lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

16
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN I. MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD Mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan berhasil dengan baik yaitu dengan melakukan pengujian tahan luntur warna. TUJUAN Mampu menguji tahan luntur warna kain hasil pencelupan atau pencapan terhadap pencucian. Mempelajari bagaimana cara melakukan pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tahan luntur warna terhadap pencucian. II. TEORI DASAR A. TEORI DASAR TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN Cara pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan pencucian komersial adalah metoda pengujian tahan luntur warna bahan tekstil dalam larutan pencuci dengan menggunakan salah satu kondisi pencucian komersial yang dipilih, untuk mendapatkan nilai perubahan warna dan penodaan pada kain pelapis. Kondisi pencucian dapat dipilih sesuai dengan keperluan dari 16 kondisi yang disediakan. Cara pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna terhadap pencucian yang berulang-ulang. Berkurangnya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan gosokan 5 kali pencucian tangan atau pencucian dengan mesin, hamper samadengan 1 kali pengujian ganda (M), sedangkan satu kali pengujian tunggal (S) sama dengan hasil 1 kali pencucian. Contoh uji dicuci dalam suatu alat Launder O-meter atau alat yang sejenis dengan pengatur suhu secara termostatik dan kecepatan putaran 42 rpm. Alat ini dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng baja yang tahan karat. Proses pencucian dilakukan sedemikian rupa,sehingga pada kondisi suhu, alkalinitas, pemutihan yang sesuai dan gosokan sedemikian sehingga berkurangnya warna yang terjadi, didapat dalam waktu yang singkat. Gosokan diperoleh dengan lemparan, geseran, dan tekanan bersama-sama dengan digunakan perbandingan larutan yang rendah, dan sejumlah kelereng baja yang sesuai.

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 08-Jul-2015

150 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN

I. MAKSUD DAN TUJUAN

MAKSUD

Mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan berhasil dengan baik

yaitu dengan melakukan pengujian tahan luntur warna.

TUJUAN

Mampu menguji tahan luntur warna kain hasil pencelupan atau pencapan terhadap

pencucian.

Mempelajari bagaimana cara melakukan pengujian tahan luntur warna terhadap

pencucian.

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tahan luntur warna terhadap pencucian.

II. TEORI DASAR

A. TEORI DASAR TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN

Cara pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan pencucian

komersial adalah metoda pengujian tahan luntur warna bahan tekstil dalam larutan pencuci

dengan menggunakan salah satu kondisi pencucian komersial yang dipilih, untuk

mendapatkan nilai perubahan warna dan penodaan pada kain pelapis. Kondisi pencucian

dapat dipilih sesuai dengan keperluan dari 16 kondisi yang disediakan.

Cara pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna terhadap

pencucian yang berulang-ulang. Berkurangnya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan

oleh larutan dan gosokan 5 kali pencucian tangan atau pencucian dengan mesin, hamper

samadengan 1 kali pengujian ganda (M), sedangkan satu kali pengujian tunggal (S) sama

dengan hasil 1 kali pencucian.

Contoh uji dicuci dalam suatu alat Launder O-meter atau alat yang sejenis dengan

pengatur suhu secara termostatik dan kecepatan putaran 42 rpm. Alat ini dilengkapi dengan

piala baja dan kelereng-kelereng baja yang tahan karat. Proses pencucian dilakukan

sedemikian rupa,sehingga pada kondisi suhu, alkalinitas, pemutihan yang sesuai dan

gosokan sedemikian sehingga berkurangnya warna yang terjadi, didapat dalam waktu yang

singkat. Gosokan diperoleh dengan lemparan, geseran, dan tekanan bersama-sama dengan

digunakan perbandingan larutan yang rendah, dan sejumlah kelereng baja yang sesuai.

Page 2: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung suhu yang dikehendaki. Jenis sabun yang

digunakan dalam pencucian ini adalah sabun standard detergen yang dikeluarkan oleh

AATCC atau ECE.

