lap hema kelompok 1

33
A. JUDUL : FAAL HOMEOSTASIS B. TUJUAN : Untuk mengetahui teknik-teknik dalam faal homeostasis Untuk mengetahui waktu yang terukur sejak timbulnya sampai berhentinya pendarahan (Bleeding Time) Untuk mengetahui waktu yang diperlukan darah untuk membeku (Clotting Time) C. PRINSIP Bleeding time atau masa pendarahan adalah cara menilai fungsi vascular, jumla, serta fungsi trombosit. Ada 2 metode, yaitu Metode Duke dan Metode Jvy/Template. Metode Duke menggunakan lanset steril, dengan lokasi di cuping telinga 1 luka standar, dan memiliki waktu pendarahan normal 1-3 menit. Dengan metode ini, pasien ditusuk dengan jarum atau pisau bedah khusus, terutama pada cuping atau ujung jari, setelah swabbed dengan alcohol. Tusukan adalah sekitar 3-4 milimeter. Tiap 30 detik selanjutnya, hisap tetesan darah dengan kertas saring. Metode Jvy menggunakan lanset steril/template tensimeter 40 mmHg, dengan lokasi di volar lengan bawah 2 luka standar (6×1 mm, jarak 1 cm), dengan waktu pendarahan normal yaitu 1-7 menit. Clotting Time atau masa pembekuan memiliki tujuan untuk menentukan waktu yang diperlukan darah untuk membeku. Dimana darah vena diambil sebanyak 3 cc dan dituang kedalam 3 tabung 1

Upload: light471

Post on 23-Jun-2015

1.259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Hema Kelompok 1

A. JUDUL : FAAL HOMEOSTASIS

B. TUJUAN :

Untuk mengetahui teknik-teknik dalam faal homeostasis

Untuk mengetahui waktu yang terukur sejak timbulnya sampai berhentinya pendarahan

(Bleeding Time)

Untuk mengetahui waktu yang diperlukan darah untuk membeku (Clotting Time)

C. PRINSIP

Bleeding time atau masa pendarahan adalah cara menilai fungsi vascular, jumla, serta

fungsi trombosit. Ada 2 metode, yaitu Metode Duke dan Metode Jvy/Template.

Metode Duke menggunakan lanset steril, dengan lokasi di cuping telinga 1 luka standar,

dan memiliki waktu pendarahan normal 1-3 menit. Dengan metode ini, pasien ditusuk dengan

jarum atau pisau bedah khusus, terutama pada cuping atau ujung jari, setelah swabbed dengan

alcohol. Tusukan adalah sekitar 3-4 milimeter. Tiap 30 detik selanjutnya, hisap tetesan darah

dengan kertas saring.

Metode Jvy menggunakan lanset steril/template tensimeter 40 mmHg, dengan lokasi di

volar lengan bawah 2 luka standar (6×1 mm, jarak 1 cm), dengan waktu pendarahan normal yaitu

1-7 menit.

Clotting Time atau masa pembekuan memiliki tujuan untuk menentukan waktu yang

diperlukan darah untuk membeku. Dimana darah vena diambil sebanyak 3 cc dan dituang

kedalam 3 tabung reaksi masing-masing 1 cc, dan tiap 30 detik tabung dimiringkan, jika darah

telah nampak membeku catat waktu yang dihabiskan selama proses pembekuan darah. Perlakuan

yang samanperlakuan yang sama juga dilakukan pada tabung ke 2 dan ke 3.

D. ALAT DAN BAHAN

1. Lanset steril

2. Spite

3. Kapas alcohol

4. Tabung reaksi

1

Page 2: Lap Hema Kelompok 1

5. Kertas saring

6. Stopwatch

7. Darah tanpa antikoagulansia

E. PROSEDUR KERJA

Teknik Duke (Bleeding Time)

1. Didesinfeksi cuping telinga dengan alcohol 70 % (cuping dibebaskan dari perhiasan

dan rambut).

2. Cuping ditegangkan, lalu ditusuk dengan lanset steril tegak lurus pada tepi bawah

cuping.

3. Jalankan stopwatch bila darah mulai tampak.

4. Tiap 30 detik selanjutnya, tetesan darah dihisap dengan kertas saring (jangan

menyentuh kulit) sampai tidak ada lagi bercak darah pada kertas saring.

5. Dicatat waktu berhentinya pendarahan sebagai masa pendarahan (atau dengan

menghitung jumlah bercak darah pada kertas saring dan mengalikannya dengan 30

detik).

Clotting Time

1. Diambil 3 ml darah vena lalu dipasang stopwatch saat darah tampak memasuki

pangkal jarum, kemudian darah dibagi dalam 3 tabung masing-masing 1 ml.

2. Disimpan ke-3 tabung dengan digenggam, dibiarkan selama 4 menit kemudian setiap

30 detik diperiksa tabung I (tabung II Dan III dibiarkan) dan catat waktunya bila

darah pada tabung I sudah tampak membeku.

