lap jadi magang new bgt(1)
DESCRIPTION
magangTRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis
dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Dimana sebagian besar
masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini didukung
dengan letak negara Indonesia yang beriklim tropis dan subur sehingga plasma
nutfah dari hasil pertanian Indonesia melimpah dan beragam. Sektor pertanian
sampai saat ini mampu menjadi pemasukan devisa, dan penunjang sektor lain.
Peningkatan sektor pertanian dapat dilakukan dengan memandang pertanian
sebagai satu kesatuan dan dikelola dengan cara pengolahan yang baik.
Agribisnis merupakan salah satu win-win solution bagi sektor pertanian
karena memandang sektor pertanian sebagai satu kesatuan yang sangat
komplek mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan
aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.
Hortikultura termasuk salah satu sub sektor penting dalam
pembangunan pertanian karena didalamnya terdiri dari kelompok tanaman
buah-buahan (fruits). Perkembangan agribisnis hortikultura diikuti pula
dengan berkembangnya berbagai cabang usaha, baik di hulu, di tengah dan di
hilirnya. Hortikultura juga berkembang menjadi berbagai kegiatan yang terkait
dengan kegemaran (hobby) dan seni. Hortikultura menjadi bagian penting dari
berbagai kegiatan masyarakat yang bersifat social, budaya dan pariwisata.
Dengan kenyataan itu, kini hortikultura bukan hanya sekedar tanaman atau
produk, melainkan sudah merupakan kultur. Hortikultura bukan hanya sekedar
budidaya tetapi sudah menjadi budaya. Berbagai kenyataan yang berlangsung
di tengah masyarakat tersebut membuktikan bahwa hortikultura kian
berkembang pesat dan menjadi pilihan usaha dalam bidang agribisnis.
Pengembangan agribisnis di Indonesia semakin meningkat, berbagai
inovasi baru dalam konteks pemasaranpun kian beragam. Seperti halnya
pengembangan di bidang agrowisata, usaha ini banyak diminati oleh
1
2
wisatawan baik domestik maupun asing. Kota Batu, Malang merupakan kota
di Jawa Timur yang berpotensi dalam pembudidayaan hortikultura terutama
tanaman apel sehingga Kota Batu ini lebih dikenal dengan Kota Apel. Adanya
potensi Kota Batu tersebut mendorong para wirausaha untuk mengembangkan
agrowisata petik buah, salah satunya yaitu PT. Kusuma Satria Dinasasri
Wisatajaya.
Seiring terus meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat,
kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, dan jumlah wisatawan/warga
Negara asing (PMA) yang datang, diperkirakan permintaan buah apel dalam
negeri akan terus meningkat pula. Di samping itu, melimpahnya jumlah apel
impor dipasaran dalam negeri juga menjadi indikasi bahwa produksi apel di
Indonesia masih kurang. Apel sebagai komoditas ekspor belum sepenuhnya
dapat dipenuhi karena kualitas produksinya belum sesuai dengan standar yang
ditentukan, antara lain ukuran buah kurang seragam atau besar kecil, rasanya
relatif masih masam.
Pertanaman apel di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Selain
teknologi budidaya dan pasca panennya, pengembangan jumlah dan luas lahan
pertanaman di daerah – daerah yang mempunyai agroklimat sesuai khususnya
dikota batu harus selalu ditingkatkan. Tanaman apel dapat tumbuh dan
bereproduksi dengan baik di daerah yang sesuai, dan memberikan keuntungan
usaha sangat tinggi. Oleh karena itu PT.Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
disini memberikan bagaimana teknik budidaya sampai pasca panen yang
benar sehingga mampu menghasilkan buah apel yang layak dan menghasilkan
keuntungan yang cukup besar dari produk apel tersebut.Sistem agribisnis
merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari
subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi,
informasi, dan teknologi; subsistem usahatani, yaitu kegiatan produksi
pertanian primer tanaman dan hewan; subsistem agribisnis pengolahan
(manufaktur), subsistem pemasaran; dan subsistem penunjang, yaitu dukungan
3
sarana dan prasarana serta lingkungan yanng kondusif bagi pengembangan
agribisnis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengupayakan penyelarasan antara status pencapaian pembelajaran di
kampus dengan dinamika perkembangan kegiatan usaha di sektor
pertanian.
b. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara
teori dan penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa
dalam terjun ke masyarakat.
c. Sebagai strategi peningkatan kompetensi lulusan.
d. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja
yang praktis dan secara langsung dapat memecahkan permasalahan
yang ada dalam kegiatan di bidang pertanian.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memperoleh ketrampilan secara langsung kegiatan
proses produksi apel dari pengolahan sampai pemasaran di lokasi
magang.
b. Mengetahui metode dan teknik yang digunakan dalam budidaya
tanaman apel dan strategi-strategi pemasaran komoditas apel serta
mempraktikkan kegiatan yang berkaitan di lokasi magang
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Agrowisata
Di Indonesia, Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah
bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis)
sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui
pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam
memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil
melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi
lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi
lingkungan alaminya. Sutjipta (2001) mendefinisikan, agrowisata adalah
sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan
pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian
lingkungan, peningkatan kesajahteraan masyarakat petani.
Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-
tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau
mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan
alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana
pendidikan (Deptan, 2005). Pada era ini, manusia di bumi hidupnya dipenuhi
dengan kejenuhan, rutinitas dan segudang kesibukan. Untuk kedepan, prospek
pengembangan agrowisata diperkirakan sangat cerah. Pengembangan
agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum),
ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya.
Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian
yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan
lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka
dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan
tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan
berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka
4
5
dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi
daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah,
atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang
pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan
terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan
B. Tanaman Apel
1. Deskripsi
Apel ( Malus sylvestris) telah menjadi buah favorit sejak berabad-
abad yang yang lalu. Para arkeolog yang menyelidiki bekas-bekas
reruntuhan sebuah desa di Eropa pada jaman batu menemukan bukti
bahwa pada waktu itu apel sudah dikonsumsi orang, tidak seorang pun
tahu dengan tepat kapan oarng mulai mengkonsumsi apel. Apel kemudian
berkembang dari Eropa hingga masuk ke Amerika. Terdapat dugaan
bahwa apel pertama kali ditanam di sebelah selatan Kaukasius, ini
dikarenakan ditemukannya hutan-hutan purba di daerah tersebut yang
ditumbuhi banyak pohon apel liar (Malus pumilla). Kemudian apel
berkembang dan tersebar sampai ke seluruh penjuru dunia
(Untung,1994: 1-2).
Pohon apel pada umumnya pendek dan bertajuk bundar. Lekukan
daunnya tidak nyata dengan tangkai yang pendek. Bunga muncul secara
berdompolan dari tangkai yang berkayu dan berbulu. Warna bunga yang
muncul bermacam-macam, diantaranya putih kemerahan, merah jambu
atau merah tergantung dari kultivar yang ditanam. Selain itu kultivar yang
ditanam akan menentukan tekstur, rasa, ukuran, bentuk, dan warna buah
apel. Jenis kultivar apel yang banyak ditanam di Indonesia antara lain
manalagi, rome beauty, dan princess noble (Untung, 1994: 11).
Apel termasuk tanaman yang selalu berganti daun dan tumbuh di
daerah dingin, namun karena telah lama dibudidayakan banyak jenis
kultivar baru yang mampu beradaptasi dengan baik di daerah bersuhu
sedang dan panas. Di Indonesia apel tumbuh di dataran tinggi dengan
6
curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Karena curah hujan yang tinggi dapat
menyebabkan berbagai masalah terutama adanya serangan jamur. Apel
dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 700-1.200 mdpl dengan suhu
berkisar 10-27 oC. Curah hujan yang dikehendaki berkisar 1.000-2.600
mm per tahun. Syarat lain yang perlu diperhatikan adalah tanah sebagai
tempat tumbuh tanaman, tanah yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan apel adalah tanah dengan pH netral atau pH 7, aerase dan
drainasenya baik, dan tanah tersebut memiliki solum dalam (Untung,1994:
27-29).
Tanaman apel selalu diperbanyak dengan cara vegetatif. Bibit
dipersiapkan secara okulasi; untuk batang bawah petani Indonesia
menggunakan jenis liar (wild apple) yang kadang-kadang disebut Chinese
crab apple. Jenis batang bawah tersebut dikumpulkan dengan mencari
tunas liar tanaman apel liar di dalam kebun atau dengan membuat
penundukan cabang-cabangnya, lalu mencangkok. Okulasi dilakukan
terhadap tunas liar tersebut dengan menggunakan mata temple dari cabang
apel unggul yang masih muda untuk mempertinggi persentase okulasi jadi.
Tanaman apel ditanam dengan jarak 3x2,5 m atau dengan kepadatan
tanaman 1.333 hingga 2000 tanaman per hektar (Ashari,1995: 156-160).
Apel merupakan tanaman yang membutuhkan perhatian yang ekstra
agar dapat diperoleh buah dengan kualitas tinggi. Oleh sebab itu
diperlukan berbagai tindakan perawatan diantaranya penyulaman,
pemupukan, penyiraman dan pengendalian gulma (penyiangan). Selain itu
tindakan lain yang sangat penting antara lain pembentukan tanaman yang
terdiri dari tindakan pelengkungan dan pemangkasan. Kedua perompesan
daun, tindakan ini dilakukan dengan tujuan agar penguapan berkurang,
sedangkan suplai bahan makanan tetap berlangsung, sehingga terjadi
kelebihan zat makanan dalam tanaman dan pada kondisi ini tunas-tunas
lateral akan muncul lebih cepat (Untung, 1994: 48-58).
7
2. Budidaya Tanaman Apel
a. Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau.
