lap. praktikum mektan ii

41
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perencanaan merupakan falsafah menuju kepada optimasi kondisi lingkungan binaan baru sedemikian rupa sehingga masalah masalah yang saling berkaitan dapat terlihat dan dapat dipecahkan, dan hasil akhir dapat mencerminkan keinginan yang digambarkan. Praktikum geoteknik dan mekanika tanah merupakan salah satu unsur penunjang dalam kegiatan pembuatan suatu bangunan dimulai kegiatan perencanaan sampai kegiatan pelaksanaan. Berdasarkan penyelidikan geoteknik yang dilakukan secara mendetil dan teliti pada saat pelaksanaan di lapangan diharapkan diperoleh data-data yang akurat dan dapat dipercaya sehingga akan didapatkan gambaran yang jelas mengenai keadaan, sifat dan susunan perlapisan tanah/batuan, dalam survey pencarian data dilapangan harus selengkap-lengkapnya agar 1

Upload: roby-milanisti-rvp

Post on 05-Aug-2015

133 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap. Praktikum Mektan II

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perencanaan merupakan falsafah menuju kepada optimasi kondisi

lingkungan binaan baru sedemikian rupa sehingga masalah – masalah yang

saling berkaitan dapat terlihat dan dapat dipecahkan, dan hasil akhir dapat

mencerminkan keinginan yang digambarkan.

Praktikum geoteknik dan mekanika tanah merupakan salah satu unsur

penunjang dalam kegiatan pembuatan suatu bangunan dimulai kegiatan

perencanaan sampai kegiatan pelaksanaan. Berdasarkan penyelidikan geoteknik

yang dilakukan secara mendetil dan teliti pada saat pelaksanaan di lapangan

diharapkan diperoleh data-data yang akurat dan dapat dipercaya sehingga

akan didapatkan gambaran yang jelas mengenai keadaan, sifat dan susunan

perlapisan tanah/batuan, dalam survey pencarian data dilapangan harus selengkap-

lengkapnya agar diperoleh analisa yang tepat demi kemantapan perencanaan

kedudukan, type dan metode pelaksanaan teknis suatu bangunan sipil yang akan

didirikan di daerah rencana proyek tersebut.

Praktikum ini dilakukan guna mengetahui kondisi bawah permukaan

tanah ( Sub Soil Condition ) dan sifat – sifat keteknikan dari tanah di lapangan

yang akan dilaksanakan serta menentukan jenis pondasi yang dibutuhkan dalam

suatu perencanaan.

1

Page 2: Lap. Praktikum Mektan II

1.2 Tujuan Pratikum

Maksud dari praktikum geologi teknik ini adalah untuk mengetahui

karakteristik fisik tanah dan air tipe dan kedalaman yang sesuai untuk pelaksanaan

teknis perencanaan Pondasi bangunan sipil yang akan didirikan di daerah rencana

proyek tersebut. Dengan adanya praktikum ini, maka dapat diharapkan bahwa

suatu Perencanaan Pembangunan Sipil tersebut dapat direncanakan secara lebih

efektif dan ekonomis serta aman sesuai dengan sifat – sifat dan klasifikasi dari

lapisan tanah/batuan.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai

susunan tanah, sifat fisik, besarnya Daya Dukung tanah dan ketebalan tiap lapisan

tanah di lokasi rencana praktikum telah dilakukan Pekerjaan Penyelidikan Tanah

dengan Penyondiran ( Dutch Cone Penetration Test/DCPT), serta pengamatan

sifat fisik tanah dan kedalaman muka air tanah di lapangan.

2

Page 3: Lap. Praktikum Mektan II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Istilah dan Definisi

Sondir disebut juga Dutch Deep Sounding Apparatus, yaitu suatu alat

statis yang berasal dari Belanda. Ujung alat ini langsung ditekan ke dalam tanah.

