lap. prak.mikum gabungan feb 2014.doc

152
1 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM Nama : NIM : Kelompok : Kelas : photo Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2014

Upload: trisna-lutfierachman-kenujamandjha

Post on 16-Nov-2015

292 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

D

;

Tanggal Praktikum11 Maret 2015

Praktikum 1.1 dan 1.2METODE ASEPTIS DAN STERILISASI

1. Apa pentingnya metode aseptis dalam dunia mikrobiologi ? Jelaskan pula prinsip dasar metode aseptis.

2. Apa tujuan pemanasan dengan api/bunsen pada teknik aseptis ? Jelaskan.

3. Jelaskan tujuan dari sterilisasi.

4. Sebutkan metode sterilisasi untuk bahan yang tidak tahan terhadap panas ? Jelaskan

5. Bagaimanakah cara sterilisasi alat spreader yang benar ?

6. Jelaskan bagaimana cara metode aseptis dan sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia. Sebutkan contoh bahan kimia yang dapat digunakan.

7. Bagaimanakah cara sterilisasi alat cawan petri yang benar ? Jelaskan

Paraf Asisten

Nama:

1. Aseptis diri dan lingkungan

2. Cara penggunakan autoklaf

3. Memindahkan kultur dari tabung reaksi ( broth ) ke Erlenmeyer

Metode aseptis dan netralisasi adalah suatu metode untuk mencegah terjadinya kontaminasi suatu kontaminan yang masuk dan mengganggu atau merusak mikroorganisme. Oleh sebab itu sebelum melakukan praktikum praktikan harus mensterilkan alat alat yang akan digunakan dengan cara yang benar. Langkah pertama adalah aseptis diri dan lingkungan. Untuk aseptis diri hanya menyemprotkan alcohol 70% di tangan dan di gosok dengan rata sampai pergelangan tangan. Untuk aseptis lingkungan juga disemprotkan alcohol 70% dan di lap menggunakan tissue dengan searah.

Untuk tabung reaksi bibir tabung di beri kapas dengan puntalan yang rapi apabila di buka terdengar suara *bung. Ini berlaku untuk tabung reaksi, labu Erlenmeyer. Setelah di beri kapas selanjutnya bibir tabung atau labu di bungkus dengan kertas payung warna coklat. Di bungkus dengan rapi dan di ikat menggunakan karet. Untuk gelas beaker hanya di bungkus dengan kerats payung saja. Untuk pipet ukur dimasukkan tissue yang dipillin setelah itu potong pas di bibir lubang pipet ukur. Setelah itu bungkus semua badan pipet ukur dengan kertas payung. Selanjutnya di masukkan plastik yang panjang dan dipillin. Untuk cawan petri hanya di bungkus dengan kertas payung hanya saja caranya adalah dibalik ketika membungkusnya, tutupnya berada di bawah dan cara melipatnya harus seperti kupu-kupu dan rapi. Untuk tip hanya dimasukkkan di gelas beaker yang di selubungi kapas baik di bawah maupun di atas. Selanjutnya di bungkus dengan kertas payung dan diikat dengan karet. Untuk tip cara pengggunakannnya hanya sekali pakai. Ketika membungkus kertas payung bagian mengkilap ada di dalam. Untuk jarum oase caranya adalah masukkan ke dalam alcohol lalu di panaskan tetapi harus di tengah terlebih dahulu lalu ke ujung agar kultur tidak kaget. Untuk Spider hanya dimasukkan ke alcohol lalu dipanaskan. Setelah bahan tadi yang sudah dibungkus dengan rapi selanutnya di masukkan ke dalam plastic besar dan di ikat. Tatapi dalam mengikat untuk menutup jangan sampai ada rongga udara agar tidak meledak sat di masukkan ke dalam Autoklaf. Untuk mikropipet cara penggunakannya adalah pertama mengambil tip dengan mikropipet lalu di rekatkan menggunakan tangan. Untuk pengambilan kultur pipet ukur terlebih dulu berapa keadaan angka yang dipilih dan tekan satu atau hanya biasa lalu dimasukkan kedalam kultur. Untuk mengeluarkan kultur tekan 2 kali atau sangat ditekan. Ketika pengambilan kultur keadaan mikropipet jangan sampai miring keatas agar tidak masuk ke dala pipet ukur. Setelah penggunakan mikropipet pencet disamping mikropipet dan tip akan lepas sendirinya. Setelah di sterilkan kapas yang di pipet ukur tidak usah dilepas dan masukkan saja pada bulb. Ini bertujuan agar steril dari bulb. Untuk mencopot kapas menggunakan tangan kelingking dan tengah. Untuk penggunakan autoklaf pertama katup di keadaan mengahadap tidur. Setelah itu di lihat di dalam autoklaf sudah ada aquades apa belum. Selanjutnya wadah atau baskom atau tempat penempatan alat dimasukkan. Kmudian di tutup dan selang uap air di masukkan di samping ranjang bertujuan untuk mengalirkan uap. Lalu ditup dan katup di berdirikan. Lalu klep di putar di kencangkan. Llu kabel dicolokkan , kemudian di onkan dan tunggu samapai atm naik 1 atm. Setelah itu itu di offkan dan tunggu sampai tekanan 0. Lalu di buka. Dan alat siap digunakan

Prinsip dasar metode aseptis adalah mempertahankan objek agar bebas dari kontaminasi mikroorganisme, dengan cairan desinfektan ( alcohol 70 % ) yang disemprotkan diberbagai perlengkapan praktikum seperti meja, alat praktikum, diri ( tangan ) dan juga dipanaskan dengan api Bunsen. Dimana praktikum ini memilki tujuan yaitu mahasiswa mampu memahami prinsip sterilisasi, mampu mempersiapkan alat dan bahan yang akan disterilisasikan dengan autokaf dan mampu melakukan sterilisasi alat, media mikroorganismje, dan bahan yang digunakan dalam uji mikrobiologi dengan menggunakan autoklaf.

1. Jika anda mendapatkan stok kultur murni dari laboratorium mikrobiologi, hal apa saja yang harus diperhatikan agar stok kultur tidak terkontaminasi ? Jelaskan

2. Mengapa media yang akan digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu? Bagaimana cara sterilisasi media? Jelaskan

3. Mengapa sterilisasi dengan suhu tinggi tidak cocok digunakan untuk sterilasi larutan vitamin dan metode sterilisasi apakah yang cocok? Jelaskan alasan anda

4. Bagaimana teknik sterilisasi jarum ose yang benar ?

5. Bagaimana teknik penggunaan pipet mikro yang benar ? Apakah pipet mikro tersebut perlu di sterlilisasi terlebih dahulu? Jelaskan jawaban anda.

6. Apabila tidak tersedia pipet mikro, alat apa yang akan saudara siapkan untuk mengambil sampel kultur cair, secara aseptis ?

7. Apa perbedaan antara Destruksi dan Sterilisasi. Jelaskan

Fathiyah.2010.Metode Aseptis Mirobiologi Pangan.Jakarta:Erlangga

Harvey, 2006.Food Microbilogy. New York : Mc Grand HillKeith, Downes pouch France.2008.Compendum of Menthods For the Microbiological Examination Of Food.USA American Public Health Assosiation.

Purnomo,Aji .2009.Sterilisasi Pada Produk Pangan.Surabaya:Yudistira

Nisa,Clara.2011.Metode Aseptis Mikroba.Bandung:Erlangga

Gunawan, Agustin Widya. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta : PT. Penebar Swadaya

Hadi, danang Kumara. 2011. Mikrobiologi. Jember : Universitas Negeri Jember

Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi. Bandung : Yrama Widya

WHO. 2005. Pemastian Mutu Obat. Jakarta : EGCSuriawiria, U. 2005 Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar SinantiKomponen Penilaian LKP:

Jenis PenilaianNilai MaksimalNilai yang diperoleh

Pre lab dan Diagram Alir10

Log Book10

Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan70

Aktivitas di laboratorium10

TOTAL100

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi

NoKompetensiBisaTidak

1.Mampu melakukan tahapan persiapan alat dan media sebelum sterilisasi :

Membuat sumbatan tabung reaksi dan erlenmeyer

Membungkus cawan petri, tabung reaksi dan erlenmeyer

Memasukkan glass ware ke dalam plastik untuk disterilisasi

2.Mampu menggunakan autoklaf dengan baik dan benar :

Membuka dan menutup klep pengaman

Memeriksa ketersediaan air distilat

Menyalakan / mematikan autoklaf

Menentukan waktu sterilisasi / destruksi

3.Mampu melakukan setiap tahapan metode aseptis diri dan lingkungan sebelum dan sesudah melakukan kerja di laboratorium mikrobiologi :

Melakukan aseptis diri

Melakukan aseptis lingkungan kerja

Melakukan aseptis alat kerja

TOTAL10

Tanggal Praktikum11 Maret 2015

Praktikum 2.1NUTRISI DAN MEDIA

1. Sebut dan jelaskan syarat-syarat media pertumbuhan bagi mikroorganisme!Syarat syarat adalah :1. Media harus steril sehingga mikroba tersebut dapat tumbuh

2. Medium harus mempunyai tekanan osmotic, pH, tegangan permukaan yang sesuai. Hal ini bertujuan agar mikroba dapat tumbuh optimal.3. Medium tidak mengandung zat zat penghambat karena apabila medium tersebut mengandung zat zat penghambat maka dapat menghambat bahkan mematikan mikroba dalam media.

4. Medium harus mengadung semua nutrisi yang mudah digunakan mikroba, dimana mikroba memiliki kebutuhan yang berbeda ( Dimas, 2008 )

2. Jelaskan perbedaan media berdasarkan konsistensinya!a. Media cair adalah nutrient broth, berbentuk cair, tersedia dalam bentuk tabung , umumnya hanya digunakan untuk menumbuhkan koloni.b. Medium padat ( solid medium ) adalah medium ini dapat berupa medium organic seperti wortel, medium kentang dan atau medium organic seperti silika gel.

c. Medium padat yang dapat di cairkan ( semi solid medium ) adalah medium yang dalam keadaan panas ( dipanasi ) berbentuk cair tetapi dalam keadaan dingin berbentuk padat karena medium ini mengandung agar atau gelatin dan dapat dibuat tegak atau miring ( Dedi, 2006 )

3. Apa yang dimaksud dengan media diferensial? Berikan pula contohnya!Media diferensial adalah medium yang ditambahkan reagensia atau zat kimia tertentu yang menyebabkan suatu mikroba membentuk pertumbuhan atau mengadakan perubahan tertentu sehingga dapat untuk membedakan bakteri himolitik dan non himolitik ( Keith, 2008 ).

4. Apa perbedaan antara media sintetik (chemically defined) dengan media non sintetik (complex)?a. Medium sintetik ( chemically defined ) adalah medium yang susunan kimianya dapat diketahui dengan pasti, medium ini biasanya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan mikroba.b. Medium non sintetik adalah medium yang susunan kimiannya tidak dapat ditentukan dengan pasti, medium ini banyak digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroba ( Harvey, 2006 ).

5. Jelaskan tahapan pembuatan 250 ml media racik yang terdiri atas pepton 1% (b/v), ekstrak khamir 0,5% (b/v) dan NaCl 1%, agar 1,5% (b/v)?a. Komposisi :

Pepton = x 250 = 2,5 gram.

Ekstrak khamir = x 250 = 1,25 gram

NaCl = x 250 = 2,5 gram

Agar = x 250 = 3, 75 gram

b. Bahan yang diperlukan sesuai komposisi di atas ditimbang.

c. Di campurkan dan dilarutkan semua bahan tersebut ke dalam aquades 250 ml kemudian dipanaskan dan diaduk.

d. Maemasukkan media tersebut pada Erlenmeyer dan disumbat dengan kapas.

e. Sterilisasi media tersebut pada suhu 121oC selama 15 menit ( Dedi, 2006 )

6. Bagaimana cara membuat 150 ml media PCA? Jelaskan pula komposisi media tersebut!0,23 % ekstrak ragi = 0,0023 x 150 = 0,345 gr/ml0,1 % glukosa = 0,001 x 150 = 0,5 gr/ml

1,4 % agar = 0,015 x 150 = 2,25 gr/ml

Cara :

1. PCA dilarutkan kedalam 150 ml aquades 2. Dipanaskan dengan air mendidih dan dihomogenkan

3. Disterilisasi menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC

4. pH tekanan diatur ( Ani, 2008 )

Paraf Asisten

Nama:

1. Mengapa media mikroorganisme harus steril? Apa yang terjadi bila media mikroorganisme tidak disterilisasi?Media harus steril untuk menghindari mikroorgaanisme kontaminanasi yang dapat mengganggu hasil pengamatan atau penelitian, karena apabila media tidak steril maka kontaminan dapat menganggu perkembangan kultur bahkan membunuh kultur yang berakibat gagalnya usaha untuk menumbuhkan dan mengamati kultur pada media, sehingga media harus disterilkan dengan cara yang benar ( Pratiwi, 2008 ).