3. Selanjutnya tiap 30 detik berikutnya diperiksa tabung II dan catat waktunya bila darah

sudah tampak membeku.

4. Perlakuan yang sama juga diperlakukan pada tabung III.

F. HASIL PENGAMATAN

1. Masa pendarahan (Bleeding Time)

Terdapat 8 tetes darah pada kertas saring

2

Page 3: Lap Hema Kelompok 1

Setiap tetes memiliki jeda 30 detik

Waktu yang diperlukan seluruhnya 4 menit

2. Masa Pembekuan (Clotting Time)

Tabung I = 12 menit + 30 detik

Tabung II = 11 menit

Tabung III = 3 menit

+

Total waktu = 26 menit + 30 detik

Jadi, jumlah waktu yang diperlukan untuk pembekuan darah pada ketiga tabung

adalah 26 menit 30 detik.

Rata-rata

Waktu = tabung I + tabung II + tabung III

= 12 menit 30 detik + 11 menit + 3 menit

= 26 menit 30 detik (waktu pembekuan tabung III)

G. PEMBAHASAN

Waktu pembekuan darah normal 5-15 menit. Waktu yang didapat 26 menit 30 detik, hal

ini tidak normal. Hipotesis sementara menduga trombosit pasien agak terganggu dalam proses

pembekuan darah. Faktor penyebab belum dapat ditentukan.

Penentuan waktu pembekuan (Clotting Time) dalam teknik modifikasi ke II, merupakan

waktu pembekuan dari tabunng II.

H. KESIMPULAN

Dalam faal homeostasis, terdapat masa pendarahan dan masa pembekuan darah. Masa

pendarahan pada pasien ini selama 4 menit, dan masa pembekuan darah didapat 26 menit 30

detik, dimana waktu yang diperoleh melebihi batas normal yaitu 5-15 menit. Diduga fungsi

trombosit terganggu

3

Page 4: Lap Hema Kelompok 1

A. JUDUL : PERCOBAAN DARAH LENGKAP (HEMOGLOBIN/PCV)

B. TUJUAN :

Untuk mengetahui kadar Hb seseorang

Untuk mengetahui kadar hematokrit

C. PRINSIP

Hemoglobin (Hb) dengan HCl 0,1 akan berubah menjadi asam hematin. Kemudian kadar

asam hematin ini diukur dengan membandingkan warnanya dengan warna standar secara visual.

Metode yang akan digunakan adalah metode sahli. Metode sahli merupakan suatu cara penetapan

Hb secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga Hb berubah menjadi asam

hematin. Untuk dapat menentukan kadar Hb dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran

tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna gelas standar.

Pada pemeriksaan hematokrit darah disentrifuge dalam kecepatan dan waktu putar

tertentu, sehingga sel-selnya memisah dalam keadaan mampat/padat. Presentase volume

mampatan sel terhadap volume darah semula dicatat dan hasil pemeriksaan PCV yang dibaca

pada chart.

D. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat dan reagen untuk pengambilan Hb :

1. Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2. Aquadest

3. Hemometer sahli yang terdiri dari :

− Tabung pengencer, panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) s/d 22

(atas)

− Dua warna tabung standar

− Pipet Hb dengan pipet karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20

− Pipet HCl

− Botol aquadest dan HCL 0,1

− Batang pengaduk

4

Page 5: Lap Hema Kelompok 1

− Larutan HCl 0,1 N

Alat-alat dan reagen untuk pengukuran PCV :

1. Heparinized microhematocrit tube

2. Microhematocrit centrifuge

3. Seal (malam)

4. Chart

E. PROSEDUR KERJA

Pengukuran Hb

1. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCl 0,1 N sampai tanda 29 %

2. Sample darah dihisap dengan pipet sahli sampai tanda 20 cmm

3. Bagian ujung luar pipet dibersihkan dengan kertas saring

4. Darah segera ditutup dengan hati-hati ke dalam larutan HCl 0,1 N dalam tabung

hemometer tanpa menimbulkan gelembung udara

5. Pipet dibilas dengan meniup dan menghisap HCl 0,1 N yang ada dalam tabung

hemometer beberapa kali. Juga bagian luar pipet sahli dibilas beberapa kali dengan

beberapa tetes larutan HCl 0,1 N atau aquadest

6. Tunggu 10 menit agar terbentuk asam hematin

7. Asam hematin ini kemudian diencerkan dengan aquadest tetes demi tetes sambil

diaduk sampai didapatkan warna yang sama dengan warna standar

8. Miniskus larutan dibaca dan dinyatakan dalam g %

1. Pengukuran PCV

1. Tabung micro Hct diisi dengan sample darah sebanyak 2/3 bagian

2. Salah satu ujung (yang tertutup darah) di seal

3. Tempatkan tabung microHct tadi pada microHct centrifuge

4. Pusingkan selama 5 menit, dengan kecepatan 8000 rpm

5. Hasil dibaca pada chart

5

Page 6: Lap Hema Kelompok 1

F. HASIL PENGAMATAN

1. Pengukuran HB

Data pasien:

Nama : Ni Wayan Ariati (43 Th)

SID : 100301.0486

RM : 00.76.09.64

Tanggal : 1 Maret 2010

Jam : 09:35 WITA

Hasil pembacaan Hb yang didapat adalah 10,8 g %

Nilai rujukan

− Dewasa laki-laki : 13,5-18,0 g %

− Dewasa wanita : 11,5-16,5 g %

− Bayi (< 3 bulan) : 13,6-19,6 g %

− Umur 1 tahun :11,0-13,0 g %

− Umur 12 tahun : 11,5-14,8 g %

Berdasarkan nilai rujukan di atas, dapat disimpulkan bahwa Hb ibu Wayan Ariati rendah,

karena nilai rujukan Hb normal pada wanita dewasa adalah 11,5-16,5 g %.

2. Pengukuran PCV

Dari hasil pengamatan/pembacaan pada chart didapatkan nilai PCV/Hct = 40 %

Nilai rujukan

− Perempuan = 38-48 %

− Laki-laki = 40-50 %

Berdasarakan nilai rujukan dapat disimpulkan bahwa nilai PCV/Hct Ibu Wayan Ariati

normal, karena nilai rujukan PCV untuk perempuan adalah 38-48 %.

3. Pengukuran Hb II

Data pasien :

Nama : Ida Siga

6

Page 7: Lap Hema Kelompok 1

RM : 00.97.74.82

SID : 100308.0372

Tanggal : 8 Maret 2010

Jam : 08:47 WITA

Hasil pembacaaan Hb yang didapat adalah 9,6 g %, sedangkan pembacaan

hematokrit adalah 24

Berdasarkan hasil pembacaan Hb dan hematokrit milik Ibu Siga, kami mendapatkan hasil

Hb sebesar 9,6 dan hematokrit 24, dilakukan dengan metode sahli. Sedangkan hasil yang

seharusnya didapatkan adalah :

Pemeriksaan Hb : 7,5, sedangkan hasil kami 9,6

Pemeriksaan hematokrit : 23,1, sedangkan hasil kami 24

Hb yang diperoleh sangat jauh dari Hb yang semestinya, sehingga dapat disimpulkan

pemeriksaan Hb kami kurang tepat. Sedangkan untuk hematokrit, hasil yang kami peroleh sudah

mendekati dengan hasil yang semestinya.

G. PEMBAHASAN

Sumber kesalahan pada pemeriksaan Hb:

− Tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam, seperti :

karboksihemoglobin, methemoglobin.

− Cara visual yang kita gunakan memiliki kesalahan inheren 15-30 % sehingga

tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.

Sumber kesahalan yang sering terjadi :

− Kemampuan membedakan warna yang tidak sama

− Sumber cahaya kurang baik

− Kelelahan mata

− Alat-alat kurang bersih

− Ukuran pipet kurang tepat, perlu dikalibrasi

− Pemipetan yang kurang akurat

7

Page 8: Lap Hema Kelompok 1

− Warna gelas standar pucat

− Penyesuaian warna larutan yang diperiksa dalam komparator kurang kuat.

Pemeriksaan hematokrit

Bisa saja terjadi kesalahan pada saat darah selesai disentrifuge tetapi hasilnya

tidak bisa dibaca pada chart hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan sample

darah dengan menggunakan tabung microHct tidak sesuai dengan volume yang diambil.

I. KESIMPULAN

Pada pemeriksaan Hb, pada saat pengenceran asam hematin dengan aquadest, perubahan

warna yang terjadi harus benar-benar diperhatikan secara seksama. Pada saat warna dirasa sudah

mulai sama dengan warna standar, dicatat dahulu, lalu ditambahkan lagi aquadest. Jika setelah

ditambah, warna lebih encer daripada warna standar, maka hasil yang digunakan adalah hasil

yang dicatat sebelum ditetesi aquadest kembali.

Pengambilan hematokrit menggunakan tabung silk, volume yang diambil harus tepat,

karena bila tidak, setelah disentrifuge hasil tidak dapat dibaca dan harus mengulang kembali.

8

Page 9: Lap Hema Kelompok 1

A. JUDUL : PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP

B. TUJUAN :

1. Mengetahui jumlah sel darah putih seseorang.

2. Mengetahui jumlah sel darah merah seseorang.

C. PRINSIP :

1. Perhitungan sel darah putih dengan metode mikroskopik,di butuhkan bantuan reagen

Turk yang terdiri dari asam cuka, gentium violet, da aquadest. Reagen Turk akan

melisiskan semua komponen darah selain leukosit dan memberi warna ungu pada

leukosit sehingga mempermudah pembacaan dan perhitungan pada mikroskop.