Pada ujung rangkaian pipa sondir ditempatkan alat conus yang berujung lancip

dengan kemiringan kurang lebih 60. Pipa sondir dimasukkan ke dalam tanah

dengan bantuan mesin sondir.  Ada 2 macam metode sondir :

1.   Standard Type (Mantel conus)

Yang diukur hanya perlawanan ujung (nilai conus) yang dilakukan dengan

menekan conus ke bawah.  Seluruh tabung luar diam.  Gaya yang bekerja dapat

dilihat pada manometer.

2.   Friction Sleeve (Addition Jacket Type/Biconus)

Nilai conus dan hambatan lekat keduanya diukur. Hal ini dilakukan

dengan memakai stang dalam. Mula-mula hanya conus yang ditekan ke bawah,

nilai conus diukur. Bila conus telah digerakkan sejauh 4 cm, maka dengan

sendirinya ia mengait friction sleeve. Conus beserta friction sleeve ditekan

bersama-sama sedalam 4 cm. Jadi nilai conus sama dan hambatan lekat didapat

dengan mengurangkan besarnya conus dan nilai jumlah keseluruhan.

Perlawanan penetrasi conus adalah perlawanan terhadap ujung conus yang

dinyatakan dalam gaya persatuan luas.

Hambatan lekat adalah perlawanan terhadap mantel biconus yang

dinyatakan dalam gaya persatuan panjang.

3

Page 4: Lap. Praktikum Mektan II

Gambar 1. Rincian alat Sondir.

4

Page 5: Lap. Praktikum Mektan II

Gambar 2. Rincian penekan hidraulik alat Sondir.

Keterangan :

1. Piston hidraulik, terletak didalam silinder hidraulik.

2. Batang dalam, yang menonjol diujung kepala pipa dorong.

3. Kepala pipa dorong.

4. Pipa dorong teratas.

5. Kunci piston, untuk memeriksa oli.

6. Kunci pengatur dengan penampang berada didalam.

7. Potongan kepala pipa dorong.

8. Tampak atas kunci pengatur.

9. Penekan hidraulik, kedudukan menekan pipa dorong.

5

Page 6: Lap. Praktikum Mektan II

10. Penekan hidraulik, kedudukan mencabut pipa dorong.

Keuntungan alat sondir :

± Cukup ekonomis.

± Apabila contoh tanah pada boring tidak bisa diambil (tanah lunak / pasir).

± Dapat digunakan manentukan daya dukung tanah dengan baik.

± Adanya korelasi empirik semakin handal.

± Dapat membantu menentukan posisi atau kedalaman pada pemboran.

± Dalam prakteknya uji sondir sangat dianjurkan didampingi dengan uji lainnya

baik uji lapangan maupun uji laboratorium, sehingga hasil uji sondir bisa

diverifikasi atau dibandingkan dengan uji lainnya.

6

Page 7: Lap. Praktikum Mektan II

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum Mekanika Tanah II yaitu pada hari Senin

tanggal 4 November 2012 sampai berakhirnya pratikum yang di mulai pukul 7.30

WIB dan bertempat di Laboratorium Struktur dan Laboratorium Geoteknik

Fakultas Tehnik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Palangka

Raya.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah :

1. Alat sondir kekuatan sedang dengan berat 2,5 ton (kerangka lengkap)

2. Conus dan biconus

3. Pipa sondir lengkap sepanjang 1 m

4. Angkur dan baut

5. Besi kanal dan balok kayu

6. Manometer

7. Linggis

8. Kunci-kunci perlengkapan

3.2.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah :

1. Oli Rem

2. Solar

7

Page 8: Lap. Praktikum Mektan II

3. Selotip

3.3 Cara Pengujian

3.3.1 Persiapan Pengujian

Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai berikut :

a) Tentukan titik lokasi yang akan disondir.

b) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali

dengan linggis sedalam sekitar 5 cm;

c) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat

sesuai dengan letak rangka pembeban dengan jalan memutar angker searah

jarum jam dengan menggunakan batang pemutar sambil menekan angker

masuk ke dalam tanah;

d) Pasang dan aturlah mesin sondir di atas titik lokasi dalam posisi vertikal;

e) Besi-besi kanal dipasang untuk menjepit kaki sondir dan amati apakah mesin

benar-benar dalam keadaan vertikal terhadap permukaan tanah.

f) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5

MPa untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5

MPa dan manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;

g) Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan

kunci piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung

udara dalam sistem;

h) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di

atasnya;

i) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan

memutar baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan

8

Page 9: Lap. Praktikum Mektan II

terikat kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu

pengujian, tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;

j) Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta

kepala pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol

keluar sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang,

bisa ditambah dengan potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.

a. Keadaan tertekan b. Dalam keadaan terbentang

Gambar 3. Detail keadaan konus.