2. Apakah semua jenis media harus disterilisasi dengan autoklaf? Beri contoh media yang tidak disterilisasi dengan autoklaf! Jelaskan alasan anda!Tidak semua jenis media harus disterilisasikan dengan autoklaf. Hal ini dikarenakan beberapa zat / senyawa dalam suatu media tidak tahan suhu tinggi ( panas ). Contohya adalah media URBA. Hal ini dikarenakan URBA mengandung / tersusun atas bahan yang tidak tahan panas / rusak jika terkena panas, seperti kristal violet, gara bile, dan neutral red. Dan TCBS dan SSA kandungan bile salt yang menguap di suhu tinggi ( Supardi, 2005 ).

3. Bagaimana cara memastikan bahwa media hasil sterilisasi tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme?Untuk memastikan bahwa media hasil sterilisasi tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme adalah dengan menginkubasi media 2 3 hari ( ada koloni atau tidak dinginkan ) dan bias dilihat langsung menggunakan mikroskop ( Arora, 2005 ).

4. Jelaskan perbedaan media diperkaya, media selektif dan media diferensial! Sebutkan pula contoh dan kegunaannya!a. Media diperkaya adalah medium yang ditambahkan zat zat tertentu sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba heterottrof tertentu.Contoh : Serum agar, bile agar.

b. Media selektif adalah medium yang ditambahkan zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain. Misaknya medium yang mengandung kristal violet pada kadar tertentu dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram negative.Contoh : Macconkey agar, salmonella shigella agar, thiosulfate citrate bilesalt.

c. Media diferensial adalah media yang ditambah reagensia atau zat kimia tertentu yang menyebabkan suatu mikroba membentuk pertumbuhan / mengadakan perubahan tertentu sehingga dapat untuk membedakan bakteri himolitik dan non himolitik.

Contoh : EMBA ( Eosin Methilene Blue Agar ) ( Djarijah. 2005 ).

5. Mengapa pada prosedur pour plate, suhu media agar yang akan digunakan tidak boleh melebihi 50oC? Jelaskan!Karena pada suhu 50o C, media masih berbentuk cair dan mikroba masih bisa hidup di rentang suhu 50o C pada media. Jika suhu terlalu rendah maka media akan memadat sehingga media dan sampel tidak dapat tercampur rata. Sedangkan pada suhu diatas 50o C dapat menyebabkan kematian / kerusakan sel pada bakteri yang tidak tahan panas. Selain itu, pada suhu tinggi menyebabkan penguapan sehingga terbentuk titik titik air diatas cawan setelah media memadat ( Pratiwi, 2008 ).

6. Mengapa pada media APDA ditambahkan larutan asam tartarat konsentrasi 10%? Jelaskan hubungannya dengan pertumbuhan mikroorganisme!Pada media APDA ditambahkan larutan asam tartarat konsentrasi 10 % untuk mengatur pH agar menjadi asam, yaitu 3,5 4,0. Media APDA berfungsi untuk isolasi dan enumerisasi pertumbuhan khamir dan yeast. Mekanisme kerja APDA yaitu menurunkan pH yang menyebabkan kondisi asam, karena pada pH asam akan menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan media APDA digunakan untuk pertumbuhhan khamir dan yeast ( Arora, 2005 ).

7. Sebutkan macam-macam dan konsentrasi larutan pengencer yang saudara ketahui! Sebutkan pula fungsi larutan pengencer tersebut!

a. Buffer fosfat ( larutan kingers ) adalah untuyk mengembalikan vitalitas sel sel bakteri yang kemungkinan hilang karena kondisi didalam sampel kurang menguntungkan. Larutan ini memiliki konsentrasi 0,1 M dengan pH 8b. Pepton 0,1 % + NaCl 0,85 % adalah berfungsi sama dengan buffer fosfat, yaitu untuk mengembalikan vitalitas sel sel bakteri yang kemungkinan hilang karena kondisi media kurang menguntungkan.c. Pepton water 0,1 % adalah untuk perbanyakan vibrio dengan pH relative tinggi yakni kurang lebih 8,4 dan mengandung NaCl sebesar 1-2 %. Pertumbuhan optimum vibrio berkisar pada suhu 20 35o C ( Pratiwi, 2008 ).

8. Bagaimana mekanisme kerja senyawa kimia penghambat pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat pada media selektif ?

Mekanisme kerja menguntungkan atau mendukung perkembangan mikroorganisme tertentu dan menghambat mikroorganisme yang tidak diinginkan seperti Kristal violet yang menhambat gram ( + ) ( Supardi, 2005 ).

9. Menurut saudara, apa perbedaan makronutrien dan mikronutrien mikroorganisme? Sebutkan pula contoh dan peranannya!

a. Makronutien adalah nutrient yang dibutuhkan oelh suatu mikroba untuk dapat bertahan hidup dalam jumlah besar.

Contoh : karbohidrat, lemak, dan protein yang berperan sebagai sumber C, H, O, Nb. Mikronutrien adalah nutien yang dibutuhkan oleh mikroba untuk dapat bertahan hidup dalam jumlah yang kecil.

Contoh : sulfur, kalium, natrium, kalsium, dan magnesium sebagai sumber makanan mikroba ( Supardi, 2005 ).

10. Jelaskan peranan media selektif untuk pertumbuhan mikroorganisme! Apa saja aplikasi dari media selektif pada bidang pangan?Peran media selektif adalah untuk menekan pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan dann merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan dengan penambahan zat kimia tertentu selain nutrisi yang sebelumnya sudah ada pada media tersebut,. Misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar tertentu dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram negative.Aplikasinya yaitu pada isolasi BAL yang dipakai sebagai media pengolahan suatu produk pangan dimana dalam pertumbuhannya. Hanya disiolasi sendiri tanpa ada mikroba lain. Sehingga mampu mengahsilkan asam laktat seperti yang diinginkan. Namun jika di dalam media ada mikroba lain, maka BAL tidak dapat tumbuh dengan baik media selektifnya adalah MRSA ( Dworkin, 2006 ).

11. Bagaimana seorang analis mikrobiologi menentukan tingkat pengenceran atau dilusi suatu sampel dan pengenceran mana yang akan ditanam ke dalam media pada cawan? Jelaskan!Diawali dengan dibuat sampai 10-3 dahulu lalu masih tumbuh maka dibuat lagi sampai pengenceran 10-7 kemudian kalau 10-7 tidak tumbuh maka sampai 10-6 saja

( Arora, 2005 ).

12. Pengujian total mikroorganisme pada produk keju dilakukan pada suhu 30oC selama 3 hari. Apakah suhu inkubasi tersebut sudah tepat? Mikroba tipe apa yang tidak terdeteksi pada suhu tersebut? Jelaskan alasan anda!Sudah, pada keju bakteri yang tumbuh adalah BAL yang dapat memfermentasi asam laktat pada susu, jenis bakteri ini sangat peka terhadap suhu dan merupakan bakteri mesfil yang dapat tumbuh optimum pada suhu 25o 30o C. Contoh bakterinya adalah Casei, L. Bulgaricus, Streptocollus lactis ).Bakteri yang tidak terdeteksi adalah mikroba thermofil dan pathogen yang hidup disuhu tinggi dan pH 4,8 ( Arora, 2005 ).

Media adalah suatu wadah yang mengandung campuran nutrisi yang digunakan untuk perkembang biakan mikroba. Tujuan dari praktikum kali ini adalah mahasiswa atau praktikan mampu mengetahui macam macam media yang digunakan dalam praktikum. Dan syarat pertumubuhan mikroba adalah :a. Media harus steril sehingga mikroba tersebut dapat tumbuh

b. Medium harus mempunyai tekanan osmotic, pH, tegangan permukaan yang sesuai. Hal ini bertujuan agar mikroba dapat tumbuh optimal.

c. Medium tidak mengandung zat zat penghambat karena apabila medium tersebut mengandung zat zat penghambat maka dapat menghambat bahkan mematikan mikroba dalam media.d. Medium harus mengadung semua nutrisi yang mudah digunakan mikroba, dimana mikroba memiliki kebutuhan yang berbeda

Ani, Itotul. 2008. Media Kultur Mikrobiologi.Bandung:Yudistira

Dedi.2006. Nutrisi Mikrobiologi. Jakarta:Erlangga

Dimas, Mohammad .2008. Media dan Nutrisi.Bogor : IPB Press

Fathiyah.2010.Metode Aseptis Mirobiologi Pangan.Jakarta: Erlangga

Harvey, 2006.Food Microbilogy. Mc Grand Hill. New York

Arora, Dilip K, et al. 2005. Handbook of Applied Mycology : Volume 3 : Foods and Feeds. New York : Marcel Dekker IncDjarijah, Abbas Siregar. 2005. Budidaya Jarum Tiram. Yogyakarta : KanisiusDworkin, Martin, et al. 2006. The Prokaryotes: Vpl 6 : Proteobacteria: Gamma Subclass. Minneapolis: Universitas of Minnesota

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga

Supardi, Imam, dan Sukamto. 2005. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Bandung : Penerbit AlumniKomponen Penilaian LKP :Jenis PenilaianNilai MaksimalNilai yang diperoleh

Pre lab dan Diagram Alir10

Log Book10

Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan70

Aktivitas di laboratorium10

TOTAL100

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi

NoKompetensiBisaTidak

1.Mampu menyebutkan beberapa jenis media pertumbuhan mikroorganisme

2.Mampu membedakan media racik dengan media jadi

3.Mampu mebuat media racik

4.Mampu membuat media jadi

5.Mengetahui faktor konversi masing-masing media yang dibuat

6.Mampu menghitung dan menimbang kebutuhan media pertumbuhan mikroorganisme

7.Mampu membuat berbagai media mikoorganisme dengan benar

8.Mampu menganalisis kesesuaian antara jenis mikroba dan media pertumbuhannya

9.Mengetahui cara sterilisasi berbagai jenis media

10.Mampu membedakan anatar media selektif dengan media diferensial

TOTAL10

Tanggal Praktikum18 Maret 2015

Praktikum 2.2TEKNIK ISOLASI, KULTIVASI dan PRESERVASI KULTUR

1. Mengapa dalam teknik isolasi goresan kuadran, cawan petri harus dibagi menjadi beberapa kuadran ? Jelaskan.

2. Apa tujuan dari teknik isolasi dalam dunia mikrobiologi ?

3. Apa tujuan transfer kultur pada agar miring ? Jelaskan

4. Apa tujuan dari sub kultur dalam transfer kultur ?

5. Ada berapa macam teknik Isolasi? Sebutkan dan Jelaskan masing-masing teknik tersebut.

6. Bagaimana cara transfer kultur dari medium cair ke agar tegak ? Jelaskan.

7. Faktor apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam proses kultivasi mikroba? Jelaskan.

8. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik preservasi mikroba yang digunakan dalam pembuatan stok kultur!

Paraf Asisten

Nama:

Buatlah diagram alir cara melakukan Teknik Isolasi, Kultivasi, dan Preservasi Kultur.

1. Gambarlah bentuk pertumbuhan kultur yang saudara transfer pada agar miring!

Asal Isolat:E. ColiAsal Isolat:S. AureusKeterangan:Bagian ujung agar, tumbuh kapangKeterangan:Tidak terkontaminasiTerkontaminasi , koloni bakteri tidak

koloni mikroba Terbentuk Bercak bercak, namun

membentuk polabukan koloni bakteri

zig - zag2. Gambarlah bentuk pertumbuhan kultur yang saudara transfer pada agar tegak!

Asal Isolat:E. ColiAsal Isolat:S. AureusKeterangan:Tidak terkontaminasi,Keterangan:Tidak terkontaminasi, terbentuk

Terbentuk koloni mikrobakoloni mikroba pada pola

Pada pola tusukan dengantusukan dengan bentuk filiform.

