laoran praktikum biologi manusia

60
ACARA I TES KETAJAMAN PENGLIHATAN (VISUS ) I. TUJUAN : Menguji ketajaman penglihatan. II. MEKANISME KERJA : Tes Ketajaman Penglihatan 1. Naracoba berdiri sejauh 6 meter dari optotip snellen 2. Menutup mata kiri naracoba, kemudian dengan panduan petunjuk yang dipegang oleh penguji, naracoba membaca huruf-huruf pada optotip snellenn 3. Menanyakan kepada naracoba tentang ketajaman penglihatanya (sebelum diperiksa ) dan mencatatnya 4. Langkah kerja sama dengan no. 3 hanya diganti menutup mata kanan IV. HASIL PENGAMATAN : 1. Data Naracoba Tes Ketajaman Penglihatan: NO Nama Visus mata kanan Visus mata kiri 1. Rini Budiutami 6/5 6/5 2 Nur Rohmah M 6/9 6/6 3 Ngadiyah 6/9 6/6 4 Aluh Hapsari 6/6 6/5 1

Upload: misterluthfi

Post on 03-Jul-2015

1.960 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Fisiologi dan anatomi Manusia

TRANSCRIPT

Page 1: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ACARA I

TES KETAJAMAN PENGLIHATAN (VISUS )

I. TUJUAN :

Menguji ketajaman penglihatan.

II. MEKANISME KERJA :

Tes Ketajaman Penglihatan

1. Naracoba berdiri sejauh 6 meter dari optotip snellen

2. Menutup mata kiri naracoba, kemudian dengan panduan petunjuk yang

dipegang oleh penguji, naracoba membaca huruf-huruf pada optotip

snellenn

3. Menanyakan kepada naracoba tentang ketajaman penglihatanya

(sebelum diperiksa ) dan mencatatnya

4. Langkah kerja sama dengan no. 3 hanya diganti menutup mata kanan

IV. HASIL PENGAMATAN :

1. Data Naracoba Tes Ketajaman Penglihatan:

NO Nama Visus mata kanan Visus mata kiri

1. Rini Budiutami 6/5 6/5

2 Nur Rohmah M 6/9 6/6

3 Ngadiyah 6/9 6/6

4 Aluh Hapsari 6/6 6/5

5 Nur Iswantoro 6/15 6/20

V. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini yaitu tes ketajaman penglihatan para praktikan

melakukan percobaan dengan menggunakan optotip snellen, yaitu alat yang

digunakan untuk menguji ketajaman penglihatan yang dilihat dari jarak 6 meter.

Pada optotip snellen terdapat huruf-huruf yang besarnya bertingkat dari besar sampai

kecil. Pengukuran ketajaman mata diindikasikan dengan angka, dengan urutan visus

1

Page 2: Laoran Praktikum Biologi Manusia

mata dari jelek ke paling baik yaitu 6/60, 6/30, 6/20, 6/15, 6/12, 6/9, 6/6, 6/5,dan 6/3.

Mata mempunyai daya akomodasi, yaitu kemampuan mata dalam mengatur besarnya

cahaya atau sinar yang masuk kedalam mata (lensa mata), agar cahaya tersebut dapat

tepat jatuh didepan retina. Bila mata kehilangan daya akomodasinya maka dapat

menyebabkan terjadinya cacat penglihatan, seperti miopia dan hipermetropia.

Berdasar data hasil percobaan maka dapat diketahui bahwa naracoba 1-4

mempunyai penglihatan yang normal, sedangkan naracoba 6 (Nur Iswantoro)

kemungkinan menderita miopi. Karena pada jarak 6 meter, jarak deret huruf yang

masih dapat dibaca hanya mencapai 6/15 pada mata kanan dan 6/20 pada mata kiri.

Mata mempunyai bagian yang berfungsi sebagai alat optik dan bagian yang

berfungsi sebagai alat indera. Bagian yang berfungsi sebagai alat optik antara lain

kornea yang merupakan bagian depan yang transparan dan tidak tembus cahaya,

kamera okuli anterior yang terletak antara kornea dan iris, lensa yang merupakan

benda transparan bikonveks dan terletak persis di belakang iris, dan korpus vitreum

merupakan daerah sebelah belakang biji mata mulai dari lensa hingga retina. Retina

adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-

sel saraf, batang, dan kerucut. Semua termasuk dalam konstruksi retina, yang

merupakan jaringan saraf halus yang mengantarkan impuls saraf dari luar menuju

diskus optik, yang merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata.

Pembentukan bayangan pada retina memerlukan 4 proses dasar, yaitu refraksi

cahaya, akomodasi lensa, konstriksi pupil, dan konvergensi bola mata. Pada keadaan

normal, pada jarak 6 meter, berkas sinar yang masuk ke dalam mata akan dibiaskan

sedemikian rupasehingga membentuk bayangan benda yang dilihat tepat pada retina,

mata dalam keadaan relaks atau tanpa akomodasi. Kelainan refraksi adalah akibat

kerusakan pada akomodasi visual, entah itu sebagai akibat perubahan biji mata,

maupun kelainan pada lensa. Pada hipermetropi atau rabun jauh, terjadi bila bola

mata terlalu pendek atau lensa mata terlalu lemah ( pipih ). Pada hipermetropi ini

sinar sejajar yang datang akan difokuskan di belakang retina. Untuk dapat melihat

dengan jelas, maka benda yang dilihat harus digeser menjauhi mata, yang berarti

menggeser titik fokus bayangan supaya jatuh tepat pada retina. Hipermetropi dapat

dikoreksi dengan lensa yang mempunyai daya mengumpulkan sinar (lensa

cembung). Pada miopi atau penglihatan dekat dapat terjadi bila bola mata terlalu

2

Page 3: Laoran Praktikum Biologi Manusia

panjang atau lensa mata terlalu kuat ( cembung ). Tanpa bantuan lensa ( kacamata ),

sinar sejajar yang datang dari benda yang jauh akan jatuh pada fokus di depan retina.

Untuk dapat melihat dengan jelas maka benda yang dilihat harus didekatkan ke mata,

yang berarti pula menggeser fokus bayangan ke belakang sehingga jatuh tepat pada

retina. Miopi dapat dikoreksi dengan lensa yang mempunyai daya menyebarkan sinar

(lensa cekung ). Astigmatisme, terdapat pada mata normal yang memiliki kornea dan

atau lensa yang permukaannya tidak rata. Benda yang dilihat menjadi kabur sebab

sinar yang jatuh pada bagian kornea atau bagian lensa yang berbeda akan dibelokkan

kearah yang berbeda-beda. Astigmatisme dapat ditolong dengan lensa silindris. Pada

presbiopi disebabkan kekenyalan lensa telah menurun, sehingga akomodasi lensa

tidak lagi dapat berjalan. Bayangan benda dekat jatuh di belakang retina. Supaya

dapat melihat dengan jelas, maka benda yang dilihat harus digeser menjauhi mata,

atau dibantu dengan lensa cembung ( konfeks ).

Apabila pada jarak 6 meter ada beberapa huruf yang tidak terlihat, maka

kemungkinan naracoba mengalami miopi atau rabun jauh (lensa mata cembung atau

cekung) Kelainan miopi ini biasa terjadi pada mata kanan saja, kiri saja, atau kedua

mata. Mata yang rabun jauh dapat dibantu dengan menggunakan lensa (kaca mata)

cembung, sedangkan pada rabun dekat dapat dibantu dengan menggunakan lensa

cekung. Dari hasil percobaan diatas setiap para naracoba memiliki visus yang

berbeda-beda. Kebanyakan visus mata yang paling tajam terletak pada visus mata

bagian mata kiri. Disamping dengan bantuan lensa, digunakan suatu metode untuk

mengurangi daya refraksi kornea yang disebut keratotomy radial. Keratotomi radial

dilakukan dengan mengadakan operasi kecil untuk membuat permukaan kornea lebih

datar dengan maksud untuk mengurangi daya refraksinya.

VI. KESIMPULAN :

1. Mata mempunyai bagian yang berfungsi sebagai alat optic. Pada hasil data

yang diperoleh, ketajaman penglihatan mata setiap praktikan berbeda-beda,

yang kebanyakan lebih peka pada mata bagian kiri. Kelainan karena bayangan

jatuh di depan retina disebut miopi, dan dapat dibantu dengan lensa cekung.

Sedangkan kelainan karena bayangan jatuh di belakang retina disebut

hipermetropi, dan dapat dibantu dengan lensa cembung.

3

Page 4: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ACARA II

TES BUTA WARNA

I. TUJUAN :

Mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna.