Detergen AATCC :

Garam natrium alkilsulfonat linier (LAS) : 14,00 ± 0,02%

Alcohol etoksilat : 2,30 ± 0,02%

Sabun (berat molekul tinggi) : 2,50 ± 0,02%

Natrium tripoliposfat : 48,00 ± 0,02%

Natirum silikat (SiO2 / Na2O = 2/1 ) : 9,70 ± 0,02%

Natrium sulfat : 15,40 ± 0,02%

Karboksil metal selulosa (CMC) : 0,25 ± 0,02%

Air : 1,85 ± 0,02%

Detergen ECE

Garam natrium alkilsulfonat linier (LAS)

(panjang rata-rata rantai alkana C 11,5) : 8,00 ± 0,02%

Alcohol lemak dietoksilasi (14 EO) : 2,90 ± 0,02%

Sabun natrium panjang rantai

C 12 – C 16 : 13% -26%

C 18 – n C 22 : 74% - 87% : 3,50 ± 0,02%

Natrium silikat (SiO2 / Na2O = 3,3/1 ) : 7,50 ± 0,02%

Magnesium silikat : 1,90 ± 0,02%

Karboksil metil selulosa (CMC) : 1,20 ± 0,02%

Garam natrium dan asam etilena diamida tetra asetat (EDTA) : 0,20 ± 0,02%

Natrium sulfat : 21,20 ± 0,02%

Air : 9,90 ± 0,02%

Page 3: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

Table Kondisi Pengujian Tahan Luntur Warna Terhadap pencucian

Metode

Uji

Suhu

(0C)

Jumlah

Larutan

(ml)

Khlor

Aktif

(%)

Natrium

Perborat

(g/l)

Waktu

(menit)

Jumlah

Kelereng

Pengaturan

(pH)

A1S 40 150 - - 30 10* -

A1M 40 150 - - 45 10 -

A2S 40 150 - 1 30 10* -

B1S 50 150 - - 30 25* -

B1M 50 150 - - 45 50 -

B2S 50 150 - 1 30 25* -

C1S 60 50 - - 30 25 10,5 ± 0,1

C1M 60 50 - - 45 50 10,5 ± 0,1

C2M 60 50 - 1 30 25 10,5 ± 0,1

D1S 70 50 - - 30 25 10,5 ± 0,1

D1M 70 50 - - 45 100 10,5 ± 0,1

D2S 70 50 - 1 30 25 10,5 ± 0,1

D3S 70 50 0,015 - 30 25 10,5 ± 0,1

D3M 70 50 0,015 - 45 100 10,5 ± 0,1

E1S 95 50 - - 30 25 10,5 ± 0,1

E1M 95 50 - 1 30 25 10,5 ± 0,1

*) untuk kain-kain ringan dan kain wool atau sutera atau campurannya, tidak perlu

menggunakan kelereng baja. Catat dalam laporan hasil uji bila menggunakan

kelereng baja

B. TEORI DASAR PENILAIAN TAHAN LUNTUR WARNA

Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya perubahan warna asli

sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan, cukup berubah, dan berubah sama sekali.

Penilaian secara visual dilakukan dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi

dengan suatu standar perubahan warna. Standar yang telah dikenal adalah standar yang

dibuat oleh Society of Dyes and Colorist (SDC) di Inggris dan oleh American Assotiation of

Textile Chemist and Colorist (AATCC) di Amerika Serikat, yaitu berupa Gray Scale untuk

perubahan warna karenakelunturan warna, dan Staining Scale untuk perubahan warna

karena penodaan pada kain putih. Standar Gray Scale dan Staining Scale digunakan untuk

Page 4: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

menilai perubahan yang terjadi pada pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian,

keringat, gosokan, setrika, khlor, sinar matahari, zat-zat kimia, air, airlaut, dan sebagainya.

Gray Scale

Terdiri dari 9 pasangan standar lempeng abu-abu, setiap pasangan mewakili

perbedaan warna atau kekontrasan warna (shade and strength) sesuai dengan

penilaian tahan luntur dengan angka.

Penilaian tahan luntur warna dan perubahan warna yang sesuai, dilakukan dengan

membandingkan perbedaan pada contoh yang telah diuji dengan contoh asli terhadap

perbedan standar perubahan warna yang digambarkan oleh Gray Scale, dan

dinyatakan dengan rumus beda warna CIE ; I.a.b. yang ada pada tabel berikut :

Rumus Nilai Kekhromatikan Adam

Nilai Tahan

Luntur Warna

Perbedaan Warna

(CIE ; I.a.b.)