2. Perhitungan sel darah merah dengan metode mikroskopik,di butuhkan bantuan reagen

Hayem yang terdiri dari NaCl, HgCl2, NaSO4, dan aquadest. Reagen Hayem akan

melisiskan semua komponen darah selain eritrosit sehingga mempermudah pembacaan

pada mikroskop.

D. ALAT-ALAT DAN REAGEN :

1. ALAT :

Pipet sel darah putih dan penghisapnya.

Pipet sel darah merah dan penghisapnya.

Kamar hitung dan gelas penutupnya.

Mikroskop.

2. BAHAN :

Darah

Tissue

3. REAGEN :

Larutan Turk

Larutan Hayem

9

Page 10: Lap Hema Kelompok 1

E. PROSEDUR KERJA

PROSEDUR KERJA MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH

1. Kamar hitung disiapkan di bawah mikroskop dan di tutup dengan gelas penutup.

2. Tahap I : Pengenceran darah

Darah disiapkan.

Disiapkan pipet untuk sel darah putih.

Pipet karet penghisap di pasang pada pipet.

Dihisap darah sampai tanda 0,5 kemudian sekitar pipet dibersihkan.

Dihisap larutan Turk sampai tanda 11.

Di buka pipet penghisap.

Di tutup ke dua ujung pipet kemudian goyangkan pipet memutar.

3. Tahap II : Pembacaan

3 atau 4 tetes pertama di buang.

Kamar hitung di isi dengan tetesan berikutnya pada daerah “W”.

Kamar hitung diletakkan di bawah mikroskop.

Di cari lapang pandang dengan lensa 10 x, setelah lapang pandang jelas

dipindahkan ke lensa 40 x.

Di lihat daerah sel darah putih, cari daerah “W”.

Dihitung jumlah sel darah putih pada daerah “W” kemudian di catat hasilnya.

PROSEDUR KERJA MENGHITUNG SEL DARAH MERAH

1. Kamar hitung disiapkan.

2. Tahap I : Pengenceran darah

Darah disiapkan.

Disiapkan pipet untuk sel darah merah.

Pipet karet penghisap di pasang pada pipet.

Dihisap darah sampai tanda 0,5 kemudian sekitar pipet dibersihkan.

Dihisap larutan Hayem sampai tanda 101.

Di buka pipet penghisap.

10

Page 11: Lap Hema Kelompok 1

Di tutup ke dua ujung pipet kemudian goyangkan pipet memutar.

3. Tahap II : Pembacaan

3 atau 4 tetes pertama di buang.

Kamar hitung di isi dengan tetesan berikutnya pada daerah “R”.

Kamar hitung diletakkan di bawah mikroskop.

Di cari lapang pandang dengan lensa 10 x, setelah lapang pandang jelas

dipindahkan ke lensa 40 x.

Di lihat daerah sel darah putih, cari daerah “R”.

Dihitung jumlah sel darah putih pada daerah “R” kemudian di catat hasilnya.

F. HASIL PENGAMATAN

HASIL PENGAMATAN I

1. Data pasien :

Nama : I Wayan Eka Purnawan

RN : 01.11.34.32

Tanggal : 28 Maret 2010

Sid : 10032.0194

2. Hasil percobaan (perhitungan)

LEUKOSIT

Pengenceran : 20 x

Volume kotak : (1 x 1 x 0,1) x 4 = 0,4 mm3

Menghitung sel dalam 1 mm3 = vol. yang diinginkan = = 2,5

Vol. yang digunakan

Jumlah leukosit = 2,5 x 20 x jumlah yang di dapat

= 2,5 x 20 x 84

= 4.200 sel/mm3

ERITROSIT

Pengenceran : 200 x

11

Page 12: Lap Hema Kelompok 1

Volume kotak = (0,2 x 0,2 x 0,1)x5 = 0,02 mm3

Menghitung sel darah dalam 1 mm3 = vol. yang diinginkan = = 50

vol. yang digunakan

Jumlah eritrosit = 200 x 50 x jumlah yang di dapat

= 200 x 50 x 420

4.200.000 sel/mm3

HASIL PENGAMATAN II

1. Data pasien :

Nama : Dra Ni Luh Gede Puspadi

RN : 01.16.79.21

Tanggal : 18 April 2010

Sid : 100418.0631

2. Hasil percobaan (perhitungan)

LEUKOSIT

Pengenceran : 20 x

Volume kotak : (1 x 1 x 0,1) x 4 = 0,4 mm3

Menghitung sel dalam 1 mm3 = vol. yang diinginkan = = 2,5

vol. yang digunakan

Jumlah leukosit = 2,5 x 20 x jumlah yang di dapat

= 2,5 x 20 x 80

= 4.000 sel/mm3

ERITROSIT

Pengenceran : 200 x

Volume kotak : (0,2 x 0,2 x 0,1) x 5 = 0,02 mm3

Menghitung sel darah dalam 1 mm3 = vol. yang diinginkan = = 50

12

Page 13: Lap Hema Kelompok 1

vol. yang digunakan

Jumlah eritrosit = 200 x 50 x jumlah yang di dapat

= 200 x 50 x 420

= 4.200.000 sel /mm3

Nilai rujukan

Leukosit nilai normal yaitu 4.500 – 11.000 sel/mm3

Eritrosit nilai normal yaitu pria : 4,6 – 6,6 juta sel/mm3 dan wanita :