II. MEKANISME KERJA :

A. Mengumpulkan benang

1. Naracoba diminta untuk memasangkan lima helai benang dengan warna

yang sama tetapi diacak

2. Jika pasangan benag tersebut sama/ sesuai pasangannya berarti naracoba

tidak mengalami buta warna yang serius

3. Hasil dicatat pada tabel

B. Kartu Ischihara

1. Alat uji Ischihara’s test for colour-blindness diletakkan pada jarak 75 cm

dari naracoba

2. berturut-turut penguji menunjukkan satu persatu gambar dan kesempatan

untuk setiap satu gambar tidak lebih dari 3 detik

3. Naracoba diminta untuk menemukan angka-angka dari kompisisi warna

pada kartu Ischihara yang berjumlah 14 gambar warna

4. Hasilnya ditulis pada tabel dan jawaban naracoba dibandingkan dengan

jawaban dari orang normal (pada kunci jawaban)

III. HASIL PENGAMATAN :

2. Data Naracoba Tes Benang warna-warni:

No Warna Benang

Hasil Perolehan

Rini Aluh

1. Biru muda 5 sama 5 sama

2. Biru tua 5 sama 5 sama

3. Hijau muda 5 sama 5 sama

4

Page 5: Laoran Praktikum Biologi Manusia

4. Hijau tua 5 sama 5 sama

5. Merah 5 sama 5 sama

6. Coklat Muda 5 sama 5 sama

7. Coklat Tua 5 sama 5 sama

8. Ungu tua 5 sama 5 sama

3. Data Naracoba Tes Buta warna :

Gb.No.

Manusia Normal

Jawaban

Maya Ngadiyah

1. 12 12 12

2. 8 8 8

3. 5 5 5

4. 29 29 29

5. 74 71 71

6. 7 7 7

7. 45 43 45

8. 2 2 2

9. -- -- --

10. 16 16 16

11. Dpt mrnt Dpt mrnt Dpt mrnt

12. 35 35 35

13. 96 96 96

14. Dpt mrnt Dpt mrnt Dpt mrnt

IV. PEMBAHASAN

Buta warna adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan

adanya kelainan persepsi warna. Kelainan ini diakibatkan oleh tidak adanya

sekelompok sel kerucut penerima warna pada retina. Setiap mata yang normal

mengandung sekitar 3 juta sel kerucut. Sel kerucut mengandung fotopigmen yang

sensitif terhadap sinar terang dan sinar berwarna yang berbeda-beda. Fotopigmen

yang berada dalam sel kerucut akan mengurai bila terkena sinar berwarna.

5

Page 6: Laoran Praktikum Biologi Manusia

Penguraian fotopigmen akan menurunkan pembebasan zat transmiter kimia yang

berarti menghilangkan hambatan pada sel bipolar, dan pada sel bipolar akan timbul

impuls. Setiap jenis sel kerucut akan merespon secara optimal hanya kepada panjang

gelombang spektrum warna yang sesuai dengannya. Sel kerucut warna merah akan

merespon panjang gelombang warna merah, sel kerucut warna hijau akan merespon

panjang gelombang warna hijau dan sel kerucut warna biru akan merespon panjang

gelombang warna biru. Untuk sinar kuning memiliki panjang gelombang antara sinar

merah dan hijau. Jadi sinar kuning akan menstimulus sel kerucut merah dan hijau

dan impuls yang disampaikan oleh kedua macam sel kerucut tersebut akan

diinterpretasikan oleh otak sebagai warna kuning. Orang yang mengalami kelainan

sel kerucut ini tidak atau kurang mampu membedakan dua warna yang berbeda,

sehingga sering disebut buta warna.

Pada percobaan ini kita melakukan tes buta warna pada seseorang. Tes ini

dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna atau tidak.

Buta warna adalah kelainan yang disebabkan oleh tidak adanya sekelompok sel

kerucut penerima warna pada retina, yang mengakibatkan kelainan persepsi warna,

sehingga orang tidak atau kurang mampu membedakan dua warna yang berlainan.

Tes buta warna dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan kartu

Ischihara dan dengan membedakan benang warna-warni. Pada percobaan

mengumpulkan atau membedakan benang warna-warni, naracoba memisahkan

masing-masing warna sesuai dengan warna yang ditentukan. Tes buta warna juga

dilakukan dengan kartu Ischihara, kartu Ischihara adalah kartu warna-warni (merah,

hijau, dan biru) dengan pada setiap kartu terdapat garis dan angka yang berwana

merah, hijau dan biru. Cara menggunakannya, yaitu dengan menunjukkan kartu-

kartu tadi kepada naracoba, kemudian setiap naracoba menyebutkan atau

menggambarkan garis dan angka (berapa) yang berwarna.. Penguji kemudian

mencatat jawaban yang benar dan salah. Bila kesalahan naracoba dalam menjawab

pertanyaan sebesar 25% ,dapat dikatakan naracoba buta warna parsial. Sedangkan

kesalahan jawaban >50% mengindikasikan naracoba buta warna total. Dari data

diatas yang telah didapatkan ternyata para naracoba tidak mengalami adanya buta

warna parsial ataupun total, jadi semua naracoba normal.

6

Page 7: Laoran Praktikum Biologi Manusia

Buta warna sebenarnya merupakan gangguan herediter yang lazim diderita

pria daripada wanita. Buta warna bervariasi antara buta warna satu warna tertentu

( buta warna parsial sampai buta warna total ). Terjadinya buta warna ini disebabkan

oleh tidak adanya atau ada tapi sedikit sel kerucut warna merah dan hijau. Bila tidak

ada sel kerucut merah, maka warna merah akan nampak hijau. Bila tidak ada sel

kerucut hijau, maka benda hijau akan nampak merah. Bila ketiga macam sel kerucut

( warna merah, hijau dan biru ) tidak ada, maka semua benda akan nampak hitam,

dan seseorang akan menderita buta warna total.

V. KESIMPULAN :

Buta warna adalah suatu kelainan dimana orang tidak bisa membedakan

warna suatu benda yang berwana. Dari pengujian atau percobaan tes buta warna yang

telah dilakukan ternyata para naracoba tidak mengalami buta warna, baik tes

mengumpulkan benang warna-warni maupun kartu Ischihara.

7

Page 8: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ACARA III

SISTEM SKELETON

I. TUJUAN :

Mahasiswa dapat melakukan pengamatan dan menerangkan struktur anatomi

sistim skeleton.

II. MEKANISME KERJA :

1.Menyiapkan kerangka manusia dengan membuka selubungnya

2.Mengamati bagian-bagian rangka

3.Merinci bagian-bagian tulang yang menyusun bagian tubuh dan

menghitung jumlahnya serta mendeskripsikan bentuknya secara singkat

III. HASIL PENGAMATAN :

1. Kepala (Cranium)

Terdiri : -os. Ocipitalis - voramen mentalis

-os. Frontalis - voramen infra orbitalis

-os. Parietalis - prosescus stilonideus

-os. Temporalis - prosescus koronoideus

-os. Zygomaticus - sutura sagitalis

-os. Maxilaris - sutura squamata

-os. Mandibularis - caput mandibula

-os. sphenoidalis

- voramen orbitalis

2. Cervix ( 7 ) - voramen intervertebralis

3. Thorax ( 12 ) - corpus vertebrae - prosesus articulatio

4. Lumbal ( 4 ) - discus intervertebralis vertebra superior

5. Sakrum (4 ) - prosescus trasversus - prosesus articulatio

6.Cocxidea ( 1 ) - prosescus spinosus vertebra inferior

8

Page 9: Laoran Praktikum Biologi Manusia

7. Sternum : - manubrium sternae - clavicularis (1 psg )

- prosescus xypoideus - scapularis :

- costa verra (6 psg ) - acromion

- costa spuria (4 psg ) - prosesus coracoideus

- costa fluxtuantes (2 psg ) - cavitas glennoidalis

8. Humerus : - caput humeri - carpal

- os tuberalis - metacarpal

- epicondoloideus lateralis - palanges

- epicondoloideus medialis - cervic radii

- fossa olecranon - radius (atas)>articulatio

- olecranon sircum verensia radii

- ulna (bwh)>alecranon

9. Coxae (kanan-kiri): - simpisis pubis - rongga pelvis

- os. Ilium - os. pubis

- os. Ichium - voramen orboratorius

10. Femur : - caput femoris

- trochanter - os. tibialis (besar)

- acetabulum - os. fibularis (kecil)

- epicondoloideus leteralis - calcaneus (tungkak)

- epicondoloideus medialis - tarsal (5)

- frossa intercondoloidea - metatarsalia

- patella - phalanges

IV. PEMBAHASAN

Gambar pada lampiran

Rangka tubuh manusia tersusun dari 206 tulang yang saling bersendi membentuk

suatu system rangka. Tulang-tulang tersebut umumnya merupakan tulang-tulang

yang dapat dipisahkan, namun ada beberapa tulang yang telah tumbuh menjadi satu.

Rangka manusia termasuk endoskeleton ( rangka dalam ). Sistem skeleton manusia

terdiri dari 2 kelompok tulang yaitu :

1. Skeleton axiale terdiri atas tulang-tulang kepala, leher, dan badan.

Skeleton axiale disusun oleh :

9

Page 10: Laoran Praktikum Biologi Manusia

a. Cranium, terdiri atas ossa cranii ( mengelilingi otak ) dan ossa facialis

( muka ).

b. Columnna vertebralis ( tulang belakang ).

c. Dua belas pasang costa ( tulang iga ).

d. Sternum ( tulang dada ).

e. Os hyoideum, tulang kecil di leher.