Toleransi Untuk Standar

Kerja (CIE ; I.a.b.)

5 0 ± 0,2

4-5 0,8 ± 0,2

4 1,7 ± 0,3

3-4 2,5 ± 0,3

3 3,4 ± 0,4

2-3 4,8 ± 0,5

2 6,8 ± 0,6

1-2 9,6 ± 0,7

1 13,6 ± 1,0

Keterangan :

Nilai 5 berarti tidak ada perubahan dan seterusnya sampai nilai 1 yang berarti

perubahan warna sangat besar. Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua

lempeng yang identik yang diletakkan berdampingan berwarna abu-abu netral dengan

reflektansi 12 ± 1 %. Perbedaan warna sama dengan nol.

Nilai tahan luntur 4-5 sampai dengan 1 ditunjukkan oleh lempeng pembanding yang

identik dan yang digunakan untuk tingkat 5, berpasangan dengan lempeng abu-abu

netral yang sama tetapi lebih muda. Perbedaan secara visual dari pasangan-

pasangan nilai 4, 3, 2, dan 1 adalah tingkat geometrik dari perbedaan warna atau

kekontrasan seperti tabel diatas.

Page 5: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

Staining Scale

Terdiri dari 1 pasangan lempeng putih dan 8 pasang standar lempeng abu-abu dan

putih, dan setiap pasang mewakili perbedaan atau kekontrasan warna (shade and

strength) sesuai dengan penilaian penodaan dengan angka.

Staining Scale digunakan untuk mengevaluasi penodaan pada kain putih pada

pengujian tahan luntur warna. Spesifikasi kalorimetrik yang tepat dari Staining Scale

diberikan sebagai nilai yang tetap untuk membandingkan terhadap standar-standar

yang mungkin telah berubah.

Penilaian penodaan warna pada kain putih didalam pengujian tahan luntur warna

dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang dinodai dan

kain putih yang tidak dinodai, terhadap perbedaan yang digambarkan oleh Staining

Scale, dan dinyatakan dengan Nilai Kekhromatikan Adam seperti pada Gray Scale,

hanya besar perbedaan warnanya berbeda, yaitu :

Nilai Kekhromatikan Adam

Nilai Tahan

Luntur Warna

Perbedaan Warna

(CIE ; I.a.b.)

Toleransi Untuk Standar

Kerja (CIE ; I.a.b.)

5 0 ± 0,2

4-5 2,2 ± 0,3

4 4,3 ± 0,3

3-4 6,0 ± 0,4

3 8,5 ± 0,5

2-3 12,0 ± 0,7

2 16,9 ± 1,0

1-2 24,0 ± 1,5

1 34,1 ± 2,0

Keterangan :

Penilaian tahan luntur warna dan perbedaan warna yang sesuai dengan rumus

beda warna CIE ; I.a.b. pada lajur pertama dan kedua tabel diatas. Nilai tahan

luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang diletakkan

berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%, perbedaan warna

sama dengan nol.

Page 6: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

Nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan oleh lempeng putih pembanding yang

identik dengan yang digunakan untuk nilai 5, berpasangan dengan lempeng yang

sama tetapi berwarna abu-abu netral. Perbedaan secara visual dari pasangan nilai

4, 3. 2, dan 1 adalah tingkat geometrik dari perbedaan warna atau kekontrasan

seperti tabel diatas.

III. PRAKTIKUM

A. PERALATAN

a) Launder O-meter, yang dilengkapi dengan :

Penanggas air dengan pengatur suhu yang terkontrol pada suhu yang ditetapkan

± 2 0C.

Tabung baja tahan karat berkapasitas 550 ml ± 50 ml, berdiameter 75 mm ± 5 mm,

dan tinggi 125 mm ± 10 mm.