Bentuk filiform

3. Gambarlah bentuk pertumbuhan kultur yang saudara transfer pada agar cair!

Asal Isolat:E. ColiAsal Isolat:S. Aureus

Keterangan:Tidak terkontaminasi, koloniKeterangan:Tidak terkontaminasi,

Bakteri terbentuk di permukaankoloni bakteri di dasar

Tabung4. Bandingkan pertumbuhan kultur yang anda lakukan pada agar tegak, agar miring, dan media cair.

a. E. ColiTipe media yang digunakanNama MediaPertumbuhan

(+) atau (-)Kontaminasi

(+) atau (-)

Agar TegakNutrient Agar+-

Agar MiringNutrient Agar-+

BrothNutrient Broth+-

b. E. ColiTipe media yang digunakanNama MediaPertumbuhan

(+) atau (-)Kontaminasi

(+) atau (-)

Agar TegakNutrient Agar+-

Agar MiringNutrient Agar+-

BrothNutrient Broth+-

5. Bahas data yang anda peroleh pada ketiga media yang digunakan!

6. Gambar bentuk sel-sel mikroba yang saudara isolasi pada cawan petri dengan pensil warna!

Asal Isolat:E. ColiAsal Isolat:S. Aureus

Keterangan:Sedikit terkontaminasi, koloniKeterangan:Terkontaminasi, pada

Hanya terbentuk dikuadran I, padapola goresan tidak

Kuadaran II mulai sedikit. III dan IVterbentuk koloni bakteri,

Sudah tidak ada terbentuk kolonimelainkan kapang

Bercak kuning di luar goresan

Merupakan kontaminasi

7. Bandingkan pertumbuhan kultur yang anda lakukan pada agar tegak, agar miring, dan media cair.

a. E-ColiBentuk Pertumbuhan KoloniKeterangan

Bentuk SmallTerkontaminasi

Elevasi SpidleTerkontaminasi

PermukaanHalus mengkilapTerkontaminasi

MarginUndulateTerkontaminasi

b. S. Aureus

Bentuk Pertumbuhan KoloniKeterangan

Bentuk MediumTerkontaminasi

Elevasi IrregulerTerkontaminasi

PermukaanHalus mengkilap Terkontaminasi

MarginLobateTerkontaminasi

8. Pilihlah salah satu koloni yang terpisah, jelaskan ciri-ciri nya (lihat Gb.2.7 dan 2.8) dan identifikasi bakteri tersebut.Jawab :Pada metode streak plate goresan kuadran, tidak terdapat mikroorganisme E-Coli dengan koloni yang terpisah. Karena, mikroorganisme tidak bisa tumbuh pada kuadran 3 dan 4. Setelah itu juga, terjadi kontaminasi pada metode ini. Sehinga praktikumyang dilakukan kurang berhasil. Menurut literatur, hal ini mungkin dikarenakan kurang aseptis diri dan lingkungan sebelum dilakukanna praktikum. Selain itu, mungkin karena kontaminasi dari aktivitas praktikan ( Radji, 2012 ).9. Bahas data yang anda peroleh dilihat dari bentuk pertumbuhan koloninya.

10. Kesimpulan apakah yang dapat ditarik dari praktikum ini ?

1. Pada teknik isolasi, apa perbedaan koloni mikroba yang tumbuh pada masing-masing kuadran ? Mengapa demikian ? Jelaskan.

2. Apa yang dimaksud dengan selective media ? Mengapa media tersebut digunakan dalam teknik isolasi ? Jelaskan. Sebutkan contoh selective media sebanyak 2.

3. Apakah koloni yang terpisah pada teknik isolasi merupakan pertumbuhan dari satu sel mikroba ? Apakah koloni tersebut dapat dikatakan sebagai kultur murni ? Jelaskan.

4. Apa keunggulan metode Streak Plate dan Spread Plate pada teknik isolasi mikroba? Jelaskan pula tentang Loop Dilution.

5. Apa kegunaan penambahan gliserol pada proses preservasi kultur? Jelaskan.

Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah bunsen, cawan petri yang distrelikan, cawan petri yang sudah diisi media dan sudah disterilkan, mikropipet, medium agar tegak, medium agar miring, medium broth ( berupa nutrient broth ) yang telah disterilakan , kertas payung, karet jarum ose bengkok dan lurus, sprider, mikrotip, mikrotub.1. Inokulasi dari media miring ke agar miring

Untuk melakukan inokulasi dari media miring ke agar miring yaitu, aseptis diri dan lingkungan. Kemudian, tabung reaksi yang berisi kultur dipegang pada tangan kiri dan tangan kanan memegang jarum ose bengkok. Kemudian, jarum ose disterilisasi dengan cara panaskan dalam api bunsen hingga jarum ose terlihat membara lalu dicelupkan dalam alkohol. Langkah ini diulangi hingga tiga kali, agar jrum ose benar benar steril. Setelah itu kapas yang ada di tabung reaksi yang berisi kultur dibuka menggunakan jari manis dan kelingking tangan kanan. Lalu bibir atau mulut tabung diapanaskan mengunakan api bunsen yang bertujuan agar bakteri yang ada di dalam tabung reaksi tidak terkontaminasi. Lalu di masukkan jarum ose dengan pengambilan dari bawah ke atas dengan di atas permukaaan media saja. Sebelum tabung reaksi yang ada kultur ditutup, mulut tabung di panaskan kembali. Dan di tutup dengan mengunakan kapas tadi yang ada di tangan kanan. Lalu pada tabung reaksi yang berisi agar miring dipegang dengan tangan kiri. Dan dibuka kapas menggunakan jari manis dan kelingking tangan kanan lalu bibir tabung dipanaskan dengan api bunsen. Setela itu jarum ose di masukkan dari bawah ke atas dan secara zig zag. Seteah itu mulut tabung dipaskan dan ditutup dengan kapas yang ada di tangan kanan. Terakhir jarum ose do sterilkan dengan pemanasan dengan api bunsen dan akohol sebanyak tiga kali. Dan tidak lupa memberi label dan keterangannya.2. Inokulasi dari media miring ke agar tegakUntuk melakukan inokulasi dari media miring ke agar tegak yaitu, aseptis diri dan lingkungan. Kemudian, tabung reaksi yang berisi kultur dipegang pada tangan kiri dan tangan kanan memegang jarum ose lurus. Kemudian, jarum ose disterilisasi dengan cara panaskan dalam api bunsen hingga jarum ose terlihat membara lalu dicelupkan dalam alkohol. Langkah ini diulangi hingga tiga kali, agar jrum ose benar benar steril. Setelah itu kapas yang ada di tabung reaksi yang berisi kultur dibuka menggunakan jari manis dan kelingking tangan kanan. Lalu bibir atau mulut tabung diapanaskan mengunakan api bunsen yang bertujuan agar bakteri yang ada di dalam tabung reaksi tidak terkontaminasi. Lalu di masukkan jarum ose dengan pengambilan dari bawah ke atas dengan di atas permukaaan media saja. Sebelum tabung reaksi yang ada kultur ditutup, mulut tabung di panaskan kembali. Dan di tutup dengan mengunakan kapas tadi yang ada di tangan kanan. Lalu pada tabung reaksi yang berisi agar tegak dipegang dengan tangan kiri. Dan dibuka kapas menggunakan jari manis dan kelingking tangan kanan lalu bibir tabung dipanaskan dengan api bunsen. Setela itu jarum ose di masukkan dengan ditusuk saja. Seteah itu mulut tabung dipaskan dan ditutup dengan kapas yang ada di tangan kanan. Terakhir jarum ose do sterilkan dengan pemanasan dengan api bunsen dan akohol sebanyak tiga kali. Dan tidak lupa memberi label dan keterangannya.

3. Inokulasi dari media miring ke broth

Untuk melakukan inokulasi dari media miring ke agar tegak yaitu, aseptis diri dan lingkungan. Kemudian, tabung reaksi yang berisi kultur dipegang pada tangan kiri dan tangan kanan memegang jarum ose bengkok. Kemudian, jarum ose disterilisasi dengan cara panaskan dalam api bunsen hingga jarum ose terlihat membara lalu dicelupkan dalam alkohol. Langkah ini diulangi hingga tiga kali, agar jrum ose benar benar steril. Setelah itu kapas yang ada di tabung reaksi yang berisi kultur dibuka menggunakan jari manis dan kelingking tangan kanan. Lalu bibir atau mulut tabung diapanaskan mengunakan api bunsen yang bertujuan agar bakteri yang ada di dalam tabung reaksi tidak terkontaminasi. Lalu di masukkan jarum ose dengan pengambilan dari bawah ke atas dengan di atas permukaaan media saja. Sebelum tabung reaksi yang ada kultur ditutup, mulut tabung di panaskan kembali. Dan di tutup dengan mengunakan kapas tadi yang ada di tangan kanan. Lalu pada tabung reaksi yang berisi nutrient broth dipegang dengan tangan kiri. Dan dibuka kapas menggunakan jari manis dan kelingking tangan kanan lalu bibir tabung dipanaskan dengan api bunsen. Setela itu jarum ose di masukkan dengan digoyangkan seperti dikocok. Seteah itu mulut tabung dipaskan dan ditutup dengan kapas yang ada di tangan kanan. Terakhir jarum ose do sterilkan dengan pemanasan dengan api bunsen dan akohol sebanyak tiga kali. Dan tidak lupa memberi label dan keterangannya.

4. Metode Streak goresan kuadran

Dilakukan aseptis diri dan lingkungan terlebih dahulu. Cawan petri yang sudah terisi media, pada bagian bawahnya di bagi atau digambar menggunakan spidol gelap menjadi 4 kuadran. Dimana dituliskan no 1, 2, 3 dan 4. lalu jarum ose bengkok di sterilkan dengan pemanasan api bunsen dan di ceupkan di alkohol diulang sebanyak tiga kali. Lalu diambil kultur dari tabung reaksi yang berisi kultur di inokulasi ke cawan petri. Tetapi sebelumnya cawan petri diluarnya dpanaskan menggunakan api bunsen setekah itu dimasukkan dengan mengawali dari kuadran satu ke dua ke tiga dan ke kuadran 4. Untuk perpindahan dari kuadran satu ke kuadran lainnya di anjurkan untuk di bakar dulu jarum osenya dan di ulangi dari tengah goresan usahakan dalam penggoresan slalu dekat dengan api bunsen. Setelah selesai cawan petri ditutup dan cawan petri di luar dipanaskan kembali dan jarum ose disterilkan dengan api bunsen dan dicelupkan ke alkohol diulangi sebanyak tiga kali. Lalu diberi label dan keterangannya. 5. Metode Pour Plate

Langkah pertama untuk metode ini adalah siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Alat-alanya antara lain adalah cawan petri, tabung reaksi, pembakar Bunsen, mikropipet, mikrotip dan korek api. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain adalah sampel (larutan yang sudah diencerkan yaitu 10-4, 10-5 dan 10-6. Selanjutnya aseptis diri, lingkungan dan mikropipet dengan alkohol 70% dan lap dengan tissue. Aseptis mikropipet dengan cara semprotkan alkohol 70% lalu lap dengan tissue. Kemudian ambil larutan sampel sebanyak 1 ml dengan cara, buka tutup kapas tabung reaksi, panaskan mulut tabung lalu ambil larutan menggunakan mikropipet. Setelah itu bakar mulut tabung lagi dan tutup dengan kapas. Panaskan tepi-tepi cawan petri buka tutupnya dan masukkan larutan sampel ke dalamnya dengan perlahan. Tutup cawan petri lalu panaskan lagi tepi-tepinya. Kemudian buka tutup kapas pada Erlenmeyer yang berisi agar cair yang akan digunakan sebagai media, bakar mulut Erlenmeyer bersamaan dengan itu bakar tepi-tepi cawan petri buka tutupnya dan tuangkan agar cair ke dalamnya seckupnya. Setelah itu tutup cawan petri lalu bakar tepi-tepinya dan juga bakar mulut tabung Erlenmeyer. Kemudian itu tutup Erlenmeyer dengan tutup kapas. Selanjutnya aduk cawan petri dengan cara goyangkan cawan petri dengan membentunk angka 8. Dilakukan hal yang sama seperti di atas dengan mengganti sampel 10-5 dan 10-6 . Sebelum memulai selnajutnya aseptis diri dan lingkungan terlebih dahulu. Kemudian inkubasikan alat pada suhu 30oC selama 48 hari, amati perubahan yang terjadi dan catat hasilnya. Diusahakan untuk setiap perlakuan didekatkan dengan api Bunsen untuk mengurangi adanya kontaminan dari udara.

