan wheezing saat ekspirasi. Hal ini menunjukkan pasien memerlukan usaha

lebih untuk bernafas, terutama saat ekspirasi karena terdapat hambatan aliran udara

Page 24: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  24  

pada saluran respiratori. Pada asma yang sering terlihat adalah expiratory effort,

sedangkan pada bronkopneumonia yang mungkin ditemukan adalah inspiratory effort.

Dari tanda dan gejala ini, derajat serangan asma pasien termasuk asma serangan berat.

Dari anamnesis diketahui bila pasien sudah pernah didiagnosis asma sebelumnya, dan

frekuensi serangan asma ±3 kali dalam setahun, pasien tidak menggunakan obat apapun

untuk mengontrol asmanya, hanya bila terdapat serangan pasien biasa dibawa ke klinik

untuk diuap. Derajat penyakit asma yang diderita pasien tergolong asma episodik

jarang. Pasien juga dipikirkan memiliki alergi terhadap debu jalanan dan perubahan

suhu udara menjadi dingin yang dapat menjadi pencetus serangan asmanya. Ada

penderita TB di lingkungan, meskipun tidak kontak dengan pasien, sehingga juga

dipikirkan kemungkinan tuberkulosis paru.

Pemeriksaan darah lengkap didapatkan peningkatan leukosit 20,46 x 103/µL,

eosinofil 0%, neutrophil segmen 85%, limfosit 7%, sehingga dicurigai terjadi infkesi

bakteri sehingga dipikirkan diagnosa banding bronkopneumonia. Pada kasus asma yang

dicetuskan alergi, biasa ditemukan eosinoflia. Peningkatan ESR 24 mmol/jam dan CRP-

Hs 36.05 mg/L menunjukkan adanya inflamasi. Hal ini dapat terjadi pada kasus asma

dimana terdapat inflamasi dan dapat dicetuskan oleh infeksi bakteri, meskipun paling

sering pencetusnya adalah alergi atau infeksi virus. ESR dapat digunakan sebagai salah

satu parameter reaksi alergi. Menurut penelitian, tidak ada korelasi antara peningkatan

ESR dengan reaksi positif dari debu rumahan. CRP-Hs adalah marker untuk inflamasi

sistemik yang secara tidak langsung dapat mencerminkan derajat keparahan inflamasi

saluran nafas pada asma bronkial dan berhubungan dengan inflamasi oleh alergi.

Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi mengakibatkan hipoventilasi alveolar dan

peningkatan kerja nafas yang menyebabkan perubahan gas darah. Pada serangan asma,

awalnya (umumnya ringan-sedang) terjadi hipokapnia dan alkalosis respiratorik akibat

dari hiperventilasi untuk mengkompensasi hipoksia (PaCO2 menurun), selanjutnya

(pada obstruksi saluran nafas berat) terjadi kelelahan otot nafas dan hipoventilasi

alveolar, yang mengakibatkan hiperkapnia dan asidosis respiratorik (PaCO2 meningkat).

Keadaan hiperkapnia dapat menghambat pergerakan otot nafas dan usaha bernafas

(keracunan CO2) sehingga akhirnya timbul gagal nafas dan berujung pada kematian.

Analisa gas darah pada asma serangan akut umunya menunjukkan hipoksemia,

hipokapnia, dan alkalosis respiratorik. Namun, pada kasus asma serangan akut yang

Page 25: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  25  

berat dapat terjadi asidosis metabolik, dimana derajat hipoksemia dan obstruksi saluran

nafas (bronkospasme) lebih berat dibanding kasus tanpa asidosis metabolik. Hal ini

diperkirakan karena penumpukan asam laktat yang dihasilkan oleh otot nafas yang

mulai lelah, hipoksia jaringan, dan alkalosis intraselular. Pada kasus ini, terjadi

metabolik asidosis dengan pH 7.31 (asidosis), pO2 113 mmHg (tinggi), pCO2 42.4

mmHg (normal), HCO3 19.9 (rendah) mmol/L, total CO2 21.2 mmol/L, dan BE -5.2

mmol/L (rendah). Tingginya pO2 bisa disebabkan oleh karena pengambilan darah arteri

dilakukan setelah pemberian O2 dan nebulisasi pada pasien.