Cara yang biasa dilakukan yaitu dengan mencangkul. Pencangkulan
sekaligus bisa membentuk tanah berupa lereng menjadi teras-teras
untuk mempermudah pengairan. Pada saat bersamaan juga dibuat
lubang tanam dengan jarak bervariasi antara lain 3 x 3 m, 3 x 2,5 m, 3 x
4 m, 3,5 x 3,5 m, atau 2,5 x 2,5 m. Jarak tanam yang sesuai sangat
penting. Jika terlalu rapat tajuk-tajuk pohon akan saling bersentuhan.
Akibatnya kelembaban di kebun menjadi tinggi sehingga
mempermudah penyebaran penyakit. Rapatnya tajuk juga akan
menghambat masuknya sinar matahari.
Penentuan lubang tanam di areal yang luas bisa dilakukan dengan
bantuan patok dan tali rafia. Sistem pertanaman bisa segi empat atau
segi tiga. Setiap calon lubang ditandai dengan patok. Dengan demikian
akan diperoleh barisan tanam yang teratur. Ukuran lubang tanam
umumnya 60 x 60 x 50 cm. Namun, ada pula yang membuat lubang
berukuran 1x 1 x 0,7 m. Lubang itu sengaja diperbesar agar pupuk
dasar yang dipakai bisa lebih banyak. Waktu menggali, tanah bagian
atas dipisahkan dari tanah bagian bawah. Karena kedalaman lubang
hanya 50 cm maka untuk mudahnya tanah bagian atas dibatasi saja
sampai kedalaman 25 cm. Sisanya (25 cm) dianggap tanah bagian
bawah.
Jika kedalaman lubang 70 cm maka penggalian dibagi menjadi
tiga tahap. Pertama, digali 30 cm dan tanah hasil galian ditumpuk di
tempat tersendiri. Penggalian berikutnya dilakukan sedalam 30 cm,
tanah galiannya diletakkan di tempat terpisah. Sisa kedalaman yang
tinggal 10 cm digali kemudian tanahnya diganti dengan pasir. Lubang
tanam dibiarkan selama 2 minggu (minimal 1 minggu) agar terbebas
8
dari gas atau hama dan penyakit yang mungkin menyerang akar pohon
(Untung, 1994: 44-45).
b. Pembibitan
Kemampuan memilih bibit yang baik merupakan langkah awal
keberhasilan bertanam apel. Tentunya bibit yang baik itu memiliki
keunggulan tersendiri. Adapun ciri-ciri secara fisik dari bibit unggul itu
dapat terlihat dari batangnya yang lurus, daunnya terlihat segar dan
tidak mudah rontok. Ciri fisik seperti itu umumnya terlihat jika umur
bibit sekitar 1 tahun atau minimal 6 bulan setelah batang bawah
diokulasi dengan mata tempel jenis apel tertentu sebagai batang atas.
Apel liar merupakan induk batang bawah yang paling banyak
dipilih di Indonesia. Ciri apel liar tersebut antara lain: batang coklat
kehitaman, kuat, kokoh, percabangan banyak, dan cepat membentuk
cabang baru. Dibandingkan apel lain, daun apel liar ukurannya lebih
kecil. Ukurannya buahnya juga lebih kecil dan rasanya masam. Sesuai
dengan persyaratan yang harus dimiliki induk batang bawah, apel liar
ini relative tahan serangan hama/ penyakit. Sumber batang bawah
tersebut diperbanyak dengan teknik layering (perundukan) dan anakan.
Apel liar dibibitkan di bedengan khsusus pembibitan. Lebar bedengan
sekitar 60-80 cm dna panjangnya tergantung kondisi lahan. Di antara
bedengan dibuat parit sekitar 40 cm, dengan jarak tanam yang
digunakan 30 x 25 cm atau 30 x 50 cm. agar tumbuh baik, tanah
pembibitan harus gembur, porous dan diberi pupuk kandang
secukupnya.
Faktor yang perlu diperhatikan waktu melakukan teknik layering
antara lainsuhu, kelembaban, suplai oksigen, tidak terkena sinar
matahari, danumur batang. Secara umum suhu, kelembaban dan suplai
oksigen mempengaruhi pembelahan dan pembesaran sel. Terhalangnya
sinar matahari berpengaruh terhadap rangsangan pertumbuhan akar
(Untung, 1994:33-34).
9
c. Transplanting (Penanaman)
Waktu terbaik untuk menanam bibit ialah di musim hujan.
Sebelum bibit dipindahkan, lubang tanam dilengkapi kayu penyangga
untuk mengurangi risiko tanaman rubuh jika ada angin besar. Kayu
penyangga itu diolesi ter atau cat untuk mencegah serangan penyakit.
Setelah semua siap, bibit bisa dipindahkan ke kebun. Bibit itu
diletakkan pada lubang dengan jarak 5-7,5 cm dari tiang pancang. Perlu
diperhatikan bahwa cabang yang terendah harus ada di sebelah atas
ujung tiang pancang. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah galian
sampai sebatas akar. Tanah galian yang pertama kali dimasukkan ialah
tanah bagian bawah. Bibit kemudian diguncangkan perlahan-lahan
sehingga tanah lebih banyak yang bisa menerobos sela-sela akar.
Kemudian masukkan tanahbagian atas yang sudah dicampur dua blek
pupuk kandang dingin. Tekan tanah tersebut dengan tangan agar bibit
tertancap kuat dan lurus. Kemudian batang pohon diikat ke tiang
pancang dengan tali. Ikatan pada batang sebaiknya longgar. Batang
pohon tidak boleh menyentuh tiang pancang agar batang tidak luka
terkena gesekan (Untung, 1994: 45).
d. Perawatan
Apel termasuk tanaman yang membutuhkan perhatian ekstra agar
diperoleh buah berkualitas tinggi. Beberapa perawatan yang perlu
dilakukan antara lain menyulam, memupuk, menyiram, dan menyiangi.
Keempat hal itu harus diperhatikan agar buah yang dihasilkan bermutu
tinggi (Untung, 1994: 48).
e. Penyulaman
Menyulam berarti mengganti tanaman yang mati dengan yang
baru. Cara menyulam sama saja dengan menanam bibit. Penyulaman
dengan bibit tidak berbeda dengan waktu pertama kali memindahkan
bibit dari bedengan. Faktor yang perlu diperhatikan waktu menyulam
ialah mengetahui penyebab kematian tanaman apel tersebut. Jika
10
kematian tersebut akibat serangan patogen yang ada di dalam tanah
maka sebaiknya lubang tanam itu tidak dipakai dahulu (Untung, 1994 :
49).
f. Pemupukan
Ada 2 jenis yang dapat dipakai para petani apel yakni pupuk
organik dan anorganik. Aplikasi kedua pupuk pada tanaman apel sangat
tergantung dari umur pohon dan kondisi tanah. Pupuk organik ialah
pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik seperti kotoran hewan
atau hijauan. Khasiat pupuk ini hanya ditunjukkan oleh pupuk organik
yang sudah matang dan terasa dingin kalau diraba. Pupuk organik yang
masih mentah sebaiknya tidak dipakai. Aktivitas mikroba selama proses
dekomposisi berlangsung menghasilkan panas yang dapat membunuh
bibit apel. Pupuk organik mampu memperbaiki tekstur tanah dan
meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air.
Cara pemupukan yang sering dilakukan oleh petani apel yaitu
dengan penebaran dan penugalan. Dengan menggunakan cara pertama
pupuk ditebarkan merata pada lingkaran berdiameter sekitar 40-60 cm
mengelilingi pohon. Cara penugalan yaitu dengan memasukkan pupuk
ke dalam lubang di sekitar pohon. Penugalan merupakan cara paling
tepat untuk pemberian pupuk fosfat. Zat ini mudah sekali bersenyawa
dengan alumunium dan besi di dalam tanah. Jadi, penyerapan unsur
fosfat oleh tanaman menjadi terhambat. Oleh karena itu, pupuk ini
harus ditugal sedekat mungkin dengan akar. Pupuk fosfat bisa diberikan
bersamaan dengan pemberian pupuk organik.
Umumnya pupuk diberikan setelah daun dirontokkan, muncul
bunga baru, atau setelah pemangkasan cabang yang sakit/rusak.
Selanjutnya pupuk susulan diberikan selang 3 bulan kemudian. Khusus
untuk pupuk kandang pemberian dilakukan setahun sekali (Untung,
1994: 49).
11
g. Penyiraman
Air merupakan faktor penting dalam budidaya apel. Ia ikut
menentukan naik turunnya produksi karena berperan dalam
metabolisme tanaman. Terhambatnya metabolisme akan menghambat
pertumbuhan tanaman apel. Hal tersebut dapat mengakibatkan
merosotnya jumlah dan mutu buah. Pada musim kemarau bisa dibuat
gentongan mengelilingi pohon untuk mencegah kekurangan air. Satu
pohon membutuhkan 50 lt air setiap 3-4 hari sekali. Di sebuah
perkebunan apel mungkin saja ada bibit yang terpaksa ditanam dekat
tembok. Tanah di sekitar tempat itu mungkin sangat kering dan miskin
unsur hara, apalagi jika tanah itu ternaungi. Jika kondisi seperti itu yang
dihadapi maka perlu dibuat semacam drainase yang menjamin
lancarnya pengairan. Sebelum ditanami, tanah itu perlu ditambah
kandungan unsur haranya dengan pemberian pupuk kandang (Untung,
1994: 55-56).
h. Penyiangan
Gulma merupakan salah satu musuh tanaman apel. Kehadiran
gulma di sekitar tanaman apel menimbulkan persaingan dalam
memperebutkan unsur hara. Namun, perakaran gulma lebih lebar dan
dalam sehingga lebih banyak mengisap unsur hara daripada akar apel.
Kerugian lain akibat kehadiran gulma ialah meningkatnya kelembapan
di sekitar tanaman. Ini sangat berbahaya karena dapat mengundang
kehadiran kurtisium yaitu salah satu penyakit apel yang sangat
berbahaya.