6. Metode Spread Plate

Langkah pertama untuk metode ini adalah siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Alat-alanya antara lain adalah cawan petri, tabung reaksi, pembakar Bunsen, mikropipet, mikrotip, spreader, label, vortex dan korek api. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain adalah kultur dan larutan pengencer. Kemudian lakukan aseptis lingkungan dan aseptis diri terlebih dahulu lalu beri label pada 6 tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan pengencer disetiap tabungnya dengan nama 10-1 10-6. Aseptis mikropipet dengan cara semprotkan alkohol 70% ke mikropipet kemudian lap dengan tissue lalu ambil kultur sebanyak 0,1 ml menggunakan mikropipet, kemudian buka kapas yang menutupi tabung reaksi 10-1 bakar mulut tabung dengan api Bunsen kemudian tuangkan kultur ke dalamnya, bakar ulut tabung reaksi lagi kemudian tutup menggunakan kapas. Vortex tabung reaksi. Untuk pengenceran, selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk larutan pengencer 10 -1 ke 10-2, 10-2 ke 10-3 dan selanjutnya sampai ke larutan pengencer terakhir 10-6. Pada metode spread plate larutan yang digunakan hanyalah 10-4, 10-5. Dan 10-6. Ambil larutan sebanyak 0,1 ml pada larutan pengencer dan tuang ke dalam cawan petri. Cara pengambilannya adalah pertama aseptis diri, lingkungan dan mikropipet terlebih dahulu kemudian lap dengan tissue, lalu buka kapas pada tabung reaksi dan bakar mulut tabung reaksi. Ambil larutan sebanyak 0,1 ml, bakar mulut tabung reaksi lagi kemudian tutup dengan panas. Panaskan tepi-tepi cawan petri, buka dan tuangkan sampel ke dalamnya lalu tutup dan panaskan tepi-tepinya lagi. Selanjutnya aseptis spreader dengan tuangkan alkohol 70% pada tabung reaksi kosong celupkan spreader ke dalamnya kemudian tiriskan spreader api Bunsen untuk mengurangi adanya kontaminan dari udara. sebentar dan panaskan di atas api Bunsen. Dilakukan hal sama hingga 3 kali. Panaskan tepi-tepi cawan petri lalu buka dan ratakan sampel menggunakan spreader dengan perlahan. Tutup cawan petri dan panaskan tepi-tepinya. Dilakukan hal yang sama seperti di atas dengan mengganti sampel dengan larutan yang sudah diencerkan 10-5 dan 10-6. Kemudian inkubasikan alat pada suhu 30oC selama 48 hari, amati perubahan yang terjadi dan catat hasilnya. Diusahakan untuk setiap perlakuan didekatkan dengan api Bunsen.

7. Preservasi Kariognik

Alat dan bahan yang digunakan dalam preservasi kariogenik anara lain mikrotub , mikrotip 0,5 ml mikropipet, gliserol 60% dan kultur. Pertama, kultur diambil menggunakan mikopipet yang sudah distrilkan denagn dibilas mnggunakan alkohol dan tissu dan diambil sebanyak 0,5 ml dan di masukkan ke dalam mikrotub. Setelah itu juga dimasukan gliserol sebanyak 0,5 ml dan dimasukkan ke mikrotub. Lalu di fortex dan di bekukan. Penggunakan gliserol 60% bertujuan agar penyimpanan tahan lama karena dengan konsentrasi tinggi pengawetan lebih lama.

Jarvis, Basil. 2008. Statistical Aspects of the Mikrobiological Examination of Foods. London : Academic Press

Parija, Subhash Chandra. 2009. Textbook of Mikrobiology & Immunology. Haryana : Elsevier

Pelczar, Michael J. 2009. Dasar dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia

Radji, Maksum. Harmita. 2006. Analisis Hayati. Jakarta : EGC

Rachmawati, Anna. 2014. Praktik Layanan Kegiatan Praktikum Biologi.Yogyakarta : UNY

Rukhminifah, Santi. 2013. Teknik Isolasi Bakteri. Bandung : Universitas Padjajaran

Thomas, Margie, Mardiah, et al. 2011. Teknik Isolasi dan Kultur. Medan : Universitas Sumatera Utara

Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press

Atlas, Ronald M. 2006. Handbook of Microbiological Media for the Examinition of food 2end edition. Boca Ration : Taylor and Francis groupBuckle. 2007. Mikrobiologi Terapan. Yogyakarta : Universitas Gajah mada

Mahatmi, Hapsari, dkk. 2008. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Volumer 1 Fakultas Kedokteran Hewan. Denpasar : Universitas Udayana

Radji, Maksum. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Depok : Universitas Indonesia

Suriawira, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti

Komponen Penilaian LKP:

Jenis PenilaianNilai MaksimalNilai yang diperoleh

Pre lab dan Diagram Alir10

Log Book10

Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan70

Aktivitas di laboratorium10

TOTAL100

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi

NoKompetensiBisaTidak

1.Mampu melakukan teknik isolasi pada media agar ke broth dan sebailknya secara aseptis dan benar :

Aseptis ose dan mulut tabung / cawan

Membuka sumbatan tabung / erlenmeyer secara aseptis dan benar

Menggores agar dengan teknik yang benar

2.Mampu melakukan transfer kultur dengan goresan kuadran :

Menggambar kuadran pada cawan

Aseptis ose dan mulut tabung / cawan

Mempijarkan ose setiap kali berpindah kuadran

3.Mampu melakukan teknik preservasi untuk membuat stok kultur Menghitung kebutuhan gliserol dan kultur

Menggunakan microtube secara aseptis dan benar

Menggunakan pipet mikro secara aseptis dan benar

Menentukan kondisi penyimpanan kultur dengan tepat

TOTAL10

Tanggal Praktikum25 Maret 2015

Praktikum 3.1TEKNIK SAMPLING

1. Bagaimana cara pengambilan sampel sayuran seperti bayam, sawi yang akan dianalisis total E.coli? Jelaskan tahapannya!

Sampel sayuran dicuci atau dibilas terlebih dahulu diambil 5 gram, lalu dipotong, kemudian sampel dimasukkan ke dalam larutan pengencer. Kemudian diambil 45 ml untuk menganalisis E-Coli kemudian ditempatkan pada media agar cawan dengan metode tuang lalu diinkubasi 2 hari ( Thomas, 2011 ).

2. Jelaskan peranan teknik sampling dalam pengujian mikrobiologi? Jelaskan!

Peran :1. Teknik sampling memiliki peran yang penting karena digunakan dalam menguji keberadaan mikroba pada suatu sampel atau bahan ( Randu, 2009 ).Untuk mendapatkan hasil yang mewakili dari bahan yang diambil (Sari, 2008).2. Untuk mendapatkan keakuratan dalam penghitungan mikroba ( Samuel, 2007 ).3. Menghemat waktu dan biaya pengamatan ( Randu, 2009 ).

3. Jelaskan perbedaan tahapan pengambilan sampel cair dan padat untuk pengujian mikrobiologi? Jelaskan tahapannya !

Sampel Cair

Sampel padat

Sebelum diambil, sampel cair harus dihogenkan ( diaduk )

Digunakan pisau, sendok, atau alat lain untuk pengambilan

Sampel diambil sebanyak 100 500 ml

Sampel diambil kira kira 100 gram

Ditempatkan pada botol steril, ditulis tanggal pengambilan nama sampel dan lokasi

Masukkan dalam tempat yang tersedia secara aseptis dan tertutup rapat

Dibawa ke laboratorium

Ditulis tanggal pengambilan, nama sampel, dan lokasi

Dibawa kelaboratorium

( Jarvis, 2008 )

Paraf Asisten

Nama:

1. Pengambilan Sampel Padat

2. Pengambilan Sampel Cair

3. Pengambilan Sampel Permukaan

4. Pengambilan Sampel Anaerob

5. Transportasi dan Penyimpanan Sampel

6. Penanganan sampel di Laboratorium

1. Sebutkan beberapa jenis teknik sampling! Jelaskan pula masing-masing peranannya!Menurut ( Samuel, 2008) :

1. Teknik sampling sampel padat merupakan sampel yang berupa padat yang biasanya di letakkan di freezer untuk dibekukan.

2. Teknik sampling sampel cair merupakan sampel cair ditambahkan suatu pengencer dengan perbandingan tertentu. Dengan pengambilan sampel dengan pipet steril.

3. Sampel sampling permukaan merupakan Pengambilan sampel dengan swab atau oun adhesive tape.

4. Sampel udara merupakan digunakan untuk mengukur pencemaran lingkungan. Namun tidak kuantitatif

2. Apa saja indicator yang harus diperhatikan ketika melakukan teknik sampling untuk pengujian mikrobiologi ? Jelaskan!Menurut (Gabriel, 2009) adalah1. Pengambilan sampling dilakukan secara aseptis

2. Peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel harus steril

3. Praktikan harus steril, dengan menyemprotkan alcohol 70%

4. Sampel yang akan diambil dapat mewakili atau tidak

5. Penyimpanan sampel harus dilakukan secara aseptis dan harus dijauhkan dari hal-hal yang dapat mengoptimalkan

6. Suhu penyimpanan dari sampel yang bisa mempengaruhi tumbuh atau tidaknya mikroba sampel

7. Penyimpanan harus sesuai

3. Mengapa pengambilan sampel untuk uji mikrobiologi dilakukan dengan aseptis?

Agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari uji mikroba tersebut, sehingga hasil yang didapat adalah data yang mendekati aurat. Jadi uji mikrobiologi ini dikakukan dengan cara yang tepat ( aseptis ), dapat mencerminkan keadaan sebenarnya dari suatu bahan atau kulltur murni (Ronaldo, 2007)

4. Apa perbedaan teknik sampling metode swab dan metode adhesive surface? Jelaskan!1. Metode swab adalah teknik sampling yang dilakukan dengan cara memakai batang oles ( yang sudah dicelupkan kedalam larutan pengencer pepton ) yang selanjutnya dioleskan dipermukaan alat pengolahan atau bahan pangan. Untuk metode adhesive surface terlebih dahulu sampel didekatkan dengan kuat diatas permukaan cawan petri yang berisi media sukrosa, gliserol yang sifatnya stabil supaya dapat diketahui mikroba yang ada pada sampel (Ronaldo, 2007).2. Pada metode swab, dilakukan kontak langsung dengan samp[el, yaitu dengan memakai batang oles yang sebelumnya diberi larutan pengencer pepton, lalu suspense tersebut dimasukkan kemedia. Sedangkan pada adhesive surface sampel mengalami kontak langsung dengan media yang isinya agar serta bisa juga dioakai medium sampel yang koyak (Ronaldo, 2007).

5. Jelaskan teknik sampling untuk mendeteksi mikroorganisme pada produk es krim dan nugget ikan? Jelaskan tipe mikroorganisme yang dapat tumbuh pada produk tersebut!a. Es krim ( sampel cair ) menggunakan teknik sampling sampel cair :;1. Es krim yang semi padat tersebut dihomogenkan menggunakan fortex

2. Sampel Es krim diambil 10-15 ml menggunakan pipet ukur

3. Diencerkan sampai 10-34. Diambil 1 ml dari tiap sampel dan di masukkan pada PCA

5. Diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 37oC

Bakteri yang tumbuh antara lain E-Coli dan salmonella sp (Tristan, 2009)

b. Nuuget 9=( sampel padat ) menggunakan teknik sampling sampel padat :

1. Sampel diambil sebanyak 5 gram

2. Kemudian dihaluskan sampai benar-benar halus

3. Dilarutkan pada sampel pepton ( pengenceran 10-1)

4. Dilakukan pengenceran 10-5 seperti praktikum bakso

5. Untuk pengenceran terakhir yaitu 10-3, 10-4, 10-5 diinokalikan dengan PCA dan VRBA

6. Diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 37oC

Bakteri yang dapat tumbuh adalah psikrofil, kapang (Tristan,2009)

6. Apa saja yang harus diperhatikan ketika melakukan sampling untuk bahan yang mengandung mikroba 6 indicator? Jelaskan!1. Bahan yang mengandung mikroba anaerob tidak boleh dipaparkan pada oksigen (Randu, 2010).2. Untuk menjaga lingkungan tetap anaerob, sampel harus dimasukkan kedalam kantong anaerob (Randu, 2010).