2. Skeleton appendicculare terdiri atas anggota badan atas dan bawah.

Skeleton appendicculare untuk tiap anggota badan ( extermitas ) terdiri atas

a. Cingulum, menghubungkan extermitas dengan skeleton axiale.

b. Tulang-tulang extermitas.

Berdasarkan bentuknya, tulang rangka dikelompokkan menjadi :

1. Tulang panjang atau tulang pipa ( ossa longa ), yaitu tulang yang memiliki

ukuran panjang lebih besar daripada tebalnya / lebarnya. Contoh : tulang

paha, tulang betis, tulang kering, tulang lengan atas, tulang radius, dan tulang

ulna. Setiap tulang panjang terdiri dari :

a. Diafisis, yaitu bagian tengah berbentuk seperti pipa, tersusun dari

jaringan tulang kompak.

b. Epifisis, yaitu bagian kedua ujung tulang panjang yang berbentuk

gembungan.

2. Tulang pendek, yaitu tulang yang memiliki panjang kurang lebih sama

dengan lebar / tebalnya. Contoh : tulang-tulang pergelangan tangan

( metacarpal ) dan tulang-ttulang pergelangan kaki ( metatarsal )

3. Tulang pipih, yaitu tulang-tulang yang berbentuk lebar pipih, biasanya bagian

dalam tersusun dari tulang spongiosa dan bagian luar merupakan tulang

kompak, sehingga kuat dan ringan. Contoh : tulang dahi, tulang ubun-ubun,

dan tulang dada.

4. Tulang tidak beraturan, yaitu tulang-tulang yang tidak dimasukkan ke dalam

3 golongan diatas. Contoh : tulang wajah, dan ruas-ruas tulang belakang.

Berdasarkan jaringan penyusunnya, tulang dibedakan menjadi :

1. Tulang kompak

2. Tulang spongiosa

10

Page 11: Laoran Praktikum Biologi Manusia

3. Tulang rawan ( tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, dan tulang rawan

fibrosa )

Kegunaan tulang ialah :

1. Menentukan bentuk dasar tubuh.

2. Mentransmisikan berat badan.

3. Membentuk system pengungkit persendian sehingga memungkinkan untuk

bergerak.

4. Melindungi struktur-struktur vital dari kerusakan, misalnya cranium melindungi

otak.

5. Tempat menghasilkan sel-sel darah, yaitu di medulla osseum (sumsum tulang),

yang terdapat di bagian dalam tulang.

V. KESIMPULAN :

Kerangka manusia terdiri dari 206 tulang dan terbagi menjadi :

1. Skeleton axiale meliputi tulang-tulang kepala, leher dan badan.

2. Skeleton appendicculare meliputi anggota badan atas dan bawah.

Masing-masing tulang mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda. Fungsi tulang

antara lain :

1. Menentukan bentuk dasar tubuh

2. Mentransmisikan berat badan

3. Membentuk sistem pengungkit persendian memungkinkan untuk bergerak.

4. Melindungi struktur-struktur vital dari kerusakan,misalnya cranium

melindungi otak.

5. Tempat menghasilkan sel-sel darah (sumsum tulang).

11

Page 12: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ACARA V

TES KETAJAMAN PENDENGARAN

I. TUJUAN :

Memahami persepsi bunyi dan ketajaman pendengaran.

II. MEKANISME KERJA :

A. Pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan arloji

1. Menutup telinga kanan naracoba dengan kapas dan menutup kedua mata

( dipejamkan )

2. Penguji memasang arloji di dekat telinga kiri naracoba, kemudian

menjauhkannya pelan-pelan sampai naracoba tidak mendengar lagi.

Mengukur dan mencatat jarak arloji dengan telinga. Kemudian arloji

didekatkan sampai naracoba mendengar lagi.

3. Mengulangi percobaan lima kali, kemudian melakukan untuk telinga kanan

dan mencatat pada lembar kerja

4. Membandingkan hasil telinga kanan dan kiri

B. Pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan garpu tala menurut Rinne

1. Menggetarkan garputala dan meletakkan di puncak kepala naracoba dan

mencatat waktu antara naracoba mendengar sampai tidak mendengar lagi

2. Pada saat naracoba tidak mendengar suara garputala dipuncak kepala,

penguji memindahkan garputala ke depan telinga kanan dan mencatat

waktu antara naracoba mendengar sampai tidak mendengar bunyi garputala

3. Mengulangi percobaan lima kali dan mencatat hasilnya di lembar kerja

4. Melakukan percobaan yang sama untuk telinga kiri

5. Membandingkan hasil yang diperoleh untuk telinga kanan dan kiri

C. Pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan garputala menurut Weber

1. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan di puncak kepala

naracoba

12

Page 13: Laoran Praktikum Biologi Manusia

2. Naracoba menutup salah satu telinga luarnya, penguji menanyakan pada

telinga mana suara garputala terdengar lebih keras, jika ternyata pada telinga

yang ditutup terdengar lebih meras maka dikatakan ada lateralisasi

3. Melakukan percobaan untuk kedua telinga

4. Membandingkan hasil yang diperoleh untuk kedua telinga

III. HASIL PERCOBAAN :

1. DATA NARACOBA

Nama : Rini Budiutami

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Wanita

Tinggi badan : 157 cm

Berat badan : 48 kg

2. DATA HASIL PERCOBAAN

a. Percobaan arloji

Letak jam Suara jam mulai Pada jarak (cm)

Telinga kanan Telinga kiri

Dijauhkan Tidak terdengar

60 66

60 72

61 63

66 65

67 71

Didekatkan Terdengar

70 67

67 66

71 64

68 69

69 67

13

Page 14: Laoran Praktikum Biologi Manusia

b. Percobaan garputala menurut Rinne

Letak jam Waktu hantar ( detik )

Telinga kanan Telinga kiri

Di puncak kepala

2,5 2,5

2,5 1,5

2,5 2,5

2,5 3

2 2,5

Didepan telinga

3 1,5

1,5 1

2 2

2 2

2 2

c. Percobaan garputala menurut Weber

Penutupan telinga Lateralisasi

KananAda

Ada

KiriAda

Ada

Frekuensi garpu tala : 512 Hz

IV. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini praktikan melakukan tes ketajaman pendengaran. Tes

pendengaran dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pemeriksaan ketajaman

pendengaran dengan arloji, pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan garputala

(percobaan Weber) dan percobaan Rinne. Percobaan ini memerlukan konsentrasi dan

14

Page 15: Laoran Praktikum Biologi Manusia

tempat yang sepi agar praktikan dapat mendeteksi atau mendengar dengan baik tanpa

ada gangguan (suara motor dll). Pada percobaan dengan menggunakan arloji

naracoba menutup mata dan salah satu telinganya, kemudian arloji dijauhkan sampai

tidak mendengar dan dicatat jaraknya, setelah itu arloji didekatkan lagi sampai

naracoba mendengar lagi suara arloji kemudian dicatat jaraknya. Pada telinga yang

normal, suara arloji dapat didengar pada jarak beberapa meter. Pada percobaan Rinne

garputala digetarkan dan diletakkan di puncak kepala, kemudian dicatat waktu

dimana naracoba tidak mendengar lagi suara garputala. Pada saat naracoba tidak

mendengar suara garputala, penguji dengan segera memindahkan garputala ke salah

satu telinga, maka naracoba akan mendengar suara garputala lagi, kemudian dicatat

waktu antara naracoba mendengar sampai tidak mendengar suara garputala lagi.

Percobaan Rinne ini digunakan untuk membandingkan antara konduksi melalui

tulang dan udara. Pada keadaan normal, konduksi melalui udara 85-90 detik,

konduksi melalui tulang 45 detik. Tes Rinne positif artinya pendengaran penderita

baik juga pada penderita tuli persepsi ( saraf ). Sedangkan tes Rinne negatif artinya

pada penderita tuli konduksi dimana jarak waktu konduksi tulang mungkin sama atau

bahkan lebih panjang.

Pada percobaan Weber, praktikan menguji apakah terjadi lateralisasi atau

tidak, dengan cara garputala yang sudah digetarkan diletakkan di puncak kepala,

kemudian naracoba menutup salah satu lubang telinga luarnya. Jika pada telinga

yang ditutup suara garputala terdengar lebih keras daripada telinga yang terbuka,

maka dikatakan ada lateralisasi.