4,2 – 5,4 juta sel/mm3

G. PEMBAHASAN

1. Leukosit dapat di hitung jumlahnya dengan cara di encerkan dengan reagen Turk yang

terdiri dari gentian violet, asam asetat glacial, dan aquadest. Larutan gentian violet

berfungsi untuk member warna pada inti dari granula leukosit. Larutan Turk ini

memecah eritrosit dan trombosit tapi tidak memecah leukosit. Pada pengamatan I,

setelah di hitung diperoleh leukosit darah uji sebesar 4.200 sel/mm3 sedangkan jumlah

normal adalah 4.500 – 11.000 sel/mm3. Berarti jumlah leukosit dalam darah uji kurang

dari normal.

Pada pengamatan II setelah di hitung di peroleh leukosit darah uji sebesar 4.000

sel/mm3 sedangkan jumlah normal adalah 4.500 – 11.000 sel/mm3. Berarti jumlah

leukosit dalam darahnya kurang dari normal.

Jumlah leukosit dalam tubuh dapat naik turun bergantung ada tidaknya infeksi kuman

dalam tubuh.

2. Eritrosit dapat di hitung jumlahnya dengan cara diencerkan dengan reagen Hayem yang

terdiri dari Na-Sulfat, NaCl, HgCl2 dan aquadest. Reagen Hayem ini dapat memecah

leukosit dan trombosit tapi tidak memecah eritrosit.

Pada pengamatan I, setelah di hitung diperoleh eritrosit darah uji sebesar 4,2 juta

sel/mm3 sedangkan jumlah normal pada pria adalah 4,6 – 6,6 juta sel/mm3. Berarti

jumlah eritrosit dalam darah uji kurang dari normal.

13

Page 14: Lap Hema Kelompok 1

Pada pengamatan II setelah di hitung di peroleh eritrosit darah uji sebesar 4,2 juta

sel/mm3 sedangkan jumlah normal pada wanita adalah 4,2 – 5,4 juta sel/mm3. Berarti

jumlah eritrosit dalam darahnya kurang dari normal.

3. Sumber-sumber kesalahan yang mungkin terjadi :

Peralatan kurang bersih.

Kesalahan pada waktu penempatan.

Kesalahan saat pengenceran.

Kurang teliti saat membaca pada mikroskop.

Kurang teliti pada saat penghitungan.

Kesalahan-kesalahan di atas dapat mempengaruhi hasil sehingga hasil yang di dapat

menjadi tidak relevan, jadi saat melakukan pembacaan harus teliti dan berhati-hati.

H. KESIMPULAN

1. Dari hasil percobaan I di dapat bahwa jumlah leukosit dalam darah uji yaitu 4.200

sel/mm3, sementara nilai normal leukosit dalam darah yaitu 4.500 – 11.000 sel/mm3

berarti jumlah leukosit pada darah uji kurang dari normal.

2. Dari hasil percobaan II di dapat bahwa jumlah leukosit dalam darah uji yaitu 4.000

sel/mm3, sementara nilai normal leukosit dalam darah yaitu 4.500 – 11.000 sel/mm3

berarti jumlah leukosit pada darah uji kurang dari normal.

3. Dari hasil percobaan I di dapat bahwa jumlah eritrosit dalam darah uji yaitu 4,2 juta

sel/mm3, sementara nilai normal eritrosit dalam darah untuk pria yaitu 4,5 – 6,6 juta

sel/mm3 berarti jumlah eritrosit pada darah uji kurang dari normal.

4. Dari hasil percobaan II di dapat bahwa jumlah eritrosit dalam darah uji yaitu 4,2 juta

sel/mm3, sementara nilai normal eritrosit dalam darah untuk wanita yaitu 4,2 – 5,4 juta

sel/mm3 berarti jumlah eritrosit pada darah uji kurang dari normal.

14

Page 15: Lap Hema Kelompok 1

A. JUDUL : MENGUKUR LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREEN

B. TUJUAN :

1. Untuk mengukur laju endap darah

C. PRINSIP :

Sampel darah dengan anti koagulan dimasukkan ke dalam tabung khusus berskala dan

diletakkan tegak lurus maka eritrosit akan mengendap. Pengendapan ini di ukur pada 1 jam

dan 2 jam berikutnya.

