lap postulatkoch adz
TRANSCRIPT
POSTULAT KOCH
Oleh :
Nama : Adzani Ghani IlmannafianNIM : B1J009077Rombongan : IKelompok : 5Asisten : Fitria Dewi S.
LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
Diagnosis merupakan proses yang sangat penting. Hasil diagnosis akan
menentukan keberhasilan suatu pengelolaan penyakit tanaman. Kegagalan suatu
diagnosis akan menyebabkan kegagalan dalam tahap pengendalian. Diagnosis yang
baik harus memiliki efektivitas yang tinggi. Disamping itu diagnosis juga harus
cepat. Keterlambatan hasil diagnosis karena berbagai hal dapat menyebabkan
penyakit sudah berkembang pesat, sehingga hasil tidak dapat diselamatkan.Virus
tumbuhan pertama kali ditemukan pada tahun 1576, sebagai patogen yang
menimbulkan gejala perubahan warna pada bunga tulip yang semula berwarna polos
menjadi bergejala strip (bercak bergaris) (Bos, 1990).
Virus tumbuhan dalam beberapa hal berbeda dengan virus yang menyerang
hewan dan bakteri. Salah satu perbedaan tersebut adalah mekanisme penetrasi virus
ke dalam sel inang. Virus tumbuhan hanya dapat masuk ke dalam sel tumbuhan
melalui luka yang terjadi secara mekanis atau yang disebabkan oleh serangga vektor.
Hal ini disebabkan virus tumbuhan tidak mempunyai alat penetrasi untuk menembus
dinding sel tumbuhan. Asam nukleat yang menjadi genom virus tumbuhan sebagian
besar merupakan molekul ssRNA. Namun, ada beberapa virus tumbuhan yang
mempunyai genom dsDNA, ssDNA, dan dsRNA (Akin, 2006).
Penyakit tanaman adalah suatu keadaan dimana tumbuhan mengalami
gangguan fungsi fisiologis secara terus menerus sehingga menimbulkan gejala dan
tanda. Gangguan fisiologis ini disebabkan oleh faktor biotik (bakteri, cendawan,
virus dan nematoda) maupun faktor abiotik (suhu, kelembaban, unsur hara mineral).
Percobaan Koch dan peneliti-peniliti telah membuktikan bahwa jasad renik tertentu
menyebabkan penyakit tertentu pula yang dikenal dengan Postulat Koch (Bos,
1990). Mikroorganisme dikatakan sebagai penyebab penyakit bila memenuhi kriteria
berikut (1) mikroorganisme penyebab penyakit selalu berasosiasi dengan gejala
penyakit yang bersangkutan, (2) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat
diisolasi pada media buatan secar murni, (3) mikroorganisme penyebab penyakit
hasil isolasi harus dapat menimbulkan gejala yang sama dengan gejala penyakitnya,
apabila diinokulasikan, dan (4) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat
direisolasi dari gejala yang timbul hasil lnokulasi. Postulat Koch ini dimodifikasi,
untuk parasit obligat, tidak perlu pada media buatan, tetapi harus dapat dibiakkan
secara murni sekalipun pada inang (Akin, 2006).
Tujuan praktikum postulat Koch adalah untuk memberikan pemahaman
praktek Postulat Koch dalam penularan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
virus tumbuhan. Khususnya mengetahui bagaimana cara penularan virus dari
tanaman yang satu ke tanaman yang lain menggunakan metode sap, karena sangat
penting untuk penelitian virus dalam laboratorium.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pot, beaker glass, mortar
dan pestle, kertas saring, corong, cotton bud steril, plastik bening, dan benang.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun kacang terinfeksi
penyakit karat daun, tanaman kacang sehat, air, alkohol, dan media tanah untuk
penanaman.
B. Metode
A. Pengamatan langsung
1. Daun kacang-kacangan yang terkena penyakit karat daun disiapkan.
2. Daun yang diduga terkena penyakit karat daun diamati gejalanya dengan
tanda-tanda penyakit yang ditimbulkan pada tanaman kacang.
3. Asosiasi ini ditandai dengan adanya patogen pada tanaman yang sakit.
B. Pembuatan ekstrak atau sap dari tanaman yang terinfeksi virus
1. Tanaman kacang-kacangan yang mengalami sakit dicari, kemudian dipetik
beberapa daun muda yang sakit.
2. Daun yang sakit dimasukkan ke dalam mortar, daun dilumatkan dalam
akuades dengan penumbuk porselen.
3. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan kertas saring sampai sap yang
diperoleh hanya berupa cairan atau ekstrak.
C. Pengujian
1. Dua tanaman kacang-kacangan sehat disiapkan, satu tanaman sebagai control
dan satu tanaman lagi sebagai uji perlakuan.
2. Sap atau ekstrak dari daun yang sakit diolesi dengan cotton bud ke daun yang
sehat pada tanaman perlakuan yang sebelumnya permukaan daun sudah
dilukai dengan menggunakan amplas secara perlahan.
3. Setelah itu kedua daun tanaman baik kontrol maupun perlakuan ditutup
dengan menggunakan plastik transparan yang terpisah agar tanaman kontrol
tidak ikut terinfeksi. Penutupan dengan plastik transparan dimaksudkan
untuk menjaga kondisi agar tetap lembab yang akan mendukung
pertumbuhan patogen pada tanaman inang.
4. Perubahan yang terjadi pada daun diamati baik pada daun yang diinokulasi
maupun control setiap hari sampai 7 hari. Mengamati apakah menimbulkan
gejala yang sama antara daun awal yang terinfeksi virus dengan daun yang
telah diinokulasi.
D. Uji penegasan
1. Uji penegasan dilakukan sesuai dengan kriteria Postulat Koch yang ketiga
dan keempat yaitu, (3) mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus
dapat menimbulkan gejala yang sama dengan gejala penyakitnya, apabila
diinokulasikan, dan (4) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat
direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi. Maka dilakukan reisolasi
atau perlakuan kembali seperti pada metode poin A, B dan C.
2. Daun awal yang terinfeksi virus, daun pada inokulasi sap pertama, daun pada
inokulasi sap kedua dan kontrol dibandingkan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1. Daun Kacang Terinfeksi Penyakit Karat
Gambar 2. Daun Inokulasi Sap Pertama
Gambar 3. Daun Inokulasi Sap Kedua dan Kontrol (kanan)
B. Pembahasan
Terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit menimbulkan perubahan
pada tanaman meliputi bentuk, ukuran, warna, tekstur, dan lain-lain. Perubahan ini
merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu, untuk satu macam penyakit
menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Patogen penyebab penyakit dapat
ditemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan
jaringan (eksternal). Penyakit karat dapat dikenali ketika pustul berwarna orange
muncul di permukaan daun bagian bawah dan pecah mengeluarkan uredospora yang
berwarna cokelat kemerah-merahan. Pustul muncul pertama kali di permukaan
bawah. Gejala penyakit ini tampak seperti bercak-bercak coklat muda sampai orange
(warna karat) pada daun serta menyebabkan daun gugur sebelum waktunya.
Pengendalian penyakit menggunakan varietas tanaman yang resisten. Tanaman yang
terserang dicabut dan dibakar. Selain itu juga dengan penyemprotan fungisida yang
sesuai dengan kondisi setempat (Perdana, 2009).
Postulat Koch adalah metode yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya virus yang menginfeksi suatu tumbuhan. Postulat Koch berkembang
sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan
dengan teknik tertentu (Matthews, 1970). Kemajuan metoda laboratorium digunakan
untuk menentukan kriteria yang diperlukan dalam membuktikan bahwa mikroba
spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. Kriteria ini dikenal dengan Postulat
Koch yaitu (Semangun, 1991):
1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang
ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di
laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman yang sesuai dapat
menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah
terinfeksi tersebut.
Teknik Postulat Koch menurut Amin (2011), yaitu tanaman yang digunakan
untuk uji setelah diinokulasikan dengan virus, diinkubasi dalam suhu 280-320 C di
siang hari dan 250-280 di malam hari. Menurut Matthews (1970), keempat kriteria
Postulat Koch harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab akibat antara virus
dan penyakit yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan
diperoleh bahwa daun tanaman kacang-kacangan yang diinfeksi virus menunjukkan
hasil uji positif pada pengujian Postulat Koch. Postulat Koch ini dapat membuktikan
bahwa hasil isolasi tanaman sakit jika diinokulasikan pada tanaman sehat akan
menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena
penyakit.