Pada percobaan Weber pada telinga naracoba terjadi lateralisasi kanan dan

lateralisasi kiri. Pada penderita tuli konduktif akan terdengar terang / baik pada

telinga yang sakit. Misalnya telinga kanan yang terdengar baik / terang disebut

Weber lateralisasi ke kanan. Begitupula bila yang terjadi lateralisasi kiri. Telinga

berfungsi untuk merubah gelombang suara menjadi impuls, yang kemudian akan

dijalarkan ke pusat pendengaran di otak. Telinga terdiri dari tiga bagian , yaitu

telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga dalam merupakan tempat dua

system sensori yang berbeda kokhlea yang mengandung reseptor yang mampu

mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf, sehingga kita bias mendengar, dan

organ vestibular yang mengandung alat-alat keseimbangan. Telinga luar, terdiri dari

15

Page 16: Laoran Praktikum Biologi Manusia

daun telinga dan aurikula, dan saluran telinga luar. Bagian dalam saluran telinga luar

mengandung kelenjar yang menghasilkan minyak telinga atau serumen yang

berfungsi “ menangkap “ debu dan mencegah infeksi. Telinga tengah, terletak di

dalam tulang temporalis, terdiri dari membrane timpani dan tiga tulang

pendengaran : maleus, inkus, stapes. Membran timpani berfungsi menerima getaran

suara dari luar, yang selanjutnya akan diteruskan ke telinga dalam melalui tulang-

tulang pendengaran. Stapes akan berhubungan dengan telinga dalam melalui jendela

lonjong ( fenestra ovalis ). Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring

melalui saluran eustakius. Telinga dalam, juga disebut labirin, merupakan struktur

yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-rongga tulang dan saluran

membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk labirin

membranosa dan berisi cairan endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulangyang di

dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang ( labirin osseosa ).

Telinga dalam terdiri dari kokhlea dan organ vestibular.

Getaran suara yang diterima oleh membrane timpani dan diteruskan ke

kokhlea melalui tulang pendengaran akan menggetarkan jendela lonjong, dan getaran

ini akan menimbulkan gelombang cairan perlimfe di dalam saluran vestibular dan

saluran timpani. Suara yang kita dengar mempunyai frekuensi yang berbeda-beda,

mulai dari frekuensi rendah sampai frekuensi tinggi. Membran basilaris mempunyai

lebar dan fleksibilitas yang berbeda-beda pula. Membran basilaris di dekat jendela

lonjong sempit dan lebih kaku. Daerah ini berfungsi menerima dan merespon getaran

yang berfrekuensi tinggi. Membran basilris di tengah lebih lebar dan lebih fleksibel,

dan berfungsi menerima dan merespon getaran berfrekuensi sedang. Daerah

membrane basilaris paling ujung adalah lebar dan paling fleksibel, Daerah ini

berfungsi menerima dan merespon getaran berfrekuensi rendah.

V. KESIMPULAN :

Bunyi adalah suatu getaran suara yang di hasilkan oleh suatu benda yang

bergetar. Telinga dibagi dalam tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan

telinga dalam. Tes pendengaran dilakukan untuk mengetahui tuli konduksi atau tuli

saraf. Tes yang dilakukan pada percobaan ini yaitu tes dengan arloji, tes Rinne dan

tes Weber.

16

Page 17: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ACARA VI

WAKTU REAKSI

I. TUJUAN :

Agar mahasiswa mampu melakukan pengukuran waktu reaksi dan memahami

penggunaan waktu reaksi dalam kehidupan sehari-hari.

II. MEKANISME KERJA :

1. Rangsang sentuhan

1. Naracoba memegang stop watch tekan pada tangan kiri dan menutup mata.

Penguji juga memegang stop watch yang sama

2. Peneliti menekan stopwatch bersamaan dengan menyentuh tangan kiri

naracoba. Naracoba menekan stop watch jika mendapat sentuhan .

Perbedaan antara waktu penekanan stop watch oleh peneliti dan naracoba

merupakan waktu reaksi sederhana

3. Untuk mengukur waktu reaksi tersebut pada stop watch, maka penguji dan

dan naracoba menghentikan stop watch secara serentak, sehingga

perbedaan waktu dapat dibaca

2. Rangsang suara

Dengan cara yang sama dengan percobaan 1, tetapi pada percobaan ini yang

akan diberikan adalah rangsang suara. Naracoba menekan stop watch bila

mendengar suara stop watch, bukan sentuhan.

3.Rangsang cahaya

Cara percobaan seperti percobaan 1, tapi pada percobaan ini yang diberikan

cahaya lampu baterai yang disorotkan ke mata nara coba.

III. HASIL PENGAMATAN :

1. DATA NARACOBA

Nama : Nur Iswantoro

Umur : 20 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

17

Page 18: Laoran Praktikum Biologi Manusia

Tinggi badan : 162 cm

Berat badan : 50 kg

2. DATA PERCOBAAN

Jenis Rangsangan Waktu reaksi pada rangsangan

Sentuhan

0,4

0,2

0,2

0,4

0,4

Suara

0

0,4

0,2

0,4

0,4

Cahayas

0,4

0,4

0,6

0,4

0,2

IV. PEMBAHASAN

Waktu reaksi dapat dipakai untuk membantu diagnosis suatu penyakit yang

menyangkut saraf, misalnya penyakit akibat kelelahan kerja, ketagihan obat, dll.

Pada keadaan fisiologis waktu reaksi berbada-beda sesuai dengan umur

seseorang. Pada anak-anak waktu reaksi lebih cepat daripada orang dewasa. Hal

tersebut dikarenakan panjang saraf pada anak lebih pendek sedang kcepatan

konduksinya hamper sama ( Magladery, 1959, cit. Elliot. 1970 ). Waktu reaksi

menjadi panjang ( lamban ) misalnya pada kelelahan, ketegangan mental, kedudukan

dan dalam keadaan bimbang ( menimbang-nimbang untuk menentukan pikiran ).

18

Page 19: Laoran Praktikum Biologi Manusia

Sebaliknya waktu reaksi menjadi pendek ( cepat ) misalnya karena kenaikan

intensitas rangsangan dan latihan.

Ada dua macam waktu reaksi dapat akan diukur, yaitu :

3. Waktu reaksi sederhana

4. Waktu reaksi pilihan

Waktu reaksi sederhana hanya menunjukkan waktu antara saat orang mulai

menerima rangsangan, misalnya mendengar bunyi atau melihat suatu benda, sampai

orang tersebut bereaksi terhadap rangsangan tersebut.Sedang yang dimaksud dengan

waktu reaksi pilihan dari mulai mendapat rangsangan yang telah ditentukan

sebelumnya dan reaksi terhadap rangsangan tersebut.

Pada percobaan waktu reaksi, praktikan mengukur waktu reaksi dari beberapa

rangsangan, yaitu rangsang sentuhan, rangsang suara dan rangsang cahaya. Pada

rangsang sentuhan, naracoba diberi sentuhan, kemudian dicatat perbedaan waktu

antara naracoba dan penguji. Pada rangsang suara dan rangsang cahaya caranya sama

dengan rangsang sentuhan, tapi pada rangsang suara yang diberikan adalah suara

stopwatch dan pada rangsang cahaya yang diberikan adalah cahaya dari lampu

senter. Waktu reaksi yang dihasilkan dari ketiga rangsang berbeda-beda. . Dari hasil

percobaan yang telah dilakukan, waktu reaksi yang tercepat adalah pada rangsang

sentuhan, dilanjutkan dengan rangsang cahaya, dan waktu reaksi yang paling lama,

yaitu pada rangsang suara. Yang mempengaruhi waktu reaksi antara lain kondisi

fisik dan mental seseorang. Kondisi fisik misalnya kelelahan, latihan dan lain-lain.

Sedangkan kondisi mental antara lain ketegangan mental, kebimbangan dan lain-lain.

Berdasar hasil percobaan, maka dapat diketahui bahwa untuk rangsang

sentuhan naracoba mempunyai waktu reaksi yang ragamnya dua yaitu 0,2 detik dan

0,4 detik, demikian juga untuk rangsang suara. Sedangkan untuk rangsang cahaya

kemungkinan menjadi terlatih karena berawal dari 0,4 detik menjadi 0,6 detik, dan

menjadi 0,4 detik yang kemudian membaik menjadi 0,2 detik.

V. KESIMPULAN :

Berdasarkan percobaan diatas, dapat diketahui bahwa rangsangan yang

berbeda akan menghasilkan waktu reaksi yang berbeda pula. Waktu reaksi pada

19

Page 20: Laoran Praktikum Biologi Manusia

rangsang sentuhan paling cepat daripada rangsang cahaya dan suara. Kondisi

seseorang sangat mempengaruhi waktu reaksinya.

ACARA VII

PENGUKURAN DAN PENGATURAN SUHU BADAN

I. TUJUAN :

Mengukur suhu badan di berbagai tempat di badan, membuktikan bahwa suhu

badan manusia tidak atau sedikit dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

II. MEKANISME KERJA :

1. Menempatkan termometer secara berturut-turut untuk setiap lokasi 5

menit,di bawah lidah, ketiak kanan, dan ketiak kiri. Membaca dan

mencatat suhu badan yang diperoleh dari pengukuran tersebut dan

membandingkan hasil pengukuran.

2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan, mula-mula menentukan suhu

badan pada keadaan kontrol, kemudian naracoba berkumur dengan air es

selama 1 menit dan mengukur suhu badan seperti pengukuran diatas.

Setelah itu naracoba berkumur dengan air hangat selama 5 menit dan

mengukur suhu badannya lagi.