3.4 Prosedur pengujian

3.4.1 Pengujian Penetrasi Konus

Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

9

Page 10: Lap. Praktikum Mektan II

a) Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada

kedudukan yang tepat;

b) Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga

penekan hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;

c) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik

bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20

cm sesuai interval pengujian;

d) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan

menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang

dalam saja (kedudukan 1, lihat Gambar 3);

e) Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus

berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang pipa

dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data.

3.5 Pembacaan Hasil Pengujian

a) Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai berikut :

1) Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam

sedalam kira-kira 4 cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar

3) dan catat pada formulir (Lampiran) pada kolom C w;

2) Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus

pada penekan batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua

(kedudukan 3, lihat Gambar 3) dan catat pada formulir

(Lampiran) pada kolom Tw.

10

Page 11: Lap. Praktikum Mektan II

3.6 Pengulangan Langkah-Langkah Pengujian

Ulangi langkah-langkah pengujian tersebut di atas hingga nilai perlawanan

konus mencapai batas maksimumnya (sesuai kapasitas alat) atau hingga

kedalaman maksimum 20 m s.d 40 m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Hal

ini berlaku baik untuk sondir ringan ataupun sondir berat.

3.7 Penyelesaian Pengujian

a) Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan mendorong/menarik

kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol berlawanan arah jarum

jam.

b) Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.

3.8 Perhitungan

3.8.1 Rumus-rumus perhitungan

Prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan adalah dengan anggapan

berlaku hukum Aksi Reaksi (persamaan 10), seperti yang digunakan untuk

perhitungan nilai perlawanan konus dan nilai perlawanan geser di bawah ini.

11

Gambar 4. Kedudukan pergerakan konus pada waktu pengujian sondir.

Page 12: Lap. Praktikum Mektan II

3.8.2 Perlawanan konus (q c )

Nilai perlawanan konus (q c ) dengan ujung konus saja yang terdorong,

dihitung dengan menggunakan persamaan :

P konus = P piston .................................................................. (1)

q c x A c = C w x A pi

q c = C w x A pi / A c ..................................................................

(2)

A pi = π (D pi ) 2 / 4 ............................................................................ (3)

A c = π (D c ) 2 / 4 ............................................................................. (4)

3.8.3 Perlawanan geser (f s )

Nilai perlawanan geser lokal diperoleh bila ujung konus dan bidang

geser terdorong bersamaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan :

P konus + P geser = P piston ................................................................. ..

(5)

3.8.4 Angka banding geser (R f )

Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan

geser lokal (fs ) dengan perlawanan konus (q s ), dan dihitung dengan

menggunakan persamaan:

R f = (f s / q s ) x 100 .........................................................................

(9)

3.8.5 Geseran total (T f )

Nilai geseran total (T f ) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan

geser lokal (f s) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung dengan

menggunakan persamaan :

12

Page 13: Lap. Praktikum Mektan II

T f = (f s x interval pembacaan) ..................................................... (10)

Keterangan :

C w : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (kPa);

T w : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser

(kPa);

K w : selisih dengan (kPa);

P konus : gaya pada ujung konus (kN);

P piston : gaya pada piston (kN);

q c : perlawanan konus (kPa);

f s : perlawanan geser lokal (kPa);

R f : angka banding geser (%);

T f : geseran total (kPa);

A pi : luas penampang piston (cm 2 );

D pi : diameter piston (cm);

A c : luas penampang konus (cm 2 );

D c = D s : diameter konus sama dengan diameter selimut geser (cm);

A s : luas selimut geser (cm 2 );

D s : diameter selimut geser (cm);

L s : panjang selimut geser (cm)

3.9 Prosedur Perhitungan

Lakukan perhitungan perlawanan konus (q c ), perlawanan geser (f s ),

angka banding geser (R f ), dan geseran total (T f ) tanah dan penggambaran

hasil pengujian dengan tahapan berikut.