Penyiangan harus segera dilakukan agar tidak ada unsur hara yang
terserap gulma. Waktu yang paling tepat untuk penyiangan ialah
sebelum gulma besar dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Jika
penyiangan dilakukan setelah gulma berbunga akan merepotkan sebab
sulit mencegah perkembangbiakannya (Untung, 1994: 56-57).
12
i. Pemanenan
Pemanenan harus dilakukan pada waktu yang tepat. Jika buah
dipanen sebelum matang maka setelah disimpan beberapa lama kulit
buah akan mengerut. Apabila terlalu matang buah tersebut tidak akan
tahan lama disimpan dan cepat busuk. Meskipun sudah dipetik proses
respirasi pada apel masih tetap berlangsung. Pada dasarnya pemetikan
buah apel sangat tergantung pada cuaca dan varietas. Semakin tinggi
tempat tumbuhnya, semakin lama pula waktu panen. Berdasarkan
varietas diketahui waktu panen berkisar antara 4,5 – 5,5 bulan.
Buah apel menjelang matang mengandung etilen. Etilen adalah
hormon tumbuh tanaman yang berperan dalam proses pematangan buah
pada fase klimaterik. Kandungan etilen bertambah banyak seiring
dengan semakin matangnya buah. Kandungan etilen ini bisa
mempengaruhi kematangan buah dalam penyimpanan. Jika buah yang
sudah tua, tapi belum matang betul, disatukan dengan buah yang sudah
matang maka etilen akan berkembang dari buah yang sudah tua itu dan
mempercepat matangnya buah yang tadinya belum matang. Pemanenan
apel dilaksanakan secara serentak. Artinya buah besar dan kecil dipetik
bersamaan. Buah-buah itu diletakkan di keranjang yang dasarnya
dialasi plastik. Buah dipetik bersama tangkainya untuk mencegah
infeksi cendekiawan. Ada juga yang memanen apel secara berangsur-
angsur (Untung, 1994: 97 ).
j. Penyimpanan
Pemetikan pada umur 113-120 hari membuat apel tahan disimpan
3-4 minggu. Jika dipetik pada umur 127-141 hari, keawetannya hanya
1-2 minggu. Berarti semakin lama waktu pemetikan, semakin
berkurang daya tahannya. Namun sebaliknya, buah yang dipetik terlalu
muda kulitnya akan mengerut. Hal ini terjadi karena dalam
penyimpanan berlangsung perubahan-perubahan kmia. Respirasi dan
13
penguapan berlangsung terus. Semua proses itulah penyebab semakin
berkurangnya daya tahan apel.
Waktu penyimpanan bisa diperpanjang dengan beberapa
perlakuan khusus, salah satunya ialah dengan proses iradiasi. Proses
iradiasi terjadi saat apel disinar. Sinar yang mengandung energi akan
mematikan mikroorganisme. Iradiasi berperan sebagai desinfektan dan
mencegah pertumbuhan kecambah (Untung, 1994: 101-102).
k. Sortasi Dan Grading
Buah yang sudah dipetik langsung dibawa ke gudang dan
diseleksi menurut ukurannya. Pada umumnya dikenal sembilan grade
berdasarkan besar kecilnya buah yakni: super, 3-4, 5-6, 7-8, 9-10, 11-
15, 16-20, krill dan super krill (sangat kecil). Angka-angka tersebut
menunjukkan jumlah buah per kg. Sebagai contoh grade 3-4 berarti 1
kg berisi 3-4 butir buah (Untung, 1994: 99).
l. Pengemasan
Salah satu sistem yang digunakan dalam proses pengemasan buah
apel adalah modified control atmosphere. Prinsip dasarnya, komposisi
udara bebas diubah, udara bebas mengandung 78,03% N2, 20,99% O2
dan 0,03% CO2. Pada modified control atmosphere komposisi itu
diubah menjadi O2 di bawah 8%, CO2 lebih dari 2%, dan N2 sekitar
90%. Kelembapan dijaga sekitar 85%. Dengan demikian aktivitas
metabolisme dalam buah apel berkurang sehingga proses pematangan
pun tertunda. Sistem ini mampu menjaga keawetan buah selama lebih
dari 35 hari.
Buah yang akan dikirim harus melewati proses pendinginan
dahulu. Tujuannya agar suhu dalam kemasan sama dengan suhu di
sekitarnya. Kemasan itu diatur di kontainer sesuai dengan standar.
Misalnya garis merah yang melintang tidakdilanggar karena merupakan
batas akhir supaya sirkulasi udara tidak terganggu. Selanjutnya pintu
kontainer idtutup. Gas N2 dan CO2 dimasukkan ke dalam kontainer.
14
Suhu N2 sekitar 10-20 0C sehingga mempercepat proses pendinginan.
Fungsi N2 hanya mempertahankan keseimbangan komposisi CO2 dan
O2 (Untung, 1994: 103).
m. Pemasaran
Beberapa tahun terakhir muncul upaya untuk mengembangkan
budidaya apel lebih dari sekedar pembudidayaan apel itu sendiri, tetapi
mengarah pada agrowisata apel. Konsep pengembangan ini tidak hanya
menawarkan lokasi kebun pembudidayaan apel yang secara langsung
bisa dinikmati oleh masyarakat secara luas tetapi juga berbagai tawaran
menarik lainnya diantaranya lokasi outbond, paket wisata petik buah
apel, galeri produk olahan buah apel dan sebagainya sehingga
menambah lebih dikenal (Untung, 1994: 109-110).
15
C. Pemasaran
Apel (Molus sylvestris miil) adalah tanaman tahunan yang berasal dari
daerah subtropis. Di Indonesia daerah sentra apel terdapat di Jawa Timur
khususnya di Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan
(Nongko Jajar). Di Asia Tenggara, buah apel yang matang biasanya disantap
sebagai buah meja, sedang apel muda dibuat manisan dan sekarang dibuat
minuman segar (sari buah) dalam kaleng dan botol. Walaupun begitu, di pasar
internasional konsumsi buah apel segar masih dominan. Jenis-jenis apel yang
dikembangkan di Indonesia adalah rome beauty, manalagi, anna, princess
nobble, wanglin atau talijiwo (Anonim, 2004: 1-2).
Dilihat dari segi agribisnis, apel tergolong tanaman yang sangat
komersial. Hal ini didukung oleh beberapa alasan yaitu: 1) Iklim: Apel
merupakan tanaman yang selektif. Artinya apel merupakan tanaman yang
hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah-daerah tertentu
yang iklimnya menunjang. Di dunia tanaman apel banyak diproduksi oleh
negara-negara empat musim, sedangkan didaerah tropis hanya beberapa
daerah yang berhasil misalnya Malang. 2) Pasar apel Indonesia; selama ini
pasar apel Indonesia dipenuhi melalui impor dari negara-negara Eropa dan
Australia. Sejak bekembangnya apel di Indonesia pasar ini sedikit demi sedikit
diambil alih oleh produksi dalam negeri. Hal ini dapat dilihat data BPS yang
menunjukkan peningkatan produksi apel nasional 7.303.372 ton (1984)
menjadi 9.046.276 ton (1988) atau meningkat 17,5%. Target akhir adalah
pemenuhan konsumsi nasional dan ekspor. 3) Faktor lain; yaitu
pengembangan apel sebagai komoditi agrowisata dan pengembangan makanan
olahan dari apel seperti jenang apel dan jelli apel (Prihatman, 2000: 1-2).
Pemahaman terhadap strategi pemasaran apel merupakan hal yang
penting, karena jika impor buah apel dapat ditekan maka impor buah apel
secara keseluruhan akan berkurang secara nyata. Buah lain tampaknya belum
memiliki pengaruh yang terlalu besar. Jika ada yang membeli durian impor
16
sebagian besar tampaknya hanya karena di Indonesia sedang tidak musim atau
sekadar untuk mencicipi rasa yang lain.
Konsumen yang telah meningkat pendapatan dan kesadarannya akan
kesehatan mulai terbentuk pola pikirnya: buah segar yang bermutu yang pasti
ada di pasar adalah apel impor. Kalaupun mula-mula masih ada yang mencari
buah nasional, mereka telah siap kalau pun buah nasional tersebut tidak ada,
karena pasti buah apel merah impor itu tersedia untuk mereka beli. dan
akhirnya mereka berhenti mencari buah nasional, dan datang ke pasar
swalayan untuk membeli buah impor.
Peningkatan impor buah secara mendasar disebabkan oleh kemampuan
pemasar buah impor memanfaatkan peluang pasar yang ditimbulkan oleh
peningkatan konsumsi buah akibat peningkatan pendapatan dan kesadaran
masyarakat akan kesehatan. Dilihat dari laju peningkatan konsumsinya,
sebenarnya tingkat konsumsi buah per kapita masyarakat Indonesia relatif
masih di bawah kebutuhan rata-rata guna memenuhi pola makan sehat. Jadi
yang perlu disiasati adalah strategi untuk memasarkan buah nasional guna
memanfaatkan peluang pasar tersebut danx kontra-strategi pemasaran buah
impor dengan tetap memperhatikan etika usaha dan prinsip keterbukaan.
D. Analisis Usahatani
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya
yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang
melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995).
Analisis usahatani merupakan aspek yang digunakan untuk menilai
keuangan suatu usahatani secara keseluruhan dan merupakan salah satu aspek
yang sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Penilaian aspek usahatani
merupakan penilaian sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan
17
biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa
periode termasuk jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur
investasi (Kasmir, 2004).
Dalam usahatani dibutuhkan masukan yang sesuai dengan tuntutan atau
kebutuhan tanaman, seperti pembelian bibit, pupuk, obat-obatan, sewa tanah,
dan upah tenaga kerja. Biaya tersebut dibutuhkan setiap saat sehingga masalah
ini sering menimbulkan resiko yang sangat besar pada petani, kalau biaya
tidak dapat dipenuhi secara tepat waktu ataupun tepat jumlah maka akibatnya
adalah produksi atau hasil yang dicapai tidak sesuai harapan (Daniel, 2002).