III. HASIL PENGAMATAN :

1. DATA NARACOBA :

Nama : Aluh Hapsari

Umur : 20 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Tinggi badan : 157 cm

Berat badan : 43 kg

2. DATA PENGAMATAN :

a. Di berbagai tempat di badan

Tempat Suhu Badan (0 C)

20

Page 21: Laoran Praktikum Biologi Manusia

pengukuran di Normal Kumur di air es Kumur air hangat

1. Bawah lidah 37 38,1 38,2

2. Ketiak kanan 37,8 37,8 37,3

3. Ketiak kiri 36,6 36,6 36,1

IV. PEMBAHASAN

Pada percoban ini, praktikan mengukur suhu badan di berbagai tempat di

badan yaitu di bawah lidah, ketiak kanan dan ketiak kiri naracoba. Pengukuran suhu

menggunakan termometer. Pengukuran suhu dilakukan pada keadaan normal, setelah

berkumur air es dan setelah berkumur air hangat. Setelah dilakukan pengukuran,

hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengukuran suhu di bawah lidah, ketiak

kanan dan ketiak kiri terdapat perbedaan. Suhu di bawah lidah 37 oC, di ketiak kanan

37,8 oC , dan di ketiak kiri 36,6 oC. Pada keadaan awal suhu dibawah lidah 37 oC ,

setelah berkumur dengan air es suhunya 38,1 oC , dan setelah berkumur dengan air

hangat suhunya 38,2 oC. Sedang diketiak kanan setelah berkumur air es suhunya tetap

yaitu 37,8 oC, tetapi setelah berkumur dengan air hangat suhunya menjadi 37,3 oC.

Untuk ketiak kiri, suhu setelah berkumur air es juga tetap yaitu 36,6 oC dan setelah

berkumur air hangat menjadi 36,1 oC.

Pada pengukuran suhu dibawah lidah menunjukkan perubahan antara suhu

sebelum dan sesudah berkumur dengan air es maupun dengan air hangat. Perubahan

ini kemungkinan adalah pengaruh pengaturan panas tubuh walaupun perubahan suhu

yang terjadi hanya 1 oC. Jadi pada saat berkumur dengan air es suhu tidak turun tetapi

sedikit meningkat karena respon terhadap lingkungan dingin. Untuk ketiak kanan

maupun kiri, setelah berkumur dengan air es tidak terjadi perubahan suhu (sama

dengan suhu mula-mula). Akan tetapi, setelah berkumur dengan air hangat suhu

dikedua ketiak turun 0,5 oC. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suhu badan

kurang lebih tetap. Pengaruh suhu lingkungan tidak ada atau hanya sedikit sekali.

Tetapnya suhu badan manusia disebabkan oleh adanya pusat pengaturan panas.

Di kulit terdapat berbagai macam reseptor, diantaranya termoreseptor.

Apabila suhu lingkungan naik diatas suhu tubuh, maka perubahan suhu tubuh ini

akan diterima oleh termoreseptor yang selanjutnya akan menyampaikan impulsnya

21

Page 22: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ke pusat pengatur suhu di hipotalamus. Hipotalamus kemudian menyampaikan

impulsnya ke kapiler-kapiler darah di bawah kulit dan juga ke kelenjar keringat.

Impuls yang sampai ke kapiler darah menyebabkan untuk dilatasi ( melebar ), yang

memungkinkan darah banyak mengalir ke permukaan kulit. Sedangkan impuls dari

hipotalamus yang sampai ke kelenjar keringat menyebabkan kelenjar keringat untuk

mengekskresikan keringat ke permukaan kulit untuk diuapkan. Penguapan keringat

ini memerlukan panas, dan panas diambil dari panas darah dalam kapiler di bawah

kulit. Dengan demikian tubuh terhindar dari kenaikan suhu akibat pengaruh suhu

lingkungan tersebut. Apabila suhu lingkungan turun sampai di bawah suhu tubuh,

maka kulit akan merespon sebaliknya dari respon diatas, yaitu pembuluh akan

mengalami kontriksi dan kelenjar keringat menghentikan mengeluarkan keringat.

Dengan demikian tidak akan terjadi penguapan, dan tidak terjadi pengambilan panas

dari panas tubuh, sehingga suhu tubuh tidak ikut turun.

Kulit adalah organ utama yang berurusan dengan pelepasan panas tubuh .

Persarafan vaso motorik mengendalikan arteriol kutan dengan dua cara yaitu vaso

dilatasi dan vaso konstriksi. Pada vaso dilatasi arteriol memekar, kulit menjadi lebih

panas, dan kelebihan panas cepat terpancar dan hilang, dan juga hilang karena

kelenjar keringat bertambah aktif dan karena itu terjadi penguapan cairan dari

permukaan tubuh. Pada vaso konstriksi pembuluh darah dalam kulit mengerut, kulit

menjadi pucat dan dingin, keringat hampir dihentikan dan hilangnya panas dibatasi.

Dengan pengendalian ini pelepasan panas ditambah atau dikurangi sesuai dengan

kebutuhan tubuh. Panas dilepas dengan berbagai cara :

1. Dengan penguapan. Jumlah keringat yang dibuat tergantung dari banyaknya darah

yang mengalir melalui pembuluh dalam kulit.

2. Dengan pemancaran, panas dilepas pada udara sekitarnya.

3. Dengan konduksi, panas dialihkan ke benda yang disentuh.

4. Dengan konveksi ( pengaliran ) Karena mengalirnya udara yang telah panas, maka

udara yang menyentuh permukaan tubuh diganti dengan udara yang lebih dingin.

V. KESIMPULAN :

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa suhu

tubuh hanya sedikit atau hampir tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Hal ini

22

Page 23: Laoran Praktikum Biologi Manusia

yang menyebabkan manusia digolongkan makhluk homoiterm. Suhu manusia tetap

karena adanya pusat pengaturan panas.

ACARA VIII

PERASAAN KULIT

I. TUJUAN :

Mengetahui berbagai macam reseptor yang terdapat di kulit.

II. MEKANISME KERJA :

1. Naracoba meletakkan tangan kirinya tengkurap di meja dan menutup kedua

matanya

2. Penguji membuat gambar bujur sangkar di punggung tangan kiri naracoba dengan

ukuran 2 cm x 2 cm, kemudian membaginya menjadi 16 bujur sangkar dengan

sisi 0,5 cm

3. Dengan menggunakan jarum, penguji mencari titik-titik yang memberi kesan

tekanan. Naracoba mengatakan ya jika merasakan rangsangan sebagai tekanan.

Penguji menandai titik-titk tersebut

4. Untuk mencari titik-titik yang memberi kesan panas dan dingin penguji

menggunakan kawat tembaga yang telah direndam dalam air panas dan air es.

Dengan cara yang sama dengan mencari tekanan penguji mencari titik panas dan

dingin

5. Dengan cara yang sama penguji mencari titik sakit

III. HASIL PERCOBAAN :

1. DATA NARACOBA :

Nama : Aluh Hapsari

Umur : 20 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Tinggi badan : 157 cm

Berat badan : 43 kg

23

Page 24: Laoran Praktikum Biologi Manusia

2. DATA PERCOBAAN

:

Naracoba Rasa sakit Sentuhan Panas Dingin

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Rini 16 100 % 13 81,25% 13 81,25% 16 100 %

Maya 16 100 % 10 62,5% 14 87,5% 16 100 %

Aluh 16 100 % 15 93,75% 16 100% 16 100 %

Ngadiyah 16 100 % 16 100 % 15 93,75% 16 100 %

Luthfi 16 100 % 16 100 % 14 87,5% 16 100 %

Nur Is 16 100 % 16 100 % 13 81,25% 16 100 %

IV. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini praktikan melakukan percobaan untuk mengetahui

reseptor-reseptor yang ada di kulit dengan pemberian stimulus. Perangsangan

reseptor-reseptor itu akan memberikan berbagai kesan / perasaan. Stimulus yang

diberikan yaitu tekanan, panas, dingin dan rasa sakit. Suatu reseptor mungkin bagian

dari sel-sel saraf aferen, misalnya ujung-ujung saraf di bawah kulit. Ciri fungsional

sel saraf adalah kemampuannya untuk menimbulkan dan merambatkan sinyal listrik.

Pada dasarnya sinyal listrik timbul karena perubahan potensial membran akibat

adanya rangsangan. Secara umum, setiap tipe reseptor sangat sensitif terhadap satu

jenis stimulus tertentu saja, yaitu stimulus khususnya dari pada terhadap stimuli yang

lain. Meskipun kebanyakan reseptor tidak akan merespon stimulus selain stimulus

khususnya namun ada beberapa reseptor ( walau secara lemah ) stimulus diluar

stimulus khususnya. Suatu reseptor dapat berfungsi sebagai pengubah bentuk energi,

yaitu mengubah energi stimulus khususnya menjadi energi elektrokimia impuls saraf,

atau sebagai potensial aksi. Apabila stimulus yang mengenai reseptor tidak cocok,

maka reseptor tidak akan merspon, artinya tidak akan terjadi potensial reseptor yang

selanjutnya tidak terjadi potensial aksi yang dirambatkan pada saraf aferen, sehingga

hasil gambaran pemetaan setiap rangsang berbeda. Berdasarkan bentuk energi

stimulusnya reseptor diklasifikasikan :

1. Khemoreseptor, yaitu reseptor yang sensitif terhadap zat-zat kimia khusus.

24

Page 25: Laoran Praktikum Biologi Manusia

2. Mekanoreseptor, yaitu reseptor yang sensitif terhadap energi mekanik, misalnya

reseptor untuk tekanan.