3. Pengambilan sampel menggunakan wool swap dan kemudian ditempatkan kedalm botol, sebelum digunakan wool swap dibasahi terlebih dahulu dengan media (Randu, 2010).

7. Bagaimana teknik dan prosedur sampling yang dilakukan jika saudara ingin mengisolasi bakteri termofilik dari lumpur lapindo di Sidoarjo?

Menurut (Ramuel , 2010) :1. Sampel diambil dari bagian dasar dan permukaan air atau lumpyr lapindo menggunakan botol winkles steril2. Sampel dihomogenosasi

3. Sampel diambil sebanyak 100-500 ml

4. Ditempatkan dibotol steril yang dapat mempertahankan suhu 55oC

5. Dibawa ke lab

8. Jelaskan kelebihan dan kekurangan teknik sampling metode cuci dan metode bilas!Menurut (Gabriel, 2009) adalah1. Metode cuci kelebihannya dapat digunakan untuk alat yang memiliki permukaan tidak rata, jenis mikroba dan jumlahnya lebih lengkap, muda digunakan dan hasil pengujian mikrobannya mencerminkan mikroba yang sesungguhnya. Kekurangannya adalah larutan pengencer yang dibutuhkan banyak, tidak dapatv digunakan dibahan pangan.2. Metode billas adalah kelebihannya yaitu mudah menjangkau seluruh bangun permukaan, dapat digunakan pada alat yang permukannya rata. Kelemahannya adalah tidak dapat digunakan pada bahan makanan, kurang efeltif dan hanya bisa untuk sampelm padat.

9. Apakah metode pengemasan dan kondisi penyimpanan mempengaruhi tipe mikroorganisme bahan pangan yang akan dianalisis? Jelaskan alasan anda!Menurut (Gabriel, 2009) adalahBerpengaruh, karena tiap mikroba memiliki spesifitas lingkungan yang membuat mikroba tersebut dapat tumbuh optimal.

1. Penyimpanan disimpan disuhu 10-40oC, maka akan tumbuh mikroba. Ketika disimpan disuhu 35-55oC, akan tumbuh mikroba termofil, dll.

2. Pengemasan ketika dilakukan metode penegemasan yang memungkinkan ada nya kontakl O2 tanpa pengemasan yang memungkinkan adanya kontak O2 atau tanpa pengemasan maka akan tumbuh bakteri tipe aerob dan anaerob fakultatif

Komponen Penilaian LKP:Jenis PenilaianNilai MaksimalNilai yang diperoleh

Pre lab dan Diagram Alir10

Log Book10

Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan70

Aktivitas di laboratorium10

TOTAL100

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi

NoKompetensiBisaTidak

1.Mampu menyebutkan dan menjelaskan beberapa jenis teknik sampling

2.Mampu mempraktekkan teknik sampling untuk bahan yang akan dianalisis kadar mikroorganismenya :

Melakukan aseptis diri, alat, dan lingkungan kerja

Mengambil sampel bahan padat

Mengambil sampel bahan cair

Mengambil sampel permukaan ikan/daging

Mengambil sampel telur

Mengambil sampel sayur

Mengambil sampel turunan susu

3.Mampu menganalisis kelebihan dan kekurangan beberapa jenis teknik sampling

4.Mengetahui cara penanganan dan transportasi sampel yang teah diambil

TOTAL5

Uji sampling pada praktikum ini adalah perlakuan pertama pada suhu segar, UHT dan basi sebelum diperkirakan jumlah mikrobanya dengan metilen blue. Dan pengamtan harus lebih teliti dalam mengamati perubahan warna

Jarvis, Basil. 2008. Statistical Aspects of the Mikrobiological Examination of Foods. London : Academic PressRandu, Sudarmanto. 2009. Teknik sampling Mikrobiologi Makanan. Surabaya : Universitas Surabaya

Samuel, Hengki. 2007. Pengertian Teknik Sampling. Jakarta : Erlangga

Sari, Rahmawati. 2008. Peran Teknik Sampling. Surabaya : Yudistira

Thomas, Margie, Mardiah, et al. 2011. Teknik Isolasi dan Kultur. Medan : Universitas Sumatera Utara

Samuel, Radi. 2008. Teknik samplinh. Surabaya : Erla

nggaTanggal Praktikum

Praktikum 3.2HITUNGAN MPN (Most Probable Number)

1. Jelaskan prinsip metode hitungan MPN !

2. Apakah fungsi media berikut yang digunakan dalam pengujian MPN ?

3. Apa yang dimaksud dengan tabung positif dan tabung negatif pada metode MPN ? Jelaskan

Paraf Asisten

Nama:

1. Tuliskan hasil pengamatan anda dari presumptive test seri 3 tabung

SampelPengenceranJumlah tabung positifKombinasiNilai MPNMPN count/mlKeterangan

Data

Primer

Data Kelompok

...............

Data

Kelompok

................

2. Tuliskan cara perhitungan anda (Data Primer) untuk mendapatkan nilai MPN count/ml.

3. Bahas data yang Anda peroleh dari sampel yang diuji.

4. Bandingkan dan bahas data yang anda peroleh dengan data dua kelompok lainnya yang menggunakan sampel yang berbeda.

5. Gambarkan hasil pengamatan anda pada confirmed test menggunakan EMBA (gunakan pensil warna).

Sampel :

Sampel :

Keterangan :

Keterangan :

6. Bandingkan dan bahas data yang anda peroleh pada poin 5, dengan salah satu kelompok lainnya.

7. Apa kesimpulan dari praktikum ini?

8. Mengapa bakteri koliform digunakan sebagai ndicator sanitasi air yang dapat dikonsumsi manusia ?

9. Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi berapa jenis ? berikan contohnya masing-masing 2. Dan bagaimana ciri-ciri kenampakannya masing-masing pada saat ditumbuhkan pada EMBA ?

10. Apakah metode MPN bisa digunakan untuk mengetahui jumlah koliform pada sampel padat?Jelaskan

Komponen Penilaian LKP :Jenis PenilaianNilai MaksimalNilai yang diperoleh

Pre lab dan Diagram Alir10

Log Book10

Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan70

Aktivitas di laboratorium10

TOTAL100

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap KompetensiNo.KompetensiBisaTidak

1.Melakukan uji penduga I :

Melakukan aseptis diri, alat dan lingkungan kerja Mampu mengambil sampel air dengan pipet mikro Mengetahui seri pengenceran yang sesuai Melakukan pengenceran dalam medium LB sesuai dengan seri pengenceran sampelnya Menginkubasikan semua tabung pada suhu 30 32(C selama 2 hari

TOTAL5

2.Melakukan uji penduga II :

Mengetahui syarat tabung dikatakan bernilai positif Mengetahui mekanisme terbentuknya gas dalam tabung Durham dan atau kekeruhan pada media LB Mampu menentukan tabung positif Mampu menentukan nilai kombinasi MPN Mampu menghitung MPN count dari sampelnya

TOTAL5

3.Melakukan uji penguat : Melakukan aseptis diri, alat dan lingkungan kerja

Memilih tabung yang paling positif untuk dilanjutkan ke uji penguat

Menginokulasikan hasil tabung positif pada agar cawan EMB dengan cara goresan kuadran. Mengikubasikan pada suhu 35C selama 24 jam Menentukan jenis koloni yang tumbuh berdasarkan pengamatan

TOTAL5

Tanggal Praktikum25 Maret 2015

Praktikum 3.3HITUNGAN CAWAN

1. Jelaskan prinsip dari metode hitungan cawan ! Prinsipnya adalah jika ada sel mikroba yang masih hidup ditambahkan pada medium agar, maka sel mikroba akan berkembang biak membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata telanjang tanpa harus dengan menggunakan mikroskop dengan menggunakan metode SPG ( Keth, 2009 ).

2. Apakah metode hitungan cawan dapat menghitung jumlah sel? Menurut anda mengapa demikian? Jelaskan!Tidak bisa, karena medium agar akan digunakan mikroorganisme untuk berkembang biak dan membentuk koloni, diaman metode hitungan cawan hanya dapat digunakan untuk menghitung sel mikroba yang masih hidup saja sedangkan yang mati tidak akan terhitung. Jadi yang terhitung bukan jumlah seluruh sel namun jumlah sel yang hidup saja ( Witehead, 2005 ).

3. Apakah yang dimaksud dengan metode pour plate dan spread plate pada hitungan cawan? Jelaskan!1. Metode Pour PlateMetode dimana kultur dimasukkan kewadah terlebih dahulu sebanyak 1 ml baru medianya, yakni sampel yang sudah diencerkan dimasukkan kecawan petri lalu ditambahkan agar cair steril yang sudah diinginkan ( Suhu 47 50oC ) sebanyak 15-20 ml dan digoyang agar menyebar dan merata ( Ridwan, 2008 ).2. Metode Spread Plate

Metode yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba secara merata, yakni media terlebih dahulu dibuat dari medium agar pada cawan petri, kemudian 0,1 ml kultur yang telah diambil menggunakan mikropipet kemudian disemprotkan kedalam media dan diratakan menggunakan sprider ( Randhu, 2007 ).

4. Jelaskan prinsip pengujian biru metilen pada produk susu!

Penambahan metilen blue pada sejumlah produk suhu yang telah diukur sebelumnya, diaman setelah dilakukan penambahan metilen blue, waktu yang diperlukan untuk pewarnaan biru mereduksi menjadi senyawa tak berwarna merupakan ukuran jumlah bakteri yang terdapat pada suhu. Maksudnya semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna ( Samuel, 2009 )

Paraf Asisten

Nama:

1. Sampel daging / ikan2. Sampel sayuran3. Sampel telur

4. Sampel padat

5. Sampel cair ( susu, air mineral, dll )

1. Tuliskan data pengamatan yang diperoleh dari praktikum hitungan cawan

Sampel

Bahan PanganJumlah koloni pada media *)

PengenceranJumlah koloniPengenceranJumlah koloniPengenceranJumlah koloniPengenceranJumlah koloni

10-310-410-510-310-410-510-210-310-410-210-310-4

IkanNA32558165,8 X 105351673,5 X 105

SSA311903,1 X 1044915194,9 X 106

Kubis

NA426724884,2 x 103810218,0 x 103

MRSA27268122,7 x 10380267518,0 x 104

BaksoPCA13301,3 x 10434133,4 x 105

VRBA00000300

*) Tuliskan jumlah mikroba yang terdapat pada petridish

2. Tuliskan tahapan dan cara perhitungan anda untuk mendapatkan jumlah koloni pada masing-masing sampel !2.1 Analisa prosedura. Sampel ikan

Sebelum memulai praktikum hendaknya terlebih dahulu melakukan aseptis diri, lingkungan dan alat yang akan dilakukan selama praktikum, untuk mengcegah adanya kontamisi selama praktikum. Pada percobaan menggunakan sampel ikan ini adalah pertama menyiapkan alat dan bahan. Setelah alat dan bahan sudah siap maka langkah selanjutnya adalah batang swap yang sudah disterilisasi dengan pepton dioleskan pada tiga bagian yang berbeda pada sampel ikan. Selanjutnya dimasukkan kedalam pepton tadi dan digojog serta diperas-peras pada dinding tabung, supaya bakteri yang menempel pada swab jatuh pada larutan pepton tersebut. Selanjutnya batang swab dibuang dan tabung yang berisi pepton tadi di vortexs. Selanjutnya diencerkan hingga pengenceran 10-7. Selanjutnya pada tiga pengenceran terakhir ditanam pada media NA dan SSA, sebelum menanam mikroba tersebut dilakukan vorteks terlebih dahulu supaya bakteri tercampur merata. Pada percobaan sampel ini digunakan media NA karena media ini cocok untuk jenis sampel yang mengandung protein dan bersifat umum. Sedangkan media SSA bersifat selektif dalam artian suatu jenis mikroba tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat dan dapat mengidentifikasi bakteri Salmonella dan Shigella. Selanjutnya diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 280C. Selanjutnya dihitung jumlah koloni per ml atau SPC dengan menggunakan rumus yang sudah ditentukan.b. Sampel Kubis