D. ALAT-ALAT DAN REAGEN

1. Pipet westegreen

Panjang : 300 mm

Skala : 0 s.d. 200

Garis tengah : 2,5 mm

Isi tabung : ± 1 ml

2. Tabung westegreen

3. Rak westegreen

4. Anti koagulan

Na Citrat 3,8 % : 0,2 ml untuk tiap 0,8 ml darah.

EDTA : 1 mg untuk tiap 1 ml darah perlu diencerkan dengan NaCl 0,9% (4

volume darah : 1 volume NaCl 0,9 %)

E. PROSEDUR KERJA

1. Dipipet NaCl 0,9% dengan pipet westergreen sampai skala 150, kemudian dimasukkan

ke dalam tabung westergreen.

15

Page 16: Lap Hema Kelompok 1

2. Sampel darah dengan antikoagulan EDTA di hisap dengan pipet westergreen yang

telah berisi NaCl 0,9% tadi.

3. Di campur isi tabung westergreen dengan cara disedot dan ditiup beberapa kali

sehingga tercampur baik.

4. Campuarn larutan dalam tabung westergreen kemudian di hisap dengan pipet

westergreen sampai skala 0 kemudian diletakkan pipet westergreen tegak lurus pada

rak westergreen.

5. Dibaca tingginya pengendapan pada 1 jam dan 2 jam.

F. HASIL PENGAMATAN

1. Data pasien

Nama : Ni Komang Ayu Fitri Pratiwi

Tanggal : 17 Mei 2010

NIM : P07134009024

2. Hasil percobaan

Titik awal : 20,2 ml

Titik akhir : 15,0 ml

Jadi laju endap darahnya adalah:

Titik awal – titik akhir = LED

20,2 ml – 15,0 ml = 5,2

G. NILAI RUJUKAN

Jam I : 0 – 2 mm

Jam II : 2 -11 mm

H. PEMBAHASAN

Darah dapat di hitung laju endapnya dengan cara darah di campur dengan antikoagulan

EDTA. Kemudian di hisap dengan pipet westergreen yang telah berisi NaCl 0,9% dan

campuran larutan dalam tabung westergreen di hisap dengan pipet westergreen sampai skala

16

Page 17: Lap Hema Kelompok 1

0 kemudian letakkan pipet westergreen tegak lurus pada rak westergreen. Pada pengamatan

di dapat titik awalnya 20,2 ml dan titik akhirnya 15,0 ml.

I. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan di atas di dapat bahwa hasil pengukuran laju endap darah adalah 5,2

mm.

A. JUDUL : HAPUSAN DARAH TEPI (HDT)

B. TUJUAN :

1. Untuk mengetahui cara membuat hapusan darah tepi.

C. PRINSIP :

Setetes darah dipaparkan di atas sebuah gelas objek, kemudian dilakukan pewarnaan dan

selanjutnya di evaluasi.

D. ALAT-ALAT DAN REAGEN :

1. Glas objek

Glas objek harus bersih, kering dan tidak berlemak. Permukaannya harus rata dan licin

bila kotor harus di cuci dahulu dengan sabun atau alcohol lalu dikeringkan dengan kain

atau kapas yang kering dan bersih.

2. Glas penghapus

Dapat di buat dari gelas objek dengan menghilangkan sudut-sudutnya. Tepinya harus

rata dan bersih.

E. PROSEDUR KERJA

1. Diteteskan satu tetes sampel darah pada salah satu ujung glas objek.

2. Dipegang glas penghapus sedemikian rupa sehingga sampel darah berada pada sudut

antara glas objek dan glas penghapus (sudut 300 – 450).

3. Dihapusakan glas penghapus kea rah tetesan darah sehingga menyentuhnya dan tetesan

darah tadi akan merata antara ujung glas penghapus dan objek.

17

Page 18: Lap Hema Kelompok 1

4. Digeser glas penghapus sedemikian rupa ke arah yang bertentangan dengan arah

pertama. Dengan demikian tetesan darah tadi akan merata di atas glas objek sebagai

lapisan yang tipis.

5. Hapusan ini segera dikeringkan dengan menggerak-gerkkan di udara atau dapat

memakai kipas angin tetapi jangan di tiup dengan hembusan nafas.

6. Tebalnya lapisan darah tergantung dari:

Besarnya tetesan darah

Cepatnya kita menggeserkan glas penghapus

Sudut antara glas penghapus dengan glas objek

7. Gerakan yang pelan atau sudut yang lebih kecil dari 300 akan menghasilkan lapisan

darah yang tipis dan sebaliknya penghapus yang kotor dapat menyebabkan kesalahan

ini.

8. Hapusan dikeringkan dengan segera.

9. Bila tidak maka eritrosit akan mengalami kerusakan (crenation) dan memudahkan

terjadinya bentukan rouleaux (rulo).

F. PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI

Pewarnaan yang dapat di pakai banyak macamnya. Biasanya di pakai salah satu pewarna

romanosky (giemsa, wright).

Reagen pewarna :

Wrigh stain

Pewarna ini mengandung eosin dan methylene blue dengan pelarut methanol.

Buffer phosphate pH 6,4

Buffer phosphat ini terdiri dari KH2PO4 dan Na2HPO4

- KH2PO4 6,63 g.

- Na2HPO4 3,2 g.

- Aquadest ad 1 liter.

Prosedur kerja pewarnaan :

18

Page 19: Lap Hema Kelompok 1

1. Hapusan yang sudah kering di fiksasi dengan meneteskan pewarna wright pada

hapusan darah sehingga hapusan ini tertutup seluruhnya. Waktu fiksasi lebih kurang 2

menit.

2. Untuk penilaian kualitas HDT, pada hapusan yang baik eritrosit warnanya merah

jingga (red orange) dan leukosit berwarna biru dan intinya ungu.

3. Bila eritrosit berwarna biru maka ini disebabkan karena buffer yang terlalu alkalis atau

pencucian kurang bersih.

4. Bila inti sel tidak berwarna ungu tetapi biru ini disebabkan karena pewarnaan yang

kurang.

5. Bila pewarnaan dilakukan terlalu lama, kemudian di cuci berlebihan maka inti sel

masih terlihat tetapi granula sitoplasma tidak tampak lagi.

6. Untuk menghindari pengendapan metalis scum pada hapusan, jangan dimiringkan glas

objek untuk membuang pewarna.

7. Pewarna tersebut harus dihanyutkan dengan menuangkan aquadest yang cukup banyak

sedangkan hapusan tetap dalam posisi mendatar di atas rak pewarnaan.

8. Waktu fiksasi dan pewarnaan dapat di ubah-ubah tergantung dari kualitas pewarna

yang di pakai.

G. PENILAIAN KUALITAS HAPUSAN DARAH TEPI

Penilaian kualitas HDT dilakukan dengan memakai pembesaran kecil (objektif 10 x)

meliputi :

Lapisan darh harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu

dengan lainnya.

Hapusan tidak boleh mengandung endapan warna.

Eritrosit dan leukosit harus di warna dengan baik.

Leukosit tidak boleh menggerombol pada bagian akhir HDT.

Bila HDT tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, sebaiknya di buat HDT

yang baru sehingga tidak menyulitkan waktu di evaluasi.

H. PEMERIKSAAN HAPUSAN DARAH TEPI

19

Page 20: Lap Hema Kelompok 1

1. Pemeriksaan dengan pembesaran kecil (objektif 10 x)

Penilaian kualitas HDT.

Penafsiran jumlah leukosit dan eritrosit.

Penafsiran hitung jenis leukosit.

Pemeriksaan adanya sel-sel muda dan abnormal.

2. Pemeriksaan dengan minyak imersi (objektif 100 x)

Eritrosit : apakah ada kelainan atau variasi morfologi.

Leukosit : hitung jenis dan mencari kelainan morfologi.

Trombosit : penafsiran jumlah dan morfologi. Sel-sel abnormal : pemeriksaan

morfologi.

I. PEMBAHASAN

Hapusan darah tepi (HDT) dilakukan dengan meneteskan sampel darah ke glass objek

kemudian di hapus sedemikian rupa dengan glas penghapus (sudut 300 – 450) sampai

hapusan merata. Lalu hapusan tersebut harus dikeringkan dengan segera. Hapusan yang

sudah kering di fiksasi dengan pewarna wright sampai hapusan tertutup seluruhnya

dengan waktu kurang lebih 2 menit. Setelah itu hapusan harus dituangkan aquadest yang

cukup banyak. Waktu fiksasi dan pewarnaan dapat di ubah-ubah tergantung dari kualitas

pewarnaan yang di pakai.

J. KESIMPULAN

Dari percobaan di atas didapat car membuat hapusan darah tepi yang baik dan benar.

Dalam membuat hapusan haruslah terampil dan cekatan sehingga hapusan merata.

Hapusan tidak boleh terlalu tebal dan terlalu tipis karena akan membuat hapusan sulit di

baca. Reagen yang di pakai untuk pewarnaan hapusa salah satunya dari pewarna

romanosky(giemsa, wright).