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang relative tetap jumlahnya, dan
terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.
2. Biaya tidak tetap (variable cost), yaitu biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh
(Soekartawi, 1995).
Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang
telah dijalankan dapat memberi keuntungan. Keuntungan usaha tersebut baru
dapat diperoleh apabila semua biaya usaha yang telah dikeluarkan dapat
ditutupi oleh hasil penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan
(Daniel, 2002). Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomi yang
dipergunakan yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan
suatu produk. Biaya produksi adalah semua pengeluaran untuk memperoleh
faktor-faktor produksi dan bahan penunjang lainnya yang dapat
didayagunakan agar produksi dan bahan penunjang lainnya yang dapat
didayagunakan agar produksi tertentu yang telah direncanakan dapat terwujud
dengan baik (Mahekam,1991). Penerimaan adalah keseluruhan pendapatan
yang diperoleh dari semua cabang dan sumber dalam usahatani selama satu
tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran, atau
penaksiran kembali (Hadisapoetra, 2000). Pendapatan dari suatu jenis
usahatani merupakan salah satu penilaian keberhasilan kegiatan usahatani.
18
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya.
Jadi secara matematis dapat dituliskan :
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd : pendapatan ushatani
TR : total penerimaan usahatani
TC : total biaya usahatani
(Soekartawi, 1995).
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya
yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi
masukan atau input (Soekartawi, 1995).
Keuntungan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan analisis
R/C ratio untuk mengetahui apakah usahatani tersebut menguntungkan atau
tidak dan analisis fungsi keuntungan untuk mengetahui tingkat keuntungan
yang diperoleh, analisis biaya per unit untuk mengetahui keuntungan setiap
unitnya (kg) (Kartasapoetra, 2001).
Menurut Darsono (2008) dalam Sari (2011) R/C rasio merupakan
metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio
penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis kelayakan usaha digunakan
untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu
teknologi. Dengan kriteria hasil:
R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan secara efisien.
R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas/Break
Event Point (BEP).
R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak
19
III. TATA LAKSANA MAGANG
A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu 1 Juli 2013
sampai dengan 1 Agustus 2013 atau menyesuaikan jadwal dari perusahaan
antara bulan Juli - Agustus di PT. Kusuma Satria Dina Sasri, Wisata Jaya
Malang dengan alamat Jl. Abdul Ghani Atas, Batu, Malang.
B. Metode Pengambilan Data
Pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa yang berlangsung di PT.
Kusuma Satria Dina Sasri ini menggunakan beberapa metode pengambilan
data. Adapun metode yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan Lapang
Pengamatan dilakukan secara langsung dengan ikut bekerja di PT.
Kusuma Satria Dina Sasri mulai dari proses produksi benih, pembibitan,
penanaman, pascapanen hingga pemasaran untuk memperoleh gambaran
secara lebih jelas mengenai aspek yang dikaji. Seluruh peserta magang di
PT. Kusuma Satria Dina Sasri juga mengamati kegiatan–kegiatan yang
berlangsung. Kegiatan ini dilakukan apabila peserta tidak memungkinkan
ikut bekerja langsung sebagaimana halnya para karyawan sesuai kebijakan
dari PT. Kusuma Satria Dina Sasri.
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab secara
langsung yang berkaitan dengan materi magang dan kegiatan yang
dipelajari di lapangan kepada pembimbing lapangan dan dengan pihak-
pihak yang ditugaskan di setiap bagian (divisi).
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi sebagai data
pelengkap dan pembanding serta konsep dalam alternatif pemecahan
masalah. Referensi tersebut antara lain diperoleh dari buku-buku, jurnal,
majalah, koran, dan internet.
19
20
C. Metode Kegiatan
Kegiatan magang yang dilakukan adalah kegiatan magang yang akan
dilaksanakan di PT. Kusuma Satria Dina Sasri pada budidaya tanaman
hortikultura yaitu apel yang meliputi pengolahan tanah, pembuatan bedengan–
bedengan persemaian, pemilihan biji untuk benih, menyemai atau
mengecambahkan biji, pemindahan kecambah dari persemaian
perkecambahan ke persemaian pemeliharaan/persemaian bibit, kegiatan
pemeliharaan yang meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, kegiatan
pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, kegiatan pemanenan. Untuk
kegiatan pemanenan meliputi waktu panen yang tepat dan cara pemanenan
komoditas yang telah siap panen. Sedangkan kegiatan pasca panen meliputi
penyimpanan, penggudangan dan pengepakan komoditas pertanian. Terakhir
adalah kegiatan pemasaran komoditas hortikultura yang dihasilkan oleh PT.
Kusuma Satria Dina Sasri.
D. Metode Identifikasi Masalah di Lokasi Magang
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang
timbul di lokasi magang, antara lain :
1. Metode langsung
a. Observasi / survei
lapang
Observasi secara langsung dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap kondisi institusi mitra selama kegiatan
magang dilakukan. Pengamatan atau observasi dilaksanakan
bersamaan dengan praktek lapang. Kunjungan lapang atau survei
dilakukan terhadap kondisi lapang dan bidang-bidang usaha institusi
mitra serta bagaimana keadaan lingkungan setempat di sekitar institusi
mitra yang diduga dapat digunakan sebagai informasi utama atau
tambahan guna mengidentifikasi permasalahan.
b. Wawancara
21
Wawancara secara langsung dilakukan dengan menanyakan
permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kasus yang akan atau
sedang dikaji untuk diselesaikan. Wawancara dapat dilakukan dengan
institusi mitra (pembimbing lapang dan karyawan institusi mitra).
2. Metode tidak langsung
a. Pencatatan data
sekunder
Pencatatan data sekunder merupakan metode pengumpulan data
dengan mencatat data-data yang telah ada, meliputi data iklim,
topografi, keadaan tanah, luas areal yang digunakan untuk kegiatan
usaha institusi mitra, sejarah singkat dan struktur organisasi institusi
mitra. Data sekunder tersebut dapat berupa data cetak maupun data
digital yang menunjukkan suatu fakta dan dapat dimanfaatkan untuk
pelaporan, mengidentifikasi suatu kasus atau bahkan untuk
memecahkan masalah tersebut secara komprehensif.
b. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan penelusuran referensi sebagai
bahan pelengkap, pendukung dan pembanding serta konsep dalam
mencari solusi permasalahan. Contohnya: data dari internet, buku, atau
media lainnya.
E. Aspek yang Dikaji
1. Aspek umum
Mengkaji tentang keadaan umum perusahaan meliputi sejarah dan
perkembangannya, lokasi dan struktur organisasi perusahaan.
2. Aspek khusus
Mengkaji secara khusus kegiatan budidaya tanaman apel,
manajemen produksi serta manajemen pemasaran apel di PT. Kusuma
Satria Dina Sasri.
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
1. Letak dan Kondisi Wilayah
PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya berlokasi di Kota Batu,
Jawa Timur yang terletak 90 km dari Surabaya dan 19 km dari kota
Malang. Batas-batas lokasi PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
meliputi:
Sebelah Barat : Desa Sisir
Sebelah Timur : Desa Sanggrahan
Sebelah Selatan : Gunung Panderman
Sebelah Utara : Desa Ngaglik.
Kota Batu juga dikelilingi oleh rangkaian pegunungan seperti
Gunung Panderman (2040 m), Gunung Arjuno (3339 m), Gunung
Welirang (2277 m) dan Gunung Kawi (2651 m). Karena letaknya didaerah
pegunungan, Batu sangat cocok untuk pertanian jenis hortikultura,
terutama untuk Komoditas tanaman apel. Hamparan kebun apel dapat
dilihat sampai dengan ketinggian 1500 m dpl.
2. Sejarah
PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan bagian dari
Kusuma Group. Kusuma Agrowisata didirikan oleh Ir. Eddy Antoro pada
tahun 1989 dan merupakan perusahaan milik perorangan. PT. Kusuma
Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan salah satu pelopor wisata Agro di
Indonesia terutama sebagai wisata petik. Produk yang ditawarkan oleh PT.
Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah apel, jeruk, strawberry,
sayuran hidroponik. Selain itu PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
juga menjadi pioner dari pembuatan minuman sari apel.
23
Pada awalnya Kusuma Agrowisata hanya ditanami apel seluas 4
Ha. Selanjutnya agrowitasa meluas dengan membuka beberapa anak
perusahaan seperti :
1. Tahun 1992 mulai membangun cottage untuk menunjang fasilitas
agrowisata dan permintaan beberapa pengunjung, cottage tersebut
masih berada didalam perusahaan PT. Kusuma Satria Dinasari
Wisatajaya.
2. Tahun 1997 membuka usaha estate dan travel dengan perusahaan yang
bernama PT. Kusumantara Graha Jayatrisna (kusuma estate)
3. Antara tahun 1998 - 2000 dibangun home industry, menggunakan
bahan baku apel dengan nama perusahaan PT. Mannasatria
Kususmajaya Perkasa (Agroindustri).
4. Tahun 2002 didirikan pula klinik agrobisnis PT. Kusumasatria Agrobio
Taniperkasa (Klinik Agribisnis Agrowisata).
Semua usaha dan aktivitas yang dirintis oleh Ir. Edy Antoro
diwadahi dalam sebuah badan hukum yang legal.
3. Struktur Organisasi Perusahaan
Selayaknya perseroan terbatas lainnya PT. Kusuma Satria
Dinasasri Wisatajaya juga memiliki struktur organisasi. Bentuk organisasi
di Kusuma Agrowisata adalah garis staf yang telah menempatkan posisi
karyawan berdasarkan tugasnya masing-masing. Adapun struktur
organisasi Kusuma Agrowisata dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
OPERATIONAL MANAGEROPERATIONAL MANAGER
KA. DEPT.BTS
KA. DEPT.BTS
KA. DEPT. TRADINGKA. DEPT. TRADING
KA. DEPT.PEMASARAN
WISATA
KA. DEPT.PEMASARAN
WISATA
KA. DEPT.KUA
KA. DEPT.KUA
KA. DEPT. ADVENTUREKA. DEPT.