Pada percobaan menggunakan sampel kubis, pertama menyiapkan alat dan bahan antara lain cawan petri yang sudah terisi media NA dan MRSA, 4 tabung reaksi yang sudah berisi pepton 9 ml yang sudah disterilisasi, mikrotip ukuran 1 ml dan 0,1 ml, mikro pipet, spreader, bunsen, korek api dan kubis. Sebelum melakukan percobaan hendaknya melakukan aseptis diri dan lingkungan dan alat-alat yang digunakan, untuk mencegah masuknya kontaminan pada sampel. Selanjutnya kubis dipotong dengan ukuran 2 x 2.5 cm. Selanjutnya dimasukkan kedalam pepton steril 25 ml dan diaduk-aduk hingga seluruh bagian kubis tercelup sempurna, sehingga mikroba yang ada pada kubis dapat tersebar dalam pepton. Selanjutnya diencerkan hingga pengenceran 10-5 kemudian di vorteks. Selanjutnya tiga pengenceran terakhir ditanam pada media NA dan MRSA dengan metode spread plate dan pour plate, setiap akan ditanam, harus di vorteks terlebih dahulu supaya mikroba dapat tersebar merata. Dalam sampel ini menggunakan media NA dan MRSA karena media NA digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Sedangkan media MRSA digunakan dapat menumbuhkan dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan dan bersifat diferensial dalam artian suatu jenis mikroba tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat. Selanjutnya diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 300C. Kemudian dihitung jumlah koloni per ml atau SPC dengan menggunakan rumus yang sudah ditentukan.c. Sampel baksoSebelum memulai praktikum hendaknya terlebih dahulu melakukan aseptis diri, lingkungan dan alat yang akan dilakukan selama praktikum. Pada percobaan menggunakan sampel ikan ini adalah pertama menyiapkan alat dan bahan. Setelah alat dan bahan siap maka langkah selanjutnya adalah mengambil sampel padat sebanyak 5 gram dengan pisau atau alat yang memudahkan. Selanjutnya dilarutkan pada 45 ml pepton dan kemudian dimasukkan plastik. Selanjutnya sampel distomacher supaya dapat hancur. Selanjutnya sampel yang sudah hancur diambil 1 ml, untuk memudahkan pengambilan maka mikrotip dipotong miring. Selanjutnya diencerkan hingga pengenceran 10-5. Selanjutnya di platting dengan media PCA dan VRBA, setiap akan ditanam harus di vorteks terlebih dahulu supaya mikroba dapat menyebar. Pada percobaan ini dilakukan dengan media PCA karena PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan dan bersifat umum sehingga semua mikroba dapat tumbuh. Media VRBA digunakan karena media VRBA bersifat selektif hanya bakteri tertentu saja yang dapat tumbuh. Selanjutnya diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 280C. Selanjutnya dihitung jumlah koloni per ml atau SPC dengan menggunakan rumus yang sudah ditentukan.2.2 Cara perhitungana. Sampel ikanMedia NA pada metode pour platePengenceran 10-3 = 325

Pengenceran 10-4 = 58

Pengenceran 10-5 = 16

Media SSA pada metode pour platePengenceran 10-3 = 31

Pengenceran 10-4 = 19

Pengenceran 10-5 = 0

Media SSA pada metode spread plate

Pengenceran 10-3 = 49

Pengenceran 10-4 = 15

Pengenceran 10-5 = 19

Media NA pada metode spread platePengenceran 10-3 = 35

Pengenceran 10-4 = 16

Pengenceran 10-5 = 7

b. Sampel kubisMedia NA pada metode pour platePengenceran 10-2 = 42

Pengenceran 10-3 = 672

Pengenceran 10-4 = 488

Media MRSA pada metode pour platePengenceran 10-2 = 27

Pengenceran 10-3 = 26

Pengenceran 10-4 = 812

Media NA pada Spread platePengenceran 10-2 = 8

Pengenceran 10-3 = 10

Pengenceran 10-4 = 21

Media MRSA pada spread platePengenceran 10-2 = 80

Pengenceran 10-3 = 267

Pengenceran 10-4 = 51b

c. Sampel baksoMedia PCA pada metode pour platePengenceran 10-3 = 13

Pengenceran 10-4 = 3

Pengenceran 10-5 = 0

Media VRBA pada metode pour plate ( Tidak Ada )Media PCA pada metode spread platePengenceran 10-3 = 34

Pengenceran 10-4 = 1

Pengenceran 10-5 = 3

Media VRBA pada metode spread plate ( Tidak Ada )Pada data hasil percobaan diatas, berdasarkan literatur semakin tinggi pengenceran maka jumlah koloni semakin sedikit. Namun pada percobaan ini jumlah koloni tiap pengenceran bervariasi dan mayoritas menyimpang dari literatur. Kesalahan dalam praktkum kali ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya human error dan kurang aseptis saat melakukan praktikum sehingga bakteri kontaminan ikut tumbuh. Pada sampel yang menggunakan metode pour plate yang dapat tumbuh adalah jenis bakteri anaerob, sedangkan pada mtode spread plate, yang dapat tumbuh adalah jenis bakteri aerob. Setiap media yang digunakan memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada jenis sampel yang digunakan. Media NA dan PCA merupakan media yang bersifat universal sehingga bisa menumbuhkan semua jenis mikroba yang ada pada sampel misalnya Staphylococcus aureus yang tumbuh pada media PCA dan E.coli. Media MRSA merupakan media yang digunakan pada sampel kubis dan bersifat selektif diferensial dalam artian hanya bakteri tertentu yang dapat tumbuh seperti bakteri asam laktat dan bakteri jenis Lactobacillus. Media SSA digunakan dalam sampel ikan karena media ini cocok untuk jenis sampel protein, bersifat selektif diferensial sehingga hanya menumbuhkan bakteri jenis salmonella dan shigella yang ada protein. Selanjutnya media VRBA adalah media yang digunakan dalam sampel bakso yang bersifat selektif diferensial dalam artian hanya bakteri tertentu yang dapat tumbuh dalam media ini, seperti bakteri E.coli (Randi, 2005).

3. Bahaslah hasil yang anda peroleh pada masing-masing media untuk satu jenis sampel bahan pangan !Pada sampel ikan dengan media NA dan metode pour plate diperoleh data pada pengenceran 10-3 terdapat 325 koloni, pada pengenceran 10-4 terdapat 58 koloni dan pada pengenceran 10-5 terdapat 16 koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 5,8 x 105 CFU / gram. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (Randi, 2005). Pada media ini sebanding dengan literature karena semakin sedikit jumlah bakteri koloninya. Pada media NA dengan metode pour plate ini yang tumbuh adalah bakteri anarob seperti Clostridium botulinum dan bakteri asam laktat karena media NA bersifat umum maka semua jenis bakteri anaerob yang ada pada sampel daging ikan dapat tumbuh (Randi, 2005). Pada sampel ikan dengan media SSA dan metode pour plate diperoleh data pada pengenceran 10-3 terdapat 31 koloni, pada pengenceran 10-4 terdapat 19 koloni dan pada pengenceran 10-5 terdapat 0 koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 3,1 x 104 CFU / gram. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (Randi, 2005). Sehingga sudah sesuai dengan literatur. Pada sampel ikan dengan media SSA dan metode pour plate yang dapat tumbuh adalah bakteri anaerob, karena media SSA bersifat diferensial maka yang dapat tumbuh adalah bakteri jenis salmonella dan shigella (Randi, 2005). Selanjutnya pada media NA dengan metode spread plate pada pengenceran 10-3 terdapat 35 koloni, pada pengenceran 10-4 terdapat 16 koloni dan pada pengenceran 10-5 terdapat 7 koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 3,5 x 105 CFU / gram. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (Randi, 2005). Sehingga sudah sesuai dengan literatur. Pada sampel ikan dengan media NA dan metode spread plate yang dapat tumbuh adalah bakteri aerob, karena media NA bersifat umum maka semua jenis bakteri aerob yang ada pada sampel bisa hidup. Pada sampel ikan dengan media SSA dan metode pour plate yang dapat tumbuh adalah bakteri anaerob, karena media SSA bersifat diferensial maka yang dapat tumbuh adalah bakteri jenis salmonella dan shigella (Randi, 2005). Selanjutnya pada media SSA dengan metode spread plate pada pengenceran 10-3 terdapat 49 koloni, pada pengenceran 10-4 terdapat 15 koloni dan pada pengenceran 10-5 terdapat 19 koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 4,9 x 106 CFU / gram. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (Randi, 2005). Sehingga tejadi ketidaksesuaian dengan literatur, kesalahan ini dimungkinkan karena terjadinya human error dan kurang aseptis saat melakukan praktikum sehingga bakteri kontaminan ikut tumbuh. Pada sampel ikan dengan media SSA dan metode spread plate yang dapat tumbuh adalah bakteri aerob, karena media SSA bersifat diferensial maka yang dapat tumbuh adalah bakteri jenis salmonella dan shigella (Randi, 2005).Pada sampel kubis dengan metode pour plate dan media NA pada pengenceran 10-2 terdapat 42 koloni, pada pengenceran 10-3 terdapat 672 koloni dan pada pengenceran 10-4 terdapat 488 koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 4,2 x 103 CFU / gram. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (Randi, 2005). Sehingga tejadi ketidak sesuaian dengan literatur, kesalahan ini dimungkinkan karena terjadinya human error dan kurang aseptis saat melakukan praktikum sehingga bakteri kontaminan ikut tumbuh. Dengan metode pour plate bakteri yang tumbuh adalah jenis bakteri anerob, karena media NA bersifat umum maka semua bakteri an aerob yang ada pada sampel yapat tumbuh, seperti bakteri asam laktat dan E.coli (Randi, 2005). Pada media MRSA pada pengenceran 10-2 terdapat 27 koloni, pada pengenceran 10-3 terdapat 26 koloni dan pada pengenceran 10-4 terdapat 812 koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 2,7 x 103 CFU per ml. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (Randi, 2005). Sehingga tejadi ketidaksesuaian dengan literatur, kesalahan ini dimungkinkan karena terjadinya human error dan kurang aseptis saat melakukan praktikum sehingga bakteri kontaminan ikut tumbuh. Dengan metode pour plate yang tumbuh adalah bakteri anaerob, karena media MRSA bersifat diferensial maka hanya bakteri tertentu yang dapat tumbuh seperti bakteri asam laktat (Randi, 2005). Selanjutnya dengan metode spread plate dan media NA pada pengenceran 10-2 terdapat 8 koloni, pada pengenceran 10-3 terdapat 10 koloni dan pada pengenceran 10-4 terdapat 21 koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 8,0 x 103 CFU / gram. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (Randi, 2005). Sehingga tejadi ketidaksesuaian dengan literatur, kesalahan ini dimungkinkan karena terjadinya human error dan kurang aseptis saat melakukan praktikum sehingga bakteri kontaminan ikut tumbuh. Pada media NA dengan metode spread plate, karena media NA bersifat umum jadi semua koloni bakteri yang tumbuh adalah koloni bakteri aerob (Randi, 2005). Pada media MRSA dengan metode spread plate pada pengenceran 10-2 terdapat 80 koloni,10-3 terdapat 267 koloni dan pada pengenceran 10-4 terdapat 51 koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 8,0 x 104 CFU per ml. Sehingga tejadi ketidaksesuaian dengan literatur, kesalahan ini dimungkinkan karena terjadinya human error dan kurang aseptis saat melakukan praktikum sehingga bakteri kontaminan ikut tumbuh. Dengan metode pour plate yang tumbuh adalah bakteri anaerob, karena media MRSA bersifat diferensial maka hanya bakteri tertentu yang dapat tumbuh seperti bakteri asam laktat (Randi, 2005).Selanjutnya pada sampel bakso, dengan media PCA dan metode pour plate dapat diketahui dengan pengenceran 10-3 terdapat 13 koloni, pada pengenceran 10-4 terdapat 3 koloni dan pada pengenceran 10-5 terdapat 0 koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 1,33 x 104 CFU / gram. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (Randi, 2005). Sehingga sesuai dengan literature. Pada metode ini yang dapat tumbuh adalah bakteri anaerob, karena PCA bersifat umum maka semua jenis bakteri anaerob yang ada pada sampel dapat hidup, seperti bakteri jenis Salmonella. Pada media VRBA dengan metode pour plate dapat diketahui dengan pengenceran 10-3 , 10-4, dan pengenceran 10-5 tidak terdapat koloni, dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 0 CFU / gram. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (randi, 2005). Sehingga tejadi ketidaksesuaian dengan literatur, kesalahan ini dimungkinkan karena terjadinya human error dan kurang aseptis saat melakukan praktikum sehingga bakteri kontaminan ikut tumbuh. Pada metode ini yang dapat tumbuh adalah bakteri anaerob, karena media VRBA bersifat selektif maka yang dapat tumbuh hanya bakteri E.coli. Kemungkinan bakso yang diuji mengandung boraks atau formalin. Karena bakso yang menhgandung boraks atau formalin tidak terdapat adanya kehidupan bakteri. Karena sifat formalin yang berfungsi untuk mengawetkan (Alif, 2011).Selanjutnya pada metode spread plate dengan media PCA pada pengenceran 10-3 terdapat 34 koloni, pada pengenceran 10-4 terdapat 1 koloni dan pada pengenceran 10-5 tidak terdapat koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 3,4 x 105 CFU / gram. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (Randi, 2005). Sehingga tejadi ketidaksesuaian dengan literatur, kesalahan ini dimungkinkan karena terjadinya human error dan kurang aseptis saat melakukan praktikum sehingga bakteri kontaminan ikut tumbuh. Pada metode ini yang dapat tumbuh adalah bakteri aerob, karena PCA bersifat umum maka semua bakteri aerob yang ada pada sampel dapat hidup, seperti Staphylococcus aureus (Randi, 2005). Pada metode spread plate dengan media VRBA pada pengenceran 10-3 tidak terdapat koloni, pengenceran 10-4 terdapat 3 koloni dan pada pengenceran 10-5 tidak terdapat koloni dan melalui perhitungan sesuai rumus diperoleh hasil 0 CFU / gram. Dalam literatur, semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri (Randi, 2005). Sehingga tejadi ketidaksesuaian dengan literatur, kesalahan ini dimungkinkan karena terjadinya human error dan kurang aseptis saat melakukan praktikum sehingga bakteri kontaminan ikut tumbuh. Pada metode ini yang dapat tumbuh adalah bakteri aerob, karena media VRBA bersifat selektif maka hanya bakteri tertentu, misalnya bakteri E.coli (Randi, 2005). Kemungkinan bakso yang diuji mengandung boraks atau formalin. Karena bakso yang menhgandung boraks atau formalin tidak terdapat adanya kehidupan bakteri. Karena sifat formalin yang berfungsi untuk mengawetkan (Alif, 2011).