3. Fotoreseptor, yaitu reseptor yang sensitif terhadap energi cahaya.

4. Termoreseptor, yaitu reseptor yang sensitif terhadap suhu.

5. Nosiseptor atau reseptor sakit, yaitu reseptor yang sensitif terhadap kerusakan

jaringan, seperti kerusakan jaringan akibat tertusuk, terbakar, dsb.

Pada kulit terdapat berbagai macam reseptor. Reseptor-reseptor itu mempunyai

kepekaan yang berbeda terhadap berbagai macam rangsang. Ciri fungsional sel saraf

adalah kemampuannya untuk menimbulkan dan merambatkan sinyal listrik. Pada

dasarnya sinyal listrik timbul karena perubahan potensial membran akibat adanya

rangsangan. Zat pemancar saraf (neurutransmiter) biasanya berupa asetilkolin atau

noradrenalin. Agar supaya pengaruh interaksi zat pemancar dengan reseptor

pascasinas tidak berlangsung terus, maka zat pemancar akan diuraikan oleh enzim

esterase yang ada pada membran pascasinaps menjadi senyawa yang tidak aktif.

Misalnya bila zat pemancar berupa asetilkolin, maka asetilkoli akan dipecah oleh

asetilkolin-estrase menjadi asetat dan kolin yang tidak reaktif lagi. Berdasarkan

strukturnya, reseptor indera umum dibaga dua kelompok, yaitu ujung saraf telanjang

dan ujung saraf berkapsul.

Ujung saraf telanjang, merupakan dendrit dari saraf sensoris. Reseptor ini

bertanggung jawab paling tidak terhadap tiga sensasi : sakit, suhu, dan sentuhan

ringan ( rabaan ). Ujung saraf berkapsul, merupakan ujung saraf yang dibungkus oleh

lebih dari satu lapisan sel. Reseptor berkapsul pertama dan terbesar adalah badan

Paccini, terletak pada lapisan kulit terdalam, merupakan reseptor tekanan. Reseptor

berkapsul kedua yaitu badan Meissner, lebih kecil dari badan Paccini, berbentuk

oval, terdiri dari dua atau tiga ujung dendrit yang berspiral dan dibungkus oleh

kapsul yang tipis.

Badan Meissner terletak di dalam dermis tepat di bawah epidermis, dan

diduga merupakan mekanoreseptor yang merespon terhadap sentuhan

ringan.Reseptor berkapsul ketiga dan keempat adalah badan Krause dan badan

Ruffini. Diduga badan Krause merupakan reseptor dingin dan badan Ruffini

merupakan reseptor panas. Namun ada ahli yang menganggap kedua reseptor

tersebut hanya merupakan bentuk lain dari badan Meissner yang merupakan reseptor

25

Page 26: Laoran Praktikum Biologi Manusia

rabaan, dan menurut mereka reseptor panas dan dingin adalah ujung-ujung saraf

telanjang.

Rabaan ditentukan oleh dua mekanoreseptor yang secara anatomi berbeda.

Reseptor pertama terletak pada pangkal dari rambut kulit, yang merupakan ujung

saraf telanjang yang membelit pangkal rambut. Mekanoreseptor yang kedua adalah

cawan Merkel. Cawan Merkel merupakan sel-sel kecil berbentuk cawan pada ujung-

ujung saraf telanjang, yang terletak pada lapisan luar kulit dan menerima stimulus

tekanan ringan pada kulit. Berdasar data percobaan diketahui bahwa jumlah saraf

reseptor umtuk masing–masing rangsang pada tiap individu adalah berbeda-beda.

V. KESIMPULAN :

Dalam kulit terdapat berbagai macam reseptor yang untuk setiap individu

akan berbeda jumlahnya. Reseptor-reseptor itu mempunyai kepekaan yang berbeda

terhadap berbagai macam rangsang. Pada percobaan ini rangsang yang diberikan

adalah rangsang tekanan reseptornya mekanoreseptor, rangsang panas dan dingin

reseptornya termoreseptor,dan rangsang rasa sakit reseptornya nosiseptor.

26

Page 27: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ACARA IX

TES KEHAMILAN ( HCG )

I. TUJUAN :

Menentukan kehamilan dengan menggunakan ada tidaknya HCG dalam urine

wanita dengan memakai teknik imunologik.

II. MEKANISME KERJA :

1. Meneteskan dengan pipet tetes urine yang tersedia diatas lempeng obyek,

pipet jangan sampai menyentuh lempeng obyek

2. Meneteskan setetes setum anti HCG pada tetesan urine.

3. Mencampur / mengaduk dengan lidi sampai rata, serum anti HCG kurang

lebih 10 adukan / selama 30 detik

4. Mengamati campuran apakah terjadi glutinasi atau tidak, jika terjadi maka

urin tidak mengandung HCG (-), jika terjadi, maka urin mengandung

HCG (+)

III. HASIL PENGAMATAN :

1. Data naracoba :

Nama : Rini Budiutami

Umur : 21 tahun

Tinggi : 157 cm

Berat badan : 47 kg

Umur kehamilan : 2 bulan 14 hari

Hasil tes : terjadi aglutinasi ( + )

2. Data pembanding :

Nama : Nur Rohmah Mayasari

Umur : 22 tahun

Tinggi :157 cm

Hasil: tidak hamil

Hasil tes : tidak terjadi aglutinasi ( - )

27

Page 28: Laoran Praktikum Biologi Manusia

IV. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini praktikan menguji urine wanita yang sedang hamil. Uji /

tes yang dilakukan yaitu tes HCG. Selama kehamilan dalam urin wanita terdapat

HCG. HCG diekskresikan mulai dari 20 hari pertama setelah hari perama menstruasi

terakhir ( 8 hari setelah ovulasi ). Sintesa HCG terjadi di sel-sel sinsisiotrofoblas

plasenta. Trofoblas fetal pada wanita menghasilkan gonadotropin korionik manusia

( Human Chorionic Gonadotropin = HCG ). Berbagai spesies lain diperkirakan

menghasilkan senyawa yang sama. HCG umum dipergunakan untuk percobaan

karena lebih mudah tersedia dibanding yang berasal dari pituitari. Terdiri dari dua

sub unit yang secara kimia tidak sama yang disebut rantai dan pada struktur

glikoproteinnya. Tiap rantai hanya memiliki aktivitas biologi yang kecil, tetapi bila

keduanya dikombinasikan, aktivitas akan pulih kembali. HCG merupakan

glikoprotein yang lebih besar dibandingkan glikoprotein pituitari ( TSH, FSH, LH,

prolaktin, dan ACTH ), tetapi menjadi lebih banyak residu gula dibandingkan dengan

glikoprotein pituitari. Sifat-sifat khusus HCG diisolasi adalah terjadinya degradasi

terutama rantai samping KHnyadapat terjadi selama pembentukan urine. Konsentrasi

HCG terus meningkat sampai mencapai puncaknya yaitu kira-kira 60 hara sampai 80

hari kehamilan. Penemuannya dapat dilakukan dengan teknik imunologik.

Urine wanita hamil ditemukan adanya HCG, sejak 20 hari pertama setelah

hari pertama menstruasi ( 8 hari setelah ovulasi ), konsentrasi HCG akan meningkat

pada hari ke 60 sampai 80 kehamilan, dan mengalami penurunan dan konstan setelah

minggu ke 12. Pada uji HCG (+) oleh naracoba merupakan urine dari kehamilan hari

ke-74, sehingga dipastikan konsentrasi HCG pada urine cukup besar. Fungsi HCG

yaitu mempertahankan korpus luteum yang sekresinya berupa progesteron. Sintesa

HCG terjadi di sel-sel sinsisiotrofoblas. Pada saat konsentrasi HCG menurun, sekresi

steroid plasenta telah mencapai aras yang tinggi.. Tes yang digunakan yaitu dengan

teknik imunologik, karena lebih cepat dan lebih sensitif. Pengujian kehamilan

dilakukan dengan meneteskan urine yang akan dites, kemudian urin tersebut ditetesi

antiserum HCG. Setelah ditunggu beberapa saat (2 menit setelah reaksi), maka pada

urine tersebut akan terlihat menggumpal / terjadi aglutinasi. Hasil ini menunjukkan

28

Page 29: Laoran Praktikum Biologi Manusia

bahwa urine positif mengandung HCG. Pada urine orang yang tidak hamil, setelah

ditetesi antiserum HCG dan ditunggu beberapa saat, tidak akan terjadi aglutinasi /

penggumpalan. Hasil ini menunjukkan bahwa urine tersebut negatif ( tidak

mengandung HCG ). Sehingga jelas perbedaan antara urine orang yang sedang hamil

dan urine orang yang tidak hamil. Tes kuantitatif biasanya digunakan pada kelainan

dalam pengeluaran HCG, misalnya mola hidatidosa atau kariokarsinoma.