ADVENTUREKA. DEPT.
FOOD & BEVERAGE,ENG. PUBLIC AREA
KA. DEPT.FOOD & BEVERAGE,ENG. PUBLIC AREA
KA. DEPT. BTTKA. DEPT.
BTT
ASST. KA. DEPT.FOOD & BEVERAGE
ASST. KA. DEPT.FOOD & BEVERAGE
ASST. KA. DEPT.ENG. PUBLIC AREA
ASST. KA. DEPT.ENG. PUBLIC AREA
24
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Kusuma Satria Dinasasri WisatajayaSumber: Bagian personalia PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
B. Budidaya Tanaman Apel
Tanaman apel merupakan komoditas utama yang dibudidayakan di
PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Selain sebagai wisata petik buah,
apel juga digunakan sebagai bahan baku agroindustri dan pemasaran buah
segar. Taksonomi dari tanaman apel (Malus sylvestris Mill) adalah sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Rosaceae
Genus : Malus
Species : Malus sylvestris Mill
PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya mengusahakan empat jenis apel.
Tabel 4.2.1. Jenis Apel yang diusahakan di Kusuma Agrowisata
Apel Manalagi Apel Romebeauty Apel Anna Apel WanglinBentuk Buah Flat Globose Long
conicalGlobose conical
Warna Buah Hijau kekuningan
Hijau kemerahan Merah tua Hijau berbintik kecoklatan
Cita Rasa Manis segar Manis masam
Manis renyah
Produksi (Kg/pohon)
90-120 90-120 90-120 90-120
Sumber: wawancara dengan nara sumber
Prosentase penanaman setiap jenis apel berbeda-beda yaitu 50% jenis
apel manalagi, 40% jenis apel ana, sedangkan Romebeauty dan wangling
masing-masing 10%. Perbedaan prosentase penanaman dikarenakan pada
jenis apel manalagi dan ana rasanya cenderung lebih manis maka para
25
pengunjung lebih menyukai apel jenis ini selain itu jenis apel manalagi dan
apel ana juga digunakan sebagai bahan baku agroindustri. Produk olahan dari
bahan baku apel manalagi yaitu sari apel, jenang apel, selai apel, dan cuka
apel, sedangkan untuk bahan baku apel ana hanya dapat diolah menjadi
jenang apel. Tanaman apel di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dapat
melakukan panen 1 kali dalam setahun.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam budidaya tanaman apel antara
lain:
1. Persiapan lahan
PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tidak melakukan
persiapan lahan dari awal melainkan membeli beberapa lahan perkebunan
apel warga untuk memperluas areal agrowisata apel. Persiapan lahan
biasanya dilakukan hanya saat rejuvenasi/peremajaan pohon apel dalam
satu luasan atau blok tertentu. Dalam persiapan lahan dilakukan beberapa
cara untuk pengolahan tanah, antara lain pembersihan gulma atau rumput-
rumput liar yang ada pada lahan tersebut, cara yang dilakukan adalah
dengan pencangkulan, pencangkulan juga dilakukan untuk pembuatan
guludan dan bedengan untuk aliran irigasi, lahan yang ada dibuat
terasering karena areal penanaman yang sedikit landai. Setelah pembuatan
guludan membuat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 50 cm dengan
jarak 3 x 3 m. Jarak tanam yang digunakan cenderung lebih lebar
dibandingkan dengan referensi yang ada yaitu 3 x 2,5 m, hal ini
dikarenakan untuk wisata petik apel diperlukan areal yang lebih luas agar
memudahkan pengunjung dalam memasuki perkebunan dan memberikan
jarak antar pohon yang lebih untuk pertumbuhan kanopi apel sehingga
pertumbuhan apel lebih melebar dan memudahkan dalam memetik buah.
2. Persiapan tanaman atau bibit
PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tidak menyediakan bibit
sendiri tetapi membeli dari Balitjestro (Balai Penelitian Jeruk dan
Tanaman Tropis) yang terletak di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Batu,
26
Jawa Timur. Balitjestro adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
penelitian dan pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, dengan harga bibit apel
Rp 15.000,00/bibit. Cara ini dipilih dengan alasan lebih praktis, efektif dan
efisien serta tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan
satu bibit apel dan masih menanggung resiko kegagalan dalam pembibitan.
Bibit apel tersebut digunakan untuk keperluan
rejuvenasi/peremajaan dan penyulaman. PT. Kusuma Satria Dinasasri
Wisatajaya mempercayakan pembelian bibit apel di balai penelitian karena
dinilai kualitas dari balai penelitian lebih baik dari pada membeli bibit dari
petani. Jika dalam suatu periode peremajaan atau penyulaman bibit masih
tersisa maka dapat dijual kepada pengunjung.
3. Penanaman
Setelah persiapan lahan dan persiapan bibit siap maka dilangsung
dilakukan penanaman tanaman apel. Penanaman biasanya dilakukan saat
pagi hari dan akan memasuki musim hujan dikarena pada awal penanaman
bibit memerlukana air yang cukup banyak dan masih dalam proses
adaptasi sehingga akar belum dapat bekerja dengan efektif untuk mencari
air dan unsur hara lainnya.
4. Pemeliharaan
Di PT Kusuma Agowisata kusuma tanaman apel diperlakukan
sedemikian rupa sehingga dapat berbuah dengan baik pada waktu yang
diinginkan. Pemeliharaan tanaman apel yang dilakukan antara lain:
Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau dimatikan
kerena tidak menghasilkan, tanaman yang mati biasanya tanaman apel
terkena penyakit busuk batang yang menyebar luas ke seluruh batang dan
tanaman mati karena tidak dapat tumbuh besar dalam waktu lama,
27
penyulaman dilakukan dengan cara menanam tanaman baru menggantikan
tanaman lama dan penyulaman dilakukan pada musim penghujan.
Penyiangan
Penyiangan hanya dilakuakan bila disekitar tanaman induk terdapat
banyak gulma yang dianggap dapat mengganggu tanaman. Pada kebun
yang ditanami apel dengan jarak tanam yang rapat (± 3x3 m), penyiangan
tidak dilakukan terlalu sering karena tajuk daun menutupi permukaan
tanah sehingga rumput-rumput tidak dapat tumbuh dengan lebat.
Penyiangan dilakukan dengan 2 cara yaitu secara manual ataupun dengan
alat, secara manual dilakukan dengan cangkul, dengan cara ini sekaligus
untuk pembuatan lubang dalam pemupukan dan cara kedua yaitu dengan
alat menggunakan mesin pemotong rumput, cara ini dilakukan hanya
untuk memotong rumput yang tinggi sekitar 50 cm.
Gambar 4.2.1 Penyiangan gulma
Pembubunan
Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah.
Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar
tanaman agar tidak tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah.
Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan
pemupukan.
28
Pengapuran
Pengapuran dilakukan untuk menetralkan pH tanah apabila tanah
tersebut memiliki kadar asam yang tinggi, tanah menjadi masam karena
terjadi hujan terus menerus. Pengapuran dilakukan dengan dosis 10
kg/pohon diberikan 3-4 tahun sekali. Kapur yang digunakan adalah kapur
pertanian dengan kandungan CaCo3 + MgCo3 : 85%.
Gambar 4.2.2 Kapur Gambar 4.2.3 Pengapuran
Perempalan/Pemangkasan
Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam
setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung
beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang
tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang
menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah.
Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yang
diinginkan (4-5 tahun).
29
Gambar 4.2.4 Pemangkasan
Perompesan
Perompesan dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah
sedang. Didaerah tropis perompesan dilakukan untuk menggantikan
musim gugur di daerah iklim sedang baik secara manual oleh manusia
(dengan tangan) 10 hari setelah panen maupun dengan menyemprotkan
bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel 5000 ppm 1 minggu setelah panen 2
kali dengan selang satu minggu)
Gambar 4.2.5 Perompesan
30
Penyaputan
Penyaputan dilakukan untuk menghindari lumut saat musim hujan
sehingga mengurangi penyakit kanker batang yang akan menyebabkan
patah pada batang. Penyaputan dilakukan dengan cara pengecatan pada
batang primer dan sekunder batang pohon apel dengan bahan nordox
(fungisida) atau dengan kapur dan belerang yang dicampur dengan air
dengan komposisi 200 liter air + 2 liter sari belerang dan kapur lalu
didiamkan selama 2-3 hari dan sari airnya yang efektif digunakan untuk
penyaputan. Teknik penyaputan dilakukan dengan kuas atau dengan
disemprotkan untuk menghemat biaya. Penyaputan dilakukan saat akan
musim hujan karena pada musim hujan kelembaban akan meningkat
sengingga lumut dan jamur akan tumbuh lebih cepat selain itu dan bakteri
yang menyebabkan penyakit kangker pada batang.
Gambar 4.2.6 Nordox Gambar 4.2.7 Penyaputan
Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah,
pelaksanaan pemupukan dilakukan sekali dalam setahun dengan jenis
pupuk yang berbeda setiap masa produktif tanaman. Pada tanaman yang
sudah menghasilkan (TM) diberikan pupuk phonska dengan dosis 750
gr/tanaman dan pupuk TSP dengan dosis 200 gr/tanaman, pupuk phonska
dan pupuk TSP diberikan untuk merangsang pertumbuhan tanaman.
31
sehingga akan semakin tinggi, dengan jumlah anakan yang banyak dan
memperbaiki hara tanah sedangkan pada tanaman yang belum
menghasilkan (TBM) diberikan pupuk ZA dengan dosis 200 gr/tanaman
yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan generatifnya seperti
pertumbuhan batang dan daun.