4. Tuliskan hasil pengamatan anda pada pengujian biru metilen pada produk susu ( Tidak Dikerjakan )SampelWaktu Reduksi (jam)Mutu susuKeterangan

5. Bahaslah hasil yang anda peroleh pada pengujian biru metilen dari jenis sampel susu yang tersedia ( Tidak Dikerjakan )

6. Apa kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini?

1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari metode pour plate dan spread plate. Kapan kita dapat menggunakan metode tersebut? Jelaskan alasan anda!

1. Metode pour plate digunakan ketika ingin menumbuhkan bakteri anaerob, karena media dituang setelah kultur sehingga menyebabkan kondisi anaerob pada cawan (Hilman, 2012)Kelebihan:a. Mudah dilakukan (Hilman, 2012)

b. Koloni tersebar merata pada media (Hilman, 2012)

Kekurangan:c. Butuh kehati-hatian dalam menuang ke media (Hilman, 2012)

d. Kontaminasi sulit dibedakan (Hilman, 2012)

e. Koloni yang berbeda saling bertumpuk (Hilman, 2012)2. Metode spread plate digunakan digunakan ketika ingin menumbuhkan bakteriaerob, karena media sudah ada terlebih dahulu pada cawan kemudian dituangi kultur sehingga menyebabkan kondisi aerob oada cawan (Hilman, 2012)Kelebihan:

a. Koloni tersebar merata oada permukaan media (Hilman, 2012)

b. Kontaminan mudah dibedakan (Hilman, 2012)Kekurangan:

a. Harus dilakukan dengan hati-hati (Hilman, 2012)

b. Hanya dapat menumbuhkan bakteri aerob (Hilman, 2012)

2. Apa kelebihan perhitungan mikroba dengan metode hitungan cawan dibanding metode enumerasi langsung?

a. Dapat menghitung sel atau koloni yang masih hidup yang dihitung (Hilman, 2012)

b. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus (Hilman, 2012)

c. Tidak perlu bantuan mikroskop untuk menghitung mikroba (Hilman, 2012)

d. Ketelitian tinggi apabila dilakukan dengan benar (Hilman, 2012)

e. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba (Hilman, 2012)

3. Mengapa yang digunakan dalam aturan SPC hanya koloni yang berjumlah 30-300 saja?Karena jika jumlah koloni terlalu banyak maka beberapa sel akan membentuk koloni yang dapat menyebabkan ketidak akuratan karena sel saling bertumpuk dan memperbesar terjadinya ketidak akuratan. Apabila koloni terlalu sedikit maka nantinya secara statistik jumlah mikroba yang dihasilkan rendah. Secara statistik yang paling baik adalah kisaran jumlah koloni 30-300. Selain itu jika terdapat koloni kurang dari 30 artinya penceran terlalu tinggi, jika terdapat koloni lebih dari 300 artinya pengenceran terlalu rendah (Hendra, 2008)

4. Apakah yang dimaksud dengan TNTC atau TBUD pada pengamatan hitungan cawan? Dan mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jelaskan!TNTC adalah kependekan dari Too Numerous To Count dan TBUD adalah kependekan dari Terlalu Banyak Untuk Dihitung. Maksudnya adalah jumlah koloni yang dihitung terlalu banyak, melebihi 300 koloni sehingga sulit untuk dihitung. TNTC atau TBUD terjadi karena penceran yang dilakukan rendah, sehingga menyebabkan jumlah koloni sangat banyak dan bertumpuk sehingga kesulitan untuk dihitung (Hendra, 2008)

5. Berikut ini data hasil plating dari sampel kefir de carrota pada media MRSA. Hitung jumlah koloni berdasarkan metode SPC!Sampel Ke-Jumlah koloni Pada Pengenceran

10-410-510-6

1TBUD30589

2TBUD24882

31895221

4TBUDTBUD23

51870

Hitung berapa jumlah koloni per mL nya berdasarkan aturan SPC. Tuliskan tahapan penghitungan anda!

1. Pengenceran yang diambil adalah pengenceran 10-6 karena pada pengenceran tersebut menghasilkan jumlah koloni kisaran 30-300 (Hamid, 2009)SPC = 8,9 x 107 CFU / ml2. Karena pada dua pengenceran tersebut diperoleh jumlah koloni kisaran 30-300 maka menggunakan rumus. Apabila hasilnya kurang dari 2 maka diambil rata-rata. Apabila hasilnya lebih dari 2 maka diambil pengenceran terendah (Hamid, 2009)SPC = 2,48 x 107 CFU / ml= 2,5 x 107 CFU / ml3. Karena pada dua pengenceran tersebut diperoleh jumlah koloni kisaran 30-300 maka menggunakan rumus. Apabila hasilnya kurang dari 2 maka diambil rata-rata. Apabila hasilnya lebih dari 2 maka diambil pengenceran terendah (Hamid, 2009)SPC = 1,89 x 106 CFU / ml= 1,9 x 106 CFU / ml4. Karena jumlah koloni kurang dari kisaran 30 dan ada yang TBUD maka yang diambil adalah yang mendekati 30 (Hamid, 2009)

SPC = 2,3 x 107 CFU / ml5. Karena jumlah koloni kurang dari kisaran 30 maka yang diambil adalah yang mendekati 30 (Hamid, 2009)

SPC = 1,8 x 105 CFU / ml

6. Mengapa pada analisis hitungan cawan satuan yang digunakan CFU/ml bukan sel per ml? Jelaskan alasan anda!Karena yang dihitung adalah dalam bentuk koloni bukan sel. CFU sendiri adalah kependekan dari Coloni Forming Unit yang artinya unit koloni yang terbentuk. Pada metode hitungan cawan ini juga tidak mungkin untuk menghitung sel karena metode ini dilakukan dengan mata telanjang atau tanpa bantuan mikroskop sehingga yang tampak adalah berupa koloni. Jadi yang dihitung setiap 1 ml adalah jumlah koloni mikroba (Hilman, 2012)

7. Bagaimana preparasi sampel untuk menghitung jumlah koloni pada permukaan agar?

a. Perparasi suspensi sampel dilakukan pada media steril (Hilman, 2012)

b. Suspensi pada sampel diencerkan hingga tingkat pengenceran tertentu, dengan tujuan supaya mikroba dapat dihitung dengan baik (Hilman, 2012)

c. Tiga pengenceran terakhir ditanam pada cawan dengam metode dan media yang telah ditentukan (Hilman, 2012)

d. Jika dilakukan dengan metode spread plate, digunakan mikrotip 0,1 ml (Hilman, 2012)

e. Jika dilakukan dengan metode pour plate , digunakan mikrotip 1 ml (Hilman, 2012)

f. Diinkubasi pada suhu dan waktu yang sudah ditentukan (Hilman, 2012)

g. Dihitung jumlah koloninya (Hilman, 2012)

8. Bagaimana preparasi sampel untuk menghitung jumlah koloni total/keseluruhan pada sampel makanan padat?

Preparasi untuk sampel padat antara lain:

1. Sampel padat diambil secara aseptis sebanyak 5 gram (Randi, 2005).2. Dilarutkan pada pepton 45 ml kemudian di masukkan plastik (Randi, 2005).3. Dihancurkan dengan stomacher (Randi, 2005).4. Diambil 1 ml dengan mikrotip yang sudah dipotong miring untuk memudahkan pengambilan sampel (Randi, 2005).5. Diencerkan hingga 10-5 dengan 4 tabung (Randi, 2005).6. Di platting, ditanam pada media yang sudah di preparasi sebelumnya (Randi, 2005).7. Diinkubasi selama 2 hari dengan suhu 280C (Randi, 2005).

9. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil penghitungan koloni pada metode hitungan cawan, hingga diperoleh hasil TNTC/TBUD atau koloni tidak muncul?

Faktor yang mempengaruhi hasil penghitungan koloni pada metode hitungan cawan, hingga diperoleh hasil TNTC/TBUD atau koloni tidak muncul antara lain (Alif, 2011) :a. Tingkat pengenceran terlalu tinggi sehingga menyebabkan koloni tidak muncul

b. Tingkat pengenceran terlalu rendah sehingga koloni yang muncul terlalu banyak (> 300) sehingga tidak bisa dihitung

c. Ketidaksesuaian media yang digunakan

d. Adanya kontaminasi. Kontaminasi bisa disebabkan karena alat yang digunakan, lingkungan dan diri yang tidak aseptise. Kondisi pH dan suhu yang tidak sesuai

10. Perhatikan data plating produk susu berikut ini!PengenceranJumlah Koloni pada

Petri 1Petri 2Petri 3

10-1TNTCTNTCTNTC

10-2630645591

10-3TNTCTNTCTNTC

10-4558

Hitunglah total mikroorganisme pada sampel susu tersebut (dalam CFU/ml)! Jelaskan modifikasi prosedur yang dapat anda lakukan untuk memperoleh hitungan cawan yang akurat!

Berdasarkan data hasil jumlah koloni yang ada, karena jumlah koloni tidak memenuhi persyaratan maka boleh dihitung dari keduanya

Rata-rata dari pengenceran 10-2 = 622 koloniSPC = 6,2 x 104 CFU / ml

Rata-rata dari pengenceran 10-4 = 6 koloni

SPC = 6 x 102 CFU / mlJadi, modifikasi prosedur yang dapat dilakukan supaya hitungan cawa akurat adalah meninggikan tingkat pengenceran dan menanam semua pengenceran (Hamid,2009).

11. Mengapa pada metode hitungan cawan digunakan media agar? Mengapa dilakukan teknik pengenceran sebelum dilakukan metode plating?Media agar adalah media yang digunakan pada metode pour plate dan spread plate, dimana metode tersebut adalah metode yang cocok untuk hitungan cawan. Dengan menggunakan media agar koloni dapat diamati secara langsung, tanpa bantuan mikroskop. Teknik pengenceran dilakukan supaya didapat koloni yang sesuai untuk perhitungan, yaitu kisaran 30-300 koloni. Sehingga bisa dihitung dan hasilnya akurat (Hamid,2009).

12. Mengapa suhu inkubasi yang digunakan pada kisaran suhu tertentu? Apa akibatnya jika suhu inkubasi dinaikkan atau diturunkan dari suhu semula?Suhu inkubasi yang digunakan pada kisaran suhu tertentu karena setiap mikroba memiliki karakteristik suhu yang berbeda-beda untuk tetap hidup dan berkembang biak. Suhu inkubasi sendiri ditentukan dari suhu optimum pertumbuhan mikroba supaya mikroba dapat tumbuh dengan baik. Sehingga apabila suhu inkubasi dinaikkan atau diturunkan dari suhu semula maka akan mengganggu pertumbuhan mikroba bahkan menyebabkan kematian pada mikroba tersebut karena lingkungan tidak lagi sesuai dengan karakteristiknya (Hamid,2009).