Pemeriksaan x-ray thoraks bukan pemeriksaan rutin asma yang dilakukan pada

anak belum sekolah. Pada kebanyakan pasien dengan asma tanpa komplikasi, gambaran

radiografi adalah normal. Pada pasien dengan asma yang lebih berat, berbagai derajat

hiperinflasi dicerminkan dengan pendataran hemidiafragma, peningkatan ruang udara

retrosternal, dan perbedaan minor relatif dari posisi diafragma antara inspirasi dan

ekspirasi. Gambaran lain pada asma bronkial termasuk peningkatan corakan

bronkovaskular perihilar sebagai akibat dari hipertensi pulmonal transien dan

penymbatan oleh mukus/slem dengan/tanpa atelektasis. Pada kasus ini, hasil X-ray

terdapat hiperinflasi dan iga mendatar yang mendukung diagnosis asma. Infiltrat pada

kedua perihiler menunjukkan adanya slem.

Bila didapatkan manifestasi gejala asma yang tidak khas, pemeriksaan fungsi

paru sangat bermanfaat, yakni dapat mengevaluasi volume paru, fungsi jalan nafas, dan

pertukaran gas. Pemeriksaan fungsi paru dapat dilakukan mula dari pengukuran

sederhana, yaitu peak expiratory flow rate (PEFR), pulse oxymetry, spirometri, sampai

pengukuran kompleks, yaitu muscle strength testing, volume paru absolut, serta

kapasitas difusi. Pada uji fungsi jalan nafas, dilakukan maneuver ekspirasi paksa secara

maksimal, yang dapat dilakukan pada anak di atas 6 tahun atau sudah kooperatif.

Pengukuran ini menilai forced expiratory volume in 1 second (FEV1) dan vital capacity

(VC) dengan alat spirometer serta pengukuran peak expiratory flow rate (PEFR) dengan

peak-flow meter. Pada PNAA 2004, untuk mendukung diagnosis asma dipakai batasan

sebagai berikut:

1. variabilitas PEF dan FEV1 ≥ 15%

2. kenaikan PEF dan FEV1 ≥ 15% setelah pemberian inhalasi bronkodilator

3. penurunan PEF dan FEV1 ≥ 20% setelah provokasi bronkus

Page 26: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  26  

Pengukuran variabilitas sebaiknya dilakukan dengan mengukur selama ≥2 minggu.

Pada anak yang belum kooperatif, seperti pada kasus ini, untuk menentukan derajat

serangan dapat dilakukan dengan pemberian terapi, lalu dilihat hasil atau perbaikan

serangan asma terhadap terapi tersebut, atau disebut sebagai tes trial/percobaan terapi.

Pada pasien dengan gejala asma tetapi fungsi parunya tampak normal, penilaian

respons saluran nafas terhadap uji provokasi bronkus dengan histamine, metakolin, atau

latihan/olahraga dapat membantu menegakkan diagnosis asma. Tes ini memiliki

sensitivitas tinggi namun spesifisitas rendah terhadap asma. Penilaian petanda inflamasi

saluran nafas non invasif dapat dilakukan dengan cara memeriksa eosinofil sputum,

pengukuran kadar NO ekshalasi, yang biasa ditemukan meningkat pada penderita asma,

namun hal ini tidak spesifik untuk asma dan kurang membantu diagnosis. Penilaian

status alergi dengan uji kulit atau pemeriksaan IgE spesifik dalam serum kurang

membantu diagnosis asma, namun dapat membantu menentukan faktor resiko atau

pencetus asma, meskipun memiliki nilai negatif palsu yang tinggi. Pasien dianjurkan

untuk menjalani tes alergi untuk mencari tahu faktor pencetus asmanya, juga karena

kondisi keluarga pasien ada yang memiliki riwayat asma dan alergi.

Pasien asma dengan serangan yang datang ke IGD harus dinlai serangannya

menurut klasifikasi. Pemeriksaan uji paru merupakan bagian integral dalam penilaian

tatalaksana serangan asma, namun di Indonesia penggunaannya masih jarang.

Tatalaksana awal terhadap pasien adalah pemberian β2 agonis kerja cepat dengan

penambahan garam fisiologis secara nebulisasi, dapat diulang 2x dengan selang 20

menit. Pada pemberian ketiga, dapat ditambahkan antikolinerik. Tatalaksana awal ini

sekaligus menentukan derahat serangan.

1. Serangan asma ringan

Bila dengan nebulisasi 1x respon baik (complete response) maka derajat

serangan ringan. Pasien diobservasi 1-2 jam, jika respon bertahan, pasien dapat

dipulangkan dengan dibekali β2 agonis (inhalasi atau oral) tiap 4-6 jam.

Dianjurkan kontrol dalam 24-28 jam untuk reevaluasi tatalaksana. Bila timbul

gejala selama observasi pasien diperlakukan sebagai serangan sedang.