Frekuensi putaran tabung 40 putaran per menit ± 2 putaran per menit.

b) Kelereng baja tahan karat dengan diameter ± 6 mm.

c) pH meter dengan ketelitian 0,1.

d) Neraca analitis dengan ketelitian 0,1 g.

e) Kain pelapis masing-masing berukuran 10 cm x 4 cm, dapat digunakan salah satu dari

jenis berikut : kain pelapis multi serat DW, atau kain multiserat TV, atau pasangan kain

pelapis tunggal yang disusun sesuai tabel :

Tabel Pasangan Kain Pelapis Tunggal

Kain Pelapis Pertama Kain Pelapis Kedua (pasangannya)

Untuk Uji A dan B Untuk Uji C, D, dan E

Kapas Wool Rayon Viskosa

Wool Kapas -

Sutera Kapas -

Rayon Viskosa Wool Kapas

Linen Wool Rayon Viskosa

Asetat Triasetat Rayon Viskosa Rayon Viskosa

Poliamida Wool/kapas Kapas

Poliester Wool/kapas Kapas

Akrilat Wool/kapas Kapas

Page 7: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

Catatan :

Jenis kain pelapis pertama adalah kain sejenis dengan jenis serat contoh uji.

Untuk kain contoh uji yang terbuat dari serat campuran, kain pelapis pertama

dipakai kain pelapis tunggal yang sejenis dengan jenis serat dominan, dan kain

pelapis kedua adalah kain dengan serat dominan kedua.

f) Sabun tanpa pemutih optik seperti sabun estándar AATCC atau sabun ECE.

g) Grey Scale dan Staining Scale.

h) Air suling.

i) Larutan 0,2 g/l asam asetat glasial.

B. PERSIAPAN CONTOH UJI

Potong contoh dengan ukuran 4 cm x 10 cm, potong pula kain pelapis dengan ukuran

yang sama.

Letakkan contoh uji diantara kain pelapis, kemudian jahit salah satu kain terpendek.

C. CARA PENGUJIAN

Siapkan larutan pencuci dengan melarutkan sabun 4 g/l kedalam air suling. Untuk

kondisi larutan pencuci C, D, dan E atura gar pH sesuai kondisi pada tabel kondisi

pengujian, dengan penambahan kira-kira 1 g/l natrium karbonat. Pada waktu

pengaturan pH,larutan harus dingin (suhu kamar). Untuk kondisi A dan B tidak perlu

pengaturan pH.

Untuk pengujian yang menggunakan perborat, pada saat akan dipakai siapkan larutan

pencuci yang mengandung perborat dengan cara pemanasan pada suhu tidak lebih

dari 60 0C dengan waktu tidak lebih dari 30 menit.

Untuk pengujian D3S dan D3M, tambahkan larutan natrium hipoklorit atau litium

hipoklorit kedalamlarutan pencuci sesuai dengan tabel kondisi pengujian.

Masukkan larutan pencuci kedalam tabung tahan karat sesuai jumlah larutan pada

tabel kondisi pengujian,kecuali untuk cara D2S dan E2S. Atur suhu larutan sesuai

persyaratan. Masukkan contoh uji dan kelereng baja, kemudian tutup tabung dan

jalankan mesin pada suhu dan waktu sesuai kondisi pengujian.

Untuk pengujian D2S dan E2S, masukkan contoh uji kedalam tabung baja tahan karat

yang berisi larutan pencuci pada suhu kira-kira 60 0C, tutup tabung dan naikkan suhu

larutan sampai suhu pengujian yang disyaratkan selama waktu tidak lebih dari 10

Page 8: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

menit. Perhitungan waktu pencucian tepat dimulai pada saat tabung ditutup. Jalankan

mesin selama waktu sesuai dengan kondisi pengujian.

Keluarkan contoh uji dan bilas dua kali dengan 100 ml air suling selama 1 menit pada

suhu 40 0C.

Bilas dengan 100 ml larutan 0,2 g/l asam asetat glasila selama 1 menit pada suhu 30

0C kemudian bilas dengan 100 ml air suling selama 1 menit pada suhu 30 0C

kemudian peras.

Keringkan contoh uji dengan cara digantung pada suhu tidak lebih dari 60 0C. Jaga

agar kain pelapis tidak kontak dengan contoh uji kecuali bagian jahitan.

Penilaian.