13. Apa fungsi dari biru metilen dalam menentukan kualitas susu? Jelaskan dan tuliskan reaksi yang terjadi! ( Tidak Dikerjakan )

14. Mengapa susu bisa menjadi cepat asam jika tidak segera disimpan dalam lemari pendingin? Berapa lama Jelaskan! ( Tidak Dikerjakan )

Komponen Penilaian LKP :Jenis PenilaianNilai MaksimalNilai yang diperoleh

Pre lab dan Diagram Alir10

Log Book10

Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan70

Aktivitas di laboratorium10

TOTAL100

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi

NoKompetensiBisaTidak

1.Memahami peraturan yang terdapat dalam metode Standard Plate Count (SPC)

2.Mampu melakukan pemupukan dalam hitungan cawan dengan cara pour plate secara aseptis dan benar

3.Mampu melakukan pemupukan dalam hitungan cawan dengan cara spread plate secara aseptis dan benar

4.Mampu menghitung dan menentukan nilai SPC dari masing-masing cawan

5.Mampu melakukan interpretasi data SPC dari tiap sampel yang dianalisis

TOTAL5

Keth, Downes Pouch France. 2009. Compendum Of Menthods For the Mikrobiological Examinitation of Food. USA American Public Healt Association

Randhu, Malaeka. 2007. Prinsip dan Metode Hitungan Cawan. Jakarta : Erlangga.

Ridwan, Purnama. 2008. Penghitungan Cawan. Bandung : ITB

Samuel, Muhammad. 2009. Metode Hitungan Cawan. Surabaya : YudistiraWhitehead, Hugh Robinson. 2005. The Reduction of Methylen Blue in Milk. University of New Zealand. Australia

Tanggal Praktikum1 April 2015

Praktikum 3.4TEKNIK ENUMERASI LANGSUNG

1. Bagaimana cara menghitung mikroba secara langsung menggunakan haemocytometer? Sebutkan dan jelaskan tahapannya

2. Apakah yang harus dilakukan, jika mikroba yang terlihat di Haemocytometer terlalu banyak? Jelaskan

3. Sebutkan ukuran kotak dalam haemocytometer dan tuliskan rumus yang digunakan untuk menghitung mikroba menggunakan haemocytometer

1. Tuliskan hasil pengamatan jumlah sel menggunakan Haemacytometer (Data Kelas)

(Data ini adalah data 25 kotak besar)

No. PetakJumlah selNo. petakJumlah sel

1.14.

2.15.

3.16.

4.17.

5.18.

6.19.

7.20.

8.21.

9.22.

10.23.

11.24.

12.25.

13.

2. Hitunglah rata-rata jumlah sel serta jumlah sel dalam bahan/ml.

3. Bahas data yang anda peroleh.

4. Tuliskan kesimpulan yang anda peroleh pada praktikum ini!

5. Sebutkan kelebihan dan kelemahan dalam penghitungan mikroba menggunakan haemocytometer!

6. Jika pada pengamatan sel menggunakan haemocytometer diperoleh data sebagai berikut, hitunglah jumlah sel yeast per ml bahan!No. PetakJumlah selNo. petakJumlah sel

1.4614.25

2.5915.28

3.3716.69

4.5317.44

5.4118.52

6.5219.40

7.3520.51

8.4821.62

9.5422.39

10.6323.57

11.4224.51

12.5025.60

13.49

Borowitzka, Michael,. Navid R. Moheimani. 2012. Alga for Biofuels and Energy. USA : Springer Dordrecht

Fathiyah.2012.Grafik Pertumbuhan Mikroba. Erlangga : Jakarta

Keth, Downes Pouch France. 2009. Compendum Of Menthods For the Mikrobiological Examinitation of Food. USA American Public Healt Association

Komponen Penilaian :

Jenis PenilaianNilaiNilai yang diperoleh

Pre lab dan Diagram Alir10

Log book10

Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan70

Aktivitas di lab10

TOTAL100

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi

NoKompetensiBisaTidak

1.Mampu membuat preparat untuk enumerasi langsung

2.Mampu menentukan petak yang digunakan pada pembacaan haemocytometer

3.Mampu menghitung jumlah mikroba menggunakan haemocytometer

4.Mampu menghitung jumlah mikroba per ml bahan

TOTAL10

Tanggal Praktikum

Praktikum IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI MIKROORGANISME

1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis metode identifikasi mikroorganisme!

2. Sebutkan tahapan pewarnaan dalam pengecatan Gram, beserta reagen yang digunakan dan fungsinya!

3. Apa yang dimaksud dengan Bakteri Gram (-) dan Gram (+) ? Jelaskan dan beri contoh (masing-masing 2 bakteri)!

4. Mengapa diperlukan fiksasi panas dalam pengecatan bakteri ? Jelaskan!

5. Apa larutan yang digunakan dalam pengamatan kapang? Apa fungsi larutan tersebut?

6. Mengapa digunakan metilen blue dalam pengecatan sederhana sel khamir? Jelaskan!

7. Dalam pengecatan endospora, reagen apakah yang berfungsi sebagai cat utama dan cat penutup? Jelaskan fungsinya masing-masing!

8. Jelaskan jenis-jenis uji biokimiawi untuk proses identifikasi mikroorganisme!

A. PENGAMATAN KAPANG

1. Gambar bentuk kapang yang anda amati dibawah mikroskop dengan pensil warna. Dan beri keterangan bagian-bagian kapang yang nampak pada gambar anda!

Perbesaran : X

Perbesaran : X

Nama preparat :

Nama preparat :

Keterangan :

Keterangan :

Perbesaran : X

Perbesaran : X

Nama preparat :

Nama preparat :

Keterangan :

Keterangan :

2. Bahas data yang anda peroleh dari bagian-bagian kapang yang nampak!

3. Bandingkan dan bahas data anda pada perbesaran yang berbeda!

B. PENGECATAN SEDERHANA SEL KHAMIR

1. Gambar bentuk sel khamir yang anda amati dibawah mikroskop dengan pensil warna!

Perbesaran : X

Perbesaran : X

Umur preparat :

Umur preparat :

Keterangan :

Keterangan :

2. Tuliskan data pengamatan yang diperoleh dari praktikum pengecatan sederhana sel khamir!Bidang PemandanganUmur kultur 24 jamUmur kultur 48 jam

MatiHidupMatiHidup

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rerata

3. Hitung persentase kematiannya!

4. Bandingkan dan bahas data yang anda peroleh antara sel khamir umur 24 jam dan 48 jam!

C. PENGECATAN GRAM

1. Gambar morfologi dan bentuk sel bakteri pengecatan gram yang anda amati dibawah mikroskop dengan pensil warna!

Perbesaran : X

Perbesaran : X Perbesaran : X

Nama bakteri :

Nama bakteri :

Nama bakteri :

Keterangan :

Keterangan :

Keterangan :

2. Bandingkan antara ketiganya, dan berikan penjelasan terkait dengan hasil preparat yang anda peroleh!

D. PENGECATAN ENDOSPORA

1. Gambar hasil dari pengamatan endospora yang anda amati dibawah mikroskop dengan pensil warna!

Nama bakteri :

Nama bakteri :

Nama bakteri :

Perbesaran : X Perbesaran : X Perbesaran : X

Warna spora :

Warna spora :

Warna spora :

Warna sel vegetatif :

Warna sel vegetatif :

Warna sel vegetatif Lokasi endospora :

Lokasi endospora :

Lokasi endospora :

2. Bandingkan dan bahas hasil yang anda peroleh ? Jelaskan.E. UJI BIOKIMIAWI

(i) Uji Katalase1. Tuliskan hasil pengamatan uji katalase pada tabel berikut.

Jenis MikrobaGelembung

(ada / tidak)Katalase (positif/negatif)

2. Bahas data yang anda peroleh.

1. Mengapa pada deteksi bakteri patogen digunakan kontrol positif? Jelaskan peranan kontrol positif tersebut!

2. Jelaskan mengapa pada sampel daging segar terdapat Escherichia coli!

3. Apa peranan MUG (4-methylumbelliferyl--D-glukoronida) pada pengujian deteksi Escherichia coli?

4. Jelaskan mengapa E. coli tipe enterhemorrhagic (E. coli O157 H7) tidak terdeteksi pada pengujian deteksi patogen metode kultural (media selektif-diferensial)!

5. Mengapa media Baird parker dan Mannitol Salt Agar (MSA) yang digunakan pada deteksi Staphylococcus aureus termasuk ke dalam media selektif-diferensial?

6. Bagaimana proses pengolahan atau kondisi penyimpanan dapat mempengaruhi pertumbuhan S. aureus pada produk pangan? Jelaskan!

7. Metode pengujian apa saja yang dapat membuktikan keberadaan S. aureus pada produk pangan? Jelaskan pula kelebihan dan kekurangan meode tersebut!

8. S. aureus dengan jumlah 102-103 CFU/g pada produk pangan diindikasikan bahwa tidak terdapat potensi bahaya. Mengapa demikian? Berapa jumlah minimal S. aureus yang terdapat pada produk pangan sehingga menyebabkan keracunan?

9. Jelaskan kelebihan dan kekurangan metode deteksi Salmonella spp. secara konvensional (isolasi dan uji biokimia) dengan metode cepat (imunoassay atau hibridisasi DNA)!

10. Sebut dan jelaskan masing-masing penampakan pertumbuhan koloni Salmonella spp. Pada media XLD (Xylose Lysine Desoxycholate), HE (Hektoen Enteric) dan BS (Bismuth Sulfite)!

11. Mengapa sampel produk pangan yang positif terkontaminasi Salmonella spp. pada media TSI (Triple Sugar Iron) atau LIA (Lysine Iron Agar) memiliki penampakan berwarna hitam. Jelaskan alasan anda!

12. Ada berapa tahap pengujian deteksi Salmonella spp. dengan metode konvensional? Jelaskan masing-masing tahapan tersebut!

13. Sebutkan bagian-bagian dari morfologi Rhizopus berikut!

14. Mengapa sel khamir yang mati berwarna biru, sedangkan yang hidup warnanya transparan ? Jelaskan!15. Mengapa diperlukan pemanasan dalam pengecatan endospora ? Jelaskan!

16. Apa perbedaan dinding sel bakteri Gram (+) dan Gram (-) ? Jelaskan!

17. Mengapa tidak semua bakteri memiliki endospora ? dan apakah fungsi dari endospora ? Jelaskan!

18. Apakah substrat yang diperlukan untuk terjadinya reaksi katalase ? Tuliskan persamaan reaksinya!

19. Apa fungsi dari katalase untuk bakteri tertentu ? Berikan contoh 3 bakteri yang menghasilkan katalase!

Komponen Penilaian LKP:

Jenis PenilaianNilai MaksimalNilai yang diperoleh

Pre lab dan Diagram Alir10

Log Book10

Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan70

Aktivitas di laboratorium10

TOTAL100

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi

NoKompetensiBisa Tidak

1.Mampu menggunakan mikroskop dengan baik dan benar

2.Mampu menemukan objek yang diamati dengan menggunakan perbesaran tertentu

3.Mampu menggambar objek yang diamati dan menyebutkan bagian-bagian yang diamati

4.Mampu mengidentifikasi objek yang diamati (menyebutkan jenis mikroba tersebut)

TOTAL10

SHAPE \* MERGEFORMAT

Tanggal Praktikum

Praktikum KURVA PERTUMBUHAN MIKROBA

1. Apa yang dimaksud dengan generation time ? Jelaskan!

2. Pengukuran apa saja yang dapat dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan dari populasi mikroba pada kondisi tertentu?

3. Selain massa sel, komponen sel apa saja yang dapat diukur untuk menentukan laju pertumbuhan mikroba? Jelaskan!

4. Jelaskan fase fase pertumbuhan mikroba dan gambar kurva pertumbuhannya !

5. Jelaskan prinsip pengukuran intensitas pertumbuhan mikroba pada praktikum ini?

Paraf Asisten

Nama:

1. Tuliskan data pengamatan anda pada tabel berikut (Metode II).

Jam

(WIB)waktu inkubasi

(t) menit ke-Absorbansi 660 n