Gambar 4.2.8 Pemupukan
Pelengkungan cabang
Pelengkungan cabang atau penelungan dilakukan setelah melakukan
perompesan, pelengkungan cabang ini ditujukan untuk membentuk cabang
horizontal sehingga kanopi melebar dan membetuk payung selain itu juga
untuk meratakan tunas lateral dengan cara menarik ujung cabang dengan
tali rafia dan diikatkan ke bawah. Tunas lateral yang rata akan memacu
pertumbuhan tunas yang berarti mamacu terbentuknya buah, dengan tunas
lateral yang tidak terlalu tinggi maka dapat memudahkan pengunjung
dalam memetik buah.
32
Gambar 4.2.9 Pelengkungan cabang
Penjarangan Buah
Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu
besar seragam, kulit baik, dan sehat. Penjarangan dilakukan dengan
membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau kecil-
kecil), untuk mendapatkan buah yang baik satu tunas hendaknya berisi 3-
5 buah.
Pengairan dan Penyiraman
Dalam pertumbuha tanaman apel memerlukan pengairan yang
memadai sepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan
air tidak ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman
terendam air, karena itu perlu drainase yang baik. Pada musim kemarau
masalah kekurangan air harus diatasi dengan cara menyirami tanaman
sekurang-kurangnya 2 minggu sekali dengan cara dikocor.
Pengendalian OPT
Dalam budidayanyaa tanaman apel tidak terlepas dari serangan
serangga hama yang dapat merusak produktifitas. Serangga sebagai salah
satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki peranan penting
dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan detrivor
(Strong et al., 1984). Serangga herbivora merupakan faktor penyebab
33
utama dalam penurunan produksi perkebunan, baik secara langsung
memakan jaringan tanaman atau sebagai vektor dari patogen tanaman
(Kirk- Spriggs, 1990).
Serangga hama yang menyerang tanaman apel di PT. Kusuma
Satria Dinasasri Wisatajaya antara lain:
Tabel 4.2.2. Daftar Serangga Hama yang Menyerang Tanaman Apel
NO NAMA ORDO FAMILI GENUS SPESIES
1 Ulat
Grayak
Lepidoptera Noctuidae Spodoptera Spodoptera
litura
2 Kutu Daun Homoptera Aphididae Aphids Aphids gossypii
3 Trip Thysanopter
a
Thripidae Thrips Thrips sp
4 Kutu sisik Homotera Diaspididae Lepidosaphes Lepidosaphes
beckii
5 Lalat Buah Diptera Tephritidae Bactrocera Bactrocera sp
6 Ulat
Peliang
Daun
Lepidoptera Gracillarida
e
Phylocnistis Phylocnistis
citrella
7 Ulat
Jengkal
Lepidoptera Geometrida
e
Plusia Plusia calcites
8 Ulat Bulu Lepidoptera Lymantriida
e
Arctornis Arctornis sp
9 Ulat Daun Lepidoptera Papilionidae Papilio Papilio sp
34
Tidak semua jenis hama yang menyerang tanaman apel di
perkebunan PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang kami dapatkan
dari personalia bagian tanaman tahunan terlihat saat kami melaksanakan
kegiatan magang. Berdasarkan hasil wawancara dengan buruh tani dan
mandor disana maka populasi dan jenis hama yang menyerang tergantung
paada fase pertumbuhan pohon apel itu sendiri. Saat musim berbunga
hama yang banyak ditemuai adalah Kutu Daun (Aphids) dan Ulat Grayak
(Spodoptera litura) sedangkan saat berbuah hama yang banyak dijumpai
adalah Lalat Buah (Bactrocera sp.) dan Ulat Daun (Papilio sp.). Dilapang
saat melaksanankan kegiatan magang hama yang kita temuai yaitu Kutu
Daun (Aphids) dan kutu putih (Thrips sp) sedangkan penyakit yang kita
temui adalah Embun Tepung (Powdery Mildew) dan kanker batanag
(Antraknosa).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) pada tanaman apel adalah sebagai berikut:
a) Pengendalian Gulma
Gulma adalah tanaman yang hidupnya dapat merugikan tanaman
yang diusahakan. Penyiangan dilakukan apabila rumput sudah dapat
merugikan tanaman yaitu rumput yang sudah setinggi 30 cm.
pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan mesin potong
rumput, herbisida ataupun potong manual. Biasnya para pekerja juga
sering mengambil rumput yang ada di perkebunan apel dengan cara
dibabat untuk dibawa pulang dan digunakan sebagai pakan ternak
mereka.
35
Gambar 4.2.10 pemotongan gulma
Mengandalkan pekerja untuk menyiangi rumput belum mampu
mengatasi permasalahan dalam pengendalian gulma. Di PT. Kusuma
Satria Dina Sasri menerapkan penggunaan pupuk organik mentah
(kotoran sapi yang masih basah) dalam praktek budidayanya. Selain
harga pupuk organik mentah harganya lebih murah, sifat pupuk
organik mentah yang masih panas dapat mematikan tanaman rumput.
Aplikasi pupuk organik mentah ini hanya diletakkan di atas tanah
berjarak 30cm dari batang pohon apel, selain dalam pematangan
pupuk organik mentah ini dapat mengurangi pertumbuhan gulma,
pupuk organik mentah juga tidak mudah mengalami perlindian dan
meninggalkan daerah penyerapan akar.
Penggunan herbisida dilakukan sebagai alternatif terakhir dalam
pengendaian gulma ini. Penggunaan pestisida biasanya digunakan saat
tanaman sudah mulai berbunga, karena pada saat tersebut apabila
pupuk organik mentah diaplikasikan dapat merontokkan bunga
tanaman apel tersebut. Herbisida yang dipilih adalah herbisida kontak
yang mampu mematikan gulma dengan cepat. Herbisida kontak
dipilih karena bekerja lebih cepat, apabila dipilih herbisida sistemik
selain proses pengurangan gulmanya cenderung memakan waktu,
dikhawatirkan selain diserap oleh gulma juga diserap oleh tanaman
apel sehingga meninggalkan residu pada buah apel dan menyebabkan
kerusakan fisiologis pada pohon apel, karena herbisida sistemik
36
bekerja fisiologikal. Biasanya herbisida yang digunakan yaitu Round
up.
b) Pengendalian Hama dan Penyakit
Dasar sebelum dilakukan pengendalian perlu dilakukan
monitoring hama penyakit yang terserang dan tingkat serangan yang
terjadi. Mengenali dan memahami waktu hama penyakit muncul,
gejala yang terjadi, serta faktor pendukung berkembangnya hama
penyakit akan memudahkan dalam penentuan strategi pengendalian.
Monitoring atau kontrol ada tidaknya hama/penyakit, tingkat
serangan, dan apa yang diserang, serta tingkat serangan yang terjadi
sebagai dasar penentuan penggunaan pestisida. Monitoring atau
kontrol efektifitas dari pengendalian yang telah dilakukan untuk
menentukan tindakan berikutnya.
Gambar 4.2.11 Penyemprotan Pestisida
Kendala yang sering ditemukan adalah ketidakseragaman
pertumbuhan di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Karena
kebun yang dimonitoring adalah kebun dengan tujuan utama
agrowisata, sehingga harus selalu ada tanaman yang berbuah,
sehingga fase pertumbuhannya berbeda-beda, inilah yang terkadang
menyebabkan pengendalian hama dan penyakit di PT. Kusuma Satria
Dinasasri Wisatajaya tidak mudah. Satu-satunya cara yang paling
mudah dalam pengendalian hama di PT. Kusuma Satria Dinasasri
37
Wisatajaya adalah melalui monitoring berkala dan penyemprotan yang
incidental sehingga pengendaliannya tepat sasaran.
1) Kutu putih
Kutu putih bukanlah hama yang berdampak parah pada
tanaman apel, namun terkadang kutu putih ini menjadi vektor
penyakit pada tanaman apel, sehingga keberadaannya harus
dikendalikan. Kutu putih akan menyebabkan buah berkurang
kandungan airnya sehingga buah akan berkerut.
Apabila setelah pengerikan akibat serangan antraknosa
terdapat kutu putih, maka bagian tersebut harus segera disemprot
ataupun dilakukan pengapuran ulang sehingga kutu putih tidak
akan menjadi vektor penyakit. Namun, biasanya di PT. Kusuma
Satria Dinasasri Wisatajaya jarang ditemukan adanya kutu putih
yang merebak. Sehingga apabila dilakukan pengapuran ulang
merupakan upaya dalam mencegah perkembangan kutu putih.
2) Aphids
Aphids pada apel biasanya tanpa sayap dan mempunyai
warna tubuh sedikit keunguan hingga warna mawar dan dilapisi
semacam lapisan lilin (Suhariyono, 2007). Daun menjadi
mengeriting dan semua zat-zat yang terkandung dalam daun akan
terserap oleh aphids, selanjunya cabang akan mengeriting dan
pohon apel menjadi sakit. Keberadaan aphid dapat diketahui
apabila terdapat daun dan dahan yang mengeriting dan adanya
kerusakan pada buah apel seperti bopeng (Untung, 1994).
Aphids dikendalikan dengan insektisida, dikarenakan aphids
ini dapat merusakkan dan tingkat toleransinya harus nol. Biasanya
digunakan insektisida sistemik dalam penanganannya, dikarenakan
aphids mempunyai lapisan lilin guna mempertahankan diri.
Apabila diaplikasikan insektisida kontak akan kurang berpengaruh
pada populasi aphids.
38
Pengaplikasian insektisida saat ditemukan banyak aphids,
dilakukan seminggu dua kali, hal ini bertujuan untuk menurunkan
populasi aphids dengan cepat, karena apabila populasi aphids tidak
segera dikendalikan maka serangan akan cepat menyebar. PT.
Kusuma Satria Dina Sasri menggunakan berbagai macam
insektisida dengan bahan pembawa yang sama misalnya Assail,
Thiodan dan Thionex sehingga penyemprotan dapat efektif
walaupun dilakukan secara masif. Dibawah ini adalah gejala serangan
aphids pada tanaman apel
Gambar 4.2.12 Buah yang terserang
aphids
Gambar 4.2.13 Daun yang
terserang aphids
3) Embun Tepung
(Powdery Mildew)
Penyakit ini disebabkan oleh Podosphaera leucotricha (Ell.