2. Serangan asma sedang

Bila dengan nebulisasi 2x respon parsial (incomplete response) maka derajat

serangan sedang. Bila seerangan termasuk sedang, nebulisasi langsung β2

Page 27: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  27  

agonis + antikolinergik. Diberi oksigen 2-4 lpm sejak awal termasuk saat

nebulisasi. Pasien perlu diobservasi & ditangani di ruang rawat sehari (RRS).

Pasang jalur parenteral untuk persiapan keadaan darurat.

• Kortikosteroid sistemik (oral) metilprednisolon 0.5-1 mg/kgBB/hari

selama 3-5 hari.

• Nebulisasi diteruskan bila perlu tiap 2 jam.

• Bila dalam 8-12 jam keadaan klinis tetap baik, pasien dipulangkan dan

dibekali obat seperti serangan ringan.

• Bila dalam 12 jam respon tidak baik, pasien dialih rawat ke ruang rawat

inap dengan tatalaksana serangan asma berat.

3. Serangan asma berat

Bila dengan nebulisasi 3x tidak ada respon (poor response) maka derajat

serangan berat. Bila pasien datang jelas serangan berat, nebulisasi langsung β2

agonis + antikolinergik. Diberi oksigen 2-4 lpm. Pasien harus dirawat di ruang

rawat inap.

• Pasang jalur parenteral dan lakukan foto thoraks.

• Jika dehidrasi dan asidosis, atasi dengan pemberian cairan IV dan

koreksi asidosis.

• Kortikoteroid IV bolus 0.5-1 mg/kgBB/hari tiap 6-8 jam.

• Nebulisasi dengan oksigen dilanjutkan tiap 1-2 jam; jika dengan 4-6x

pemberian mulai perbaikan klinis, jarak pemberian menjadi tiap 4-6 jam.

• Aminofilin IV dengan ketentuan:

o Dosisi inisial à Jika belum mendapat aminofilin: 6-8 mg/kgBB

dilarutkan dalam 20 ml dekstrosa atau garam fisiologis, diberikan

dalam 20-30 menit. Jika sudah mendapat aminofilin <4 jam

sebelumnya, diberikan ½ dosis inisial.

o Dosisi rumatan à Diberikan 4 jam kemudian: 0.5-1

mg/kgBB/jam.

o Kadar aminofilin dalam darah dipertahankan 10-20 µg/ml.

• Jika terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan tiap 6 jam, sampai

dengan 24 jam. Steroid dan aminofilin ganti per oral.

• Jika dalam 24 jam pasien stabil, pasien dapat dipulangkan dengan

Page 28: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  28  

dibekali β2 agonis (inhalasi atau oral) tiap 4-6 jam selama 24-48 jam.

Setelah itu steroid oral lanjut hingga pasien kontrol rawat jalan dalam

24-48 jam untuk reevaluasi tatalaksana.

Alur Tata Laksana Serangan Asma pada Anak

DIRUJUK

Nilai Derajat Serangan (1) (sesuai tabel)

Tata laksana awal: * nebulisasi β-agonis 1- 3x, selang 20 menit(2) * nebulisasi ketiga + antikolinergik * jika serangan berat, nebulisasi 1x (+antikolinergik)

Serangan Ringan (nebulisasi 1x, respons baik, gejala hilang) x observasi 1-2 jam x jika efek bertahan, boleh

pulang x jika gejala timbul lagi

perlakukan sebagai serangan sedang

Serangan Sedang (nebulisasi 2-3x, respons parsial) x berikan oksigen(3) x nilai kembali derajat

serangan, jika sesuai dengan serangan sedang, observasi di ruang rawat sehari

x pasang jalur parenteral

Serangan Berat (nebulisasi 3x, respons buruk) x sejak awal beri O2 saat/ di

luar nebulisasi x pasang jalur parenteral x nilai ulang gejala klinis, jika

sesuai dengan serangan berat, rawat di r. rawat inap

x foto rontgen thorax

Boleh Pulang x Bekali dengan obat β-agonis

(hirupan/oral) x Jika sudah ada obat

pengendali, teruskan x Jika infeksi virus sebagai

pencetus, dapat diberi steroid oral

x Dalam 24-48 jam, kontrol rawat jalan untuk evaluasi

Ruang Rawat Sehari x Oksigen teruskan x Berikan steroid oral x Nebulisasi tiap 2 jam x Bila dalam 8-12 jam

perbaikan klinis stabil, boleh pulang

x Jika dalam 12 jam klinis belum membaik, alih rawat ke R. Rawat Inap (dirujuk)