D. DATA PERCOBAAN

Page 9: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

E. DISKUSI

Page 10: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

F. KESIMPULAN

Page 11: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

PENGUJIAN TOLAK AIR DAN TAHAN AIR KAIN (UJI BUNDESMANN)

I. MAKSUD DAN TUJUAN

MAKSUD

Mengetahui dan mampu melakukan pengujian tolak air dan tahan air kain .

TUJUAN

Mampu melakukan pengujian tolak air dan tahan air kain dengan menggunakan uji

bundesmann.

Mengetahui sifat penting kain yaitu sifat tolak air dan tahan air kain serta mampu

menggunakan peralatan pengujian.

II. TEORI DASAR

Sifat air yang dapat menembus kain dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu :

Oleh pembasahan kain, diikuti sifat kapiler yang membawa air menembus kain.

Oleh tekanan air yang menekannya melalui rongga-rongga pada kain.

Oleh kombinasi kedua cara tersebut diatas.

Apabila kain dibuat sedemikian rapat sehingga tidak ada rongga-rongga diantara

benang-benang, kain masih mungkin tembus air jika air dapat membasahi kain. Misalnya saja

yang terjadi pada kain kanvas dari kapas yang ditenun sangat rapat. Apabila kain tenun biasa

dibuat dari serat yang diberi proses kimia sehingga tidak dapat dibasahi oleh air, maka kain

akan menggelincir dipermukaan kain tanpa menembusnya, tetapi jika air terkumpul

dipermukaan kain dengan ketebalan tertentu atau air menetesi kain dengan tekanan yang

lebih kuat, air akan menembus kain melalui rongga-rongga pada kain. Hal ini terjadi pada kain

yang disebut kain tahan gerimis. Agar kain benar-benar tidak ditembus air, kain harus dilapisi

dengan pelapis yang tidak tembus air, misalnya untuk jas hujan, kain dilapisi karet, atau untuk

terpal dilapisi sejenis ter. Kain yang diberi pelapis juga bersifat tidak tembus udara, sehingga

tidak nyaman dipakai. Sehingga untuk kebutuhan pakaian biasa diperlukan sifat tahan air

yang cukup namun masih bersifat tembus udara dan uap air.

Penjelasan diatas menunjukkan perbedaan sifat kedap air (waterproof), tahan air (water

resistance), dan tolak air (water repellence).

Kain kedap air adalah kain yang dilapisi dengan zat tidak tembus air sehingga juga tidak

tembus udara.

Page 12: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

Tahan air adalah sifat kain untuk mencegah pembasahan dan tembus air, tetapi masih

bersifat tembus udara.

Tolak air adalah sifat serat, benang, atau kain yang menolak pembasahan air.

Kain yang bersifat tolak air dapat ditembus udara dan uap air dan masih mungkin

ditembus air dengan tekanan, misalnya tetesan air hujan yang cukup lebat.

Meskipun terdapat hubungan antara tolak air dan tahan air, untuk tujuan masing-masing

diperlukan pengujian yang berbeda, yaitu :

Uji siram untuk menilai tolak air.

Uji hujan untuk menilai tahan air

Uji tekanan hidrostatik untuk menilai kedap air.

Prinsip pengujian Uji Tahan Hujan

Prinsipnya adalah menyiramkan air dengan tekanan tetesan air tertentu pada

permukaan kain dengan kondisi tertentu selama waktu tertentu. Diukur jumlah air yang

menembus kain dan jumlah air yang terserap kain. Kondisi pengujian yang berhubungan

dengan tekanan tetesan air, seperti besar tetesan air, jarak penyiram dari contoh uji, letak

contoh uji terhadap arah tetesan air dan waktu penyiraman berbeda antara standar satu

dengan standar lainnya.

III. PRAKTIKUM

A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

Bundesmann Rain Tester. Alat terdiri dari penyiram dan tabung-tabung pemegang

contoh uji. Penyiram menghasilkan tetesan-tetesan air dengan ukuran rata-rata 0,075

± 0,005 gram dan diatur dengan jarak tetesan seragam. Penyiram diletakkan 150 cm

diatas empat tabung pemegang contoh uji yang dipasangdalam satu kesatuan dan

berputar dengan kecepatan lima putaran per menit. Posisi tabung pemegang contoh

uji sedemikian sehingga contoh uji membentuk sudut 10-15 0 terhadap horizontal.