20

Page 21: Lap Hema Kelompok 1

A. JUDUL : EVALUASI HAPUSAN DARAH TEPI (HDT)

B. TUJUAN :

- Untuk mengetahui cirri-ciri jenis sel darah

- Untuk mengetahui jumlah normal trombosit

C. PRINSIP :

Untuk dapat melakukan evaluasi HDT dengan baik, maka ciri-ciri jenis sel darah harus

diketahui dahulu dengan baik. Eritrosit normal berwarna jingga dengan control palor (CP) ± 1/3

garis tengah eritrosit disebut normokrom. Bila CP ≥ ½ garis tengah disebut hipokrom. Nila apda

hapusan darah terdapat banyak normoblast koreksi hitungan leukosit, karena inti normoblast

terhitung sebagai leukosit. Perkembangan jalur megakariosit berawal dari megakarioblast yang

berkembang dengan pembelahan inti inti secaar endomitosis yaitu inti sel berbelah dan tidak

melakukan pemisahan diri menjadikan dirinya Promegakariosit yang bila jumlah intinya bisa

menjadi 32 η sel menjadi megakariosit yang paad perkembangan selanjutnya dari pecahan

sitoplasma selnya akan terpecah menjadi serpihan-serpihan yang berfungsi untuk pembekuan

darah disebut trombost atau platelet.

D. ALAT DAN BAHAN

- Mikroskop

- Oil emersi

21

Page 22: Lap Hema Kelompok 1

- Hapusan darah tepi yang sudah di cat pada preparat

E. PROSEDUR KERJA

1. Preparat diletakan pada meja mikroskop

2. Atur mikroskop dengan lensa objekif 10 x agar mendapatkan lapang pandang

3. Setelah lapang pandang didapatkan, tetesi preparat dengan oil emersi

4. Kemudian atur lensa objektif ke posisi 100 x , akur fokus halus agar dapat melihat

lapang pandang dengan jelas

5. Setelah itu, preparat siap dihitung eritrosit, leukosit dan trombosit / platelet.

F. HASIL PENGAMATAN

HDT yang telah memenuhi syarat mula-mula diperiksa dengan:

1. Pembesaran 100 x (objektif 10 x)

- Penentuan kesan jumlah leukosit. Lakukan hal ini di daerah penghitungan

(counting area). Bila didapatkan:

20-30 leukosit/1LP 5.000 leukosit/cmm

40-50 leukosit/1LP 10.000 leukosit/cmm

- Bila menjumpai sel-sel muda berinti (normoblast) maka hitunglah beberapa sel

muda berinti tiap 100 leukosit. Hal ini diperlukan untuk membuat koreksi

terhadap jumlah leukosit yang didapat dengan memakai kamar hitung.

- Cara koreksi :

Jumlah leukosit yang benar = 100 / (100 + N) x L

N = jumlah normoblast / 100 leukopsit

L = jumlah leukosit yang dihitung denga kamar hitung

2. Pembesaran 1000 x (objektif 100 x denga oil emersi)

Eritrosit

22

Page 23: Lap Hema Kelompok 1

- Besarnya : mikrocytes

- Warnanya : lupochromasi

- Sel muda / abnormal (-)

Leukosit

- Kesan jumlah leukosit dan hitung jumlah leukosit

Eosinofil : -

Stab : 1

Netrofil Segmen : 9

Basofil : -

Limfosit : -

Trombosit

Jumlah trombosit bisa dikira-kira dari HDT :

- Jumlah normal pada tiap lapang pandang ada beberapa trombosit : 2-4 / 1

LP

- Jumlah dikatakan meningkat, apabila paad tiap lapang pandang jumlahnya

bangyak (>15/1LP) atau dalam bentuk bergerombol

- Julah dikatakan menurun, apabila agak sulit menemukan trombosit per

lapang pandang

- Pada regenerasi yang aktif dari darah sering dijumpai trombosit yang

besar-besar yang disebut giant trombosit / giant platelet

Trombosit meningkat

23

Page 24: Lap Hema Kelompok 1

(platelet) giant platelet (+)

G. PEMBAHASAN

Jika eritrosit, leukosit dan trombosit dalam keadaan norma, maka dapat terlihat sebagai

berikut :

- Eritrosit : kesan warna, ukuran dan bentuk eritrosit (warna jingga- kandungan Hb

dalam eritrosit), catatan bila ada warna/ukuran/bentuk abnormal. Bulat bikonkaf

( bagian tepi lebih tebal dari pada bagian tengah) dimana bagian tengah lebih sedikit

mengandung Hb sehingga tercatat lebih pucat

- Leukosit : kesan morfologi dan proporsi jenis leukosit (hitung jenis leukosit)

- Trombosit : kesan jumlah dan morfologi trombosit :

FN - 22 : trombosit 13-36 / 1LP

FN – 18 : trombosit 10-22 / 1 LP (jumlah normal)

FN - < : trombosit 4-10 / 1 LP

Morfologi trombosit bisa kecil, noraml, besar dan giant platelet (sebesar eritrosit)

H. KESIMPULAN

- Eritrosit besarnya mikrocyter, warnanya lupochromasi, sel muda dan sel abnormalnya

negative (-)

- Leukosit jumlah dan jenisnya berupa netrofil yang terdiri dari eosinofil, 1 stab, 9

segment, basofil dan limfosit

- Trombosit atau plateletnya meningkat dan giant platelet (+) positif.

24

Page 25: Lap Hema Kelompok 1

25