Ruang Rawat Inap x Oksigen diteruskan x Atasi dehidrasi dan asidosis

jika ada x Steroid IV tiap 6 – 8 jam x Nebulisasi tiap 1 – 2 jam x Aminofilin IV awal, lanjutkan

rumatan x Jika membaik dlm 4 – 6 x

nebulisasi, interval jadi 4 – 6 jam

x Jika dalam 24 jam perbaikan klinis stabil, boleh pulang

x Jika dengan steroid dan aminofilin parenteral tidak membaik, bahkan timbul ancaman henti napas, alih rawat ke R. Rawat Intensif

Catatan: 1. Jika menurut penilaian serangan berat, nebulisasi cukup 1x

langsung dengan β agonis + antikolinergik 2. Jika tidak tersedia, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin

subkutan 0,01ml/kgBB/kali, maks 0,3ml/kali 3. Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2 –

4L/menit diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi.

Gambar 4. Tatalaksana serangan asma pada anak

Page 29: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  29  

β2 agonis digunakan sebagai bronkodilator, yang merupakan terapi fundamental

dan obat pilihan pada serangan asma. Kombinasi β2 agonis dengan antikolinergik

menghasilkan efek bronkodilatasi lebih baik. Kortikosteroid digunakan untuk

mempercepat perbaikan serangan asma melalui efek anti inflamasi. Teofilin kerja cepat

memiliki efek bronkodilatasi yang setara dengan β2 agonis inhalasi. Obat lain yang juga

sering digunakan pada serangan asma antara lain magnesium sulfat, mukolitik, dan

antibiotik.

Pemberian obat asma dapat menggunakan berbagai cara. Nebuliser prinsipnya

adalah mengubah larutan menjadi aerosol, keuntungannya memerlukan koordinasi

pasien, namun pemakaiannya membutuhkan waktu lebih lama. Meterd dose inhaler

(MDI) adalah arat hirupan biasa, ada yang menggunakan alat peregang (spacer) dan ada

yang tidak, pemakaiannya lebih singkat/cepat. MDI tanpa spacer praktis dibawa,

namun memerlukan kordinasi penekanan canister dan isnpirasi. MDI dengan spacer

meningkatkan deposisi obat di paru sebanyak 20%, contoh: Aerochamber, Babyhaler.

Dry powder inhaler (DPI) adalah obat hirupan dalam bentuk bubuk kering, contoh:

Dishaler, Turbuhaler. Pada DPI tidak ada propelan (cairan pendorong, tidak

memerlukan koordinasi, tetapi memerlukan inspirasi yang kuat. Cara pemberian obat

asma harus disesuaikan usia anak.

• < 5 tahun : nebuliser, MDI dengan spacer

• 5-8 tahun : nebuliser, MDI dengan spacer, DPI

• >8 tahun : nebuliser, MDI dengan spacer, DPI, MDI tanpa spacer

Pemberian oksigen dapat memakai nasal kanul, masker, atau terkadang head box

(terutama bayi). Nasal kanul: FiO2 24-40% dengan aliran 1-6 lpm, nyaman dan

sederhana bagi pasien yang masih bernafas spontan menggunakan hidung. Simple

oxygen mask: FiO2 40-60% dengan aliran 5-8 lpm, prinsipnya menggunakan udara

ruangan. Rebreathing mask (RM): FiO2 40-70% dengan aliran 6-10 lpm, prinsipnya

pada kantong sebagian udara inspirasi tercampur dengan udara ekspirasi, digunakan

pada keadaan pCO2 rendah. Non-rebreathing mask (NRM): FiO2 60-80% dengan aliran

≥10 lpm, prinsipnya udara inspirasi tidak tercampur dengan udara ekspirasi karena ada

katup, digunakan pada keadaan pCO2 tinggi. Saturasi oksigen sebaiknya dipertahankan

sekitar 95% pada bayi dan anak kecil. Pada nebulisasi β2 agonis, oksigen sebaiknya

Page 30: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  30  

diberikan untuk mengatasi efek samping hipoksia.

Pada kasus ini pasien ditatalaksana sebagai asma serangan berat. Pasien segera

dinebulisasi combivent dan oksigen NRM 10 lpm. Combivent mengandung ipratropium

bromide (antikolinergik) dan salbutamol sulfat (β2 agonis kerja cepat). Nebulisasi

diberikan tiap 2 jam, jika terdapat perbaikan klinis interval menjadi tiap 6 jam.