3.9.1 Cara perhitungan

13

Page 14: Lap. Praktikum Mektan II

a) Hitung perlawanan konus (q c ) bila ujung konus saja yang

terdorong dengan menggunakan persamaan (1) s.d (4).

b) Hitung perlawanan geser (f s ) lokal bila ujung konus dan bidang geser

terdorong bersamaan dengan menggunakan persamaan (5) s.d (8).

c) Hitung angka banding geser (R f ) dengan menggunakan persamaan (9).

d) Hitung geseran total (T f ) tanah dengan menggunakan persamaan (10).

3.9.2 Cara penggambaran hasil uji penetrasi konus

a) Gambarkan grafik hubungan antara variasi perlawanan konus (q c )

dengan kedalaman (meter).

b) Untuk uji sondir dengan konus ganda gambarkan hubungan antara

perlawanan geser (f s ) dengan kedalaman dan geseran total (T f ) dengan

kedalaman.

c) Apabila diperlukan rincian tanah yang diperkirakan dari data perlawanan

konus dan perlawanan geser, gambarkan grafik hubungan antara angka

banding geser dengan kedalaman.

d) Tempatkan grafik-grafik dari sub butir a), b) dan c) di atas pada satu

lembar gambar dengan skala kedalaman yang sama.

3.10 Laporan Uji

Hasil uji sondir dilaporkan dalam bentuk formulir seperti

diperlihatkan dalam Lampiran C, yang memuat hal-hal sebagai berikut:

a) Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian;

b) Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji dengan

disertai tanda tangan (paraf) yang jelas;

14

Page 15: Lap. Praktikum Mektan II

c) Jumlah pengujian, koordinat lokasi atau sketsa situasi letak, elevasi tanah dan

muka air tanah (bila memungkinkan);

d) Tipe ujung alat penetrasi yang digunakan, tipe mesin bercabang,

informasi alibrasi ujung alat dan cabang atau kedua-duanya;

e) Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.

15

Page 16: Lap. Praktikum Mektan II

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Penyondiran Pada Titik Pertama

Tabel 4.1. Hasil Sondir Pada Titik Pertama

Kedalama

n

Pembacaan

Manometer

Hambata

nTahanan Hambatan

JPH

Cw TwGesek

(Kw)

Geser

Total (LF)Pelekat

(m)(kg/

cm2)(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)

(kg/

cm2)

(1) (2) (3)(4) = (3)-

(2)

(5) =

9/100*K

w

(6) =

(5)x20 cm

(7) = Σ

(6)

0.00 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00

-0.20 20 30 10.00 0.90 20.00 20.00

-0.40 20 30 10.00 0.90 20.00 40.00

-0.60 15 30 15.00 1.35 30.00 70.00

-0.80 30 45 15.00 1.35 30.00 100.00

-1.00 45 50 5.00 0.45 10.00 110.00

-1.20 45 105 60.00 5.40 120.00 230.00

-1.40 65 95 30.00 2.70 60.00 290.00

-1.60 55 65 10.00 0.90 20.00 310.00

-1.80 50 230 180.00 16.20 360.00 670.00

-2.00 160 250 90.00 8.10 180.00 850.00

16

Page 17: Lap. Praktikum Mektan II

Grafik 4.1. Hasil Sondir Pada Titik Pertama

UJI PENETRASI KONUS

ASTM D 3441 - 86

0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000

0 25 50 75 100 125 1500.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

JHP qc

JHP [kg/cm]

De

pth

[m

]

qc [kg/cm2 ]

17

Page 18: Lap. Praktikum Mektan II

Penyondiran Pada Titik Kedua

Tabel 4.2. Hasil Sondir Pada Titik Kedua

Kedalaman

Pembacaan

Manometer

Hamba

tanTahanan Hambatan

JPH

Cw TwGesek

(Kw)