Gejala penyakit virus pada tanaman dibagi menjadi dua yaitu gejala eksternal
dan gejala internal. Gejala eksternal berupa gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala
lokal merupakan gejala yang hanya terbatas pada situs infeksi primer dan dalam
virologi dikenal dengan istilah bercak lokal. Bercak lokal dapat berupa klorosis
karena hilang atau berkurangnya klorofil atau nekrosis karena terjadi kematian sel
tanaman inang. Gejala sistemik terjadi apabila virus yang diinokulasi pada tanaman
inang tidak hanya terbatas pada situs infeksi primer, tetapi menyebar ke bagian lain
dan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Gejala infeksi ini secara umum
disebut gejala sistemik. Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel,
gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu (Akin, 2006) :
a. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
b. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
c. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
Terdapat berbagai bentuk gejala nekrotik yang disebabkan oleh berbagai
patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang, diserangnya, salah satunya timbul
bercak. Sel-sel yang mati hanya terjadi pada daerah tertentu dan biasanya bewarna
kecoklat-coklatan. Sebelum terjadi kematian sel, warnanya agak kekuning-kuningan.
Bagian jaringan yang mati seringkali sobek dan terpisah dari jaringan yang masih
sehat. Lesio dari bercak ini dapat bundar, segi empat bersudut, atau tidak teratur. Sisi
bercak berwarna jingga, coklat, dan sebagainya seringkali pada bercak tersebut
terlihat adanya tubuh buah (Perdana, 2009).
Mekanisme pengifeksian virus ke tanaman yaitu partikel virus masuk ke
dalam tanaman melalui luka pada permukaan tanaman dengan perantaraan tepung
sari dan sebagainya, maka akan terjadi kontak antara virus dengan sitoplasma sel
tanaman. Setelah terjadi inokulasi, RNA yang merupakan bagian virus yang infektif
keluar dari selubung protein. Usaha tersebut dilakukan dengan perantaraan sel
tanaman karena virus tidak mempunyai energi untuk keperluan tersebut. Aktivitas
biologis tergantung dari tanaman yang diserangnya, keadaan ini merupakan
perbedaan utama dalam hubungan tanaman inang dengan parasit untuk penyakit
virus dan penyakit yang disebabkan oleh patogen lainnya. Protein yang ditinggalkan
kemungkinan tertinggal dalam sel tanaman dan selanjutnya menjadi bagian protein
sel tanaman inang. RNA yang keluar tersebut merangsang tanaman inang untuk
membentuk enzim yang disebut RNA-polymerases, RNA-synthetases atau RNA-
replicates. Enzim tersebut membentuk RNA baru dan RNA baru selanjutnya
merangsang sel tanaman inang untuk mensintesa molekul protein yang spesifik
untuk dijadikan selubung RNA (Akin, 2006).
Virus dapat menginfeksikan penyakit pada tanaman inang melalui proses
molekul dan biokimia. Virus melakukan tiga cara pada tanaman inang, yaitu
penggunaan hasil metabolisme tanaman untuk sintesis virus, penumpukan virion
atau bagian dari virus, serta dampak dari polipeptida nonstruktur khas yang
disandikan oleh gen virus. Perpindahan virus dalam infeksi sistemik tanaman inang
dibagi menjadi perpindahan jarak jauh dan dekat. Perpindahan jarak jauh merupakan
perpindahan dari satu organ tanaman ke organ yang lain melalui sistem pembuluh.
Perpindahan jarak dekat yaitu perpindahan antar sel yang berdekatan yang terjadi
melalui tanaman inang (Streets, 1972).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Postulat Koch dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya agen infeksius
misalnya virus yang menyebabkan penyakit.
2. Keempat kriteria Postulat Koch harus dapat dipenuhi untuk menentukan
hubungan sebab akibat antara virus dan penyakit yang ditimbulkan.
B. Saran
Tanaman yang akan diinfeksi virus sebaiknya dipastikan telah diberi
perlukaan agar gejala yang timbul bisa diamati dengan baik dan memberikan hasil
yang maksimal.
DAFTAR REFERENSI
Akin, H. M. 2006. Virologi Tumbuhan. Kanisius, Yogyakarta.
Amin, Noriha Mat, Hamidun Bunawan, Rohaiza Ahmad Redzuan and Indu Bala S. Jaganath. 2011. Erwinia mallotivora sp., a New Pathogen of Papaya (Carica papaya) in Peninsular Malaysia. Int. J. Mol. Sci. 2011, 12, 39-45; doi:10.3390
Bos, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Matthews, R. E. F. 1970. Plant Virology. Academic Press, New York.
Perdana, D. A. 2009. Budidaya Kacang Tanah. http://dimasadityaperdana. blogspot.com/2009/04/budidaya-kacangtanah.html.
Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Streets, R.B. 1972. Diagnosis of Plant Diseases. The University of Arizona Press, Tuscon.