Dipasang jalur parenteral dan diberikan cairan rumatan D5 ¼ NS 1300 ml/24 jam. Lalu

diberikan dexametason (kortikosteroid) IV bolus dan aminofilin (metilsantin) IV dosis

inisial, lalu dilanjutkan dosis rumatan 4 jam kemudian. Monitoring tanda-tanda vital,

saturasi O2, dan perbaikan tanda dan gejala. Pasien dirawat di ruang rawat inap, untuk

pemenuhan kebutuhan kalori diberikan diet makan lunak 1280 kal/hari. Observasi

keluhan pasien dirasakan membaik, setelah 3x uap merasa lebih lega, saturasi O2 stabil

baik, namun auskultasi masih terdengar wheezing. Hal ini makin memperkuat derajat

serangan asma berat. Perwatan hari ke 2: keluhan membaik, wheeezing masih (+),

terapi O2 menggunakan nasal kanul 2 lpm, nebulisasi combivent menjadi setiap 6 jam,

ditambahkan Lasal (salbutamol) syrup (PO), aminofilin dan kotrikosteroid diganti

pemberian per oral, ditetapkan sebagai asma persisten. Perawatan hari ke 3-4: keluhan

semakin membaik, wheezing masih (+), terapi oksigen dihentikan, terapi lain

dilanjutkan. Pada perawatan hari ke 5: sudah tidak sesak, wheezing masih (+) tetapi

minimal, tatalaksana cairan parenteral distop, hanya menggunakan stopper, terapi lain

dilanjutkan, pasien direncanakan rawat jalan besok. Perawatan hari ke 6: wheezing

masih (+) tetapi minimal, pasien berobat rawat jalan, dibekali obat pengontrol lasal

syrup dan salbutamol semprotan (inhalasi) menggunakan MDI dengan spacer,

direncanakan kontrol 2 hari lagi (19/01/15). Pada saat kontrol direncanakan untuk tes

mantoux.

Orang tua pasien diedukasi untuk mencari tahu faktor pencetus timbulnya

serangan asma anaknya, sehingga dapat menghindari pencetus tersebut. Mereka juga

dijelaskan bila asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Obat pengontrol

yang diberikan berupa obat lasal syrup dan salbutamol semprotan (inhalasi)

menggunakan MDI dengan spacer, agar anak mudah menghirup obat tersebut, dan lebih

praktis untuk dibawa. Orang tua dianjurkan untuk segera membawa anaknya ke IGD

bila serangan asma tidak dapat diatasi.

Page 31: Lapkas Anak - Asma

Michael  Anthonius  Lim  /  07120100075  

  31  

DAFTAR PUSTAKA

1. Liu AH, Covar RA, Spahn JD, Leung DYM. Chidhood Asthma. Dalam: Kliegman

RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BMD, pengarang. Nelson Textbook of

Pediatrics. Edisi 18. United States: Saunders; 2007.

2. Kartasasmita CB, Supriyatno B, Wahyudin B, Makmuri MS, Nataprawira HMD,

Rahajoe NN, Suardi AU, Sudarwati Sri, Rosmayudi O. Asma. Dalam: Rahajoe NN,

Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1

cetakan 3. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.

3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. KMK RI No. 1023, Pedoman Pengendalian

Penyakit Asma. Jakarta: Menkes; 2008.

4. World Health Organization (WHO). Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit,

pedoman bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota.

Jakarta:WHO; 2008.

5. Mountain RD, Heffner JE, Brackett NC, Sahn SA. Acid-Base Disturbances in Acute

Asthma. Chest. 1990.

6. Bohn D. Metabolic acidosis in severe asthma: Is it the disease or is it the doctor?.

Pediatric Critical Care Medicine. 2007.

7. Harsono A, Utomo MT. Erythrocyte Sedimentation Rate Determination in

Childhood Asthma. Folia Medica Indonesia. 2003.

8. Allam MH, Said AF, Omran AAES, El-Reheim DMA, Kasem AH. High sensitivity

C-reactive protein: Its correlation with sputum counts in bronchial asthma. Journal

of Respiratory Medicine. 2009.

9. Fujita M, Ueki S, Ito W, Chiba T, Takeda M, Saito N, Kayaba H, Chihara J. C-

reactive protein levels in the serum of asthmatic patients. Annals of Allergy,

Asthma, and Immunology. 2007.

10. Henderos CA, Jansosn S, Andersson H, Hedlin G. Chest X-ray investigation in

newly discovered asthma. Pediatric Allergy Immunology. 2004.

11. Said M, Daulay R, Naning R, Dadiyanto DW. Prosedur Tindakan Pada Penyakit

Respiratori. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku

Ajar Respirologi Anak. Edisi 1 cetakan 3. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.