Geser Total

(LF)Pelekat

(m)(kg/

cm2)

(kg/

cm2)(kg/cm2) (kg/cm2)

(kg/

cm2)

(1) (2) (3)(4) = (3)-

(2)

(5) =

9/100*Kw

(6) =

(5)x20 cm

(7) = Σ

(6)

0,00 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00

-0,20 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00

-0,40 3 5 2.00 0.18 4.00 40.00

-0,60 3 5 2.00 0.18 4.00 70.00

-0,80 3 5 2.00 0.18 4.00 100.00

-1,00 3 5 2.00 0.18 4.00 104.00

-1,20 20 60 40.00 3.60 80.00 184.00

-1,40 70 85 15.00 1.35 30.00 214.00

-1,60 85 120 35.00 3.15 70.00 284.00

18

Page 19: Lap. Praktikum Mektan II

Grafik 4.2. Hasil Sondir Pada Titik Kedua

UJI PENETRASI KONUS

ASTM D 3441 - 86

0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000

0 25 50 75 100 125 1500.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

JHP qc

JHP [kg/cm]

De

pth

[m

]

qc [kg/cm2 ]

19

Page 20: Lap. Praktikum Mektan II

Pembahasan

4.1.2 Perhitungan Data Penyondiran Pada Titik Pertama

Rumus – rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

HK(qc) = Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus

JK = Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser

Kw = HK(qc) – JK

LF = ( Luas mata bor / 100 ) x Kw

Hambatan Pelekat = LF x 20 cm

JPH = Hasil JPH sebelumnya + Hasil Hambatan Pelekat selanjutnya

Dari hasil data penyondiran yang didapat pada titik pertama dari

kedalaman 0 – 0,20 m, dengan nilai qc = 20 Kg/cm2, dan nilai JHP =

20 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari

tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk

klasifikasi tanah humus, lempung sangat lunak.

Kemudian pada kedalaman 0,40 m, dengan nilai qc = 20 Kg/cm2, dan

nilai JHP =40 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)

didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah humus, lempung sangat lunak

Kemudian pada kedalaman 0.60 m, dengan nilai qc = 15 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 70 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)

didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah humus, lempung sangat lunak.

20

Page 21: Lap. Praktikum Mektan II

Kemudian pada kedalaman 0.80 m, dengan nilai qc = 30 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 100 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung atau lempung kelanauan

kenyal.

Kemudian pada kedalaman 1,00 m, dengan nilai qc = 45 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 110 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung atau lempung kelanauan

kenyal.

Kemudian pada kedalaman 1,20 m, dengan nilai qc = 45 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 230Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)

didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung kerikil kenyal.

Kemudian pada kedalaman 1,40 m, dengan nilai qc = 65Kg/cm2, dan

nilai JHP = 290Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)

didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung kerikil kenyal.

Kemudian pada kedalaman 1,60 m, dengan nilai qc = 55 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 310 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung kerikil kenyal.

Kemudian pada kedalaman 1,80 m, dengan nilai qc = 50 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 670 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

21

Page 22: Lap. Praktikum Mektan II

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung kerikil kenyal.

Kemudian pada kedalaman 2.00 m, dengan nilai qc = 160 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 850 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung kerikil kenyal

4.1.3 Perhitungan Data Penyondiran Pada Titik Kedua

Dari hasil data penyondiran yang didapat pada titik pertama dari

kedalaman 0 – 0,20 m, dengan nilai qc = 0 Kg/cm2, dan nilai JHP = 0

Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari

tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk

klasifikasi tanah humus, lempung sangat lunak.

Kemudian pada kedalaman 0,40 m, dengan nilai qc = 3 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 40 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)

didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal.

Kemudian pada kedalaman 0,60 m, dengan nilai qc = 3 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 70 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)

didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal.

Kemudian pada kedalaman 0,80 m, dengan niali qc = 3 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 100 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal.

22

Page 23: Lap. Praktikum Mektan II

Kemudian pada kedalaman 1,00 m, dengan nilai qc = 3 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 104 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal

Kemudian pada kedalaman 1,20 m, dengan nilai qc = 20 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 184 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal.