VI. KESIMPULAN :

Tes kehamilan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan

melakukan tes HCG. Tes HCG menggunakan urine wanita hamil dan serum anti

HCG. Pada wanita hamil urinnya mengandung HCG dan pada wanita yang tidak

hamil urinnya tidaak mengandung HCG. Tes kehamilan positif pada urine yang telah

ditetesi serum terjadi aglutinasi / penggumpalan, dan negatif jika tidak terjadi

aglutinasi.

29

Page 30: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ACARA X

TES TEKANAN DARAH AKIBAT TERPAPAR DINGIN

I. TUJUAN :

Memahami proses mekanisme kenaikan darah karena paparan dingin.

II. MEKANISME KERJA :

1. Sesudah naracoba duduk, manset tensimeter dipasang pada lengan atas kanan

2. Naracoba duduk dengan santai di kursi selama kurang lebih 10 menit

3. Kemudian tekanan darah diukur tiga kali. Tekanan distolenya yang terukur

paling rendah yang dipakai untuk perbandingan

4. Memasukkan tangan kiri dalam air es, kemudian mengukur tekanan darah tiga

kali, dan membandingkan tekanan diastole yang rendah dengan tekanan

diastole yang terendah yang terukur sebelum tangan dimasukkan dalam air es

III. HASIL PERCOBAAN :

NO Nama

naracoba

Perbedaan

Diastole

Umur Kelamin TB

(cm)

BB Tekanan diastol

Biasa Es

1 Ngadiyah 70-63= 7 21 permp 149 48 kg 63 70

2 Luthfi 76-61=15 21 laki 175 55 kg 61 76

3 Maya 79-72=7 22 peremp 157 49 kg 72 79

IV. PEMBAHASAN

Mekanisme perkembangan hipertensi esensial yang diketahui dengan jelas

sampai sekarang ialah melalui :

1. Vasokontriksi yang terlalu sering dan atau terlalu lama yang disebabkan oleh

jawaban sistem saraf simpatis yang berlebihan terhadap pacuan dari luar.

30

Page 31: Laoran Praktikum Biologi Manusia

2. Vasokontriksi karena timbulnya ion Ca di dalam sitoplasma otot polos di

tunika media akibat kelainan membran yang genetik; dan

3. Hipervolemi (galur tikus MHS) yang disebabkan oleh kelainan ginjal yang

genetik, yang meretensi ion Ca dan air. Hipervolemi menyebabkan naiknya

curah jantung dan ini menaikkan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah

karena hipervolemi ini akan menekan dinding vasa darah (menaikkan tekanan

transmural), sehingga secara myogenik otot vasa darah akan berkontraksi dan

terjadilah vasokontriksi.

Kedua hal ini lama-lama akan menyebabkan hipertrofi otot polos di tunika

media, sehingga dinding vasa menjadi lebih tebal. Jika vasa dengan dinding

berkontraksi maka tingkat pengecilan lumen menjadi jauh lebih kecil daripada kalau

dinding vasa tidak tebal pada tingkat kontraksi yang sama. Dengan demikian akibat

vasokontriksi yang tebal ialah kenaikan tekanan darah yang lebih tinggi daripada

yang tidak tebal.

Vasokontriksi umum dapat ditimbulkan secara refleks dengan memasukkan

satu tangan di dalam air dingin. Kalau hal ini menyebabkan kenaikan tekanan darah

yang tinggi maka ini berarti bahwa :

1. saraf simpatis mengadakan jawaban yang berlebihan, dan atau

2. dinsing vasa darah sudah mulai menebal yang mennadai adanya permulaan

hipertensi.

Kedua hal ini dapat menerangkan terjadinya hipertensi yang manifes di kemudian

hari.

Pada percobaan ini praktikan mengukur tekanan darah naracoba pada

keadaan normal dan setelah diberi paparan dingin, saat tekanan darah (diastol)

tangan kanan diukur, tangan kiri sudah dimasukkan kedalam air es (diukur tiga kali)

kemudian tekanan diastolenya dibandingkan antara pengukuran dalam keadaan biasa

dan setelah diberi paparan dingin pada tangan kiri dan membandingkan hasilnya

pada ketiga naracoba tersebut. Percobaan ini dinamakan cold pressure test. Apabila

perbedaan diastole naracoba dibawah 10 mmHg, maka disebut hiporeaktor. Jika

perbedaan diastole berkisar antara 10 –19 mmHg, maka disebut normoreaktor. Dan

bila perbedaan diatas 20 mmHg, maka diaebut hipereaktor. Dari hasil percobaan ke

tiga naracoba diatas, tekanan diastole mengalami kenaikan setelah diberi paparan

31

Page 32: Laoran Praktikum Biologi Manusia

dingin. Hal itu berarti paparan dingin dapat mempengaruhi kenaikan tekanan darah

yang disebabkan karena dinding kasa darah sudah mulai menebal. Naracoba

Ngadiyah dan Maya termasuk hiporeaktor karena selisih tekanan diastolenya

dibawah 10 mmHg, sedangkan naracoba Luthfi termasuk normoreaktor karena

selisih tekanan diastolenya 15 mmHg (antara 10-19 mmHg). Selain itu kondisi fisik

seseorang juga dapat mempengaruhi tekanan darah.

V. KESIMPULAN :

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

paparan dingin dapat mempengaruhi kenaikan tekanan darah. Mekanisme

perkembangan hipertensi esesial adalah melalui :

1. Vasokonstruksi yang terlalu sering atau terlalu lama.

2. Vasokonstruksi karena timbulnya ion Ca dalam sitoplasma otot polos.

3. Hipervolemi yang disebabkan oleh kelainan ginjal yang genetik, yang meretensi

ion Ca dalam air.Air dingin menyebabkan adanya kenaikan tekanan darah yang

disebabkan dinding kasa darah sudah menebal.

32

Page 33: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ACARA XI

MENGUKUR “VOLUME” DAN “KAPASITAS” PARU

I. TUJUAN :

Mengukur “ volume” dan “ kapasitas” paru

II. MEKANISME KERJA :

1. Pengkuran volume tidal

* Menarik napas secara biasa, kemudian menghembuskan secara biasa pula

ke spirometer

2. Pengukuran volume cadangan inspirasi

* Menarik napas sedalam-dalamnya, kemudian menghembuskan ke dalam

spirometer sampai batas ekspirasi biasa

3. Pengukuran volume cadangan ekspirasi

* Menarik napas secara biasa, kemudian menghembuskan napas ke dalam

spirometer sampai tak mampu lagi

4. Pengukuran kapasitas inspirasi

* Menarik napas sedalam-dalamnya, kemudian menghembuskan ke dalam

spirometer sampai batas ekspirasi biasa (reflektoris)

5. Pengukuran kapasitas vital

* Menarik napas sedalam-dalamnya, kemudian menghembuskan napas

sebanyak-banyaknya sampai tak mampu lagi ke dalam spirometer

III. HASIL PERCOBAAN :

NO Nama Vol. Tidal(ml)

Vol. Cadangan ekspirasi

(ml)

Vol. Cadangan inspirasi

(ml)

Kapasitas Vital

(ml)1 Muh Luthfi 300 2550 1350 4200

2 Aluh H 100 1250 1100 2400

3 Rini B 300 1200 600 2100

33

Page 34: Laoran Praktikum Biologi Manusia

4 Nur Is 300 1400 1200 2900

5 Maya 200 1650 600 2450

6 Ngadiyah 200 1500 1700 2400

IV. PEMBAHASAN DAN DISKUSI :

Banyaknya udara yang keluar masuk paru dapat diukur dengan spirometer

sederhana. Hasil pengukuran dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang disebut

volume dan kapasitas paru. Selama proses bernapas normal, kira-kira 500 ml udara

bergerak ke saluran napas dalam setiap inspirasi, dan jumlah yang sama bergerak

keluar dalam setiap ekspirasi. Hanya kira-kira 350 ml volume tidal benar-benar

mencapai alveoli, sedangkan yang 150 ml tetap berada di hidung, faring trakhea,dan

bronkhi, yang disebut volume udara mati. Udara total yang diambil selama satu

menit disebut volume menit respirasi. Dengan bernapas sangat kuat, kita dapat

menghisap lebih dari 500 ml udara. Kelebihan udara yang dihirup ini, yang disebut

volume udara cadangan inspiratori. Bila kita melakukan inspirasi normaldan

kemudian melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, kita akan dapat mendorong keluar

1200 ml udara, volume udara ini disebut volume udara cadangan ekspiratori.

Sesudah volume udara cadangan ekspiratori dihembuskan, sejumlah udara masih

tetap berda dalam paru, karena tekanan intrapleural lebih rendahsehingga udara yang

tinggal ini dipakai untuk mempertahankan agar alveoli tetap sedikit menggembung,

juga beberapa udara masih tetap ada pada saluran udara pernapasan.