& Ev.) Salm., merupakan salah satu penyakit apel yang paling
penting di seluruh dunia. Kerugian muncul dari buah yang
terinfeksi dan dari daun yang mengerdil dan defoliasi, yang akan
mengurangi hasil. Daun dan tunas yang terinfeksi akan menjadi
kerdil, berbentuk tidak sempurna, dan diselimuti miselium
berwarna abu-abu. Beberapa infeksi dapat menyebabkan defoliasi
premature dan kerontokan bunga (Pennycook, 1989). Gambar
dibawah ini merupakan tanaman yang menunjukkan gejala
terinfeksi oleh penyakit embun tepung
39
Gambar 4.2.14 Tanaman apel yang terinfeksi embun tepung
Kecepatan infeksi dari penyakit ini bergantung pada kondisi
wilayah, iklim, dan varietas tanaman. Kelembaban dan curah hujan
yaang tinggi akan memacu pertumbuhan cendawan pathogen
semakin cepat. Pemangkasan, pengurangan kanopi dapat mencegah
kelembaban mikro pada tanaman sehingga udara dan sinar
matahari dapat lebih banyak berpenetrasi sehingga kelembaban
sesuai (Mumford dan Norton, 1984).
Pada saat kegiatan magang berlangsung hanya ditemukan
beberapa tanaman yang terserang penyakit ini. Sehingga,
penanganan yang diberikan bukan merupakan penangan untuk
“menyembuhkan” tanaman namun hanya pengaplikasian fungisida
sebagai protektan agar pada musim selanjutnya penyakit ini tidak
merebak pada tanaman yang lain. Sedangkan tanaman yang
ditemukan terinfeksi embun tepung langsung dipangkas dan
dibakar agar spora dari jamur penyebab penyakit embun tepung
tidak menyebar.
Pengendalian dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama
sebelum perompesan (penyakit dari musim lalu) diatasi dengan
cara penghilangan atau pemangkasan batang yang sakit, sehingga
bagian tanaman yang sakit tidak menginfeksi tanaman yang lain.
40
Setelah perompesan dilakukan penyemprotan dengan fungisida.
Aplikasi pertama dilakukan saat setelah perompesan (tipis) hingga
muncul kuncup bunga, dan apabila diperlukan dapat diteruskan
hingga tunas dan bunga muncul. Fungisida yang diaplikasikan
perama adalah fungisida kontak yang dicampur dengan fungisida
sistemik. Namun, fungisida yang dicampurkan harus mempunyai
bahan pembawa yang sama. Ini merupakan metode yang diterapkan
khusus oleh PT . Kusuma Satria Dina Sasri dan menyimpang dari
teori. Hal ini bertujuan agar segera mematikan cendawan yang
mulai tumbuh dan menghambat pertumbuhannya. Sehingga, lebih
menghemat biaya dan waktu. Dalam penyemprotan ditambahkan
bahan perekat dan perata yaitu Agristick. Dari seluruh jenis buah
apel yang terdapat di PT. Kusuma Satria Dina Sasri varietas yang
paling rawan terhadap penyakit ini adalah varietas Rome Beauty.
4) Antraknosa
Penyebab utama dari penyakit ini adalah Cryptosporiopsis
curvispora; Cryptosporiopsis perennans. Antraknosa yang biasa
disebut kangker batang menyebabkan berkurangnya vigor dari
tanaman dan menurunkan kualitas buah, dan mampu membunuh
tanaman muda. Penyakit ini sangat sulit untuk dikendalikan baik
secara kimiawi maupun biologis. Di PT. Kusuma Satria Dina Sasri
satu-satunya penanganan yang diterapkan untuk mengatasi
penyakit ini adalah dengan menggunakan pengendalian mekanis,
yaitu dengan mengerik bagian yang terkena antraknosa dan
mengaplikasikan kapur pada bagian yang telah dikerik untuk
menghindari adanya penetrasi oleh bakteri maupun
mikroorganisme lain. Dibawah ini adalah gambar tanaman yang
terinfeksi oleh antraknosa
41
Gambar 4.2.15 Batang tanaman apel yang terserang antraknosa
4. Pemanenan
Buah apel siap untuk dipanen pada umur 5-6 bulan setelah
perompesan. Buah apel yang telah siap panen digunakan sebagai wisata
petik oleh para pengunjung. Di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
pemanenan tidak dilakukan scara langsung akan tetapi menunggu setelah
sisa petik dari pengunjung. Dimana sisa buah apel petikan pengunjung
disortir kembali, yang nantinya buah yang sekiranya masih bagus akan di
jual ke bagian trading, dan buah yang kualitasnya tidak sesuai dengan
yang diinginkan trading (tidak layak jual) misalnya buah yang memiliki
ukuran kecil dan tekstur yang kurang baik dapat dijual ke bagian
agroindustri untuk dijual, dengan menerapkan sistem harga putus,
sehingga tidak melayani adanya pengembalian barang atau retur, dan
untuk buah apel yang kualitasnya tidak baik ataupun rusak dapat
digunakan sebagai pupuk cair. Hal ini dilakukan oleh PT. Kusuma Satria
Dinasasri Wisatajaya sebagai upaya untuk meminimalkan limbah
(minimum waste).
5. Pengolahan
Buah yang dipanen adalah sisa petikan pengunjung setelah itu
masuk pada penanganan pasca panen yaitu pensortirn. Buah disortir
42
menjadi dua bagian yaitu yang lanyak jual dan tidak layak jual. Buah apel
yang tidak layak jual ke pasar akan dijual ke agroindustri untuk diolah.
Bagian pengolahan atau agroindustri selain mendapatkan apel dari
lahan PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya juga mendapatkan bahan
baku dari petani ataupun tengkulak di daerah Malang. Adanya upaya
pembelian dari luar ini dikarenakan adanya permintaan produk yang
semakin meningkat akan tetapi kekurangan bahan baku dari PT. Kusuma
Satria Dinasasri Wisatajaya.
Ada beberapa jenis produk olahan dari apel yang produksi oleh PT.
Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, antara lain:
1. Jenang Apel
Gambar 4.2.16 Produk Jenang Apel
2. Sari Apel
Gambar 4.2.17 Produk Sari Buah Apel
3. Cuka Apel
43
Gambar 4.2.18 Produk Cuka Apel
4. Selai Apel
Gambar 4.2.19 Produk Selai Apel
Sebagian dari hasil panen selain dijual pada bagian agroindustri
dan trading juga berikan kepada kedai apel sebagai bahan masakan khas
agrowisata yaitu juice apel dan nasi goreng apel.
B. Pemasaran
PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan wisata petik, dan
yang paling terkenal dari wisata petik ini adalah wisata petik untuk
komoditas apel. Berdasarkan hal ini berarti komoditas apel di PT. Kusuma
Satria Dinasasri Wisatajaya sepanjang tahun menghasilkan apel yang siap
petik. Pemasaran apel di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tidak
mengalami kesulitan karena produk ini sudah memiliki pasar sendiri yaitu
para pengunjung.
Secara garis besar pemasaran apel dapat dibagi menjadi 5 cara:
1. Dijual sebagai petik buah pada pengunjung
44
2. Dijual ke divisi Trading untuk dipasarkan ke luar dari PT. Kusuma
Satria Dinasasri Wisatajaya
3. Dijual sebagai bahan baku produk olahan pada bagian pengolahan
(agroindustri)
4. Dijual kepada pengunjung sebagai oleh-oleh alternatif
5. Dijual kepada kedai apel sebagai bahan pembuatan makanan khas PT.
Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan salah satu
pelopor wisata petik buah di Indonesia, karena telah berdiri sejak 1983.
Pemasaran utama dari komoditas apel di PT. Kusuma Satria Dinasasri
Wisatajaya adalah sebagai petik buah oleh pengunjung, untuk tiket yang
dibeli oleh pengunjung, pengunjung dapat memetik 2 buah apel/tiket.
Sehingga pengunjung dapat merasakan kepuasan dalam memetik dan hasil
dari petikan tersebut diberikan secara gratis oleh pengunjung dan
memberikan pemasukan yang besar untuk PT. Kusuma Satria Dinasasri
Wisatajaya. Akan tetapi tidak sedikit juga pengunjung yang memetik lebih
dari 2 buah apel/tiket, tanpa seijin petugas.
Pada divisi Trading apel-apel yang dibeli dari divisi agrowisata masih
dilakukan penyortiran, apel-apel tersebut masih dibedakan menjadi 2 yaitu
grade A dan grade B. Apel yang dipilih oleh divisi trading adalah apel yang
tidak terlalu tua yaitu apel yang mempunyai tingkat kemasakan 90% karena
dengan mempertimbangkan pendisplayan di outlet-outlet, agar tidak mudah
rusak atau busuk dan tetap tahan lama yaitu dapat sampai 10 hari. Pada waktu
melakukan pemasaran awal (penetrasi pasar) divisi trading memberlakukan
sistem konsinasi yaitu dengan sistem penitipan barang. Setelah mitra percaya
terhadap produk PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, dan PT. Kusuma
Satria Dinasasri Wisatajaya telah memenuhi persayaratan kebanyakan mitra
yaitu dapat menjaga kualitas dan kontinyuitas maka saat ini divisi trading PT.
Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya memberlakukan sistem penjualan apel
dari divisi trading ke mitra dengan menggunakan sistem harga putus.
45
Segmentasi dari produk trading di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
adalah kelas menengah ke atas seperti dipasarkan di Swalayan, Kafe dan
Hotel yang ada di Malang, Surabaya, Bali, Kediri, Blitar, Tulung Agung dan
Kalimantan. Pengiriman barangnya dilakukan dengan menggunakan mobil
box.