Dalam tabung pemegang contoh uji terdapatbatang logampenggosok (wiper) yang

akan berputar bolak-balik menggosok permukaan bawah contoh uji ketika tabung

pemegang contoh uji berputar dibawah siraman air, meniru gesekan yang terjadi pada

jas hujan ketika dipakai. Air yang digunakan dengan pH 6,0-8,0 dan suhu 25-29 0C.

Pemotong contoh uji berbentuk lingkaran.

Alat pemutar contoh uji untuk meghilangkan tetesan-tetesan air dipermukaan contoh

uji.

Page 13: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

B. PERSIAPAN CONTOH UJI

Potong empat buah contoh uji dan kondisikan dalam ruangan standar pengujian.

C. CARA PENGUJIAN

Rangkaian tabung-tabung pemegang contoh uji, tanpa contoh uji dipasang pada alat.

Tutup penahan siraman air masih menutup dan kran air dibuka. Jalankan motor

pemutar tabung contoh uji, buka tutup penahan siraman air selama 1 menit, kemudian

tutup kembali. Dengan membuka kran pada tabung pemegang contoh uji, ukur jumlah

air yang tertampung pada masing-masing pemegang contoh uji dengan gelas ukur

sampai milliliter terdekat. Ulangi pekerjaan tersebut dengan mengatur kran tekanan air

sehingga jumlah air yang tertampung dalam tabung pemegang contoh uji 62 – 68

ml/menit/tabung.

Timbang masing – masing contoh uji yang telah dikondisikan dalam ruangan standar

pengujian sampai miligram terdekat.

Setelah air dalam masing-masing tabung pemegang contoh uji dikeluarkan,tutup

kembali kran pada tabung tersebut. Pasang contoh uji pada tabung pemegang contoh

uji sehingga tidak terdapat kerutan-kerutan pada permukaan contoh uji.

Tutup penahan siraman air masih menutup, pasang rangkaian pemegang contoh uji

dengan contoh ujinya pada alat.

Jalankan motor pemutar rangkaian tabung pemegang contoh uji,kemudian buka tutup

penahan siraman air, sehingga air menyirami contoh uji yang berputar selama 10

menit dan tutup kembali.

Matikan motor,ambil rangkaian pemegang contoh uji.

Masing-masing contoh uji diambil dari tabung pemegang contoh uji, pasang pada alat

pemutar contoh uji untuk menghilangkan tetesan-tetesan air pada permukaan contoh

uji. Timbang berat contoh uji tersebut sampai miligram terdekat.

Dengan membuka kran pada tabung pemegang contoh uji ,ukur jumlah air yang

tertampung pada masing-masing pemegang contoh uji dengan gelas ukur sampai

mililiter terdekat. Jumlah air yang tertampung tersebut adalah jumlah air yang

menembus contoh uji selama 10 menit.

Page 14: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

D. CARA EVALUASI

Hitung jumlah air yang terserap contoh uji dari selisih berat contoh uji basah

dikurangi berat contoh uji kering dibagi berat contoh uji kering dinyatakan dalam

persen.

Hitung jumlah air yang menembus contoh uji per tabung dalam mililiter per menit.

E. DATA PRAKTIKUM

Berat kain kering = 4,12 gram

Berat kain basah = 7,04 gram

Jumlah air yang terserap = berat kain basah – berat kain kering x 100%

berat kain kering

= 7,04 g – 4,12 g x 100%

4,12 g

= 70,87 %

Jumlah air yang menembus kain (10 menit) = 4 ml

Jumlah air yang menembus kain per menit = (1 / 10 menit) x 4 ml

= 0,4 ml per menit.

F. DISKUSI

Page 15: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

G. KESIMPULAN

Page 16: Lap 3. tlw thd pencucian & uji bundesmann

DAFTAR PUSTAKA

N.M. Susyami Hitariat, Widayat, Totong. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil

III (Evaluasi Kain). Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi

Tekstil.

Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung :

Institut Teknologi Tekstil.