Udara ini disebut udara residu. Dengan membuka rongga dada

memungkinkan tekanan intrapleural seimbang dengan tekanan tekanan atmosfer,

yang memaksa keluarnya beberapa volume udara residu. Udara yang masih tinggal

dalam paru disebut volume udara minimal. Kapasitas paru dapat dihitung dengan

menjumlah semua volume udara paru. Kapasitas inspiratori adalah keseluruhan

kemampuan inspiratori paru, yaitu jumlah volume udara tidal dan volume udara

cadangan inspiratori. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah volume udara

residudan volume udara cadangan ekspiratori. Kapasitas vital adalah volume udara

34

Page 35: Laoran Praktikum Biologi Manusia

cadangan inspiratori + volume udara tidal + volume udara cadangan ekspiratori, dan

kapasitas total paru merupakan jumlah semua volume udara.

Pada percobaan ini, praktikan mengukur volume tidal, volume cadangan

inspirasi, volume cadangan ekspirasi, dan kapasitas vital. Pengukuran menggunkan

alat yang disebut spirometer. Dari alat tersebut praktikan tinggal meniupkan atau

menghemuskan nafas/ udara ke mulut spirometer tetapi saat melakukan hembusan

nafas ke mulut spirometer lubang hidung ditutup agar udara yang dihembuskan ke

spirometer tidak keluar lewat hidung melainkan tertuju ke mulut. Yang setelah

menghembuskan udara, pada kertas grafik akan tercetak gambar atau skala garis

naik keatas. Volume tidal yaitu volume udara yang keluar-masuk paru-paru pada

pernafasan biasa. Besarnya udara pernafasan dibawah kondisi istirahat rata-rata 500

ml. Volume Cadangan ekspirasi adalah volume udara tambahan yang masih dapat

dihembuskan keluar paru setelah ekspirasi biasa. Besarnya rata-rata 1000 ml.

Volume Cadangan Inspirasi yaitu udara maksimum yang dihirup setelah ekspirasi

biasa. Dari data diatas dapat dikatakan bahwa setiap praktikan mempunyai volume

tidal dan yang lainnya tidaklah sama, baik laki-laki atau perempuan. Tapi dari data

diatas volume vital paru-paru yang paling banyak adalah laki-laki. Perbedaan

tersebut dapat disebabkan oleh aktifitas sehari-hari para praktikan. Mungkin dalam

praktikum ini terjadi kesalahan yang dapat disebabkan karena pada tabung ,rongga

pipa spirometer terdapat uap alkohol saat mulut spirometer dibersihkan dengan

alkohol sehingga saat melakukan penarikan nafas , uap alkohol terhirup oleh

praktikan yang dapat menyebabkan paraktikan batuk sehingga hasilnya kurang baik

karena penarikan nafas tidak optimal.

V. KESIMPULAN :

Pertukaran volume udara selama bernapas dan kecepatan respirasi diukur

dengan spirometer. Diantara volume udara pulmonari yang dipertukarkan dalam

ventilasi adalah volume tidal, cadangan inspirasi, cadangan ekspirasi, kapasitas vital.

Volume dan kapasitas paru-paru sangat dipengaruhi oleh aktifitas naracoba sehari-

hari.

35

Page 36: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ACARA IV

REFLEKS

I. TUJUAN

Memahami pengertian refleks

II. MEKNISME KERJA

1. Refleks lutut

Naracoba duduk bertumpamg kaki (kaki kanan diatas) dan

mengalihkan perhatiannya disekelilingnya.

Penguju memeukul ligamentum patella kaki kanan naracoba (kaki

yang tertumpang di atas) dengabn martil refleks.

Amati gerak refleks yang terjadi, catat..

2. Refleks tumit.

Naracoba berdiri dengan kaki kiri di bengkokkan dan diletakkan

pada kursi. Naracoba mengalihkan perhatiannya ke sekeliling.

Penguju memukul tendo Achilles kaki kiri naracoba (yang

dibegkokkan) dengan martil refleks.

Amati dan catat gerak reflek yang terjadi.

3. Refleks biseps

Lengan kanan naracoba diluruskan secara pasif dan diletakkan di

atas meja. Naracoba mengalihkan perhatiannya ke sekeliling.

Penguji memukul tendo m. biseps brakii lengan tersebut dengan

martil refleks.

Amati dan catat gerak reflek yang terjadi.

4. Refleks triseps

Lengan kiri naracoba dibengkokkan secara pasif dan diletakkan

diatas meja. Naracoba mengalihkan perhatiannya disekeliling.

36

Page 37: Laoran Praktikum Biologi Manusia

Penguji memukul tendo m. triseps brakii lengan dengan martil

refleks.

Amati dan catat gerak reflek yang terjadi.

4. Refleks mengejap

Naracoba membuka kedua matanya dan mengarahkan

pandangannya ke titik yang jauh.

Penguju menyentuh permukaan kornea mata kanan naracoba

dengan ujung kapas yang telah dibasahi dengan aquades.

Amati dan catat gerak reflek yang terjadi.

IV. HASIL PERCOBAAN

Naracoba : Aluh Hapsari

Macam Refleks Kanan Kiri Ada Tidak ada

Refleks lutut _

Refleks tumit _ _

Refleks triseps _ _

Refleks biseps _ _

Refleks mengejap _

V. PEMBAHASAN

Gerak refleks adalah gerakan yang tidak disadari, yang timbul akibat adanya

rangsangan. Gerakan refleks ini ada yang monosimpatik dan ada yang polosinaptik.

Lintasan implusnya selain melalui susunan saraf tepi, juga mencakup susunan saraf

pusat. Refleks juga merupakan respo bawaan paling sederhana yang dijumpai pada

hewan yang mempunyai sistem saraf. Suatu refleks adalah respon otomatis dari

sebuah tubuh terhadap suatu implus. Respon itu terbawa sejak lahir, artinya sifatnya

diteentukan oleh reseptor, saraf, dan efektor yang diwariskan.

Refleks sentakan lutut, merupakan refleks rentangan. Contohnya bila pada

tempurung lutut kaki dipukul dengan menggunakan palu berkepala karet, maka

refleks yang akan terjadi adalah berupa tendangan kaki bawah yang tiba-tiba. Respon

37

Page 38: Laoran Praktikum Biologi Manusia

ini cukup otomatis. Respon ini memerlukan tali spinal yang bekerja dengan baik,

tetapi otak tidak perlu berperan.

Bila seseorang mengarahkan pada suatu tendon yang menyisipi suatu

ekstensor yang terdapat didepan paha menuju kaki bawah. Dengan memeukul tendon

ini maka otot paha merentang. Hal ini mengaktifkan reseptor-reseptor rentang

terdapat didalam otot. Reseptor ini trdiri atas ujung-ujung yang terbungkus

disekeliling serebut otot khusus yang disebut serabut gelendong. Seluruh struktur itu

disebut gelendong otot.

Merentangkan serabut gelendong memicu serangkian impuls pada neuron indera

(disebut neuron I-a) yang melekat padanya. Impuls-impuls ini di teruskan ke tali

spinal. Akson I-a bercabang didalam tali spinal dan membentuk beberapa macam

sinaps. Dari percobaan yang telah dilakukan, bahwa refleks adalah suatu gerakan

yang tidak disadari akibat adanya rangsangan. Gerakan refleks tidak dibantu dengan

peranan otak, jadi bekerja secara otomatis (yang disebut dengan respon).Dari

kesemua naracoba baik tes refleks lutut kanan, refleks lutut kiri, refleks triseps kiri,

refleks biseps kanan, refleks kejap mata kanan bekerja secara baik dan normal.

Ringkasnya, kita menemukan bahwa mesin refleks rentang memberikan

mekanisme pengendalian yang teratur dengan baik, yang :

1. mengarahkan kontraksi refleks otot,

2. menghambat kontraksi otot-otot antagonis,

3. terus-menerus memonitor keberhasilan yang denganya perintah-perintah

dari otak diteruskan, dan dengan cepat dan secara otomatis membuat setip

penyesuaian.

VI. KESIMPULAN

Refleks adalah suatu gerakan yang tidak disadari akibat adanya rangsangan.

Gerakan refleks tidak dibantu dengan peranan otak, jadi bekerja secara otomatis

(yang disebut dengan respon). Gerakan refleks ini ada yang monosimpatik dan ada

yang polosinaptik. Lintasan implusnya selain melalui susunan saraf tepi, juga

mencakup susunan saraf pusat.

38

Page 39: Laoran Praktikum Biologi Manusia

DAFTAR PUSTAKA

John w. Kimball . 1983, Biologi edisi kelima , Jakarta, Erlangga.

Pearce, Evelyn C. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Rahayu, Tutik. 2000. Buku Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.

Yogyakarta: FMIPA UNY

Rahayu, Tutik. 2004. Buku Petunjuk Praktikum Biologi Manusia Dan Gizi. Yogyakarta : FMIPA UNY

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: UNM Malang

Soewolo .2000. Pengantar Fisiologi Hewan : Jakarta :Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No.3979 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

39