Pemasaran produk agroindustri seperti sari apel, jenang apel, cuka
apel, dan selai apel yang dilakukan oleh divisi agroindustri melalui beberapa
cara yaitu penjualan di outlet, canvas produk, dan take order. Dikawasan PT.
Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya terdapat dua outlet, satu outlet berada
didalam kawasan dan satu lagi berada di pintu keluar. Dikedua outlet tersebut
menyediakan produk-produk Kusuma Agrowisata. Canvas produk
merupakan sistem distribusi produk kepada konsumen melalui melalui
canvassing atau keliling melalui fasilitas kendaraan roda empat. Dalam
canvas produk, kegiatan yang dilakukan yaitu membantu pemasaran ke toko-
toko atau supermarket daerah Batu dan Malang. Jika terjadi transaksi maka
barang yang dijual dicatat dalam faktur. Pihak perusahaan melakukan canvas
keluar kawasan melalui sales. Sebelum melakukan canvas, produk diambil
dari gudang logistik dan produk tersebut dimasukkan dalam mobil box.
Setelah selesai canvas produk yang masih tersisa dikembalikan ke bagian
logistik. Alur produk dari industri sampai ke sales digambarkan sebagai
berikut
Industri logistik gudang sales
retur
Cara pemasaran take order merupakan kegiatan mencari order dengan
mencari outlet-outlet baru atau mengecek barang ke outlet, apakah produk
tersebut masih tersedia atau memerlukan suplai lagi.
Kusuma Agrowisata telah menerapkan manajemen pemasaran dengan
baik. Manajemen pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
46
perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba
(Anonim, 2004). Dalam manajemen pemasaran agroindustri di Kusuma
Agrowisata memerlukan segmentasi pasar. Segmentasi pasar digunakan
untuk memilih pasar sasaran yang tepat, mencari peluang, menganalisis
perilaku konsumen. Segmentasi pasar dari produk sari apel adalah konsumen
dari berbagai tingkat mulai dari konsumen tingkat bawah sampai tingkat atas
dan juga dari berbagai usia, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Produk
jenang apel ditujukan untuk pengunjung yang berwisata ke Kusuma
Agrowisata dan ingin membawa oleh-oleh khas Batu. Cuka apel ditujukan
untuk konsumen yang peduli akan kesehatan karena cuka apel mempunyai
manfaat seperti mencegah penyakit. Selai apel ditujukan untuk konsumen
tingkat atas yang biasa dikonsumsi sebagai penyerta dalam roti.
Target pasar yang ingin dicapai oleh divisi agroindustri di Kusuma
Agrowisata dapat dibagi menjadi dua yaitu target jangka pendek dan target
jangka panjang. Target jangka pendek adalah mempertahankan konsumen
dan meraih lebih banyak lagi konsumen yang ada di daerah Batu dan Malang.
Target jangka panjang adalah menjangkau pasar yang lebih luas dari pasar
yang sudah ada, yaitu daerah pasar yang potensial.
Menurut Yudhanto (2012) positioning adalah tindakan perusahaan
untuk merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan
tertentu diingatan konsumen. Sehingga dengan demikian konsumen segmen
memahami dan menghargai apa yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya
dengan para pesaingnya. Usaha-usaha yang dilakukan Kusuma Agrowisata
dalam positioning untuk menarik minat konsumen adalah memanfaatkan
background Kusuma Agrowisata yang sudah dikenal oleh masyarakat sebagai
obyek wisata yang terkenal di Batu dan dengan cara menyertakan produk
agroindustri dalam paket wisata.
C. Analisis Usaha Apel
Analisis usahatani merupakan aspek yang digunakan untuk menilai
keuangan suatu usahatani secara keseluruhan dan merupakan aspek yang
47
sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Penilaian aspek usahatani
merupakan penilaian sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan
biaya investasi, penerimaan, dan keuntungan usahatani.
1. Penerimaan Usaha
Penerimaan adalah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari
semua cabang dan sumber dalam usahatani selama satu tahun, yang dapat
diperhitungkan dari hasil penjualan. Besarnya penerimaan dari komoditi
apel di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ditunjukkan pada
Tabel 4.4.1.
Tabel 4.4.1 Penerimaan Usaha Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun 2012
No. Uraian Jumlah1 Produksi (Kg) 15.549
2 Harga/Kg (Rp) 12.500
3 Penerimaan (Rp) 194.362.500
Pada tahun 2012 jumlah produksi apel mencapai 15.549 kg. Harga
jual rata-rata sebesar Rp.12.500,00. Penerimaan usaha apel PT. Kusuma
Satria Dinasasri Wisatajaya Malang mencapai Rp.194.362.500
2. Biaya
Biaya mengusahakan pada usahatani apel PT. Kusuma Satria
Dinasasri Wisatajaya Malang meliputi biaya kebutuhan bahan, biaya upah
tenaga kerja, dan biaya total lain. Total biaya yang dikeluarkan PT.
Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Malang dapat dilihat pada Tabel 4.4.2
Tabel 4.4.2 Biaya Usahatani Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun 2012
No. Uraian Keterangan Jumlah
1 Biaya kebutuhan bahana. Pestisida (±24 kali
penyemprotan 8 drum, rata-rata campuran 115.000/drum)
b. Pupuk Phonska 1kg/pohon
8 x 115.000 x 24
1 kg x 6400 pohon x Rp.2300
22.080.000
14.720.000
48
c. BBM - 8.000.000
2 Biaya TK - 31.233.000
3 Biaya Total lainJumlah
30 % dari Penerimaan 58.308.750134.341.750
Biaya usahatani apel pada tahun 2012 mencapai
Rp.134.341.750,00 yang meliputi biaya tenaga kerja, biaya bahan
produksi, dan biaya total lain. Biaya tenaga kerja karyawan sebesar
Rp.31.233.000,00. Biaya bahan produksi yang terdiri dari pestisida,pupuk,
dan BBM sebesar Rp.44.800.000,00. Biaya total lain sebesar
Rp.53.308.750. Biaya total lain digunakan untuk gaji direksi dan
karyawan, sebesar 30% dari total penerimaan.
3. Pendapatan
Pendapatan usahatani diperoleh dengan memperhitungkan selisih
antara total penerimaann dengan total biaya mengusahakan. Besarnya
pendapatan usahatani apel PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
Malang dalam satu kali musim panen dapat dilihat pada Tabel 4.4.3.
Tabel 4.4.3 Pendapatan Usahatani Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun 2012
No. Uraian Jumlah1 Penerimaan usahatani(Rp) 194.362.5002 Biaya usahatani (Rp) 134.341.750
3 Pendapatan usahatani (Rp) 60.020.750
Pada tahun 2012 hasil panen apel PT. Kusuma Satria Dinasasri
Wisatajaya adalah 15.549 kg. Harga jual rata-rata buah apel adalah
Rp.12.500,00. Penerimaan divisi apel Rp.194362.500,00. Biaya
mengusahakan pada tahun 2012 mencapai Rp.134.341.750,00. biaya
tersebut meliputi biaya kebutuhan bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya
lain-lain sebesar 30% dari penerimaan. Biaya lain-lain tersebut
diantaranya adalah biaya gaji direksi dan karyawan PT.Kusuma Satria
49
Dinasasri Wisatajaya. Pendapatan bersih divisi apel mencapai
Rp.60.020.750,00.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas antara
lain:
1. Kegiatan agribisnis di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah
kegiatan usaha yang meliputi produksi, pengolahan hasil, dan
pemasaran.
2. Jenis komoditas pertanian yang dinilai dapat berkembang sejak tahun
1983 sampai tahun 2012 ini adalah jenis tanaman apel. Selain
perkembangan dalam inovasi pertanian yang diterapkan secara on farm
agar hasil produksi kian meningkat akan tetapi juga pengembangan
tersebut dapat dikembangkan melalui usaha agroindustri yaitu
mengolah apel menjadi olahan lain antara lain sari apel, jenang apel,
kripik apel dan cuka apel.
3. Pemasaran apel dapat dibagi menjadi 5 cara dijual sebagai petik buah
pada pengunjung, dijual ke divisi Trading , dijual sebagai bahan baku
produk olahan pada bagian pengolahan (agroindustri), dijual kepada
pengunjung sebagai oleh-oleh alternative, dan dijual kepada kedai apel
sebagai bahan pembuatan makanan khas PT. Kusuma Satria Dinasasri
Wisatajaya.
50
4. Pada tahun 2012 kegiatan usahatani divisi apel menguntungkan.
Pendapatan divisi apel sebesar Rp.60.020.750,00. Jumlah produksi
apel mencapai 15.549 kg dengan harga jual rata-rata sebesar
Rp.12.500,00. Penerimaan usaha apel Rp.194.362.500. Biaya
usahatani apel pada tahun 2012 mencapai Rp.134.341.750,00.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk PT. Kusuma Satria
Dinasasri Wisatajaya antara lain:
1. Mengembangkan pangsa pasar yang leih luas terutama di daerah-
daerah yang potensial.
2. Meningkatkan promosi baik dari media cetak maupun media
elektronik.
51
Daftar Pustaka
Anonim. 2004. Agrobisnis, Apel Peluang Bisnis Minuman Segar. www.lampungpos.com. Diakses tanggal 04 September 2013.
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.
Deptan, 2005. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani ,http://www.database.deptan.go.id Diakses tanggal 28 Juni 2013
Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya Apel. http://www.ristek.go.id . Diakes pada tanggal 28 Juni 2012.
Sutjipta, I.N. 2001. Agrowisata. Diktat kuliah di Magister Manajemen Agribisnis”:Universitas Udayana. Tidak diterbitkan.
Untung, Onny. 1994. Jenis dan Budidaya Apel. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yudhanto, Aditya Ari. 2012. Catatan Kecil Manajemen Pemasaran : Positioning Produk Barang&Jasa. Diakses dari http://aditya39e.blogstudent.mb.ipb.ac.id pada tanggal 04 September 2013
52