Kemudian pada kedalaman 1,40 m, dengan nilai qc = 70 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 214 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal.

Kemudian pada kedalaman 1,60 m, dengan nilai qc = 85 Kg/cm2, dan

nilai JHP = 284 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal.

Konsistensi tanah menurut qc

qc ( kg/cm² ) Konsistensi< 6 Very soft

6 – 12 Soft12 – 24 Medium24 – 45 Stiff45 – 75 Very stiff

> 75 Hard

Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan Lf

Hasil sondir ( kg/cm² )Klasifikasi

qc Lf0 - 6 0.15 – 0.40 Humus, lempung sangat lunak

23

Page 24: Lap. Praktikum Mektan II

6 - 100.20 Pasir kelanauan lepas, pasir sangat lepas

0.20 – 0.60 Lempung lembek, lempung kelanauan lembek

10 - 30

0.10 Kerikil lepas0.10 – 0.40 Pasir lepas0.40 – 0.80 Lempung atau lempung kelanauan0.80 – 2.00 Lempung agak kenyal

30 - 601.50 Pasir kelanauan, pasir agak padat

1.00 – 3.00 Lempung atau lempung kelanauan kenyal

60 - 150

1.00 Kerikil kepasiran lepas

1.00 – 3.00Pasir padat, pasir kelanauan atau lempung padat dan kerikil kelempungan

3.00 Lempung kerikil kenyal

150 - 300 1.00 – 2.00Pasir padat, pasir kekerikilan padat, pasir kasar padat, pasir kelanauan sangat padat

24

Page 25: Lap. Praktikum Mektan II

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan praktikum pengujian sondir, maka dapat

disimpulkan:

1. Untuk pengujian sondir pada titik pertama pada kedalaman tanah 200 cm, Cw

= 160 Kg/cm2, Tw = 250 Kg/cm2, Kw = 90 Kg/cm2, LF = 8,10 Kg/cm2,

Hambatan pelekat = 180 Kg/cm2, JPH = 850 Kg/cm2, di daerah titik pertama

penyondiran dapat dibuat bangunan gedung bertingkat dengan kedalaman

pondasi 200 cm. Karena dari ketentuan dan syarat – syarat yang berlaku

dengan nilai Tw = 100Kg/cm2 sampai dengan 160 Kg/cm2 dengan kedalaman

tertentu daerah titik penyondiran tersebut dapat dibuat bangunan bertingkat.

2. Untuk pengujian sondir pada titik kedua pada kedalaman tanah 160 cm, Cw =

85 Kg/cm2, Tw = 120 Kg/cm2, Kw = 35 Kg/cm2, LF = 3,15 Kg/cm2,

Hambatan pelekat = 70 Kg/cm2, JPH = 284 Kg/cm2, di daerah titik kedua

penyondiran dapat dibuat bangunan jembatan dengan kedalaman pondasi 160

cm. Karena dari ketentuan dan syarat – syarat yang berlaku dengan nilai Tw =

120 Kg/cm2 sampai dengan 85 Kg/cm2 dengan kedalaman tertentu daerah titik

penyondiran tersebut dapat dibuat bangunan jembatan.

5.2 Saran

Sebaiknya pada waktu praktikum perlu disiapkan sarana dan

prasarana agar mempermudah pelaksanaan praktikum dan tiap – tiap

anggota kelompok bekerja sesuai tugasnya yang telah ditunjukkan.

25

Page 26: Lap. Praktikum Mektan II

Pemasangan angker untuk kedudukan alat sondir

Pemasangan alat sondirPemasangan angker untuk kedudukan alat

sondir

Pemasangan angker untuk kedudukan alat sondir

Pipa, angker alat sondir

26

Page 27: Lap. Praktikum Mektan II

Pemasangan alat sondir

Pemasangan angker untuk kedudukan alat sondir

27

Page 28: Lap. Praktikum Mektan II

Pemasangan Stik Pada Alat Sondir

28

Page 29: Lap. Praktikum Mektan II

Monometer (pembacaan tekanan tanah)

29